Disusun Oleh :
Rina Nur Halifah (201942024)
Salsa Jean Tania Natasya (201942072)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020-2021
Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al - Ayyubi
Jl. Jihad Papanggo 1, Sunter Jaya, RT.4/RW.2, Papanggo, Tj. Priok, DKI Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
14340
Pembahasan
Pengertian Jarimah
Pembunuhan dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan proses perbuatan atau cara membunuh. Dalam Bahasa Arab, pembunuhan
disebut “al-qatlu” yang artinya mematikan. Dalam istilah pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili yang mengutip
pendapat Syarbini Khatib, sebagai berikut:
ِ لن ْف َ ُم ْز ِه ُق أ ُل ُه َو ْال
َ َف ْع ُل الْ اَل
ق ْت ِ س ِى ْالقَا
َّ ِت ُل ل
“Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang.”
Pembunuhan secara terminilogi sebagaimana yang dinyatakan oleh Abdur Qodir Audah yaitu perbuatan seseorang yang
menghilangkan kehidupan yang berarti menghilangkan jiwa anak adam oleh perbuatan anak adam yang lain. Menurut Amir
Syarifuddin pembunuhan adalah tindakan menghilangkan nyawa orang lain dan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Nabi
karena merusak salah satu sendi kehidupan.
Definisi lain lain dari pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau beberapa orang yang
mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal dunia. Sedangkan Ulama Fikih menjelaskan bahwa pembunuhan adalah
perbuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa unsur-unsur
dalam tindak pidana pembunuhan dalam hukum Islam adalah Menghilangkan nyawa seseorang.
Adanya perbuatan baik itu aktif maupun pasif.
Maksud dari aktif disini adalah perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan sehinggamengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
Misalnya menususuk seseorang denganpisau. Maksud dari perbuatan pasif adalah tidak adanya perbuatan atau tingkah lakuyang
dilakukan tetapi tidak berbuat itu maka hilangla nyawa seseorang.
Dilakukan oleh orang lain, karna jika dilakukan oleh diri sendiri maka itu dinamakan dengan bunuh diri meskipun dilarang oleh
syara’ tetapi tidak ada ancaman hukuman di dalamnya. Karena pelaku sudah tiada.
Unsur-Unsur Jarimah
Suatu perbuatan dianggap sebagai tindak pidana apabila unsurunsurnya telah terpenuhi. Abdul Qadir Audah
mengemukakan bahwa unsur-unsur umum jarimah ada tiga macam
Unsur Formal yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan mengancamnya dengan
hukuman. Dalam unsur ini terdapat lima masalah pokok :
Asas legalitas dalam hukum pidana Islam.
Sumber-sumber aturan-aturan pidana Islam.
Masa berlakunya aturan-aturan pidana Islam.
Lingkungan berlakunya aturan-aturan pidana Islam
Asas pelaku atau terhadap siapa berlakunya aturan-aturan hukum pidana Islam.
Material yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun
sikap yg berbuat (negatif) yang bersifat melawan hukum. Unsur materiil ini mencakup antara lain:
Jarimah yang belum selesai atau percobaan.
Turut serta melakukan jarimah.
Unsur Moral yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni orang yang dapat dimintai pertanggung
jawaban atas tindak pidana yang dilakukan. Pemahasan mengenai unsur pertanggung jawaban ini berkisar
dua masalah pokok:
Pertanggungjawaban pidana.
Hapusnya pertanggungjawaban pidana.
Alat bukti dan sanksi qishas
Alat Bukti Qasamah
Makna etimologi ini memiliki keterkaitan dengan pengertian terminologi qishash; karena korban (atau wali korban)
mengikuti jejak pelaku hingga meng-qishashnya (melalui tangan pihak berwenang). Qishash juga diserap dari
kata Al-qhassh (ّصZZ ) لقَاyang berarti memotong, seperti (رZ َش ْعZZص لا
َّ ZZ ) َ قatau “memotong rambut”. Makna ini juga memiliki
keterkaitan dengan pengertian terminologi qishash; karena korban/wali korban menelusuri jejak pelaku hingga
membunuh atau melukainya (dengan hukuman potong) sebagaimana yang pelaku lakukan. Qishash juga bisa berarti
( َسا َواةZZا
) ل ُمatau “persamaan”.
Sedangkan menurut arti Terminologi Qishash
Qishash ialah:
أَ ْن يُ ْف َع َل بِاْل َجانِي ِم ْثل َما فَ َع َل بِ ْال َمجْ نِ ْي َعلَ ْي ِه
“Tindakan yang dilakukan terhadap pelaku, sebagaimana yang telah pelaku lakukan terhadap korban”
Qishash ialah hukuman dalam syariat Islam atas manusia yang sengaja menghilangkan jiwa (membunuh) atau melukai
anggota tubuh manusia lainnya. Jika pelaku membunuh, makan dia dibunuh, jika dia melukai, maka dia dilukai,
setelah terpenuhi syarat-syarat ketat yang telah ditetapkan oleh agama Islam, melalui tangan pihak yang berwenang
(pemerintah).
Qishash adalah sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku pidana menyangkut pelanggaran kehormatan terhadap jiwa dan
jasmani seseorang. bahasa Indonesia ditulis dengan kisas yang berarti balas, kalau mengisas berati menjalankan
kisas, menuntut balas atas suatu pembunuhan dan sebagainya.
D. Hapuskan sanksi qishos
Dalam Hukum Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja
adalah qiṣāṣ apabila keluarga korban menghapus hukuman pokok ini
hukuman penggantinya adalah berupa hukuman diyāt, yaitu dengan
menbayar denda berupa seratus ekor unta yang terdiri dari 30 ekor unta
hiqqah ( umur 3-4tahun), 30 ekor unta jadzaah (umur 4-5 tahun) dan 40
unta yang sedang bunting, selain itu diyātdapat dilakukan dengan
membayar diyāt200 ekor sapi. Atau dua ribu kambing, atau uang emas
seribu dinar, atau uang perak sebesar dua belas ribu dirham59
.Diyātpun
seandainya bila dimaafkan dapat dihapuskan dan sebagai penggantinya,
hakim menjatuhkan hukuman ta‟zir, dalam memberikan hukuman
ta‟zirhakim diberi kebebasan untuk memilih mana yang lebih maslahat,
setelah mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan tindak
pidana yang dilakukan oleh pelaku. Jadi, qiṣāṣ sebagai hukuman pokok
mempunyai dua hukuman pengganti, yaitu diyātdan ta‟zir. Disamping
human pokok dan pengganti, terdapat pula hukuman tambahan untuk
pembunuhan sengaja, yaitu penghapusan hak waris dan wasiat.
Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Dalam Fiqih Jinayah
Pertanggungjawaban pidana dapat hapus karena hal-hal yang
bertalian dengan perbuatan atau karena hal-hal yang bertalian dengan
pelaku.Sebab-sebab yang berkaitan dengan perbuatan yang diperbolehkan
disebut asbab al–ibahah.Sedangkan sebab-sebab yang berkaitan dengan
keadaan pelaku disebut asbab raf‟i al-uqubah.Abdul Qadir Audah
: sebagaimana dikutip Ahmad Wardi Muslich menngemukakan bahwa
sebab diperolehkannya perbuatan yang terlarang terdapat enam macam
yaitu :
Pembelaan yang sah
Pendidikan dan pengajaran
Pengobatan
Permainan olahraga
Hapusnya jaminan keselamatan
Menggunakan wewenang dan melaksanakan kewajiban bagi pihak yangberwajib.
TERIMAKASIH