Disusun Oleh :
Puji syukur bagi kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT , karena dengan rahmat dan karunia-
nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih terhadap Bapak Dosen Pengampu yang sudah
memberikan banyak sekali ilmu kepada kami selaku Mahasiswa, serta tak luput juga rasa
terimakasih kami kepada para rekan-rekan sekalian yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat berharap agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bagi kami para penyusun merasa sangat menyadari bahwa masih banyak-nya
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karna keterbatasan-nya pengetahuan serta
pengalaman kami. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca .
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu :
1. Pengertian dan Unsur-unsur-nya
2. Alat bukti dan Sanksi
3. Qishos
4. Sanksi qishos
5. Hapusnya sanksi qishos
A. Pengertian Jarimah
Pembunuhan dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan proses perbuatan atau cara
membunuh. Dalam Bahasa Arab, pembunuhan disebut “al-qatlu” yang artinya mematikan.
Dalam istilah pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili yang mengutip pendapat
Syarbini Khatib, sebagai berikut:
ِ لن ْف َ ُم ْز ِه ُق أ ُل ُه َو ْال
َ َف ْع ُل الْ اَل
ق ْت ِ س ِى ْالقَا
َّ ِت ُل ل
Apalagi pelanggaran tersebut dilakukan secara sadar dan sengaja, serta yang dibunuh itu
adala seorang mukmin, maka Allah memberikan ancaman berupa kutukan dan azhab dari Allah
yang sangat besar, yaitu siksa api neraka Jahannam bagi pelakunya. Membunuh merupakan
kejahatan yang sangat serius karna perbuatan itu merupakan perkara yang pertama kali
disidangkan pada hari kiamat.membunuh termasuk salah satu dosa besar yang berada dalam
jajaran teratas dosa-dosa besar. Imam Dzahabi dalam Al Kabair menetapkan membunuh sebagai
dosa besar yang menduduki peringkat kedua setelah syirik, dari sebanyak 70 dosa besar yang ia
sebutkan. Orang boleh mencabut hak hidup seseorang dengan lima hal berikut:
a. Hukum balas (qishash) yang dikenakan bagi penjahat pembunuhan dengan sengaja.
b. Dalam perang mempertahankan diri (jihad) melawan musuh Islam. Merupakan hal yang
wajar bahwa ada beberapa pejuang terbunuh.
c. Hukuman mati bagi para pengkhianat yang berusaha menggulingkan pemerntahan
Islam.
d. Lelaki dan perempuan yang sudah menikah namun melakukan zina
e. Orang-orang yang merampok/ membegal (hirobah).
Tindak pidana pembunuhan merupakan hal yang sangat mengerikan sehingga setelah
dihukum Hadd pun, si pelaku akan disiksa di dalam neraka. Dimurkai dan dilaknat oleh Allah
SWT. Tidak hanya kehidupan manusia yang disucikan tetapi juga semua kehidupan. Bahkan
dalam penyembelihan hewan pun harus membaca “ bismillah, allahuakbar”. Jangankan
membunuh nyawa orang lain, bahkan mencabut nyawa diri sendiri pun tidak ada menjadi hak
kita dalam syariat Islam.
Dasar Hukum Pembunuhan Sebenarnya banyak sekali firman Allah yang melarang perbuatan
membunuh, baik dengan ucapan yang jelas-jelas melarang membunuh dengan ucapan “jangan
membunuh” atau ucapan “ tidak boleh membunuh” umpanya dalam sebuah firman Allah Surat
Al-An’am ayat 151:
”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar...” (QS. Al-An’am: 151)
Dari larangan Allah yang jelas dan ditegaskan lagi dalam ayat diatas dapat di simpulkan bahwa
pembunuhan secara tidak hak itu adalah haram. Alasan keharaman itu adalah karna
pembunuhan itu merusak sendi kehidupan yang setiap orang dituntut untuk menjaganya.
Unsur-Unsur Jarimah
Suatu perbuatan dianggap sebagai tindak pidana apabila unsurunsurnya telah terpenuhi. Abdul
Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum jarimah ada tiga macam
a. Unsur Formal yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan mengancamnya
dengan hukuman. Dalam unsur ini terdapat lima masalah pokok :
1. Asas legalitas dalam hukum pidana Islam.
2. Sumber-sumber aturan-aturan pidana Islam.
3. Masa berlakunya aturan-aturan pidana Islam.
4. Lingkungan berlakunya aturan-aturan pidana Islam
5. Asas pelaku atau terhadap siapa berlakunya aturan-aturan hukum pidana Islam.
b. Material yaitu adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata
(positif) maupun sikap yg berbuat (negatif) yang bersifat melawan hukum. Unsur materiil ini
mencakup antara lain:
1. Jarimah yang belum selesai atau percobaan.
2. Turut serta melakukan jarimah.
c. Unsur Moral yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni orang yang dapat
dimintai pertanggung jawaban atas tindak pidana yang dilakukan. Pemahasan mengenai
unsur pertanggung jawaban ini berkisar dua masalah pokok:
1. Pertanggungjawaban pidana.
2. Hapusnya pertanggungjawaban pidana.
Sedangkan menurut syara‟ kesaksian adalah pemberitaan yang pasti yaitu ucapan yang keluar
yang diperoleh dengan penyaksian langsung atau dengan penyaksian langsung atau dari
pengetahuan yang di peroleh dari orang lain karena beritanya telah tersebar.
Seseorang yang hendak melakukan kesaksian menurut abdul karim zaidan harus dapat
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Dewasa
2) Berakal
3) Mengetahui apa yang disaksikan
4) Beragama islam
5) Adil
6) Saksi itu harus dapat melihat
7) Saksi itu harus dapat berbicara.
8) Alat Bukti Petunjuk (Qarinah)
Qarinah secara bahasa diambil dari kata “muqaranah yang berarti mushohabah
(pengertian/petunjuk) secara istilah qarinah diartikan dengan:
Tanda -tanda tersebut yang dapat menimbulkan keyakinan. Qarinah-qarinah terbagi menjadi
dua yaitu;
C. Qishos
Qishash diambil dari kata Qhassa (َّ ) قَصyang berarti “mengikuti/menelusuri” sebagaimana
tersebut dalam firman Allah ta’ala,
Makna etimologi ini memiliki keterkaitan dengan pengertian terminologi qishash; karena
korban (atau wali korban) mengikuti jejak pelaku hingga meng-qishashnya (melalui tangan
pihak berwenang). Qishash juga diserap dari kata Al-qhassh (ّ ) القَصyang berarti memotong,
seperti ( ) قَصَّ ال َشعْرatau “memotong rambut”. Makna ini juga memiliki keterkaitan dengan
pengertian terminologi qishash; karena korban/wali korban menelusuri jejak pelaku hingga
membunuh atau melukainya (dengan hukuman potong) sebagaimana yang pelaku lakukan.
Qishash juga bisa berarti ( )ال ُم َسا َواةatau “persamaan”.
Qishash ialah:
“Tindakan yang dilakukan terhadap pelaku, sebagaimana yang telah pelaku lakukan terhadap
korban”
Qishash ialah hukuman dalam syariat Islam atas manusia yang sengaja menghilangkan jiwa
(membunuh) atau melukai anggota tubuh manusia lainnya. Jika pelaku membunuh, makan dia
dibunuh, jika dia melukai, maka dia dilukai, setelah terpenuhi syarat-syarat ketat yang telah
ditetapkan oleh agama Islam, melalui tangan pihak yang berwenang (pemerintah).
menbayar denda berupa seratus ekor unta yang terdiri dari 30 ekor unta
hiqqah ( umur 3-4tahun), 30 ekor unta jadzaah (umur 4-5 tahun) dan 40
membayar diyāt 200 ekor sapi. Atau dua ribu kambing, atau uang emas
seribu dinar, atau uang perak sebesar dua belas ribu dirham 59
.Diyātpun
pidana yang dilakukan oleh pelaku. Jadi, qiṣāṣ sebagai hukuman pokok
yaitu :
3) Pengobatan
4) Permainan olahraga
Kesimpulan
Bahwa perbuatan Jarimah Pembunuhan adalah perbuatan yang keji,dan termasuk perbuatan
haram yang di larang oleh Allah SWT juga merupakan perbuatan yang sangat di larang oleh
Allah SWT . Sehingga Allah akan memberikan hukuman yang sangat amat pedih yaitu berupa
Neraka Jahanam untuknya ,perbuatan pembunuhan juga merupakan perkara yang pertama
yang akan disidangkan pada hari kiamat nantinnya. Adanya dasar pembunuhan juga terdapat
banyak di dalam al-qur`an salah satu contohnya yaitu terdapat dalam Surah Al-An’am ayat 151
”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar...” (QS. Al-An’am: 151).
Saran
Demikian penyelesaian makalah ini kami buat, semoga adanya makalah ini dapat membantu
rekan-rekan dan juga dapat membagikan ilmu tambahan kepada rekan sekalian. Apabila
terdapat suatu kritikan dan berupa saran kami akan sangat siap untuk menerimannya, silahkan
sampaikan kepada kami. Karna kritik dan saran sangatlah membantu bagi penyempurnaan
makalah ini. Dan kami selaku penyusun makakalah ini memohon maaf jika terdapat berbagai
kesalahan di dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSAKA
Azwar Nurhadi, Skripsi, Pembunuhan Menurut Padangan Islam, ( Makasar: 2002), hal, 21
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung, 1989, hlm. 331.
Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi Di Indonesia, Jakarta:
Raih Asa Sukses, 2012,hlm. 42
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 73
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 229