Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila. Dalam usahanya, Negara menjumpai banyak

rintangan serta hambatan yang ditimbulkan antara lain oleh para pelanggar hukum.

Dengan menangkap, mengadili dan memasukan para pelanggar hukum itu tersebut

sebagai narapidana ke dalam Lembaga Pemasyarakatan, tugas Negara belumlah

selesai bahkan baru dimulai karena narapidana pada suatu saat harus dilepas kembali

dalam masyarakat sebagai warga Negara yang taat hukum. Tercipta atau tidaknya

tugas Negara ini tergantung dari berhasil atau tidaknya peranan Lembaga

Pemasyarakatan dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana yang juga menjadi

tanggung jawab Negara.

Pada dasarnya, sistem pemidanaan merupakan suatu usaha untuk

merehabilitasi sosial warga binaan pemasyarakatan. Walaupun status mereka kini

merupakan narapidana, namun tetap saja mereka merupakan manusia dan sumber

daya manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi. Dengan tidak

cocoknya sistem penjara yang tidak sesuai dan bertentangan dengan Pancasila dan

UUD 1945, maka sistem pemasyarakatan yang diselenggarakan mempunyai peranan

penting dalam pembinaan warga binaan. Peranan lembaga pemasyarakatan dalam

sistem pemasyarakatan yaitu untuk membina warga binaan pemasyarakatan agar

menjadi manusia seutuhnya, menyadari segala kesalahan, dapat memperbaiki diri


2

dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat kembali diterima oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif kembali berperan dalam pembangunan dan dapat

hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab. Pidana

penjara dikenal sebagai reaksi masyarakat akibat adanya tindak pidana yang

dilakukan oleh seorang pelanggar hukum dan pidana penjara juga disebut sebagai

pidana hilang kemerdekaan, yang mana seseorang dibuat tidak berdaya dan

diasingkan secara sosial dari lingkungannya.

Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat melaksanakan pembinaan bagi

narapidana. Sedang warga binaan pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik

pemasyarakatan dan klien pemasyarakatan. Klien pemasyarakatan adalah seorang

yang berada dalam bimbingan balai pemasyarakatan (Undang-undang No. 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 9). Sistem kepenjaraan yang sangat

menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga

“rumah penjara” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana

yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana

menyadari kesalahannya tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindakan pidana

dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga

dan lingkungannya.

Salah satu bentuk pembinaan bagi narapidana yaitu pembinaan bidang

ketrampilan yang akan sangat berguna bagi kehidupan narapidana kelak setelah

keluar/bebas dari lembaga pemasyarakatan. Proses dalam pembinaan bidang

ketrampilan bagi narapidana diberikan pihak Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan


3

yang diberikan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian serta

asimilasi.

Protokol merupakana kebutuhan dan memegang peranan sangat penting

dalam sebuah acara. Awalnya, istilah protokol berarti halaman pertama yang

dilekatkan pada sebuah manuskrip atau naskah. Sejalan dengan perkembangan

zaman, pengertiannya berkembang semakin luas, yakni keselurahan naskah yang

isinya terdiri dari catatan, dokumen persetujuan, perjanjian, dan lain-lain dalam

lingkup secara nasional maupun internasional. Perkembangan selanjutnya, protokol

berarti kebiasan-kebiasan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan formalitas,

tata urutan dan etiket diplomatik. Aturan-aturan protokoler ini menjadi acuan

institusi pemerintahan dan berlaku secara universal. Dalam pengertian luas protokoler

adalah seluruh hal yang mengatur pelaksanaan suatu kegiatan baik dalam

kedinasan/kantor maupun masyarakat.

Mengingat pentingnya protokol dalam sebuah acara, maka sepatutnya jika

keprotokoleran diajarkan untuk meningkatkan kualitas narapidana dalam berbicara.

Peningkatan kualitas narapidana merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting

dalam menunjang kualitas di RUTAN KELAS II B WATANSOPPENG. Dengan

adanya peningkatan kualitas tersebut diharapkan para narapidana mampu

meningkatkan kualitas pendidikan dan berbicara dengan benar.

Allah berfirman :
‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر لَ ُك ْم‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْو اًل‬
ْ ُ‫سدِيدااي‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ازا َع ِظي اما‬ َّ ِ‫ذُنُو َب ُك ْم ۗ َو َمن يُ ِطع‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬
Terjemahnya:
4

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Pada dasarnya upaya-upaya yang dilakukan kepada narapidana untuk

memberikan pegalaman belajar tentang keprotokoleran yang menantang dan

sekaligus menyenangkan. Narapidana diharapkan terbiasa mempraktekkan dalam

lingkungan sehari-hari. Diharapkan dengan dilakukannya berbagai pembenahan ,

proses pembelajaran dapat lebih berkualitas lagi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang perlu

dikaji dan dibahas agar memudahkan pelaksanaan penelitian karena penelitian akan

lebih terarah. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan penyuluh agama dalam peningkatan akhlakul karima

narapidana dalam pembelajaran keprotokoleran?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung peningkatan

akhlakul karima narapidana dalam pembelajaran keprotokoleran?


5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan Penyuluh Agama Dalam Peningkatan Akhlakul Karima

Narapidana Dalam Pembelajaran Keprotokoleran

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah mereka yang telah melakukan

tindak pidana sehingga membawa mereka menjadi warga binaan pemasyarakatan.

Walaupun mereka telah melakukan kejahatan tetapi masih memungkinkan dalam diri

mereka tersimpan kebaikan yang perlu dibangun kembali. Upaya tersebut menjadi

tanggung jawab LAPAS sebagai unit pelaksana terknis pemasyarakatan yang

berusaha memulihkan harga diri narapidana sebagai makhluk individu maupun

sebagai makhluk social yang dapat diterima oleh masyarakat dimana ia akan kembali

setelah selesai menjalani hukuman. Berdasarkan hal tersebut maka peranan peyuluh

agama dalam peningkatan akhlakul karima pada warga binaan di Lembaga

Pemasyarakata Kelas II B Watansoppeng melalui pembelajaran keprotokoleran maka

akan menuntun warga binaan memiliki akhlakul karima yang lebih ceria dan menjadi

salah satu bekal ketermpilan yang dapat dimanfaatkan oleh narapidana ditengah

masyarakat dan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan ketika ditekuni secara

profesional.

Keprotokolan adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraaan atau acara

resmi yang meliputi aturan mengenai tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan,

sehubungan dengan penghormatan kepada seseorang sesuai dengan jabatan dan atau

kedudukannya dalam negara, pemerintah atau masyarakat. Dari pengertian tersebut,


6

maka dapat dikatakan bahwa keprotokoleran adalah pedoman atau tata cara mengatur

kegiatan dan semua hal yang mengatur pelaksanaan kegiatan resmi disebut

protokoler. Dengan adanya pedoman atau tata cara tersebut, dapat ikut menentukan

terciptanya suasana yang mempengaruhi keberhasilan suatu acara, menciptakan tata

pergaulan yang mendekatkan satu sama lain, terselenggaranya upacara yang khidmat,

tertib, teratur.

MC dan Protokol merupakan dua hal yang berbeda, namun ada keterkaitan.

Peran MC sangat penting, karena akan menentukan kelancaran dan keberhasilan

suatu acara. Oleh karena itu, seseorang yang ditugaskan menjadi MC harus memiliki

keterampilan berbicara di depan umum dan tidak memiliki hambatan yang

mengganggu kelancaran berbicara di depan umum. Berdasarkan deskripsi tersebut

diatas, maka setiap bagian yang menjalankan tugas-tugas keprotokolan dan MC,

haruslah berpedoman pada landasan hukum yang sudah diatur sebelumnya. Oleh

karena itu haruslah menguasai hal-hal yang berkaitan dengan keprotokolan dan MC.

Dari fungsi MC dan protocol tersebut dapat membentuk karakter narapidana menjadi

seorang yang disiplin, teliti, dan tekun dalam suatu kegiatan.

Adapun pembinaan penyuluh agama dalam peningkatan akhlakul karima

narapidana dalam pembelajaran keprotokoleran di Rutan kelas II b Watansoppeng

terdapat beberapa teknik pelaksanaan acara ada 4 pola pembinaan yaitu : 1. Suara dan

cara/teknik berbicara 2. bahasa Indonesia/lisan 3. Bahasa tubuh 4. Penampilan.

Setiap orang memiliki karakteristik suara yang berbeda yang mana suara

tersebut memiliki beberapa jenis suara yaitu : sopran (suara tinggi wanita), alto (suara
7

rendah wanita), tenor (suara tinggi pria) dan bass (suara rendah pria). Selain itu suara

juga dapat digolongkan berdasarkan kwalitas pembentukan suara: - Ernest Monotone

(suara yan senada,kesannya datar) - Olive Oil (suara yang mencicit licin) - Mack the

Knife (suara yang kuat keras dan tajam) – Unforgetable (suara yangmemiliki ciri khas

tersendiri, unik) - Wee Georgie Wood (suara yang cempreng, tinggi melengking).

Teknik Berbicara Pada saat MC berbicara ada beberapa hal yang harus di perhatikan

untuk menghasilkan cara berbicara yang baik dalam memadu sebuah acara yaitu:

Intonasi (tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata-

kata tertentu di dalam kalimat), artikulasi (pengucapan kata), stressing dan phrasing.

Bahasa Indonesia adalah media komunikasi lisan maupun tulisan. Dalam

dunia MC khususnya untuk acara-acara resmi sedapat mungkin dialek tidak muncul.

Dalam berbicara, kecuali acara yang menonjolkan kedaerahan. Bahasa yang dipakai

hendaknya benar, sopan dan komunikatif. Untuk menunjukan kesopanan dalam

berbicara apalagi pada saat acara resmi. Terutama untuk meniadakan semua kata-kata

instruksional, kita perhatikan Contoh berikut : Seyogyanya hadirin tidak merokok

pada saat acara sedang berlangsung, untuk menggantikan “Hadirin dilarang merokok

pada saat acara berlangsung” Hadirin sebaiknya anda melalui pintu sebelah kanan

saya untuk menuji ruang makan, untuk mengantikan “Hadirin untuk menuju ruang

makan anda harus melewati pintu sebelah kanan saya”.

Bahasa Tubuh Sebagaimana bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan

penting, demikian juga bahasa tubuh. Sesuai dengan karakteristik acara, gerak tubuh

MC juga memiliki perbedaan yang nyata misalnya : ~ Acara Resmi : Tempat sudah di
8

tentukan, gerakan tangan sangat terbatas tidak boleh lebih tinggi dari bahu. ~ Acara

Seni Hiburan : Di atas stage (panggung) dan mempunyai keleluasan gerak, gerak

tangan lebih bebas spontann , mengekspresiksntujuann disesuaikan dengan

karakteristik acara. Sikap tubuh adalah cerminnan dari perilaku keseharian yang

sebaiknya sesuai denganetiket dan estetika: ~ Duduk : Tubuh tegek, bahu rileks,

tangan diatas pangkuan. Untuk wanita Kaki tertumpang rapi atau rapat terarah. ~

Berdiri : Untuk wanita membentuk sudut 45 derajat. Sikap tubuh tegak, dada tegap,

bahu rileks. Untuk Pria kaki sedikit terbuka ~ Berjalan : Tubuh tegak, bahu relaks,

langkah mantap.

Performance (penampilan) Yang dimaksud dengan performance pada

pelaksanaan kerja MC meliputi tata busana dan tat arias. Acara Resmi: Busana

Wanita :Seragam kantor, two pieces atau three pieces dengan blazer Pria: Seragam

kantor safari atau setelan jas 6 Make Up : Natural Look. Acara Peresmian : ~

Busana Wanita : Busana daerah atau busana nasional Pria : Busana daerah atau batik

~ Make Up Lengkap tidak mencolok pada pagi hari Acara Semi Hiburan : ~ Busana

Wanita: Bebas rapi, cocktail dress (campuran), jika ada hubungan dengan Agama

muslim berbusaan muslim Pria: Bebas rapi batik. ~ Make Up Lengkap Acara Hiburan

: Acara hiburan ada kalanya diselengarakan secara sederhana. Busana MC bebas rapi

seperti pada acara semi hibura, atau menyesuaikan dengan keadaan atau Dress

Codenya dari aturan dn teknik-teknik tersebut dapat membentuk sikap dan prilaku

narapidana dalam bertindak.


9

Kiat tampil memikat Agar kita bisa tampil memikat dengan penampilan yang

berwarna, aktatif dan professional maka ada beberapa kiat yang harus kita perhatikan

dan lakukan yaitu : 1. Uraikan singkatan dalam Pembukaan, mis KNPI diuraikan. 2.

Eye Contact (kontak mata) 3. Opening Touch (dapat berupa lelucon pertanyaan atau

pertanyaan yang controversial) 4. Emotional Content (dengan cara : mempertegas

kata, mengulang kata, menunda kata / memperpanjang kata). Etika MC 1. MC tidak

harus membacakan susunan acara kecuali untuk acara resmi 2. seusai pejabat

memberikan sambutanpada acara resmi, MC tidak perlu memberikan ucapan terima

kasih, komentar atau tanggapan 3. bila mempersilakan pejabatmemberikan

sambutan,sebaiknya MC bergerak meninggalkan mike atau pada saat yang sama

ketika pejabat meninggalkan mike 4. jangan memulai acara berikutnya, sebelum

pejabat yang barusaja selesai memberikan sambutan tiba di tempat duduknya. 5.

apabila acara tersebut banyak melibatkan banyak wartawan, fotografer dan

kameramen sehingga kelihatan mengganggu jalannya acara, secara formal beri

kesempatan kepada mereka untuk mengambil dan segera akhiri denagn cara yang

sama. 6. Untuk catatan- catatan MC gunakan kertas yang terpotong rapi dengan

catatan yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi 7. Jangan

memukul,meniup atau selalu mengerak-gerakan mike sebelum dan pada saat

berbicara. Untuk diingat ! Kepekaan menyerap suasana dan menghayati suatu acara

merupakan kunci sukses MC/PA.


10

B. Faktor-Faktor Yang Menghambat dan Mendukung Peningkatan Dalam


Pembelajaran Keprotokoleran

1. Faktor Yang Mendukung

Seseorang yang telah menggeluti bidang ini atau akan diarahkan / dibina serta

yang berkeinginan menjadi Pembawa Acara yang qualifed /professional

(berpengalaman) dilandasi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pembawaan Kelahiran

Pembawaan kelahiran atau warisan biologis disebut juga “watak”. Watak

adalah bagian dari kepribadian seseorang. Watak itu sesuatu dari keseluruhan sifat-

sifat atau cirri-ciri dan dorongan-dorongan yang telah ditentukan. Bapak Ki Hajar

Dewantara menyatakan : “Watak terjadi karena perkembangan dasar yang telah

terkena pengaruh ajar yang dinamakan dasar yaitu bekal hidup atau bakat dari alam

sebelum lahir yang sudah menjadi satu dengan kodrat hidupnya anak, sedangkan

yang disebut ajar yatiu segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam

kandungan ibu hingga akil baligh yang bisa mewujudkan intelligible yakni tabi’at

sedangkan tabi’at merupakan bagian dari kepribadian. Jadi watakpun merupakan

bagian dari kepribadian. Watak manusia yang menjadi pembawaan seseorang yang

langsung dipengaruhi oleh warisan pembawaan kelahiran ada tiga macam, yaitu :

Perangai, Iteligensi, dan Bakat.

2. Perangai

Perangai seseorang terbagi dalam empat klasifikasi, yaitu :

1) Sanguinis : Optimis, Gembira, giat.

2) Phlegmatis : Berperangai dingin /lesu


11

3) Choleris : Lekas marah

4) Melancholis : Pesimis dan sayu

Perangai masih belum meliputi seluruh tabi’at / watak manusia malahan jauh

daripada itu. Perangai tidak menentukan sifat-sifat seseorang seperti : sifat Altruis

(ingat kepada orang lain), Sifat Egois (mementingkan diri sendiri).

3. Inteligensi Kemampuan

Inteligensi ini ada hubungannya dengan warisan biologis yang menjadi

pembawaan seseorang, hal ini nyata sekali kalau diperhatikan ada anak yang

dilahirkan selalu demikian, malahan dengan potensinya untuk menjadi inteligensi.

Inteligensi ini adalah merupakan potensi umum. Ini merupakan perkembangan yang

lurus kepada perwujudan inteligensi. Secara alamiah dapat ditemukan beberapa

kenyataan, yaitu : pada orang yang berjiwa pandir sering dijumpai sifat-sifat yang

baik seperti kejujuran, kesetiaan dan kemurahan hati, sedangkan pada orang yang

amat inteligensi kadang-kadang dapat dilihat sifat-sifat yang jelek yaitu menyimpang

dari kaidah-kaidah kesulitan.

4. Bakat

Bakat ada hubungannya dengan warisan biologis, hal ini dapat dilihat dengan

jelas pada anak-anak yang berbakat. Bakat memerlukan perkembangan, misalnya

dengan pendidikan, latihan dan belajar. Bakat merupakan unsur kepribadian atau

watak seseorang yang penting, lain halnya dengan perangai dan iteligensi.

Dari uraian tentang perangai, inteligensi dan bakat maka watak dapat

disimpulkan yaitu merupakan keseluruhan sifat-sifat seseorang tidak lepas dari

situasi, kondisi dan lingkungan sekelilingnya.


12

5. Ilmu Pengetahuan / knowledge

Seseorang pembawa acara harus memiliki dasar pendidikan khusus maupun

umum. Hal itu dapat diperoleh dengan mengikuti kursus-kursus, membaca Koran /

majalah, melihat siaran televisi /radio khususnya siaran berita dan lain sebagainya

agar baginya memiliki suatu kemampuan oleh karena tanpa itu maka amat sukar

menjadi pembawa acara yang baik dan benar serta sebutan istilah baik di dalam

pemerintahan maupun sosial kemasyarakatan merupakan tolok ukur ilmu

pengetahuan, karena sesutau yang diucapkan pembawa acara, langsung mengenai

harkat, derajat dan martabat seseorang.

6. Penampilan / Appearance

Penampilan bagi pembawa acara adalah harus dapat menciptakan kepercayaan

bagi hadirin terhadap dirinya. Faktor yang harus diperhatikan oleh pembawa acara

dalam hal penampilan adalah make up, penggunaan pakaian, gaya dan pengucapan.

Di bawah ini uraian tentang hal tersebut sebagai berikut :

a. Make Up. Dalam menggunakan make up kita harus dapat menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada, malam, siang dan pagi.

b. Pakaian. Kita harus dapat menyesuaikan diri dalam acara mengenakan

pakaian, resmi / tidak resmi, warna pakaian, suasana pagi, siang dan malam.

Artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
13

c. Gaya adalah suatu bentuk gerakan bagi si pembawa acara dalam posisi

berdiri, berjalan, diam, berbicara. Bila kita bersemangat tentu pendengar juga

semangat, dan ini diukur dari volume suara yang akan menumbuhkan daya

tarik si pendengar. Berusahalah untuk menyesuaikan diri dengan audiens

karena pembawa acara merupakan show window / tempat mempertontonkan

contoh.

7. Pengucapan /Pronounciation

Pengucapan / penyampaian ide adalah merupakan teknik membawa /

menyampaikan suatu aspirasi / ide yang di dalamnya harus di lukiskan dalam bentuk

inspirasi, hakikat membentuk pola intonasi adalah untuk menonjolkan sesuatu yang

dipandang lebih penting dari pada bagian lain. Juga diperlukan kemahiran dalam

penggunaan bahasa, teknik, gaya pembawaan yang baik bebas dari logat daerah yang

memiliki gaya persuasif (meyakinkan dalam membawakannya).

8. Faktor suara

Volume suara dalam membawakan acara, berpidato dan berbicara santai amat

berbeda, adapun faktor suara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

a. Suara dikumandangkan jelas dan mengandung arti bagi si pendengar.

b. Suara yang dikumandangkan harus dapat menciptakan suasana yang

menyenangkan.

c. Suara yang dikumandangkan mampu menjiwai isi yang diutarakan dan lebih

daripada itu dapat dijiwai oleh pembawa acara.


14

d. Volume suara yang dikumandangkan amat tergantung dari isi.Pembawa acara

harus pandai mengatur jarak antara mulut dan microphone dan dapat dilakukan

dari berbagai jarak / arah.

9. Konsentrasi

Seorang pembawa acara pada saat bertugas hendaknya konsentrasi betul-betul

diterapkan dalam dirinya dan prinsip pemusatan pikiran di mana dia saat ini, apa yang

akan diucapkan kelak, apa yang terjadi setelah pengucapan itu dan mengetahui

bagaimana akhir perbuatannya itu. Konsentrasi juga akan membentuk rasa tanggung

jawab yang tinggi, hindarkan senda gurau yang tidak berarti karena hal itu akan

merusak konsentrasi.

10. Koordinasi

Koordinasi ini dilakukan dengan pemeran lainnya seperti bagian peralatan,

konsumsi, penerima tamu, pelaku dan personal lain yang merupakan patner pembawa

acara untuk menciptakan suksesnya acara. Koordinasi di dalam gerakannya terdapat

empat sekotr yaitu :

a. Reporting ( dari bawahan kepada atasan).

b. Konsultasi (antara sesama).

c. Intruksi (dari atasan kepada bawahan).

d. Terinformasi ( smua pihak).

11. Disiplin
15

Disiplin dalam pengertian khususnya adalah tertib dan taat, dan mempunyai

pengembangan yaitu :

a. Tentang kehadiran (jam J-1)

b. Tentang ketaatan dalam membawa acara yang telah disusun dan disahkan.

c. Tentang hierarkhis kepada siapa ia bertanggung jawab dan tata atas perintah,

karena bila semua orang dapat mengomandonya maka acara yang telah disusun

dan disahkan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

d. Berpakaian harus tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Faktor pendukung adalah faktor yang memberi pengaruh positif tehadap

jalannya upaya LAPAS dalam pembinaan keterampilan bagi narapidana. Faktor-

faktor tersebut terdiri dari :

Situasi LAPAS yang kondusif disini diartikan dalam pembinaan yang

dilakukan dengan kekluargaan dan adanya rasa kebersamaan antar narapidana serta

belum pernah adanya pertikaian antar narapidana. Situasi ini merupakan faktor yang

memberikan dampak positif terhadap upaya LAPAS dalam pembinaan keterampilan

bagi narapidana. Situasi yang kondusif membuat narapidana merasa senang dalam

mengikuti setiap pembinaan maka mereka termotivasi untuk mengikuti setiap

pembinaan yang ada dan akhirnya narapidana. Untuk pembinaan secara bottom up

approach menjadi faktor yang mendukung karena dengan mengetahui bakat dan

minat narapidana maka LAPAS dapat menerapkan pembinaan secara tepat. Hal

tersebut berarti LAPAS memenuhi harapan yang dimiliki oleh narapidana sebagai

warga binaan dan masyarakat umum bahwa LAPAS dapat mendidik narapidana

menjadi manusia yan lebih baik.


16

Dalam hal ini petugas LAPAS mengarahkan narapidana dalam pembinaan

keterampilan yang diminati agar ketika mengikuti ketrampilan tersebut dapat berjalan

lancar dan dapat cepat untuk menguasai keterampilan yang diikuti. Dalam melakukan

pembinaan faktor sarana dan prasarana yang memadai sangat mendukung tercapainya

tujuan dari pembinaan ketrampilan yang ada.

Lembaga Pemasyarakatan sarana dan prasarana sudah cukup memadai untuk

membantu kelancaran pembinaan keterampilan yang ada. Dalam melakukan

pembinaan untuk narapidana jelas berbeda dengan yang ada di sekolahan. Sehingga

di Lembaga Pemasyarakatan menerapkan pembinaan dengan cara kekeluargaan yang

diharapkan mampu memotivasi narapidana untuk memahami pembinaan yang diikuti.

Kekeluargaan di sini diartikan sebagai cara membina narapidana yang dilakukan

dengan lebih mendalam dan tidak membeda-bedakan narapidana satu dengan yang

lain, serta kedekatan petugas dengan narapidana sebagai upaya untuk mengetahui

suasana hati masing-masing narapidana sehingga dalam proses pembinaan dapat

berjalan lancar. Seperti yang kita ketahui bahwa narapidana merupakan orang yang

terenggut kebebasannya sehingga perlu pendekatan yang lebih mendalam agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena perasaan narapidana sangat sensitif akan

hal yang kecil sekalipun.

2. Faktor yang menghambat

Karena menjadi seorang MC itu tidaklah mudah maka ada beebrapa syarat

mutlak yang harus dimiliki oleh seorang MC, adapun faktor penghambat yaitu : 1.
17

Pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pengetahuan yang banyak akan

diperoleh dengan banyak membaca buku dengan berbagai disiplin ilmu, menonton

TV, mendengar radio dan hal lain sedangkan pengalaman akan diperoleh dengan

meningkatkan jam terbang memadu acara serta latihan yang sungguh-sungguh. 2.

Kecerdasan yang rendah, Kwlifikasi pendidikan seseorang bukan hal utama separti

halnya pengetahuan dan pengalaman. Karena bukan pendidikan formal yang menjadi

penentu keberhasilan 2 kerja seorang MC, tetapi kecerdasan. MC yang cerdas adalah

MC yang tau persis pada apa yang dikatakannya,sanggup dan cepat mengambil

keputusan, membuat pesan dengan jelas, singkat, tenang bila terjadi hal-hal yang

mendadak di luar scenario. 3. Tidak Antuasiasme, Seorang MC tidak mungkin

menjalankan aktifitasnya tanpa antusiasme, sebab tanpa itu hampir dapat dipastikan

bahwa dia akan gagal menjalankan perannya. Antusias akan mencermin kesungguhan

MC dalam memadu sebuah acara. Namun demkian jangan menempatkan antusiasme

pada kesempatan yang salah. 4. Kemampuan Berkerjasama Pada pelaksanaa kerjanya

masih minim, seorang MC tidak dapat berkerja seorang diri.Selalu ada pikak lain

yang menunjang penampilan MC, seperti protocol, stege manager, soundman,

linghtingman, dsb. Karena itu dibutuhkan kemampuan bekerjasama dan pengertian

yang baik di antara sesame petugas.

BAB III

PENUTUP
18

A. Kesimpulan

Adapun pembinaan penyuluh agama dalam peningkatan akhlakul karima

narapidana dalam pembelajaran keprotokoleran di Rutan kelas II b Watansoppeng

adengan teknik pelaksanaan acara ada 4 pola pembinaan yaitu : 1. Suara dan

cara/teknik berbicara 2. bahasa Indonesia/lisan 3. Bahasa tubuh 4. Penampilan Suara

Setiap orang memiliki karakteristik suara yang berbeda.

Adapun faktor pendukung adalah pembawaan kelahiran , perangai, inteligensi

kemampuan, bakat, ilmu pengetahuan / knowledge, penampilan / appearance,

pengucapan /pronounciation, faktor suara, konsentrasi, koordinasi dan disiplin.

Sedangkan faktor penghambat yaitu: pengetahuan dan pengalaman yang terbatas,

kecerdasan yang rendah, tidak antuasiasm, kemampuan berkerjasama pada

pelaksanaa kerjanya masih minim.

B. Saran

Pada dasarnya upaya-upaya yang dilakukan kepada narapidana untuk

memberikan pegalaman belajar tentang keprotokoleran yang menantang dan

sekaligus menyenangkan. Narapidana diharapkan terbiasa mempraktekkan dalam

lingkungan sehari-hari. Diharapkan dengan dilakukannya berbagai pembenahan ,

proses pembelajaran dapat lebih berkualitas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi (skema teori dan terapan). Jakarta : PT. Bumi Aksara
19

Berry, David. 2003. Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT. Rajawali
Grafindo

Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Harsono Hs, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan

Mangunhardjana, AM. 1991. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius

Miles, Mattew B dan Huberman, Michael A. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta :
University Indonesia- PRESS

Panjaitan, Petrus I. 1995. Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem


Peradilan Pidana. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem


Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty

Polama, M. Margaret. 1999. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai