Abstrak ntuk mempersiapkan diri menjadi guru berkualitas dibutuhkan paling sedikit 10 kompetensi profesional yang kemudian dapat dirangkum menjadi dua kompetensi utama yaitu penguasaan bahan pelajaran dan dapat mengajarkan bahan tersebut secara jelas dan menarik. Untuk membantu menerapkan kompetensi profesional itu di kelas, penulis mengusulkan penggunaan pendekatan micro teaching.
Abstract There are at least ten profesional competencies which have to be mastered if a teacher wants to be a qualified teacher. The ten profesional competencies then can be categorized to become two competencies namely: The ability to master the subject matter well and the ability to present that subject matter clearly and interestingly. To support the application of the profesioanl competencies, the writter proposes a Micro Teaching Approach.
Pendahuluan
Kualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan yang penting (crucial ). Menjadi persoalan yang crucial oleh karena pada kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang, dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan. Seorang Yohanes Surya (pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia atau TOFI yang juga Guru Besar Universitas Pelita Harapan) pun melihatnya begitu. Demikian juga dengan pendapat Dodi Nandika (Kepala Balitbang Depdiknas), kualitas guru menjadi persoalan yang serius di negeri ini. Penilaian kedua tokoh itu tidaklah berlebihan. Hal itu didasarkan pada hasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMMSS)
*) Staf Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan BPK PENABUR Jakarta
98
2003. Hasil tes itu menempatkan siswa Indonesia di peringkat 34 penguasaan matematika dan peringkat 36 penguasaan sains dari 48 negara yang disurvei. Peringkat itu jauh tertinggal dari negara tetangga, Singapura dan Malaysia. Singapura berada di peringkat pertama, baik matematika maupun sains, Malaysia peringkat 10 bidang matematika dan peringkat 20 bidang Sains (Republika, 24 Desember 2004). Rendahnya kemampuan anak didik pada mata pelajaran matematika dan sains memang tidak terlepas dari kemampaun/kualitas guru dalam mengajar siswanya, dan minimnya ketersediaaan sumber-sumber belajar. Keadaan yang demikian itu sudah barang tentu sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Akibat lebih jauh, lulusan dari berbagai jenjang pendidikan tidak memenuhi harapan. Berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, misalnya dengan penataran, pembekalan, seminar, diskusi, sampai penelitian yang intinya bertujuan meningkatkan kualitas guru. Dalam lingkup yang lebih sempit, BPK PENABUR juga menghadapi persoalan yang klasik tersebut, yaitu ada sebagian guru kompetensi mengajarnya belum memenuhi tuntutan yang semestinya. Menguasai materi yang diajarkan saja tidaklah cukup. Ia harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik. Makna dengan baik di sini sudah inheren di dalamnya, bicara jelas; pemilihan metode yang tepat; penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai; penggunaan media pembelajaran yang efektif; sampai pada penampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dan sebagainya). Melalui artikel ini penulis ingin menyampaikan gagasan-gagasan yang mungkin dapat berguna untuk meningkatkan kualitas guru di lingkup BPK PENABUR. Seperti judul artikel, Menyiapkan Guru Yang Berkualitas dengan Pendekatan Micro Teaching, maka pembahasannya difokuskan pada beberapa pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana mempersiapkan diri menjadi guru? Bagaimana kriteria guru yang berkualitas? Bagaimana konsepsi micro teaching? Prasyarat apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan micro teaching? Bagaimana aplikasi micro teaching? Adakah manfaat micro teaching secara lebih luas? Seperti apa contoh rencana pelajaran micro teaching?
99
Namun demikian persiapan menjadi guru tidak semata-mata melalui jalur pendidikan formal. Faktor internal yang ada di dalam diri seseorang juga mempengaruhi kesuksesan orang menjadi guru. Kesuksesan bukan dalam arti kaya secara duniawi, melainkan kesuksesan karena ia benar-benar menjadi seorang guru yang berkualitas (profesional) ditinjau dari berbagai aspek. Jika faktor internal seperti motivasi dan bakat sangat berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang menjadi guru, maka tesis yang dikemukan oleh James Phopam dalam bukunya Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, bahwa guru itu dilahirkan bukan dibentuk seolah menjadi pembenaran. Lebih lanjut dikemukakan, tidak setiap guru membutuhkan pertolongan. Beberapa orang memang benar-benar dilahirkan sebagai guru. Termasuk di dalam golongan ini adalah, orang-orang yang tidak pernah memikirkan bagaimana caranya mengajar. Meskipun demikian orang-orang semacam itu tidak banyak memerlukan pertolongan dalam memperbaiki pengajaran. Mereka sungguhsungguh boleh dikatakan sebagai guru-guru yang berbakat; tidak diragukan lagi mereka itu mampu memberi inspirasi. Dalam konteks ini dapat dianalogikan, meskipun seseorang sudah menempuh pendidikan keguruan baik itu program diploma atau S1, namun setelah terjun di dalam kelas tidak menunjukkan performance yang cukup memadai. Secara materi ia mampu menguasai, namun tidak cukup terampil untuk menyampaikan materi dengan jelas, menarik sehingga mudah dimengerti oleh siswa.
100
program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran. Dari kesepuluh kompetensi profesional itu menurut hemat penulis dapat dirangkum menjadi dua kompetensi yang paling utama, yaitu menguasai bahan pelajaran dan dapat mengajarkannya dengan jelas dan menarik. Kedua kompetensi inilah dalam kondisi objektif belum terpenuhi. Mungkin kita pernah mendengar komentar, Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapi tidak bisa mengajar, atau sebaliknya, Si guru B itu pandai mengajar tetapi minim penguasaan materi.
7 8 4
Keterangan gambar: 1) speaker; 2) white board; 3) meja dan kursi guru; 4) area mengajar; 5) meja dan kursi audience; 6) kamera video; 7) TV monitor dan perangkat untuk playback; 8) pintu
101
Prinsip pelaksanaan micro teaching dapat dijelaskan sebagai berikut: guru/ calon guru mengajar di area mengajar. Selama proses itu segala aktivitas guru/calon guru direkam oleh kamera video. Pastikan bahwa gambar dan guru dapat terekam dengan jelas. Pihak pengamat, dalam hal ini kepala sekolah, bagian SDM, guru senior yang ditunjuk dapat memperhatikan penampilan guru/calon guru dengan menempatkan diri di kursi dan meja yang telah tersedia. Sekali-sekali pengamat dapat bertanya, berdiskusi dengan guru/ calon guru supaya proses mengajar lebih hidup. Speaker dapat ditambahkan sepanjang memang dibutuhkan agar suara guru terdengar lebih keras. Setelah selesai, hasil rekaman dapat di diputar kembali (playback) dengan memanfaatkan tv monitor (7). Pada sesi ini calon guru/calon guru dapat melihat kembali penampilannya selama mengajar. Sedangkan pengamat memberi penilaian, menyampaikan kelebihan dan kekurangannya. Di sinilah menjadi titik penting untuk melihat, mengevaluasi, memberi pendapat terhadap kelebihan dan kekurangan guru/calon. Dengan demikian micro teaching dapat dijadikan sebuah pendekatan baru yang inovatif dan aplikatif untuk mempersiapkan performance guru agar lebih kapabel.
102
Aplikasi micro teaching dapat berangkat dari sebuah recruitment caloncalon guru. Umpama seorang calon guru sudah lulus tes awal, wawancara, dan psiko test. Tetapi ketiga tahapan itu masih mengandalkan hasil tertulis. Menurut hemat penulis itu belumlah cukup. Calon guru harus juga lulus tes mengajar. Calon guru diminta mengajar di ruang micro teaching. Ia harus benar-benar berperan sebagai guru yang memang sedang mengajar di dalam kelas. Kalau perlu guru diminta untuk membuat kerangka pengajaran. Di sinilah kemampuan mengajar calon guru dipertaruhkan. Aplikasi lainnya dapat juga berangkat dari keprihatinan atas kemampuan mengajar guru. Ini berarti semacam in job training. Guru-guru, baik yang senior maupun yunior perlu penyegaran/peningkatan keterampilan mengajarnya. Mereka dapat menilai sendiri apakah kemampuan mengajarnya yang selama ini mereka pertotonkan di depan kelas sudah cukup memadai atau belum. Ini juga memberi pernyataan yang tajam agar para guru tidak mengklaim bahwa penampilan mengajarnya sudah yang terbaik.
103
penjelasan dengan hal-hal yang telah dirumuskan secara detil, ketergantungan dengan catatan-catatan); dan interaksi kelas (respon terhadap pertanyaan, reaksi terhadap pertanyaan).
Penutup
Pendekatan micro teaching ditujukan untuk pembentukan profesionalitas guru. Sasaran yang hendak dicapai adalah, guru/calon guru supaya memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap serta tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya dalam tugas dan perannya di sekolah. Dengan pendekatan micro teaching guru/ calon guru berlatih mengajar secara terbatas (isolated skill development), namun tetap mengajar yang sesungguhnya secara diawasi (supervised teaching), sebelum mengajar yang sesungguhnya secara penuh (fullresponsibility teaching). Pendekatan micro teaching memberi kesempatan seluas-luasnya bagi guru/calon guru untuk mengeksplorasi semua kelebihannya, memberi kesempatan untuk mengukur kemampuannya. Mereka dapat mengevaluasi diri dan mengetahi, sejauh mana kemampuan dan penampilannya.
104
Daftar Pustaka
Gordon, Thomas. (1990). Guru yang efektif. Penerjemah: Mudjito. Jakarta: Rajawali Phopam, James dalam Sinurat. (1981). Bagaimana mengajar dengan sistematis. Yogyakarta: Kanisius Harian Republika, 24 Desember 2004. http://filebox.vt.edu/users/cecraig/portweb/islamunit/microref.htm http://www.uns.ac.id/resources/ppl/ http://www.ussoccer.com/ Soetjipto (1994). Profesi keguruan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-6.htm - 50k
105