Anda di halaman 1dari 3

KPD

1. Etiologi dan Faktor Risiko


 Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini tidak atau masih belum jelas. Menjelang usia
kehamilan cukup bulan, terjadi kelamahan pada selaput janin yang memicu robekan.
Selain itu hal-hal yang bersifat patologis seperti perdarahan dan infeksi juga dapat
menyebabkan terjadinya KPD. Penyebab terjadinya KPD diantaranya karena trauma pada
perut ibu, kelainan letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan grande multipara. KPD
disebabkan oleh berkurangnya kekuatan membran karena suatu infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua
faktor tersebut.
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak: sungsang atau lintang
d. Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
e. Kehamilan ganda
f. Pendular abdomen (perut gantung)

( Rosyad, Shelly Rodliah. Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan BBLR Di Rsud
Ungaran.2019)

 Faktor Risiko
Menurut Manuaba (2007), faktor penyebab KPD yakni:
- sosial ekonomi,
- keturunan seperti kelainan genetik dan defisiensi Gizi,
- faktor obstetrik meliputi overdistensi uterus,
- kehamilan ganda,
- hidramnion,
- serviks inkompeten,
- sefalopelvik disproporsi,
- grandemultipara,
- kelainan letak, dan
- pendular abdomen.

(Hastuti, Heny; Sudayasa, I Putu. Analisis Faktor Risiko Ketubahan Pecah Dini di Rumah Sakit
Bahteramas. FK Universitas Halu Oleo Kendari. 2016)

2. Patofisiologi

Mohd. Andalas; Maharani Cut Rika; dkk.


Ketuban Pecah Dini dan Tatalaksanya.
FK Unsyiah. 2019
3. Diagnosis dan Diagnosis Banding
 Anamnesis :
- Terasa keluar air dari jalan lahir
- Biasanya tanpa disertai dengan kontraksi atau tanda inpartu

Pada anamnesis, hal-hal yang perlu digali adalah menentukan usia kehamilan, adanya
cairan yang keluar dari vagina, warna cairan yang keluar dari vagina, dan adanya demam.

 Pemeriksaan Fisik :
- Tercium bau khas ketuban
- Pemeriksaan inspekulo : melihat adanya cairan ketuban dari kavum uteri (meminta
pasien mengedan atau menggerakan sedikit bagian terbawah janin). Atau terlihat
kumpulan cairan di forniks posterior.
- VT tidak dianjurkan kecuali pasien diduga inpartu. Hal ini karena VT dapat
meningkatkan insidensi korioamnionitis, postpartum endometritis dan infeksi neonates.
Selain itu, juga memperpendek periode laten.
- Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda infeksi pada ibu dengan
mengukur suhu tubuh (suhu ≥ 380C).

 Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan pH vagina (cairan ketuban) dengan kertas lakmus (Nitrazin test) dari
merah menjadi biru , sesuai dengan sifat air ketuban yang alkalis. pH normal vagina
adalah 4.5-6.0 sedangkan pH cairan amnion 7.1-7.3
- Pemeriksaan USG dapat mengkonfirmasi adanya oligohidroamnion. Normal volume
cairan ketuban 250-1200cc.
- Pemeriksaan mikroskopis tampak gambaran pakis yang mengering pada sekret serviko
vaginal. Dilakukan dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
mengering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
- Pemeriksaan darah rutin, leukosit> 15.000/ mm3.

(Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi
1)

(Buku Kapita Selekta kedokteran Edisi IV jilid 1)

4. Tatalaksana
- Pasien dengan kecurigaan KPD harus dirawat di Rs untuk diobservasi kecuali Jika selama
perawatan air ketuban tidak keluar lagi boleh pulang
- Pembatasan aktivitas pasien.
- Apabila belum inpartu berikan : Eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari.
- Segera rujuk pasien ke fasilitas pelayanan sekunder
- Di RS rujukan :
 ≥ 34 minggu : lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi
 24-33 minggu:
o Bila terdapat amnionitis, abruptio plasenta, dan kematian janin, lakukan
persalinan segera.
o Berikan Deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam.
o Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.Bayi dilahirkan
di usia 34 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukan bahwa paru sudah matang.

 < 24 minggu:
o Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
o Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi pilihan.
o Jika terjadi infeksi (koroiamnionitis), lakukan tatalaksana koriamnionitis.

(Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi
1)

(Buku Kapita Selekta kedokteran Edisi IV jilid 1)

5. Komplikasi
- Infeksi maternal korioamnionitis dan neonatal
- Persalinan prematur
- Hipoksia karena kompresi tali pusat
- Deformitas janin
- Meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagal persalinan normal.
(Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 1)

6. Edukasi
- Memberikan informasi kepada ibu, adanya air ketuban yang keluar sebelum tanda inpartu
- Menenangkan ibu dan memberitahu kepada suami dan keluarga
- agar ibu dapat diberi kesempatan untuk tirah baring.
- Memberi penjelasan mengenai persalinan yang lebih cepat dan rujukan yang akan dilakukan ke
pusat pelayanan sekunder.
(Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 1)

Anda mungkin juga menyukai