Disusun Oleh :
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan sang pencipta alam dan seisinya yang telah senantiasa memberikan
kami ilmu pengetahuan sehingganya dapat membuat tugas ini dengan tang telah ada.
Tulisan ini mengandung pelbagai kegunaan yang berkaitan dengan penajaman pemahaman
terhadap bahan kajian mata kuliah microteaching, yang sebagian besar berisikan konsep dan
prosedur pengajaran sekaligus kunci yang menjadi landasan pijak mahasiswa untuk
melaksanakan praktik pembelajaran.
Tulisan ajar ini merupakan bagian sumber belajar yang berisikan bahan kajian yang tersusun
dari kulminasi pengalaman penulis dalam mengampu dan menyajikan mata kuliah
Microteaching di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,
Pengajaran Mikro diarahkan untuk mendukung kompetensi calon guru yang profesional
sehingga mampu meningkatkan wawasan mahasiswa sebagai calon guru dalam aspek strategi
pembelajaran sehingga lebih siap dan tangguh dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
kependidikan khususnya bidang pembelajaran.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MICROTEACHING...................................................................1
B. KOMPONEN DASAR PEMBELAJARAN...................................................................4
C. KARAKTERISTIK MICROTEACHING........................................................................6
D. TUJUAN MICROTEACHING.......................................................................................7
BAB 2 PERENCANAAN MICROTEACHING.........................................................................9
A. HAKEKAT PERENCANAAN MICROTEACHING.....................................................9
B. UNSUR PERENCANAAN MICROTEACHING.........................................................11
C. TUJUAN DAN MANFAAT PERENCANAAN..........................................................12
D. PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN MICROTEACING...........................................13
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN PERENCANAAN.....................................16
BAB 3 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR.................................................................18
A. KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN..........................................................19
B. KETERAMPILAN MENUTUP PEMBELARAN.......................................................21
C. KETERAMPILAN MENJELASKAN..........................................................................22
D. KETERAMPILAN BERTANYA.................................................................................24
E. KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI..........................................................28
F. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN...........................................................32
G. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL.............................................35
H. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN.......37
BAB 4 MANAGEMENT KELAS DAN MICROTEACHING...............................................40
A. PENGERTIAN MANAGEMENT KELAS..................................................................41
B. PERAN PENDIDIK DAN MANAGEMENT KELAS................................................42
C. MANAGEMENT KELAS YANG EFEKTIF..............................................................44
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................47
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Microteaching memiliki latar belakang yang berkaitan erat dengan pemahaman akan
kompleksitas tugas mengajar dan kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan
pengajaran yang efektif. Seiring dengan perkembangan teori dan penelitian
pendidikan, para ahli menyadari bahwa menjadi seorang guru yang baik tidak hanya
melibatkan penguasaan pengetahuan akademik, tetapi juga keterampilan dalam
merencanakan, menyampaikan, dan mengevaluasi pembelajaran.
1
Dalam keseluruhan, latar belakang microteaching adalah hasil dari kebutuhan untuk
melatih calon guru secara holistik, mengatasi tantangan dalam pengajaran di kelas
nyata, dan mengurangi kesenjangan antara teori dan praktik. Metode ini menyediakan
platform yang efektif bagi calon guru untuk mengasah keterampilan mereka,
menerima umpan balik yang berarti, dan mempersiapkan mereka secara optimal untuk
menjadi pendidik yang berkualitas. Dengan demikian, microteaching memiliki
dampak yang signifikan dalam meningkatkan profesionalisme dan kompetensi calon
guru, serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan
Sejarah Microteaching dimulai pada tahun 1960-an sebagai hasil dari perkembangan
dalam pendekatan pelatihan guru. Berikut adalah ikhtisar singkat mengenai sejarah
dan perkembangan microteaching:
3
2. Robert Bush dan Robert Terry: Bush dan Terry menekankan bahwa
microteaching merupakan alat yang efektif untuk mengembangkan
keterampilan pengajaran, terutama dalam hal mengelola kelas,
mengkomunikasikan materi dengan jelas, dan memberikan umpan balik
kepada siswa.
3. Mohd. Sahandri Gani Hamzah: Menurut Hamzah, microteaching membantu
calon guru dalam mengasah keterampilan pengajaran mereka, meningkatkan
kepercayaan diri, dan mengurangi kecemasan dalam menghadapi situasi
pengajaran yang nyata. Ia juga mencatat bahwa microteaching memberikan
pengalaman langsung bagi calon guru untuk beradaptasi dengan berbagai
perbedaan individual siswa.
4. C. K. Jain: Jain berpendapat bahwa microteaching membantu meningkatkan
keterampilan mengajar calon guru, mengurangi kesenjangan antara teori dan
praktik, serta memberikan umpan balik yang mendalam dan bermakna untuk
pengembangan profesional.
Para ahli ini menyepakati bahwa microteaching memberikan manfaat signifikan bagi
calon guru dalam mengembangkan keterampilan pengajaran. Metode ini
memungkinkan latihan yang terkendali, umpan balik yang konstruktif, dan refleksi
diri yang mendalam, sehingga calon guru dapat terus meningkatkan praktik
pengajaran mereka sebelum memasuki lingkungan pengajaran yang sebenarnya.
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai komponen dasar pembelajaran
microteaching, tetapi secara umum, beberapa komponen yang sering disebutkan oleh
para ahli adalah sebagai berikut:
4
pengamat melakukan analisis terhadap praktik pengajaran tersebut untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang ada.
2. Umpan Balik (Feedback): Komponen ini melibatkan pemberian umpan balik
yang konstruktif kepada guru yang sedang berlatih berdasarkan pengamatan
dan analisis yang dilakukan. Umpan balik ini bertujuan untuk memberikan
informasi yang mendalam mengenai keterampilan pengajaran, serta saran
perbaikan yang spesifik dan jelas.
3. Refleksi: Komponen refleksi melibatkan guru yang sedang berlatih untuk
merefleksikan praktik pengajaran mereka sendiri. Mereka diminta untuk
mempertimbangkan dan mengevaluasi kinerja mereka, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan, serta merencanakan perbaikan untuk praktik
selanjutnya. Refleksi ini membantu guru yang sedang berlatih untuk
memahami aspek-aspek tertentu dari pengajaran mereka dan meningkatkan
keterampilan mereka seiring berjalannya waktu.
4. Praktik Berulang: Komponen ini menekankan pentingnya praktik yang
berulang dalam pengajaran. Guru yang sedang berlatih diberikan kesempatan
untuk melakukan latihan pengajaran secara berulang dalam situasi
microteaching, di mana mereka dapat mencoba berbagai strategi pengajaran,
mengeksplorasi variasi dalam pendekatan, dan menguji efektivitasnya. Praktik
berulang ini membantu guru yang sedang berlatih untuk mengembangkan
keterampilan mereka secara bertahap.
5. Konteks dan Situasi Terkendali: Komponen ini mengacu pada cakupan praktik
pengajaran dalam skala kecil dan terkendali. Dalam sesi microteaching, guru
yang sedang berlatih berinteraksi dengan sekelompok siswa atau peserta yang
berperan sebagai peserta didik. Lingkungan ini memungkinkan guru yang
sedang berlatih untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi praktik
pengajaran mereka dalam situasi yang simulatif sebelum menghadapi kelas
sebenarnya.
5
C. KARAKTERISTIK MICROTEACHING
6
peserta didik. Hal ini membantu guru untuk mengalami dan mengatasi situasi
pengajaran yang nyata, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan
dalam menghadapi tantangan dalam kelas.
D. TUJUAN MICROTEACHING
Selain itu, microteaching juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri guru
dalam mengajar. Dengan adanya lingkungan yang terkendali dan simulasi situasi
pengajaran, guru dapat mengatasi kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi kelas
sebenarnya. Praktik yang berulang dan umpan balik membantu guru memperoleh
keyakinan diri dalam kemampuan mereka sebagai pendidik.
Selain itu, melalui microteaching, guru didorong untuk melakukan refleksi terhadap
praktik pengajaran mereka. Setelah sesi microteaching, guru diminta untuk
mempertimbangkan kinerja mereka, mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan
7
yang dihadapi, serta merencanakan tindakan perbaikan. Tujuan ini membantu guru
mengembangkan diri secara kontinu dan meningkatkan keterampilan mereka dalam
mengajar.
Selanjutnya, microteaching juga memberikan ruang bagi guru untuk mencoba inovasi
dalam pengajaran mereka. Dalam sesi microteaching, guru dapat menguji berbagai
strategi, metode, atau pendekatan baru tanpa risiko yang besar. Hal ini mendorong
guru untuk berpikir kreatif, mencari solusi baru, dan mengembangkan pendekatan
yang efektif dalam pengajaran mereka.
8
BAB 2 PERENCANAAN MICROTEACHING
Selanjutnya, guru perlu memilih materi atau topik yang akan disampaikan dalam sesi
microteaching. Materi yang dipilih harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan
sesuai dengan kebutuhan siswa atau peserta. Guru juga perlu memperhatikan tingkat
kesulitan materi agar sesuai dengan pemahaman siswa.
Selain itu, dalam perencanaan microteaching, guru perlu memilih strategi pengajaran
yang tepat. Strategi pengajaran yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran,
materi yang disampaikan, dan karakteristik siswa atau peserta. Beberapa strategi
pengajaran yang umum digunakan dalam microteaching adalah ceramah, diskusi
kelompok, simulasi, dan demonstrasi.
Selanjutnya, guru perlu merancang aktivitas pembelajaran yang relevan dengan tujuan
pembelajaran. Aktivitas tersebut dapat berupa tugas individu, diskusi kelompok,
praktik, atau penggunaan media pembelajaran. Aktivitas ini harus dirancang agar
siswa atau peserta aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
9
akan memberikan informasi tentang sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai
dan membantu guru dalam memberikan umpan balik yang konstruktif.
Dengan perencanaan yang matang, guru yang sedang berlatih dapat mengoptimalkan
sesi microteaching mereka. Perencanaan yang baik membantu guru untuk memiliki
pengajaran yang terstruktur, terorganisir, dan sesuai dengan kebutuhan siswa atau
peserta.
Terdapat tiga hal penting dari pengertian perencanaan, yaitu proses penyusunan
keputusan, pelaksanaan kegiatan dimasa yang akan dating dan untuk mencapai tujuan.
Proses perencanaan keputusan adalah perencanaan membuat atau merumuskan
perkiraan keputusan apa yang akan diambil. Dalam pembelajaran ketika calon guru
(pendidik) atau guru (pendidik) membuat perencanaan, artinya sejak awal sudah
diputuskan tindakan atau aktivitas apa saja yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran.
10
b) Memberi latihan keterampilan menggunakan pendekatan, model, dan metode
pembelajaran yang terkini;
11
memberikan bantuan tambahan sesuai dengan kebutuhan siswa atau peserta untuk
memastikan tujuan pembelajaran tercapai.
12
memberikan kesempatan bagi guru untuk melakukan refleksi dan pengembangan diri
dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
Selain itu, perencanaan microteaching juga melibatkan umpan balik konstruktif dari
pengamat atau rekan sejawat. Dengan melihat perencanaan pembelajaran dan
melaksanakan sesi microteaching, orang lain dapat memberikan umpan balik yang
membantu guru dalam memahami kekuatan dan kelemahan mereka serta memberikan
saran perbaikan yang konstruktif. Hal ini berkontribusi pada pengembangan
profesional guru.
13
diatur secara logis dan sistematis dari mulai kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir,
untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan.
lain:
Setiap siswa adalah mahkluk individu, disamping itu juga sebagai mahkluk sosial.
Idealnya rencana pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam mengembangkan potensi dirinya baik sebagai mahkluk individu maupun
sosial. Disamping itu kemampuan yang harus dikembangkan melalui pembelajaran
oleh guru berkenaan dengan pengembangan potensi akademik seperti kecerdasan
intelektual, emosional, sosial bahkan spiritual, juga harus mampu Microteaching
mendorong pengembangan potensi kemampuan non akademik, seperti penyaluran
bakat maupun minat siswa.
14
pembelajaran harus disusun dan dikembangkan dan mengacu pada kurikulum yang
berlaku. Sebenarnya perencanaan pembelajaran baik berbentuk silabus maupun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam kajian kurikulum semuanya disebut
kurikulum. Adapun yang membedakannya dilihat dari segi cakupannya; silabus
merupakan program pembelajaran yang lebih luas menyangkut program untuk satu
atau kelompok mata pelajaran untuk jangka waktu satu semester atau lebih.
Sedangkan RPP merupakan program pembelajaran yang menyangkut pokok-pokok
bahasan untuk satu atau dua unit.
Lengkapi perencanaan pembelajaran dengan lembar kerja dan lembar tugas, atau
instrumen pembelajaran lain sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Pedoman observasi atau pedoman wawancara, lembar kerja siswa,
format, isian, lembar catatan tertentu.
Rencana pembelajaran wajib bersifat fleksibel: yaitu bersifat luwes agar dapat
dilakukan penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Rencana
pembelajaran dibuat sebelum pembelajaran dilaksanakan. Oleh karena itu, rencana
pembelajaran merupakan proyeksi kegiatan, maka RPP sifatnya dugaan atau
hipotesis. Kondisi nyata akan terlihat pada saat pembelajaran itu dilaksanakan. Untuk
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan perbedaan situasi dan kondisi yang tidak
15
sesuai seperti yang diproyeksikan melalui perencanaan sebelumnya, maka dengan
sifat fleksibilitas perencanaan tersebut, dapat segera dilakukan adaptasi dan
penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang terjadi.
Setelah itu, langkah ketiga adalah merancang bahan pembelajaran yang relevan
dengan tujuan pembelajaran. Bahan ini harus disusun secara sistematis dan
memperhatikan kebutuhan peserta. Langkah keempat adalah memilih metode
pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta. Metode
ini dapat berupa ceramah, diskusi, simulasi, atau tugas kelompok, tergantung pada
konteks dan tujuan pembelajaran.
16
Langkah kelima adalah menyusun rencana pembelajaran yang terstruktur. Rencana ini
mencakup urutan kegiatan, alokasi waktu, dan penyesuaian yang diperlukan. Langkah
keenam adalah melakukan persiapan materi dan sumber daya yang diperlukan untuk
mendukung pembelajaran. Persiapan yang baik akan memastikan kelancaran dan
keberhasilan sesi microteaching.
17
BAB 3 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Pertama, perencanaan pembelajaran menjadi langkah awal yang penting. Anda perlu
merencanakan tujuan pembelajaran yang jelas dan sesuai dengan konteks pengajaran.
Tentukan materi yang akan diajarkan, metode pembelajaran yang akan digunakan,
serta strategi penilaian yang sesuai.
Keterampilan pengelolaan kelas juga harus diperhatikan. Anda perlu mengatur dan
mengelola kelas dengan baik. Atur waktu dengan baik, pertahankan disiplin, fasilitasi
diskusi, dan berikan perhatian kepada siswa secara individual. Pertimbangkan pula
strategi untuk mengelola kelompok kecil atau kerja kelompok.
18
penilaian seperti tes, tugas proyek, diskusi kelompok, atau observasi untuk
memastikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.
Keterampilan mengajar yang inklusif, empatik, dan adaptif juga sangat penting dalam
microteaching. Pastikan bahwa semua siswa merasa terlibat dan mendapatkan
manfaat maksimal dari pengajaran Anda.
Selain itu, penting untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. Jelaskan
kepada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa itu penting bagi mereka.
Hal ini dapat memberikan motivasi dan arah yang jelas kepada siswa, sehingga
mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tujuan pembelajaran tersebut.
19
pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya. Ini membantu siswa untuk
melihat relevansi dan konteks dalam pembelajaran baru.
Selain itu, berikan gambaran menyeluruh tentang isi pembelajaran yang akan
dilakukan. Jelaskan secara singkat apa yang akan dipelajari dan bagaimana materi
tersebut akan disajikan. Ini memberikan gambaran keseluruhan kepada siswa tentang
struktur dan aliran pembelajaran yang akan mereka ikuti.
Terakhir, penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dalam kelas. Pastikan
suasana kelas yang inklusif, ramah, dan aman. Berikan salam dan sapaan hangat
kepada semua siswa, dan berikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berpartisipasi.
Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, semua siswa merasa diterima dan
didorong untuk berkontribusi.
Robert Gagne dalam tulisan yang mengulas tentang pembelajaran yang berjudul
Condition of Learning, mengklasifikasikan langkah- langkah pembelajaran menjadi 9
peristiwa pembelajaran. Diantara sembilan tahapan tersebut tahap pembelajaran, yang
terkait dengan kegiatan awal pembelajaran adalah menarik perhatian,
memberitahukan tujuan pembelajaran kepada mahasiswa dan merangsang ingatan
pada prasyarat belajar
Agar pembelajaran yang dicapai dapat diterima oleh siswa, guru pada saat membuka
pelajaran harus menganalisis dan memahamikebutuhan, tujuan, minat dan bakat anak,
sehingga saat pembelajaran yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan siswa. Jika
tujuan, kebutuhan, minat dan bakat anak dapat dipahami, maka proses belajar sesuai
dengan kebutuhan, minat dan kemampuan siswanya.
20
Berikut unsur-unsur yang dapat digunakan saat melakukan proses kegiatan awal
pembelajaran.
Menarik perhatian. Kegiatan paling awal dari pembelajaran adalah menarik perhatian
siswa agar kegiatan pembelajaran berikutnya dapat berjalan dengan baik. Perhatian
siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan
secara mendadak. Untuk keperluan pembelajaran dalam kelompok besar, gerak tubuh,
perubahan suara, atau menyediakan media pembelajaran dapat menarik perhatian
siswa. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa. Maksud utama
memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa adalah agar siswa dapat
menjawab pertanyaan ini, "Bagaimana saya tahu bahwa saya sudah belajar?"
Keuntungan lain yang juga dapat diperoleh dari pemberitahuan tujuan ini adalah
terarahnya seluruh kegiatan belajar ke tujuan yang ingin dicapai. Hakekat dari
pemberitahuan tujuan pembelajaran sebenarnya adalah menginformasikan apa yang
harus dicapai mahasiswa pada akhir pembelajaran. Ia dimaksudkan untuk membangun
harapan-harapan dalam diri mahasiswa tentang hal-hal yang harus dikuasai setelah
belajar (Degeng, 1988).
Merangsang ingatan pada prasyarat belajar. Prasyarat belajar (hal- hal yang telah
dipelajarai sebelumnya) yang dapat memudahkan belajar hal yang baru harus diingat
sebelum yang baru dipelajari. Kadang-kadang hal ini dapat dilakukan dengan kalimat
sederhana, yaitu hanya dengan mengingatkan siswa pada hal-hal yang sudah
dipelajari.
21
tergantung pada kinerja yang akan dievaluasi. Tentunya penilaian harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
C. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Keterampilan ini diperlukan agar guru dapat menyajikan materi dengan jelas dan agar
siswa dapat memahami konsep. Elemen yang harus Anda bawa termasuk antusiasme,
posisi pertama pada topik, dan penjelasan yang efektif. Menjelaskan adalah salah satu
keterampilan utama yang harus dikuasai guru.
Menurut Eberts dan Gisler (2008), menurut Nisbet dan Shucksmith (Perry, 2004),
kemampuan penjelas atau komunikatif guru sama pentingnya dengan kemampuan
guru menguasai apa yang perlu diajarkan kepada siswa. Keterampilan komunikasi
yang harus dikembangkan guru tidak hanya untuk dapat berkomunikasi secara efektif,
tetapi juga untuk mencontohkan komunikasi yang baik. Karier mengajar adalah
investasi bagi generasi berikutnya. Oleh karena itu, salah satu keterampilan yang
dibutuhkan guru adalah “kemampuan komunikasi yang baik dengan anak”.
Menjelaskan dalam konteks pembelajaran berarti membantu siswa belajar lebih dari
sekedar berkomunikasi.
22
Dengan kata lain, fokusnya adalah pada pembelajar, bukan pada guru. Siswa belajar
paling baik dengan mengalami sesuatu untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu,
ketika seorang guru mencoba untuk mengajarkan sesuatu, guru secara terus menerus
berusaha untuk menembus pikiran siswa agar dia dapat lebih memahami apa yang
dibutuhkan siswa saat mempelajari materi pembelajaran tersebut. McLeod, Fisher.
Hoover (2003) menjelaskan perkuliahan secara umum sebagai upaya guru untuk
menyampaikan pengetahuan secara lisan kepada siswa, atau yang setara. Selama
pembelajaran, kami akan menjelaskan pembelajaran yang berpusat pada guru. Jadi
biarkan guru berperan sebagai "ahli" yang membagikan ilmunya kepada siswanya.
Brown dan Armstong (Odora, 2014) mengidentifikasi dua jenis penjelasan yang
secara umum membentuk pemahaman siswa terhadap penjelasan: penjelasan
imajinatif terbuka siswa. Tujuan utama pemberian penjelasan dalam pembelajaran
adalah untuk membangkitkan minat siswa, meningkatkan kecerdasan mereka dalam
belajar, membantu mereka memahami tujuan dari apa yang mereka lakukan, dan
memberi mereka wawasan orisinal tentang bagaimana mereka melakukannya. untuk
mengembangkan pemahaman. Selain itu, penjelasan kelas dapat digunakan untuk
memberikan pemahaman yang rumit kepada siswa.
Kemudian, gunakan kata-kata yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Hindari
penggunaan jargon atau jargon yang mungkin sulit dipahami siswa. Berkomunikasi
dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami untuk dipahami siswa.
Atur deskripsi Anda dengan baik. Saya akan memberikan gambaran terlebih dahulu
tentang topik yang akan saya bahas, kemudian saya akan mengelompokkan poin-poin
penting secara struktural. Pastikan urutannya logis dan teratur sehingga siswa dapat
dengan mudah mengikuti alur penjelasan Anda. Gunakan contoh dan ilustrasi konkret
untuk mengklarifikasi konsep yang Anda gambarkan. Contoh membantu siswa
menghubungkan konsep dengan situasi dunia nyata agar lebih mudah dipahami.
23
Berikan contoh yang relevan dan Anda dapat dengan mudah menghubungkannya
dengan kehidupan dan pengalaman sehari-hari siswa Anda.
Gunakan analogi dan perumpamaan yang relevan untuk mengklarifikasi konsep yang
rumit. Membandingkan konsep yang sulit dipahami dengan konsep yang lebih dikenal
atau dikenal siswa. Perumpamaan membantu siswa membuat hubungan dan
mendapatkan pemahaman konsep yang lebih dalam. Terus berlatih dan mengasah
keterampilan penjelasan Anda melalui instruksi pengalaman dan refleksi. Menguasai
keterampilan ini akan membantu Anda mengomunikasikan pembelajaran Anda
dengan lebih jelas, mudah dipahami, dan melibatkan siswa Anda.
D. KETERAMPILAN BERTANYA
Keterampilan bertanya adalah salah satu dari keterampilan mengajar yang diterapkan
untuk memfasilitasi proses pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan
kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan dalam suatu proses pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah
siswa.
24
Pertanyaan tingkat tinggi tidak dapat dijawab hanya dengan ingatan hafalan saja.
Pertanyaan-pertanyaan ini membutuhkan aturan atau prinsip. Dengan pertanyaan
terbuka, tidak ada jawaban tunggal tetapi menuntut siswa untuk berpikir kreatif.
Pertanyaan menyelidik dapat dilakukan dengan cara guru meminta siswa untuk
mencari informasi lebih lanjut; memerlukan pembenaran untuk suatu jawaban;
memfokuskan kembali jawaban ke aspek lain dari pertanyaan; mendorong murid; atau
meminta siswa lain untuk masuk ke dalam diskusi.
Menurut Turney (1979) secara umum guru bertanya pada siswa untuk berbagai tujuan
dan manfaat, diantaranya adalah:
a) Untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan.
f) Melihat hal-hal yang telah dan belum diketahui siswa terkait materi.
h) Memberi kesempatan siswa untuk mengulang kembali materi yang telah dipelajari.
25
i) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
a) Pertanyaan yang menuntut fakta, yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk
mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan jawaban harus
berdasarkan fakta.
a) Bahasa pertanyaan yang digunakan jelas dan singkat: yaitu pertanyaan yang
digunakan jelas dan singkat, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
siswa, serta mudah dimengerti.
b) Pemberian acuan: yaitu pertanyaan yang disampaikan berisi informasi yang relevan
dengan jawaban yang diharapkan siswa dan membantu siswa untuk mengolah
informasi pembelajaran dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
d) Pemindahan giliran: yaitu pertanyaan harus disampaikan secara adil dan merata
kepada setiap siswa, sehingga semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama.
26
e) Acak: yaitu pertanyaan sebaiknya diberikan secara acak agar perhatian siswa
terpusat pada kegiatan pembelajaran.
f) Pemberian waktu berpikir: yaitu siswa harus diberikan waktu untuk berpikir,
sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk menemukan dan menyusun jawaban.
pertanyaan harus tercipta suasana psikologi yang hangat dan mendorong semangat
belajar.
h) Merangsang berpikir: yaitu setiap pertanyaan yang diajukan harus menjadi stimulus
sehingga siswa merasa tertantang untuk berpikir dan melakukan aktivitas
pembelajaran untuk menjawabnya.
Agar tercipta pembelajaran aktif, tidak hanya guru saja yang bertanya pada siswa, tapi
juga dari siswa kepada siswa, maupun kepada guru.
Dengan demikian dapat meningkatkan keterlibatan siswa agar dapat belajar secara
lebih aktif, dan mengurangi peran guru sebagai penanya sentral. Sebagai bahan
rujukan, dapat digunakan klasifikasi tingkatan pengetahuan yang disampaikan oleh
Bloom dkk (taksonomi Bloom, yaitu: Pertanyaan ingatan ( knowledge): yaitu jenis
pertanyaan yang mengharapkan siswa dapat mengenali atau mengingat kembali
informasi yang telah dipelajari.
27
Pertanyaan sintesis ( synthesis): yaitu pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir
dan proses mental yang tinggi. Pertanyaan ini tidak memiliki suatu jawaban benar
tunggal, akan tetapi mendorong siswa untuk dapat membuat keputusan atau
pertimbangan baik tidaknya suatu ide, pemecahan masalah. Kata-kata yang biasanya
digunakan adalah: memutuskan, beri pendapatmu, mana yang lebih baik dan lainnya.
Penggunaan keterampilan bertanya sangat penting dalam metode penyelidikan.
Menurut 1
Namun dengan adanya pergeseran tujuan dari menguasai isi pembelajaran menjadi
menguasai kecakapan hidup yang sedang trend saat ini, bertanya kini menjadi
keterampilan yang harus dikuasai sebagai 1 Lewis, Karron G. “Developing
questioning skills,” 2015 bagian dari keterampilan menyelidiki siswa. Hal ini
bertujuan untuk membangun keterampilan menyelidiki di kalangan siswa untuk
memungkinkan mereka menganalisis fenomena di sekitar kehidupan mereka dan
dalam kehidupan orang lain.
Agar variasi bisa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, maka harus
mempertimbangkan beberapa prinsip berikut ini:
28
Bertujuan; bahwa variasi stimulus yang dikembangkan harus memiliki tujuan yang
terarah dan jelas. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan
kesesuaian sifat materi, karakteristik siswa dan juga latar belakang sosial budayanya,
dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya.
Fleksibel; artinya harus bersifat luwes dan tidak kaku. Setiap jenis variasi diterapkan
memungkinkan dapat diubah atau disesuaikan dengan situasi, kondisi dan tuntutan
yang terjadi secara spontan saat pembelajaran tanpa mengganggu proses pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Menurut Wina Sanjaya (2006) bahwa tujuan dan manfaat dalam pembelajaran adalah
untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan,
sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan
berpartisipasi aktif dalam setiap langkah pembelajaran.
Beberapa poin penting yang menjadi tujuan dan manfaat dari variasi stimulus jika
merujuk pada pernyataan tersebut adalah:
c) Menghilangkan kejenuhan dan rasa bosan sebagai akibat dari kegiatan yang
bersifat rutinitas.
29
d) Meningkatkan rasa ingin tahu atau motivasi siswa, yaitu kesadaran sendiri untuk
memperhatikan penjelasan guru dan terlibat dalam aktivitas belajar.
Secara garis besar variasi stimulus dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu:
Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Beberapa
variasi yang dapat digunakan adalah:
a) Variasi suara ( teacher voice) adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah,
dari tinggi menjadi rendah, dan cepat menjadi lamban atau sebaliknya. Hendaknya
suara bervariasi pada saat menjelaskan materi pelajaran, baik dalam intonasi, volume,
nada dan kecepatan bicara yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi dan kondisi.
c) Kesenyapan atau kebisuan guru ( teacher silece) yaitu kesenyapan atau “selingan
diam” yang tiba-tiba atau sengaja dilakukan untuk menarik perhatian siswa. Diam
sejenak setelah terus menerus melakukan komunikasi lisan menjelaskan materi
termasuk dalam pergantian strategi atau variasi dari berbicara ke diam sesaat.
d) Kontak pandang atau kontak mata ( eye contact) adalah memusatkan perhatian
antara calon pendidik/pendidik dengan siswa. Bila sedang berbicara sebaiknya
30
padangan menjelajah ke seluruh kelas dan melihat ke mata siswa untuk menunjukkan
adanya hubungan antara calon pendidik/pendidik dengan siswanya. Dengan begitu
siswa merasa diperhatikan dan mengurangi kegiatan yang dapat mengganggu proses
pembelajaran.
e) Gerak badan dan mimik yaitu gerakan kepala, badan dan juga ekspresi wajah
(mimik) yang berguna untuk menarik perhatian dan memberikan kesan dan
pendalaman makna dari pesan lisan yang disampaikan.
f) Gerak atau pergantian posisi di dalam kelas adalah pergantian posisi calon
pendidik/pendidik dari satu gaya ke gaya lainnya. Misalnya dari duduk, berdiri dan
berjalan untuk menghindari kejenuhan dan mempertahankan perhatian siswa. Bila
ingin mengobservasi keseluruhan kelas dapat dilakukan dengan bergerak perlahan ke
arah belakang dan kemudian dari belakang ke arah depan untuk dapat mengetahui
tingkah laku siswa.
a) Variasi alat yang dapat dilihat (media visual); yaitu alat atau media pembelajaran
yang bisa dilihat seperti gambar, foto, film slide, bagan, grafik, poster dan lain
sebagainya.
b) Variasi alat yang dapat didengar (media auditif); yaitu alat atau media
pembelajaran yang dapat didengar seperti radio, rekaman suara, slide suara, musik
dan lain sebagainya.
c) Variasi alat yang dapat diraba yaitu media yang dapat diraba, dimanipulasi dan
digerakkan. Penggunaan alat dalam jenis ini dapat menarik perhatian siswa dan
melibatkan siswa dalam bentuk pergaan kegiatan baik secara individual maupun
kelompok.
d) Variasi alat yang dapat dilihat dan didengar ( audio visual aids) seperti film,
televisi, atau proyektor berisi penjelasan tentang materi pelajaran. Penggunaan alat
31
jenis ini merupakan tingkat yang lebih tinggi dari sekedar media dengar saja atau
visual saja.
Komunikasi antara guru sebagai komunikator dengan siswa. Guru tidak hanya
berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan, tapi juga sebagai moderator, pembimbing
dan juga motivator. Interaksi atau komunikasi dapat terjadi dalam bentuk verbal atau
non verbal, dan polanya dapat berbentuk klasikal, kelompok dan juga perorangan
sesuai dengan keperluan. Proses komunikasi ini diklasifikasikan menjadi beberapa
yaitu:
Komunikasi satu arah ( one way communication); yaitu komunikasi yang hanya
berlangsung satu arah, dari calon pendidik/pendidik ke siswa. Bentuk komunikasi ini
adalah calon pendidik/pendidik bertindak sebagai komunikator yang menyampaikan
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.
Pemberian penguatan terhadap perilaku belajar siswa ini secara langsung maupun
tidak, berpengaruh terhadap peningkatan proses pembelajaran dan hasilnya, terutama
dalam menanamkan rasa percaya diri dan membangkitkan semangat belajar. Beberapa
tujuan dan manfaat yang dirasakan melalui penerapan keterampilan penguatan
adalahMeningkatkan perhatian siswa; karena perhatian ini sifatnya tidak menetap dan
32
dapat berubah sesuai kondisi, maka penting untuk dapat membangkitkan perhatian
siswa dengan memberi penguatan yang tepat baik jenisnya maupun waktu
pemberiannya.
Memudahkan siswa belajar; yaitu calon pendidik/ pendidik sebagai fasilitator mampu
mengelola lingkungan pembelajaran agar siswa dapat berinteraksi secara maksimal
dan mudah memahami materi yang dipelajari.
Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; karena kepercayaan diri merupakan
modal dasar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran haruslah mampu
menumbuhkan semangat belajar yang tinggi dan keinginan untuk berprestasi, dan
juga percaya pada kemampuan sendiri.
Memelihara suasana kelas yang kondusif; menyenangkan, nyaman, aman dan juga
dinamis akan mendorong aktivitas belajar menjadi lebih maksimal. Suasana kelas jadi
lebih demokratis sehingga siswa lebih bebas mengemukakan pendapat, dan juga
mencoba hal- hal baru yang membuat siswa merasa bersemangat.
Secara garis besar keterampilan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu
dipahami dan juga dikuasai, diantaranya adalah
1. Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan dalam bentuk komentar-
komentar lisan yang positif, pujian, dukungan, penghargaan yang digunakan
untuk menguatkan tingkah laku siswa. Penguatan jenis ini secara teknis lebih
mudah dan bisa segera dilakukan untuk memberi respon melalui ucapan
terhadap respon siswa, seperti misalnya; bagus sekali, luar biasa, tepat sekali,
atau pendapatmu benar sekali, dan lain sebagainya.
2. Penguatan non-verbal
33
Penguatan non-verbal dilakukan dengan perbuatan atau isyarat tertentu yang
menunjukkan penghargaan atas perbuatan siswa. Beberapa jenis
penguatannon-verbal adalah
a) Mimik dan gerakan badan yang dilakukan dengan mengekspresikan wajah
ceria dan bangga, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari,
tepukan tangan, dan gerakan lainnya yang menandakan kepuasan.
b) Gerak mendekati yang dapat dilakukan dengan mendekati siswa, atau juga
berdiri disampingnya, sehingga membuat siswa merasa diperhatikan.
c) Sentuhan yang dilakukan dengan membuat kontak fisik dengan siswa
misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, atau sentuhan lain yang sesuai
dengan kultur, etika dan moral yang berlaku.
d) Kegiatan yang menyenangkan dengan memberikan tugas- tugas atau
kegiatan yang disenangi siswa, sehingga mereka mampu mengekspresikan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
e) Pemberian simbol atau benda dapat berupa komentar tertulis pada tulisan
siswa, kartu bergambar, tanda bintang, lencana atau hadiah lainnya yang
sifatnya mendidik dan bermakna.
Dalam pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku
positif, berupa pemberian penghargaan untuk merespon perilaku siswa karena
sesuai dengan harapan practitioner. Sedangkan penguatan negatif merupakan
penguatan perilaku dengan cara menghentikan keadaan atau perilaku yang
kurang menyenangkan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan
sehingga siswa terbebas dari keadaan seperti itu. Penguatan negatif dapat
dilakukan secara verbal dan non-verbal, bisa berupa gelengan kepala atau juga
kerutan kening tanda tidak setuju.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan,
yaitu
a) Hangat dan antusias hal ini dapat diperlihatkan dalam gerakan, ekspresi wajah,
suara dan juga bahasa tubuh. Dalam memberikan penguatan harus dilakukan dengan
sungguh- sungguh, tulus dan mencermnkan perasaan yang senang. Penguatan harus
dapat memberikan kesan positif, sehingga siswa yang menerima penguatan merasa
senang dan puas dan dapat mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi.
34
b) Bermakna diberikan dengan serius, bukan basa- basi, baik melalui kata- kata
maupun isyarat. Baik secara akademik yaitu melalui penguatan yang diberikan dapat
mendorong siswa untuk lebih berprestasi, maupun non akademik dengan
memfasilitais siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif melakukan aktivitas yang
positif.
c) Menghindari respon dan komentar yang negatif jika siswa tidak mampu
menjawab pertanyaan dengan baik.
d) Penguatan juga harus bervariasi, baik secara verbal maupun non-verbal.
e) Sasaran penguatan harus jelas, dengan menyebutkan nama dan menunjukkan
pandangan pada yang dituju.
Salah satu asas mengajar adalah perbedaan individu. Misalnya bahwa pada
hakikatnya individu itu adalah mahluk yang unik. Artinya tidak ada dua orang peserta
didik yang mempunyai kesamaan yang betul- betul sama.
Dengan demikian maka antara individu yang satu dengan individu yang lain masing-
masing mempunyai perbedaan satu sama yang lainnya. Apakah perbedaan secara
35
fisik, atau berbeda dalam minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya. Hal tersebut
sejalan dengan yang dikemukakan Fisher (2007) “all students are different. The best
teaching takes account off relevant differences to meet the individual learning needs
of students”.
Perhatian terhadap adanya perbedaan individu dalam pembelajaran ini, tidak berarti
mengarah kepada sistem pembelajaran individual, tetapi merupakan penyediaan
alternatif yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan perkembangan peserta didik
yang terdapat dalam kelas.
Dalam hal ini, melalui pembelajaran klasikal, guru dapat membuat variasi melalui
adanya pembelajaran kelompok-kelompok kecil, dan pembelajaran perorangan.
Dengan adanya variasi seperti ini, sangat memberikan peluang yang lebih besar bagi
terpenuhinya kebutuhan setiap peserta didik, dengan demikian penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, merupakan suatu kebutuhan
yang esensial bagi setiap guru yang ingin mengembangkan kemampuan
profesionalnya.
Secara makna tersirat maupun secara fisik, bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas
yaitu antara tiga sampai delapan orang siswa. Seperti rumusan Depdikbud (1985)
bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah terbatasnya jumlah siswa
yang dihadapi oleh guru, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang siswa untuk
kelompok kecil dan satu untuk perseorangan.Dengan adanya variasi seperti ini, sangat
memberikan peluang yang lebih besar bagi terpenuhinya kebutuhan setiap peserta
didik, dengan demikian penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang ingin
mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Secara makna tersirat maupun secara fisik, bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas
yaitu antara tiga sampai delapan orang siswa. Seperti rumusan Depdikbud (1985)
bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah terbatasnya jumlah siswa
yang dihadapi oleh guru, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang siswa untuk
kelompok kecil dan satu untuk perseorangan.
36
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara personal:
Keterampilan ini dilakukan agar siswa dapat berkembang secara optimal dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa perlu merasa yakin bahwa dia diperhatikan dan
didengarkan, untuk itu perlu diciptakan suasana seperti:
2. Keterampilan mengorganisasi:
a) Memberi orientasi umum mengenai tujuan tugas atau masalah yang akan
dipecahkan sebelum kelompok mengerjakan berbagai kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Keterampilan Membimbing
37
Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran sesuai dengan minat dan
bakat masing-masing siswa: sehingga memungkinkan guru membantu siswa untuk
maju tanpa merasa frustasi. Guru dapat memberi penguatan yang sesuai baik secara
kualitas maupun kuantitas, dan mengembangkan sikap tangga baik secara perorangan
maupun keseluruhan.
Layanan pembelajaran yang diberikan oleh guru senantiasa harus sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masing-masing peserta didik, menurut O’Brien & Guiney
(2001) guru harus memperhatikan prinsip- prinsip umum adanya perbedaan. Prinsip-
prinsip yang dimaksud, diantaranya yaitu: semua peserta didik memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi; setiap peserta didik dapat belajar;
setiap guru dapat belajar; belajar merupakan suatu proses yang melibatkan adanya
interaksi yang timbal balik; kemajuan belajar setiap peserta didik harus diharapkan,
diakui, dan dihargai; individu belajar sebagai suatu sistem dapat diperbaharui menjadi
sampai sukses.
b) Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan
perorangan, informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
38
c) Pengajaran kelompok kecil atau efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi
berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan laporan dan sebagainya.
d) Guru hendaknya mengenal peserta didik secara perorangan agar mampu mengatur
kondisi belajar yang tepat.
Dalam kegiatan belajar mengajar perorangan, peserta didik dapat bekerja secara bebas
sesuai dengan bahan yang disiapkan.
Prinsip-prinsip tersebut, sejalan dengan yang dikemukakan Adams & Hamm (2010)
bahwa, untuk membangun kapasitas keberhasilan peserta didik, guru harus
mengidentifikasikan kekuatan individu, memaksimalkan potensi, dan membangun
kapasitas yang dimiliki setiap peserta didik. Meskipun tidak ada rumus tunggal untuk
menciptakan kelas yang dapat memfasilitasi baik perbedaan kelompok maupun
perbedaan individu peserta didik.
39
BAB 4 MANAGEMENT KELAS DAN MICROTEACHING
Manajemen Kelas adalah serangkaian strategi dan tindakan yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mengatur dan mengelola kelas dengan efektif. Tujuan manajemen
kelas adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di mana siswa dapat
belajar secara efektif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Beberapa prinsip dasar
yang terkait dengan manajemen kelas yang efektif meliputi:
1. Membangun hubungan yang baik dengan siswa: Guru harus berusaha untuk
membangun hubungan positif dengan siswa dengan mendengarkan mereka,
memperhatikan kebutuhan mereka, dan menunjukkan empati.
2. Menetapkan aturan dan harapan yang jelas: Guru perlu menjelaskan aturan dan
harapan secara jelas kepada siswa. Aturan-aturan ini harus adil, konsisten, dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
3. Mengelola perilaku siswa: Guru harus memiliki strategi yang efektif untuk
mengelola perilaku siswa di kelas. Ini termasuk memberikan penguatan positif untuk
perilaku yang diinginkan dan menerapkan konsekuensi yang konsisten untuk perilaku
yang tidak diinginkan.
5. Mengelola waktu dengan baik: Guru harus mengatur waktu dengan efektif untuk
memastikan bahwa semua kegiatan pembelajaran tercakup dalam waktu yang
tersedia.
6. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran: Guru perlu melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran dengan mendorong partisipasi mereka, menerapkan
pendekatan yang interaktif, dan menggunakan berbagai strategi pengajaran yang
menarik.
7. Menilai kemajuan siswa: Guru perlu secara teratur mengevaluasi kemajuan siswa
dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Ini dapat membantu guru untuk
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang sesuai.
40
Microteaching adalah metode pengajaran yang melibatkan praktik pengajaran dalam
skala kecil atau "mikro". Dalam microteaching, seorang guru mempresentasikan
pengajaran mereka kepada sekelompok kecil rekan guru atau pengamat untuk
mendapatkan umpan balik konstruktif. Tujuan utama dari microteaching adalah untuk
meningkatkan keterampilan pengajaran guru melalui refleksi dan praktik yang
terfokus.
3. Umpan balik: Setelah sesi microteaching, pengamat atau rekan guru memberikan
umpan balik konstruktif tentang kinerja pengajaran guru. Hal ini membantu guru
untuk melihat kelebihan dan kelemahan mereka dalam pengajaran.
Manajemen kelas adalah serangkaian strategi, tindakan, dan keputusan yang diambil
oleh seorang guru untuk mengorganisir, mengelola, dan mengarahkan kelas dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Ini mencakup berbagai aspek seperti pengaturan fisik
kelas, pembentukan aturan dan prosedur, manajemen perilaku siswa, penggunaan
strategi pengajaran yang efektif, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Tujuan utama manajemen kelas adalah menciptakan suasana yang positif, teratur, dan
kolaboratif di kelas, yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan efektif.
41
Pendapat Para Ahli tentang Manajemen Kelas:
1. Fred Jones: Fred Jones menggambarkan manajemen kelas sebagai "pengaturan dan
pemeliharaan lingkungan fisik dan sosial yang mengarah pada kerjasama dan
pembelajaran." Menurutnya, manajemen kelas yang efektif melibatkan pendekatan
yang proaktif, dengan penekanan pada pencegahan masalah perilaku sebelum mereka
terjadi.
Pendapat para ahli ini menggarisbawahi pentingnya manajemen kelas yang efektif
dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif, meningkatkan partisipasi siswa,
dan memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif.
Peran pendidik dalam manajemen kelas memiliki dampak yang signifikan terhadap
proses pembelajaran dan pengalaman belajar siswa. Sebagai pemimpin, pendidik
bertanggung jawab dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa,
mengarahkan mereka menuju pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai pembina,
42
pendidik mendukung perkembangan siswa dalam hal keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang positif.
43
Secara keseluruhan, peran pendidik dalam manajemen kelas meliputi kepemimpinan,
pembinaan, pengorganisiran, motivasi, dan pembimbingan. Dengan menjalankan
peran ini dengan baik, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif,
memfasilitasi pembelajaran yang efektif, dan membantu siswa mencapai potensi
penuh mereka dalam proses pembelajaran.
Manajemen kelas yang efektif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar
yang produktif dan positif. Dalam manajemen kelas yang efektif, pengaturan fisik
kelas menjadi penting untuk menciptakan ruang yang nyaman dan terorganisir. Meja
dan kursi yang tersusun rapi, tata letak yang memungkinkan interaksi dan kolaborasi,
serta penggunaan sumber daya yang relevan dengan pembelajaran adalah faktor yang
perlu diperhatikan.
Selain itu, aturan dan prosedur yang jelas harus ditetapkan dan dikomunikasikan
dengan jelas kepada siswa. Siswa perlu memahami aturan yang ada, konsekuensi dari
pelanggaran aturan, dan harapan yang harus mereka penuhi. Dengan adanya aturan
yang jelas, siswa dapat memiliki struktur dan panduan dalam mengatur perilaku
mereka di kelas.
Pengelolaan perilaku siswa juga merupakan aspek penting dalam manajemen kelas
yang efektif. Pendidik perlu menggunakan strategi yang membantu mendorong
perilaku positif siswa, seperti penguatan positif, penghargaan, dan pengakuan
terhadap usaha dan prestasi siswa. Selain itu, pendidik juga harus memiliki strategi
untuk mengatasi perilaku yang tidak diinginkan, seperti memberikan arahan yang
jelas, memberikan konsekuensi yang sesuai, atau memberikan waktu untuk refleksi.
Keterlibatan aktif siswa juga diperlukan dalam manajemen kelas yang efektif.
Pendidik perlu mendorong partisipasi siswa melalui strategi pengajaran yang variatif,
seperti diskusi kelompok, kerja kelompok, atau proyek kolaboratif. Dengan
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, mereka dapat merasa lebih terlibat
dan berkontribusi secara maksimal.
Komunikasi yang efektif antara pendidik dan siswa juga menjadi faktor penting dalam
manajemen kelas yang efektif. Pendidik perlu menggunakan bahasa yang jelas dan
44
komunikasi yang terstruktur untuk memberikan arahan dan menjelaskan materi
pembelajaran. Selain itu, pendidik juga perlu mendengarkan dengan empati terhadap
siswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan membangun hubungan yang
positif dengan siswa.
Dengan menerapkan strategi dan praktik dalam manajemen kelas yang efektif,
pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, terstruktur, dan
produktif. Hal ini akan meningkatkan partisipasi siswa, mengelola perilaku dengan
baik, dan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Manajemen kelas yang efektif mencakup serangkaian strategi dan praktik yang
diterapkan oleh pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif,
terstruktur, dan produktif. Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang
manajemen kelas yang efektif:
1. Wong & Wong: Menurut Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong, manajemen
kelas yang efektif melibatkan pembentukan rutinitas yang jelas, penerapan aturan dan
harapan yang konsisten, serta penggunaan sistematis penguatan positif dan umpan
balik konstruktif.
3. Canter: Menurut Lee Canter, manajemen kelas yang efektif melibatkan penggunaan
aturan yang terstruktur, pengelolaan perilaku siswa yang konsisten, dan pendekatan
yang proaktif dalam mencegah masalah perilaku.
45
hubungan yang positif dengan siswa, serta pengelolaan kelas yang terorganisir dan
terstruktur.
Pendapat para ahli ini menyoroti beberapa prinsip penting dalam manajemen kelas
yang efektif, termasuk pembentukan rutinitas dan aturan yang jelas, konsistensi dalam
pengelolaan perilaku siswa, penggunaan umpan balik dan penguatan positif, serta
komunikasi yang baik antara pendidik dan siswa. Dengan menerapkan strategi dan
praktik ini, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
meningkatkan keterlibatan siswa, dan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
46
CONTOH SOAL
Soal 1:
Jawaban: A, B, C, E
Soal 2:
A. Perencanaan
B. Implementasi
C. Evaluasi
D. Pertunjukan
E. Refleksi
Jawaban: D
Soal 3:
B. Mengembangkan kreativitas
47
C. Meningkatkan rasa percaya diri
Jawaban: E
Soal 4:
Jawaban: C
Soal 5:
Jawaban: E
48
Soal 6:
A. Tes tertulis
B. Observasi langsung
C. Diskusi kelompok
D. Penugasan proyek
E. Kuis online
Jawaban: B, C
Soal 7:
Jawaban: B
Soal 8:
A. Menjadi penonton
49
D. Menyusun rencana pembelajaran individu
Jawaban: C
Soal 9 :
Jawaban: A, B, C, D
Soal 10:
Jawaban: D
50
Tentu! Berikut adalah sepuluh soal pilihan ganda tambahan tentang microteaching
beserta jawabannya:
Soal 11:
Jawaban: E
Soal 12:
A. Implementasi
B. Evaluasi
C. Perencanaan
D. Refleksi
E. Pertunjukan
Jawaban: C
Soal 13:
51
B. Mengembangkan keterampilan menulis puisi
Jawaban: E
Soal 14:
Jawaban: A
Soal 15:
A. Presentasi individu
B. Penugasan individu
C. Diskusi kelompok
D. Ujian tertulis
E. Pertunjukan musik
Jawaban: A, B, C
52
Soal 16:
Jawaban: C
Soal 17:
Jawaban: B
Soal 18:
53
D. Proses refleksi setelah mengajar
Jawaban: A
Soal 9 :
Jawaban: A, C
Soal 10:
Jawaban: E
54
Berikut adalah sepuluh soal essay tentang microteaching beserta jawabannya:
Soal 1:
Soal 2:
Soal 3:
55
Soal 4:
Soal 5 (lanjutan):
56
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi: Dalam sesi microteaching, peserta
berinteraksi dengan peserta lainnya dan berkomunikasi secara efektif. Hal ini
membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal dan
nonverbal yang penting dalam pengajaran. Peserta dapat belajar untuk
mengartikulasikan ide-ide dengan jelas, mendengarkan dengan baik, dan
berinteraksi dengan peserta lain dalam lingkungan pembelajaran.
Soal 6:
57
Perbedaan utama antara tahapan implementasi dan tahapan evaluasi adalah bahwa
tahapan implementasi fokus pada pelaksanaan pengajaran yang sebenarnya,
sedangkan tahapan evaluasi berkaitan dengan penilaian dan refleksi terhadap
pengajaran yang telah dilakukan.
Sementara itu, tahapan evaluasi dilakukan setelah sesi pengajaran selesai. Pada
tahapan ini, peserta dan instruktur mengevaluasi kinerja peserta dalam mengajar.
Umpan balik diberikan berdasarkan penilaian terhadap kemampuan peserta dalam
menyampaikan materi, pengelolaan kelas, interaksi dengan peserta, serta
penggunaan strategi dan metode pengajaran. Evaluasi ini membantu peserta dalam
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pengajaran mereka, serta
memberikan arahan dan rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan
keterampilan mengajar.
Soal 7:
58
Hal ini penting karena peer feedback memungkinkan perspektif yang beragam dan
dapat membantu peserta dalam memperoleh wawasan yang lebih luas tentang
kekuatan dan kelemahan mereka dalam pengajaran. Dengan mendengar pendapat
dari sesama peserta, peserta dapat memperoleh perspektif yang berbeda, melihat
aspek-aspek yang mungkin tidak mereka perhatikan, dan memperluas pemahaman
tentang cara mereka berinteraksi dengan peserta lainnya.
Soal 8:
Melalui refleksi, peserta dapat mengenali apa yang telah berjalan dengan baik
dalam pengajaran mereka, seperti teknik pengajaran yang efektif atau
keterampilan berkomunikasi yang baik. Mereka juga dapat mengidentifikasi
aspek-aspek yang perlu ditingkatkan, misalnya pengelolaan waktu, kejelasan
penjelasan, atau interaksi dengan peserta. Dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan mereka, peserta dapat fokus pada pengembangan keterampilan yang
spesifik dan membuat perencanaan untuk meningkatkan performa mereka di sesi-
sesi microteaching berikutnya.
Selain itu, tahapan refleksi juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk
mempertimbangkan strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam pengajaran
59
mereka. Peserta dapat mengidentifikasi pendekatan baru, mempelajari teknik-
teknik pengajaran yang lebih efektif, dan mencari saran dari instruktur atau
peserta lainnya untuk mengembangkan keterampilan mengajar mereka.
60
6. Membuka akses ke sumber daya yang lebih luas: Media digital
memungkinkan akses ke sumber daya pembelajaran yang lebih luas,
seperti materi online, video tutorial, atau situs web pendidikan. Peserta
dapat menggunakan media ini untuk mendapatkan informasi tambahan,
memperdalam pemahaman mereka, atau melihat contoh pengajaran dari
pendidik yang berpengalaman.
Soal 10: Apa yang harus dipertimbangkan saat merencanakan evaluasi dalam sesi
microteaching?
61
6. Keterlibatan peserta: Libatkan peserta dalam proses evaluasi. Mintalah
mereka untuk memberikan umpan balik terhadap sesama peserta atau
mengisi instrumen evaluasi. Hal ini akan memberikan perspektif yang
beragam dan memperkuat pembelajaran kolektif.
7. Umpan balik: Pertimbangkan bagaimana umpan balik akan diberikan
kepada peserta. Pastikan umpan balik yang diberikan bersifat konstruktif,
spesifik, dan memberikan panduan untuk perbaikan. Selain itu, berikan
umpan balik secara langsung dan segera setelah sesi evaluasi untuk
memastikan peserta dapat menerima dan memanfaatkan umpan balik
dengan baik.
62
DAFTAR PUSTAKA
Adams, D & Hamm, M. (2010). Demystify Math, Science, and Technology: Creativity,
Innovation, and Problem-Solving. Lanham:Library Materials, ANSI/NISO.
Costa, A. L., & Association for Supervision and Curriculum Development. (1991).
Developing minds: A resource book forteaching thinking. Alexandria, Va: Association for
Supervision and Curriculum Development.
Degeng, I.N.S. 2013 Ilmu Pembelajaran Klasifikasi Variabel untuk Pengembangan Teori dan
Penelitian, Bandung Kalam Hidup
Dwight W. Allen & Arthur W. Eve (1968) Microteaching, Theory Into Practice, 7:5, 181-
185, DOI: 10.1080/00405846809542153
Gaffar, Fakri (1987). Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta. P2LPTK,
Ditjen-Dikti Depdikbud.
Gagne, Robert. M. (1985). The Conditioning of Learning and Theory of Instruction. 4th ed
New York: Holt, Rinehart & Winston
Hayes, D.N.A. (2007). ICT and learning: Lessons from Australian classrooms. Computers &
Education, 49 (2), 385-395. Elsevier Ltd. Retrieved October 9, 2021from
https://www.learntechlib.org/p/67366
Joni, T.R. (1984). Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru. Jakarta: Ditjen Dikti
63
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2004). Models of Teaching (7th ed.). Boston: Allyn and
Bacon.
Lakshmi, Majeti Jaya. 2009. Microteaching and Prospective Teachers. Discovery Publishing
House Pvt. Ltd. Sachin Printers New Delhi.
Lewis, Karron G, Ph.D. 2012. Developing Questioning Skills. Center for Teaching
Effectiveness The University of Texas at Austin.
Linda B. Nilson (2003) Improving Student Peer Feedback, College Teaching, 51:1, 34-38,
DOI: 10.1080/87567550309596408
Mahmud, I., & Rawshon, S. (2013). Micro Teaching to Improve Teaching Method: An
Analysis on Students' Perspectives. IOSR Journal of Research & Method in Education, 1, 69-
76.
McLeod, J., Fisher, J., & Hoover, G. (2003). The key elements of classroom management:
Managing time and space, student behavior, and instructional strategies. Alexandria, VA:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Murdoch, K., & Wilson, J. (2008). Creating a learner-centred primary classroom: Learner-
centred strategic learning. London: Routledge. Peraturan pemerintah Republik Indonesia.
(2005).
O'Brien, T., & Guiney, D. (2001). Differentiation in teaching and learning: Principles and
practice. London: Continuum.
Odora, R. J. (2014). Using Explanation as a Teaching Method: How Prepared Are High
School Technology Teachers in Free State Province, South Africa? Journal of Social Science,
38(1): 71-81.
Perry, R. (2004). Teaching practice for early childhood. A guide for students. Retrieved from
http://wwwRoutledge.comcatalogues./0418114838.pdf.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Ed. 1,
cet. 7). Jakarta: Kencana.
64
Singh, Y. K., & Nath, R. (2007). History of Indian Education System. New Delhi: S.B
Nangia.
Sylvester J. Balass. (1968). Focus on Teaching. New York. The Odyssey Press
Turney, C. (1983). Sidney Micro Skills, redeveloped. Series2, Handbook. Sidney: Sidney
University Press.
65