Anda di halaman 1dari 18

TEORI MICROTEACHING DAN DASAR KETERAMPILAN DALAM

MENGAJAR

( Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Microteaching )

Dosen Pengampu : Rahma Diana, M.Pd

Disusun Oleh :

Endang Purwanti

1911090196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2021 /2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji syukur kehadirat allah SWT yang yang telah memberikan


rahmad dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Perkembangan Teori Microteaching Dan Dasar Keterampilan Dalam
Mengajar. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Rahma Diana, M.Pd yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis menjadi lebih baik lagi dimasa
mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 20 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Microteaching ............................................................... 6

2.2 Tujuan Pembelajaran Microteaching ,,,,,,,,.......................………... 8

2.3 Tujuan Pembelajaran Microteaching .............................................. 8


2.4 Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar .........…………..……... 10

2.5 Macam-Macam Ketrampilan Dasar Mengajar .............………....... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................... .. 17
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Secara tradisional latihan praktek mengajar dilakukan langsung di
sekolah latihan sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoritis tentang
dasar-dasar keguruan dan isi (konten) dari bidang studi yang akan
diajarkannya. Keterampilan dasar mengajar merupakan aspek penting yang
harus dimiliki oleh guru agar dapat melaksanakan peranya dalam
pengelolaan proses pembelajaran. Seorang guru harus menguasai
keterampilan dalam berbagai gaya mengajar dan harus sanggup menjalankan
berbagai perannya, artinya bahwa seorang guru harus menguasai berbagai
keterampilan mengajar untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
inovatif.
Dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
disebutkan bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menegah. Dari tiga penjelasan tugas utama guru dan
dosen diawal tersebut (mendidik, mengajar, membimbing) banyak terjadi
didalam kegiatan proses belajar mengajar. Seorang guru harus mampu
membangkitkan partisipasi peserta didik dalam belajar, sehingga proses
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial.
Dengan menguasai keterampilan dasar mengajar guru dapat
melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional dalam mengembangkan
potensi peserta didik agar dapat tercapainya tujuan pendidikan. Guru yang

4
berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan mampu dalam pengelolaan kelasnya, sehingga hasil belajar siswa
dapat tercapai secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu microteaching ?


2) Apa saja dasar – dasar keterampilan belajar ?
3) Bagaimana cara mengajar ?
4) Apa saja fungsi microteaching?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Microteaching

Micro berarti kecil, terbatas,atau sempit sedangkan Teaching


berarti mengajar. Microteaching berarti suatu kegiatan mengajar di mana
segala sesuatunya dikecilkan atau disederhanakan untuk
membentuk/mengembangkan keterampilan mengajar. Dengan demikian, ciri
khas dari pada microteaching adalah sesuai dengan sebutannya, yaitu
kondisi serta situasinya disederhanakan atau di mikrokan.

Micro teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli


dengan berbagai pengertian seperti Mc. Laughlin dan Moulton (1975) yang
menjelaskan bahwa “microteaching is as performance training method to
isolate the component parts of the teaching process, so that the trainee can
master each component one by one in a simplified teaching situation”
(pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model
pembelajaran untuk melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru
melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar
tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi
pembelajaran).1

Kemudian menurut Perlberg (1984) menjelaskan bahwa “micro


teaching is a laboratory training procedure aimed at simplifyng the
complexities of regular teaching - learning processing” (pembelajaran mikro
pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan
proses latihan kegiatan belajar mengajar/pembelajaran). Sementara itu
Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro merupakan
salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk, mengembangkan
keterampilan mengajar.

1 Jamal Ma’ruf. Micro Teaching dan Team Teaching.hal 34-35

6
Pengajaran Mikro (micro-teacing) merupakan salah satu bentu
model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang
sebenarnya,, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis
pengampaian materi, penguatan metode, penggunaan media, bimbingan
belajar, memberi motifasi, mengelola kelas, meberikaan ppenilaian. Dengan
kat lain bahwa pembuatan mengajar itu sangat kompleks. Oleh karena itu,
dalam rangka penguasaan keteramplan mengajar, calon Guru/Dosen perlu
berlaitih secara parsial, artinya tiap-tiap komponen keretampilan dasar
mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-pisah. Berlaiti untuk menguasai
Keterampilan Dasar Mengajar seperti itulah yang dinamakan Micro-teacing.

Menurut Waskito mendefinisikan “Micro Teacing” adalah suattu


metode belajar megajar atas dasar performance yang tekninknya dengan
cara mengisolasikan komponen-komponen proses belajar mengajar
sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam
situasi yang disederhanakan atau dikecilkan. Microteacing secara umum
adalah prosedur yang sistematis dalam pelatihan guru melalui pengalaman
laboratoris yang bersifat tercontrol tentang berbagai keterampilan dasar
mengajar.2

Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang harus kita


pahami. Pertama, microteacing merupakan prosedur yang sistematis, artinya
pelaitah guru melalui microteacing dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan tertentu yang sudah ada di buku. Kedua, microteacing dilakukan
dalam situasi laboratoris, artinya pengalaman melalui microteacing
diarahkan dalam atihan”secara spesifik, sehingga pengalaman yang
dipperoleh benar-benar terkontol pada keterampilan tertentu yang hendak
dilatihkan. Dalam situasi laboratoris, microteacing dapat memberikan data
yang lengkap mengenai penampilan calon gurudi didalam kelas, sehingga
memungkinkan adanya feedback bagi calon guru yang sedang berlatih.

2 Ibid. Hal 37

7
Jadi dapat kami simpulkan bahwa microteachng adalah pelatihan
keterampilan mengajar terbatas dalam suasana proses pembelajaran yang
sebenarnya. Dalm membuat persiapan mengajar dan melaksanakan proses
belajar mengajar dan melaksanakkan proses pembelajaran dihadapan siswa
sesuai perencanaan yang dirancang.

2.2 Tujuan Pembelajaran Microteaching

Secara umum, pembelajaran mikro bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional
mahasiswa calon guru dalam berbagai keterampilan yang spesifik. Melalui
pembelajaran mikro, mahasiswa calon guru dapat berlatih berbagai
keterampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan
kompetensinya. Latihan microteaching bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam proses pembelajaran atau kemampuan profesional calon
guru dan/atau meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam
berbagai keterampilan yang spesifik. Latihan praktek mengajar dalam
situasi laboratoris, maka melalui micro-teaching, calon guru ataupun guru
dapat berlatih berbagai ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol
untuk meningkatkan kompetensinya Secara khusus, latihan pembelajaran
melalui microteaching bertujuan untuk:

1. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai cara


menyusun Persiapan Mengajar/Satuan Acara Perkuliahan yang
dimikrokan;
2. Meningkatkan keterampilan teknik mengajar yang efektif bagi para
peserta latihan;
3. Dapat menganalisa tingkah laku mengajar diri sendiri dan teman-
temannya.
4. Latihan ketrampilan mengajar melalui laboratoris, diharapkan kelak
dalam menghantarkan pembelajarannya akan terhidar dari "kikuk
dan kaku".

2.3 Fungsi Pembelajaran Microteaching

8
Fungsi pembelajaran Microteaching berupaya untuk membina calon
guru/tenaga kependidikan melalui keterampilan kognitif, psikomotorik,
reaktif dan interaktif. Di samping itu, pembelajaran Microteaching
melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

a) Fungsi Instruksional yaitu pembelajaran Microteaching yang


berfungsi menyediakan fasilitas praktik/latihan bagi calon
guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya
merupakan latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik
mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari secara
teoritik;
b) Fungsi Pembinaan: pembelajaran Microteaching menyediakan
kemudahan untuk membina keterampilan dan/atau mengembangkan
keterampilan-keterampilan khusus tentang teknik-teknik mengajar
yang efektif bagi tenaga kependidikan;
c) Fungsi Diagnostik: pembelajaran Microteaching menyediakan
fasilitas dan kondisi spesifik untuk membimbing calon guru/tenaga
kependidikan yang mengalami kesulitan melaksanakan
keterampilanketerampilan tertentu dalam proses belajar mengajar;
d) Fungsi Integralistik: Pengajaran melalui microteaching merupakan
bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta
merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata
kuliah wajib lulus;
e) Supervisi: pembelajaran Microteaching juga dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan mengajar, sehingga pada gilirannya dia
lebih mampu memberikan bimbingan profesional kepada guru-guru
di sekolah.3
f) Fungsi Eksperimental, Keberadaan pembelajaran microteaching
berfungsi sebagai bahan uji coba bagi para pakar di bidang
pendidikan. Umpamanya seorang dosen atau seorang ahli
berdasarkan penelitiannya menemukan suatu model atau suatu

3 Usman, M. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Hal 17 -20

9
metode pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di
lapangan, maka terlebih dahulu diuji-cobakan di laboratorium
microteaching ini. Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi di
mana letak kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-
perbaikan.

2.4 Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar

Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh guru adalah


kemampuan dalam keterampilan mengajar. Kemampuan ini
membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pengajar. Keterampilan mengajar adalah untuk mencapai tujuan
pengajaran. Mengajar merupakan proses yang kompleks, tidak sekedar
menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, banyak kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar
yang lebih baik pada siswa. Menurut Ratna (1988:12) mengajar adalah
segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi
siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang
dirumuskan.4
Sedangkan menurut Nasution (1995: 4) memberikan definisi
mengajar yang lengkap yaitu: (1) Mengajar adalah menanamkan
pengetahuan kepada anak; (2) Mengajar adalah menyampaikan
kebudayaan kepada anak; (3) Mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar. 5
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang
berkaitan dengan semua aspek kemampuan guru yang berkaitan erat
dengan berbagai tugas guru yang berbentuk keterampilan untuk
membimbing, mengarahkan, dan keterampilan lainnya dalam rangka

4 Hasibuan & Moedjiono. 1993. Proses Belajar Mengajar .hal 67


5 Usman. Menjadi Guru Profesional. hal 45

10
memberi rangsangan dan motivasi kepada siswa guna mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan secara terpadu.
Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang bersifat generik
yang harus dikuasi oleh setiap guru, terlepas dari tingkat kelas dan
mata pelajaran yang diajarkan. Keterampilan dasar mengajar merupakan
keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan
pengintegrasian utuh dari berbagai keterangan yang jumlahnya sangat
banyak. Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, terdapat
delapan keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam
keberhasilan kegiatan belajar - mengajar. Setiap keterampilan mengajar
memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri.
2.5 Macam-Macam Ketrampilan Dasar Mengajar
Menurut Turney terdapat 8 keterampilan mengajar/membelajarkan
yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses
komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan
bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus
merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan
proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru
dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan
instruksional menjadi lebih efektif. Keterampilan bertanya
dibedakan menjadi 2 yaitu Keterampilan bertanya dasar yang
mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan.6 Keterampilan bertanya dasar terdiri

6 Marno dan Idris. 2014. Strategi, Metode dan Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan
Mengaar yang Efektif dan Edukatif). Hal 45-47

11
atas 7 komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai
berikut:
a. Pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan
agar pertanyaan yang diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
b. Pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal pertanyaan
maupun sewaktu-waktu saat guru akan memberikan pertanyaan.
Hal ini bertujuan sebagai pedoman bagi siswa dalam menjawab
pertanyaan.
c. Pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat
pada inti masalah tertentu sesuai dengan pertanyaan.
d. Pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban,
kemudian guru meminta siswa kedua dan seterusnya. Hal ini
dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban
yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antar
siswa.
e. Penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
f. Pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan
kemudian menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar
kemudian meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab
pertanyaan.
g. Pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab atau
siswa yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut
akan mampu memberikan jawaban yang diharapkan.
Kemudian Ketrampilan bertanya lanjut yaitu lanjutan dari bertanya
dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir
siswa. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri dari:
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, guru
diharapkan memberikan pertanyaan yang bersifat pemahaman,
aplikasi (penerapan), alalisis dan sintesis, evaluasi, dan kreasi.

12
7Pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi sesuai dengan
sifat materi dan karakteristik siswa.
b. Pengaturan urutan pertanyaan, agar kemampuan berpikir siswa dapat
berkembang secara baik dan wajar. Pertanyaan pada tingkat tertentu
hendaknya dimantapkan, kemudian beralih ke tingkat pertanyaan yang
lebih tinggi. Hal itu dikarenakan agar tidak membingungkan siswa
dan tidak menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak, hal ini bertujuan agar guru dapat
membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya.
d. Peningkatan terjadinya interaksi, merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa secara maksimal.
2. Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Adapun 2 jenis penguatan yaitu Penguatan verbal dan penguatan
nonverbal. Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sedangkan
Penguatan nonverbal yaitu Penguatan nonverbal terdiri dari penguatan
gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan
(contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan
berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton.
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi
belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa

7 Ibid.hal 75

13
sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai
proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam
tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a. Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi
suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing),
kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan
kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan
badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian
posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun
variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut :
a. Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Contohnya:
gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi,
ukiran, peta, globe dan semua alat yang dapat dilihat oleh manusia.
b. Variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif
aids). Contohnya: rekaman suara binatang, rekaman pidato, rekaman
nyanyian, rekaman kuis atau ujian listenning, radio, dll.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat
atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
Contohnya: biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan,
alat-alat laboratorium, globe, dll.
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru
dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam
coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana
kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.8

4. Ketrampilan Menjelaskan

8 Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Hal 67

14
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan
hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang belum diketahui.
Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat
sesuatu menjadi jelas”.

Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara


sistematis sehingga yang menerima penjelasan memiliki gambaran yang
jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan informasi lainnya.
Misal hubungan informasi baru dengan lama, hubungan sebab akibat,
hubungan antara teori dan praktik, atau hubungan antara dalil-dalil dengan
contoh.9

Adapun beberapa komponen keterampilan yaitu menjelaskan


keterampilan dengan memberi penjelasan yang dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu:

1) Keterampilan merencanakan penjelasan


Merencanakan isi pesan (materi) pembelajaran, merupakan tahap
awal dalam proses menjelaskan. Di dalamnya mencakup:
a) Menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan
termasuk unsur-unsur yang terkait.
b) Menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan
tersebut.
c) Menelaah hukum, rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin
dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
d) Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu
mengetahui apakah siswanya sudah paham tentang materi yang
dijelaskan atau masih belum paham.10

Kemudian keterampilan yang kedua adalah keterampilan


menyajikan penjelasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
keterampilan menyajikan penjelasan:

9 Ibid.hal 68
10 Usman, M. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Hal.76

15
a. Kejelasan ucapan dalam berbicara, sangat menentukan kualitas suatu
penjelasan.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi, agar penjelasan akan lebih menarik
dan mudah dipahami.
c. Pemberian tekanan, agar siswa lebih menangkap inti permasalahan
yang djelaskan.
d. Balikan, untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara mengajukan
pertanyaan atau ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan
guru.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang


dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prakondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa
yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek
yang positif terhadap kegiatan belajar. Adapun tujuan membuka pelajaran
antara lain, yaitu :
1) Menarik perhatian siswa
2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa
3) Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran
yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar. Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk memberikan
gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya.
Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : Merangkum atau
membuat garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak
lanjut, dan lain-lain.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mengajar merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung
unsur teknologi, ilmu seni, dan pilihan nilai. Aktivitas mengajar
memerlukan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai
integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.Guru memiliki
peranan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu
proses belajar sangat bergantung pada kompetensi-kompetensi yang dimiliki
oleh seorang guru. Oleh karena itu, untuk menjadi seoarang guru yang
profesional, para calon pendidik (guru) perlu berlatih terus menerus, antara
lain melalui Micro Teaching.
Macam- macam keterampilan dasar mengajar ada 8 yaitu,
Keterampilan Bertanya, Ketrampilan Memberikan Penguatan, Ketrampilan
Mengadakan Variasi, Ketrampilan Menjelaskan, Keterampilan Membuka
dan Menutup Pelajaran, Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil.
Tujuan mempelajari keterampilan dasar mengajar yaitu untuk
memberikan pengetahuan yang lebih kepada pendidik mengenai
keterampilan mengajar. Selain itu keterampilan dasar mengajar juga
berperan penting dalam proses pembelajaran, semakin guru itu memahami
dan mengaplikasikan keterampilan tersebut, semakin berpengaruh positif
juga terhadap proses pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’ruf. Micro Teaching dan Team Teaching. Jogjakarta: PT. DIVA
Press. 2011.
Hasibuan & Moedjiono. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Marno dan Idris. 2014. Strategi, Metode dan Teknik Mengajar (Menciptakan
Keterampilan Mengaar yang Efektif dan Edukatif). Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Pusat Bahasa DEPDIKNAS. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Usman, M. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Badung: PT Remaja Rosdakarya
Sastrawijaya, A. Tresna. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: PT. Rineke
Cipta. 1991.

18

Anda mungkin juga menyukai