Anda di halaman 1dari 15

FIQIH JINAYAH

M Ghatan S.P
XI MIPA 4
Pengertian Fiqih Jinayah

 Fiqih jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fiqih dan


jinayah.Pengertian fiqih secara bahassa berasal
dari lafal “faqiha, yafqahu fiqhan”, yang berarti
mengerti, paham.Pengertian fiqih secara istilah
dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf adalah
himpunan hukum-hukum syara’ yang bersifat
praktis yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci. Adapun jinayah menurut bahasa adalah
nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk
dan apa yang diusahakan.
Pengertian Jinayah
 jinayah adalah semua perbuatan yang
diharamkan.Perbuatan yang diharamkan adalah
tindakan yang diharamkan atau dicegah oleh
syara’ (hukum Islam).Apabila dilakukan perbuatan
tersebut mempunyai konsekuensi membahayakan
agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta benda.
Adapun pengertian jarimah adalah larangan-
larangan syara’ (yang apabila dikerjakan) diancam
Allah dengan hukuman had atau ta’zir.
Dasar Hukum Jinayah
1. Al Qur’an
Hukum yang terdapat dalam Al Qur’an memiliki empat kebijaksanaan,
yang meliputi :
a. Memberikan kemudahan dan tidak menyulitkan.
b. Menyedikitkan tuntunan.
c. Bertahap dalam menetapkan hukum.
d. Sejalan dengan kemaslahatan manusia

Diantara ayat-ayat Al Qur’an yang membahas hukum pidana meliputi :


1. Surat An-Nisa ayat 105
2. Surat Yunus ayat 37
3. Surat Al-Maidah ayat 38
4. Surat An-Nur ayat 4
2. Hadits

Hadits merupakan sumber hukum yang kedua dalam agama


Islam.Penjelasan-penjelasan tentang hukum Islam yang lebih luas
dikemukakan dalam As-Sunnah atau hadits, karena sifat Al Qur’an memiliki
pembahasan yang masih global belum terperinci.

Adapun hadits-hadits yang menerangkan tentang tindak pidana Islam


sebagai berikut :
a) Artinya : Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : Setiap yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah
haram”. (H.R. Muslim)
b) Artinya : Dari Ubadah ibn Ash-shamit ia berkata : Telah bersabda Rasulullah
“ Ambillah dari pada ku, ambillah dari pada ku, sesungguhnya Allah telah
memberikan jalan keluar (hukuman) untuk mereka (para pezina). Perjaka
dan para gadis hukumannya hukuman dera seratus kali dan pengasingan
seratus tahun, dan janda dengan duda hukumannya dera seratus kali dan
rajam. (H.R. Jama’ah kecuali Al-Bukhari dan An-nasai).
3. Qiyas

Qiyas adalah mempersamakan suatu peristiwa yang belum ada


ketentuannya, karena keduanya memiliki persamaan.

Contoh qiyas yang menentukan jinayah yaitu : Ketika sahabat-sahabat


bermusyawarah tentang hukum had bagi peminum minuman keras, maka
sahabat Ali r.a. berkata : Jika ia minum, maka ia akan membuat-buat
kebohongan (yakni orang-orang yang menuduh orang lain berbuat zina
sedang sebenarnya tuduhan it tak benar)
Macam-Macam Jarimah dalam Fiqih Jinayah

 Dalam hukum pidana Islam (fiqih jinayah) tindak pidana (jarimah),


berdasarkan berat ringannya hukuman dapat dikategorikan ke dalam tiga
bagian yaitu :
1. Jarimah Hudud
Kata hudud adalah bentuk jama’ dari kata had. Secara etimologi, kata had
berarti batas pemisah antara dua hal agar tidak saling bercampur atau
supaya salah satunya tidak masuk pada wilayah yang lainnya. Kata had
juga berarti pelanggaran, pencegahan, serta batas akhir dari sesuatu yang
dituju. Menurut Ahmad Hanafi, jarimah hudud adalah jarimah yang
diancamkan hukuman had yaitu hukuman yang telah ditentukan macam
dan jumlahnya dan menjadi hak Tuhan
2. Jarimah Qishas – Diyat
 Menurut bahasa kata qishas adalah bentuk masdar, sedangkan
bentuk madhinya adalah qashasha yang artinya memotong.Atau
juga berasal dari kata Iqtashasha yang artinya “mengikuti”,
yakni mengikuti perbuatan si pelaku sebagai balasan atas
perbuatannya.Jarimah qishas diyat ialah perbuatan-perbuatan
yang diancam dengan hukuman qishas atau hukuman diyat.
 Hukuman yang berupa qishas maupun hukuman yang berupa
diyat adalah hukuman-hukuman yang telah ditentukan
batasnya, dan tidak mempunyai batas terendah maupun batas
tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan (hak manusia).
3. Jarimah Ta’zir
 Abdul Qadir Audah dan Wahbah Azzuhaily
mengemukakan bahwa ta’zir diartikan mencegah
dan menolak, karena ia dapat mencegah pelaku
agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Sedangkan ta’zir diartikan mendidik, karena ta’zir
dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki
pelaku agar ia menyadari perbuatan jarimahnya
keudian meninggalkan dan menghentikannya
Dasar Hukum Larangan
Membunuh
Nabi Saw Bersabda:

Artinya: “Jika ada dua orang muslim berhadapan


dengan membawa pedang masingmasing (mau
saling membunuh),maka yang membunuh dan yang
dibunuh sama-sama
masuk Neraka.” (HR. Al-Bukhari-Muslim)
Pembunuhan Seperti Sengaja
Pelaku pembunuhan seperti sengaja tidak mendapatkan hukuman qisas,namun
dihukum dengan membayar sejumlah denda yaitu diyat mughalladzah (diat berat), dan
dapat dibayarkan secara bertahap selama tiga tahun kepada keluarga korban, yang
setiap tahunnya sepertiga. Selain itu pembunuh juga harus menunaikan kifarat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

Artinya: Barang siapa membunuh dengan sengaja, ia diserahkan kepada keluarga


terbunuh. Jika mereka (keluarga terbunuh) menghendaki, mereka dapat mengambil
qisas. Dan jika mereka menghendaki (tidak mengambil Qisas) mereka dapat
mengambil diyat berupa 30 ekor hiqqah, 30 ekor jadza’ah, dan 40 ekor khilfah. (HR.
Al-Tirmidzi)
Pembunuhan Tersalah
Hukuman bagi pembunuhan karena kesalahan adalah membayar sejumlah
denda yaitu diyat mukhaffafah (diyat ringan) yang diambilkan dari harta
keluarga pembunuh dan dapat dibayarkan secara bertahap selama tiga
tahun kepada keluarga korban, setiap tahunnya sepertiga. Rasulullah Saw
bersabda:

َArtinya: “Diyat khata’ itu dibayar dengan 20 ekor unta berumur 4 tahun,
20 ekor unta berumur 5tahun, 20 ekor unta betina berumur 1 tahun, 20
ekor unta betina berumur 2tahun, dan 20 ekor unta jantan berumur 2
tahun.” (HR. Al-Nasai dan Ibnu Mâjah)
Pembunuhan Secara Berkelompok
Apabila sekelompok orang secara bersama-sama membunuh seseorang, maka
mereka harus dihukum qisas. Hal ini disandarkan pada pernyataan Umar bin
Khattab terkait tindak pidana pembunuhan secara berkelompok yang
diriwayatkan Imam Bukhari berikut:

Artinya: “Dari Sa’id bin Musayyab bahwa Umar ra telah menghukum bunuh
lima atau enam orang yang telah membunuh seseorang laki-laki secara dzalim
(dengan ditipu) di tempat sunyi. Kemudian ia berkata: Seandainya semua
penduduk San’a secara bersama-sama membunuhnya niscaya akan aku bunuh
semua.” ( Musnad al-Imam al-Syafi’i) .
Hikmah Larangan Membunuh
Islam menerapkan hukuman bagi pelaku pembunuhan tidak lain untuk memelihara
kehormatan dan keselamatan jiwa setiap manusia. Pelaku tindak pembunuhan diancam
dengan hukumanyang setimpal sesuai perbuatannya. Di antara dalil yang menjelaskan
tentang hukuman bagi pembunuh adalah firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat
93:

Artinya: “Dan barangsiapa membunuh seorang yang beriman dengan sengaja, maka
balasannya ialah neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya,
dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (Q.S. anNisa’[4]: 93)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai