Anda di halaman 1dari 22

MICROTEACHING

Makalah Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Individu

Mata Kuliah : Praktik Microteaching

Dosen Pengampu : Rahma Diani, M.Pd

Kelas/Semester : A/6

Disusun Oleh :

Silvi Rahmadani (1911090148)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Microteaching” Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, karena penulis masih dalam proses
pembelajaran. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk kita semua. Semoga apa yang kita lakukan mendapat
catatan amal yang baik.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Microteaching ..................................................................... 3


B. Karakteristik Microteaching ................................................................. 4
C. Fungsi Microteachig ............................................................................. 6
D. Tujuan Microteaching ........................................................................... 8
E. Manfaat Microteaching ......................................................................... 9
F. Asas dan Prinsip Microteaching ........................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kimpulan ..................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan pembelajaran memiliki komponen utama yang perlu harus dikuasai
oleh pendidik, diantaranya: Tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai,
materi atau bahan ajar yang harus dikuasai oleh siswa, metode atau cara untuk
membelajarkan siswa agar mencapai tujuan yang diharapkan dan evaluasi sebagai
alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan atau kompetensi yang ditetapkan.
Sebagai pendidik, sejatinya perlu memperhatikan empat komponen tersebut,
mengingat bahwa pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang komplek.
Seorang guru yang dikatakan profesional jika tidak memiliki kompetensi
menguasai komponen-komponen diatas, belum cukup untuk dikatakan sebagai
pendidik. Empat komponen diatas juga adalah komponen pembelajaran yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tak heran jika pembelajaran
juga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem, dimana jika ada komponen yang
terganggu atau bahkan hilang, kegiatan pembelajaran pasti terganggu dan pencapaian
hasil belajar tidak maksimal.
Ada beberapa cara yang efektif di gunakan dalam proses pembelajaran oleh
guru untuk mempermudah memberikan pemahaman kepada anak. Pembelajaran
Micro Teaching merupakan sebuah pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif
untuk membina dan membantu mahasiswa calon pendidik dalam meningkatkan
kompetensi mendidik. Kekurangan-kekurangan yang mungkin masih dimiliki oleh
mahasiswa calon pendidik dalam praktik pendidikan, dapat diperbaiki melalui
pembelajaran Micro Teaching. Oleh karena itu, secara konsep Micro Teaching
adalah proses untuk melatih, membina dan meningkatkan kemampuan mendidik bagi
mereka calon pendidik.
Tolak ukur keberhasilan seorang guru adalah tercapainya Tujuan dan Hasil
pembelajaran, untuk mencapai tujuan dan Hasil pembelajaran tersebut dibutuhkan

1
seorang guru yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai tenaga pendidik
professional. 4 Kompetensi Guru harus dipahami untuk kemudian dikuasai melalui
sebuah latihan yang sistematis dan terkontrol. Menurut UU No 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen; seorang guru profesional harus memiliki empat kompetensi
dasar dalam pendidikan. (1) Pedagogi, (2) Kepribadian, (3) Profesional dan (4)
Sosial. Upaya kearah tersebut bisa ditempuh salah satunya dengan cara
mengoptimalkan beberapa kegiatan seperti observasi dan Micro Teaching.1
Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara
menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah
siswa, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu akan
dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian microteaching?
2. Bagaimana karakteristik dari microteaching?
3. Jelaskan fungsi dari microteaching?
4. Apakah tujuan dari microteaching?
5. Jelaskan manfaat yang didapat dari microteaching?
6. Bagaimanakah asas dan prinsip dari microteaching?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian microteaching
2. Mengetahui saja karakteristik microteaching
3. Mengetahui fungsi microteaching
4. Mengetahui tujuan microteaching
5. Mengetahui manfaat microteaching
6. Mengetahui asas dan prinsip microteaching

1
UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Microteaching
Microteaching berasal dari dua kata yaitu “Micro” yang berarti kecil,
terbatas, sempit dan “Teaching” berarti mengajar. Jadi, Micro Teaching
berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan
atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah siswa, waktu,
bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat
diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara
akurat. Micro Teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh para ahli
dengan berbagai pengertian berikut :2
a. Mc. Laughlin dan Moulton yang menjelaskan bahwa“microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one by
one in a simplified teaching situation” (pembelajaran mikro pada intinya
adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk melatih
penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari
setiap keterampilan dasarmengajar tersebut, yang dilakukan secara
terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi pembelajaran).
b. A. Perlberg menjelaskan bahwa “micro teaching is a laboratory training
procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching -
learning processing” (pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah
laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar
mengajar/pembelajaran).

2
Dadang Sukirman. Micro Teaching. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama.2012) hlm.3-10.

3
c. Sugeng Paranto (1980) menjelaskan bahwa pembelajaran mikro
merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam
proses belajar mengajar yang di "mikro" kan untuk membentuk,
mengembangkan keterampilan mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil inti dari pembelajaran
mikro, kurang lebih sebagai berikut :
a. Micro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk
melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya.
b. Sesuai namanya micro teaching, maka proses pelatihan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro dapat dilakukan untuk
seluruh aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya
dilakukan secara bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi
bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang
akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor.
c. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro, untuk
mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau observasi
oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap setiap
penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan kemudian
dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan,
kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki
terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.

B. Karakteristik Microteaching
Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan
pembelajaran. Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua keterampilan
mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar
dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri
sendiri, demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan
menjelaskan dan sebagainya. Berikut ini beberapa hal fundamental berkaitan

4
dengan karakteristik pembelajaran Mikro Teaching. Di antara karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut :3
1. Microteaching is a real teaching. Pembelajaran mikro adalah kegiatan
mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi dilaksanakan bukan
pada kelas yang sebenarnya, melainkan dalam suatu kelas, laoratorium
atau tempat khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro.
2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching.
Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar dilakukan secara mikro
atau disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur
atau komponen pembelajaran.
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific
tasksLatihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro
hanya difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik,
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar
saran yang diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut
bisa berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka keterampilan
lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan sebagainya.
4. Micro teaching allows for the increased control of practicePembelajaran
mikro diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis
keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat dan
komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran mikro,
karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada
keterampilan tertentu saja.
5. Micro teaching greatly expands teh normal knowledge of results or
feedback dimension in teaching. Pembelajaran mikro diharapkan dapat
memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran,
karena pihak-pihak yang berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya
mendapatkan masukan dari pihak lainnya.

3
Dadang Sukirman.Op,cit,Hlm.51-55

5
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu
Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk
sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas
4. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
6. Umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
7. Pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia
tertentu.
8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di
selenggarakan dalam laboratorium mikro teaching
9. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari
keterampilan mengajar.
10. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi
aktif dalam pengajaran.
11. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan
dalam jangka waktu tertentu.

C. Fungsi Microteaching
1. Fungsi Microteaching bagi calon guru
Microteaching bagi calon guru Berfungsi yaitu memberikan
pengalaman baru dalam belajar mengajar. Dwight Allen dalam asril
(2011:46) mengemukakan bahwa microteaching bagi calon guru :
a. memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar;
b. calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum
mereka terjun kelapangan;

6
c. memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan
bermacam-macam keterampilan dasar mengajar.
Fungsi pembelajaran micro adalah  selain sebagai  sarana latihan
dalam mempraktikan keterampilan mengajar, dan juga salah satu syaarat
bagi mahasiswa yang akan mengikuti praktek mengajar di lapangan. (PPL
II).[1]Selain itu, microteaching berfungsi memberikan kesempatan kepada
mahasiswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai calon guru
( Surwana et al., 2006: 4).
Kegiatan mengajar merupakan kegiatan utama seorang guru.
Melalui kegiatan tersebut, guru harus berhadapan dengan banyak siswa
menjadi sosok manusia yang berwibawa dan disegani siswa. Pada saat itu,
calon guru harus menunjukkan performa terbaiknya, meminimalkan segala
kekurangan dan memanfaatkan segala kelebihannya untuk mendewasakan
siswa. Kegiatan mengajar akan membentuk pribadi atau jati diri seorang
guru yang sesungguhnya.
2. Fungsi Microteaching Bagi Profesi Guru,
Bagi guru microteaching berfungsi memberikan penyegaran
keterampilan dan sebagai sarana umpan balik atas kinerja mengajarnya.
Dwilight Allen dalam asril (2011: 46) menyatakan
bahwa microteaching memberikan penyegaran dalam program pendidikan
dan mendapatkan pengalaman mengajar yang bersifat individual untuk
mengembangkan profesi dan mengembangkan sikap terbuka bagi guru
terhadap pembaruan. Guru yang sudah lupa dengan teori-teori mengajar
dan teknik-teknik mengajar (karena jarang digunakan) kembali dapat
diingatkan melalui program microteaching.
Surwa et al, (2006: 4) mengatakan bahwa microteaching berfungsi
sebagai sarana untuk memperoleh umpan balik atas kinerja mengajar
seseorang. Memulai microteaching, baik calon guru maupun guru dapat
memperoleh informasi tentang kekurangan dan kelebihanya dalam
mengajar. Apa saja kelebihan yang perlu dipertahankan dan apa saja

7
kekurangan yang perlu diperbaiki. Selain itu, melalui microteaching guru
dapat mencoba metode atau model pembelajaran baru sebelum digunakan
pada kelas yang sebenarnya.4

D. Tujuan Microteaching
Tujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu,
tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan umum
Tujuan micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk
mempersiapkan calon guru menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka
kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai
seorang guru professional.
Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan pembelajaran mikro adalah:
• Bagi siswa calon guru
• Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
• Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya
sebelum mereka terjun kekelas yang sebenarnya.
• Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai
beberapa keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan
bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru
mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan
menarik.

4
Barnawi dan M. Arifin, Microteaching (Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan
Kreatif), Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015,  hal. 24-25

8
• Bagi guru
• Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.
• Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat
individual demi perkembangan profesinya.
• Mengembangkan sikap terbuka bagi guru pembaharuan yang yang
berlangsung dipranata pendidikan.

Adapun tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan


atau meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh
seorang calon pendidik (guru), sehingga mereka memiliki kesiapan diri
untuk mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks
mengajar yang sesungguhnya.
2. Tujuan khusus
Secara khusus, micro teaching memiliki tujuan yaitu:
• Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya
dan dirinya sendiri.
• Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam
proses pembelajaran.
• Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif,
produktif, dan efisien.
• Calon guru mampu bertindak professional

E. Manfaat Microteaching
Microteaching memiliki banyak sekali manfaat. Hal ini dirasakan melalui
dari program pelatihan guru, manfaat untuk pihak-pihak yang terlibat, dan
proses menemukan cara mengajar yang lebih efektif. Microteaching sangat
bermanfaat dalam menyukseskan program pelatihan mengajar bagi guru.
Menurut Kpanja, microteaching sudah dipandang sebagai metode yang sukses
dalam pendidikan calon guru dan sekarang telah digunakan di beberapa
tempat untuk pengembangan profesi guru (kilic, 2010: 83).

9
Dengan membekali mahasiswa melalui pengajaran mikro, ada
beberapa manfaat yang diperoleh, yakni :
a. Menimbulkan, mengembangkan, membina keterampilan-keterampilan
tertentu calon guru atau guru dalam mengajar.
b. Keterampilan mengajar yang esensial secara tertentu dapat dilantihkan
didik.
c. Balikkan (Feed-back) yang cepat dan tepat dapat segera diperoleh.
d. Latihan memungkinkan penguasaaan komponen keterampilan
mengajar secara lebih baik.
e. Dalam situasi latihan, calon guru atau guru dapat memusatkan
perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif.
f. Menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan
objektif.
g. Mempertinggi efisiensi dan efektifitas penggunaan sekolah praktek
dalam waktu praktek mengajar yang relatif singkat.5
Menurut Nurlaila kelebihan microteaching dan manfaat-manfaatnya
dalam program pengajaran ialah sebagai berikut.
1. Menyelesaikan masalah yang dihadapi pelaksanaan program persiapan
guru, seperti banyaknya guru yang akan berlatih atau kurangnya
pembimbing atau tidak tersedianya kelas yang sebenarnya atu sulitnya
menyepakati antara waktu belajar dan waktu latihan atau luputnya materi
yang harus dilatihkan dari program pengajaran.
2. Menghemat waktu dan tenaga. Dalam pengajaran mikro memungkinkan
melatih guru untuk beberapa keterampilan yang penting dalam waktu
singkat, tanpa menyianyiakan waktu dan tenaga untuk meltih keterampilan
yag telah dikuasai guru sebelumnya, sebagaimana juga pengajaran mikro
meminimalkan kebutuhan untuk melatih setiap guru yang berlatih terhadap

5
Hassibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993). Hlm
51-52

10
semua keterampilan karena melihat dan berdiskusi akan memberikan
manfaat bagi yang melihat sebagaimana manfaat bagi yang berlatih.
3. Melatih guru dengan sejumlah keterampilan mengajar yang penting,
seperti kecermatan dalam menyajikan dan mengajarkan, mengatur waktu
dan manfaatnya, mengikuti langkah-langkah yang tekah dituliskan dalam
RPP, dan memanfaatkan teknologi pengajaran dengan cara terstruktur dan
teratur selain menggunakan gerakan tubuh dalam mengajar.
4. Melatih guru mepersiapkan dan menyusun materi pelajaran karena
biasanya untuk microteaching materi yang disajikan ialah materi baru
yang dipersiapkan oleh guru yang berlatih itu sendiri atau menyimpang
dari materi yang ada untuk menyesuaikan antara ketrampilan dan waktu
yang tersedia.
5. Diskusi guru yang berlatih langsung setelah selesai microteaching dan
memungkinkan dosen pembimbing masuk ditengah-tengah pengajaran dan
mengulang pengajaran, khususnya ketika mengajar teman-teman guru
tersebut sebagai siswanya. Inilah masalah yang sulit menerapkannya
dalam pengajaran yang kompleks, khususnya dalam kelas sebenarnya.
6. Pengajaran mikro yang mendasarkan pada pemecahan ketrampilan-
keterampilan menjadi beberapa bagian ketrampilan, merupakan hal yang
membantu untuk menjaga perbedaan kepribadian atara guru-guru, melalui
melatih mereka dengan sejumlah keterampilan yang dilalaikan oleh
program latihan pengajaran secara kompleks.
7. Menyediakan waktu bagi guru yang berlatih untuk mengetahui kekurangan
dan kelebihannya dari aspek keilmuan, amaliah, dan seni melalui apa yang
disampaikan berupa feedback dan penguatan dari dosen pembimbing dan
teman-teman dalam bentuk kritikan, yang mana memberikan waktu
baginya untuk memperbaiki perilakunya dan perkembangannya sebelum
masuk lapangan pengajaran yang tidak ada lagi kritikan, feedback, dan
penguatan, yang hal itu membantunya untuk mengevaluasi diri melalui
melihat sendiri dikaset video.

11
8. Memberikan kesempatan bagi guru untuk bertukar peran antara mereka
dan mengidentifikasi masalah-masalah pengajaran dari jarak dekat, yaitu
masalah guru dan siswa dan itu melalui duduk di bangku belajar dan
berperan dengan karakter siswa yang sedang belajar dan mendengarkan
guru, berinteraksi dengannya, kemudian memainkan peran guru dan
seterusnya (situasi ini khusus bagi pengajaran sesama teman).
9. Mengorelasikan antara teori dan aplikasi, yang memungkinkan
menerapkan teori atau aliran atau metode mana pun secara aplikatif praktis
dalam ruang belajar, ketika sedang menjelaskan atau setelahnya, apabila
perlu.6
Brown dan Ametrong (Setyawan, 2010: 13-14), mencatat hasil
riset tentang manfaat microteaching, sebagai berikut :
1. Korelasi antara microteaching dan praktek keguruan sangat tinggi.
Artinya, seseorang yang berpenampilan baik dalam microteaching akan
baik pula dalam praktek mengajar di kelas.
2. Praktikan yang lebih dahulu menempuh program microteaching ternyata
lebih baik / lebih terampil dari pada praktikkan yang tidak mengikuti
pengajaranmicroteaching.
3. Praktikkan yang menempuh microteaching menunjukkan prestasi
mengajar yang lebih tinggi.
4. Bagi praktikkan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam
pengajaran,microteaching kurang bermanfaat.
5. Setelah mengikuti microteaching, praktikkan dapat menciptakan interaksi
dengan siswa secara lebih baik.
6. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik dari pada model lisan
sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.7

6
Barnawi dan M. Arifin, Microteaching (Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan
Kreatif), Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015, hal. 28-30
7
Ibid, Barnawi dan M. Arifin hal. 30

12
Manfaat microteaching juga dapat dilihat dari orang-orang yang terlibat
di dalamnya. Baik itu mahasiswa calon guru, guru, maupun supervisor,
semuanya memperoleh manfaat yang tidak sedikit dari
kegiatan microteaching. Sukirman (2012: 37-38) mengemukakan beberapa
manfaat microteaching bagi ketiga pihak tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat bagi mahasiswa calon guru ( pendidikan pre-service) :
a. setiap mahasiswa calon guru dapat melatih bagian demi bagian dari
setiap keterampilan mengajar yang harus dikuasainya secara lebih
terkendali dan terkontrol;
b. setiap mahasiswa calon guru dapat mengetahui tingkat kelebihan
maupun kekurangannya dari setiap jenis keterampilan mengajar yang
harus dikuasainya; 
c. setiap mahasiswa calon guru dapat menerima informasi yang lengkap,
objektif, dan akurat dari proses latihan yang telah dilakukannya
melewati pihak observer;
d. setiap mahasiswa calon guru dapat melakukan proses latihan ulang
untuk memperbaiki terhadap kekurangan maupun untuk lebih
meningkatkan kemampuan yang telah dimilikinya.   
2. Manfaat bagi supervisor :
a. dapat memperoleh data yang objektif dan komprehensif tingkat
kemampuan para calon guru maupun para guru dalam hal kemampuan
mengajar yang harus dikuasai sesuai dengan tuntutan profesinya;
b. dapat memberikan masukan, saran, maupun solusi yang akurat karena
didasarkan pada data atau informasi yang lengkap sesuai hasil
pengamatan dari pembinaan melalui pembelajaran mikro yang telah
dilakukannya;
c. sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan yang lebih tepat
bagi pengembangan karier setiap mahasiswa maupun para guru yang
menjadi binaannya;

13
d. sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan dalam melakukan
proses pembinaan terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas
penampilan guru.
3. Manfaat bagi para guru (pendidikan in-service) :
a. para guru baik secara mandiri maupun bersama-sama dapat berlatih
untuk lebih meningkatkan kemampuan mengajar yang telah
dimilikinya;
b.  mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya terkait
dengan keterampilan mengajar yang harus dikuasainya;
c. dapat dijadikan sebagai proses uji coba terhadap hal-hal yang baru,
seperti dalam penerapan metode, media, materi baru, atau jenis-jenis
keterampilan mengajar lainnya sebelum diterapkan dalam proses
pembelajaran yang sebenarnya.
Dalam microteching, calon guru memiliki kesempatan untuk
meningkatkan perilaku efektif dalam lingkungan belajar. Dengan kata
lain, adanya microteachingmemberi peluang untuk penemuan metode-
metode yang lebih efektif. Setelah mengajar, rekaman praktikkan
dianalisis atau diteliti untuk mengetahui kekurangannya sehingga
menginspirasi pengamat untuk memberikan masukan-masukan.
Pemberian masukan sangat bermanfaat untuk perbaikan mengajar yang
efektif.
Ide pertama timbul dalam bentuk demonstrasi pelajaran, dengan
sekelomok siswa bermain peran, kemudian diadakan penelitian
terhadap pengajaran mikro dalam situasi pembelajaran yang
sebenarnya. Dalam rangka mengembangkan keterampilan mengajar,
perbuatan mengajar yang kompleks itu dipecah-pecah menjadi
sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Selain itu, diteliti cara-
cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif, yang disertai
pertanyaan sebagai reinforsement.

14
F. Asas dan Prinsip Microteaching
Agar dapat terlaksana dengan baik dan benar, maka micro teaching harus
memiliki asas dan prinsip. Dalam Barnawi dan M. Arifin (2015: 33-38), para
ahli menguraikan asas dan prinsip dalam micro teaching sebagai berikut:
Jamal Ma'mur Asmani mengemukakan beberapa asas normatif micro
teaching, yaitu sebagai berikut:
a. Kerja sama. Kerja sama merupakan asas utama dalam micro teaching.
Bekerja sama berarti bekerja sesuai dengan sistem yang disepakati dan
ada kolaborasi antara beberapa orang demi satu tujuan, yaitu
mencerdaskan anak didik.
b. Sinergi. Sinergi adalah saling mengisi, menutupi kekurangan dan
kelemahan, dan berjalan-beriringan untuk sebuah tujuan yang hendak
dicapai bersama. Sinergi akan menghasilkan harmoni dan progres.
c. Integritas ilmiah. Integritas (kejujuran) ilmiah merupakan modal utama
seorang guru dalam mengajar. Kejujuran seorang guru dalam mengambil,
menjelaskan, dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan akan membawa
pada kemantapan dalam menyampaikan materi ajar di kelas.
d. Inovasi. Inovasi adalah pembaruan yang dibutuhkan bagi segala aspek,
termasuk dalam hal pembelajaran. Inovasi merupakan denyut nadi
kemajuan dan indikator utama kesuksesan dalam mengajar.
e. Akuntabilitas. Akuntabilitas akan melahirkan profesionalitas.
Orang yang akuntabel akan memperbaharui hidupnya demi tanggung
jawab yang dipikulnya. Ia akan melaksanakan tugas dengan tuntas, tepat
waktu, dan tidak menunda-nunda pekerjaan.
Sedangkan prinsip-prinsip micro teaching menurut Barnawi dan M.
Arifin (2015: 39-40) yakni dirumuskan sebagai berikut:
1) Fokus pada penampilan. Micro teaching difokuskan pada penampilan
praktikan yang akan diamati.

15
2) Spesifik, konkret, dan realistis. Jenis keterampilan yang dilatihkan harus
khusus, jelas, dan sesuai dengan keinginan praktikan.
3) Berbasis minat praktikan. Praktikan diberi kesempatan untuk memilih jenis
keterampilan yang ingin dikuasai terlebih dahulu. Dengan demikian, ia akan
merasa nyaman dan giat mempelajari keterampilan mengajar tersebut.
4) Umpan balik. Setelah praktikan melakukan praktik mengajar ia harus
memperoleh umpan balik dari pengamat, bisa berupa: saran, komentar, dan
solusi. Umpan balik harus diberikan secara langsung setelah praktik
mengajar agar tidak mengakibatkan kesalahan-kesalahan kecil menjadi
besar karena kebiasaan.
5) Objektif dan seimbang. Umpan balik dilakukan secara hati-hati berdasarkan
temuan selama mengamati. Umpan balik diberikan secara seimbang, yaitu
apabila ada keunggulan yang diketahui pengamat harus disampaikan, demikian
pula sebaliknya.
6) Tuntas. Praktikan yang belum cukup menguasai keterampilan yang sedang
dilatihkan maka wajib mengulang latihan kembali sampai pada suatu ukuran
dinyatakan tuntas atau menguasai.
7) Berkelanjutan. Micro teaching tidak hanya diselenggarakan saat akan menjadi
guru, tetapi juga setelah menjadi guru.8

8
Dedimus Berangka, “Pengaruh SimulasiMicro Teaching Terhadap Keterampilan
Pengelolaan Kelas Mahasiswa Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke Di Sekolah”,
Jurnal Jumpa Vol. VI, No. 2 (Oktober 2018), 93-94.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah dapat di simpulkan bahwa Micro
Teaching atau Pembelajaran micro dapat diartikan sebagai cara dalam melatih
keterampilan keguruan atau praktik mengajar dalam lingkup kecil atau
terbatas. Jumlah pesertanya sekitar 5 sampai 10 orang, ruang kelasnya
terbatas, waktu pelaksanaanya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus
kepada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok pembahasannya
disederhanakan. Fungsi micro teaching ialah untuk memperkuat program
Pengalaman Lapangan. Karakteristik pembelajaran Mikro Teaching yaitu :
1. Peserta berkisar antara 5 – 10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
3. Komponen mengajar dikembangkan terbatas
4. Latihan terpusat pada keterampilan mengajar.
5. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
6. Umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru.
7. Pengajaran di laksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang
berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia
tertentu.
8. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang di
selenggarakan dalam laboratorium mikro teaching
9. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari
keterampilan mengajar.
10. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi
aktif dalam pengajaran.

17
11. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan
dalam jangka waktu tertentu.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu kritik dan saran diperlukan guna perbaikan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi dan M. Arifin. 2015. Microteaching (Teori dan Praktik Pengajaran yang
Efektif dan Kreatif), Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Barnawi dan M. Arifin. 2015. Microteaching (Teori dan Praktik Pengajaran yang
Efektif dan Kreatif), Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Berangka , Dedimus. 2018. “Pengaruh SimulasiMicro Teaching Terhadap


Keterampilan Pengelolaan Kelas Mahasiswa Sekolah Tinggi Katolik Santo
Yakobus Merauke Di Sekolah”, Jurnal Jumpa Vol. VI, No. 2.

Hassibuan. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sukirman, Dadang. 2012. Micro Teaching. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Kementrian Agama.

UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Anda mungkin juga menyukai