Anda di halaman 1dari 34

Skenario 1.

Korban janji
Lusa adalah ujian akhir blok dan Minke memutuskan untuk begadang malam ini untuk
belajar. Guna menemaninya belajar sistem kebut semalam (SKS), ia meminum kopi Janji Terus.
Beberapa menit kemudian, Joni merasa jantungnya berdebar sangat cepat dan berjalan
terhuyung-huyung serta kemudian terjatuh. Mengetahui hal tersebut, Darsam, teman satu kos
Minke yang seorang mahasiswa FK, membantunya bangun dan membaringkannya di atas kasur
untuk istirahat. Darsam segera memeriksa nadi radialis, dan jantung Minke dengan stetoskop
miliknya serta mengukur tekanan darahnya. Minke mengaku pada Darsam bahwa ia jarang
minum kopi sebelumnya. Ia pun kapok belajar SKS dan begadang dan mulai membiasakan pola
hidup sehat (makan-makanan bergizi seimbang dan olahraga).

STEP 1 :

1. Jantung : bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah (letaknya di dalam rongga
dada sebelah atas) atau letaknya di mediastinum media, di kartilago costae 3 hingga 6
pada sebuah garis 2 cm lateral dari batas sternum bagian kanan dan Kiri : garis
penghubung antara batasbawah costae III (2-3 cm parasternal) dan garis midclavicularis
sinistra, organ muskularis berongga dan berbentuk konus (kerucut)
2. Terhuyung : berajalan dsb bergoyang ke kiri dan ke kanan seperti orang mabuk
3. Begadang : berjaga sampai larut malam
4. Nadi radialis : pembuluh darah pada lengan bawah yang sejajar Os. ulnar,
5. Stetoskop : alat yang digunakan dokter untuk mendengarkan suara tubuh dalam rongga
dada. Alat medis untuk memeriksa secara auskultasibergerak
6. sistem : suatu perangkat unsur yang secara teratur dan berkaitan sehingga membentuk
totalitas seperti yang di dalam tubuh pernafasan & peredaran darah
7. Berdebar : bergerak atau berdenyut lebiih kencang dr pd biasanya;

STEP 2 :

1. Apakah efek dari kopi terhadap tubuh?


2. Bagaimana cara menjaga kesehatan jantung?
3. Faktor apa yang mempengaruhi denyut jantung?
4. Apa dampak begadang bagi metabolisme tubuh?
5. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus di atas?
6. Apakah belajar atau sistem SKS baik untuk tubuh?
7. Kandungan dalam kopi yang berkaitan dengan tekanan darah?

STEP 3 :

1. Apakah efek dari kopi terhadap tubuh ?


- Kopi mengandung zat kafein di dalamnya. Kafein di dalam tubuh manusia bekerja
dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa di
dalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam waktu 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam. Efeknya
akan berlanjut dalam darah selama sekitar 12 jam. Konsumsi satu atau dua cangkir kopi
dalam sehari dapat membuat seseorang merasa lebih terjaga dan waspada untuk
sementara (Indriyani, 2009). Peningkatan resistensi pembuluh darah tepi dan
vasokonstriksi di sebabkan oleh kafein yang memiliki sifat antagonis endogenus
adenosin. Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh dosis kafein yang dikonsumsi.
Dosis kecil kafein yang biasa dikonsumsi oleh Seseorang mempunyai adaptasi/efek yang
rendah
- Terdapat zat kafein bekerja memproduksi hormon adrenalin untuk memicu jantung
yang dapat memicu tekanan darah, membuat jantung berdebar; kandungan kafein tidak
semua terserap tubuh sehingga menyebabkan gumpaan darah menyebabkan
menggumpalnya darah dan meningkatkan kerja jantung yang dapat ber efek insomnia;
asupan kafein per hari adalah 400 mg
2. Cara menjaga kesehatan jantung?
- Tidak merokok, Aktivitas fisik, Makanan yang menyehatkan jantung, Menjaga berat
badan yang ideal
- Tentunya cara menjaga kesehatan jantung adalah salah satunya dengan pola hidup yang
sehat. Pola hidup sehat merupakan kebiasaan hidup yang berpegang pada prinsip menjaga
kesehatan. Menjalani pola hidup sehat merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Dalam
UU No. 23 Tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi Beberapa tahun yang lalu, Human Population Laboratory di California
Departemen of Healt menerbitkan daftar kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan dan
umur panjang, yaitu mencakup olahraga yang teratur, tidur secukupnya, sarapan yang
baik, makan yang teratur, kontrol berat badan, bebas dari rokok dan obat-obatan, dan
tidak mengomsumsi alkohol (Sharkey,2003:15). Irianto (2000:16) mengemukakan bahwa
untuk mencapai kebugaran dan kesehatan, seseorang harus mengatur makanan,
beristirahat secara cukup, dan berolahraga teratur. Dengan demikian, pola hidup sehat
akan mencakup pola makan, menjaga kesehatan pribadi, istirahat yang cukup, dan aktif
berolahraga.
a. Mengatur makanan dan pola makan dengan diet. Diet berarti mengatur
makanan.Hal ini mengandung bahwa makan harus seimbang dengan
kebutuhan tenaga. Dengan kata lain, input energi harus sama dengan output
energi. Ingat, mengonsumsi makanan yang berlebihan dapat berakibat
langsung pada kelebihan berat badan, kegemukan, dan akibatnya dapat
menyebabkan penyakit jantung, diabetes melitus, dan secara tidak langsung
dapat menimbulkan depresi, dan ketidaknyamanan sosial. Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) menganjurkan agar 60-70% kebutuhan energy
diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), 10-15% dari
protein, dan 10-25% dari lemak (Almatsier, 2005:13).
b. Berolahraga teratur. Dosis latihan olahraga yang baik menurut Hinson
(1995:30) adalah ketika denyut jantung bekerja di antara 60-80% dari denyut
jantung maksimal dan lama latihan antara 30 sampai dengan 60 menit. Yang
perlu diperhatikan dalam berolahraga selain penentuan dosis latihan adalah
latihan jangan berlebihan atau over dosis. Jika seseorang berolahraga secara
berlebihan (over training), badan akan menjadi lelah. Jika hal ini dilakukan
secara terus-menerus, dalam jangka panjang dapat menyebabkan jatuh sakit
dan akhirnya akan menjadi takut berolahraga (Richardson, 2008:9).
c. Menjaga kesehatan pribadi dengan melakukan aktivitas rutin seperti mandi,
menggosok gigi, berpakaian, kebersihan rambut
d. Menjaga pola istirahat yang cukup
3. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung
Penyumbatan, berupa arterosklerosis oleh zat kapur dan zat adictif Kafein, alkohol, fisik
jantung itu sendiri, pola hidup
4. Pengaruh begadang terhadap metabolisme tubuh
a. Menurunkan respon imun tubuh,
b. Begadang dapat mengakibatkan hipertensi

5. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus di atas?

- Islam sendiri menjadikan ilmu pengetahuan atau belajar sebagai sebuah kegiatan yang
wajib dilakukan sebagaimana ayat al-quran tentang melakukam perjalanan . Sebab,

baik belajar mengenai iu agama ataupun ilmu pengetahuan lain akam bisa membantu
seseorang mudah dalam menentukan jalan hidup dan mendapatkan apa yang
diinginkannya seperti manfaat ilmu dalam pandangan islam . Sebagaimana dalam
Hadist berikut ini :
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Al-Quran Surah
An-Naba’ Ayat 9

Dari sebuah hadist Rasullulah SAW pernah bersabda “Bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang
tidak bermanfaat) setelahnya (begadang).” [HR Bukhari dan Muslim)
6. Apakah belajar atau sistem SKS baik untuk tubuh?
- Mahasiswa yang belajar dengan sistem kebut semalam memeberikan dampak yang
buruk terhadap fisik dan otak, yang secara terus menurus dipaksakan untuk
mempelajari semua mata kuliah yang dituju. Selama masa perkuliahan mahasiswa
diberikan perlakuan belajar dengan kreatif dan aktif secara mandiri. Namun
kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum dapat menerapkan belajar
mandiri dengan baik. Dalam mengatur waktu dikalangan mahasiswa merupakan hal
yang sulit untuk kehidupan. Terutama dalam mengatur waktu yang sedikit, dalam
menyelesaikan tugas dengan cepat. Sehingga, menimbulkan perilaku sistem kebut
semalam yang akan menjadi tindakan plagiarisme. Fakta di lapangan bahwa tindakan
plagiarisme dikalangan mahasiswa banyak ditemukan pada penyelesaian tugas
akademik yaitu paper, makalah, review, dan small research khususnya pada
pembuatan field note. Pilihan mahasiswa terhadap penyelesaian tugas akademik
merupakan suatu bentuk implentasi adanya tindakan sosial dalam memilih
plagiarisme yang dinilai tepat bagi tugas akademiknya.
- Umur 18-25 dianjurkan 7-9 jam/ hari bila tidak berakibat meningkatnya gormon
kortisol penyebab stress dan gejala lainya. SKS menyebabkan plagiarisme terhadap
pekerjaan orang lain.
7. Kandungan dalam kopi yang berkaitan dengan tekanan darah?
Kopi mengandung kalium dan polifenol yang dapat menurunkan tekanan darah, selain
memiliki kandungan yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kopi instan merupakan
kopi yang dikonsumsi oleh responden. Polifenol (antioksidan) terkandung dalam Kopi
instan yang terdapat serat larut air yang tinggi. Polifenol menghambat terjadinya
atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler. Selain polifenol, kandungan yang cukup
tinggi dalam kopi diketahui adalah kalium. Kalium menghambat pelepasan renin yang
berfungsi menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga terjadi peningkatan
eksresi air dan natrium. Pelepasan renin tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
curah jantung, tekanan perifer dan volume plasma, sehingga tekanan darah akan turun
(Indriyani, 2009). Polifenol dan kalium dapat menyeimbangkan efek kafein. Adapun
upaya individu dalam mengurangi kebiasaan minum kopi yaitu dengan berolahraga
secara teratur dan menggantikan kebiasaan minum kopi dengan minuman lain. Jika
kebiasaan minum kopi terus dilakukan tidak menutup kemungkinan maka akan memicu
terjadinya hipertensi atau peningkatan tekanan darah dikarenakan salah satu zat dari kopi
dapat memicu peningakatan tekanan darah dalam tubuh yaitu kafein. Kafein dapat
membuat tekanan darah meningkat dan jantung berdebar (Purnomo, 2009).

STEP 4 : SKEMA

STEP 5 : Sasaran Belajar

1. Embriologi dan anatomi sistem kardiovaskuler


2. Histologi sistem kardiovaskuler, terutama sel otot jantung dan pembuluh darah arteri dan
vena.
3. Fisiologi sistem saraf pusat sebagai berikut :
a. Aktivitas listrik jantung dan EKG normal
b. Siklus jantung dan katup jantung
c. Curah jantung dan tekanan darah
d. Nutrisi otot jantung
e. Fisiologi olahraga
f. Efek stimulan pada sistem kardiovaskuler (kafein)
4. Pemeriksaan fisik jantung, Harvard step test, dan EKG normal
5. Petunjuk hidup sehat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
STEP 6 : Belajar Mandiri
STEP 7 :

1. Anatomi dan Embriologi Jantung


2. Histologi system kardiovaskuler
JANTUNG

1. Pericardium
Jaringan fibrosa
• Jar. Ikat Padat Irregular
• Kuat dan kurang elastis
• Mencegah Overstretching kontraksi jantung
• Melindungi jantung
• Mempertahankan jantung tetap pada posisi anatomisnya
Jaringan serosa
• Sel epitel squamous simplex (mesotel) dan jaringan ikat fibroelastika
• Pembuluh darah, saraf, dan adiposity
• Menghasilkan cairan sebagai pelumas

2. Endokardium

– Serat purkinje dibedakan dengan serat otot jantung dari bentuk


- Terpulas lebih pucat
- Glikogen dan mitokondria banyak
-miofibrilnya yang relative lebih sedikit dan terletak di perifer serat
- dengan diameter fibril lebih besar
– Fisiologis → konduktor
– Keadaan memaksa → PACEMAKER (15- 40x/menit)
3. Miokardium

1. Cardiomyocyt kontraktil, yang berkontraksi untuk memompa darah melalui


sirkulasi. –

2. Cardiomyocyt myoendokrin, menghasilkan faktor natriuretik atrium.

3. Nodal Cardiomyocyt, khusus untuk mengendalikan kontraksi ritmis jantung

HISTOLOGI PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut


(Eroschenko, 2010):
a. Tunika intima (tunika interna) terdiri atas selapis sel endotel yang
membatasi permukaan dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah
lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang
mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh
darah.
b. Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar
(sirkuler). Pada pembuluh besar, sering
ditemukan membrana elstika externa yang lebih tipis yang memisahkan
tunika media dari tunika adventisia yang terletak di luar.
c. Tunika adventisia terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut
serabut elastin. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum
(pembuluh dalam pembuluh) bercabang-cabang luas dalam tunika
adventisia.
d. Vasa vasorum memberikan metabolit-metabolit untuk tunika adventisia
dan tunika media pembuluh-pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya
terlalu tebal untuk diberi makanan oleh difusi dari aliran darah.
 Endotel pembuluh darah

Sel endotel melapisi bagian dalam lumen dari seluruh pembuluh


darah dan berperan sebagai penghubung antara sirkulasi darah dan sel-sel
otot polos pembuluh darah. sel endotel juga memfasilitasi berbagai fungsi yang
kompleks dari sel otot polos pembuluh darah dan sel-sel di dalam
kompartemen darah sebagai membran monolayer yang selektif permeabel sel
endotel mengatur pertukaran molekul baik yang berukuran besar maupun
kecil yang mengenai dinding vaskular. Hubungan interendotel dapat
berkurang atau hilang karena berbagai macam penyebab gangguan
hemodinamik seperti hipertensi dan zat vasoaktif.
 Otot polos pembuluh darah

Pada keadaan terangsang baik secara fisiologis maupun farmakologis sel otot
polos pembuluh darah juga dapat bervasokonstriksi dan juga vasodilatasi.
Jika terdapat injury atau kerusakan pada dinding endotel maka sel otot polos
akan bermigrasi ke bagian intima untuk berproliferasi menjadi lapisan
tunika intima yang baru disebut dengan neointima. Namun proliferasi otot
polos yang berlebihan mengakibatkan stenosis lumen yang dapat
menghambat laju aliran darah terutama pembuluh darah kecil seperti arteri
koroner. Komponen yang menyusun arteri dan vena pembuluh darah
berbeda disesuaikan dengan karakteristik darah yang diangkut.
Keterangan : Arteri mempunyai tunika media yang lebih tebal dari vena sehingga otot
polos lebih banyak dan tekanan lebih tinggi, oleh karena itu arteri disebut reservoir
tekanan. Sedangkan vena memiliki lumen yang diameternya lebih besar sehingga disebut
reservoir darah (Robbin & Cotrans, 2007).
 Aorta

Aorta terdiri dari beberapa lapisan, yaitu (Eroschenko, 2007):


a. Tunika intima (endothelium) terdiri atas selapis sel endotel, dan di
bawahnya ada lapisan subendotel yang mengandung serat jaringan ikat
yang terdiri dari serat elastis dan sedikit serat otot polos. Bagian bawah
dari jaringan ikat ini ada membrana elastica interna, yang mengandung
serat elastis yang bersusun rapat membentuk berkas.
b. Tunika media (membrana fenestrata) terdiri terutama atas otot polos dan
serat elastis. Ada pula sedikit serat kolagen dan urat saraf. Lapisan ini
sangat tebal dan inilah yang membuat pembuluh elastis ini jadi sangat
bingkas. Pada lapisan ini, di daerah pangkal lebih banyak serat elastis
daripada serat otot polos dan makin jauh dari jantung jumlah serat elastis
menyusut dan serat otot bertambah.
c. Tunika adventisia terdiri terutama atas jaringan ikat, berupa serat kolagen
dan sedikit serat elastis. Disini terdapat pula vasa vasorum dan urat saraf,
yang bercabang dan masuk ke tunica media.
 Arteri

Berdasarkan ukurannya, arteri dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Arteri besar (arteri elastin) termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya.
Arteri jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
- Intima, dibatasi oleh sel-sel endotel. Pada arteri besar membrana
basalis subendotel kadang-kadang tidak terlihat. Membrana elastika
interna tidak selalu ada.
- Lapisan media terdiri adventisia tidak menunjukkan membrana
externa, relatif tidak berkembang dan mengandung serabut-serabut
elastin dan kolagen.
b. Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal.
Sel-sel ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan
proteoglikan.
c. Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus),
berdiameter kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen yang
sempit. Memiliki tunika intima dengan tanpa lapisan subendotel dan umumnya tidak
mempunyai membrana elastik interna. Lapisan media
adalah lapisan sel-sel otot polos yang tersusun melingkar. Lapisan
adventisia tipis, tidak berkembang dengan baik dantidak menunjukkan
adanya membrana elastik externa.
 Vena

Vena digolongkan menjadi (Signh, 2011):


a. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri
atas endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos,
dan lapisan adventisia merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas
jaringan penyambung yang kaya akan serabut-serabut kolagen.
b. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm.
Tunika intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi
hal ini pada suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas
berkas-berkas kecil otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut
kecil kolagen dan jala-jala halus serabut elastin. Lapisan kolagen
adventisia berkembang dengan baik.
c. Vena besar mempunyai tunika intima yang berkembang dengan baik.
Tunika media jauh lebih kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos danbanyak jaringan
penyambung. Tunika adventisia adalah lapisan yang
paling tebal dan pada pembuluh yang paling besar dapat mengandung
berkas-berkas longitudinal otot polos. Vena ukuran-kecil atau sedang
menunjukkan adanya katup-katup di dalamnya. Struktur ini terdiri atas
2 lipatan semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke
dalam lumen. Mereka terdiri atas jaringan penyambung elastin dan
dibatasi pada kedua sisinya oleh endotel. Katup-katup khususnya
banyak pada vena anggota badan (lengan dan tungkai). Mereka
mendorong darah vena ke arah jantung berkat kontraksi otot-otot rangka
yang terletak di sekitar vena.

 Kapiler

Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3 jenis menurut struktur


dinding sel endotel, yaitu (Kumar, 2007):
a. Kapiler kontinu. Susunan sel endotel rapat.
b. Kapiler fenestrata atau perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara
sel endotel. Kapiler perforata biasanya ditemukan dalam jaringan
jaringan dimana terjadi pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara
jaringan dan darah, seperti yang terdapat pada ginjal, usus, dan kelenjar
endokrin.
c. Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30
40 μm), sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi
kontinu oleh sel–sel endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan adanya sel
dengan dinding bulat selain sel endotel yang biasa
dengan aktivitas fogositosis. Kapiler sinusoid terutama ditemukan pada
hati dan organ-organ hemopoetik seperti sumsum tulang dan limpa.
Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid pertukaran antar darah
dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan
makromolekul dapat berjalan dengan mudah bolak-balik antara kedua
ruangan tersebut.

3. Fisiologi system kardiovaskuler :


a. Aktivitas listrik jantung dan EKG normal
Aktivitas listrik jantung

Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial yang menyebar ke
seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu: - Sel kontraktil yang
membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja mekanis memompa darah.
Dalam keadaan normal, sel ini tidak membentuk sendiri potensial aksinya. - Sel
otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan menghantarkan potensial
aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil. Sel otoritmik jantung
merupakan sel otot khusus yang berbeda dari sel saraf dan sel otot rangka di mana sel
otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan aktivitas
pemicu yaitu potensial membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke ambang
(potensial pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik memicu potensial
aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu denyut berirama tanpa
rangsangan saraf apapun. Sel-sel jantung otoritmik ini membentuk area tersendiri di:

1. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.

2. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus
yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan
ventrikel.

3. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi menjadi
cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi
ujung rongga ventrikel dan berjalan balik kearah atrium di sepanjang dinding luar.

4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur ke seluruh miokardium


ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon.

Sistem konduksi diatas di mulai dari nodus sinoatrial sebagai pacemaker yang
berguna untuk memicu setiap siklus jantung. Nodus SA ini biasa di pengaruhi oleh sistem
saraf pusat, seperti impuls dari saraf simpatis akan menambah kecepatannya dan saraf
parasimpatis akan memperlambatnya. Hormon tiroid dan epinefrin yang dibawa oleh
darah juga dapat mempengaruhi kecepatan impuls nodus SA. Setelah impuls listrik yang
diinisiasi oleh nodus SA, impulnya akan menyebar melalui kedua atrium sehingga
menyebabkan kedua atrium berkontraksi secara berkesinambungan. Pada saat yang sama
impuls tersebut mendepolarisasi nodus atrioventrikular yang berada dibawah atrium
kanan. Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui otot
jantung sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian bercabang menjadi
cabang kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle). Walaupun berkas His
mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati permukaan medial ventrikel,
kontraksi sesungguhnya distimulasi oleh berkas purkinje (serat otot konduksi) yang
muncul dari cabang bundle yang dilanjutkan ke sel miokardium ventrike

EKG Normal

EKG adalah rekaman penyebaran keseluruhan aktivitas listrik melalui jantung. Arus
listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar ke
jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh, Sebagian kecil aktivitas
listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas tersebut dapat dideteksi dengan
menggunakan elektroda perekam. Rekaman yang dihasilkan adalah suatu
elektrokardiogram, atau EKG

EKG digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada jantung seperti kelainan
kecepatan, kelainan irama, dan iskemia atau infark miokard.

P = Atrium mengalami depolarisasi


P-Q = Depolarisasi atrium selesai
Q-R = Ventrikel meningkatkan depolarisasi dan atrium mengalami repolarisasi
R-S = Depolarisasi ventrikel selesai
T = Ventrikel mengalami repolarisasi
T- = Repolarisasi ventrikel selesai
4. Pemeriksaan fisik jantung, Harvard step test, dan EKG normal
1. Vital sign
 Blood Pressure / Tekanan Darah
Teori.:
Pengukuran tekanan darah dengan spyngmomanometer adalah dengan mendeteksi
timbul hilangnya bunyi korotkoff secara auskultasi diatas arteri yang
ditekan.Bunyi korotkoff adalah bunyi yang berasal dari dalam pembuluh darah
karena proses turbulensi yang dihasi lkan oleh penyumbatan arteri secara parsial
dengan manset spyngmomanometer.
Ada beberapa 5 fase yang terjadi saat tekanan penyumbat diturunkan :
Fase I = Korotkoff I : Bunyi ketukan pertama , suara ketukan jelas dan secara berangsur-
angsur intensitasnya meningkat.
Fase 2 = Korotkoff II : Terjadi pada tekanan kira-kira 10–15 mmhg di bawah fase I,
intensitas bunyinya lebih keras.
Fase 3 = Korotkoff III : terjadi saat tekanan penyumbat turun cukup banyak sehingga
volume darah yang mengalir cukup banyak, intensitas bunyinya berkurang.
Fase 4 = Korotkoff IV : intensitas bunyi tiba-tiba melemah / sayup
Fase 5 = Korotkoff V : terjadi saat bunyi sama sekali menghilang

Cara mengukur tekanan darah :


Persiapan :
a. Sebaiknya untuk mengukur tekanan darah pasien tidak merokok atauminum
minuman berkafein selama kurang lebih 30 menit sebelum pengukuran dan
istirahat sedikitnya 5 menit sebelum pengukutan.
b. Lengan yang diperiksa tidak tertutup pakaian.
c. Palpasi arteri brachialis
d. Atur posisi lengan sedemikan sehingga arteri brachialis pada fosa
antecubital terletak setinggi jantung (kira-kira sejajar dengan intercosta
IV).
e. Letakkan manset di tengah arteri brachialis pada lengan kanan, sisi bawah
manset kurang lebih 2,5 cm diatas fosa antecubital. Lingkarkan manset
dengan tepat , posisikan lengan pasien sedikit flexi.
1. Menentukan terlebih dahulu sistolik palpasiCaranya, palpasi arteri radialis dekat
pergelangan tangan dengan satu jari sambil pompa manset sampai denyut nadi
arteri radialis menghilang. Baca berapa nilai tekanan ini pada manometer. Itulah
tekanan sistolik palpasi. Lalu kempiskan manset.
Sekarang ukur tekanan darah.
Letakkan bel stetoskop di atas arteri brachialis.
Kunci bagian pengeluaran udara.
Pompa manset sampai kurang lebih 30mmhg diatas tekanan sistolik palpasi.
Kemudian kempiskan dengan membuka kunci pengeluaran udara perlahan-lahan
dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmhg/detik.Dengarkan bunyi ketukan pada
stetoskop anda.Yang disebut tekanan sistolik adalah bunyi ketukan pertama yang
terdengar (Korotkoff I). Yang disebut tekanan diastolik adalah saat bunyi ketukan
sama sekali hilang (korotkoff V)

 Penilaian tekanan darah


Pulse/ Frekuensi Nadi :
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan palpasi arteri radialis kanan dan kiri di dekat
pergelangan tangan.
Lakukan palpasi dengan 2 atau 3 jari.
Hitunglah frekuensi denyut nadi per menit.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah pasien istirahat 5 – 10 menit.
Selain frekuensi ,yang harus diperiksa pada nadi :
1. Irama : teratur (reguler) atau tidak teratur (ireguler) (aritmia)
2. ISI : cukup atau tidak
3. Derajat denyut : apakah teraba kuat atau lemah
4. Periksa pula denyut nadi pada arteri berikut ini :
Arteri brachialis
Arteri karotis
Arteri radialis
> 100x/menit 100–60 x/menit < 60 x/menit
Takikardi Normal Bradikardi Arteri poplitea
Arteri dorsalis pedis
Arteri tibialis posterior

 Respiratory Rate
Hitunglah jumlah pernapasan dalam 1 menit Lakukan dengan inspeksi atau
auskultasi. Normal dewasa : bernafas 16 – 24 x /menit Dalam situasi tenang dan
teratur. Respiratory rate < 16 x/menit: Bradipneu Respiratory rate > 24 x/menit:
Takipneu Pernapasan dalam : Hiperpneu
Pernapasan dangkal: Hipopneu
Henti napas: Apneu
Kesulitan bernapas/sesak napas: Dispneu
Tipe pernapasan dalam dan cepat : Kussmaul
Tipe pernapasan yang tidak teratur irama dan amplitudonya dengan diselingi
periode apneu : Biot
Tipe pernapasan dengan irama pernapasan dimana amplitudo yanh mula-mula
kecil, kemudian membesar dan mengecil kembali dengan diselingi periode apneu.

 Temperature/ Suhu tubuh


Ukur suhu tubuh pasien dengan termometer badan.
Sebelum mengukur suhu tubuh pasien kibaskan termometer hingga ke nilai 350C
atau di bawahnya.Normal 36-370C.Sangat berfluktasi dari dini hari sampai
petang/ malam hari.
Ada beberapa cara memeriksa suhu :
a. Suhu oral
Termometer dimasukkan di bawah lidah, anjurkan pasien menutup kedua bibirnya
dan tunggu selama 3 – 5 menit. Kemudian baca termometer , masukkan kembali
selama 1 menit dan baca kembali.
b. Suhu rektal
Termometer dimasukkan ke dalam anus, sebelumnya olesi termometer dengan
pelicin.
Hasil biasanya lebih tinggi daripada suhu oral sekitar 0,4 – 0,50 C
c. Suhu axila
Termometer dimasukkan di axila kemudian lengan menutupnya. Tunggu selama
kurang lebih 10 menit.Hasil biasanya lebih rendah dibanding suhu oral yakni
sekitar 0,50 C.Dalam hal ini lakukan pemeriksaan suhu axila saja.

2. Tekanan darah
a. Definisi tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya (dorongan) darah ke arteri saat darah dipompa keluar dari
jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2008). Tekanan darah juga didefinisikan sebagai kekuatan
lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter &
Perry, 2010). Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan
luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 100
mmHg hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa
melawan gravitasi sampai setinggi 100 mm (Guyton & Hall, 2008).

Pengukuran tekanan darah, mengukur bagaimana kondisi jantung dalam memompa darah.Ada
dua hasil yang kita temui, yaitu sistolik dan diastolik.Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi
jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu saat ventrikel kontraksi.Titik
terendah dalam siklus ini disebut diastolik yaitu saat ventrikel relaksasi (Normalnya 80 mmHg).
Selisih tekanan sistolik dan tekanan diastolik disebut Pulse Pressure (tekanan nadi) dan akan
terus berubah sesuai dengan pertambahan usia. Hasil pengukuran (sistolik dan diastolik), maka
perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya, yang disebut Mean Arterial Pressure (MAP) yaitu
Tekanan darah arteri ratarata, yang bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu :

MAP = (S + 2D)/3

MAP = (S + 2D)/3

Keterangan:

MAP = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri rata-rata


S = Tekanan darah sistolik

D = Tekanan darah diastolik Jadi perhitungannya, apabila seseorang mempunyai tekanan


darah arteri 120/80 mmHg, maka MAP/tekanan arteri rata-ratanya adalah (120 + 160) atau 280/3
yaitu 93,4 mmHg.

3. PEMERIKSAAN JVP (Jugular Venous Pressure)

Tekanan darah vena sistemik jauh lebih rendah dibandingkan dengan tekanan arterial.Ini
tergantung pada kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya dari tekanan
vena sistemik adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk menerima darah dan
memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila ada faktor tersebut yang tidak
normal, maka terjadi ketidaknormalan pada tekanan vena. Contohnya, tekanan vena akan
turun apabila volume darah turun atau bila output ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik
apabila jantung kanan gagal, atau kenaikan tekanan pada ruang perikardium menghambat
kembalinya darah ke atrium kanan.
Di dalam laboratorium, tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan.Karena sulit
mendapatkan titik ini pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil,
yaitu angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira-kira
terletak 5 cm di atas atrium kanan.Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di
mana saja pada sistema vena, perkiraan tekanan atrial kanan, dengan sendirinya berarti juga
menunjukkan fungsi jantung kanan, dilakukan pada vena jugularis interna. Apabila sulit
menemukan vena jugularis interna, dapat dipakai vena jugularis externa.Tingginya tekanan
vena ditentukan dengan menemukan titik di mana vena jugularis externa mulai kolaps.Jarak
vertikal dalam sentimeter antara titik ini dengan angulus sternalis menentukan tekanan
vena.Jadi, Tekanan vena jugularis externa 2 cm di atas angulus sternalis berarti tekanan
vena sentralnya adalah 7 cm.

Cara Pemeriksaan:
Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis :
1. Pemeriksa berada di sebelah kanan penderita.
2. Penderita dalam posisi nyaman, kepala menengok serong kekiri dan sedikit terangkat
sehingga otot strenocleidomastoideus dalam keadaan rileks.
3. Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30º - 45 º
4. Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak, berikan tanda,
letakkan penggaris(1) secara horisontal dg tanda,

kemudian gunakan penggaris(2) ukurlah jarak vertikal antara penggaris(1) dengan angulus
sternalis.
5. Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat mencari
pulsasi vena jugularis externa.
Gambar Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari angulus sterni)
Gambar Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous Pressure/JV

Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis.Pembendungan menunjukan adanya


hipertensi vena, sehingga perlu diukur besarnya tekanan vena jugularis.Bendungan vena
bilateral, umumnya ditemukan pada gagal jantung kanan dan timbulnya bersamaan dengan
pembengkakan hati, edema perifer, dan asites.Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal
jantung kanan.Pengisisan vena jugularis paradoksal pada waktu inspirasi dapat terjadi
misalnya pada pernafasan Kussmaul akibat efusi perikardial dan perikarditis konstriktif.
Apabila dicurigai terjadinya kegagalan jantung kongestif, periksalah adanya
abdominojugular (hepatojugular) reflux.Sesuaikan posisi penderita sehingga batas atas
pulsasi vena jugularis jelas terlihat pada bagian bawah leher.Tempatkan telapak tangan anda
pada tengah abdomen dan pelahan tekan ke dalam, dan tahan tekanan ini sampai 30 - 60
detik.Tangan harus hangat, dan penderita harus santai dan bernafas dengan mudah.Apabila
tangan anda menekan daerah yang nyeri, geser ke daerah lain. Amatilah apakah ada
kenaikan tekanan vena jugularis.

4. PEMERIKSAAN JANTUNG
PROYEKSI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR PADA DINDING DADA

Pada umumnya jantung diperiksa pada dinding depan dada. Sebagian besar dari permukaan
depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel ini bersama dengan arteri
pulmonalius merupakan suatu bentuk baji yang terletak setinggi perbatasan antara sternum
dengan processus xiphoideus.Kemudian ventrikel kanan ini menyempit ke atas dan bersatu
dengan arteria pulmonalis pada daerah kartilago kosta ke 3 kiri di dekat sternum.
Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan jantung, terletak
di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian ventrikel kiri ini
penting secara klinis, karena merup akan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis.
Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang biasanya ditemukan pada
spatium interkosta ke- 5.7-9 cm dari linea midsternalis.
Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan.Atrium kiri terletak di belakang, dan tidak
dapat diperiksa secara langsung.Walaupun demikian, sebagian kecil dari atrium ini
membentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan ventrikel kiri.Di
atas jantung terdapat pembuluh darah besar, arteria pulmonalis, bercabang menjadi cabang
kanan dan kiri.Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus sternalis,
kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah.Di sebelah kanan, vena kava superior
masuk ke atrium kanan.
Walaupun tidak digambarkan di atas, vena kava inferior juga masuk ke atrium kanan.Vena
kava superior dan inferior membawa darah venous dari bagian tubuh atas dan bawah.

Inspeksi Thorax-Jantung
Ictus cordis : tampak atau tidak lokasi dimana ?
Normal : bisa tampak bisa tidak. Kalau tampak deskripsikan dimana lokasinya?
Normal : pada ICS 5 1-2 cm medial linea mediocalvikularis sisi kiri
Abnormal bisa bergeser
RVH (Right Ventricel Hyperthropi), bergeser ke lateral lift (+), pulsus epigastrium (+),
pulsus parasternal (+)
Sedang pada LVH (Left Ventircel Hyperthropi), bergeser ke laterocaudal, kuat angkat dan
melebar.

Palpasi (jantung) :
Sternal lift
- Meraba diujung sternum (proceccus xyphoideus)
- N : tak ada denyutan
- (+) : ada denyutan pada pdrt RVH
Pulsus epigastrium
- Lebih ke bawah dari proc. xyphoideus
- N : tidak ada
- (+) : pada RVH

Px Pulsus Epigastrium Pmrx pulsus parasternalis

Pulsus parasternal
- Jari 2, 3, 4 diletakkan di linea parastemalis kiri ICS 2, 3, 4
- N : tidak teraba denyutan
- (+) pada RVH
-
Thrill
- Getaran tapi asalnya dari bising jantung yang keras sehingga membuat getaran pada
dinding thorax
- Tulis : thrill (+), lokasinya, punctum maximum di katup apa, fasenya apa?sistole/diastole
(dengan membandingkan dengan nadi pasien)

Perkusi (jantung) :
Batas-batas jantung :
- Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis kanan
- Batas kiri bawah : ICS V 1-2cm medial linea medioclavikularis kiri
- Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis kiri
- Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis kiri

Auscultasi (jantung) :
Auscultasi jantung : yang akan kita dengar adalah :
1) Suara jantung
2) Suara tambahan dari jantung
Suara jantung I dan II berasal dari penutupan dari katub mitral (M), katub tricuspidialis
(T), katub aorta (A), dan katub pulmonal
(P) pada phase diastole.

Suara jantung I (M –I, T-I, A-I, P-I) barasal dari penutupan katub mitral dan trikuspidal
( pada fase systole)
Suara jantung II (M-II,T-II, A-II, P-II) berasal dari penutupan katub aorta (A) dan katub
pulmonar (P) pada phase diastole.
Kadang-kadang terdengar pula suara jantung III dan IV
Suara jantung dapat tersebar luas.Yang harus dilakukan mencari/menentukan tempat
dimana bunyi tersebut paling keras didengar.Tempat ini kita kenal sebagai punctum
maksimum (lihat gambar punctum maksimum katub-katub M, T, A, P).

Titik-titik Auskultasi Jantung


Cara mengenal suara jantung I (SI) dan suara jantung II (SII) :
- SI sesuai denyut ictus cordis atau denyut nadi (arteria carotis, arteria radialis)
- Jarak antara SI-SII, lebih pendek dari jarak antara SII-SI
SI adalah bunyi penutupan katub mitral dan tricuspidalis. Bila penutupan tidak serempak,
akan terdengar suara yang terbelah (spliting)
SII adalah bunyi penutupan katub aorta dan pulmonal. Bila penutupan tidak serempak,
juga akan terdengar suara yang terbelah (spliting).
Pada umumnya suara jantung : MI>MII, TI>TII, AI<AII, PI<PII
Frekwensi denyut jantung (heart rate) harus dihitung permenitnya, apakah normal,
tachycardia, atau bradikardia.
Irama denyut jantung diperiksa, regular atau irregular (arrytmia).
Suara tambahan dari jantung :
1) Bising = murmur = soufflé
2) Pericardial trictrion rub atau suara gesek pericard
3) Opening snap
4) SIII, SIV
5) Extra systole
6) Irama gallop

Bising jantung
Derajat bising dinyatakan dari skala 1-6
Skala 1 : tempat tenang, tidak menjalar, hanya terdengar oleh pemeriksa.
Skala 2 : lemah tetapi mudah didengar, penjalaran minimal Skala 3 : bising cukup keras,
getaran (-), penjalaran sedang Skala 4 : bising keras disertai getaran, penjalaran luas Skala 5
: bising keras dengan menggunakan stetoskop
Skala 6 : bising terdengar meski stetoskop diangkat 1 cm diatas dada

Pericardial friction rub (suara/bising, gesek, pleura) : adalah bunyi ekstracardial yang
mempunyai sifat khas seperti bunyi gesekan pada ampelas. Bunyi ini dapat disebabkan oleh
gesekan pericardium.Pemeriksaan dapat dilakukan denga posisi pasien berbaring ataupun
duduk,diafragma stetoskopdiletakkan pada area auskultasi katup jantung.Dengarkan pada
fase sistole dan diastole.

5. PEMERIKSAAN HARVARD STEP TEST

Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah
untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen
dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses
metabolisme tubuh.
Blain berpendapat daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk
bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang
cukup besar dalam periode waktu yang lama.Daya tahan kardiorespirasi disebut juga
aerobic capacity.Dalam laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan
menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max).
Tes daya tahan kardiovaskuler dapat dilakukan dengan tes naik turun bangku Harvard.
Berdasarkan tes naik turun bangku Harvard, daya tahan kardiorespirasi dibagi berdasarkan
tiga kriteria : Baik :
>80 19 ; Sedang : 50-80 Kurang : <50.
Tes kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan peserta tidak dalam kondisi
lelah. Terdapat beberapa macam tes kesegaran jasmani, antara lain ; Harvard Step Test/Tes
Naik Turun Bangku Harvard Step Test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani melalui komponen daya tahan
kardiovaskular. Caranya adalah dengan naik turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan 42 cm
(wanita) secara terus menerus dan mengikuti irama yang teratur sebanyak 120 kali permenit
selama 5 menit.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani


Ada lima faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani, antara lain :
1) Umur
Umur berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, hal ini dapat dilihat pada daya tahan
kardiovaskuler akan meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun. Daya tahan
tersebut akan menurun sejalan bertambahnya usia. Umur juga berpengaruh pada kelenturan
dan komposisi tubuh karena menurunnya daya elastisitas otot, yang disebabkan oleh
berkurangnya aktifitas dan pengapuran pada usia tua.
2) Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya kesegaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan, tapi setelah pubertas anak- anak laki-laki biasanya mempunyai perbedaan yang
jauh lebih besar. Perbedaan ini terlihat mutlak pada perbedaan kekuatan otot.
Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun, selanjutnya setelah
usia pubertas pria lebih banyak peningkatannya. Kekuatan otot yang maksimal dicapai pada
usia 25 tahun yang secara perlahan-lahan akan menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan
otot hanya tinggal 65-70% dari yang dimiliki sewaktu berusia 20-25 tahun. Pada pria,
kekuatan genggaman otot tangan menurun 20% dan pada wanita menurun 30%.Penurunan
dipengaruhi kegiatan fisik individu.
3) Tipe Tubuh.
Tipe tubuh merupakan salah satu faktor genetik yang mempengaruhi kesegaran
jasmani.Seseorang yang mempunyai tipe endomorp (bentuk tubuh bulat dan pendek)
cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe
ektomorp (bentuk tubuh kurus dan tinggi). Seseorang yang mempunyai tipe ektomorp akan
mempunyai kesegaran jasmani lebih baik daripada yang mempunyai tipe tubuh endomorp.
4) Makanan.
Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena makanan yang telah
dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber zat tenaga dan zat pembangun
yang dibutuhkan tubuh. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-
70 %).Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang
memerlukan kekuatan otot yang besar.
5) Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik juga berpengaruh dalam semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang
secara teratur atau olah raga akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, yang
merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani, dan dapat mengurangi lemak dalam
tubuh.
6) Perilaku Merokok.
Kebiasaan merokok terutama berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler.Daya tahan
kardiovaskuler merupakan salah satu kompenen kesegaran jasmani. Kadar CO yang terhisap
akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler
semakin menurun.

Peralatan Harvard Step Test :


1. Bangku tinggi 48 cm untuk pria, dan 43cm untuk wanita
2. Stop watch
3. Metronom
4. Stetoskop bila perlu.
Cara melakukan tes ini yaitu :
a) Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak.
b) Peserta diharuskan naik dan turun bangku dengan irama 120 x/ menit yang diatur dengan
metronom, selama 5 menit.
c) Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai” (stopwatch
dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu turunkan kaki kanan
dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun sesuai dengan metronom. Bila
tidak ada metronom bisa dengan cara hitungan (aba-aba) tu,wa,ga,pat.
d) Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak dan seluruh telapak kaki menginjak di
atas bangku.
e) Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan
(stopwatch dihentikan) dan catat waktu.
f) Segera setelah berhenti, peserta duduk dan istirahat selama 1 menit.
g) Setelah istirahat selama 1 menit, hitung denyut nadi dengan 2 cara
:
Cara Lambat :

Nadi dihitung sebanyak 3 kali (setelah istirahat menit ke 1, menit ke 2, menit ke 3), dengan
lama perhitungan masing-masing 30 detik. Aplikasinya sebagai berikut:
Nadi ke 1 dihitung setelah 1 menit beristirahat.
Setelah perhitungan selasai, tunggu 30 detik (istirahat) kembali, kemudian hitung Nadi ke 2.
Setelah perhitungan selasai, tunggu 30 detik (istirahat) kembali, kemudian hitung Nadi ke
3.Kemudian hasil perhitungan denyut nadi dimasukkan ke dalam rumus.Hasil perhitungan
kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani.

Rumus = Waktu yang dibutuhkan (detik) x 100 2x(nadi ke 1 + nadi ke 2+ nadi ke 3)

Cara cepat :
Dengan menggunakan rumus.
Rumus = Waktu yang dibutuhkan (detik) x 100 5,5x(denyut nadi perhitungan I)
Tabel Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan Cara
Lambat

Kriteria Skore Nilai


Kurang 1 < 50
Cukup 3 50-80
Baik 5 > 80

Tabel Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan Cara
Cepat

Hasil Perhitungan Kesegaran Jasmani


> 80 Amat Baik
50-80 Sedang
≤ 50 Kurang

5. Petunjuk hidup sehat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.


Ibnu Umar berkata : “ Kami dilarang untuk memaksakan diri.” ( HR.Bukhari ) jadi, kita tidak
boleh memaksakan diluar kemampuan tubuh kita.

Y‫ ا‬Y‫ ًر‬Y‫ و‬Y‫ ُش‬Yُ‫ ن‬Y‫ َر‬Y‫ ا‬Yَ‫ه‬Yَّ‫ن‬Y‫ل‬Y‫ ا‬Y‫ َل‬Y‫ َع‬Y‫ َج‬Y‫ َو‬Y‫ ا‬Yً‫ت‬Y‫ ا‬Yَ‫ ب‬Y‫ ُس‬Y‫ َم‬Y‫و‬Yْ Yَّ‫ن‬Y‫ل‬Y‫ ا‬Y‫ َو‬Y‫ ا‬Y‫ ًس‬Y‫ ا‬Yَ‫ ب‬Yِ‫ ل‬Y‫ َل‬Y‫ ْي‬Yَّ‫ل‬Y‫ل‬Y‫ ا‬Y‫ ُم‬Y‫ ُك‬Yَ‫ ل‬Y‫ َل‬Y‫ َع‬Y‫ َج‬Y‫ ي‬Y‫ ِذ‬Yَّ‫ل‬Y‫ ا‬Y‫ َو‬Yُ‫ ه‬Y‫َو‬
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia
menjadikan siang untuk bangun berusaha.(al furqon 47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
2. KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat.
3. Bistara, Difran Nobel, and Yanis Kartini. "Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda." Jurnal Kesehatan Vokasional
(JKESVO) 3.1 (2018): 23-28.
4. Suharjana, Suharjana. "Kebiasaan Berperilaku Hidup Sehat Dan Nilai-nilai Pendidikan
Karakter." Jurnal Pendidikan Karakter 2: 122712.
5. H.R Bukhari dan Muslim
6. PUTZ, Reinhard; PABST, Reinhard. Sobotta-Atlas of Human Anatomy: Head, Neck,
Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb; Two-volume set. 2006.
7. AFIF, Mohammad, et al. PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH
PADA LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG. 2018. PhD Thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
8. Irmawati, D., & Prasakti, R. (2018). MODIFIKASI ALAT MEDIS STETOSKOP
UNTUK MONITORING SUARA JANTUNG MENGGUNAKAN TAMPILAN GUI
MATLAB. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), 3(1), 106-112.
9. Rika Oktani ; Histologi Pembuluh Darah,Bab 2 jurnal Universitas Muhammadiyah
Malang
10.

Anda mungkin juga menyukai