Anda di halaman 1dari 5

DESHA AKBAR HOSEN 1102015054

TUGAS IKM SP KARDIOVASKULAR

1. PJK

DEFINISI

kondisi yang terjadi ketika pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke jantung (pembuluh
darah koroner) mengalami kerusakan.

EPIDEMIOLOGI
Dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung
berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner
(PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu
2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun. Prevalensi PJK yang
didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan
(0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja.
Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan
terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan
terbawah.

2. GAGAL JANTUNG

DEFINISI

Sindrom klinis kompleks, yg didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
keseluruh jaringan ubuhh secara adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari
jantung.

EPIDEMIOLOGI

Peningkatan insiden gagal jantung berkaitan dengan penyakit jantung koroner yg berkaitan
erat dengan pola hidup seperti merokok,kolesterol>200mg, HDL<35mg,dan hipertensi. Kemudian
akan diperparah oleh penyakit sekunder seperti diabates melitus dan iskemi terutama pada
populasi pada usia lanjut.

3. HIPERTENSI

DEFINISI

Meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat (tenang).

EPIDEMIOLOGI
Obesitas dan kenaikan berat badan menjadi faktor risiko terhadap hipertensi. Telah
diperkirakan bahwa 60% penderita hipertensi mengalami kelebihan berat badan lebih dari 20%.
Prevalensi hipertensi terkait terkait umur juga bisa diperkuat akibat efek asupan garam yang
tinggi. Asupan kalsium dan kalium yang rendah juga bisa menyebabkan hipertensi. Faktor
lingkungan lainnya antara lain konsumsi alkohol, stress psikososial dan aktivitas fisik yang
rendah.

Penelitian terkait keluarga, anak kembar dan adopsi telah membuktikan bahwa hipertensi bisa
diwariskan dalam keluarga. Pada penelitian keluarga, dimana faktor lingkungan telah dikontrol,
persentase hipertensi diwariskan sekitar 15 35%. Pada penelitian terhadap anak kembar,
perkiraan pewarisan hipertensi sekitar 60% pada pria dan 30-40% pada wanita. tekanan darah
tinggi yang terjadi sebelum umur 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang yang memiliki
riwayat keluarga.

4. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DEFINISI
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung yang diakibatkan adanya kelainan jantung dari
saat lahir.

EPIDEMIOLOGI

Telah disebutkan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari


keseluruhan bayi lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran. Pada negara Amerika Serikat
setiap tahun terdapat 25.000 - 35000 bayi lahir dengan PJB. Terdapat hal menarik dari PJB yakni
insidens penyakit jantung bawaan di seluruh dunia adalah kira-kira sama serta menetap dari
waktu-waktu. Meski demikian pada negara sedang berkembang yang fasilitas kemampuan untuk
menetapkan diagnosis spesifiknya masih kurang mengakibatkan banyak neonatus dan bayi muda
dengan PJB berat telah meninggal sebelum diperiksa ke dokter.
Pada negara maju sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada umur 1 minggu dan
50-60% pada usia 1 bulan. Sejak pembedahan paliatif atau korektif sekarang tersedia untuk lebih
90% anak PJB, jumlah anak yang hidup dengan PJB bertambah secara dramatis, namun keberhas
ilan intervensi ini tergantung dari diagnosis yang dini dan akurat.
Oleh sebab itu insidens penyakit jantung bawaan sebaiknya dapat terus diturunkan dengan
mengutamakan peningkatan penanganan dini pada penyakit jantung bawaan tetapi juga tidak
mengesampingkan penyakit penyerta yang mungkin diderita. Hal ini ditujukan
untuk mengurangi angka mortalitas dan morbisitas pada anak dengan PJB.

5. INFARK MIOKARD

DEFINISI
kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan
kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati(nekrosis miokard).

EPIDEMIOLOGI

Data dari WHO tahun 2004 menyatakan penyakit infark miokard akut
merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.20
0.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia.Satu juta orang di
Amerika Serikat diperkirakan menderita infark miokard akut tiap tahunnya dan
300.000 orang meninggal karena infark miokard akut sebelum sampai ke rumah
sakit. Jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit di
Indonesia mencapai 239.548 jiwa. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard
akut(13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya
(13,37%). Tahun 2013, 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Sedangkan saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi semua
kejadian Infark Miokard.
Laporan Profil Kesehatan. Kota Semarang tahun 2010 menunjukkan bahwa kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 96.957 kasus dan sebanyak 1.847 (2%) kasus
merupakan kasus infark miokard akut. Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit
tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian dan selama periode tahun 2005 sampai den
gan tahun 2010 telah terjadi kematian sebanyak 2.941 kasus dan sebanyak 414 kasus (14%)
diantaranya disebabkan oleh infark miokard akut.

6. STROKE

DEFINISI

kondisi kesehatan yang serius yang membutuhkan penanganan cepat. Ketika pasokan darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otak terputus, maka sel-sel otak akan mulai mati. Karena itu
semakin cepat penderita ditangani, kerusakan yang terjadi pun semakin kecil bahkan kematian
bisa dihindari.

EPIDEMIOLOGI

Stroke ditemukan pada semua golongan usia, namun sebagian besar akan dijumpai pada
usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial
dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang
berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 tahun adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000
pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita.
Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur (Bustan, 2007). Tetapi perempuan, khususnya
perempuan yang pada menopause (usia 40-55 tahun) lebih beresiko terserang stroke dibandingkan
laki-laki (Utama, 2008).
Kasus stroke meningkat di Negara maju seperti Amerika, dimana kegemukan dan junk
food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika.Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di
Amerika yang terkena serangan stroke (anonym, 2007).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan
stroke, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat
(anonym, 2008). Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker.Bahkan menurut survey tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di RS
Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia (anonym, 2007).
Jumlah penderita stroke di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang tercatat sebanyak 56
orang pada Januari dan 63 orang pada Februari 2007. Jumlah ini naik lagi pada Mei hingga
mencapai 76 orang (Bintariadi, 2007).

7. FIBRILASI ATRIUM

DEFINISI
adalah simtoma ritme denyut abnormal yang terjadi di jantung, yang ditandai dengan aktivitas
atrium yang cepat dan tidak efektif serta kontraksi ventrikular yang tidak teratur.

EPIDEMIOLOGI

Fibrilasi atrium (FA) merupakan aritmia yang paling sering ditemui dalam praktik sehari-hari.
Prevalensi FA mencapai 1-2% dan akan terus meningkat dalam 50 tahun mendatang. Framingham
Heart Study yang merupakan suatu studi kohor pada tahun 1948 dengan melibatkan 5209 subjek
penelitian sehat (tidak menderita penyakit kardiovaskular) menunjukkan bahwa dalam periode 20
tahun, angka kejadian FA adalah 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan. Sementara itu
data dari studi observasional (MONICA-multinational MONItoring of trend and determinant in
CArdiovascular disease) pada populasi urban di Jakarta menemukan angka kejadian FA sebesar
0,2% dengan rasio laki-laki dan perempuan 3:2. Selain itu, karena terjadi peningkatan signifikan
persentase populasi usia lanjut di Indonesia yaitu 7,74% (pada tahun 2000-2005) menjadi 28,68%
(estimasi WHO tahun 2045-2050),maka angka kejadian FA juga akan meningkat secara
signifikan. Dalam skala yang lebih kecil, hal ini juga tercermin pada data di Rumah Sakit Jantung
dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang menunjukkan bahwa persentase kejadian FA pada pasien
rawat selalu meningkat setiap tahunnya, yaitu 7,1% pada tahun 2010, meningkat menjadi 9,0%
(2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013).
Fibrilasi atrium menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, termasuk stroke, gagal
jantung serta penurunan kualitas hidup. Pasien dengan FA memiliki risiko stroke 5 kali lebih
tinggi dan risiko gagal jantung 3 kali lebih tinggi dibanding pasien tanpa FA. Stroke merupakan
salah satu komplikasi FA yang paling dikhawatirkan, karena stroke yang diakibatkan oleh FA
mempunyai risiko kekambuhan. Pedoman Tata Laksana Fibrilasi Atrium yang lebih tinggi. Selain
itu, stroke akibat FA ini mengakibatkan kematian dua kali lipat dan biaya perawatan 1,5 kali lipat.
Fibrilasi atrium juga berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular lain seperti hipertensi,
gagal jantung, penyakit jantung koroner,hipertiroid,diabetes melitus, obesitas, penyakit jantung
bawaan seperti defek septum atrium, kardiomiopati, penyakit ginjal kronis maupun penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK). Gagal jantung simtomatik dengan kelas fungsional New York Heart
Association (NYHA) II sampai IV dapat terjadi pada 30% pasien FA, namun sebaliknya FA dapat
terjadi pada 30-40% pasien dengan gagal jantung tergantung dari penyebab dari gagal jantung itu
sendiri. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan gagal jantung melalui mekanisme peningkatan
tekanan atrium, peningkatan beban volume jantung, disfungsi katup dan stimulasi neurohormonal
yang kronis. Distensi pada atrium kiri dapat menyebabkan FA seperti yang terjadi pada pasien
penyakit katup jantung dengan prevalensi sebesar 30% dan 10-15 % pada defek septal atrium.
Sekitar 20% populasi pasien FA mengalami penyakit jantung koroner meskipun keterkaitan
antara FA itu sendiri dengan perfusi koroner masih belum jelas.

8. ANGINA PEKTORIS

DEFINISI

nyeri, ketidaknyamanan, atau tekanan lokal di dada yang disebabkan oleh kekurangan pasokan
darah (iskemia) pada otot jantung. Hal ini juga kadang-kadang ditandai oleh perasaan tersedak,
sesak napas dan terasa berat. Kondisi ini juga disebut Angina Pectoris

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, kurang lebih 50% dari Penderita Jantung Koroner (PJK) mempunyai
manifestasi angina pektoris. Jumlah angina pektoris sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden
angina pektoris pertahun pada penderita di atas 3 tahun sebesar 213 penderita per 100.000
penduduk.
Faktor-faktor resiko: 1.Kelebihan aktifitas 2.Kelelahan 3.Rokok 4.Stress 5.Obesitas 6.Terlalu
kenyang 7.Hawa udara yang terlalu panas dan lembab 8.Tidak berolahraga 9.Hipertensi atau
tekanan darah tinggi
9. PENYAKIT JANTUNG REMATIK

DEFINISI

adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR),
yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung.

EPIDEMIOLOGI

Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam
reumatik akut sebelumnya. Penyakit ini terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%),
jarang mengenai katup trikuspid dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Setiap tahunnya
rata-rata ditemukan 55 kasus dengan demam reumatik akut (DRA)dan PJR. Diperkirakan
prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-15 tahun.
DRA merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada anak usia 5 tahun sampai
dewasa muda di negara berkembang dengan keadaan sosio ekonomi rendah dan lingkungan
buruk. Keterlibatan jantung menjadi komplikasi terberat dari DRA dan menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang signifikan. Dengan 60% dari 470.000 kasus DRApertahun akan menambah
jumlah kejadian PJR yang 15 juta jiwa. Penderita PJR akan berisiko untuk kerusakan jantung
akibat infeksi berulang dari DRA dan memerlukan pencegahan. Morbiditas akibat gagal jantung,
stroke dan endokarditis sering pada penderita PJR dengan sekitar 1.5% penderita rheumatic
carditisakan meninggal pertahun DRA dan PJR diperkirakan berasal dari respon autoimun, tetapi
patogenesa pastinya belum jelas. Di seluruh dunia DRA diperkirakan terjadi pada 5-30 juta anak
anak dan dewasa muda. 90.000 akan meninggal setiap tahunnya. Mortalitas penyakit ini didunia
adalah sebesar 1-10%

10. ENDOKARDITIS INFEKTIF

DEFINISI

infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung.

EPIDEMIOLOGI

Endokarditis infektif (EI) adalah infeksi permukaan endokardium jantung, dapat mengenai
satu atau lebih katup jantung, mural endokardium, atau defek septum. Efeknya terhadap jantung
dapat berupa insufisiensi katup, gagal jantung dan abses miokardium.EI pertama kali
dideskripsikan oleh Lazaire Riviere pada tahun 1674 dari pemeriksaan otopsi. Pada tahun 1885,
William Osler mempresentasikan deskripsi komprehensif pertama endokarditis dalam bahasa
Inggris.
Insidens endokarditis infektif diperkirakan 3-9 kasus per 100.000 penduduk di negara
maju. Perbandingan pria dan wanita sekitar 2:1. Pada penelitian Osler, insidens gangguan
neurologis pada endokarditis infektif terjadi pada 12,5% kasus; 3% kasus gejala primer yang
dijumpai hanya gangguan neurologis. Penelitian lainnya melaporkan 15-30% penderita
endokarditis infektif mengalami gangguan neurologis.
Diagnosis EI sampai saat ini masih merupakan tantangan karena manifestasinya kadang
tersamar oleh penggunaan antibiotik atau oleh kondisi yang mendasarinya pada individu yang
lemah, pasien lanjut usia, atau pada kondisi imunosupresi. Pemberian antibiotik profi laksis
mungkin hanya bisa sedikit mengurangi insidens EI.

Anda mungkin juga menyukai