Anda di halaman 1dari 76

TINDAK PIDANA DALAM ISLAM

( JINAYAH )
POKOK – POKOK BAHASAN

Pengertian Tindak Pidana


Dasar Hukum Tindak Pidana
Macam-macam Tindak Pidana
Pelaksanaan Hukuman Atau Eksekusi
Peradilan Islam Dan Hikmahnya
PENGERTIAN FIKIH JINAYAH
 Merupakan terjemahan dari kata fiqh dan jinayah (Bhs
Arab).
 Fikih secara bahasa berasal dari lafal faqiha, yafqahu,
fiqhan, yang berarti mengerti atau paham.
 Fikih secara istilah adalah ilmu tentang hukum-hukum
syara’ praktis yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci. Atau fikih adalah himpunan hukum-hukum
sya’ra yang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalil
yang terperinci.
 Fiqh Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai
tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan
oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dari Al-Qur’an dan Hadit
PENGERTIAN TINDAK PIDANA DALAM ISLAM
Tindak Pidana dalam hukum Islam dikenal dengan 2 istilah :
1. Jinayah
2. Jarimah (perbuatan tindak pidana)
 Jinayah (Bahasa) adalah hasil perbuatan seseorang yang
buruk dan apa yang diusahakan.
(Abdul Wahab Khallaf dalam Ilmu Ushul Al Fiqh)

o Jinayah (Istilah) adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh


syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau
lainnya.
(Abdul Qadir Audah dalam At Tasyri’Al Jina’iy Al Islamiy)
PENGERTIAN TINDAK PIDANA DALAM ISLAM

Dalam konteks ini penggunaan Jinayah sama dengan Jarimah.

 Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’


yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta’zir.
(Abu Al Hasan Ali ibn Muhammad Al Mawardi dalam Al
Ahkam As Sulthaniyah)
DASAR HUKUM JINAYAH

1. Asas Keadilan.
(QS. Shad: 26, an-Nisa’: 135, dan al-Maidah: 8)
2. Asas Kepastian Hukum.
(QS. al-Isra’: 15 dan al-Maidah: 90,91)
3. Asas Kemanfaatan.
(QS. al-Baqarah: 178)
TUJUAN TINDAK PIDANA DALAM
ISLAM
DILIHAT DARI ASPEK PEMBUAT HUKUM

Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang


bersifat :

1. Primer (Dzaruriyat = kemaslahatan hidup),


2. Sekunder (Hajjiyat = kemerdekaan, keadilan, dan
persamaan)
3. Tersier (Tahsiniyat = selain primer dan sekunder ).
SEJARAH SINGKAT HUKUM ISLAM

1. Masa Nabi Muhammad Saw (610-632 M)


2. Masa Khulafaurrasyiduun (632-662 M)
3. Masa Pembinaan, Pengembangan, dan Pembukuan
(abad VII – X M)
4. Masa Kelesuan Pemikiran (abad X-XIX M)
5. Masa Kebangkitan Kembali (abad XIX – sampai
dewasa ini)
TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN
HUKUM ISLAM YANG BERLAKU DI INDONESIA:

TEORI RECEPTIO IN COMPLEXU


- Dikemukakan pertama kali Van den Berg (1845-1927)
-Orang Islam berlaku penuh terhadap Hukum Islam sebab telah
memeluk Islam, meski dalam pelaksanaan masih menyimpang.
-Contoh: dalam bidang pewarisan dan perkawinan dijalankan
oleh hakim-hakim Belanda dengan bantuan Qadhi Islam
(penghulu).
TEORI RECEPTIO

- Tokohnya: Van Vallenhoven, Teer Haar, Snouck Hurgronye.


- Hukum Islam berlaku bagi rakyat pribumi kalau norma
Islam sudah diterima oleh masyarakat sebagai Hukum Adat.

TEORI RECEPTIO EXIT


- Tokoh: Hazairin

- Teori Receptio harus keluar dari tata hukum Indonesia karena


bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadits, dan UUD 1945

TEORI RECEPTIO A CONTRATIO


- Tokoh: Sayuti Thalib

- Hukum Adat berlaku bagi orang Islam kalau tidak


bertentangan dengan Hukum Islam (Agama Islam).
TEORI EKSISTENSI
- Tokoh: Ichtijanto, SA

- Eksistensi Hukum Islam dalam Hukum Nasional , yaitu:

(1) Sebagai bagian integral dari hukum nasional


(2) Sebagai penyaring hukum-hukum nasional

TEORI KREDO/SYAHADAT/PENERIMAAN
AUTORITA HUKUM
- Tokoh: H.A.R Gibb
- Mengharuskan pelaksanaan Hukum Islam oleh mereka yang
telah mengucapkan dua kalimah syahadat
- Oleh karena itu, setiap orang bila menerima Islam sebagai
agamanya, maka ia menerima otoritas Hukum Islam
terhadap dirinya.
ASAS-ASAS
HUKUM PIDANA ISLAM
1. Asas Legalitas : tidak ada pelanggaran
dan hukuman sebelum ada undang-
undang yg mengaturnya.
(al–Isra’: 15 dan al-An’am: 19).
2. Asas larangan memindahkan kesalahan
kepada orang lain
(al-An’am: 64; Faathir: 18, az-Zumar: 7; an-
Najm: 38, dan al-Mudatsir: 38)
3. Asas praduga tidak bersalah (presumption of
innocence). Sejalan dengan asas larangan
memindahkan kesalahan kepada orang lain.
Asas praduga tak bersalah adalah asas yg
mendasari bahwa seseorang yg dituduh
melakukan suatu kejahatan harus dianggap
tidak bersalah sebelum hakim dg bukti yg
meyakinkan menyatakan dg tegas
kesalahannya.
TINDAK PIDANA
 Larangan-larangan hukum artinya
melakukan perbuatan hukum yang dilarang
atau tidak melakukan perbuatan yang
diperintahkan.
 Dengan kata lain, melakukan atau tidak
melakukan perbuatan yang membawa kepada
hukuman yang ditentukan oleh syariat adalah
tindak pidana.
 Dengan demikian tindak pidana mengandung
arti bahwa tiada suatu perbuatan baik secara
aktif maupun secara pasif dihitung sebagai
suatu tindak pidana kecuali hukuman yang
khusus untuk perbuatan atau tidak berbuat
itu telah ditentukan dalam syariat.
BENTUK-BENTUK PIDANA
SEBELUM ISLAM:
 Qisas
 Rajam
 Pidana mati lainnya yang diterapkan
sangat keras dan kadang berada di luar
peri kemanusiaan. Terutama kepada
hamba sahaya
TRADISI PIDANA SEBELUM
ISLAM
 Bersifat sangat keras
 Berorientasi kepada pembalasan terhadap
tingkah laku yang menyimpang dari keharusan
umum.
 Pro-elite, didominasi kaum aristokrat dan
borjuis
 Bentuk pidana sebagai alat bagi penguasa untuk
menjamin status quo.
PENGERTIAN-PENGERTIAN:
 Jinayah/Jarimah = suatu istilah untuk perbuatan yg dilarang syara’ baik itu
perbuatan tsb mengenai jiwa, harta, lainnya (perbuatan tindak pidana).
 Hudud = perbuatan pidana yang mempunyai bentuk dan batas hukumannya
di dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
 Ta’zir = memuliakan/menolong (scr harfiah); hukuman yg bersifat mendidik
yg tidak mengharuskan pelakunya dikenai had dan tidak pula harus
membayar kaffarah atau diat, perbuatan pidana yg bentuk dan ancaman
hukumannya ditentukan oleh penguasa (hakim) sbg pelajaran kpd pelakunya.
 Qishash = memotong/membalas (scr harfiah); pembalasan setimpal yg
dikenakan kepada pelaku pidana sbg sanksi atas perbuatannya.
 Diyat = denda dalam bentuk benda atau harta berdasarkan ketentuan yg
harus dibayar oleh pelaku pidana kpd pihak korban sbg sanksi atas
pelanggaran yg dilakukannya.
BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA
DALAM HUKUM PIDANA ISLAM:

1. Hudud (bentuk jamak dari kata had); Al-Baqarah:


187, An-Nur: 2 dan 4.
2. Jinayat, yang didalamnya mewajibkan
Qisas/Diyat; Al-Baqarah: 178, An-Nisa:92, Al-
Ma’idah: 32,33,38,45
3. Ta’zir
4. Mukhalafat (Abdurrahman Al Maliki dan Ahmad
ad Da’ur dlm buku Sistem Sanksi dan Hukum
Pembuktian dalam Islam)
BEDA TA’ZIR DAN MUKHALAFAH MENURUT
ABDURRAHMAN AL MALIKI DAN AHMAD AD-
DA’UR:

 Ta’zir: diperuntukkan bagi pelanggaran thd perintah2 dan


larangan2 Allah.
 Mukhalafat: pelanggaran thd perintah Allah untuk mentaati
penguasa. Jadi, mukhalafat adl sanksi khusus yg ditetapkan
oleh penguasa sesuai dg sanksi yg dijatuhkan atas pelanggaran
thd perintah dan larangannya.
 Bentuk2 perintah dan larangan penguasa hanya terbatas pd
perkara yg telah ditetapkan syara’ bagi penguasa tsb utk
mengatur sesuai dg pendapat dan ijtihadnya.
 Seperti pengaturan baitul mal, pembangunan pemukiman,
pembentukan pasukan, dll.
A. TINDAK PIDANA HUDUD
 Adalah setiap tindak pidana yang sanksinya
ditentukan di dalam Al-Qur’an maupun hadits nabi.
 Bentuk sanksinya: pidana mati atau hukuman salib,
dera, potong tangan dan/atau potong kaki dan
pengasingan atau pembuangan (diasingkan dalam
jangka waktu tertentu), sanksi religius (seperti
memerdekakan budak atau puasa kaffarah).
BENTUK EKSEKUSI / SANKSI TINDAK
PIDANA HUDUD DIKELOMPOKKAN
MENJADI 5 JENIS PIDANA:

 1. Pidana atas jiwa


 2. Pidana atas anggota badan

 3. Pidana atas harta kekayaan

 4. Pidana atas kemerdekaan

 5. dan kewajiban puasa “Kaffarah”


AD. 1. PIDANA ATAS JIWA BERUPA:

a. Pidana bunuh dengan pedang


b. Pidana mati dengan penyaliban
(salib)
c. Pidana mati dengan perajaman
(rajam)
AD. 2. PIDANA ATAS ANGGOTA BADAN
BERUPA:

a. Pidana potong tangan dan kaki


b. Pidana potong tangan atau kaki

c. Pidana cambuk (dera)

d. Pidana pemukulan dan/atau penamparan


dengan tangan
e. Pidana pemukulan dengan tongkat
AD. 3. PIDANA ATAS KEMERDEKAAN
BERUPA:

a. Pidana pembuangan dan


pengusiran
b. Pidana penahanan atau pidana
penjara
KESIMPULAN HUDUD:

 Tindak pidana Hudud adalah kejahatan yang paling


serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Karena
terkait erat dengan kepentingan publik. Namun tidak
berarti kejahatan hudud tidak mempengaruhi
kepentingan pribadi sama sekali. Kejahatan hudud
ini terkait dengan Hak Allah
 Tindak pidana ini diancam dengan hukuman hadd,
yaitu hukuman yang ditentukan sebagai hak Allah.
Ini berarti bahwa baik kuantitas maupun kualitas
ditentukan dan ia tidak mengenal tingkatan serta
harus dilaksanakan.
TINDAK PIDANA DALAM
KATEGORI/JENIS HUDUD:

1. Zina
2. Tuduhan (palsu) berbuat zina (al-qadzaf)
3. Minum-minuman keras (Khamar)
4. Murtad (Riddah)
5. Pencurian
6. Pemberontakan (Al-Bagyu)
7. Perampokan
1. ZINA

 Dasar Hukum: QS An-Nuur ayat (2), An-Nisa’


ayat 15, Al-Isra’ ayat 32, An-Nuur ayat 30-31
 Sanksi Hukum:

- Lajang (Ghairu Muhsan): jilid/dera/cambuk


100 kali
- Muhsan (sdh menikah): Rajam sampai
meninggal
ALAT BUKTI ZINA ADA 3, YAITU:

 4 orang saksi laki-laki yang langsung melihat


perzinaan tersebut.
 Tentu ini tidaklah mudah, karena adanya ancaman
pidana 80 x cambuk bagi mereka penuduh zina
yang tidak terbukti.
 Pengakuan.
 Rasulullah pernah menangguhkan rajam kepada
Ma’iz sampai ia mengaku empat kali, karena rasul
meragukan kesehatan akal Ma’iz. Bahkan Ma’iz
dikembalikan kepada sukunya untuk ditanya
apakah akalnya sehat dan setelah itu baru dirajam.
 Indikasi-indikasi tertentu, semisal kehamilan.
2. AL-QADZFU
(TUDUHAN PALSU BERBUAT ZINA)

Dasar Hukum: An-Nuur ayat


4, 13, 19, 23, 24.
Sanksi Hukum: 80 kali dera
3. MURTAD (RIDDAH)
 Murtad = keluar dari agama Islam.
 Baik laki-laki maupun perempuan yg telah
baligh dan berakal, diajak kembali kepada
Islam hingga 3 kali disertai peringatan. Jika
kembali, maka akan diterima. Jika menolak,
maka akan dibunuh.
 Sanksi Hukum: Dibunuh
 Dasar hukum: QS. Al-Baqarah: 217, An-Nisa’:
137
4. PENCURIAN
 Definisi: mengambil barang milik orang lain secara
sembunyi-sembunyi.
 Dasar Hukum: QS Al-Maidah ayat 38.

 Sanksi Hukum: potong tangan, dg syarat:


a. Nilai harta yg dicuri mencapai satu nishab, yaitu kadar harta ttt yg
ditetapkan sesuai dg UU.(Lihat, Pasal 364 KUHP, Perpu 16/60)
b. Barang curian dapat diperjualbelikan.
c. Barang dan/atau uang yg dicuri bukan milik baitul mal.
d. Pencuri usianya sudah dewasa.
e. Perbuatan dilakukan atas kehendaknya bukan atas paksaan orang
lain.
f. Tidak dalam kondisi krisis ekonomi.
g. Pencuri mencuri bukan karena untuk memenuhi kebutuhan pokok.
h. Korban pencurian bukan orang tua, atau keluarga dekat.
i. Pencuri bukan pembantu korbannya. Jika pembatu rumah
tangga mencuri perhiasan.
j. Ketentuan potong tangan, yaitu sebelah kiri. Jika ia
masih mencuri ke-2 kalinya maka yg dipotong adl kaki
kanannya. Jika masih mencuri ke-3 kalinya mk yg
dipotong tangan kanannya. Jika ia masih mencuri ke-4
kalinya maka yg dipotong kaki kirinya. Jika ia masih
mencuri ke-5 kalinya maka ia harus dijatuhkan pidana
mati. (Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, Sinar
Grafika, Jakarta, h. 67)
5. PEMINUM KHAMAR
 Dasar Hukum : An-Nisa’ ayat 43, QS Al-Maidah
ayat 90-91, Al-Baqarah ayat 219,
 Sanksi Hukum: dera 40 kali sampai 80 kali
(Hamka Haq, Syariat Islam Wacana dan
Penerapannya, Ujung, Pandang Yayasan Al-
Ahkam, h. 216.
 QS An-Nisa’: 43  jangan kamu sholat, sedang
kamu dlm keadaan mabuk.
 QS Al-Ma’idah: 90  minum khamar, perbuatan
setan, maka JAUHILAH agar kamu memperoleh
keberuntungan.
 QS Al-Ma’idah: 91  dg minum khamar,
setan hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian, menghalangi mengingat
Allah dan sholat  BERHENTILAH dari
perbuatan minum khamar dan judi
 QS Al Baqarah: 219  DOSA BESAR
CONTOH KONKRIT DI INDONESIA:
 Qanun (NAD)No.12 Tahun 2003 ttg Minuman khamar dan
sejenisnya.
 Pasal 5, berbunyi; Setiap orang dilarang mengkonsumsi
minuman khamar dan sejenisnya.,
 Pasal 26, berbunyi; Setiap orang yg melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dlm pasal 5, diancam dg ‘uqubat hudud
40 (empat puluh) kali cambuk.
 Dalam penjelasan pasal-pasal dinyatakan ttg yg dimaksud dg
khamar dan sejenisnya adalah minuman yg mempunyai sifat
atau kebiasaan memabukkan atas dasar kesamaan illat (sebab),
yaitu memabukkan, sepert ; bir brendi, wiski, tuak,dsbnya.
6. PEMBERONTAKAN
(AL-BAGYU)

 Yaitumereka yg memberontak thd negara


dan menampakkan perlawanannya
melalui senjata dan mengumumkan
perang terhadap Daulah Islamiyyah.
 Dasar hukum: QS Al-Hujurat ayat 9
7. PERAMPOKAN

 Dasar Hukum: QS Al-Maidah ayat 33


dan 34.
 Sanksi Hukum: dibunuh atau disalib,
dipotong tangan dan kakinya secara
bersilang, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamannya)
B. JINAYAT

 Jinayat (bahasa) bermakna


penganiyaan thd badan, harta, atau
jiwa.
 Jinayat (istilah) adalah pelanggaran thd
badan yg di dalamnya mewajibkan
qishash atau harta (diyat). Juga
bermakna sanksi yg dijatuhkan thd
tindak penganiayaan.
TINDAK PIDANA QISAS/DIYAT.
 Tindak pidana dalam kategori ini
kurang serius dibanding yang pertama
(hudud) namun lebih berat daripada
ta’zir. Sasaran dari tindak pidana ini
adalah integritas tubuh manusia,
sengaja atau tidak sengaja. Dalam
hukum pidana modern dikenal dengan
kejahatan terhadap manusia.
BENTUK PEMBUNUHAN :

1. Pembunuhan disengaja
2. pembunuhan mirip disengaja
3. Pembunuhan tidak sengaja
4. Pembunuhan terjadi karena
ketidaksengajaan
AD.1 PEMBUNUHAN DISENGAJA
 Yaitu sesorang membunuh orang lain dg sesuatu –yg pd
umumnya- dapat membunuh orang lain; atau seseorang
memperlakukan orang lain –yg pd umumnya- perlakuan itu
dapat membunuh orang lain.
 Sanksi hukumnya: dibunuh (wajib dijatuhkan qishash bagi
pelakunya), jika wali orang yg dibunuh tidak memaafkannya.
Apabila ada pengampunan, maka diyat-nya harus diserahkan
kepada walinya, kecuali jika mereka ingin bersedekah (tidak
menuntut diyat).
 Diyat: 100 ekor unta terdiri 30 unta dewasa, 30 unta muda,
40 unta yg sedang bunting. (HR Tirmidzi)
 Dasar hukumnya: QS Al-Isra’ ayat 33, Al-Baqarah ayat 179.
KANDUNGAN QS AL-BAQARAH: 179

 “Dandalam qisas itu ada (jaminan) kehidupan


bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar
kamu bertakwa.”

 Dalam pidana qisas-diyat terkandung unsur


perlindungan hukum terhadap korban, pelaku
tindak pidana, dan masyarakat. Pelaku tindak
pidana akan dikenai pidana mati, tetapi hal ini
disepakati terlebih dahulu oleh pihak keluarga
korban.
KANDUNGAN QS AL-BAQARAH: 179

 Namun apabila pembunuh dimaafkan oleh


keluarga korban maka dia akan bebas dari
pidana mati tetapi sebagai gantinya dia harus
membayar diyat (ganti rugi), yang diberikan
pada pihak keluarga korban. Hal inilah mengapa
penjatuhan pidana qisas-diyat yang ada dalam
konsep hukum pidana Islam dikatakan lebih
manusiawi dan lebih adil bagi kelangsungan
hidup manusia.
PEMBUNUHAN DISENGAJA ADA 3 MACAM:

1) Memukul dg alat yg biasanya dpt membunuh seseorang. Misal:


pedang, pisau tajam, granat tangan, besi, kayu besar. Dikenai
hukum pembunuhan yg disengaja.
2) Membunuh seseorang dg alat yg biasanya tidak dpt membunuh
seseorang akan tetapi ada indikasi lain yg umumnya bisa
menyebabkan terbunuhnya seseorang. Misal batu yg
pinggirnya dibuat lancip seperti pisau. Termasuk dalam jenis
pembunuhan yg disengaja.
3) Memperlakukan seseorang dg suatu perbuatan yg biasanya
perbuatan itu dapat membunuh seseorang. Misal mencekik
lehernya, dilempar dari tempat tinggi, dijerat lehernya dg tali.
QISHASH THD MUSLIM KARENA
MEMBUNUH ORANG KAFIR
 Dibedakan antara kafir harbiy, dzimmiy, dan musta’min.
 Kafir harbiy = kafir yg tidak diberi jaminan keamanan maupun hak-hak
umum dari negara Islam dan juga tidak ada jaminan khusus bagi orang
kafir tersebut. Seorang muslim itu tidak dibunuh karena membunuh
kafir itu, ia hanya dikenakan diyat yg jumlahnya separuh dari diyat
muslim. (diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dan dari
kakeknya).
 Kafir dzimmiy = memperoleh perlakuan sama seperti seorang muslim
dalam hal penjagaan thd darah, harta dan kehormatannya.
 Kafir Musta’min = kafir yg memiliki perjanjian. (Lihat QS At-Taubah:
6)
AD. 2 PEMBUNUHAN MIRIP DISENGAJA
 Adalah pembunuhan yg sengaja dilakukan, akan tetapi
menggunakan alat yg umumnya tidak bisa membunuh
seseorang. Kadang-2 maksudnya hy menyiksa atau memberi
pelajaran tp melampaui batas.
 Ia sengaja memukulnya tp tidak sengaja membunuhnya. Tdp
unsur sengaja dan tidak sengaja.
 Pelakunya tidak dibunuh tp diyatnya berat yakni 100 ekor
unta, dan 40 ekor diantaranya sedang bunting. (HR Bukhari,
HR Ahmad, HR Abu Dawud)
AD. 3 PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA
Ada 2 Bentuk:
1) Pelaku melakukan tindakan yg ia sendiri tidak bermaksud
menimpakan perbuatan itu kepada pihak yg terbunuh, namun
menimpa orang tsb, yg akhirnya membunuhnya. Contoh:
memundurkan mobil tp ternyata menabrak orang lain hingga
meninggal. Sanksi: diyat 100 ekor unta dan kafarat dg
membebaskan budak (jk tidak menjumpai budak maka puasa
2 bulan berturut-turut).
2) Pelaku membunuh seseorang di negeri kafir yg ia sangka
kafir harbiy ttp ternyata ia muslim namun menyembunyikan
ke-Islamannya. Sanksi: kafarat saja, tidak wajib membayar
diyat.
Dasar Hukum: QS An-Nisa ayat 92.
AD. 4 PEMBUNUHAN YG TERJADI
KARENA KETIDAKSENGAJAAN
 Adalah seseorang melakukan sesuatu perbuatan
tanpa ia kehendaki, akan tetapi perbuatan itu
telah menyebabkan terbunuhnya seseorang.
Misal seseorang tergelincir dari tempat tinggi yg
mengenai orang lain dan menyebabkan orang tsb
meninggal dunia.
 Sanksi = membayar diyat 100 ekor unta dan
wajib membayar kafarat dg membebaskan
budak. Jika ia tidak membebaskan budak maka
wajib puasa dua bulan berturut-turut.
PEMBUKTIAN PEMBUNUHAN

1. Pengakuan
2. Pembuktian: dg 2 orang saksi
laki-laki atau seorang laki-laki
dan dua orang saksi perempuan
(QS Al-Baqarah: 282)
CARA MEMBUNUH PELAKU
PEMBUNUHAN
 Syarat:

-Ihsan al-qathlu (eksekusi yg paling baik), yaitu


melakukan eksekusi dg cara yg paling baik
sehingga mempermudah kematian. (HR Muslim)
-Tidak tergesa-gesa. Diundurkan sampai beberapa
waktu yg memungkinkan terjadinya pemaafaan
dari wali (pihak yg terbunuh). Sebab mereka diberi
kesempatan untuk memilih membunuh (qishash),
meminta diyat, atau memberi pengampunan. (QS
Al-baqarah:178)
BENTUK PIDANA QISAS / DIYAT:

1. Pidana mati (Qisas atas jiwa)


2. Pidana perlukaan fisik/anggota
badan lainnya (qisas atas badan)
3. Pidana denda atas jiwa (Diyat atas
jiwa)
4. Pidana denda atas perlukaan (Diyat
perlukaan).
Nurcholish Madjid dalam
bukunya "Islam Doktrin dan
Peradaban", mengemukakan
bahwa "hukum" dalam Al-Qur'an
mengandung unsur-unsur
kesegaran dalam menegakkan
keadilan dan sekaligus
kelembutan dalam semangat peri
kemanusiaan.
 Kedua unsur itu tercakup dalam firman Allah (Al-
Qur'an) surah Asy Syuura ayat 40 yang dalam rumusan
firmanNya:”Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan
dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang
yang zalim.”

‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ۡن‬ ‫ۖا‬ ‫ُل‬ ‫ۡث‬ ‫ة‬ٞ ‫َٰٓز‬


 َ‫َج ُؤ ْا َس ِّي َئ ٖة َس ِّي َئ ِّم َه َف َم َع َف ا َو ۡص َلَح َف ۡج ُرُهۥ‬
‫َّٰظ‬
‫َع َلى ٱِۚهَّلل ِإَّن ُهۥ اَل ُيِح ُّب ٱل ِلِم يَن‬
DIYAT
DIYAT ada dua macam:
1. Diyat Berat, yakni 100 ekor unta, 40 ekor unta
diantaranya bunting. Diambil dari pembunuhan
disengaja, asal walinya memilih untuk meminta diyat.
Juga diambil dari kasus pembunuhan mirip disengaja.
2. Diyat yg tidak berat, yakni 100 ekor unta saja. Diambil
dari pembunuhan tidak disengaja, dan pembunuhan yg
terjadi tidak dg kesengajaan.

 Unta di dalam diyat, merupakan dasar diyat. Ia tidak


bisa dikonversikan.
DIYAT UANG

Diukur dg emas sebanyak 1000 dinar,


dan perak sebanyak 12.000 dirham.
Dinar syar’i setara dg 4,25 kg (4.250
gram) emas.
Dirham syar’i setara dg 2.975 gram
perak. Setara dg 35.700 gram perak.
PIHAK YANG WAJIB MEMBAYAR
DIYAT
1. Untuk kasus pembunuhan disengaja, diambil dari harta
pembunuh, bukan aqilah-nya.
2. Pembunuhan mirip disengaja, tidak disengaja, dan
pembunuhan yg terjadi karena ketidaksengajaan, maka
diyatnya dibebankan atas aqilah. Jadi, aqilah saja yg
membayar diyatnya. Aqilah laki-laki adalah keluarga-2
dari pihak laki-2, saudara-2nya, paman-2nya, anak-2
pamannya, sampai kakek. Kemudian mulai dg sepupunya
ke bawah.
 Aqilah = ashabah yg tidak mewarisi kecuali sebagian yg
diwariskan. Bapak dan anak tidak termasuk aqilah dalam
masalah diyat. Barang siapa tidak memilik aqilah, maka
diyatnya diambil dari baitul mal.
DIYAT JANIN

Yaitu membebaskan seorang


budak laki-laki atau
perempuan. Jika ia tidak
mendapatkan budak, diyatnya
10 ekor unta.
DIYAT ANGGOTA TUBUH DAN TULANG
MANUSIA

 ORGAN-ORGAN DI KEPALA
-Dua biji mata = diyat. Satu biji mata = ½ diyat.
Sabda Rasulullah SAW, “Pada dua biji mata
dikenakan diyat. Pada satu biji mata,
diyatnya 50 ekor unta”.
-Dua daun telinga = diyatnya idem mata.

-Hidung = terdiri 3 bagian, yakni 2 lubang


hidung dan pemisah di antara keduanya. (1/3,
2/3, 3/3 (diyat penuh)).
- ORGAN-ORGAN DI KEPALA
- Dua pelupuk mata = ada 4 (1/4, 2/4, ¾, 4/4)
- Dua alis mata = idem mata.
- Gigi geligi = setiap gigi diyatnya 5 ekor unta.
- Rambut = rambut kepala, kumis-cambang, jenggot, dan
rambut di alis mata, pada setiap rambut tsb dikenakan
diyat jika tjd penyerangan yg menyebabkan rambut tdk
bisa tumbuh lagi.
- Dua rahang = diyatnya idem mata.
- Akal = diyat.
- As-sha’r (wajahnya miring ke salah satu sisinya) =
diyat.
 ORGAN TUBUH SELAIN KEPALA
- Dua tangan (tangan yg wajib dikenakan diyat, yaitu
tangan dari pergelangan tangan) = diyat. Lebih dari
pergelangan tangan = hukumah.
- Dua kaki (hingga mata kaki) = diyatnya idem mata. Lebih
dari mata kaki = hukumah.
- Jari jemari = setiap jari pada dua tangan dan dua kaki
diyatnya @ 10 ekor unta. Setiap ruas jari = diyatnya 1/3
diyat jari-jari (utuh). Ibu jari = diyatnya ½ diyat jari-jari
(utuh).
- Dua buah payudara = diyat (masing-masing ½).

- As-Sulbu (punggung adl tulang yg dimulai dari bahu atas


hingga tulang ekor = diyat.
 ORGAN TUBUH SELAIN DI KEPALA
- Rusuk = kumpulan rusuk mrpk organ yg satu, yakni dada = diyat
penuh. Untuk setiap rusuk dikenai diyat dg perkiraan.
- Dua buah pantat = diyat. Masing-masing ½ diyat.

- Perut = diyat.

- Kandung kemih = diyat.

- Penis = diyat.

- Skrotum (2 biji pelir) = diyat. Masing-masing ½ diyat.

- Labia (keduanya adl daging yg melekat pada farji, yg pd kedua


sisinya melekat mulut kemaluan) = diyat. Masing-masing ½ diyat.
- Dubur = diyat.

- Tulang belulang (2 tulang selangka, 2 tulang lengan, 2 tulang betis,


2 tulang paha, 2 tulang hasta, 2 tulang lengan, 2 lengan (siku
bahu), tulang dada, dll = hukumah/ganti rugi.
MENGAPA AL-QUR’AN PERLU
MENGATUR HUKUM QISAS YANG
BERAKAR DARI PRAKTEK HUKUM
BUDAYA LOKAL ARAB?
 Turunnya Al-Qur’an melalui Pendekatan Budaya
 Menginkulturasikannya dengan nilai-nilai baru, seperti
nilai keadilan, kesetaraan, moralitas, dan
pertanggungjawaban individu.
 Prinsip rehabilitatif, bukan semata fungsi kontrol tapi
juga fungsi social engineering, yaitu untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia.
JENIS-JENIS TINDAK PIDANA
YANG DIANCAM PIDANA MATI
 Zina
 Perampokan (Hirabah)
 Murtad
 Pemberontakan
 Pembunuhan sengaja
PROSES PENGADILAN
 Hukuman yang dijatuhkan terhadap
pelaku hanya dapat dilakukan apabila
telah memenuhi syarat-syarat yang ketat.
 Dalam kasus zina:
Hukuman mati bagi pelaku muhsan (terikat
kawin) hanya dapat dilakukan setelah melalui
proses pembuktian yang ketat, sehingga
dimasa nabi dan sahabat penjatuhan hukuman
ini dapat dihitung dengan jari.
EKSEKUSI PIDANA MATI
Apabila perzinaan telah terbukti maka
hakim wajib menjatuhkan hukuman
had kepada para pelakunya.
Teori tadakhul:
Jika seorang pelaku zina telah berkali-
kali melakukan perzinaan kemudian
tertangkap, maka baginya cukup
dijatuhi hukuman sekali saja.
 Akan tetapi jika ia melakukan perzinaan, di
samping itu juga melakukan tindak pencurian
atau tindak pidana lainnya, maka masing-masing
kejahatan dikenakan hukuman. karena kedua
macam tindak pidana itu berbeda tujuannya,
yakni yang satu memelihara kehormatan dan
yang lain menjaga harta.
 Eksekusi dilakukan oleh pemerintah atau orang
atau badan yang diberi wewenang oleh
pemerintah
 Pelaksanaan sanksi harus terbuka dan diketahui
umum, agar hukuman tersebut berdaya preventif.
TINDAK PIDANA TA’ZIR DAN HUKUMAN

 Adalah setiap tindak pidana yang tidak


ditentukan sanksinya oleh al-quran maupun
hadis nabi, yang berkaitan dengan tindak
pidana yang melanggar hak Allah dan hak
hamba.
 Merupakan bentuk pidana pengembangan
(pidana ijtihadi) yang tidak didasarkan
kepada ketentuan pidana qisas,diyat maupun
had (hudud)
TA’ZIR
 Jarimah Ta’zir secara harfiah bermakna
memuliakan atau menolong
 Merupakan bentuk pidana yang bertujuan
mendidik
 Jarimah Ta’zir adalah perbuatan pidana
yang bentuk dan ancaman hukumannya
ditentukan oleh penguasa (hakim) sebagai
pelajaran kepada pelakunya.
TINDAK PIDANA YANG
DIKATEGORIKAN DALAM
PEMBAHASAN TA’ZIR:
Tindak pidana ringan seperti
pelanggaran seksual yang tidak
termasuk zina
Tuduhan berbuat kejahatan selain
zina
Pencurian yang nilainya tidak sampai
satu nisab harta.
JENIS HUKUMAN YANG TERMASUK
JARIMAH TA’ZIR:
Penjara
Skorsing (pemecatan)
Ganti rugi
Pukulan
Teguran dengan kata-kata
Dan jenis hukuman lain yang sesuai
dengan pelanggaran dari pelakunya
PIDANA TA’ZIR DAPAT DILIHAT DARI DUA SEGI:
1. Pidana ta’zir sebagai pidana tambahan yang
memberikan pengajaran melalui pemberatan thd kadar
ancaman pidana atas badan yang sudah ditentukan,
berupa:
- pemukulan atau penamparan
- penahanan atau kurungan

2. Ta’zir dilihat sebagai bentuk pidana yang


merefleksikan adanya peluang bagi hakim, pejabat
pembentuk UU, maupun para ahli hukum untuk
melakukan pembaharuan atau ijtihad (inovasi) thd
berbagai ketentuan mengenai bentuk pidana yang
sudah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits.
TINDAK PIDANA TA’ZIR DIBEDAKAN ATAS 3 BAGIAN:
1. Tindak pidana hudud atau qisas yang subhat
atau tidak memenuhi syarat namun sudah
merupakan maksiat. Misal percobaan
pencurian, pencurian di kalangan keluarga.
2. Tindak pidana yang ditentukan oleh alquran
dan hadits namun tidak ditentukan
sanksinya. Misal penghinaan, saksi palsu,
tidak melaksanakan amanah.
3. Tindak pidana yang ditentukan pemerintah
untuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini
ajaran Islam dijadikan pertimbangan
penentuan kemaslahatan umum.
HUKUMAH
Merupakan pidana atas harta yang dikenakan sebagai
pengganti denda (diyat) atas kasus-kasus delik yang
diancamkan dg pidana denda tetapi ketentuan
mengenai ancaman pidananya belum ditentukan dalam
Al-Qur’an dan Hadits. Umumnya, hukumah dikenakan
sebagai pidana atas delik atas jiwa dan delik perlukaan
yang diancam dengan pidana qisas dan diyat.
 Dalam sejarah hukum pidana Islam tindak pidana yang
diancam dengan hudud atau qisas/diyat hampir tidak
pernah dilakukan, kecuali dalam perkara yang sangat
sedikit.
 Pada umumnya tindak pidana yang banyak terjadi
adalah yang diancam dengan ta’zir.karena perhatian
ajaran Islam atas kemaslahatan manusia sangat besar
SIMPULAN
 Praktek pemidanaan sebelum Islam sangat ekstrem.
 Setelah Islam, sebagiannya merupakan kelanjutan dari
tradisi sebelumnya dengan penghalusan dan
penyederhanaan penerapannya, seperti tradisi qisas dan
rajam.
 Penyederhanaan mencerminkan semangat untuk
menerapkan sistem pidana yang lebih rasional, adil, dan
manusiawi.
 Dalam rangka menyantuni kepentingan korban dan
masyarakat pada umumnya, dan kepentingan hukum itu
sendiri.
 Bentuk-bentuk pidana dalam Al-Qur’an dan Hadits sangat
terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut. Seperti Ta’zir dan
Hukumah. Asalkan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan
Hadits.
ALHAMDULILLAH

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai