Anda di halaman 1dari 22

Hubungan Gizi Dengan Kesehatan Reproduksi

1. Prinsip gizi pada ibu hamil


2. Gizi ibu hamil dengan gangguannya

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tentang hubungan diit ibu hamil dengan kostipasi
2. Menjelaskan tentang prinsip diit ibu hamil dengan diabetes mellitus
3. Menjelaskan tentang prinsip diit ibu hamil dengan anemia
4. Menjelaskan tentang prinsip diit ibu hanil denga obesitas

1
PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi pada wanita hamil merupakan pengetahuan mengenai
kesehatan seluruh organ reproduksi dengan tujuan menjaga kesehatan sebelum
selama dan sesudah persalinan. Kesehatan reproduksi tidak hanya mengenai
keadaan tubuh yang sehat dan bebas penyakit, namun bagaimana wanita hamil juga
memahami apa yang terjadi pada seluruh organ reproduksi tubuhnya selama
kehamilan. Kesehatan reproduksi juga dibutuhkan agar ibu hamil memahami apa
yang seharusnya dilakukan jika sesuatu yang buruk terjadi pada kehamilannya.
Kesehatan reproduksi pada wanita hamil harus senantiasa diperhatikan, perawatan
bagian luar vagina setelah buang air sangat perlu diperhatikan. Gunakan air yang
bersih dari arah depan ke arah belakang, bukan sebaliknya. Perawatan kesehatan
reproduksi juga dapat dilakukan dengan selalu mengenakan pakaian dalam yang
bersih dan menggantinya dua kali sehari. Usahakan bagian genital tetap kering agar
tidak bakteri dan jamur tidak berkembang biak di area tersebut. Kesehatan
reproduksi harus selalu dijaga baik saat hamil maupun tidak.
Kesehatan reproduksi juga dapat dijaga melalui pola diet dan jenis makanan yang
dikonsumsi ibu hamil. Hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung
pengawet serta zat aditif lainnya untuk menjaga kesehatan reproduksi selama
kehamilan serta menjaga kesehatan janin. Pilih camilan yang sehat, usahakan
banyak makan sayur-sayuran, buah-buahan serta kacang-kacangan. Jika ibu hamil
merasa ada yang tidak beres dengan kesehatan reproduksi selama kehamilannya,
sebaiknya segera mencari nasehat medis. Deteksi dini akan berbagai gejala
kesehatan yang mungkin timbul selama kehamilan dapat segera mengatasi
masalahnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Kesehatan reproduksi selama kehamilan dipengaruhi oleh banyak keadaan medis.
Beberapa keadaan medis yang cukup mempengaruhi kesehatan reproduksi ibu
hamil antara lain malnutrisi, anemia, diabetes, gangguan kelenjar tiroid serta
masalah anatomi tubuh ibu. Menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat sangat
membantu dalam kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Menjaga berat badan
selama kehamilan juga sangat penting. Kenaikan berat badan selama kehamilan

2
harus diusahakan stabil dan tidak drastic. Untuk itu, menjaga pola diet sangatlah
penting untuk diperhatikan oleh ibu hamil. Kenaikan berat yang drastic memicu
berbagai kendala pada sat persalinan nanti.
Untuk menjaga kesehatan reproduksi, salah satu yang harus dilakukan adalah
berhenti merokok dan menghindari asap rokok. Merokok sangat mempengaruhi
kesehatan reproduksi baik wanita maupun pria karena asap rokok dapat menyumbat
pembuluh darah dan memicu terjadinya vasospasme. Bagi pria, kedua hal tersebut
dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Sedangkan pada ibu hamil, penyumbatan
arteri dapat membahayakan janin. Oleh karena itu, selama kehamilan dengan
meminta suami untuk berhenti merokok. Suami yang baik akan bersedia
melakukannya demi kesehatan istri dan anaknya serta dirinya sendiri. Hindari juga
alkohol karena dapat mengganggu kesehatan tubuh dan merusak kesehatan
reproduksi secara khusus.

PRINSIP-PRINSIP DIIT PADA IBU HAMIL

1. Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Konstipasi

3
Konstipasi dapat diartikan sebagai kelambatan perlintasan sisa makanan karena
penumpukan feses yang keras dan kering dengan disertai defekasi yang neyri,
distensi abdomen serta massa yang dapat diraba (skibala). Konstipasi dapat
menimbulkan gelaja lain seperti sakit kepala, nyeri abdomen dan selera makan
terganggu.
Kelambatan motalitas usus dapat menimbulkan masalah pada berbagai stadium
kehamilan dan kelahiran anak. Selama periode antenatal, banyak ibu hamil
mengalami konstipasi atau sembelit dan jika tidak diatasi keadaan ini dapat
mempengaruhi proses persalinan yang normal karena menghalangi jalan lahir.
Konstipasi pada kehamilan disebabkan oleh berbagai hal seperti peningkatan kadar
hormone progesterone, penurunan hormone motilin oleh dinding usus, peningkatan
enteroglukagon yang diproduksi oleh dinding usus, yang menimbulkan relaksasi
otot polos usus sehingga motilitas usus menurun, tablet zat besi yang dikonsumsi
selama kehamilan, berkurangnya atau berubahanya asupan makanan dan cairan,
berkurangnya olahraga dan aktivitas fisik dan penekalan di daerah perut akibat
pembesaran rahim terutama pada trimester tiga kehamilan. Ibuhamil dengan
konstipasi harus megatur pola diet dan aktivitasnya agar konstipasi tidak berlanjut.
Tujuan diet pada konstipasi yaitu merangsang peristaltic usus agar defekasi dapat
normal kembali. Oleh karena itu diet pada ibu hamil harus mengandung sejumlah
serat agar dapat merangsang peristaltic usus. Selain itu ibu hamil cukup
mengonsumsi cairan dan olahraga ringan secara teratur. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada diet ibu hamil dengan konstipasi adalah sebagai berikut:
· Makanan yang dimakan harus berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buhan,
20-60 gram/hari serat dalam makanan
· Makanan cukup kalori dan protein sesuai kebutuhan ibu hamil.
· Tinggi vitamin terutama vitamin B komplek dan mineral untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna
· Nilai gizi 2296 kalori dengan 83 gram protein, lemak 60 gram dan karbohidrat
363 gram (disesuaikan dengan kebutuhan ibu Hamill)
· Minum yang cukup 6-8 gelas per hari atau 2-2,5 liter/hari
· Minum sebelum makan dapat merangsang peristaltic usus.

4
2. Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Diabetes
Mellitus
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolism yang kronis dan terjadi karena
defisiensi insulin atau resistensi insulin, ditandai dengan tingginya kadar glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urin (glikosuria).
Diabetes disebabkan oleh ketidakadekuatannya pembentukan dan penggunaan
insulin, suatu hormone esensial, yang secara normal dihasilkan oleh sel-sel beta
Langerhans di pancreas. Salah satu fungsi insulin adalah memudahkan glukosa
berpindah ke dalam sel-sel jaringan. Tanpa insulin yang adekuat, glukosa tidak
dapat memasuki sel-sel untuk digunakan sebagai sumber energy, akibatnya tubuh
menggunakan lemak dan protein untuk sumber energy, dampaknya terjadi
keseimbangan nitrogen negative dan ketosis.
Tingginya kadar glukosa darah menarik air dari sel-sel ke dalam darah,
menyebabkan dehidrasi seluler. Glukosa dikeluarkan ke dalam urin yang
meningkatkan tekanan osmotic dan mencegah reabsorpsi air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan dehidrasi ekstraseluler. Sebagai akibat terjadi empat tanda dan gejala
cardinal diabetes mellitus, seperti, polyuria, polidipsi, penurunan berat badan dan
polifagia.
Diabetes kehamilan (diabetes gestasional) terjadi bila simpanan insulin ibu tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan ekstra pada kehamilan. Meskipun tanpa gejala,
diabetes gestasional harus ditemukan agar dapat dilakukan pengendalian kadar
glukosa. Bila tidak, akan menimbulkan dampak baik pada ibu maupun pada janin.
Dampak diabetes gestasional pada janin seperti, makrosomia neonatal yang
meningkatkan resiko distosia bahu dan cedera pleksus brakialis, malformasi
neonatal (defek pada jantung dan tuba neuralis), kelambatan produksi surfaktan dan
meningkatkan resiko terjadinya sindrom gawat napas, hipoglikemia neonatal dan
polisitemia sehingga terdapat kadar bilirubin yang berlebihan pada neonates.
Sedangkan dampak pada ibu seperti, potensial preeclampsia, potensial vaginitis,
kerusakan mikrovaskuler akan memperlihatkan insufisiensi plasenta serta
pertumbuhan janin yang buruk dan bukan makrosomia.

5
Pengaruh diabetes gestasional cukup serius terhadap janin dan ibu hamil membuat
sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa semua ibu hamil harus menjalani
skrining untuk menemukan diabetes gestasional melalui pemeriksaan kadar glukosa
plasma atau tes toleransi glukosa.
Ibu hamil dengan diabetes membutuhkan pengawasan medis dan kebidanan yang
berkelanjutan selama kehamilan. Oleh karena itu kunjungan prenatal dijadwalkan
setiap 1 sampai 2 minggu selama 32 minggu, kemudian setiap minggu sampai
melahirkan. Peraturan diet pada ibu hamil perlu diperhatikan, agar kadar glukosa
senantiasa dapat dikendalikan sehingga ibu dapat menyelesaikan kehamilannya
dengan aman.
Diet yang dianjurkan pada ibu hamil dengan diabetes mellitus adalah 30 sampai 35
kalori per kg berat badan, 150 sampai 200 g karbohidrat, 125 g protein, 60 sampai
80 g lemak, dan kemungkinan natrium dibatasi. Ibu hamil tidak bertambah berat
badannya lebih dari 1,3 sampai 1,6 kg per bulan. Disarankan untuk memastikan
asupan kalsium dan vitamin D yang adekuat mengingat konsentrasi kedua nutrient
ini lebih rendah pada ibu hamil dengan diabetes dan bayinya.
Menurut Tjokroprawiro A. (1998), pemberian diet pada penderita diabetes mellitus
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Diet DM harus mengarahkan berat badan penderita ke berat badan normal,
mempertahankan glukosa darah normal, dapat memberikan modifikasi diet sesuai
keadaan penderita (makanan menarik)
b. Diet diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makan antara
(snacks) dengan interval 3 jam.
c. Buah-buahan yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis misalnya
papaya, pisang, apel, tomat, semangka dan kedondong.
d. Dalam melaksanakan diet sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu,
jumlah, jadwal, jenis, artinya:
· J1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis
· J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya
· J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari

6
3. Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
Anemia atau kekurangan darah adalah suatu keadaan kronis, ketika kadar
hemoglobin atau jumlah eritrosit berkurang. Seseorang dianggap menderita anemia
bila kadar Hb < 13 g/dl pada pria atau < 12 g/dl pada wanita. Sedangkan pada ibu
hamil anemia bila kadar Hb turun dibawah 11 g/dl.
Di Indonesia anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga
dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Selain karena kekurangan zat besi dalam
darah, anemia dapat pula terjadi karena kombinasi kekurangan besi, asam folat,
vitamin B12. Oleh karena itu konsumsi vitamin B12 dan asam folat tercukupi
selama kehamilan. Gejala anemia berupa wajah dan kuku pucat, rasa letih, lesu, jari
kaki tangan dingin, palpitasi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb per
eritrosit di bawah normal (hipokrom) dengan eritrosit yang kecil (mikrositer).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus dicegah, atau jika sudah terjadi anemia harus
segera diobati mengingat dampak anemia sangat berbahay baik bagi ibu maupun
bagi janin yang dikandungnya. Anemia pada ibu hamil akan mempertinggi resiko
BBLR pada bayi, kelahiran premature, hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak. Resiko morbiditas dan mortalitas meningkat. Oleh karena
itu diet pada ibu hamil harus pula memperhatikan kecukupan zat besi.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada prinsip diet ibu hamil dengan anemia:
· Ibu hamil harus mengonsumsi sejumlah tablet zat besi sesuai dengan anjuran
selama kehamilan yang dimulai pada trimester II dan III.
· Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur,
kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah.
· Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C, karena vitamin C
meningkatkan penyerapan zat besi.
· Menghindari minum teh atau kopi pada waktu makan.
· Menghindari makanan yang mengandung EDTA (mentega, kerang kalengan,
bumbu salad) karena dapat mengurangi tersedianya zat besi non-heme sebesar 50%.
· Memasak dengan menggunakan panci besi.

7
· Hindari factor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi seperti fitat,
zat yang terdapat dalam gandum.
· Konsumsi pula bahan makanan yang banyak mengandung asam folat dan
vitamin B12, karena anemia dapat terjadi karena kombinasi kekurangan zat besi
asam folat dan vitamin B12.

4. Prinsip Diet Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas


Obesitas atau kegemukan merupakan kondisi dimana berat badan melebihi normal.
Seseorang dikatakan obesitas apabila relative body weight (RBW) lebih dari 120%
atau indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dari 27.
Ibu hamil dengan obesitas atau kegemukan harus mendapat perhatian baik selama
masa kehamilan, persalinan maupun setelah persalinan. Hal ini dikarenakan
obesitas berdampak negative terhadap ibu dan janin yang dikandungnya,baik saat
hamil, persalinan maupun setelah persalinan.
a. Terhadap Ibu
Ibu beresiko mengalami hipertensi kronis, karena obesitas menyebabkan beban
jantung menjadi sangat berat. Ibu beresiko mengalami diabetes gestasional. Hal ini
karena pada obesitas, produksi hormone insulin meningkat akibat meningkatnya
tahanan terhadap kerja hormone insulin. Insulin kesulitasn meningkat akibat
meningkatnya tahanan terhadap kerja hormone insulin. Insulin kesulitan
memasukan glukosa ke sel sehingga diperlukan insulin yang lebih banyak lagi.
Akan tetapi meskipun demikian kadar glukosa darah tetap tinggo. Selain itu
hormone kehamilan beta human chorion gonadotropin (HCG) akan mengubah
sebagian besar lemak tubuh menjadi glukosa. Jadi dapat dibayangkan jumlah gula
yang menumpuk akibat banyaknya lemak.

b. Ancaman Terhadap Janin


Kecenderungan diabetes gestasional pada ibu hamil akibat kegemukan, dapat
mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomi) dengan berat badan lahir
4000-5000 gram atau bayi lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu di bawah
2000-2500 gram. Ini dikarenakan pembuluh darah yang menyempit akibat
timbunan lemak, membuat pasokan nutrisi ke janin berkurang sehingga bayi tidak

8
dapat berkembang optimal. Resiko lain bayi mengalami hipoksia karena plasenta
sebagai penyuplai oksigen menyempit karena tumpukan lemak, akibatnya suplai
oksigen ke sel otak janin berkurang. Keadaan ini berdampak terhadap berkurangnya
kecerdasan anak.
c. Komplikasi Setelah Persalinan
Proses sesar pada ibu dengan obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya
perrdarahan. Hal ini karena proses pembekuan darah pada ibu hamil kurang
berfungsi optimal. Bekuan darah yang berguna untuk mengurangi bahkan
menghentikan darah terganggu akibat kondisi pembuluh darah tidak ideal, baik
karena penumpukan lemak atau timbunan kolesterol.
Pembatasan jumlah kalori pada ibu hamil dengan obesitas masih menjadi
kontroversi, karena satu sisi janin membutuhkan nutrisi lebih. Dikhawatirkan
pengurangan kalori dapat menyebabkan janin terganggu. Sementara di sisi lain
asupan kalori yang tidak dibatasi akan membahayakan ibu. Oleh karena itu prinsip
diet pada ibu hamil dengan obesitas harus memperhatikan hal-hal berikut:
· Tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang.
· Hindari makanan pemicu gula darah tinggi seperti makanan yang manis,
makanan berlemak, gorengan, dan makanan tinggi kolesterol.
· Perbanyak makanan berserat dan buah-buahan segar karena dapat
mempertahankan rasa kenyang lebih lama dan dapat mengurangi kadar kolesterol
· Bagi yang menderita tekanan darah tinggi, batasi konsumsi makanan yang
mengandung garam.
· Lakukan olahraga ringan secara teratur, yang dianjurkan adalah jalan kaki di
pagi hari, karena dapat membuat kondisi ibu sehat, selain itu turut membakar
kolesterol dan lemak tubuh. Olahraga berat seperti jogging tidak dianjurkan, karena
penghancuran lemak terlalu drastic dapat mengakibatkan keton lemak meracuni
tubuh.
· Penambahan berat badan hingga masa akhir kehamilan disarankan hanya
terjadi penambahan sebanyak 6 kg.

9
· Berkonsultasi teratur dengan dokter kandungan. Dengan mengikuti
serangkaian pemeriksaan dan aktivitas yang disarankan dokter, kehamilan dan
persalinan dapat berlangsung lancer.
· Untuk wanita yang belum hamil disarankan mengatur berat badannya supaya
tidak berlebihan, bila perlu mencapai berat badan ideal. Memang kenaikan berat
badan pada trimester pertama relative sedikit, akan tetapi pada trimester kedua dan
ketiga kenaikan berat badan cukup pesat.

Referensi
1. Sibagariang, Eva. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV.
Trans Info Media
2. Banudi, La. 2012. Gizi Kesehatan Reproduksi : buku saku bidan. Jakarta:
EGC
3. Fairus, Martini. 2010. Gizi & Kesehatan Reproduksi: buku saku. Jakarta:
EGC

10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Moneter dalam banyak buku teks ekonomi didefinisikan sebagai uang. Oleh
karena itu fokus utama pembahasan dalam kebijakan moneter adalah mengenai
peranan uang dalam perekonomian, baik mengenai teori-teori tentang uang,
pengelolaan, kebijakan, instrumen maupun institusi yang menjadikan uang sebagai
objek aktifitasnya.
Peranan Uang Dalam Perekonomian Uang, merupakan materi yang sangat
berharga dan sangat ‘diagungkan’ di dunia. Perekonomian modern tidak dapat
dipisahkan dengan pentingnya uang. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, tanpa
uang, perekonomian tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Secara
sederhana uang didefinisikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat
bantu dalam pertukaran. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh
undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika
ada aturan atau hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan
sebagai alat tukar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan signifikansi uang dalam ekonomi islam ?
2. Menjelaskan tentang fungsi uang
3. Menjelaskan analisis terhadap uang dalam ekonomi islam dan
konvensional

C. Tujuan
1. Mengetahui signifikasi uang dalam ekonomi islam.
2. Mengetahui fungsi uang.
3. Mengetahui analisis uang dalam ekonomi islam dan konvensional.

11
BAB II
PEMBAHASAN

A. Signifikansi Uang Dalam Ekonomi Islam


Firman Allah SWT: Artinya : “…… orang-orang yang menyimpan emas
dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS.9/ At-Taubah: 34)
Dalam masyarakat yang maju, dikenal alat pertukaran dan satuan pengukur
nilai untuk melakukan sebuah transaksi. Islam telah mengenal alat pertukaran dan
pengukur nilai tersebut, bahkan Al Quran secara eksplisit menyatakan alat
pengukur nilai tersebut berupa emas dan perak dalam berbagai ayat. Para fuqaha
menafsirkan emas dan perak tersebut sebagai uang dinar dan dirham.Dalam sejarah
perekonomian Islam, uang sebagai alat pertukaran dan pengukur nilai tersebut,
telah dicetak sejak zaman Khalifah Umar dan Utsman, bahkan mata uang yang
dicetak pada masa Khalifah Ali masih tersimpan dalam sebuah museum di Paris.
Hal ini menunjukkan bahwa dunia Islam telah mengenal mata uang jauh sebelum
Adam Smith, Bapak Ekonomi Konvensional, menulis buku “The Wealth of
Nations” pada tahun 1766.
Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” yang ditulis pada
awal abad ke-11 telah membahas fungsi uang dalam perekonomian. Beliau
menjelaskan, bahwa ada kalanya seseorang mempunyai sesuatu yang tidak
dibutuhkannya dan membutuhkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Dalam ekonomi
barter, transaksi hanya terjadi jika kedua pihak mempunyai dua kebutuhan
sekaligus, yakni pihak pertama membutuhkan barang pihak kedua dan sebaliknya
pihak kedua membutuhkan barang pihak pertama, misalnya seseorang mempunyai
unta dan membutuhkan kain.
Menurut al-Ghazali, walaupun dalam ekonomi barter, dibutuhkan suatu alat
pengukur nilai yang disebut sebagai “uang”. Sebagaimana contoh di atas, misalnya
nilai unta adalah 100 dinar dan kain senilai 1 dinar. Dengan adanya uang sebagai
alat pengukur nilai, maka uang akan berfungsi sebagai media penukaran. Namun
demikian, uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri, artinya uang diciptakan

12
untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari pertukaran
tersebut. Menurut al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai
warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna, yang maksudnya adalah uang tidak
mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua barang, atau dalam istilah
ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan langsung
(direct utility function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli
barang, maka barang itu yang akan memberikan kegunaan. 1
Pembahasan mengenai uang juga terdapat dalam kitab “Muqaddimah” yang
ditulis oleh Ibnu Khaldun pada abad ke-14. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa
kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut,
tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang
positif. Apabila suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bukan
merupakan refleksi pesatnya pertumbuhan sector produksi, maka uang yang
melimpah tersebut tidak ada nilainya. Sektor produksi merupakan motor penggerak
pembangunan suatu negara karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan (pasar) terhadap produksi
lainnya.
Menurut Ibnu Khaldun, jika nilai uang tidak diubah melalui kebijaksanaan
pemerintah, maka kenaikan atau penurunan harga barang semata-mata akan
ditentukan oleh kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand), sehingga
setiap barang akan memiliki harga keseimbangan. Misalnya, jika di suatu kota
makanan yang tersedia lebih banyak daripada kebutuhan, maka harga makanan
akan murah, demikian pula sebaliknya. Inflasi (kenaikan) harga semua atau
sebagian besar jenis barang tidak akan terjadi karena pasar akan mencari harga
keseimbangan setiap jenis barang, karena jika satu barang harganya naik, namun
karena tidak terjangkau oleh daya beli, maka harga akan turun kembali. Merujuk
kepada Al-Quran, al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang menimbun uang
adalah seorang penjahat, karena menimbun uang berarti menarik uang secara
sementara dari peredaran. Dalam teori moneter modern, penimbunan uang berarti

1
Merza Gamal, Uang Perspektif Islam, 19 Juli 2006 hal 35

13
memperlambat perputaran uang. Hal ini berarti memperkecil terjadinya transaksi,
sehingga perekonomian menjadi lesu. Selain itu, al-Ghazali juga menyatakan
bahwa mencetak atau mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri
seribu dirham, karena mencuri adalah suatu perbuatan dosa, sedangkan mencetak
dan mengedarkan uang palsu dosanya akan terus berulang setiap kali uang palsu itu
dipergunakan dan akan merugikan siapapun yang menerimanya dalam jangka
waktu yang lebih panjang.
Ibnu Tamiyah dalam kitabnya “Majmu’ Fatwa Syaikhul Islam”
menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi,
yakni
1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;
2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan
mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan
menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai/
karyawan;
3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai
uang;
4. Perdagangan internasional akan menurun;
5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinsic mata
uang akan mengalir keluar negeri
Perdagangan uang adalah salah satu bentuk riba yang lebih banyak
mudaratnya daripada manfaatnya. Untuk itu, marilah kita kembali kepada fungsi
uang yang sebenarnya yang telah dijalankan dalam konsep Islam, yakni sebagai alat
pertukaran dan satuan nilai, bukan sebagai salah satu komoditi, dan menyadari
bahwa sesungguhnya uang itu hanyalah sebagai perantara untuk menjadikan suatu
barang kepada barang yang lain.
Dengan demikian, maka dalam praktek sebuah Bank Syariah yang
benar, Bank bukan menjual-belikan uang tetapi adalah menjual-belikan barang dan
atau berbagi hasil dalam sebuah kemitraan usaha guna menghindari perubahan
fungsi uang dari alat pertukaran dan satuan nilai menjadi komoditi.

14
B. Fungsi Uang
Islami versus konvensional Menurut konsep Ekonomi Islam, uang adalah
uang, bukan capital, sementara dalam konsep ekonomi konvensional, konsep uang
tidak begitu jelas. Misalnya dalam buku “Money, Interest and Capital” karya Colin
Rogers, uang diartikan sebagai uang dan capital secara bergantian. Sedangkan
dalam konsep ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan
merupakan public goods. Capital bersifat stock concept dan merupakan private
goods. Uang yang mengalir adalah public goods, sedangkan yang mengendap
merupakan milik seseorang dan menjadi milik pribadi (private good). 2
Islam, telah lebih dahulu mengenal konsep public goods, sedangkan dalam
ekonomi konvensional konsep tersebut baru dikenal pada tahun 1980-an seiring
dengan berkembangnya ilmu ekonomi lingkungan yang banyal membicarakan
masalah externalities, public goods dan sebagainya.3 Konsep publics goods
tercermin dalam sabda Rasulullah SAW, yakni “Tidaklah kalian berserikat dalam
tiga hal, kecuali air, api, dan rumput.” Persamaan fungsi uang dalam sistem
Ekonomi Islam dan Konvensional adalah uang sebagai alat pertukaran (medium of
exchange) dan satuan nilai (unit of account). Perbedaannya adalah ekonomi
konvensional menambah satu fungsi lagi sebagai penyimpan nilai (store of value)
yang kemudian berkembang menjadi motif money demand for speculation, yang
merubah fungsi uang sebagai salah satu komoditi perdagangan. Jauh sebelumnya,
Imam al-Ghazali telah memperingatkan bahwa “Memperdagangkan uang ibarat
memenjarakan fungsi uang, jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal
sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang.”
Dengan demikian, dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi
utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,
melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi
barang yang lain. Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan

2
M. Nejatullah Siddiqi, “Teaching Economics in an Islamic Perspective.” Dalam Reading
in Macroeconomics, an Islami Perspective. Ed. Sayyid Tahir et. al. (Selangor: Longman Malaysia
Sdn., Bhd., 1992) hal 145
3
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2007,
hal 248

15
satuan nilai mejadi komoditi dapat kita rasakan sekarang, yang dikenal dengan teori
“Bubble Gum Economic”.

C. Analisis Terhadap Fungsi Uang dalam Ekonomi Islam dengan Ekonomi


Konvensional
Kesalahan besar ekonomi konvensional ialah menjadikan uang sebagai
komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan
daripada digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Lembaga perbankan
konvensional juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian
kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga (interest). Uang yang memakai
instrumen bunga telah menjadi lahan spekulasi empuk bagi banyak orang di muka
bumi ini. Kesalahan konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam
perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang.
Ekonomi
berbagai negara di belahan bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan
ancaman krisis berikutnya pasti akan terjadi lagi.
Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange),
bukan sebagai barang dagangan (komoditas) yang diperjualbelikan seperti sekarang
ini.4 Ketentuan ini telah banyak dibahas ulama seperi Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali,
Al-Maqrizi, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Hal dipertegas lagi Choudhury dalam
bukunya “Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy”, bahwa konsep
uang tidak diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak
kestabilan moneter sebuah negara.
Oleh karena itu motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam
juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran karena Rasulullah
telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu
barter (bai’ al muqayyadah), dimana barang saling dipertukarkan. Menurut Fazlur
Rahman, Rasulullah Saw menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan –

4
Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004 hal 14

16
kelemahan akan sistim pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistim
pertukaran melalui uang. Oleh karena itu beliau menekankan kepada para sahabat
untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka.5
Hal ini dapat dijumpai dalam hadits-hadits antara lain seperti diriwayatkan
oleh Ata Ibn Yasar, Abu Said dan Abu Hurairah, dan Abu Said Al Khudri. Dari
Abu Said r.a, katanya : “Pada suatu ketika, Bilal datang kepada Rasulullah saw
membawa kurma Barni. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Kurma dari
mana ini ?” Jawab Bilal, “Kurma kita rendah mutunya. Karena itu kutukar dua
gantang dengan satu gantang kurma ini untuk pangan Nabi SAW.” Maka bersabda
Rasulullah SAW, lnilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau lakukan lagi.
Apabila engkau ingin membeli kurma (yang bagus), jual lebih dahulu kurmamu
(yang kurang bagus) itu, kemudian dengan uang penjualan itu beli kurma yang lebih
bagus.” (H.R Bukhari Muslim).
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa Nabi Saw memerintahkan agar
menjual kurma (yang kurang bagus) terlebih dahulu, kemudian uang penjualan itu
digunakan untuk membeli kurma yang berkualitas bagus tadi. Jadi Nabi saw
melarang menukar secara langsung 2 sha’ kurma kurang bagus dengan 1 sha’ kurma
yang berkualitas bagus.
Rasulullah Saw tidak menyetujui transaksi-transaksi dengan sistim barter,
karena itu beliau menganjurkan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu,
menurut Dr. Rif at al-‘Audi, dalam bukunya Min al-Turats al-Iqtishad li al-
Muslimin, bahwa uang merupakan konsep aliran (flow concept) yaitu yang tidak
bisa dijadikan komoditas, sedangkan capital bersifat konsep persediaan (stock
concept). Dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian seperti yang
diungkapkan oleh Frederick Mishkin dalam bukunya Economiss of Money,
Banking and Financial Institutionas.
Islam tidak mengenal konsep time value of money (yang popular dengan
istilah—time is money), tetapi Islam mengenal konsep economic value of time yang
artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Islam memperbolehkan

5
Choudhury, Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy,(London: The
Macmillan Press Ltd, 1996)

17
pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada bayar tunai. Yang lebih
menarik adalah dibolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama
sekali bukan disebabkan time value of money, namun karena semata-mata karena
ditahannya aksi penjualan barang. Sebagai contoh, bila barang dijual tunai dengan
untung Rp.500,- maka penjualan dapat membeli lagi dan menjualnya kemudian
sehingga dalam satu hari itu keuntungannya Rp.1000,- sedangkan bila dijual
tangguh bayar maka hak Penjual jadi tertahan, sehingga ia tidak dapat membeli lagi
dan menjual lagi, akibat lebih jauh itu, hak dari keluarga dan anak Penjual untuk
makan malam tertahan pada pembeli. Alasan Inilah, yaitu tertahannya hak penjual
yang telah memenuhi Kewajiban (penyerahan barang) maka Islam membolehkan
harga tangguh lebih tinggi dari pada harga tunai. Adapun motif permintaan akan
uang dalam Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for
transaction).
Banyak lagi perbedaan yang prinsipil di antara kedua konsep ekonomi
tersebut, antara lain : bahwa menurut Islam uang adalah public good, sedangkan
dalam ekonomi konvensional adalah private goods. Uang sebagai public good,
berarti bahwa uang pada dasarnya secara fungsional adalah milik umum, karena itu
uang harus beredar di dalam perekonomian. Uang tidak boleh ditimbun (iktinaz);
uang tidak boleh idle (menganggur), ia harus diproduktifkan dalam bisnis riil,
seperti melalui investasi mudharabah atau musyarakah. Uang yang ditimbun akan
membuat perekonomian lesu darah. Karena itu Imam Ghazali melarang menjadikan
uang dinar dan dirham menjadi perhiasaan, karena menjadikannya sebagai
perhiasaan berarti menarik uang dari peredaran dan memenjarakan uang. Bila uang
terpenjara, itu berakibat buruk bagi perekonomian. Jadi, menurut ekonomi Islam,
uang adalah flow concept, bukan stock concept sebagaimana dalam ekonomi
konvensional.
Dalam Islam, uang bagaikan air yang mengalir. Air yang tidak mengalir
akan menimbulkan penyakit. Untuk itulah uang harus senantiasa terus berputar
secara alami dalam perekonomian, semakin cepat uang berputar dalam
perekonomian maka akan semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan
semakin baik perekonomian. Bagi mereka yang tidap dapat mengaktifkan hartanya,

18
‘lagi-lagi’ Islam sangat menganjurkan untuk melakukan investasi dengan perinsip
mudharabah atau musyarakah. Dalam hal ini Nabi bersabda, Ketahuilah, Siapa saja
di antara kamu yang memelihara harta anak yatim, sedangkan anak yatim itu
memiliki uang (dinar-dirham), maka bisniskanlah, jangan dibiarkan idle, sehingga
nanti uang itu habis dimakan sedeqah/zakat. Persamaan dan perbedaan pandangan
mengenai uang antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam di atas, tentu
meninggalkan pertanyaan apakah masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.
Dalam ekonomi konvensional bunga dianggap sebagai harga dari uang atau
modal yang digunakan untuk kegiatan investasi. Padahal investasi belum tentu
mendapatkan keuntungan dan bahwa setiap usaha pasti menghadapi kemungkinan
untung rugi atau kemungkinan resiko kegagalan itu ada, sehingga pengembalian
terhadap uang modal bisa saja berupa positive return atau zero return atau negative
return, sementara bunga bersifat positive return. Hal ini terjadi karena konsep
ekonomi konvensional yang menganggap peran dan fungsi uang sebagi alat
penyimpan kekayaan dan sebagai alat standar pembayaran di masa depan yang
tentu saja memperhitungkan bunga.
Hal ini belum tentu menjamin bahwa perekonomian akan berjalan dengan
baik. Inilah mungkin kelemahan dari system perbankan bebas bunga atau bagi hasil,
tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bila Islam dijalankan secara utuh dan
keseluruhan atau kaffah, maka praktek-praktek yang tidak baik tersebut dapat
dihindari.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sejarah perekonomian Islam, uang sebagai alat pertukaran dan
pengukur nilai telah dicetak sejak zaman Khalifah Umar dan Utsman, bahkan mata
uang yang dicetak pada masa Khalifah Ali masih tersimpan dalam sebuah museum
di Paris. Hal ini menunjukkan bahwa dunia Islam telah mengenal mata uang jauh
sebelum Adam Smith, Bapak Ekonomi Konvensional, menulis buku “The Wealth
of Nations” pada tahun 1766.
Ibnu Tamiyah dalam kitabnya “Majmu’ Fatwa Syaikhul Islam”
menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi,
yakni:
1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;
2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan
mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan
menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai/
karyawan;
3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai
uang;
4. Perdagangan internasional akan menurun;
5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinsic mata
uang akan mengalir keluar negeri.
Menurut konsep Ekonomi Islam, uang adalah uang, bukan capital,
sementara dalam konsep ekonomi konvensional, konsep uang tidak begitu jelas.
Misalnya dalam buku “Money, Interest and Capital” karya Colin Rogers, uang
diartikan sebagai uang dan capital secara bergantian. Sedangkan dalam konsep
ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan
merupakan public goods. Capital bersifat stock concept dan merupakan private
goods. Uang yang mengalir adalah public goods, sedangkan yang mengendap
merupakan milik seseorang dan menjadi milik pribadi (private good).

20
A. Saran
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004

Choudhury, Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy,(London: The


Macmillan Press Ltd, 1996)

Merza Gamal, Uang Perspektif Islam, 19 Juli 2006

22

Anda mungkin juga menyukai