Anda di halaman 1dari 30

Makalah pembelajaran micro teaching

April 20, 2014 Leave a comment


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengertian,
fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro Teaching serta memahami 10 kompetensi guru, 8
keterampilan dasar mengajar dan 4 kompetensi pendidik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Micro Teaching.
Makalah ini berbicara mengenai Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro
Teaching serta memahami komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam kompetensi dan
keterampilan guru. Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik
dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada
tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik
yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Jember, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian micro teaching
2.

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Guru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai
tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam suatu pendidikan. Untuk
mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang guru profesional yang
betul-betul memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan baik, serta
memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik sebelum melaksankan tugas sebagai
seorang pendidik atau guru .
Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar.
Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti pembelajaran
micro (micro teaching).
Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik (guru) agar
memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna dan

strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru) tentunya
harus terus berlatih keterampilan tersebut satu demi satu.
Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga
pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik sekalius
dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi
dan masukan mengenai penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.

1. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dan tujuan dari micro teaching?


2. Apa-apa saja yang termasuk dalam 8 keterampilan dasar mengajar bagi pendidik?
3. Apa-apa saja yang termasuk dalam 10 kompetensi guru?
4. Apa-apa saja yang termasuk dalam 4 kompetensi pendidik?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit
dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching adalah redaksi yang
berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut pengertian micro teaching
menurut para ahli:

1. Menurut cooper and Allen(1971), pengajaran mikro (microteaching)


salahsatubentukmodelpraktekkependidikanataupelatihanmengajar.

merupakan

2. Menurut Jensen (dalam Yatiman ,1999), pengajaran Micro sebagai suatu


sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan ketrampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu.
1. Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang menjelaskan bahwa microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the teaching process, so
that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching
situation (pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian
demi bagian dari setiap keterampilan dasar)
2.

A. Perlberg (1984) menjelaskan bahwa micro teaching is a laboratory training


procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih
menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).

3. Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu
cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di
mikro kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari beberapa uraian diatas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah suatu strategi yang
telah dimodifikasi secara khusus untuk memberikan pelatihan mengajar terhadap para calon
pendidik (guru) dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar seorang
calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala kecil), dengan menyederhanakan atau
memperkecil aspek pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan materinya, sehingga para
calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, serta dapat
memperbaiki kelemahan dan mengembangkan kemampuan tersebut agar dapat menjadi seorang
pendidik (guru) yang professional.
Aspek-aspek pembelajaran yang dimaksud adalah dalam segi:
1)

Jumlah murid

Jumlah murid pada suatu pembelajaran mikro tentu berbeda dengan jumlah murid pada system
pembelajaran makro. Dalam pembelajaran mikro, jumlah murid disederhanakan atau diperkecil
menjadi 5-10 orang.
2)

Alokasi waktu

Demikian juga dengan waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real teaching), waktu
mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada pembelajaran mikro waktu mengajar
disederhakan atau diperpendek menjadi 5-10 menit.

3)

Materi/bahan ajar

Materi atau bahan ajar dalam pembelajaran mikro hanya mencakup 1-2 aspek yang telah
disederhanakan.
1. Tujuan micro teaching
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan calon guru
menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai seorang guru professional.
2. Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:

Bagi siswa calon guru

Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.

Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun


kekelas yang sebenarnya.

Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa keterampilan


dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga
calon guru mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.

Bagi guru
Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.

Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi


perkembangan profesinya.

Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang yang berlangsung dipranata
pendidikan.
Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau meningkatkan
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang calon pendidik (guru), sehingga mereka
memiliki kesiapan diri untuk mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks
mengajar yang sesungguhnya.

1. Tujuan khusus
Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:

Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya
sendiri.

Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses


pembelajaran.

Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien.

Calon guru mampu bertindak profesional


1. Delapan Keterampilan dasar mengajar

Untuk menjadi seorang tenaga pendidik (guru) yang professional, tentunya guru harus memiliki
keterampilan dasar mengajar, guna tercapainya suatu proses pembelajaran yang efektif, efisien
dan menarik. Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik (guru), yaitu:
1. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh seorang guru, sebelum
memasuki materi atau inti dari sebuah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan
peserta didik (siswa) untuk mengikuti proses pembelajaran yang meliputi, mental peserta didik,
menciptakan suasana komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, dan
menimbulkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dipelajari.
Aktivitas awal yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru), serta kalimat-kalimat pembuka
yang diucapkan guru adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan jalannya seluruh
proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan proses
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Tujuan pembelajaran dapat tercapai
tergantung pada strategi pengajaran yang disiapkan guru pada awal pembelajaran.
Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak
berhasil memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Oleh karena itu, hal-hal yang
perlu dilakukan oleh seorang guru pada awal pembelajaran adalah, menciptakan suasana agar
siswa secara mental, fisik, pshikis, dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara cara-cara sebagai berikut:
1)

Memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa

Pada awal proses pembelajaran, pikiran siswa belum dapat terfokus dengan baik pada materi dan
proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena masih banyak aktifitas-aktifitas diluar kelas yang
megganggu perhatian siswa.

Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, seorang guru haru mampu menetapkan titik hubungan
antara siswa itu sendiri dengan materi yang akan disampaikan, guru harus mampu
membangkitkan semangat dan keaktifan belajara siswa, guru harus dapat menghubungkan antara
materi yang akan disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam memfokuskan perhatian dan
membangkitkan minat siswa:
o Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini
o Menyampaikan cerita
o Menggunakan alat bantu/media
o Memvariasikan gaya mengajar
o Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswa
o Mengandaikan persoalan
2)

Menimbulkan motivasi

Menimbulkan motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara:


o Memberikan kehangatan dan menunjukan sikap antusias
Guru harus menunjukan sikap yang ramah, antusias, bersahabat dan penuh keakraban dengan
peserta didiknya.
o Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu siswa dapat distimulus dengan menunjukkan gambar, mendemonstrasikan
sesuatu, menceritakan sesuatu kejadian yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
o Mengemukakan ide yang bertentangan
Seorang pendidik harus bisa mengutarakan pendapat atau ide-ide yang bertentangan serta
mengutarakan probelema-problema atau situasi yang berbeda dengan dengan kenyataan seharihari.
3)

Memberi acuan

Memberi acuan merupakan usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternative yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang
akan dipelajari dan cara yang akan hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran.
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah:

o Menjelaaskan tujuan pembelajaran


o Menyampaikan garis besar pembelajaran
o Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
4)

Mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topic baru

Pelaarn dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan dengan
pelajaran yang baru. Contoh usaha guru dalam mengaitkan adalah:
o Meninjau kembali sampai sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya.
o Membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan
disampaikan.
Sedangkan keterampilan dalam menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk mengakhiri
pembelajaran adalah swbagai berikut:

Melakukan tinjauan kembali pada materi yang telah disampaikan, dengan cara membuat
rangkuman atau ringkasan mengenai materi yang telah dijelaskan.

Mengadakan evaluasi seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan dengan cara menyuruh siswa untuk, mendemonstrasikan keterampilan yang telah
dipahaminya, menerapkan ide-ide baru pada situais lain, mengekspresikan pendapat sendiri, dan
guru dapat memberikan soal-soal tertulis dalam bentuk uraian.

Memberikan tindak lanjut yaitu dalam bentuk, pekerjaan rumah, merancang sesuatu atau
berkunjung kesuatu tempat.
2. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar- mengajar, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga
dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Keterampilan dalam menjelaskan materi atau bahan
ajar pada proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik (guru), karena betapapun
pandainya seorang guru dalam menguasai suatu materi, akan sia-sia saja apabila ia kurang atau
tidak mampu menguasai keterampilan menjelaskan bahan pelajaran yang dikuasainya.
Tujuan dari menjelaskan adalah:

Membimbing siswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur.

Membimbing siswa menjawab pertanyaan mengapa secara bernalar

Melibatkan siswa untuk berpikir

Mendorong murid menghayati berbagai proses penalaran.

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberikan suatu penjelasan,
yaitu:

Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan
keperluan.

Penjelasan harus relevan dengan tujuan.

Materi yang dijelaskan harus bermakna

Penjelasan yang diberikan sesuai degan kemampuan dan latar belakang siswa.
3. KETERAMPILAN BERTANYA

Dalam sebuah proses pembelajaran, bertanya memiliki peranan utama dalam meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu membuat
pertanyaan yang baik dan bermutu.
Tujuan bertanya dalam suatu kegiatan pembelajran, bukan saja hanya untuk mengetahui tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh siswa, tetapi yang lebih pentinga adalah, dapat mendorong siswa
untuk ikut berpastisipasi aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Keterampilan bertanya meliputi 2 bagian yaitu, keterampilan bertanya dasar dan keterampilan
bertanya lanjutan.
a)

Keterampilan bertanya dasar

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan
dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Keterampilan bertanya dasar memilik beberapa komponen, yaitu:

Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, memudahkan murid untuk


memahaminya.

Pemusatan perhatian, kadang-kadang guru perlu memulai pertanyaan dengan cakupan


yang luas, kemudian memusatkanperhatian murid pada satu tugas yang lebih sempit.

Penyebaran pertanyaan, yang diajukan kepada murid, hendaknya ditujukan ke seluruh


kelas, bukan kepada murid tertentu. Setelah memberikan waktu sejenak untuk berpikir,
barulah guru menunjuk secara acak murid lain untuk menanggapi jawaban temannya

Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab oleh beberapa murid,
sehingga semua aktif untuk memikirkan pertanyaan yang diberikan.

Pemberian waktu berpikir. Setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya memberikan


kesempatan kepada murid untuk berpikir, sebelum menjawab.

Pemberian tuntunan. Jika pertanyaan guru tidak dapat dijawab oleh murid, guru
hendaknya memberikan tuntunan.

b)

Keterampilan bertanya lanjutan

Keterampilan bertanyan lanjut dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen


keterampilan bertanya dasar.
Adapun komponen-komponen yang terdapat pada keterampilan bertanya lanjut adalah sebagai
berikut:

Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkat
yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi, seperti memahami, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai pertanyaanyang paling sederhana diikuti


dengan yang kompleks, sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks.

Penggunan pertanyaan pelacak dengan berbagai tekhnik seperti:


o mengulangi pertanyaan sendiri atau pertanyaan siswa
o menjawab pertanyaan sendiri
o menunjuk dulu sebelum bertanya
o mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak
o mengajukan pertanyaan ganda

4. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI


Mengadakan variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka ragam yang dapat membuat
sesuatu iotu menjadi tidak monoton didalam pembelajaran, sehingga dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahiu siswa, serta membuat tingkat aktifitas siswa
menjadi bertambah.

Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu:

Variasi dalam gaya mengajar, yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
1. Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
2. .Memusatkan perhatian
3. Membuat kesenyapan sejenak
4. Mengadakan kontak pandang
5. Variasi gerakan badan dan mimik, dan
6. Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.

Variasi dalam penggunaan dalam media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
1. Variasi alat dan bahan yang bisa dilihat
2. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar, serta
3. Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi

Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan

Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan,
sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan, atau demonstrasi.
Tujuan dan manfaat mengadakan variasi adalah:

Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi dan aktifitas


pembelajaran.

Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat
rutinitas

Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan


investigasi dan eksplorasi.

5. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN

Penggunaan penguatan dalam proses belajar mengajar memiliki pengaruh yang positif terhadap
proses belajar peserta didik dan bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan
motivasi, minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran, membangkitkan dan memelihara
perilaku, dan iklim belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secaa optimal.
Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen, antara lain:

Penguatan verbal

Berupa komentar yang berupa kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang
dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.

Penguatan non-verbal
1. Penguatan berupa mimic dan gerakan badan
2. Penguatan dengan cara mendekati
3. Penguatan dengan sentuhan
4. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
5. Penguatan berupa symbol atau benda
6. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Keterampilan manajemen kelas menduduki posisi penting dalam menentukan keberhasilan


kegiatan pembelajaran. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan
fundamental dalam mendukung proses pembelajaran.
Keterampilan mengelola kelas adalah: keterampilan seorang pendidik (guru) dalam
meningkatkan sumber daya kelas demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara
garis besar keterampilan mengelola kelas dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (1). Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, (2).
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.

7. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERSEORANGAN


Dalam pengajaran kelompok kecil dan perserongan memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa.
Ada 4 komponen yang terdapa dalam keterampilan mengajar kelompok kecil dan perserongan,
antara lain:

Keterampilan mendekatkan diri secara pribadi

Keterampilan mengorganisasi

Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran

Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


8. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL

Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Ada 6 keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memimpin diskusi kelompok
kecil, yaitu:

Memussatkan perhatian siswa pada materi diskusi

Memperjelas masalah urunan pendapat

Menganalisa pandangan siswa

Meningkatkan urunan siswa

Menyebarkan kesempatan berpastisipasi

Menutup diskusi
1. Empat kompetensi pendidik

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Adapaun kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik guru
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi
Menyusun Rencana Pembelajaran menurut Joni (1984:12), adalah kemampuan merencanakan
program belajar mengajar mencakup kemampuan:
a)

merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran

b)

merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar

c)

merencanakan pengelolaan kelas

d)

merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran

e)

merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi:

a)

mampu mendeskripsikan tujuan

b)

mampu memilih materi

c)

mampu mengorganisir materi

d)

mampu menentukan metode/strategi pembelajaran

e)

mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran

f)

mampu menyusun perangkat penilaian

g)

mampu menentukan teknik penilaian

h)

mampu mengalokasikan waktu.

2. Kompetensi kepribadian
Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian adalah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet,
tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan, dan cepat bangkit apabila
mengalami kegagalan, memiliki etos belajar, dan etos kerja yang tinggi.
Didalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pada
penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dijelaskna bahwa yang dimaksu dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi social
Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh
seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini
termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Menurut PPRI No.74 tahun 2008, tentang undang-undang Guru dan Dosen sebagaimana termuat
dalam penjelasan Pasal 28 Ayat 3, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, kompetensi sosial adalah
kemampuan seorang pendidik (guru) menjadi bagian dari masyarakat dilingkungan sekolahnya
dan mampu membangun komunikasi yang baik dan dapat berinteraksi dengan para peserta didik,
dengan tujuan untuk menyiapkan para peserta didik menjadi bagian dari masyarakat
dilingkungannya, memiliki perilaku yang baik , serta memiliki kemampuan dalam membimbing
masyarakat kearah yang baik.

4. Kompetensi professional
Yang dimaksud dengan kompetensi social adalah kemampuan penguasaan materi secara
menyeluruh atau luas dan mendalam.
Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh seseorang diantaranya:

Menguasai landasan pendidikan

Menguasai bahan pengajaran

Menguasai teknologi informasi

Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan

Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan disekolah

Menguasai metode berpikir

Mampu bekerja berencana dan terprogram

Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan

Mampu memahami bimbingan konseling

Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah

Berani mengambil keputusan

1. Sepuluh kompetensi guru


Kemampuan mengajar adalah kemampuan esensial yang harus dimilki oleh guru, tidak lain
karena tugas yang paling utama adalah mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru
menghadapi siswa-siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika internal yang
berasal dari dalam diri siswa maupun sebagai akibat tuntutan dinamika lingkungan yang
sedikit banyak berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar harus
dinamis juga sebagai tuntutan-tuntutan siswa yang tak terelakkan. Kemampuan mengajar
guru sebenarnya merupakan pencerminan guru atas
kompetensinya. Kompetensi ini terdiri dari berbagai komponen penting.
Pada tahu 1970-an terkenal wacana tentang apa yang disebut sebagai pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi atau Competency Based Training Education (CBTE). Pada
saat itu, Direktorat Pendidkan Guru dan Tenaga Teknis (Disguntentis) pernah
mengeluarkan buku saku tentang sepuluh kompetensi guru, yaitu:

1. Menguasai bahan atau materi


Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih
dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang
dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan
dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud
menguasai bahan bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni
1. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
2. Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi.

2. Mengelola proses belajar mengajar


Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada
beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan intruksional atau pembelajaran.
2. Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.

3. Melaksanakan program belajar mengajar


4. Mengenal kemampuan anak didik.
5. Merencanakan dan melaksanakan program remidial.
6. Kemampuan menguasai wawasan atau landasan pendidikan
Guru harus memiliki wawasan kependidikan yang luas dan dalam. Wawasan yang luas dan
mendalam akan memudahkan guru dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan
tindakan pendidikan. Keputusan yang tepat juga akan meminimalisasi kesalahan guru dalam
menangani peserta didiknya. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu
menguasai berbagai landasan/wawasan kependidikan seperti teori belajar dan prinsip-prinsip
belajar.
4. Keterampilan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
Guru harus mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau
tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan dan pembentukan kompetensi
peserta didik , yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar penilaian
akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program.
5. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan konseling
Menurut etimologi bimbingan dan konseling terjemahan dan guidance dan conseling (Inggris).
Guidance berarti mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyalur.
Dalam perspektif bimbingan dan konseling juga diartikan bimbingan dengan istilah al-irsyad
al-nafs yang mengandund arti bimbingan kejiwaan. Pernyataan serupa juga dikemukakan
oleh Fazlul Rahman kata konseling al-irsyad atau al-istisyarah. Kata bimbingan disebut
al-Taujihi, sehingga menjadi al-Taujih wa al-Irsyad atau al-Taujih wa al-Istisyarah.
Secara etimologi, kata irsyad berarti al-Huda, al-Dalalah, yang dalam bahasa Indonesia berate
nasehat atau konsultasi.
Menurut terminology (istilah) bimbingaan merupakan suatu proses, yang berkelanjutan,
merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus bukan kegiatan seketika atau kebetulan.
Bimbing merupakan serangkaian tahapankegiatan yang systematis dan terencana yang terarah
kepada pencapaian tujuan.
Adapaun fungsi-fungsi bimbingan dan konseling secara umum disekolah berorientasi terhadap
program penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Funsi-fungsi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi 5 fungsi pokok, yaitu; (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c)
fungsi perbaikan, (d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan dan (e) fungsi advokasi.


Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan yang membantu siswa agar memiliki
pemahaman terhadap diri sendiri.

Fungsi pencegahan adalah, fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing (guru)
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk
mencegah supaya masalah itu tidak tidak dialami oleh siswa.

Fungsi pengembangan yaitu, pembimbing berupaya mencipakan lingkungan yang


kondusif, atau menfasilitasi perkembangan siswa.

Fungsi perbaiakan yaitu, pembimbing (guru) berusaha memberikan bantuan kepada siswa
yang sedang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar, maupun
kariernya.

Fungsi advokasi yakni membantu individu (siswa) menjaga agar situasi dan kondisi
semula
tidak
baik
(mengundang masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan), itu kembali menjadi tidak baik
(menimbulkan masalah kembali, seperti para pecandu narkoba, kemudian diusahakan
penyembuhannya, supaya penyakitnya tidak kambuh lagi maka perlu diberikan bimbingan secara
berkala.

6. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah


Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai
administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
Administrasi sekolah adalah, seluruh kegiatan administrasi sekolah baik dalam kegiatan
pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha-usaha pendidikan yang dikerjakan oleh
sejumlah orang yang berada dalam lingkup sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien.
Adapaun tujuan administrasi sekolah adalah sebagai berikut:

Tujuan jangka pendek

Agar tersusun dan terlaksananya suatu system pengelolaan komponen instrumental dan proses
pendidikan yang meliputi komponen siswa, pegawai, guru, saran/prasarana, organisasi,
pembiayaan, tatausaha dan hubungan sekolah dengan masyarakat, hingga tercapainya tujuan
pendidikan.

Tujuan jangk menengah

Administrasi pendidikan mengarah kepada pencapaian tujuan institutional setiap jenis dan
jenjang serta program pendidikan.

Tujuan jangka panjang

Administrasi pendidikan diarahkan kepada tujuan nasional pendidika di Indonesia, seperti yang
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, BAB II Pasal 3 sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serat
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung jawab.
7. Keterampilan dalam pengembangan media dan sumber pembelajaran
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan
media sebagai berikut:
1. Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
4. Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
6. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.

8. Keterampilan mengelola kelas


Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa
yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah
melakukan tugasnya dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama.
Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif
dengan cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat
tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan interpersonal
yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.

9. Mengelola interaksi belajar mengajar


Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan
yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam
rangka transfer of knowledge dan bahkanjuga transfer of values, akan senantiasa menuntut
komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti
komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling
menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya,
proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode
yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan
interaksi belajar mengajar tersebut.
1. Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran.
Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya
kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajarmengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk
terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya
mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur teknologi, ilmu seni, dan
pilihan nilai. Aktivitas mengajar memerlukan kompetensi profesional yang cukup kompleks,
sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Guru memiliki peranan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu proses
belajar sangat bergantung pada kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh
karena itu, untuk menjadi seoarang guru yang profesional, para calon pendidik (guru) perlu
berlatih terus menerus, antara lain melalui Micro Teaching.
Melalui micro teaching, para calon pendidik (guru) dapat:
1. Mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum terjun kekelas yang sebenarnya
2. Menguasai beberapa keterampilan dasar mengajar dan memahami kapan dan bagaimana
keterampilan itu diterapkan, sehingga calaon guru mampu menciptakan proses
pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik
3. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar
mengajar secara terpisah.
4. Memberikan pemahaman mengenai 4 kompetensi pendidik seta 10 kompetensi guru yang
harus dimiliki oleh seorang calon pendidik.

1. SARAN
Dalam dunia pendidikan masih banyak pendidik atau guru-guru yang belum memahami dan
mengerti pentingnya kompetensi atau keterampilan dalam mengajar. Mereka hanya berpikir
bahwa mengajar adalah hal yang biasa-biasa saja, hal ini membuat banyak para pendidik atau
guru gagal dalam menghasilkan output-output yang berkualitas.

Disamping itu juga, kurangnya keterampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru,
menjadi factor utama kegagalan mereka untuk menjadi seorang guru yang profesional.
Oleh karena, saran penulis kepada calon pendidik ataupun yang sudah menjadi guru serta kepada
semua pembaca, agar senantiasa mau terus belajar dan berlatih, sehingga dapat mengembangkan
kemampuan atau keterampilan dalam mengajar sehingga dapat menghasilkan generasi-generasi
muda yang berkualitas.
Ingatlah bahwa masa depan Bangsa ada ditangan generasi muda. Generasi muda yang
berkualitas, hanya bisa dibentuk dari seorang pendidik (guru) yang berkualitas pula.

ALGORITMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI BESERTA CONTOH

Salam Damai buat kita semua, disini saya hanya ingin berbagi makalah tentang
pengertian
ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN contoh algoritma pemrograman, secara gratis,
semoga
bermanfaat
bagi
pengunjung
blog
ku-liah.blogspot.com.

NAMA
NIM

: ADLI ABI IMRAN


: 11351101316

KELAS
SUBJECT

: TIF 1 F
: TUGAS 1, ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

SOAL !
1.

BUATLAH RINGKASAN TENTANG ALGORITMA

2.

BUATLAH CONTOH ALGORITMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

JAWAB !
1.

RINGKASAN

A.

apa itu algoritma?


Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis untuk menyelesaikan suatu
masalah yang disusun secara sistematis dan logis.
Kata
Logis
merupakan kata kunci dalam Algoritma karena langkah-langkah dalam Algoritma
harus bersifat logis (nyata) dan harus dapat ditentukan bernilai salah atau benar.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Algoritma adalah uruta logis
pengambilan
putusan
untuk
pemecahan
masalah.

Kata logis merupakan kata kunci dalam sebuah algoritma. Langkah-langkah di


dalam algoritma harus logis, ini berarti hasil dari urutan langkah-langkah tersebut
harus dapat ditentukan, benar atau salah. Langkah-langkah yang tidak benar dapat
memberikan hasil yang salah.

Dalam matematika dan komputasi, algoritma atau algoritme [1] merupakan


kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat
diterjemahkan secara bertahap dari awal hingga akhir. Masalah tersebut dapat
berupa apa saja, dengan catatan untuk setiap masalah, ada kriteria kondisi awal
yang harus dipenuhi sebelum menjalankan algoritma. Algoritma akan dapat selalu
berakhir untuk semua kondisi awal yang memenuhi kriteria, dalam hal ini berbeda
dengan heuristik. Algoritma sering mempunyai langkah pengulangan (iterasi) atau
memerlukan keputusan (logika Boolean dan perbandingan) sampai tugasnya
selesai.

B.

Siapa penemu algoritma (sejarah) ?


Kata algoritma berasal dari latinisasi nama seorang ahli matematika dari Uzbekistan
Al Khawrizmi (hidup sekitar abad ke-9), sebagaimana tercantum pada terjemahan
karyanya dalam bahasa latin dari abad ke-12 "Algorithmi de numero Indorum". Pada
awalnya kata algorisma adalah istilah yang merujuk kepada aturan-aturan aritmetis
untuk menyelesaikan persoalan dengan menggunakan bilangan numerik arab
(sebenarnya dari India, seperti tertulis pada judul di atas). Pada abad ke-18, istilah
ini berkembang menjadi algoritma, yang mencakup semua prosedur atau urutan
langkah yang jelas dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Masalah timbul pada saat akan menuangkan bagaimana proses yang harus dilalui
dalam suatu/sebuah sistem (program) bagi komputer sehingga pada saat
eksekusinya, komputer dapat bekerja seperti yang diharapkan. Programer komputer
akan lebih nyaman menuangkan prosedur komputasinya atau urutan langkah
proses dengan terlebih dahulu membuat gambaran (diagram alur) diatas kertas.

C.

Jenis-jenis algoritma apa sajakah itu?


Terdapat beragam klasifikasi algoritma dan setiap klasifikasi mempunyai
alasan tersendiri. Salah satu cara untuk melakukan klasifikasi jenis-jenis algoritma
adalah dengan memperhatikan paradigma dan metode yang digunakan untuk
mendesain algoritma tersebut. Beberapa paradigma yang digunakan dalam
menyusun suatu algoritma akan dipaparkan dibagian ini. Masing-masing paradigma
dapat digunakan dalam banyak algoritma yang berbeda. Yaitu :

1.

Divide and Conquer, paradigma untuk membagi suatu permasalahan besar


menjadi permasalahan-permasalahan yang lebih kecil. Pembagian masalah ini
dilakukan terus menerus sampai ditemukan bagian masalah kecil yang mudah
untuk dipecahkan. Singkatnya menyelesaikan keseluruhan masalah dengan
membagi masalah besar dan kemudian memecahkan permasalahan-permasalahan
kecil yang terbentuk.]

2.

Dynamic programming, paradigma pemrograman dinamik akan sesuai jika


digunakan pada suatu masalah yang mengandung sub-struktur yang optimal (, dan
mengandung beberapa bagian permasalahan yang tumpang tindih . Paradigma ini
sekilas terlihat mirip dengan paradigma Divide and Conquer, sama-sama mencoba
untuk membagi permasalahan menjadi sub permasalahan yang lebih kecil, tapi
secara intrinsik ada perbedaan dari karakter permasalahan yang dihadapi.

3.

Metode serakah. Sebuah algoritma serakah mirip dengan sebuah Pemrograman


dinamik, bedanya jawaban dari submasalah tidak perlu diketahui dalam setiap
tahap; dan menggunakan pilihan "serakah" apa yang dilihat terbaik pada saat itu.

2. CONTOH ALGORITMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Proses semacam algoritma sebenarnya dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya saja jika Anda membaca resep masakan, selain bahan-bahan yang
digunakan, Anda juga akan melihat prosedur untuk membuat masakan. Prosedur
dalam resep seperti itu sebenarnya menyatakan semacam algoritma. Prosedur itu
merupakan suatu urutan yang memandu orang untuk melakukan suatu proses.
Namun ada perbedaan antara algoritma dan prosedur. Prosedur biasanya bersifat
global dengan mengasumsikan bahwa manusia telah mengetahui rincian langkalangkah tertentu.
berikut adalah contoh-contoh algoritma dan bukan algoritma, sehingga
memudahkan kita untuk membedakan mana yang algoritma atau bukan dan kita
lebih tau algoritma itu seperti apa.

Contoh Algoritma 1.
A) Rumusan masalah:
Aku harus mengirim surat kepada sahabat penaku yang berada di Jakarta. Aku
harus menuliskan alamat sahabat penaku yg ada di Jakarta dibagian depan amplop
dan alamat rumahku dibagian belakang amplop suratnya. Namun, aku tidak tahu
jumlah perangko yang harus aku tempel di sisi kiri atas amplop. Jadi, aku harus
pergi ke kantor pos terlebih dahulu. Sesampainya kantor pos, aku langsung menuju
ke loket pengiriman surat. Aku beruntung tidak perlu mengantri karena dikantor pos
sepi. Aku serahkan surat itu kepada penjaga loket, oleh penjaga loket suratku diberi
perangko sesuai dengan tujuan surat yang aku buat untuk sahabatku. Dan suratku
siap dikirim oleh tukang pos.
B) Algoritma dari masalah diatas, yaitu:
1. Aku menyiapkan surat yang akan aku kirimkan.
2. Aku menuliskan alamat sahabatku dibagian depan amplop dan alamat rumahku
dibagian belakang amplop.
3. Aku pergi ke kantor pos.
4. Menuju ke loket dan menyerahkan surat agar diberi perangko sesuai dengan
tujuan surat.
5. Surat siap dikirim.

Contoh Algoritma 2.
A) Rumusan masalah:
Menentukan sebuah bilangan bulat, apakah merupakan bilangan genap atau ganjil ?
Dengan cara, bilangan di mod 2 Jika, hasilnya sama dengan 0 maka bilangan
tersebut adalah bilangan genap. Dan apabila hasilnya selain 0 maka bilangan
tersebut adalah bilangan ganjil.
B) Algoritmanya adalah:
1. Tentukan sebuah bilangan bulat.
2. Bilangan mod 2 .
3. Jika, hasilnya sama dengan 0 maka bilangan tersebut adalah bilangan genap.
Dan jika hasilnya selain 0 maka bilangan tersebut bilangan ganjil
Contoh bukan algoritma:
Saya ingin minum susu coklat.
1. Saya menyiapkan gelas dan susu coklat bubuk.
2. Tambahkan air panas dan gula.
3. Tambahkan air mineral.
4. Susu coklat siap diminum.

Contoh Algoritma 3.

Algoritma Membuat Mie Goreng Instant


1. Siapkan mie goreng instant
2. Apakah mie instant ada?
3. Jika tika tidak, beli di warung
4. Jika ada buka kemasan mie instant
5. Keluarkan mie beserta bumbu-bumbunya
6. Siapkan piring
7. Lihat kondisi piring, jika kotor dicuci dulu
8. Jika bersih siap digunakan
9. Buka bumbu-bumbunya
10. Letakkan didalam piring
11. Siapkan panci
12. Lihat kondisi panci, jika kotor dicuci dulu
13. Jika bersih panci dengan air secukupnya
14. Letakkan panci diatas kompor
15. Nyalakan kompor
16. Tunggu hingga air mendidih
17. Jika sudah mendidih, masukkan mie
18. Tunggu hingga mie matang
19. Setelah mie matang, matikan kompor
20. Siapkan saringan, lihat kondisi saringan jika kotor dicuci dulu
21. Tuang mie ke saringan, tunggu sampai airnya tiris
22. Masukkan kedalam piring
23. Siapkan sendok dan garpu, lihat kondisinya jika kotor dicuci duu
24. Jika bersih aduk mie menggunakan sendok dan garpu
25. Mie goreng siap dihidangkan

Contoh Algoritma 4.
1. Siapkan spons
2. Apakah spons ada?
3. Jika tidak ada, beli diwarung
4. Siapkan sabun pencuci piring
5. Apakah sabun ada?
6. Jika tidak ada, beli diwarung
7. Taruh piring kotor kedalam wastafel
8. Buka keran air
9. Basahi piring kotor dengan air
10. Tutup keran air
11. Tuang sabun ke spons
12. Usapkan spons ke piring yang kotor
13. Buka kran air

14.
15.
16.
17.
18.
19.

Bilas piring yang telah disabun dengan air sampai bersih


Tutup keran air
Jika sudah bersih, taruh disamping wastafel
Tunggu hingga airnya tiris dan kering
Jika sudah kering, pindahkan piring kedalam rak piring
Piring siap digunakan

Algoritma pembuatan Name Tag dan kelengkapan lainnya


untuk Fortafaste :
Rumusan masalah :
Pada hari yang telah ditetapkan, Adli mengikuti kegiatan fortafaste yang
wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa teknik di fakultas sains dan teknologi uin suska
RIAU. Dalam pelaksanaannya Adli Abi Imran merupakan seorang peserta
FORTAFASTE dan dalam hal itu Adli harus mempersiapkan segala hal yang telah
ditetapkan. Yaitu menggunakan Almamater, membawa pita, membuat name tag.
Sehari sebelum pelaksanaan Adli memeriksa kelengkapan. Mulai dari almamater,
karena Adli mahasiswa baru, adli tidak memiliki almamater, maka ia meminjamnya
ke kaka senior. Setelah itu dia mencari pita di rumahnya, dan Adli tidak menemukan
pita tersebut kemudian ia membelinya. Persiapan terakhir untuk pembuatan Name
tag, karena ia memiliki fasilitas Gadget berupa Notebook PC dirumahnya, maka ia
mencoba membuat name tag dengan syarat ukuran kertas a4, bagian atas
berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih, dengan format Nama, jurusan,
No.kelompok dan nama kelompok. Adli memeriksa aplikasi yang tersedia di
gadgetnya dan menemukan aplikasi yang mampu membantu mengerjakan
kelengkapannya tersebut. Dia menggunakan aplikasi MS. Word. Setelah selesai ia
ingin mencetak name tag tersebut namun Adli memiliki kendala, adli tidak memiliki
printer untuk mencetak. Kemudian adli harus pergi ke percetakan tedekat dan
mencetaknya. Setelah itu dia harus men-Laminating name tag tersebut agar tahan
terhadap panas dan air. Setelah merasa seluruh persyaratan sudah cukup dan
lengkap, maka adli dapat mengikuti kegiatan fortafaste esok harinya.

Algoritmanya adalah :
1.

Periksa kelengkapan, almamater, pita dan name tag

2.

Jika Almamater tidak ada maka pinajm dengan kakak senior

3.

Jika almamater sudah ada maka periksa periksa pita

4.

Pita tidak ada maka beli di warung

5.

Periksa name tage

6.

Jika tidak ada maka buat name tag

7.

Buat name tag dengan aplikasi yang telah tersedia

8.

Pilih aplikasi yang tepat dan buat sesuai ketentuan

9.

Cetak jika telah selesai dibuat

10. Jika tidak bisa mencetak pergi ke percetakan


11. Laminating agar tahan lebih lama
12. Kembali ke persayaratan
13. Jika telah lengkap maka bisa ikut FORTAFASTE.

Anda mungkin juga menyukai