Unit 3
Teknik Fasilitasi
Oleh:
Purnama S. Pelupessy
Penulis Modul:
– Purnama S. Pelupessy
– Feri Taupik Ridwan
Editor:
_______________________________________________________________
_____________________________
Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-undang
Proses pendampingan yang terdiri dari lokakarya dan pendampingan individu tidak akan
dapat berjalan tanpa peran Pengajar Praktik. Dengan tanggung jawab ini, para calon
Pengajar Praktik perlu mendapatkan pembekalan sebelum menjalankan perannya, tidak
hanya terkait pemahaman materi dalam paket modul CGP, namun juga kemampuan
untuk melakukan fasilitasi, keterampilan coaching, refleksi, dan memberikan umpan
balik. Hal ini dibutuhkan agar para Pengajar Praktik dapat membantu CGP mengambil
makna dan pembelajaran sepanjang proses enam bulan pendidikan. Modul singkat yang
diramu dalam alur pembelajaran berbasis inkuiri ini diharapkan dapat mempersiapkan
para Pengajar Praktik mendampingi perjalanan transformatif calon-calon pemimpin
pendidikan Indonesia.
Kata Pengantar dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ...........................i
2. Jadwal ....................................................................................................................... 4
4. Lain-Lain .................................................................................................................. 40
1. Kerangka Program
Kompetensi Acuan
1. Menguasai konsep fasilitasi yang berorientasi pada kebutuhan peserta
2. Mengembangkan sikap dan ketrampilan sebagai seorangi fasilitator
3. Menciptakan dan mengembangkan lingkungan dan suasana yang
memberdayakan dan mendukung proses belajar dalam mencapai tujuan
kelompok yang difasilitasi.
Kompetensi Acuan 1
1. Calon Pengajar Praktik mendefinisikan perubahan yang hendak dilihat dari
Calon Guru Penggerak dan mengidentifikasi peran memfasilitasi proses
perubahan tersebut.
2. Calon Pengajar Praktik memaknai Pembelajaran Orang Dewasa dan Dialog
yang Memberdayakan sebagai prinsip dalam fasilitasi.
Kompetensi Acuan 2
1. Calon Pengajar Praktik merefleksikan dan mengambil pembelajaran
bermakna dari pengalaman saat menjadi peserta dan atau menjadi fasilitator
dalam sebuah pertemuan.
2. Calon Pengajar Praktik memahami perannya sebagai fasilitator bagi Calon
Guru Penggerak dalam Lokakarya.
3. Calon pengajar Praktik menunjukkan pemahaman tentang prinsip dan
kompetensi dasar fasilitator.
Calon Pengajar Praktik memahami dan menerapkan prinsip dan kompetensi dasar
seorang fasilitator dalam memfasilitasi Lokakarya bersama Calon Guru untuk
mencapai tujuan.
Pemahaman Bermakna
Pertanyaan Utama
Pertanyaan Pemantik
Tujuan Pembelajaran
9 JP
Peran Terlibat
1. Instruktur
2. administrator LMS
Lain-Lain
1. Modul ini menggunakan alur belajar yang disingkat dengan MERDEKA. Alur
MERDEKA terdiri dari, Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi,
Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi
nyata.
2. Rasio ideal instruktur/fasilitator dengan peserta adalah 1:15.
3. Total waktu 9 JP yang akan disebarkan selama sesi modul berlangsung
AKTIVITAS DURAS
I
Sesi 1
1. Penyampaian tujuan sesi pembelajaran dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Memberikan gambaran jadwal dan alur lokakarya yang berkaitan
dengan kebutuhan fasilitasi
3. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk berbagi
tentang harapan perubahan yang ingin dilihat oleh Calon Pengajar
Praktik terhadap CGP dalam program Guru Penggerak
4. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk mendiskusikan
materi POD dan praktek penerapannya pada tugas Calon Pengajar
Praktik
Sesi 2
1. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk menganalisis
Tujuan Sesi
Menggali pengalaman Calon Pengajar Praktik saat menghadiri sebuah sesi, rapat atau
forum sehingga Calon Pengajar Praktik mendapatkan pengalaman konkret untuk
dikaitkan atau didiskusikan pada saat ruang kolaborasi.
● LMS
● Gawai
● Jaringan internet
● Daftar pertanyaan
● Alat untuk menulis catatan pribadi
Persiapan
30 menit sebelumnya Instruktur memberikan informasi panduan pada sesi Mulai dari
diri
Pelaksanaan
Menggali Pengalaman
1. Ingatlah salah satu momen ketika Anda menjadi salah satu peserta atau
fasilitator rapat, diskusi, sesi, atau forum untuk memecahkan sebuah masalah
atau membuat konsensus.
Penutup
Instruktur melakukan pengecekan data tugas yang sudah masuk
Tujuan Sesi
1. LMS
2. Gawai (lebih baik menggunakan komputer/laptop)
3. Peta Lokakarya
4. Materi Pembelajaran
5. Jaringan internet
6. Catatan pribadi
Persiapan
30 menit sebelumnya Instruktur memberikan informasi panduan pada sesi Eksplorasi
Konsep.
Pelaksanaan
MATERI I
Fasilitasi adalah sebuah proses mengantarkan peserta dalam sebuat rapat atau sesi
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya tugas seorang fasilitator
bukan hanya sekedar mempertemukan antara satu pendapat peserta dengan
peserta lainnya. Namun, lebih dari itu fasilitator harus mampu menggali pemikiran
peserta dan memberikan stimulus kepada peserta, sehingga solusi dan jawaban
atas banyak pertanyaan mampu mereka jawab dengan sendirinya. Peran dan fungsi
fasilitator itulah yang menjadi alasan seorang fasilitator harus dibekali dengan
pengetahuan Pembelajaran Orang Dewasa (POD) agar mengembangkan teknik
fasilitasi sesuai dengan prinsip-prinsip POD. Fasilitasi dengan prinsip POD harus
menjamin kesamaan hak antara fasilitator dengan peserta, maupun peserta satu
dengan peserta lainnya untuk berbicara atau berpendapat dalam sebuah rapat
atau sesi.
POD dan fasilitasi adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Asumsi awal
sebelum proses fasilitasi dimulai, semua peserta sudah memiliki tujuan dan sudut
pandang masing-masing. Maka, prinsip-prinsip dalam POD yang akan menuntun
seorang fasilitator memimpin sebuah rapat atau sesi sehingga peserta dapat
mencapai tujuannya dengan rasa adil dan merasakan keterlibatan dirinya secara
penuh dalam proses yang terfasilitasi tersebut. Sebaliknya dalam penerapan
prinsip-prinsip POD secara praktis hanya dapat dilaksanakan dengan teknik
fasilitasi, dimana seorang fasilitator senantiasa membimbing dan memberikan
keleluasaan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan
minatnya dalam proses pembelajaran.
POD merupakan suatu proses belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada orang
yang berstatus dewasa dengan tujuan untuk mencapai perubahan pada
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Dengan prinsip POD, peserta didik
(orang dewasa) diharapkan dapat mengembangkan potensi diri, keterampilan,
memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau
Praktik POD mendorong peserta didik sebagai subjek utama dalam pembelajaran,
menjadi orang yang paling aktif dalam pencarian identitas dan pengembangan
kapasitas dirinya. Dengan begitu, peserta didik senantiasa akan mengikuti proses
pembelajaran dengan sangat sadar dan penuh antusias karena praktik
pembelajaran kontekstual dengan kebutuhan dan tantangan zaman yang ada di
hadapannya. Paulo Freire memperkenalkan model pembelajaran tersebut dengan
sebutan “pendidikan hadap masalah”, yaitu model pendidikan kontekstual yang
berpusat kepada peserta didik sebagai tandingan model pendidikan gaya bank yang
di kritik Freire sebagai praktek penjejalan ilmu pengetahuan yang tidak bersifat
dialogis dan menindas.
Di Indonesia praktik pendidikan yang berpusat kepada peserta didik bukanlah hal
yang baru diperkenalkan. Jauh sebelum Freire memperkenalkan pendidikan hadap
masalah, Ki Hajar Dewantara telah mengenalkan model pendidikan berpusat
kepada anak yang Ia sebut sebagai sistem among. Menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan berfungsi hanya sebagai tuntunan seseorang dalam proses tumbuh
kembang kehidupannya. Tujuan pendidikan adalah agar anak berdaya sebagai
seorang individu maupun anggota masyarakat dan dapat mencapai well being,
yakni kondisi yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai selamat dan bahagia.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara berbeda dengan tabula rasa dalam pemikiran John
Locke yang menganggap anak sebagai kertas kosong yang bisa diisi apapun oleh
orang dewasa. Dalam sudut pandang Ki Hajar Dewantara, anak mempunyai
Referensi
PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy
“Tanpa aksi dan refleksi, tidak ada dialog. Tanpa dialog tidak akan ada
komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak akan mungkin ada pendidikan sejati.”
(Paulo Freire,1972).
Ini sangat menantang bagi seorang fasilitator karena dialog yang tidak
memberdayakan biasanya menutup suara orang lain yang memiliki hak untuk
didengar. Alih-alih menyimpan pengetahuannya sendiri untuk dicerna, dihafal, dan
diulang lagi secara pasif, fasilitator harus memastikan anggota kelompok terlibat
dalam dialog, atau 'pertukaran pengetahuan dan pengalaman secara kreatif’ di
dalam kelompok. Melalui dialog seperti inilah fasilitator menavigasi masalah
perbedaan dalam kelompok mereka dengan lebih terampil, karena fasilitator bisa
menangkap atau mengetahui sesuatu tentang sikap dan persepsi tiap anggota
kelompok. Dialog menjadi penghantar pemikiran dalam diri mereka muncul
menjadi suara ke permukaan.
Dalam dialog yang memberdayakan, tumbuh kesadaran diri untuk melakukan aksi
dan refleksi. Dua hal ini menjadi kemampuan manusia yang tidak terpisahkan dan
saling menguatkan. Bisa jadi, tindakan dan refleksi, atau tindakan berdasarkan
refleksi, tercermin berdasarkan tindakan. Setiap orang dewasa mempunyai hak
yang sama untuk mendengarkan dan didengarkan. Dialog yang memberdayakan
memungkinkan keberlanjutan melalui tindakan yang mengarah pada refleksi lebih
lanjut, untuk memerdekakan kelompok dalam jalur dialektis.
Oleh karena itu dalam fasilitasi, dialog yang memberdayakan adalah langkah
penting untuk mengubah cara-cara yang menindas. Ini adalah dasar tetapi
berdampak signifikan bagi fasilitasi. Menciptakan ruang dialog melalui diskusi,
mendengarkan untuk memahami apa yang mereka harapkan dan pengetahuan apa
yang ingin mereka bagikan. Kita percaya bahwa pada hakikatnya setiap orang -
dalam konteks fasilitasi orang dewasa - adalah manusia pemelajar sepanjang hayat,
untuk berkolaborasi memerdekakan dirinya sendiri dan orang lain sehingga
tercapai perubahan sosial yang lebih baik. Dialog yang memberdayakan tentulah
menjadikan manusia sebagai manusia yang menjadi subyek dalam pembelajaran.
Referensi
Lakey, G. (2010). Facilitating group learning: Strategies for success with adult
learners. Jossey-Bass.
Mayo, P. (2009). Paulo Freire and adult education. In A. A. Abdi & D. Kapoor
(Eds.), Global Perspectives on Education (pp. 93–105). Palgrave Macmillan.
c. Video Fasilitasi
Obrolan Ruang Tengah | Bagian #1: Apa itu Fasilitasi?
MATERI III
FASILITASI
PRINSIP DAN KOMPETENSI DASAR
PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy
Fasilitator dan fasilitasi berasal dari kata facile dalam bahasa latin yang berarti
mudah. Secara etimologi, fasilitasi diturunkan dari kata dasar to facilitate (kata
kerja) dalam bahasa Inggris yang berarti membuat sebuah aksi atau proses menjadi
lebih mudah. Memfasilitasi dapat diartikan sebagai proses yang memudahkan
kelompok dalam mencapai tujuan. Fasilitasi berarti menjembatani orang-orang
dalam mengungkapkan pendapat, menggali ide, menyelaraskan pemahaman dan
mengambil keputusan atau kesepakatan melalui langkah-langkah praktis.
Fasilitator adalah orang yang melakukan fasilitasi.
Pada dasarnya, proses fasilitasi merupakan proses:
Mendapat informasi --------> Memecahkan masalah ---------> Mengambil
kesimpulan —----> membuat kesepakatan/keputusan bersama
Pengajar Praktik akan mendampingi Calon Guru Penggerak dan akan memfasilitasi
lokakarya-lokakarya sebagai rangkaian proses pada program ini. Lokakarya ini akan
melengkapi kebutuhan para Calon Guru Penggerak untuk menjalankan perannya.
Pengajar Praktik dapat mendorong Calon Guru Penggerak dalam kelompok untuk
terlibat aktif dalam mencapai tujuan. Dengan melibatkan anggota kelompok dalam
pemecahan masalah dan atau menghasilkan keputusan/kesepakatan bersama
secara aktif, maka belajar juga terjadi secara aktif. Kemampuan fasilitasi akan
mendukung proses belajar berjalan lebih efektif.
a. Peran Fasilitator
Dalam fasilitasi, forum menjadi milik bersama, bukan milik satu atau dua
orang saja. Oleh karena itu, dalam menjalankan perannya sebagai
fasilitator, Pengajar Praktik berperan sebagai pendamping yang memandu
para Guru Penggerak untuk:
1) Kesadaran diri.
Memiliki kesadaran diri untuk hadir sepenuhnya mendampingi
kelompok agar tujuan mereka tercapai. Memiliki kesadaran diri
berarti menerima segala perbedaan, memberi waktu bagi otak
2) Demokratis
Sikap demokratis memungkinkan seorang fasilitator menghargai
perbedaan, keberagaman, toleransi, dialektis, saling memahami,
menjalin hubungan yang positif dan mendorong kelompok
mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
3) Sistematis
Berpikir sistematis memungkinkan fasilitator membuat proses
menjadi terstruktur dan terukur. Hal ini berguna agar fasilitasi dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Ini termasuk menyiapkan
lingkungan yang sehat bagi kelompok.
4) Observatif
Melihat dan memetakan kebutuhan individu atau kelompok dengan
jelas, menerima umpan balik, mendengarkan orang lain dengan
perhatian sebanyak mungkin, dan menangkap sudut pandang yang
berbeda untuk membantu kemajuan kelompok. Observasi dapat
membantu fasilitator mengamati bagaimana konflik/ perbedaan
pendapat terjadi, kapan harus mengintervensi, bagaimana cara
mengintervensi dengan tepat dan kapan kelompok membutuhkan
jeda.
5) Empati
Memahami situasi dan kesulitan yang terjadi, memahami latar
belakang dan konteks budaya setempat dimana kelompok berada,
reflektif, agar dapat membantu anggota kelompok lebih terbuka
terhadap perubahan.
6) Percaya diri
Memampukan diri, mempunyai semangat dan daya lenting, melihat
peluang, mengambil risiko dan mengatasi hal-hal yang tidak terduga,
serta mengungkapkan konsekuensi dengan jujur.
8) Obyektif
Kejelasan menjadi dasar pengetahuan fasilitator terhadap kelompok
yang akan difasilitasi. Misalnya bagaimana situasi yang terjadi di
dalam kelompok, apa yang akan dibicarakan oleh kelompok, dan
berapa jumlah peserta kelompok. Berdasarkan data tersebut,
fasilitator dapat dengan netral menentukan ruang lingkup, sumber
belajar yang mendukung, durasi yang dibutuhkan, alat bantu yang
digunakan, dan bagaimana proses fasilitasi akan berlangsung.
9) Fokus
Berkonsentrasi dalam memfasilitasi kelompok mencapai tujuan.
Perhatikan detail untuk mendapatkan petunjuk yang bagi
kebanyakan orang tidak terlihat, mengetahui adanya distraksi dan
cara mengatasi distraksi. Menyisipkan satu atau dua humor kecil
juga dapat membantu kelompok untuk menurunkan ketegangan dan
mengembalikan fokus anggota kelompok.
4) Kemampuan refleksi
kelompok menjadi lebih berani terhadap pendapat dan ide dari anggota
7. Dan sebagainya
Contoh:
Visualisasi Daring
Luring
Menggunakan post-it, kertas plano, metaplan,
proyektor untuk menayangkan Power Point/
slides, dan sebagainya.
terjadi perdebatan alot diantara 1. Ice breaking atau games yang bertujuan
anggota kelompok atau bahkan menghidupkan suasana.
mengarah kepada hal-hal subjektif.
2. Mengajak peserta untuk berpikiran
Atau sebaliknya, ketika kelompok
terbuka dan mampu menerima
cenderung pasif sehingga
pendapat orang lain.
fasilitator harus menghidupkan
suasana agar kelompok yang 3. Mengajak untuk peserta untuk berpikir
Seorang fasilitator dituntut untuk harus mampu mengambil kesimpulan dari seluruh
pertemuan dengan baik, berupa interaksi, alat bantu visual yang digunakan,
metode dan langkah operasional model refleksi yang digunakan dan penutup.
4. Penutup
Fasilitasi merupakan keterampilan yang tidak diperoleh dalam waktu sehari, namun
membutuhkan latihan penerapan secara terus menerus. Semakin sering berlatih,
maka semakin mahir pula menerapkan sikap, kemampuan dan kompetensi dalam
Referensi
Franz, H. W., Kaletka, C., Pelka, B., & Sarcina, R. (2018). Building leadership in
project and network management: A facilitator’s toolset (2nd ed.). Springer.
Jenkins, J.C., & Jenkins, M.R. (2006). The 9 disciplines of a gacilitator: Leading
groups by transforming yourself. Jossey-Bass.
Kaner, S., Lind, L., Toldi, C., Fisk, S., & Berger, D. (2014). Facilitator’s guide to
participatory decision-making (3rd ed.). Jossey-Bass.
Landale, A., & Douglas, M. (2007). The fast facilitator: 76 Facilitator activities
and interventions covering essential skills, group processes, and creative
techniques. (2007). HRD Press, Inc.
Oepen, M. (2003). MOVE Manual: Moderation and Visualization for Group
Events. InWent.
Peer 2 Peer University. (2015). Learning circle: Facilitator handbook. Peer 2
Peer University and Chicago Public Library.
Rees, F. (2005). The facilitator excellence handbook (2nd ed.). Pfeiffer.
Schuman, S. (2005). The IAF handbook of group facilitation: Best practices
from the leading organization in facilitation . Jossey-Bass.
Schwarz, R., Davidson, A., Carlson, P., McKinney, S., & Contributors.
(n.d.). The skilled facilitator fieldbook. Jossey-Bass.
Penutup
Instruktur melakukan observasi di LMS untuk menangkap wawasan (insight) dari
Calon Pengajar Praktik.
Tujuan Sesi
Persiapan :
1. Sehari sebelumnya sesi, instruktur dan administrator LMS saling melakukan
pengecekan teknis.
2. Sehari sebelumnya, instruktur dan administrator LMS menyepakati daftar
centang yang menjadi pegangan dengan pembagian: hari H sebelum peserta
masuk, hari H saat peserta baru masuk, hari H saat aktivitas berlangsung, dan
hari H bagian penutupan.
3. Instruktur mempersiapkan jamboard dan membuat kerangka mengenai hal-
hal yang perlu dihindari ketika menjadi seorang fasilitator.
4. Pada saat hari pelaksanaan, instruktur dan administrator LMS memasuki
ruangan 30 menit sebelum sesi dimulai untuk melakukan cek akhir dan
melaksanakan daftar centang hari H sebelum peserta masuk.
Pelaksanaan
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Penutup
Instruktur menyimpulkan hasil diskusi dan meminta umpan balik kepada Calon
Pengajar Praktik
Tujuan Sesi
1. Calon Pengajar Praktik menunjukkan pemahaman tentang 6 kompetensi
fasilitator
2. Calon Pengajar Praktik mampu mengembangkan kompetensi fasilitator dalam
praktek fasilitasi di lokakarya
Persiapan
1. Instruktur menyiapkan panduan yang terdiri dari informasi apa saja yang
harus dilakukan oleh Calon Pengajar Praktik.
2. Instruktur dan administrator LMS membagi peserta ke dalam beberapa
kelompok berlatih.
3. administrator LMS memasang pembagian kelompok berlatih di LMS.
4. Pada saat hari pelaksanaan, instruktur dan administrator LMS memasuki
ruangan 30 menit sebelum sesi dimulai untuk melakukan cek akhir sebelum
peserta masuk.
Pelaksanaan
Penutup
Instruktur memastikan bahwa setiap Calon Pengajar Praktik sudah dapat
merefleksikan pengalaman ini untuk mempraktikkan peran sebagai fasilitator pada
tugas Aksi Nyata dengan lebih baik.
Tujuan Sesi
Mengelaborasikan pemahaman kompetensi fasilitator untuk membuat rancangan
rencana alur proses fasilitasi
Pelaksanaan
1. Calon Pengajar Praktik membuat rencana alur proses fasilitasi sesuai dengan
template yang disediakan di LMS.
2. Rencana alur proses fasilitasi disesuaikan dengan agenda lokakarya CGP yang
telah Calon Pengajar Praktik pelajari di modul/pelatihan sebelumnya.
3. Durasi fasilitasi yang dirancang 10 Menit.
4. Calon Pengajar Praktik akan diberikan tujuh pertanyaan pemantik agar dapat
membantu pengisian template.
5. Pertanyaan pemantik tidak perlu di isi di LMS, cukup di buku catatan pribadi Calon
Pengajar Praktik.
6. Calon Pengajar Praktik mengunggah rencana alur proses fasilitasi di LMS.
Pertanyaan Pemantik
Bayangkan ketika Anda ditunjuk untuk memfasilitasi sesi kesepakatan peran Calon
Guru Penggerak (CGP) dan Kepala Sekolah pada lokakarya orientasi.
● Berapa lama durasi sesi fasilitasi?
● Bagaimana cara anda mendorong partisipasi peserta untuk terlibat aktif
dalam sesi tersebut?
● Bagaimana anda memastikan bahwa semua peserta mendapatkan hak yang
sama untuk mengungkapkan pendapatnya pada sesi tersebut?
● Media visualisasi apa saja yang harus dipersiapkan untuk membantu proses
menuju kesepakatan pada sesi tersebut?
● Bagaimana cara anda untuk menenangkan peserta dan kembali kepada tujuan
bersama ketika terjadi perdebatan yang panjang dan tak kunjung usai?
● Sebutkan alat/tools/bahan yang perlu anda gunakan pada saat fasilitasi?
● Bagaimana agar semua peserta merasa bahwa kesimpulan rapat/sesi
merupakan kesimpulan bersama, bukan kesimpulan fasilitator atau segelintir
peserta saja?
Penutup
Tujuan Sesi
Calon Pengajar Praktik memahami bagaimana fasilitasi dapat membantu proses
belajar sebelumnya, utamanya pada Modul 1 dan 2
Pelaksanaan
Calon Pengajar Praktik menjelaskan apa kaitan antara materi sebelumnya dengan
fasilitasi utamanya modul 1 dan 2
Pertanyaan :
Bagaimana pembelajaran di sesi-sesi sebelumnya berguna dalam praktik fasilitasi
terutama saat lokakarya?
Penutup
Instruktur melakukan pengecekan tanggapan dari Calon Pengajar Praktik yang sudah
Tujuan Sesi
Calon Pengajar Praktik memiliki pengalaman praktik fasilitasi dengan menerapkan 6
kompetensi dasar fasilitasi
Persiapan
Panduan yang terdiri dari informasi apa saja yang harus dilakukan oleh Pengajar
Praktik, standar yang berlaku, dan batas waktu pengumpulan hasil.
Pelaksanaan
1. Pengajar Praktik melakukan praktik fasilitasi bersama kelompok secara
mandiri.
2. Masing-masing anggota kelompok mencoba melakukan praktik fasilitasi
selama 10 menit
3. Pengajar Praktik merekam latihan fasilitasi dan mengunggahnya pada LMS
(fitur unggah)
4. Praktik fasilitasi merupakan praktik dari rencana alur proses fasilitasi di
elaborasi pemahaman
Penutup
1. Instruktur mengingatkan batas waktu pengumpulan, yaitu 1 hari setelah
Nama Fasilitator :
Nama Rapat/Sesi :
Tanggal Pelaksanaan :
Bentuk Fasilitasi :
Jumlah Peserta :
Tujuan Rapat/Sesi :
Durasi :
Persiapan Pertanyaan :
Contoh Contoh:
Contoh:
Pembukaan
1 Menit Power Point
- Fasilitator menjelaskan tujuan
pertemuan
4 3 2 1