Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRAKTIK MICROTEACHING

“TEORI-TEORI MICROTEACHING DAN KRITERIA MENGAJAR”

DOEN PENGAMPU : RAHMA DIANI, M.PD.

LINDA JUA KIRANA


1911090091

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya sehingga makalah
Praktik Microteaching yang berjudul “ Teori-Teori Microteaching dan Kriteria Mengajar” ini dapat
tersusun. Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa sepenuhnya masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat ataupun susunan penulisan.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambahkan pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambhkan isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4
1.1Latar Belakang Masalah .................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................6

2.1 Pengertian Microteaching ..............................................................................6

2.2 Kegiatan Pembelajaran...................................................................................8

2.3 Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran ..........................................9

2.4 Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching............................................9

2.5 Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching...................10

BAB III PENUTUP .............................................................................................11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehadiran pembelajaran mikro (micro teaching) dalam program kurikulum pendidikan


keguruan sudah cukup lama, yaitu sekitar tahun 1963. Walaupun sudah cukup lama, kehadiran
pembelajaran mikro dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi dalam upaya mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan (kompetensi) guru dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Sebelum muncul pendekatan pembelajaran mikro, setiap mahasiswa calon guru yang telah
menyelesaikan program perkuliahan yang bersifat teori, untuk memberikan pengalaman praktis
mereka langsung diterjunkan ke sekolah tempat latihan untuk melakukan praktek mengajar,
atau yang sering disebut dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Guru merupakan salah
satu tenaga kependidikan, tugas guru adalah sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pendidik
tugas guru bukan hanya membelajarkan siswa agar menguasai sejumlah pengetahuan, akan
tetapi memiliki kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai. Dalam proses pembelajaran,
keterampilan-keterampilan mengajar yang mengandung unsur-unsur nilai pendidikan yang
harus diterapkan oleh guru sangat banyak.

Kemampuan tersebut tidak datang begitu saja, akan tetapi harus dipelajari, dilatihkan secara
berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan positif bagi setiap guru dalam melaksanakan tugas
profesinya. Adapun untuk membiasakan para calon guru menerapkan setiap jenis keterampilan
dasar mengajar secara profesional, sulit dikontrol dengan baik jika dilakukan melalui proses
latihan atau kegiatan praktek mangajar secara langsung dalam kelas yang sebenarnya. Oleh
karena itu pembelajaran mikro (micro teaching) dapat berfungsi sebagai wahana untuk
melatihkan setiap keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki, sebelum langsung tampil di
kelas yang sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari microteaching ?
2. Bagaimana Kegiatan Pembelajaran
3. Apa saja Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran

4
4. Apa saja Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching
5. Apa saja Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari microteaching.
2. Mengetahui Kegiatan Pembelajaran
3. Mengetahui Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran
4. Mengetahui Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching
5. Mengetahui Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Microteaching

Microteaching adalah tugas instruksional yang diadopsi secara luas dalam kursus metode
pengajaran. Sementara hasil microteaching dalam promosi refleksi diri dan pengembangan
profesional di antara calon guru, ada relatif kurangnya pemahaman tentang proses microteaching itu
sendiri. Microteaching, juga dikenal sebagai demonstrasi pengajaran, adalah tugas instruksional
yang diadopsi secara luas dalam berbagai kursus metode pengajaran yang memberikan siswa
kesempatan untuk mempraktikkan perencanaan dan penyampaian pelajaran dengan mengajarkan
contoh pelajaran kepada rekan-rekan mereka. Sejak perkembangannya pada awal 1960-an,
microteaching telah dianggap sebagai tempat yang "aman" di mana siswa dapat belajar bagaimana
mengajar. Meskipun penggunaan istilah tersebut bervariasi, karakteristik bersamanya adalah
sebagai berikut:

1. panjangnya berkurang,
2. ruang lingkupnya menyempit, dan
3. siswa lebih sedikit dari biasanya

Berbagai penelitian yang mengkaji microteaching dari perspektif pelatih guru umumnya
menunjukkan bahwa microteaching adalah alat yang efektif dan berguna yang mempromosikan
refleksi diri dan pengembangan profesional berkelanjutan.1

Microteaching dapat dilihat sebagai pertemuan pengajaran yang diperkecil di mana guru
prajabatan merencanakan unit pendek (fase perencanaan) dan mengajarkan unit tersebut kepada
teman sebaya (fase mengajar) sebelum merefleksikan pengajaran mereka. Seiring waktu, berbagai
komponen telah ditambahkan atau diubah, misalnya, merekam video fase pengajaran, melakukan
fase refleksi dengan cara alternative, dan menggabungkan microteaching dengan pelajaran. Namun
demikian, tiga fase awal perencanaan, pengajaran, dan refleksi tetap menjadi bagian sentral dari
1
Taman Innhwa,” Pemeriksaan pergeseran bingkai selama pengajaran mikro”, Linguistik dan Pendidikan, 66 (2001)
100979 Da. hal. 1
6
microteaching dalam program pendidikan guru. Saat ini microteaching dianggap berkontribusi pada
pengembangan berbagai keterampilan pedagogis yang penting bagi guru prajabatan. Abdurrahim
(2010) menyoroti keterampilan seperti manajemen kelas, menentukan tujuan pengajaran yang tepat,
dan pertanyaan guru. Arsal (2014) menarik perhatian pada pengembangan efikasi diri guru
prajabatan, dan Mergler dan Tangen (2010) berpendapat bahwa microteaching meningkatkan
kemampuan guru preservice untuk menghubungkan teori dengan praktek mengajar dan untuk
memberi dan menerima kritik serta mendorong mereka untuk menjadi praktisi reflektif. Refleksi
merupakan komponen penting dari microteaching. Ketika melihat tujuan microteaching, terlihat
bahwa pusat perhatian ada pada fase pengajaran dan refleksi. Kita dapat berargumen bahwa fokus
utama diarahkan pada fase pengajaran, dengan refleksi terutama dipertimbangkan dalam kaitannya
dengan pengajaran yang diberlakukan. Dengan demikian, idenya adalah dalam fase refleksi setelah
fase pengajaran guru prajabatan mendapatkan kesempatan untuk berbicara tentang apa yang
berjalan dengan baik selama fase pengajaran serta bidang-bidang perbaikan mengenai pengajaran
yang diberlakukan.2

Seorang guru adalah manajer dan pemimpin pengajaran. Mampu memberikan manajemen kelas
yang efektif merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan realisasi tujuan pengajaran dan juga
jaminan kualitas pengajaran. Siswa adalah elemen terpenting dari lingkungan kelas, dan perilaku
buruk mereka di kelas akan mengakibatkan terhambatnya pengajaran guru. Kyriacou (1997)
mendefinisikan perilaku buruk siswa sebagai "setiap perilaku yang merusak kemampuan guru
untuk membangun dan mempertahankan pengalaman belajar yang efektif di kelas." Dalam studi
Sun dan Shek (2012), mereka dengan jelas mendefinisikan perilaku masalah kelas, termasuk: siswa
melakukan kegiatan mereka sendiri secara pribadi, komunikasi yang mengganggu secara acak,
agresi verbal, tidak menghormati guru, tidak memperhatikan, berjalan santai, tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, kekerasan fisik, dan sebagainya.3

2
Matti Karlstrom dan Karim Hamzah,” Peluang Guru Sains Prajabatan untuk Belajar Melalui Refleksi Saat
Merencanakan Unit Microteaching” .JURNAL ILMU PENDIDIKAN GURU. 2019, VOL. 30, TIDAK. 1, 44–62
https://doi.org/10.1080/1046560X.2018.1531345. Hal. 44-45
3
Xindong Ye, Peng-Fei Liu, Xiao-Zhi Lee, Yi-Quan Zhang & Chuang-Kai Chiu,” Manajemen perilaku buruk di kelas:
sistem pelatihan berbasis SVVR untuk guru prajabatan”, LINGKUNGAN BELAJAR INTERAKTIF. ISSN: 1049-4820 (Cetak)
1744-5191 (Online) jurnal: https://www.tandfonline.com/loi/nile20. Hal. 1
7
Di abad 21, menjadi guru yang berkualitas cukup menantang mengingat menuntut
pengetahuan dan keterampilan. Terutama setelah era pasca metode, menyadari bahwa mengajar
adalah tugas yang kompleks dibandingkan dengan apa yang selama ini dipikirkan, fokus bergeser
dari metode pengajaran ke pengembangan profesional guru, di mana refleksi menjadi penting untuk
pengalaman mengajar. Pergeseran ini adalah hasil dari pengetahuan teoretis, yang lebih mudah
untuk dikembangkan, tetapi lebih sulit untuk dipraktikkan. Studi terbaru menunjukkan bahwa
pendekatan inovatif dalam pendidikan guru telah diadopsi untuk menjembatani kesenjangan ini.
Seperti Belvis et al. (2013) menyatakan, pendidikan guru melalui praktik dan kegiatan reflektif
berkaitan dengan peningkatan kinerja guru dengan bantuan praktik reflektif.4

B. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada hakikatnya yang
belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Maka guru harus merancang kegiatan
pembelajaran dengan sistematis, efektif, efisien, serta berorientasi pada tujuan pembelajaran. Dalam
perencanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar harus dirumuskan secara jelas dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Kegiatan pembelajaran harus berorientasikan pada tujuan pembelajaran khusus atau


indikator pembelajaran yang ditetapkan.
b) Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis.
c) Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien.
d) Kegiatan pembelajaran harus fleksibel.
e) Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
f) Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan dengan alat/ fasilitas yang tersedia.
g) Kegiatan pemelajaran harus dapat mengembangkan kemampuan siswa baik dari segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
h) Penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
i) Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan atau mendeskripsikan tentang materi yang
akan digunakan dan memberikan peluang untuk memungkinkan siswa belajar aktif.

4
Ali Karakas, Ceyhun Yukselir,” Melibatkan guru EFL pra-layanan dalam refleksi melalui pengajaran mikro tim yang
dimediasi video dan diskusi terpandu” PRAKTEK REFLEKTIF https://doi.org/10.1080/14623943.2020.1860927 hal. 1
8
C. Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi yang amat
penting sebagai pedoman operasional pembelajaran. Tujuan dan manfaat perencanaan
pembelajaran antara lain adalah:

1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan
indikator yang telah ditetapkan.
2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek.
3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh
terhadap perkembangan individu siswa
4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant
effect.

D. Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching

Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan perencanaan


pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai dengan karakteristik
pembelajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan pembelajaran mikro adalah sebagai pedoman
pokok bagi calon guru yang akan melaksanakan kegiatan latihan melalui pembelajaran mikro.
Dengan demikian setiap yang berlatih mengajar dalam prosesnya harus didasarkan pada
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pembuatan perencanaan pembelajaran pada dasarnya
adalah mengembangkan dari setiap komponen pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, materi,
metode dan media serta evaluasi. Prinsip pembelajaran merupakan kaidah, hukum, atau ketentuan-
ketentuan yang harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan
perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka akan menghasilkan
suatu perencanaan pembelajaran.

E. Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching

9
Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk melengkapi kepentingan
yang bersifat administratif saja melainkan sebagai pedoman operasional dalam melaksanakan
pembelajaran. Menyusun perencanaan pembelajaran selain harus memperhatikan prinsip-prinsip
yang bersifat umum juga harus disesuaikan untuk kepentingan apa perencanaan itu dibuat. Dalam
peraturan pemerintah (PP No. 19 tahun 2005) tentang standar Nasional pendidikan dijelaskan
“Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien “ (Bab IV pasal 19 ayat 3). Jenis-jenis
perencanaan pembelajaran selajutnya dalam Bab IV pasal 20 dijelaskan “Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilain hasil
belajar.”

Perencanaan pembelajaran tersebut dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur yang harus ada dalam setiap perencanaan yaitu:
Tujuan, materi, metode, sumber dan penilaian hasil belajar. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Tuliskan identitas mata pelajaran antara lain: Nama mata pelajaran,


pokok bahasan / sub pokok bahasan, kelas, semester, waktu dan lain
sebagainya sesuai kebutuhan.
b) Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c) Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk
mencapai indikator yang telah ditetapkan.
d) Kegiatan pembelajaran. Rumuskan kegiatan-kegiatan atau pengalaman
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam
melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

10
e) Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan
alat/media pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung
terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien.
f) Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan
jenis evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran
yang telah dilakukan.

Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi yaitu validitas dan reliabilitasnya
agar memperoleh informasi yang akurat dari hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.
Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang dirancang untuk
kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan pembelajarannya dibuat sesuai dengan
kaidah prosedur pembuatan perencanaan pembelajaran yang berlaku untuk kepentingan
pembelajaran biasa. Satu hal yang membedakan antara rencana pembelajaran mikro dan rencana
pembelajaran biasa, untuk rencana pembelajaran mikro ditambah satu komponen yaitu “ Tujuan
Latihan Pembelajaran Mikro”. Sebagai alat kontrol untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta
yang telah berlatih, dalam pembelajaran mikro dilengkapi oleh seperangkat alat / instrumen lain,
yaitu pedoman observasi. Rumusan pedoman observasi berbeda-beda antara pedoman observasi
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan setiap jenis keterampilan dasar
mengajar yang dilatihkan. Pedoman observasi dipegang oleh observer yang bertugas mengamati
penampilan perserta yang berlatih. Pihak observer adalah mereka yang dianggap sudah memiliki
pengalaman lebih sehingga dapat memberikan penilaian secara objektif untuk dijadikan
masukan/balikan bagi peserta yang berlatih.5

BAB III

5
Dr. Hj. Helmia, M.Ag. 2013. “ Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar”(Yogyakarta: Aswaja Pressindo)
Hal 36-41
11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Microteaching adalah tugas instruksional yang diadopsi secara luas dalam kursus
metode pengajaran. Sementara hasil microteaching dalam promosi refleksi diri dan
pengembangan profesional di antara calon guru, ada relatif kurangnya pemahaman tentang
proses microteaching itu sendiri. Microteaching, juga dikenal sebagai demonstrasi
pengajaran, adalah tugas instruksional yang diadopsi secara luas dalam berbagai kursus
metode pengajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk mempraktikkan perencanaan
dan penyampaian pelajaran dengan mengajarkan contoh pelajaran kepada rekan-rekan
mereka.
Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada
hakikatnya yang belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Maka guru harus
merancang kegiatan pembelajaran dengan sistematis, efektif, efisien, serta berorientasi pada
tujuan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki fungsi
yang amat penting sebagai pedoman operasional pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan
perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai dengan
karakteristik pembelajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan pembelajaran mikro
adalah sebagai pedoman pokok bagi calon guru yang akan melaksanakan kegiatan latihan
melalui pembelajaran mikro.
Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk melengkapi
kepentingan yang bersifat administratif saja melainkan sebagai pedoman operasional dalam
melaksanakan pembelajaran. Menyusun perencanaan pembelajaran selain harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang bersifat umum juga harus disesuaikan untuk
kepentingan apa perencanaan itu dibuat.

12
DAFTAR PUSATAKA

Ali Karakas, Ceyhun Yukselir,” Melibatkan guru EFL pra-layanan dalam refleksi melalui
pengajaran mikro tim yang dimediasi video dan diskusi terpandu” PRAKTEK REFLEKTIF
https://doi.org/10.1080/14623943.2020.1860927
Dr. Hj. Helmia, M.Ag. 2013. “ Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar
Mengajar”(Yogyakarta: Aswaja Pressindo)
Matti Karlstrom dan Karim Hamzah,” Peluang Guru Sains Prajabatan untuk Belajar Melalui
Refleksi Saat Merencanakan Unit Microteaching” .JURNAL ILMU PENDIDIKAN GURU.
2019, VOL. 30, TIDAK. 1, 44–62 https://doi.org/10.1080/1046560X.2018.1531345.
Taman Innhwa,” Pemeriksaan pergeseran bingkai selama pengajaran mikro”, Linguistik dan
Pendidikan, 66 (2001) 100979 Da.
Xindong Ye, Peng-Fei Liu, Xiao-Zhi Lee, Yi-Quan Zhang & Chuang-Kai Chiu,” Manajemen
perilaku buruk di kelas: sistem pelatihan berbasis SVVR untuk guru prajabatan”,
LINGKUNGAN BELAJAR INTERAKTIF. ISSN: 1049-4820 (Cetak) 1744-5191 (Online)
jurnal: https://www.tandfonline.com/loi/nile20.

13

Anda mungkin juga menyukai