MICROTEACHING MATEMATIKA
DISUSUN OLEH :
ELIANA RITONGA
1923041014
DOSEN :
MESRA WATI RITONGA, S.Pd, M.Pd.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas
belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (S.
Nasution, (1994: 25). Pembelajaran yang baik akan tercapai apabila disertai dengan
perencanaan pengajaran sebagai acuan dalam mengajar. Perencanaan Pembelajaran
mempunyai peranan penting dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
Seorang guru dituntut untuk mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
profesional dalam membelajarkan siswa. Guru merupakan unsur penanggungjawab dalam
penyelenggaraan pendidikan jasmani dan seringkali melaksanakan pembelajaran yang kurang
menyeluruh sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Oleh karena itu, membuat rencana mengajar merupakan tugas guru, dimana guru harus
mampu menilai kebutuhan siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan pembelajaran
dan memilih metode serta strategi belajar yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran karena
perencanaan tersebut adalah fungsi pedagogi yang penting untuk meningkatkan kualitas
praktik pembelajaran dan mungkin sekali untuk memotivasi guru (Wawan S. Suherman,
2001:113).
Hal ini berhubungan dengan konsep microteaching, dimana Micro berarti kecil, terbatas,
sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Microteaching berarti suatu kegiatan
mengajar dimana segalanya di perkecil atau di sederhanakan. Adanya Microteaching
memberikan kesempatan bagi pengajar untuk melatih kemampuan interaksinya dengan murid
dan juga sarana untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pengajaran yang lebih
kompleks yaitu kelas yang sebenarnya. Disinilah kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu
menjadi seni mengajar dan mempraktikkan teori yang telah di pelajari. Pelajaran yng
diajarkan dalam kegiatan microteaching ini adalah matematika.
Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Dari Microteaching Dan Bagaimana Karakteristiknya ?
2. Apakah Pengertian Dari Pembelajaran Matematika ?
3. Apakah Manfaat Dari Microteaching Matematika?
1
Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Arti Dari Microteaching.
2. Untuk Mengetahui Arti Dari Pembelajaran Matematika.
3. Untuk Mengetahui Manfaat Dari Microteaching.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Karakteristik Microteaching
Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan real teaching, tetapi dalam skala mikro.
Karakteristik yang khas dalam pengajaran mikro (micro-teaching) adalah komponen–
komponen dalam pengajaran yang di-mikrokan atau di-sederhanakan. Dalam pengajaran
sesungguhnya (real teaching) lingkup pembelajaran biasa tidak dibatasi, tetapi di micro-
teaching terbatas pada satu kompetensi dasar atau satu hasil belajar dan satu materi pokok
bahasan tertentu. Demikian pula alokasi waktunya juga terbatas antara 10-15 menit, jumlah
siswa juga dikecilkan hingga berkisar 10-15 siswa, serta keterampilan dasar yang dilatihkan
juga terbatas (terisolasi).
Komponen keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan dalam pengajaran mikro
(micro-teaching) menurut hasil penelitian tumey (1973) terdapat 8 (delapan) keterampilan
yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut
antara lain :
1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran (set induction And closure)
2. Keterampilan dasar menjelaskan (explaining skills)
3. Keterampilan dasar mengadakan variasi (variation skills)
4. Keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement skills)
5. Keterampilan dasar bertanya (questioning skills)
6. Keterampilan dasar mengelola kelas
7. Keterampilan dasar mengajar perorangan/kelompok kecil
8. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil
4
praktis untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan sedangan
teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Belajar matematika
sendiri merupakan suatu proses seorang siswa untuk mengerti dan memahami tentang
matematika.
Pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membentuk watak, peradaban,
dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta membantu siswa dalam belajar
matematika agar tercipta komunikasi matematika yang baik sehingga matematika itu lebih
mudah dipelajari dan lebih menarik (Soviawati, 2011:84). Pembelajaran matematika adalah
proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari
(Soebinto, dkk, 2013:2). Sehingga, guru harus mempunyai model pembelajaran yang dapat
menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran matematika agar siswa senang terhadap
matematika dan medapatkan pengalaman yang optimal dari pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama
menjadi pelaku agar terlaksana tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Susanto,
(2013:188) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa.
Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Selaras dengan yang
disampaikan. Pada hakekatnya pembelajaran matematika tidak terlepas dari kehidupan
sehari-hari, sehingga keberhasilan pembelajaran matematika dapat dilihat apabila terjadi
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik kearah yang berkaitan dengan matematika.
Yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu tentang konsep matematika.
Standar proses merujuk kepada proses matematika yang mana melalui proses tersebut
siswa memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika. Kelima standar proses harus
dipandang secara tidak terpisah dengan standar isi dalam kurikulum matematika.
a. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Pemecahan masalah (Problem solving)
merupakan aktivitas matematika dan merupakan pokok dari mata pembelajaran mata
pelajaran matematika. Pemecahan masalah (Problem solving) mampu menunjukkan
seberapa besar keinginan seseorang, kecakapan serta mampu menunjukkan beberapa
besar sifat kelenturan seseorang terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi.
5
b. Penalaran dan Pembuktian (Reasoning & Proof) Jika pemecahan masalah merupakan
fokus dari matematika, maka penalaran merupakan cara berpikir logis yang
membantu kita memutuskan apakah dan mengapa jawaban kita logis.
c. Keterkaitan (Connection) Ketika siswa mampu mengoneksikan ide matematik,
pemahamannya terhadap matematika menjadi lebih mendalam dan tahan lama.
d. Komunikasi (Communication) Dalam proses pembelajaran matematika komunikasi
matematis siswa harus dikembangkan.
e. Representasi (Representation) Representasi konsep matematika sangat berperan
dalam pemecahan masalah, khususnya dalam mentransformasikan ide-ide abstrak
matematika ke dalam konsep-konsep yang lebih nyata.
6
4. Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga Mudah dipahami
oleh audience atau peserta didik.
5. Terampil membuka dan menutup pelajaran.
6. Dapat bertanya secara benar.
7. Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik.
8. Dapat membuat variasi dalam mengajar.
9. Dapat menggunakan alat-alat / media pembelajaran dengan benar Dan tepat.
10. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan
praktis.
Brown dan ametrong (1975), mencatat hasil riset tentang manfaat pengajaran
microteaching sebagai berikut :
1. Korelasi antara pengajaran microteaching dan praktik keguruan sangat tinggi.
Artinya, calon guru atau dosen yang berpenampilan baik dalam Pengajaran
microteaching, akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas.
2. Guru yang lebih dulu menempuh program pengajaran microteaching ternyata lebih
baik atau lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti pengajaran
microteaching
3. Guru yang menempuh pengajaran microteaching menunjukkan prestasi mengajar
yang lebih tinggi.
4. Setelah mengikuti pengajaran microteaching, calon guru dapat menciptakan interaksi
dengan siswa secara lebih baik.
5. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih
signifikan dengan keterampilan mengajar.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum pengajaran mikro adalah, “salah satu model pelatihan praktik mengajar dalam
lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar (base teaching
skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan atau
dikecilkan Karakteristik yang khas dalam pengajaran mikro (microteaching) adalah :
a. lingkup pembelajaran micro-teaching terbatas pada satu kompetensi dasar atau satu hasil
belajar dan satu materi pokok bahasan tertentu.
b. Alokasi waktunya terbatas antara 10-15 menit.
c. jumlah siswa dikecilkan hingga berkisar 10-15 siswa, serta keterampilan dasar yang
dilatihkan juga terbatas (terisolasi).
Saran
Dengan adanya kegiatan Microteaching ini diharapkan seorang mahasiswa, calon guru, guru,
dosen dapat mengaplikasikannya didalam metode pembelajaran, sehingga dengan adanya
microteaching yang diterapkan akan berdampak pada kemampuan belajar seorang anak.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.mahadewa.ac.id/id/eprint/1743/1/2.%20Buku%20Micro%20Teaching.pdf
http://eprints.ums.ac.id/19703/3/BAB_1.pdf
https://www.academia.edu/33416634/LAPORAN_PRAKTIKUM_MICRO_TEACHING
https://media.neliti.com/media/publications/349210-pengantar-microteaching-matematika-
b347a940.pdf