Anda di halaman 1dari 51

Modul

Pembekalan Pengajar Praktik


Program Pendidikan Guru Penggerak

Unit 3

Teknik Fasilitasi

Oleh:

Purnama S. Pelupessy

Feri Taupik Ridwan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT KEPALA SEKOLAH, PENGAWAS SEKOLAH DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
2022
Modul
Pembekalan Pengajar Praktik
Program Pendidikan Guru Penggerak
Unit 3: Teknik Fasilitasi

Penulis Modul:

– Purnama S. Pelupessy
– Feri Taupik Ridwan

Editor:

Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan,


Kemdikbudristek

_______________________________________________________________
_____________________________

Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Lembar Pengesahan

Tahapan Nama Tanda Tangan Tanggal

Review Dr. Rita Dewi Suspalupi, M.Ak.

Verifikasi Dr. Kasiman, M.T.

Validasi Dr. Praptono, M.Ed.


Kata Pengantar dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan
Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan
keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan
berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu
memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu
padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa
dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam
terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu


mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan
Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar
episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk
menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders).
Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa
depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain,
pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. Kami
memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional
pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana
keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya.

Pendampingan di lapangan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan implementasi


konsep di kelas atau sekolah Calon Guru Penggerak (CGP). Meskipun terdapat beberapa
penyesuaian dalam moda penyampaian PPGP, CGP tetap mempelajari materi-materi
bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru
tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus menerapkan pengetahuan yang
didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Dengan pendampingan
tersebut, CGP dapat terbantu untuk merefleksikan pengalaman belajar yang sarat

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | i


dengan kolaborasi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan
sejawat di sekolah.

Proses pendampingan yang terdiri dari lokakarya dan pendampingan individu tidak akan
dapat berjalan tanpa peran Pengajar Praktik. Dengan tanggung jawab ini, para calon
Pengajar Praktik perlu mendapatkan pembekalan sebelum menjalankan perannya, tidak
hanya terkait pemahaman materi dalam paket modul CGP, namun juga kemampuan
untuk melakukan fasilitasi, keterampilan coaching, refleksi, dan memberikan umpan
balik. Hal ini dibutuhkan agar para Pengajar Praktik dapat membantu CGP mengambil
makna dan pembelajaran sepanjang proses enam bulan pendidikan. Modul singkat yang
diramu dalam alur pembelajaran berbasis inkuiri ini diharapkan dapat mempersiapkan
para Pengajar Praktik mendampingi perjalanan transformatif calon-calon pemimpin
pendidikan Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para


pengembang modul, tim digitalisasi, dan seluruh tim pendukung yang telah bekerja
keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta
membantu terlaksananya PPGP. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati
upaya yang kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, Januari 2022

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan,

Dr. Iwan Syahril, Ph.D.

ii | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Daftar Isi
Hlm.

Kata Pengantar dari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ...........................i

Daftar Isi............................................................................................................................ iii

1. Kerangka Program .................................................................................................... 1

2. Jadwal ....................................................................................................................... 4

3. Gambaran Detail Sesi ............................................................................................... 7

4. Lain-Lain .................................................................................................................. 40

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | iii


Modul 3
TEKNIK FASILITASI

1. Kerangka Program

Kompetensi Acuan
1. Menguasai konsep fasilitasi yang berorientasi pada kebutuhan peserta
2. Mengembangkan sikap dan ketrampilan sebagai seorangi fasilitator
3. Menciptakan dan mengembangkan lingkungan dan suasana yang
memberdayakan dan mendukung proses belajar dalam mencapai tujuan
kelompok yang difasilitasi.

Indikator Kompetensi Acuan

Kompetensi Acuan 1
1. Calon Pengajar Praktik mendefinisikan perubahan yang hendak dilihat dari
Calon Guru Penggerak dan mengidentifikasi peran memfasilitasi proses
perubahan tersebut.
2. Calon Pengajar Praktik memaknai Pembelajaran Orang Dewasa dan Dialog
yang Memberdayakan sebagai prinsip dalam fasilitasi.

Kompetensi Acuan 2
1. Calon Pengajar Praktik merefleksikan dan mengambil pembelajaran
bermakna dari pengalaman saat menjadi peserta dan atau menjadi fasilitator
dalam sebuah pertemuan.
2. Calon Pengajar Praktik memahami perannya sebagai fasilitator bagi Calon
Guru Penggerak dalam Lokakarya.
3. Calon pengajar Praktik menunjukkan pemahaman tentang prinsip dan
kompetensi dasar fasilitator.

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 1


Kompetensi Acuan 3
1. Calon Pengajar Praktik mampu menerapkan prinsip dan kompetensi fasilitasi.
2. Calon Pengajar Praktik mampu merancang proses dan menerapkan
kompetensi dasar fasilitator.
3. Calon Pengajar Praktik mendemonstrasikan perannya sebagai fasilitator
dalam Lokakarya melalui praktik fasilitasi.

Topik Pembelajaran Modul

Calon Pengajar Praktik memahami dan menerapkan prinsip dan kompetensi dasar
seorang fasilitator dalam memfasilitasi Lokakarya bersama Calon Guru untuk
mencapai tujuan.

Pemahaman Bermakna

Fasilitasi memiliki makna ‘mempermudah proses’ dalam membantu kelompok untuk


mencapai tujuan dengan menekankan prinsip Pembelajaran Orang Dewasa dan
Dialog yang Memberdayakan. Fasilitasi bukan hanya fokus pada hasil, namun
menekankan pada proses dan fasilitasi. Kemampuan fasilitasi akan mendukung
proses belajar dalam pendampingan berjalan lebih efektif.

Pertanyaan Utama

1. Bagaimana fasilitasi dapat membantu sebuah kelompok mencapai tujuan?


2. Apa saja prinsip, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki Calon Pengajar
Praktik agar menjadi seorang fasilitator yang baik?

Pertanyaan Pemantik

1. Apa yang dimaksud dengan fasilitasi?


2. Apa perbedaan antara Fasilitasi, Coaching, Training, Mentoring, Moderasi dan
Konsultasi?
3. Apa prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator?

2 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


4. Apa saja kompetensi yang dibutuhkan Pengajar Praktik dalam menjalani
perannya sebagai fasilitator?

Tujuan Pembelajaran

Pengajar Praktik mampu memfasilitasi Calon Guru Penggerak khususnya pada


kegiatan lokakarya

Produk yang Dihasilkan

1. Satu rencana alur latihan fasilitasi


2. Video rekaman latihan fasilitasi

Agenda dan Total Waktu Pelatihan

9 JP

Peran Terlibat

1. Instruktur
2. administrator LMS

Lain-Lain

1. Modul ini menggunakan alur belajar yang disingkat dengan MERDEKA. Alur
MERDEKA terdiri dari, Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi,
Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, Aksi
nyata.
2. Rasio ideal instruktur/fasilitator dengan peserta adalah 1:15.
3. Total waktu 9 JP yang akan disebarkan selama sesi modul berlangsung

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 3


2. Jadwal

AKTIVITAS DURAS
I

Mulai Dari Diri - Asinkronus 1 JP

1. Mengisi lembar kerja di LMS

Eksplorasi Konsep - Asinkronus 1 JP

1. Membaca materi 1 (Pembelajaran Orang Dewasa)


2. Membaca materi 2 (Dialog yang Memberdayakan)
3. Menonton video fasilitasi
4. Membaca materi 3 (Fasilitasi, Kompetensi dan Prinsip dasar fasilitasi)
5. Membaca Materi 4 (Perbedaan fasilitasi, coaching, training,
mentoring, moderasi dan konsultasi)

Ruang Kolaborasi - Sinkronus 3 JP

Sesi 1
1. Penyampaian tujuan sesi pembelajaran dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2. Memberikan gambaran jadwal dan alur lokakarya yang berkaitan
dengan kebutuhan fasilitasi
3. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk berbagi
tentang harapan perubahan yang ingin dilihat oleh Calon Pengajar
Praktik terhadap CGP dalam program Guru Penggerak
4. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk mendiskusikan
materi POD dan praktek penerapannya pada tugas Calon Pengajar
Praktik
Sesi 2
1. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk menganalisis

4 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


perbedaan Fasilitasi, Coaching, Training, Mentoring, Moderasi dan
Konsultasi
Sesi 3
1. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan fasilitator yang rentan
dilakukan oleh diri sendiri
2. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk mendiskusikan
solusi atas kesalahan yang rentan dilakukan oleh fasilitator

Demonstrasi Kontekstual - Sinkronus 1 JP

1. Membagi Calon Pengajar Praktik menjadi kelompok kecil secara


proporsional
2. Setiap kelompok berdiskusi tentang operasionalisasi kompetensi
fasilitator dalam BOR
3. Pemaparan hasil diskusi kelompok oleh perwakilan setiap kelompok
4. Menarik kesimpulan dan penerapan hasil diskusi yang dikaitkan
dengan tugas aksi nyata

Elaborasi Pemahaman - Asinkronus 1 JP

1. Membuat rencana alur proses fasilitasi sesuai dengan template yang


disediakan di LMS
2. Mengunggah rencana alur proses fasilitasi di fitur yang disediakan di
LMS

Koneksi Antar Materi - Asinkronus 1 JP

Mengisi lembar kerja di LMS

Aksi Nyata - Asinkronus 1 JP

Melakukan praktik fasilitasi bersama kelompok secara mandiri


menggunakan platform zoom atau google meet yang kemudian rekaman

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 5


fasilitasi tersebut di unggah di LMS

6 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


3. Gambaran Detail Sesi

MULAI DARI DIRI Asinkronus - 60 Menit (1 JP)

Tujuan Sesi
Menggali pengalaman Calon Pengajar Praktik saat menghadiri sebuah sesi, rapat atau
forum sehingga Calon Pengajar Praktik mendapatkan pengalaman konkret untuk
dikaitkan atau didiskusikan pada saat ruang kolaborasi.

Perlengkapan yang dibutuhkan

● LMS
● Gawai
● Jaringan internet
● Daftar pertanyaan
● Alat untuk menulis catatan pribadi

Persiapan
30 menit sebelumnya Instruktur memberikan informasi panduan pada sesi Mulai dari
diri

Pelaksanaan

Menggali Pengalaman

1. Ingatlah salah satu momen ketika Anda menjadi salah satu peserta atau
fasilitator rapat, diskusi, sesi, atau forum untuk memecahkan sebuah masalah
atau membuat konsensus.

2. Tuliskan dalam forum diskusi sebuah cerita pengalaman yang mencakup


jawaban dari pertanyaan berikut:

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 7


a. Apa yang melatarbelakangi diselenggarakannya rapat, forum atau sesi
tersebut?
b. Mengapa rapat, forum/sesi tersebut membutuhkan seorang
fasilitator?
c. Tujuan apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin disepakati pada
rapat, sesi, atau forum tersebut?
d. Bagaimana keterlibatan peserta dalam rapat, sesi atau forum
tersebut?
e. Apakah dalam rapat tersebut semua peserta rapat mendapatkan
kesempatan menyampaikan pendapatnya?
f. Apa faktor yang menyebabkan semua orang aktif/tidak terlibat aktif
dalam rapat tersebut?
g. Menurut Anda, apa tantangan yang sering dihadapi seorang
fasilitator? Bagaimana cara Anda mengatasi tantangan tersebut ketika
menjadi seorang fasilitator?
3. Unggah jawaban Anda dalam forum diskusi.
4. Berikan tanggapan/komentar pada unggahan cerita Pengajar Praktik yang
lain.

Penutup
Instruktur melakukan pengecekan data tugas yang sudah masuk

EKSPLORASI KONSEP Asinkronus - 60 menit (1 JP)

Tujuan Sesi

1. Calon Pengajar Praktik mendapatkan pemahaman teoritik, prinsip maupun


praktis tentang pelaksanaan fasilitasi
2. Calon pengajar Praktik mengaktualisasikan pemahaman tersebut dalam tugas
seorang Pengajar Praktik

8 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Perlengkapan yang dibutuhkan

1. LMS
2. Gawai (lebih baik menggunakan komputer/laptop)
3. Peta Lokakarya
4. Materi Pembelajaran
5. Jaringan internet
6. Catatan pribadi

Persiapan
30 menit sebelumnya Instruktur memberikan informasi panduan pada sesi Eksplorasi
Konsep.

Pelaksanaan

1. Calon Pengajar Praktik mengetahui perannya dalam pendampingan Calon Guru


Penggerak melalui peta lokakarya.
Gambar peta Lokakarya

2. Calon Pengajar Praktik membaca dan menonton/mendengarkan materi tentang:


a. Artikel Pembelajaran Orang Dewasa
M3. Materi 1 Pembelajaran orang Dewasa.pdf

MATERI I

Pembelajaran Orang Dewasa


Penyusun
Purnama Sari Pelupessy

Feri Taupik Ridwan

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 9


1. Pembelajaran Orang Dewasa dan Praktik Fasilitasi

Fasilitasi adalah sebuah proses mengantarkan peserta dalam sebuat rapat atau sesi
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pelaksanaannya tugas seorang fasilitator
bukan hanya sekedar mempertemukan antara satu pendapat peserta dengan
peserta lainnya. Namun, lebih dari itu fasilitator harus mampu menggali pemikiran
peserta dan memberikan stimulus kepada peserta, sehingga solusi dan jawaban
atas banyak pertanyaan mampu mereka jawab dengan sendirinya. Peran dan fungsi
fasilitator itulah yang menjadi alasan seorang fasilitator harus dibekali dengan
pengetahuan Pembelajaran Orang Dewasa (POD) agar mengembangkan teknik
fasilitasi sesuai dengan prinsip-prinsip POD. Fasilitasi dengan prinsip POD harus
menjamin kesamaan hak antara fasilitator dengan peserta, maupun peserta satu
dengan peserta lainnya untuk berbicara atau berpendapat dalam sebuah rapat
atau sesi.

POD dan fasilitasi adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Asumsi awal
sebelum proses fasilitasi dimulai, semua peserta sudah memiliki tujuan dan sudut
pandang masing-masing. Maka, prinsip-prinsip dalam POD yang akan menuntun
seorang fasilitator memimpin sebuah rapat atau sesi sehingga peserta dapat
mencapai tujuannya dengan rasa adil dan merasakan keterlibatan dirinya secara
penuh dalam proses yang terfasilitasi tersebut. Sebaliknya dalam penerapan
prinsip-prinsip POD secara praktis hanya dapat dilaksanakan dengan teknik
fasilitasi, dimana seorang fasilitator senantiasa membimbing dan memberikan
keleluasaan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan
minatnya dalam proses pembelajaran.

2. POD dan Praktik Pendidikan yang Memerdekakan

POD merupakan suatu proses belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada orang
yang berstatus dewasa dengan tujuan untuk mencapai perubahan pada
pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Dengan prinsip POD, peserta didik
(orang dewasa) diharapkan dapat mengembangkan potensi diri, keterampilan,
memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau

10 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


keprofesionalannya dalam upaya mengembangankan kemampuan pribadi secara
utuh dan dapat mewujudkan keterlibatan dirinya dalam perkembangan sosial
budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan..

Praktik POD mendorong peserta didik sebagai subjek utama dalam pembelajaran,
menjadi orang yang paling aktif dalam pencarian identitas dan pengembangan
kapasitas dirinya. Dengan begitu, peserta didik senantiasa akan mengikuti proses
pembelajaran dengan sangat sadar dan penuh antusias karena praktik
pembelajaran kontekstual dengan kebutuhan dan tantangan zaman yang ada di
hadapannya. Paulo Freire memperkenalkan model pembelajaran tersebut dengan
sebutan “pendidikan hadap masalah”, yaitu model pendidikan kontekstual yang
berpusat kepada peserta didik sebagai tandingan model pendidikan gaya bank yang
di kritik Freire sebagai praktek penjejalan ilmu pengetahuan yang tidak bersifat
dialogis dan menindas.

Di Indonesia praktik pendidikan yang berpusat kepada peserta didik bukanlah hal
yang baru diperkenalkan. Jauh sebelum Freire memperkenalkan pendidikan hadap
masalah, Ki Hajar Dewantara telah mengenalkan model pendidikan berpusat
kepada anak yang Ia sebut sebagai sistem among. Menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan berfungsi hanya sebagai tuntunan seseorang dalam proses tumbuh
kembang kehidupannya. Tujuan pendidikan adalah agar anak berdaya sebagai
seorang individu maupun anggota masyarakat dan dapat mencapai well being,
yakni kondisi yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai selamat dan bahagia.

Sebagai suatu tuntunan hidup, pendidikan termasuk di dalamnya proses


pembelajaran, lebih tepat disebut sebagai proses mengarahkan dan penguatan
potensi-potensi yang ada pada diri anak agar berguna untuk kehidupannya kelak.
Bukan bukan mencetak, membentuk, atau istilah-istilah sejenis lainnya. Dalam hal
ini kita dapat melihat sudut pandang dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara
yang memandang bahwa setiap manusia mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan dan digali melalui proses pembelajaran. Tidak hanya orang dewasa
tetapi juga anak yang telah memiliki kodrat sejak dari dalam kandungan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara berbeda dengan tabula rasa dalam pemikiran John
Locke yang menganggap anak sebagai kertas kosong yang bisa diisi apapun oleh
orang dewasa. Dalam sudut pandang Ki Hajar Dewantara, anak mempunyai

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 11


kodratnya sendiri sebagai makhluk Tuhan, yang tidak bisa diubah sesuai keinginan
pendidik. Pendidik hanya bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat tersebut.

Pada bukunya yang berjudul Pendidikan, Ki hajar Dewantara menjelaskan “Hidup


dan tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendak kita kaum
pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup,
teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri”. Filosofi pendidikan Ki
Hajar Dewantara menggaris bawahi kodrat anak sebagai potensi yang harus
ditumbuh kembangkan, tidak untuk diubah atau direkonstruksi oleh orang diluar
dirinya.

Sebagai subjek aktif, anak mempunyai mekanisme untuk membangun dan


mengkonstruksi pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Anak telah
membawa skema-skema pengetahuan bawaan, yang perlu untuk dikembangkan
menjadi pola pengetahuan dan pemahaman baru dalam belajar. Tugas seorang
pendidik lebih diarahkan pada proses mendampingi, memfasilitasi, dan membantu
anak dalam membangun pengetahuan dan otentisitas pemahamannya tentang
informasi-informasi baru yang dihubungkan dengan pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki sebelumnya.

Koneksi pemahaman prinsip-prinsip dalam POD dan praktik pendidikan yang


memerdekakan terletak pada peranan Guru/Pendidik sebagai orang yang
menentukan suksesnya pembelajaran dalam kelas. Baik POD maupun pendidikan
yang memerdekakan dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, keduanya
mengharuskan peranan Guru/Pendidik bertindak sebagai seorang fasilitator dalam
pembelajaran. Guru/Pendidik harus menjamin kemerdekaan berfikir anak dan
mendorong anak untuk mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan
pikirannya sendiri tanpa dipaksa untuk mengakui buah pemikiran orang lain.

Referensi

Asmin. (2005). Konsep dan metode pembelajaran untuk orang dewasa


(Andragogi).
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1951091
41975011-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf

12 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Dewantara, K. H. (2013). Bagian 1: Pendidikan. Majelis Luhur Persatuan
Tamansiswa.

Dewantara, K. H. (2009) Menuju Manusia Merdeka. Leutika.

Freire, P. (2009). Pendidikan Kaum tertindas. LP3ES.

Jayanti, D. D. (2021) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pemikiran Ki


Hajar Dewantara. Universitas Islam Lamongan.

Novita, M. W. (2019). Pendidikan Orang Dewasa. Universitas Negeri Padang.


https://doi.org/10.31227/osf.io/km78v

b. Artikel Dialog yang Memberdayakan


M3. Materi 2 Dialog yang Memberdayakan.pdf

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 13


MATERI II

DIALOG YANG MEMBERDAYAKAN


Perspektif Pembelajaran Orang Dewasa

PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy

Feri Taupik Ridwan

“Tanpa aksi dan refleksi, tidak ada dialog. Tanpa dialog tidak akan ada
komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak akan mungkin ada pendidikan sejati.”
(Paulo Freire,1972).

Dialog merupakan alat dasar komunikasi. Dialog berarti percakapan tertentu di


antara orang-orang, yang dilandasi dengan niat baik, kepercayaan, dan rasa hormat
terhadap seseorang. Dialog tidak hanya berfungsi untuk membangun relasi dan
pengalaman, tetapi juga untuk belajar dan memahami. Dialog perlu memberi ruang
belajar dan dukungan yang memungkinkan bagi orang lain untuk dapat mandiri
berpikir dan bertindak sehingga memungkinkan setiap orang menemukan berbagai
cara untuk memahami isu yang dihadapinya. Orang dewasa memiliki pengalaman
yang dapat mereka ambil sebagai pembelajaran. Tentunya, setiap orang memiliki
pengalaman berbeda-beda sehingga pembelajaran pun berbeda-beda dan inilah
karakteristik manusia pada umumnya.

Selanjutnya, manusia mempunyai kemampuan memerintah dirinya sendiri dalam


belajar. Namun, bagi kebanyakan orang, belajar telah menjadi pengalaman pasif
sehingga belajar hanya menjadi proses "menerima" instruksi. Akhirnya, mereka
mungkin tidak terbiasa mengambil tanggung jawab atas peran mereka sendiri dan
dalam kelompoknya. Inilah yang dimaksud Freire sebagai “pendidikan gaya bank”.
Belajar seperti ini tidak akan membuat orang lain dan bahkan diri kita menjadi
berdaya. Tidak ada perubahan yang akan terwujud dalam keadaan pasif, pun jika
ada, proses perubahan akan berjalan sangat lambat. Padahal, pengalaman dalam

14 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


mengambil peran dan tanggung jawab untuk sebuah tujuan adalah pengalaman
yang bermakna. Untuk mewujudkan perubahan, manusia perlu mendapatkan
pengalaman yang bermakna sebagai proses dari hasil belajarnya.

Ini sangat menantang bagi seorang fasilitator karena dialog yang tidak
memberdayakan biasanya menutup suara orang lain yang memiliki hak untuk
didengar. Alih-alih menyimpan pengetahuannya sendiri untuk dicerna, dihafal, dan
diulang lagi secara pasif, fasilitator harus memastikan anggota kelompok terlibat
dalam dialog, atau 'pertukaran pengetahuan dan pengalaman secara kreatif’ di
dalam kelompok. Melalui dialog seperti inilah fasilitator menavigasi masalah
perbedaan dalam kelompok mereka dengan lebih terampil, karena fasilitator bisa
menangkap atau mengetahui sesuatu tentang sikap dan persepsi tiap anggota
kelompok. Dialog menjadi penghantar pemikiran dalam diri mereka muncul
menjadi suara ke permukaan.

Dalam dialog yang memberdayakan, tumbuh kesadaran diri untuk melakukan aksi
dan refleksi. Dua hal ini menjadi kemampuan manusia yang tidak terpisahkan dan
saling menguatkan. Bisa jadi, tindakan dan refleksi, atau tindakan berdasarkan
refleksi, tercermin berdasarkan tindakan. Setiap orang dewasa mempunyai hak
yang sama untuk mendengarkan dan didengarkan. Dialog yang memberdayakan
memungkinkan keberlanjutan melalui tindakan yang mengarah pada refleksi lebih
lanjut, untuk memerdekakan kelompok dalam jalur dialektis.

Kunci untuk memahami dialog yang memberdayakan adalah memahami konsep


kesadaran, sebagai proses di mana manusia menjadi lebih sadar apa yang
membuat sebagian orang takut untuk berbicara, takut untuk menolak, memilih
diam atau menurut, dan menjadi pengikut. Mereka mungkin telah
menginternalisasi 'nilai-nilai ketidakberdayaan’ hingga jatuh pada kepasrahan,
hanya mendengarkan tapi tidak mampu - atau tidak mau - untuk berpikir kritis
tentang situasi mereka, dan mendiskusikan tindakan apa yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki situasi tersebut. Akhirnya sebagian orang mungkin tidak
menyadari bahwa suara mereka berkontribusi terhadap perubahan sekecil apapun.
Kita juga melihat sebagian besar orang dengan cara belajar pasif telah dirugikan
dalam hal ini. Dialog hanya menjadi barisan kalimat perintah yang keluar melalui
suara.

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 15


Dalam konteks fasilitasi, dialog yang memberdayakan membuat seorang fasilitator
akan melihat dan merasakan atmosfer dimana semua orang yang terlibat:
1. Saling memperhatikan satu sama lain
2. Menunjukkan minat bersama atas dasar kemanusiaan dan kepribadian
masing-masing
3. Rasa saling percaya, rasa hormat dan keterbukaan
4. Bersama-sama maju ke pemahaman yang lebih komprehensif tentang diri
mereka sendiri, orang lain dan keadaan yang mereka alami.
5. Melalui partisipasi dan interaksi, setiap orang memiliki kontribusi penting
untuk membuat diskusi mengarah pada kesepakatan.

Oleh karena itu dalam fasilitasi, dialog yang memberdayakan adalah langkah
penting untuk mengubah cara-cara yang menindas. Ini adalah dasar tetapi
berdampak signifikan bagi fasilitasi. Menciptakan ruang dialog melalui diskusi,
mendengarkan untuk memahami apa yang mereka harapkan dan pengetahuan apa
yang ingin mereka bagikan. Kita percaya bahwa pada hakikatnya setiap orang -
dalam konteks fasilitasi orang dewasa - adalah manusia pemelajar sepanjang hayat,
untuk berkolaborasi memerdekakan dirinya sendiri dan orang lain sehingga
tercapai perubahan sosial yang lebih baik. Dialog yang memberdayakan tentulah
menjadikan manusia sebagai manusia yang menjadi subyek dalam pembelajaran.

Dialog Yang bukan dialog

Diskusi yang melibatkan konten atau Obrolan ringan atau percakapan


isu tertentu dan biasanya spesifik biasa yang diadakan di kedai atau di
jalan.

Masing-masing pihak menyimak Masing-masing pihak saling


saling menunggu giliran untuk berusaha menarik perhatian untuk
merespons dirinya sendiri dengan
mengorbankan pihak lain.

16 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Diperlukan sebagai sarana untuk Diperlukan hanya untuk didengarkan
menjembatani perbedaan atau dan dipahami secara sepihak,
menantang secara intelektual dan menantang pihak lain agar
secara emosional, tetapi selalu pandangannya harus diterima.
menghormati dan terbuka untuk
mendengarkan pandangan berbeda.

Bentuk pembelajaran bersama, Bentuk instruksi otoritatif, seperti


menggunakan pendekatan non- pidato, ceramah atau atau perintah
hierarki dan semangat demokrasi, antara atasan dan bawahan.
hubungan timbal balik dan
solidaritas.

Berorientasi pada proses yang Berorientasi pada hasil, yang


keseluruhan tujuannya untuk keseluruhan tujuannya adalah untuk
menghasilkan keselarasan ataupun menghasilkan ‘hasil’.
kesepakatan pemahaman yang jelas
dan akan terus berkembang.

Memungkinkan terjadinya Hanya sedikit yang berbicara aktif,


partisipasi penuh dan interaksi yang yang lainnya diam.
aktif dari setiap anggota kelompok.

Bertanggung jawab atas apa yang Hanya menganggap perkataan


dikatakan. seperti ‘angin lalu’.

Referensi

Aloni, N. (2011). Empowering dialogues in humanistic education.


Educational Philosophy and Theory. https://doi.org/10.1111/j.1469-
5812.2011.00789.x

Blackburn, J. (2000). Understanding Paulo Freire: Reflections on the origins,


concepts, and possible pitfalls of his educational approach. Community
Development Journal, 35(1), 3-15. https://doi.org/10.1093/cdj/35.1.3

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 17


Freire, P. (1972). Pedagogy of the Oppressed. Penguin.

Lakey, G. (2010). Facilitating group learning: Strategies for success with adult
learners. Jossey-Bass.

Mayo, P. (2009). Paulo Freire and adult education. In A. A. Abdi & D. Kapoor
(Eds.), Global Perspectives on Education (pp. 93–105). Palgrave Macmillan.

Vella, J. (2002). Learning to listen, learning to teach: The power of dialogue in


educating adults. Jossey-Bass.

c. Video Fasilitasi
Obrolan Ruang Tengah | Bagian #1: Apa itu Fasilitasi?

d. Fasilitasi: Prinsip dan Kompetensi Dasar


M3. Materi 3 Fasilitasi-Prinsip dan Kompetensi Dasar.pdf

MATERI III

FASILITASI
PRINSIP DAN KOMPETENSI DASAR

PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy

Feri Taupik Ridwan

18 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


1. Apa itu Fasilitasi?

Fasilitator dan fasilitasi berasal dari kata facile dalam bahasa latin yang berarti
mudah. Secara etimologi, fasilitasi diturunkan dari kata dasar to facilitate (kata
kerja) dalam bahasa Inggris yang berarti membuat sebuah aksi atau proses menjadi
lebih mudah. Memfasilitasi dapat diartikan sebagai proses yang memudahkan
kelompok dalam mencapai tujuan. Fasilitasi berarti menjembatani orang-orang
dalam mengungkapkan pendapat, menggali ide, menyelaraskan pemahaman dan
mengambil keputusan atau kesepakatan melalui langkah-langkah praktis.
Fasilitator adalah orang yang melakukan fasilitasi.
Pada dasarnya, proses fasilitasi merupakan proses:
Mendapat informasi --------> Memecahkan masalah ---------> Mengambil
kesimpulan —----> membuat kesepakatan/keputusan bersama

Dengan demikian, fasilitasi terdiri dari:

a. Langkah-langkah praktis yang memudahkan kelompok mencapai tujuan.


b. Memampukan anggota kelompok mengungkapkan pandangan tentang
masalah yang mereka hadapi bersama.
c. Memampukan kelompok untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi
bersama.
d. Memampukan peserta mengambil keputusan atau kesepakatan bersama
untuk ditindaklanjuti bersama.

Pengajar Praktik akan mendampingi Calon Guru Penggerak dan akan memfasilitasi
lokakarya-lokakarya sebagai rangkaian proses pada program ini. Lokakarya ini akan
melengkapi kebutuhan para Calon Guru Penggerak untuk menjalankan perannya.
Pengajar Praktik dapat mendorong Calon Guru Penggerak dalam kelompok untuk
terlibat aktif dalam mencapai tujuan. Dengan melibatkan anggota kelompok dalam
pemecahan masalah dan atau menghasilkan keputusan/kesepakatan bersama
secara aktif, maka belajar juga terjadi secara aktif. Kemampuan fasilitasi akan
mendukung proses belajar berjalan lebih efektif.

Fasilitasi menjadi salah satu cara mendorong kelompok bergerak menuju


perubahan yang diinginkan. Prinsip fasilitasi adalah memberdayakan semua orang
dalam kelompok, dalam mengambil peran dan tanggung jawab serta menjalankan
keputusan. Untuk itu, dalam fasilitasi, penting bagi setiap orang membangun

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 19


kesadaran kolektif menuju kesadaran kritis, kolaboratif, adil dan setara, melalui
dialog yang memberdayakan. Kesadaran kolektif merujuk pada kesadaran
mengenai apa tujuan setiap orang hadir bersama-sama dalam sebuah ruang
pertemuan. Kesadaran kritis merujuk pada kehadiran setiap orang dalam ruang
pertemuan adalah untuk membebaskan dirinya dari ketidakberdayaan. Kolaboratif
merujuk pada kerja sama, dan untuk mencapai tujuan bersama. Keadilan dan
kesetaraan adalah tindakan saling menghormati dan menghargai setiap
pengetahuan dan pengalaman masing-masing; inklusif dan non-diskriminasi; tidak
ada yang lebih tahu dan tidak ada yang tidak tahu apapun; tidak pilih kasih; semua
orang dapat saling belajar, mendengarkan dan punya hak untuk bersuara.

2. Peran, Sikap Dasar, dan Kemampuan Seorang Fasilitator

a. Peran Fasilitator
Dalam fasilitasi, forum menjadi milik bersama, bukan milik satu atau dua
orang saja. Oleh karena itu, dalam menjalankan perannya sebagai
fasilitator, Pengajar Praktik berperan sebagai pendamping yang memandu
para Guru Penggerak untuk:

1) Mengeluarkan seluruh ide, pendapat dan pertanyaan


2) Memproses informasi dan menggali insight dari dalam diri
3) Menghasilkan kesepakatan kelompok dan komitmen untuk
menjalankannya
4) Melakukan refleksi.

b. Sikap dasar Fasilitator


Sikap dasar yang harus dimiliki Pengajar Praktik dalam menjalankan
perannya sebagai fasilitator:

1) Kesadaran diri.
Memiliki kesadaran diri untuk hadir sepenuhnya mendampingi
kelompok agar tujuan mereka tercapai. Memiliki kesadaran diri
berarti menerima segala perbedaan, memberi waktu bagi otak

20 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


untuk berpikir, mengelola emosi, fleksibel dan bersiap terhadap
dinamika yang mungkin akan terjadi dalam sebuah kelompok.

2) Demokratis
Sikap demokratis memungkinkan seorang fasilitator menghargai
perbedaan, keberagaman, toleransi, dialektis, saling memahami,
menjalin hubungan yang positif dan mendorong kelompok
mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

3) Sistematis
Berpikir sistematis memungkinkan fasilitator membuat proses
menjadi terstruktur dan terukur. Hal ini berguna agar fasilitasi dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Ini termasuk menyiapkan
lingkungan yang sehat bagi kelompok.

4) Observatif
Melihat dan memetakan kebutuhan individu atau kelompok dengan
jelas, menerima umpan balik, mendengarkan orang lain dengan
perhatian sebanyak mungkin, dan menangkap sudut pandang yang
berbeda untuk membantu kemajuan kelompok. Observasi dapat
membantu fasilitator mengamati bagaimana konflik/ perbedaan
pendapat terjadi, kapan harus mengintervensi, bagaimana cara
mengintervensi dengan tepat dan kapan kelompok membutuhkan
jeda.

5) Empati
Memahami situasi dan kesulitan yang terjadi, memahami latar
belakang dan konteks budaya setempat dimana kelompok berada,
reflektif, agar dapat membantu anggota kelompok lebih terbuka
terhadap perubahan.

6) Percaya diri
Memampukan diri, mempunyai semangat dan daya lenting, melihat
peluang, mengambil risiko dan mengatasi hal-hal yang tidak terduga,
serta mengungkapkan konsekuensi dengan jujur.

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 21


7) Berpikiran terbuka
Setiap pertemuan dengan kelompok akan menghadirkan tantangan
yang berbeda sehingga harus siap untuk beradaptasi. Fasilitator
tidak harus memiliki semua jawaban, menahan diri untuk tidak
mengajari, dan percaya bahwa orang lain memiliki sumber daya
dalam diri mereka untuk menemukan jawaban mereka sendiri atas
masalah yang mereka hadapi.

8) Obyektif
Kejelasan menjadi dasar pengetahuan fasilitator terhadap kelompok
yang akan difasilitasi. Misalnya bagaimana situasi yang terjadi di
dalam kelompok, apa yang akan dibicarakan oleh kelompok, dan
berapa jumlah peserta kelompok. Berdasarkan data tersebut,
fasilitator dapat dengan netral menentukan ruang lingkup, sumber
belajar yang mendukung, durasi yang dibutuhkan, alat bantu yang
digunakan, dan bagaimana proses fasilitasi akan berlangsung.

9) Fokus
Berkonsentrasi dalam memfasilitasi kelompok mencapai tujuan.
Perhatikan detail untuk mendapatkan petunjuk yang bagi
kebanyakan orang tidak terlihat, mengetahui adanya distraksi dan
cara mengatasi distraksi. Menyisipkan satu atau dua humor kecil
juga dapat membantu kelompok untuk menurunkan ketegangan dan
mengembalikan fokus anggota kelompok.

Sikap yang harus dihindari oleh seorang fasilitator adalah:

1) Tidak mempersiapkan diri dengan baik, karena itu berarti Anda


menghambat kelompok yang ingin maju.
2) Tidak terbuka terhadap pandangan peserta yang mungkin berbeda
dengan pengetahuan kita. Jangan langsung ditolak, beri kesempatan
untuk mendiskusikannya lebih lanjut.
3) Menghakimi siapapun, termasuk diri sendiri.
4) Mempersulit kelompok menghasilkan kesepakatan dengan
melakukan hal yang tidak relevan dengan tujuan fasilitasi.

22 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


5) Menyetir atau menceramahi apa yang harus dilakukan oleh
kelompok karena akan membuat kelompok menjadi tidak berdaya.
Ingatlah bahwa kelompok tidak membutuhkan fasilitator untuk
menceramahi dan mengatur langkah mereka, tetapi mereka butuh
bantuan Anda memandu proses, agar setelahnya mereka dapat
melangkah bersama-sama.
6) Memberi ekspektasi yang berlebihan karena dapat memanipulasi
kesadaran kelompok terhadap situasi yang mereka alami.
7) Mengambil kesimpulan sendiri. Bukan fasilitator yang mengambil
kesimpulan, tetapi mereka yang mengambil kesimpulan. Fasilitator
hanya perlu memvalidasi kesimpulan anggota kelompok. Jika
kesimpulan dari peserta kurang komprehensif, maka fasilitator perlu
memberikan pancingan tambahan, misalnya dengan memberi
kesempatan anggota kelompok yang lain menambahkan. Proses
fasilitasi yang berjalan dengan baik akan menghasilkan kesimpulan
dari pemikiran dan ide anggota kelompok bersama-sama.
8) Hanya membiarkan anggota kelompok yang aktif saja yang
berbicara.
9) Melecehkan anggota kelompok, karena tampilan fisik atau kondisi
psikologis mereka.

c. Kemampuan seorang fasilitator


1) Kemampuan menyimak
Menyimak berarti mendengarkan dengan fokus dan cermat.
Menyimak dapat membantu fasilitator untuk:
● Menemukan informasi
● Menggali pendapat peserta
● menemukan kata kunci
● Memparafrasekan kalimat,
● Mengolah Informasi menjadi data
● Membangun hipotesis
● Mengatur antrian bicara,
● Melihat kemungkinan lain
● Mendorong atau menyemangati peserta

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 23


2) Kemampuan bertanya
Bertanya adalah kunci bagi fasilitator. Kemampuan bertanya dapat
muncul dari kemampuan menyimak. Pertanyaan berfungsi untuk:
● menggali pemikiran anggota kelompok
● membangun partisipasi dan interaksi di antara anggota
kelompok
● menghindari asosiasi
● menghindari pengambilan kesimpulan sendiri,
● mendapatkan umpan balik positif yang bermakna.

Pertanyaan yang bisa memantik pemikiran bercirikan:


● Terbuka (open-ended); bukan pertanyaan yang
memunculkan jawaban ya/tidak
● Sederhana dan jelas; tidak menggunakan kata-kata yang
ambigu
● Relevan dengan topik yang dibicarakan

Fasilitator dapat memberi pertanyaan yang:


● Menantang asumsi peserta
● Mendorong peserta menggunakan sudut pandang lain
● Mengajak peserta untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
lain

3) Kemampuan konfirmasi lebih jauh


Konfirmasi dimaksudkan agar fasilitator dapat menangkap
pemikiran dari anggota kelompok sejelas-jelasnya. Fasilitator dapat
mengklarifikasi memastikan maksud pertanyaan, membuat anggota
kelompok menerangkan lebih lanjut apa yang dimaksud, membantu
anggota kelompok mengelaborasi pendapat atau gagasannya.

4) Kemampuan refleksi

24 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Fasilitator membimbing peserta untuk merefleksikan proses
fasilitasi yaitu apa yang sudah baik, apa yang perlu ditingkatkan,
perasaan yang muncul dan menguatkan komitmen untuk
menjalankan kesepakatan/keputusan yang sudah diambil sebagai
langkah selanjutnya.

3. Kompetensi Dasar Fasilitator

Dalam memfasilitasi pertemuan, Pengajar Praktik perlu memiliki kompetensi dasar


yang dibutuhkan untuk bisa memandu jalannya pertemuan hingga tujuan tercapai.
Kompetensi terdapat pada tabel berikut:

Kompetensi Dasar Penjelasan singkat

Partisipasi 1. Mendorong semua anggota dapat

Kemampuan untuk menggali mengungkapkan pemikirannya, atau

pemikiran terbaik anggota paling tidak menyatakan

kelompok. Tujuannya agar anggota persetujuan/ketidaksetujuan mereka

kelompok menjadi lebih berani terhadap pendapat dan ide dari anggota

dalam mengangkat masalah yang kelompok lain.

sulit dan belajar bagaimana 2. Mengumpulkan informasi yang relevan


membagikan ide mereka. Anggota dari pemikiran anggota kelompok
kelompok menjadi lebih mahir
3. Dan sebagainya.
dalam menemukan dan mengakui
keragaman pendapat dan latar
Contoh:
belakang yang melekat pada setiap
“Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang ...?”
anggota kelompok.
“Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara agar....?”

“Apakah kita bisa menyepakati hasil pertemuan


ini?”

“Apakah maksud pernyataan Bapak/Ibu


seperti....”?

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 25


Interaksi 1. Melibatkan anggota kelompok untuk

Kemampuan untuk mengatur menghasilkan kesepakatan belajar dan

proses belajar yang kondusif, dan komitmen untuk mematuhinya.

membangun dinamika yang sehat 2. Melakukan rapid assessment


antar anggota kelompok.
3. Mendorong anggota kelompok terlibat
Tujuannya agar setiap anggota
mengambil peran dalam proses fasilitasi.
kelompok dapat saling menghargai
dan saling terbuka. 4. membangun dinamika dialog dengan
seluruh peserta

5. Mendorong anggota kelompok saling


berbagi satu sama lain.

6. Mengatur lalu lintas anggota yang


berbicara atau bertindak.

7. Dan sebagainya

Contoh:

“Apa harapan Bapak/Ibu dalam pertemuan ini?”


“Setelah Bapak/Ibu A, lanjut ke Bapak/Ibu B.”
“Sepakati siapa yang akan berbagi hasil diskusi
kelompok”.
“Apakah ada yang punya pendapat/ usulan yang
berbeda?”
“Apakah yang lain setuju dengan usulan
Bapak/Ibu A?”
“Siapa yang bisa membantu Bapak/Ibu A untuk
menempelkan post-id?”

Visualisasi Daring

Kemampuan menggunakan Menggunakan aplikasi seperti Padlet, Jamboard,


berbagai alat bantu visual. Mentimeter, PowerPoint/ slides, dan sebagainya.
Tujuannya mendorong partisipasi,

26 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


interaksi dan agar anggota
kelompok tidak tertinggal
informasi apapun.

Luring
Menggunakan post-it, kertas plano, metaplan,
proyektor untuk menayangkan Power Point/
slides, dan sebagainya.

Dalam beberapa hal, alat bantu visual daring


dapat digunakan juga untuk fasilitasi dengan
moda luring, misalnya jamboard dan Power Point.
Yang harus dipastikan adalah ketersediaan
koneksi internet dan perangkat yang digunakan
oleh anggota kelompok.

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 27


Dinamisasi Ada beberapa cara untuk mendinamisasi

Seorang fasilitator harus mampu forum/sesi agar berjalan sesuai yang

mendinamisasi rapat/sesi ketika direncanakan untuk mencapai tujuan bersama

terjadi perdebatan alot diantara 1. Ice breaking atau games yang bertujuan
anggota kelompok atau bahkan menghidupkan suasana.
mengarah kepada hal-hal subjektif.
2. Mengajak peserta untuk berpikiran
Atau sebaliknya, ketika kelompok
terbuka dan mampu menerima
cenderung pasif sehingga
pendapat orang lain.
fasilitator harus menghidupkan
suasana agar kelompok yang 3. Mengajak untuk peserta untuk berpikir

difasilitasi menjadi aktif. objektif dan menghilangkan unsur


subjektif dalam setiap
argumen/pernyataan yang disampaikan
di rapat/sesi

4. Menarik persamaan pendapat peserta


yang berdebat dan memisahkannya
dengan perbedaan yang diperdebatkan,
sehingga perbedaan dapat terlokalisir
dan lebih mudah mengambil jalan
tengah

Konklusi Dalam sebuah rapat atau sesi, seorang fasilitator

Seorang fasilitator dituntut untuk harus mampu mengambil kesimpulan dari seluruh

mampu menarik kesimpulan pendapat dan argumen peserta rapat/sesi.

rapat/sesi, namun juga harus Kemampuan tersebut meliputi

membaginya secara demokratis, 1. Mampu menyimpulkan diskusi dengan tepat


sehingga kesimpulan rapat/sesi dan singkat
merupakan kesimpulan bersama,
2. Menarik insight/pembelajaran selama diskusi
bukan kesimpulan fasilitator.
3. Merefleksikan apa yang sudah baik dan perlu
diperbaiki

28 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


4. Meminta umpan balik

Merancang Proses 1. Merancang proses dapat mulai dari

Kemampuan menyusun agenda pembukaan, metode membangun partisipasi,

pertemuan dengan baik, berupa interaksi, alat bantu visual yang digunakan,

metode dan langkah operasional model refleksi yang digunakan dan penutup.

untuk mencapai tujuan dengan 2. Menerapkan serangkaian pertanyaan


efektif. terstruktur sehingga menghasilkan tindakan

yang mencerminkan tujuan sesi.

4. Penutup

Fasilitasi merupakan keterampilan yang tidak diperoleh dalam waktu sehari, namun
membutuhkan latihan penerapan secara terus menerus. Semakin sering berlatih,
maka semakin mahir pula menerapkan sikap, kemampuan dan kompetensi dalam

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 29


setiap proses fasilitasi. Berlatih dapat menjadi sarana perbaikan dan peningkatan
kualitas diri sebagai fasilitator. Maka, teruslah berlatih.

Referensi

Franz, H. W., Kaletka, C., Pelka, B., & Sarcina, R. (2018). Building leadership in
project and network management: A facilitator’s toolset (2nd ed.). Springer.
Jenkins, J.C., & Jenkins, M.R. (2006). The 9 disciplines of a gacilitator: Leading
groups by transforming yourself. Jossey-Bass.
Kaner, S., Lind, L., Toldi, C., Fisk, S., & Berger, D. (2014). Facilitator’s guide to
participatory decision-making (3rd ed.). Jossey-Bass.
Landale, A., & Douglas, M. (2007). The fast facilitator: 76 Facilitator activities
and interventions covering essential skills, group processes, and creative
techniques. (2007). HRD Press, Inc.
Oepen, M. (2003). MOVE Manual: Moderation and Visualization for Group
Events. InWent.
Peer 2 Peer University. (2015). Learning circle: Facilitator handbook. Peer 2
Peer University and Chicago Public Library.
Rees, F. (2005). The facilitator excellence handbook (2nd ed.). Pfeiffer.
Schuman, S. (2005). The IAF handbook of group facilitation: Best practices
from the leading organization in facilitation . Jossey-Bass.
Schwarz, R., Davidson, A., Carlson, P., McKinney, S., & Contributors.
(n.d.). The skilled facilitator fieldbook. Jossey-Bass.

e. Perbedaan Fasilitasi, Coaching, Training, Mentoring, Moderasi dan


Konsultasi
M3. Materi 4 Perbedaan Fasilitasi dan yang Lainnya.pdf

30 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


3. Calon Pengajar Praktik mencari dan membagikan sumber-sumber belajar lain
(berupa tautan video, artikel, dll) pada forum diskusi LMS
● Calon Pengajar Praktik menuliskan keterkaitan tautan video, artikel dan lain
sebagainya dengan materi dalam kegiatan ini dengan cara: (a) mencari dan
membagikan sumber-sumber lain, (b) menuliskan mengapa materi dalam
tautan tersebut berguna dan terkait dengan fasilitasi.
● Calon Pengajar Praktik membuat catatan pribadi tentang materi yang
dipelajari di Eksplorasi Konsep untuk didiskusikan dengan Calon Pengajar
Praktik lain di Ruang Kolaborasi.

Penutup
Instruktur melakukan observasi di LMS untuk menangkap wawasan (insight) dari
Calon Pengajar Praktik.

RUANG KOLABORASI Sinkronus - 180 menit (3 JP)

Tujuan Sesi

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 31


1. Calon Pengajar Praktik mendapatkan gambaran tentang perannya sebagai
fasilitator dalam lokakarya
2. Calon Pengajar Praktik mampu mendefinisikan perubahan yang hendak dilihat
dari Calon Guru Penggerak dan mampu mengidentifikasi peran Calon Pengajar
Praktik dalam proses perubahan tersebut
3. Calon pengajar Praktik dapat membedakan Fasilitasi, Coaching, Training,
Mentoring, Moderasi dan Konsultasi.
4. Calon Pengajar Praktik mampu mengidentifikasi berbagai kesalahan yang
sering dilakukan oleh seorang fasilitator dan menemukan solusi dari berbagai
kesalahan tersebut

Perlengkapan yang dibutuhkan


1. LMS
2. Ruang tatap maya - Break Out Room
3. Gawai (lebih baik menggunakan komputer/laptop)
4. Jaringan internet
5. Jamboard
6. Materi Ajar
7. Catatan pribadi

Persiapan :
1. Sehari sebelumnya sesi, instruktur dan administrator LMS saling melakukan
pengecekan teknis.
2. Sehari sebelumnya, instruktur dan administrator LMS menyepakati daftar
centang yang menjadi pegangan dengan pembagian: hari H sebelum peserta
masuk, hari H saat peserta baru masuk, hari H saat aktivitas berlangsung, dan
hari H bagian penutupan.
3. Instruktur mempersiapkan jamboard dan membuat kerangka mengenai hal-
hal yang perlu dihindari ketika menjadi seorang fasilitator.
4. Pada saat hari pelaksanaan, instruktur dan administrator LMS memasuki
ruangan 30 menit sebelum sesi dimulai untuk melakukan cek akhir dan
melaksanakan daftar centang hari H sebelum peserta masuk.

Pelaksanaan

32 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Instruktur menunjukan praktik fasilitasi dalam membawakan sesi ruang kolaborasi
dengan menunjukan 5 kompetensi dasar fasilitasi, yaitu interaksi, partisipasi,
visualisasi, dinamisasi dan konklusi.

Sesi 1

1. Instruktur menyampaikan tujuan sesi pembelajaran dan kompetensi


yang ingin dicapai.
2. Instruktur memberikan gambaran jadwal dan alur lokakarya yang
berkaitan dengan kebutuhan fasilitasi
3. Instruktur menanyakan “Perubahan yang ingin dilihat oleh Calon
Pengajar Praktik terhadap CGP dalam program Guru Penggerak?
4. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk mendiskusikan
materi POD dan Dialog yang Memberdayakan,dan praktik penerapannya
terkait peran Pengajar Praktik.

Sesi 2

Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk menganalisis perbedaan


Fasilitasi, Coaching, Training, Mentoring, Moderasi dan Konsultasi. Instruktur
dapat menggunakan aplikasi Padlet atau lainnya untuk memaksimalkan
partisipasi Calon Pengajar Praktik.

Sesi 3

1. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk dapat mengidentifikasi


kesalahan-kesalahan fasilitator yang rentan dilakukan oleh diri sendiri.
2. Instruktur memetakan kesalahan fasilitator yang paling rentan dilakukan dan
mendorong Calon Pengajar Praktik mencari solusi atas kesalahan tersebut.
3. Instruktur dapat menggunakan aplikasi Jamboard atau lainnya untuk
memaksimalkan partisipasi dan interaksi Calon Pengajar Praktik

Penutup

Instruktur menyimpulkan hasil diskusi dan meminta umpan balik kepada Calon
Pengajar Praktik

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 33


DEMONSTRASI KONTEKSTUAL Sinkronus 60 Menit (1 JP)

Tujuan Sesi
1. Calon Pengajar Praktik menunjukkan pemahaman tentang 6 kompetensi
fasilitator
2. Calon Pengajar Praktik mampu mengembangkan kompetensi fasilitator dalam
praktek fasilitasi di lokakarya

Perlengkapan yang dibutuhkan


● LMS
● Ruang diskusi digital (ruang utama & Breakout Rooms)
● Jamboard atau media visual lainnya
● Gawai
● Jaringan internet
● Alat untuk menulis catatan pribadi

Persiapan
1. Instruktur menyiapkan panduan yang terdiri dari informasi apa saja yang
harus dilakukan oleh Calon Pengajar Praktik.
2. Instruktur dan administrator LMS membagi peserta ke dalam beberapa
kelompok berlatih.
3. administrator LMS memasang pembagian kelompok berlatih di LMS.
4. Pada saat hari pelaksanaan, instruktur dan administrator LMS memasuki
ruangan 30 menit sebelum sesi dimulai untuk melakukan cek akhir sebelum
peserta masuk.

Pelaksanaan

1. Instruktur memfasilitasi Calon Pengajar Praktik untuk mendiskusikan 6


kompetensi fasilitator berdasarkan referensi materi di Eksplorasi Konsep
maupun referensi lain yang didapatkan Calon Pengajar Praktik.
2. Setelah berdiskusi 6 kompetensi fasilitator, Calon Pengajar Praktik akan dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil, masing masing kelompok kurang lebih lima

34 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


orang untuk mendiskusikan operasionalisasi dari 6 kompetensi fasilitator di
Breakout Room (BOR).
● Kelompok akan terbagi menjadi tiga, masing-masing kelompok akan
mendiskusikan bentuk operasional dari satu atau dua kompetensi
fasilitator daring dan luring.
● Satu orang Calon Pengajar Praktik di masing-masing kelompok bertugas
menjadi fasilitator.
● Calon Pengajar Praktik menggunakan alat bantu visual Jamboard dengan
format yang sudah disediakan oleh instruktur.
● Calon Pengajar Praktik kembali ke kelompok besar/kelas. Perwakilan
setiap kelompok memaparkan hasil diskusi dan dinamika di kelompok
masing-masing.
● Instruktur mengecek hasil dari diskusi kelompok dengan melihat bentuk
operasional dari 6 kompetensi fasilitasi yang telah ditulis di dalam
Jamboard, memetakan operasionalisasi dari masing-masing kompetensi
dan menarik kesimpulan.

Penutup
Instruktur memastikan bahwa setiap Calon Pengajar Praktik sudah dapat
merefleksikan pengalaman ini untuk mempraktikkan peran sebagai fasilitator pada
tugas Aksi Nyata dengan lebih baik.

ELABORASI PEMAHAMAN Asinkronus 60 Menit (1 JP)

Tujuan Sesi
Mengelaborasikan pemahaman kompetensi fasilitator untuk membuat rancangan
rencana alur proses fasilitasi

Perlengkapan yang dibutuhkan


● LMS
● Lembar kerja digital
● Gawai
● Jaringan internet
● Alat untuk menulis catatan pribadi

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 35


Persiapan
Instruktur memeriksa panduan di LMS yang terdiri dari informasi apa saja yang harus
dilakukan oleh Pengajar Praktik, standar yang berlaku, dan batas waktu pengumpulan
hasil.

Pelaksanaan
1. Calon Pengajar Praktik membuat rencana alur proses fasilitasi sesuai dengan
template yang disediakan di LMS.
2. Rencana alur proses fasilitasi disesuaikan dengan agenda lokakarya CGP yang
telah Calon Pengajar Praktik pelajari di modul/pelatihan sebelumnya.
3. Durasi fasilitasi yang dirancang 10 Menit.
4. Calon Pengajar Praktik akan diberikan tujuh pertanyaan pemantik agar dapat
membantu pengisian template.
5. Pertanyaan pemantik tidak perlu di isi di LMS, cukup di buku catatan pribadi Calon
Pengajar Praktik.
6. Calon Pengajar Praktik mengunggah rencana alur proses fasilitasi di LMS.

Pertanyaan Pemantik
Bayangkan ketika Anda ditunjuk untuk memfasilitasi sesi kesepakatan peran Calon
Guru Penggerak (CGP) dan Kepala Sekolah pada lokakarya orientasi.
● Berapa lama durasi sesi fasilitasi?
● Bagaimana cara anda mendorong partisipasi peserta untuk terlibat aktif
dalam sesi tersebut?
● Bagaimana anda memastikan bahwa semua peserta mendapatkan hak yang
sama untuk mengungkapkan pendapatnya pada sesi tersebut?
● Media visualisasi apa saja yang harus dipersiapkan untuk membantu proses
menuju kesepakatan pada sesi tersebut?
● Bagaimana cara anda untuk menenangkan peserta dan kembali kepada tujuan
bersama ketika terjadi perdebatan yang panjang dan tak kunjung usai?
● Sebutkan alat/tools/bahan yang perlu anda gunakan pada saat fasilitasi?
● Bagaimana agar semua peserta merasa bahwa kesimpulan rapat/sesi
merupakan kesimpulan bersama, bukan kesimpulan fasilitator atau segelintir
peserta saja?

Penutup

36 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


Instruktur melakukan pengecekan tugas-tugas yang sudah masuk

KONEKSI ANTAR MATERI Asinkronus 60 Menit (1 JP)

Tujuan Sesi
Calon Pengajar Praktik memahami bagaimana fasilitasi dapat membantu proses
belajar sebelumnya, utamanya pada Modul 1 dan 2

Perlengkapan yang dibutuhkan


● LMS
● Lembar kerja digital
● Gawai
● Jaringan internet
● Alat untuk menulis catatan pribadi

Persiapan: Instruktur memastikan bahwa panduan untuk Calon Pengajar Praktik


melakukan Koneksi Antar Materi sudah jelas dan terunggah. Panduan terdiri dari
informasi apa saja yang harus dilakukan oleh Calon Pengajar Praktik, standar yang
berlaku, dan batas waktu pengumpulan hasil.

Pelaksanaan
Calon Pengajar Praktik menjelaskan apa kaitan antara materi sebelumnya dengan
fasilitasi utamanya modul 1 dan 2

Pertanyaan :
Bagaimana pembelajaran di sesi-sesi sebelumnya berguna dalam praktik fasilitasi
terutama saat lokakarya?

Penutup

Instruktur melakukan pengecekan tanggapan dari Calon Pengajar Praktik yang sudah

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 37


masuk.

AKSI NYATA Asinkronus 60 Menit (1 JP)

Tujuan Sesi
Calon Pengajar Praktik memiliki pengalaman praktik fasilitasi dengan menerapkan 6
kompetensi dasar fasilitasi

Perlengkapan yang dibutuhkan


● LMS
● Gawai
● Jaringan internet
● Rubik penilaian
● Templat rencana alur proses
● Alat untuk menulis catatan pribadi

Persiapan
Panduan yang terdiri dari informasi apa saja yang harus dilakukan oleh Pengajar
Praktik, standar yang berlaku, dan batas waktu pengumpulan hasil.

Pelaksanaan
1. Pengajar Praktik melakukan praktik fasilitasi bersama kelompok secara
mandiri.
2. Masing-masing anggota kelompok mencoba melakukan praktik fasilitasi
selama 10 menit
3. Pengajar Praktik merekam latihan fasilitasi dan mengunggahnya pada LMS
(fitur unggah)
4. Praktik fasilitasi merupakan praktik dari rencana alur proses fasilitasi di
elaborasi pemahaman

Penutup
1. Instruktur mengingatkan batas waktu pengumpulan, yaitu 1 hari setelah

38 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


penyampaian Modul 3, pukul 23.59 WIB.
2. Instruktur melakukan penilaian maksimal 1 hari setelah batasan pengumpulan
tugas Aksi Nyata dengan mengacu kepada rubrik penilaian fasilitasi

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 39


4. Lain-Lain

a. Templat Rancangan Proses Fasilitasi


M3. Templat Rencana Alur Proses Fasilitasi

RENCANA ALUR PROSES FASILITASI

Nama Fasilitator :
Nama Rapat/Sesi :
Tanggal Pelaksanaan :
Bentuk Fasilitasi :
Jumlah Peserta :
Tujuan Rapat/Sesi :
Durasi :

Persiapan Tools/Alat Bantu:

Persiapan Teknis Jawaban Link/Keteranga


n

1. Platform yang akan digunakan Contoh: Google Meet

2. Alat bantu visual yang akan digunakan Contoh: Jamboard

3. Materi atau referensi pemantik yang akan Contoh: Buku Pegangan


digunakan Lokakarya Orientasi

Persiapan Pertanyaan :

Pertanyaan Pemantik Untuk Peserta Pertanyaan


1. ………….
2. ………….

40 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi


3. …………..
dst…….

Rencana Alur Fasilitasi

Durasi Aktivitas Tools/Alat Bantu:

Contoh Contoh:
Contoh:

Pembukaan
1 Menit Power Point
- Fasilitator menjelaskan tujuan
pertemuan

b. Rubrik Penilaian Fasilitasi


M3. Rubrik Penilaian Fasilitasi.pdf

Indikator Kompetensi Sangat Baik Baik Cukup Kurang

4 3 2 1

interaksi dan Partisipasi Memenuhi Hanya Hanya Tidak satupun


seluruh memenuhi memenuhi 1 kriteria
1. Fasilitator menerapkan teknik-teknik bertanya kriteria atau hanya 2 kriteria kriteria terpenuhii
dengan terampil, berhasil mendorong tiga kriteria
partisipasi seluruh peserta untuk aktif berbicara
2. Fasilitator mampu menggali lebih dalam
pendapat peserta, sehingga pendapat tersebut
dapat disampaikan secara utuh dan memancing
pertanyaan atau jawaban dari peserta lainnya
3. Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti oleh seluruh peserta
4. Fasilitator mampu
memparafrase/mengungkapkan kembali
jawaban peserta dengan maksud yang tepat

Modul 3 - Teknik Fasilitasi | 41


Visualisasi Memenuhi Hanya Hanya Tidak satupun
seluruh memenuhi memenuhi 1 kriteria
1. Menggunakan alat bantu visual dengan optimal kriteria hanya 2 kriteria kriteria terpenuhi
(lebih dari satu alat bantu visual)
2. Alat bantu visual dipersiapkan dengan baik,
terencana dan sesuai dengan kebutuhan
fasilitasi (misal jamboard sudah dipersiapkan
kolom untuk diisi peserta)
3. Fasilitator menggunakan alat bantu visual yang
memungkinkan komunikasi dua arah sehingga
mendorong partisipasi seluruh peserta

Konklusi dan dinamisasi Memenuhi Hanya Hanya Tidak satupun


seluruh memenuhi memenuhi 1 kriteria
1. Mampu melakukan manajemen waktu, kriteria atau hanya 2 kriteria kriteria terpenuhi
sehingga rapat/sesi berjalan sesuai durasi yang tiga kriteria
direncanakan
2. Mampu menyimpulkan hasil diskusi dengan
tepat dan singkat
3. Menarik insight/pembelajaran selama diskusi
4. Meminta umpan balik

Merancang Alur Proses Memenuhi Hanya Hanya Tidak satupun


seluruh memenuhi memenuhi 1 kriteria
1. Dalam rancangan alur proses fasilitasi sudah kriteria atau 3 hanya 2 kriteria kriteria terpenuhi
memuat tentang tujuan dan gambaran kriteria
persoalan yang perlu disepakati/diselesaikan
2. Menentukan waktu, durasi dan jumlah peserta
yang akan difasilitasi
3. Menentukan bentuk fasilitasi luring/daring dan
platform yang akan digunakan ketika fasilitasi
dilaksanakan secara daring
4. Menentukan alat bantu yang dibutuhkan dan
media visualisasi yang digunakan pada praktik
fasilitasi yang akan dilaksanakan

42 | Modul 3 - Teknik Fasilitasi

Anda mungkin juga menyukai