Anda di halaman 1dari 9

RESUME BUKU

MICRO TEACHING

(Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif & Kreatif)

dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori PPL

Disusun Oleh :
Sibro Milsi (1811104088)

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR
PANDEGLANG
2023 M/1444 H
A. COVER BUKU
1. Bagian Depan
2. Bagian Kedua
B. JUDUL BUKU

MICROTEACHING
(Teori & Praktik Pengajaran yang Efektif & Kreatif)
C. PENULIS
Barnawi dan M. Arifin
D. INFORMASI LAINNYA
Editor :Andin
Proofreader :M.Faiz
DesainCover :Anto
Desain Isi : Amin
Penerbit:
AR-RUZZ MEDIA
Jl. Anggrek 126 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Jogjakarta
55282
ISBN:
978-602-313-037-5
CetakanII,2016
Didistribusikan oleh :
AR-RUZZ MEDIA
Telp./Fax.: (0274) 4332044
E-mail: marketingarruzz@yahoo.co.id

E. PEMBAHASAN
REVIEW MICRO TEACHING
(Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan Kreatif)

Pada bab I menjelaskan tentang konsep dasar microteaching. Dari


segi sistematikanya sangat baik karena penulis menjelaskan secara
berurutan mulai dari pengertian, karakteristik fungsi sampai dengan
prinsip. Hal ini mengakibatkan pembaca (khususnya guru atau calon guru)
bisa memahami dan mengkaji secara mendalam mengenai microteaching.
Gaya bahasa yang digunakan juga sederhana tidak rumit sehingga mudah
untuk dipahami.
Kemudian menginjak pembahasan bab II menjelaskan tentang
pelaksanaan microteaching. Apabila ingin sukses dalam pelaksanaan
microteaching, harus ada kerjasama antar komponen dalam microteaching.
Komponen microteaching ada empat yaitu:
1. Teacher trainee
2. Observer
3. Student
4. Supervisor
Keempat hal tersebut harus kerjasama secara sinergis guna
mencapai tujuan microteching. Jika saat kita berperan sebagai teacher
trainee maka juga harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang
baik juga harus menampilkan keterampilan mengajar yang sedang kita
praktikkan. Karena dalam microteaching hanya fokus pada keterampilan
mengajar tertentu saja. Misalnya guru sedang berlatih tentang
“keterampilan mengadakan variasi” maka keterampilan tersebut dibuat
mendominasi proses pengajaran mulai dari membuka pengajaran sampai
dengan mengakhiri pengajaran. Dan ketika calon guru menjadi teacher
trainee maka ia juga bisa memerankan sebagai siswa, evaluator (pemberi
feedback), operator, dan pengatur sesi pengajaran mikro. Tak lupa juga
ketika melaksanakan microteaching harus di laboratorium yang memiliki
alat-alat laboratori dan ruang-ruang khusus seperti: ruang praktikum,
ruang observasi, ruang operator, serta ruang proyeksi. Memang jika ingin
mencapai hasil yang maksimal dalam microteaching maka lebih baik harus
memenuhi prasyarat juga prosedur microteaching. Namun bagaimana jika
suatu lembaga tidak memiliki laboratorium ketika akan melaksanakan
microteaching? Hal tersebut juga tidak menjadi hambatan dalam
pelaksanaannya. Yang perlu disiapkan adalah sebuah ruangan yang luas,
adanya kamera video, keempat komponen utama microteaching, juga
harus mengikuti fase-fase dalam microteaching. Semua hal tersebut
dilakukan agar mendapat umpan balik yang objektif dan spesifik sehingga
praktikan bisa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Perlu diketahui bahwa dalam microteaching terdapat empat hal yang harus
disederhanakan yakni: 1. Waktu mengajar, 2. Jumlah siswa, 3.
Materi/bahan ajar, 4. Jumlah keterampilan mengajar yang disederhanakan
menjadi 1.
Memasuki bab III, membahas tentang siklus microteaching. Siklus
ini meliputi plan, teach, feedback, re-plan, re-teach, kemudian re-feedback.
Dalm bab ini dijelaskan secara lengkap dan sistematis tentang siklus
microteaching. siklus microteaching merupakan proses latihan yang
dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh penguasaan yang
maksimal dari setiap jenis keterampilan yang dilatihkannya. Pengulangan
akan meningkatkan derajat keterampilan yang dilatijkannya. Dilihat dari
siklus microteaching kita bisa mengetahui bahwa microteaching
merupakan program yang sangat cocok untuk guru/calon guru apabila
ingin meningkatkan kualitas keterampilan mengajarnya. Karena dalam
siklus microteaching ini apabila praktikan masih memiliki kekurangan
dalam keterampilan mengajarnya maka akan diulangi sesuai siklus
microteaching. Memang nampak rinci siklus microteaching ini dan apabila
diterapkan dalam perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan waktu
dalam proses pembelajarannya tentu membutuhkan waktu lama. Namun
jika terjadi hal tersebut, kita tetap bisa menerapkannya namun tidak seideal
yang dicontohkan dalam buku tersebut. Antara teori dan praktiknya
kadang berbeda. Dalam teori dicontohkan microteaching secara ideal,
sayangnya buku microteaching tidak memberikan contoh dan solusi
bagaimana menerapkan microteaching di perguruan tinggi yang waktunya
terbatas dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya bab IV sampai dengan bab VI menjelaskan tentang
penilaian microteaching, keterampilan dasar mengajar, dan pengelolaan
belajar dalam microteaching. Mengenai penilaian microteaching sangatlah
penting, karena dengan adanya penilaian ini banyak pihak yang terbantu.
Misalnya dari pihak teacher trainee, mereka dapat mengukur sampai
sejauh mana kemampuan mengajarnya juga mengembangkan rencana
pembelajarannya. Apabila sudah diketahui tingkat pencapaian kompetensi
mengajarnya mereka dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
praktik mengajarnya maupun dalam pembuatan rencana pembelajarannya.
Kemudian dari pihak supervisor (dosen pembimbing) memperoleh umpan
balik selama proses membimbing teacher traineenya. Oleh karena itu
secara idealnya program microteaching harus memenuhi komponen dan
mengikuti teknik penilaian yang telah dijelaskan dibuku ini. Guru/calon
guru dapat meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mempelajari
buku ini. Karena telah dijelaskan dalam buku ini mengenai berbagai
macam keterampilan dasar mengajar yang meliputi:
1. Membuka dan menutup pelajaran
2. Menjelaskan
3. Mengadakan variasi
4. Memberikan penguatan
5. Bertanya
6. Mengelolakelas
7. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
8. Membimbing diskusi kelompok kecil

F. KESIMPULAN
Buku ini sangat menarik didalamnya juga dijelaskan tentang
pengelolaan belajar dalam macroteaching (pengajaran yang sebenanrnya).
Apabila guru/calon guru telah dinyatakan lulus dalam microteaching,
selanjutnya guru perlu memahami bagaimana mengelola pembelajaran
macroteaching. Pengelolaan tersebut meliputi: 1) pengelolaan siswa, 2)
pengelolaan bahan atau materi ajar, 3) pengelolaan fasilitas belajar, 4)
pengelolaan waktu belajar, dan terakhir seorang guru/calon guru juga
harus mempelajari bagaimana memiliki keterampilan mengajar dalam
macroteaching. Semua itu harus terus dipahami agar guru dapat
meningkatkan ketera mpilan mengajar dan kompetensi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai