BLOK 14
MODUL 4 SKENARIO 1
“ Anakku kejang berulang”
Disusun Oleh :
Kelompok 10 Blok 14
Pertemuan I
Moderator : Indria Zulfani Mutiaraning T. (H2A019119)
Sekretaris : Elmathiana Delstiene H. N. (H2A019120)
Pertemuan II
Moderator : Hernandy Zulfan R. (H2A019032)
By Nora usia 3 hari dibawa ibunya Ny Jasmin 25 tahun ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
kejang sejak 20 menit yang lalu,. Kejang berulang 3 kali dalam 20 menit dengan durasi 5
menit setiap kali kejang. Kejang kelojotan dengan mata menghadap atas. Setelah kejang
pasien tetap sadar dan menangis. Kejang tidak disertai demam sebelumnya. Riwayat anak
lahir dari secara normal di dukun bayi dengan BBL 3000 gram, langsung menangis. Riwayat
ibu pasien pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun , dengan lama haid 7 hari. Ibu pasien
baru 1 tahun menikah dengan suami pertamanya. Ibu juga mengaku tidak pernah melakukan
suntik imunisasi TT. Hasil Pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital : HR : 178x/m RR : 38x/m T :
36,4 o C. Terdapat pus di umbilical berbau (+). Dokter IGD memberikan pertolongan
pertama pada By. Nora dan melakukan rawat inap
1. Kejang: sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba yang
merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika gangguan
aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang
yang bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di seluruh area otak
maka dapat menimbulkan kejang yang bersifat umum.
2. Imunisasi TT: vaksin yang berbentuk cairan yang kemudian dimasukan ke suntikan
untuk meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan kemudian
dimurnikan. Kemasan vaksin dalam 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box
vaksin terdiri dari 10 vial.
3. Pus: suatu cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari sel-sel leukosit. Pus
merupakan suatu campuran neutrofil dan bakteri (yang hidup, dalam proses mati, dan
yang mati), debris seluler, dan gelembung minyak. Infeksi bakteri sering
menyebabkan konsentrasi netrofil lebih tinggi di dalam jaringan dan banyak dari sel
ini mati serta membebaskan enzim-enzim hidrolisis.
4. BBL: bayi baru lahir merupakan bayi yang lahir dari usia kehamilan >37-42 minggu
dengan bb 2500-4000 gram.
STEP 3:
STEP 4: Skema
dx: kejang ec
tetanus
neonatorum
pemotongan
clostridium
tali pusat
tetani
kurang steril
Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum
2. Patogenesis
Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan memudahkan
spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan melepaskan tetanospamin.
Tetanospamin akan berikatan dengan reseptor di membran prasinaps pada motor
neuron. Kemudian bergerak melalui sistem transpor aksonal retrograd melalui sel-sel
neuron hingga ke medula spinalis dan batang otak, seterusnya menyebabkan
gangguan sistim saraf pusat (SSP) dan sistim saraf perifer .Gangguan tersebut berupa
gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter
inhibisi, yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi epilepsi,
yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan
serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh terganggu .Ketegangan otot
dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada otot rahang dan 6 leher. Pada saat
toksin masuk ke sumsum tulang belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat
terjadi. Dijumpai kekakuan ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang.
- Berikan bayi:
- Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau antitoksin tetanus (equine serum)
5000 U IM. Pada pemberian antitoksin tetanus, sebelumnya dilakukan tes kulit
Tetanus toksoid 0.5 mL IM pada tempat yang berbeda dengan pemberian antitoksin.
Pada hari yang sama? (Di literatur, imunisasi aktif dengan tetanus toksoid mungkin
perlu ditunda hingga 4-6 minggu setelah pemberian tetanus imunoglobulin)
- Lini 1:Metronidazol 30 mg/kg/hari dengan interval setiap enam jam (oral/parenteral)
selama 7-10 hari atau lini 2: Penisilin procain 100.000 U/kg IV dosis tunggal selama
7-10 hari. Jika hipersensitif terhadap penisilin, berikan tetrasiklin 50 mg/kg/hr (utk
anak> 8 th) Jika terdapat sepsis/ bronkopneuminia, berikan antibiotik yang sesuai Bila
terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali pusat. atau
keluar nanah dari permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali pusat, berikan
pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.
Edukasi dan promosi kesehatan pada tetanus meliputi himbauan untuk melakukan
imunisasi dasar dan imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis TT (tetanus toksoid),
edukasi cara perawatan luka yang benar, pelatihan teknik persalinan aseptik bagi
bidan atau tenaga penolong lainnya, serta cara perawatan tali pusat yang baik.
Masyarakat juga harus mendapatkan edukasi mengenai gejala dan tanda klinis awal
yang muncul pada pasien tetanus. Dengan begitu, pasien dapat lebih cepat dibawa ke
fasilitas kesehatan dan mendapatkan penanganan.
1. Kanzul Ummal No. 18320 dan Al-Jami As-Shagir, As-Suyuthi dari Imam Hakim.
2. Nugeni s, Ristini, Profit tetanus neonatorum dalam rangka kebijakan eliminasi tetanus
maternal dan neonatal di kabupaten bangkalan provinsi jawa timur tahun 2012-2014.
buletin penelitian sistem kesehatan. april 2016.19(2)
3. Wine F, Madinah M. sikap ibu, dukungan suami dan Peran Tenaga Kesehatan
Berhubungan dengan Pelaksanaan Imunisasi TT Ibu hamil. Jurnal ilmiah kebidanan
indonesia. juni 2020. 10(2).
4. MH Roper, JH Vandelaar, FL Gasse. Maternal and Neonatal Tetanus. Lancet. 2008.
Feb 2;371(9610):385-6.
5. Suprapti.Asuhan Kebidanan Kegawat Daruratan Maternal Neonatal.Kemeskes
RI.2016
6. Roysida.Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan imunidasi TT pada ibu
hamil.Jurnal Ilmiah Kesehatan UNUSA.2020
7. Kejang pada Neonatus.Permasalahan dalam diagnosis dan tatalaksana. Jurnal Sari
pediatri. 2017.
8. Guidelines for seizure Management. 2010
9. Rosmeri Br Bukit. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Imunisasi
Tetanus Toksoid. Journal of Midwifery Science. Vol 2, No 2. Juli 2018
10. Pratiwi. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus Toksoid
pada Ibu Hamil di Puskesmas Tabongo Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo
Tahun 2013.
11. Gita O. Marola.Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid di Desa
Wonua Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Moramo Kabupaten Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2018.
12. Nirwana Ab. Kapita Selekta Kehamilan. Cetakan I Yogyakarta Nuha Med. 2011.
13. Sudarti, Fauziah A. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi Dan Kegawat
Daruratan. Kedua. Jakarta: Medical Book; 2016)
14. (Maryunani A, Puspita E. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Cv.
Trans Info Media. Jakarta Timur; 2017
15. H Setyo. Kejang pada Neonatus, Permasalahan dalam Diagnosis dan Tata laksana
Setyo Handryastuti.Sari Pediatri, Vol. 9, No. 2, Agustus 2007
16. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2012
17. Amboss. Chorioamnionitis, Neonatal Infection, and Omphalitis. 2019
18. Rustini.Profil Tetanus Neonatorum dalam Rangka kebijakan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal di kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur,Tahun 2012-
2014.Jurnal kesehatan volume 19 Nomor 2.Tahun2016
19. Novita.Penyuluhaj tentang imunisasi TT Pada ibu Hamil di Desa Jorring Natabung
Kecamatan Padangsidampuan.Jurnal Pengabdian masyarakat.2021
20. Thwaites, L, dkk. Maternal and Neonatal Tetanus. 2015
21. Wibowo,T. Tetanus Neonatorum dalam bulletin jendela data dan informasi.
Kementrian Kesehatan RI. 2012
22. Jaya, H. Aditya, R. Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit. 2018
23. Modul Fakultas Kedokteran Airlangga. Tetanus Neonatorum. Ilmu Kesehatan Anak.
2017.
24. Rahmanto, Danawan., Farhanah, Nur. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh pada
Kemantian Pasien Tetanus di RSUP dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. 2017.
25. Dina RA. Gambaran Epidemiologi Kasus Dan Keamatian Tetanus Neonatorum Di
Kabupaten Serang Tahun 2005-2008. 2009.
26. KEMENKES RI. Eliminasi Tetanus Material dan Neonatal. 2012.
27. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. 2009