Korban janji
Lusa adalah ujian akhir blok dan Minke memutuskan untuk begadang malam ini untuk
belajar. Guna menemaninya belajar sistem kebut semalam (SKS), ia meminum kopi Janji Terus.
Beberapa menit kemudian, Joni merasa jantungnya berdebar sangat cepat dan berjalan
terhuyung-huyung serta kemudian terjatuh. Mengetahui hal tersebut, Darsam, teman satu kos
Minke yang seorang mahasiswa FK, membantunya bangun dan membaringkannya di atas kasur
untuk istirahat. Darsam segera memeriksa nadi radialis, dan jantung Minke dengan stetoskop
miliknya serta mengukur tekanan darahnya. Minke mengaku pada Darsam bahwa ia jarang
minum kopi sebelumnya. Ia pun kapok belajar SKS dan begadang dan mulai membiasakan pola
hidup sehat (makan-makanan bergizi seimbang dan olahraga).
STEP 1 :
1. Jantung : bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah (letaknya di dalam rongga
dada sebelah atas) atau letaknya di mediastinum media, di kartilago costae 3 hingga 6
pada sebuah garis 2 cm lateral dari batas sternum bagian kanan dan Kiri : garis
penghubung antara batasbawah costae III (2-3 cm parasternal) dan garis midclavicularis
sinistra, organ muskularis berongga dan berbentuk konus (kerucut)
2. Terhuyung : berajalan dsb bergoyang ke kiri dan ke kanan seperti orang mabuk
3. Begadang : berjaga sampai larut malam
4. Nadi radialis : pembuluh darah pada lengan bawah yang sejajar Os. ulnar,
5. Stetoskop : alat yang digunakan dokter untuk mendengarkan suara tubuh dalam rongga
dada. Alat medis untuk memeriksa secara auskultasibergerak
6. sistem : suatu perangkat unsur yang secara teratur dan berkaitan sehingga membentuk
totalitas seperti yang di dalam tubuh pernafasan & peredaran darah
7. Berdebar : bergerak atau berdenyut lebiih kencang dr pd biasanya;
STEP 2 :
STEP 3 :
- Islam sendiri menjadikan ilmu pengetahuan atau belajar sebagai sebuah kegiatan yang
wajib dilakukan sebagaimana ayat al-quran tentang melakukam perjalanan . Sebab,
baik belajar mengenai iu agama ataupun ilmu pengetahuan lain akam bisa membantu
seseorang mudah dalam menentukan jalan hidup dan mendapatkan apa yang
diinginkannya seperti manfaat ilmu dalam pandangan islam . Sebagaimana dalam
Hadist berikut ini :
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-
duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Al-Quran Surah
An-Naba’ Ayat 9
Dari sebuah hadist Rasullulah SAW pernah bersabda “Bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang
tidak bermanfaat) setelahnya (begadang).” [HR Bukhari dan Muslim)
6. Apakah belajar atau sistem SKS baik untuk tubuh?
- Mahasiswa yang belajar dengan sistem kebut semalam memeberikan dampak yang
buruk terhadap fisik dan otak, yang secara terus menurus dipaksakan untuk
mempelajari semua mata kuliah yang dituju. Selama masa perkuliahan mahasiswa
diberikan perlakuan belajar dengan kreatif dan aktif secara mandiri. Namun
kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum dapat menerapkan belajar
mandiri dengan baik. Dalam mengatur waktu dikalangan mahasiswa merupakan hal
yang sulit untuk kehidupan. Terutama dalam mengatur waktu yang sedikit, dalam
menyelesaikan tugas dengan cepat. Sehingga, menimbulkan perilaku sistem kebut
semalam yang akan menjadi tindakan plagiarisme. Fakta di lapangan bahwa tindakan
plagiarisme dikalangan mahasiswa banyak ditemukan pada penyelesaian tugas
akademik yaitu paper, makalah, review, dan small research khususnya pada
pembuatan field note. Pilihan mahasiswa terhadap penyelesaian tugas akademik
merupakan suatu bentuk implentasi adanya tindakan sosial dalam memilih
plagiarisme yang dinilai tepat bagi tugas akademiknya.
- Umur 18-25 dianjurkan 7-9 jam/ hari bila tidak berakibat meningkatnya gormon
kortisol penyebab stress dan gejala lainya. SKS menyebabkan plagiarisme terhadap
pekerjaan orang lain.
7. Kandungan dalam kopi yang berkaitan dengan tekanan darah?
Kopi mengandung kalium dan polifenol yang dapat menurunkan tekanan darah, selain
memiliki kandungan yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kopi instan merupakan
kopi yang dikonsumsi oleh responden. Polifenol (antioksidan) terkandung dalam Kopi
instan yang terdapat serat larut air yang tinggi. Polifenol menghambat terjadinya
atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler. Selain polifenol, kandungan yang cukup
tinggi dalam kopi diketahui adalah kalium. Kalium menghambat pelepasan renin yang
berfungsi menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga terjadi peningkatan
eksresi air dan natrium. Pelepasan renin tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
curah jantung, tekanan perifer dan volume plasma, sehingga tekanan darah akan turun
(Indriyani, 2009). Polifenol dan kalium dapat menyeimbangkan efek kafein. Adapun
upaya individu dalam mengurangi kebiasaan minum kopi yaitu dengan berolahraga
secara teratur dan menggantikan kebiasaan minum kopi dengan minuman lain. Jika
kebiasaan minum kopi terus dilakukan tidak menutup kemungkinan maka akan memicu
terjadinya hipertensi atau peningkatan tekanan darah dikarenakan salah satu zat dari kopi
dapat memicu peningakatan tekanan darah dalam tubuh yaitu kafein. Kafein dapat
membuat tekanan darah meningkat dan jantung berdebar (Purnomo, 2009).
STEP 4 : SKEMA
1. Pericardium
Jaringan fibrosa
• Jar. Ikat Padat Irregular
• Kuat dan kurang elastis
• Mencegah Overstretching kontraksi jantung
• Melindungi jantung
• Mempertahankan jantung tetap pada posisi anatomisnya
Jaringan serosa
• Sel epitel squamous simplex (mesotel) dan jaringan ikat fibroelastika
• Pembuluh darah, saraf, dan adiposity
• Menghasilkan cairan sebagai pelumas
2. Endokardium
Pada keadaan terangsang baik secara fisiologis maupun farmakologis sel otot
polos pembuluh darah juga dapat bervasokonstriksi dan juga vasodilatasi.
Jika terdapat injury atau kerusakan pada dinding endotel maka sel otot polos
akan bermigrasi ke bagian intima untuk berproliferasi menjadi lapisan
tunika intima yang baru disebut dengan neointima. Namun proliferasi otot
polos yang berlebihan mengakibatkan stenosis lumen yang dapat
menghambat laju aliran darah terutama pembuluh darah kecil seperti arteri
koroner. Komponen yang menyusun arteri dan vena pembuluh darah
berbeda disesuaikan dengan karakteristik darah yang diangkut.
Keterangan : Arteri mempunyai tunika media yang lebih tebal dari vena sehingga otot
polos lebih banyak dan tekanan lebih tinggi, oleh karena itu arteri disebut reservoir
tekanan. Sedangkan vena memiliki lumen yang diameternya lebih besar sehingga disebut
reservoir darah (Robbin & Cotrans, 2007).
Aorta
Kapiler
Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial yang menyebar ke
seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu: - Sel kontraktil yang
membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja mekanis memompa darah.
Dalam keadaan normal, sel ini tidak membentuk sendiri potensial aksinya. - Sel
otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan menghantarkan potensial
aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil. Sel otoritmik jantung
merupakan sel otot khusus yang berbeda dari sel saraf dan sel otot rangka di mana sel
otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel ini memperlihatkan aktivitas
pemicu yaitu potensial membran secara perlahan terdepolarisasi sampai ke ambang
(potensial pemicu). Dengan siklus yang berulang tersebut, sel otoritmik memicu potensial
aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu denyut berirama tanpa
rangsangan saraf apapun. Sel-sel jantung otoritmik ini membentuk area tersendiri di:
1. Nodus Sinoatrial (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena cava superior.
2. Nodus Atrioventrikuler (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus
yang terdapat pada dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan
ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikuler), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbagi menjadi
cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi
ujung rongga ventrikel dan berjalan balik kearah atrium di sepanjang dinding luar.
Sistem konduksi diatas di mulai dari nodus sinoatrial sebagai pacemaker yang
berguna untuk memicu setiap siklus jantung. Nodus SA ini biasa di pengaruhi oleh sistem
saraf pusat, seperti impuls dari saraf simpatis akan menambah kecepatannya dan saraf
parasimpatis akan memperlambatnya. Hormon tiroid dan epinefrin yang dibawa oleh
darah juga dapat mempengaruhi kecepatan impuls nodus SA. Setelah impuls listrik yang
diinisiasi oleh nodus SA, impulnya akan menyebar melalui kedua atrium sehingga
menyebabkan kedua atrium berkontraksi secara berkesinambungan. Pada saat yang sama
impuls tersebut mendepolarisasi nodus atrioventrikular yang berada dibawah atrium
kanan. Dari nodus AV ini, cabang dari serat konduksi yaitu berkas His melalui otot
jantung sampai septum interventrikular. Berkas His ini kemudian bercabang menjadi
cabang kanan (right bundle) dan cabang kiri (left bundle). Walaupun berkas His
mendistribusikan energi listrik ini sampai melewati permukaan medial ventrikel,
kontraksi sesungguhnya distimulasi oleh berkas purkinje (serat otot konduksi) yang
muncul dari cabang bundle yang dilanjutkan ke sel miokardium ventrike
EKG Normal
EKG adalah rekaman penyebaran keseluruhan aktivitas listrik melalui jantung. Arus
listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar ke
jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh, Sebagian kecil aktivitas
listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas tersebut dapat dideteksi dengan
menggunakan elektroda perekam. Rekaman yang dihasilkan adalah suatu
elektrokardiogram, atau EKG
EKG digunakan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada jantung seperti kelainan
kecepatan, kelainan irama, dan iskemia atau infark miokard.
Respiratory Rate
Hitunglah jumlah pernapasan dalam 1 menit Lakukan dengan inspeksi atau
auskultasi. Normal dewasa : bernafas 16 – 24 x /menit Dalam situasi tenang dan
teratur. Respiratory rate < 16 x/menit: Bradipneu Respiratory rate > 24 x/menit:
Takipneu Pernapasan dalam : Hiperpneu
Pernapasan dangkal: Hipopneu
Henti napas: Apneu
Kesulitan bernapas/sesak napas: Dispneu
Tipe pernapasan dalam dan cepat : Kussmaul
Tipe pernapasan yang tidak teratur irama dan amplitudonya dengan diselingi
periode apneu : Biot
Tipe pernapasan dengan irama pernapasan dimana amplitudo yanh mula-mula
kecil, kemudian membesar dan mengecil kembali dengan diselingi periode apneu.
2. Tekanan darah
a. Definisi tekanan darah
Tekanan darah adalah gaya (dorongan) darah ke arteri saat darah dipompa keluar dari
jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2008). Tekanan darah juga didefinisikan sebagai kekuatan
lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter &
Perry, 2010). Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan
luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 100
mmHg hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa
melawan gravitasi sampai setinggi 100 mm (Guyton & Hall, 2008).
Pengukuran tekanan darah, mengukur bagaimana kondisi jantung dalam memompa darah.Ada
dua hasil yang kita temui, yaitu sistolik dan diastolik.Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi
jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu saat ventrikel kontraksi.Titik
terendah dalam siklus ini disebut diastolik yaitu saat ventrikel relaksasi (Normalnya 80 mmHg).
Selisih tekanan sistolik dan tekanan diastolik disebut Pulse Pressure (tekanan nadi) dan akan
terus berubah sesuai dengan pertambahan usia. Hasil pengukuran (sistolik dan diastolik), maka
perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya, yang disebut Mean Arterial Pressure (MAP) yaitu
Tekanan darah arteri ratarata, yang bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu :
MAP = (S + 2D)/3
MAP = (S + 2D)/3
Keterangan:
Tekanan darah vena sistemik jauh lebih rendah dibandingkan dengan tekanan arterial.Ini
tergantung pada kuatnya kontraksi ventrikel kiri. Determinator penting lainnya dari tekanan
vena sistemik adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk menerima darah dan
memompanya ke dalam sistem arteri pulmonalis. Apabila ada faktor tersebut yang tidak
normal, maka terjadi ketidaknormalan pada tekanan vena. Contohnya, tekanan vena akan
turun apabila volume darah turun atau bila output ventrikel kiri menurun; tekanan vena naik
apabila jantung kanan gagal, atau kenaikan tekanan pada ruang perikardium menghambat
kembalinya darah ke atrium kanan.
Di dalam laboratorium, tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan.Karena sulit
mendapatkan titik ini pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil,
yaitu angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira-kira
terletak 5 cm di atas atrium kanan.Walaupun pengukuran tekanan vena dapat dilakukan di
mana saja pada sistema vena, perkiraan tekanan atrial kanan, dengan sendirinya berarti juga
menunjukkan fungsi jantung kanan, dilakukan pada vena jugularis interna. Apabila sulit
menemukan vena jugularis interna, dapat dipakai vena jugularis externa.Tingginya tekanan
vena ditentukan dengan menemukan titik di mana vena jugularis externa mulai kolaps.Jarak
vertikal dalam sentimeter antara titik ini dengan angulus sternalis menentukan tekanan
vena.Jadi, Tekanan vena jugularis externa 2 cm di atas angulus sternalis berarti tekanan
vena sentralnya adalah 7 cm.
Cara Pemeriksaan:
Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis :
1. Pemeriksa berada di sebelah kanan penderita.
2. Penderita dalam posisi nyaman, kepala menengok serong kekiri dan sedikit terangkat
sehingga otot strenocleidomastoideus dalam keadaan rileks.
3. Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30º - 45 º
4. Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak, berikan tanda,
letakkan penggaris(1) secara horisontal dg tanda,
kemudian gunakan penggaris(2) ukurlah jarak vertikal antara penggaris(1) dengan angulus
sternalis.
5. Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat mencari
pulsasi vena jugularis externa.
Gambar Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari angulus sterni)
Gambar Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous Pressure/JV
4. PEMERIKSAAN JANTUNG
PROYEKSI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR PADA DINDING DADA
Pada umumnya jantung diperiksa pada dinding depan dada. Sebagian besar dari permukaan
depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel ini bersama dengan arteri
pulmonalius merupakan suatu bentuk baji yang terletak setinggi perbatasan antara sternum
dengan processus xiphoideus.Kemudian ventrikel kanan ini menyempit ke atas dan bersatu
dengan arteria pulmonalis pada daerah kartilago kosta ke 3 kiri di dekat sternum.
Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan jantung, terletak
di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian ventrikel kiri ini
penting secara klinis, karena merup akan batas kiri jantung dan menentukan iktus kordis.
Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang biasanya ditemukan pada
spatium interkosta ke- 5.7-9 cm dari linea midsternalis.
Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan.Atrium kiri terletak di belakang, dan tidak
dapat diperiksa secara langsung.Walaupun demikian, sebagian kecil dari atrium ini
membentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan ventrikel kiri.Di
atas jantung terdapat pembuluh darah besar, arteria pulmonalis, bercabang menjadi cabang
kanan dan kiri.Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah angulus sternalis,
kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah.Di sebelah kanan, vena kava superior
masuk ke atrium kanan.
Walaupun tidak digambarkan di atas, vena kava inferior juga masuk ke atrium kanan.Vena
kava superior dan inferior membawa darah venous dari bagian tubuh atas dan bawah.
Inspeksi Thorax-Jantung
Ictus cordis : tampak atau tidak lokasi dimana ?
Normal : bisa tampak bisa tidak. Kalau tampak deskripsikan dimana lokasinya?
Normal : pada ICS 5 1-2 cm medial linea mediocalvikularis sisi kiri
Abnormal bisa bergeser
RVH (Right Ventricel Hyperthropi), bergeser ke lateral lift (+), pulsus epigastrium (+),
pulsus parasternal (+)
Sedang pada LVH (Left Ventircel Hyperthropi), bergeser ke laterocaudal, kuat angkat dan
melebar.
Palpasi (jantung) :
Sternal lift
- Meraba diujung sternum (proceccus xyphoideus)
- N : tak ada denyutan
- (+) : ada denyutan pada pdrt RVH
Pulsus epigastrium
- Lebih ke bawah dari proc. xyphoideus
- N : tidak ada
- (+) : pada RVH
Pulsus parasternal
- Jari 2, 3, 4 diletakkan di linea parastemalis kiri ICS 2, 3, 4
- N : tidak teraba denyutan
- (+) pada RVH
-
Thrill
- Getaran tapi asalnya dari bising jantung yang keras sehingga membuat getaran pada
dinding thorax
- Tulis : thrill (+), lokasinya, punctum maximum di katup apa, fasenya apa?sistole/diastole
(dengan membandingkan dengan nadi pasien)
Perkusi (jantung) :
Batas-batas jantung :
- Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis kanan
- Batas kiri bawah : ICS V 1-2cm medial linea medioclavikularis kiri
- Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis kiri
- Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis kiri
Auscultasi (jantung) :
Auscultasi jantung : yang akan kita dengar adalah :
1) Suara jantung
2) Suara tambahan dari jantung
Suara jantung I dan II berasal dari penutupan dari katub mitral (M), katub tricuspidialis
(T), katub aorta (A), dan katub pulmonal
(P) pada phase diastole.
Suara jantung I (M –I, T-I, A-I, P-I) barasal dari penutupan katub mitral dan trikuspidal
( pada fase systole)
Suara jantung II (M-II,T-II, A-II, P-II) berasal dari penutupan katub aorta (A) dan katub
pulmonar (P) pada phase diastole.
Kadang-kadang terdengar pula suara jantung III dan IV
Suara jantung dapat tersebar luas.Yang harus dilakukan mencari/menentukan tempat
dimana bunyi tersebut paling keras didengar.Tempat ini kita kenal sebagai punctum
maksimum (lihat gambar punctum maksimum katub-katub M, T, A, P).
Bising jantung
Derajat bising dinyatakan dari skala 1-6
Skala 1 : tempat tenang, tidak menjalar, hanya terdengar oleh pemeriksa.
Skala 2 : lemah tetapi mudah didengar, penjalaran minimal Skala 3 : bising cukup keras,
getaran (-), penjalaran sedang Skala 4 : bising keras disertai getaran, penjalaran luas Skala 5
: bising keras dengan menggunakan stetoskop
Skala 6 : bising terdengar meski stetoskop diangkat 1 cm diatas dada
Pericardial friction rub (suara/bising, gesek, pleura) : adalah bunyi ekstracardial yang
mempunyai sifat khas seperti bunyi gesekan pada ampelas. Bunyi ini dapat disebabkan oleh
gesekan pericardium.Pemeriksaan dapat dilakukan denga posisi pasien berbaring ataupun
duduk,diafragma stetoskopdiletakkan pada area auskultasi katup jantung.Dengarkan pada
fase sistole dan diastole.
Daya tahan kardiorespirasi adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah
untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen
dan menyalurkannya ke jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan pada proses
metabolisme tubuh.
Blain berpendapat daya tahan kardiorespiasi yang tinggi menunjukkan kemampuan untuk
bekerja yang tinggi, yang berarti kemampuan untuk mengeluarkan sejumlah energi yang
cukup besar dalam periode waktu yang lama.Daya tahan kardiorespirasi disebut juga
aerobic capacity.Dalam laboratorium pengukuran yang paling objektif dilakukan dengan
menghitung ambilan maksimal O2 (VO2max).
Tes daya tahan kardiovaskuler dapat dilakukan dengan tes naik turun bangku Harvard.
Berdasarkan tes naik turun bangku Harvard, daya tahan kardiorespirasi dibagi berdasarkan
tiga kriteria : Baik :
>80 19 ; Sedang : 50-80 Kurang : <50.
Tes kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan peserta tidak dalam kondisi
lelah. Terdapat beberapa macam tes kesegaran jasmani, antara lain ; Harvard Step Test/Tes
Naik Turun Bangku Harvard Step Test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani melalui komponen daya tahan
kardiovaskular. Caranya adalah dengan naik turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan 42 cm
(wanita) secara terus menerus dan mengikuti irama yang teratur sebanyak 120 kali permenit
selama 5 menit.
Nadi dihitung sebanyak 3 kali (setelah istirahat menit ke 1, menit ke 2, menit ke 3), dengan
lama perhitungan masing-masing 30 detik. Aplikasinya sebagai berikut:
Nadi ke 1 dihitung setelah 1 menit beristirahat.
Setelah perhitungan selasai, tunggu 30 detik (istirahat) kembali, kemudian hitung Nadi ke 2.
Setelah perhitungan selasai, tunggu 30 detik (istirahat) kembali, kemudian hitung Nadi ke
3.Kemudian hasil perhitungan denyut nadi dimasukkan ke dalam rumus.Hasil perhitungan
kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani.
Cara cepat :
Dengan menggunakan rumus.
Rumus = Waktu yang dibutuhkan (detik) x 100 5,5x(denyut nadi perhitungan I)
Tabel Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan Cara
Lambat
Tabel Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan Cara
Cepat
Y اY ًرY وY ُشYُ نY َرY اYَهYَّنYلY اY َلY َعY َجY َوY اYًتY اYَ بY ُسY َمYوYْ YَّنYلY اY َوY اY ًسY اYَ بYِ لY َلY ْيYَّلYلY اY ُمY ُكYَ لY َلY َعY َجY يY ِذYَّلY اY َوYُ هYَو
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia
menjadikan siang untuk bangun berusaha.(al furqon 47)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003.
2. KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat.
3. Bistara, Difran Nobel, and Yanis Kartini. "Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda." Jurnal Kesehatan Vokasional
(JKESVO) 3.1 (2018): 23-28.
4. Suharjana, Suharjana. "Kebiasaan Berperilaku Hidup Sehat Dan Nilai-nilai Pendidikan
Karakter." Jurnal Pendidikan Karakter 2: 122712.
5. H.R Bukhari dan Muslim
6. PUTZ, Reinhard; PABST, Reinhard. Sobotta-Atlas of Human Anatomy: Head, Neck,
Upper Limb, Thorax, Abdomen, Pelvis, Lower Limb; Two-volume set. 2006.
7. AFIF, Mohammad, et al. PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH
PADA LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG. 2018. PhD Thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.
8. Irmawati, D., & Prasakti, R. (2018). MODIFIKASI ALAT MEDIS STETOSKOP
UNTUK MONITORING SUARA JANTUNG MENGGUNAKAN TAMPILAN GUI
MATLAB. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), 3(1), 106-112.
9. Rika Oktani ; Histologi Pembuluh Darah,Bab 2 jurnal Universitas Muhammadiyah
Malang
10.