Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

“JOGGING VS TIDAK JOGGING”


 
Pembimbing : dr. Arief Tajally Adhyatma, MH. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok: 12 Blok 4

Fisabili Firdaus (H2A019037)


Alia Mahda (H2A019083)
Fadhillah Noor Izza A. (H2A019116)
Muhammad Fath Faiz (H2A010117)
Elmathiana Delstiene (H2A019120)
Ekhtya Dharma Cahyono (H2A019124)
Putri Ika Nur Apriani (H2A019136)
Awwalus Tsania Putri I. (H2A019140)
Hermansyah Salwa A. (H2a019141)

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
SKENARIO
■ Arfian 20 tahun adalah seorang mahasiswa FK yang gemar berolahraga dan memiliki indeks
masa tubuh (IMT) normal. Setiap minggu Arfian selalu menyempatkan diri berolah raga 30 menit
sehari minimal 5 kali untuk olahraga aerobik, yaitu jogging pagi hari. Suatu hari Arfian mengajak
temannya yang bernama Nabila 20 tahun untuk berolah raga jogging bersama. Nabila adalah
seorang mahasiswi FK yang tidak pernah berolah raga dan memiliki IMT obesitas berat. Hari
tersebut akhirnya tiba. Sebelum mereka olah raga, Arfian mengajak Nabila untuk pemanasan
dahulu. Gerakan dimulai dengan mengatur nafas dan melenturkan otot. Setelah pemanasan,
mereka kemudian jogging. Pada jarak 1 km, Nabila mulai bernapas terengah-engah, sedangkan
Arfian masih kelihatan segar. Arfian menyarankan Nabila untuk selalu tarik nafas dalam dan
menghembuskan perlahan. Dengan tarik nafas panjang dan hembuskan perlahan membuat tubuh
menjadi rileks dan seperti berenergi kembali. Pada jarak 5 km, Nabila akhirnya menyerah, dan
Arfian-pun juga ikut berhenti, padahal ia masih kuat. Nabila bertanya kepada Arfian, “kamu kok
nggak terengahengah saat jogging?” Arfian kemudian menerangkan bahwa berolahraga aerobik
secara rutin dapat meningkatkan kapasitas vital paru, dengan demikian pH tubuh tidak cepat
menjadi asam. Nabila kemudian terinspirasi oleh jawaban Arfian. Nabila termotivasi untuk
olahraga rutin dan mempelajari lebih lanjut terkait sistem respirasi tubuh manusia.
■ Obesitas : Peningkatan berat badan melampaui
batas dari kesehatan fisik akibat penumpukan
lemak yang berlebihan
■ Indeks Massa Tubuh : Metode sederhana untuk
menilai status gizi dari individu
STEP 1 : ■ pH : Jumlah konsentrasi besaran fisis untuk
menilai keasaman. Jika pH lebih dari tujuh
merupakan asam, dan kurang dari tujuh
“Idenfikasi Istilah” merupakan basa
■ Joging : salah satu olahraga dengan cara berlari
pelan (antara lari dan berjalan) untuk kesehatan
■ Aerobik : bersifat memerlukan oksigen bagi
kehidupan, gerak, dan pertumbuhannya.
■ Respirasi : kegiatan memasukkan dan
mengeluarkan udara kedalam dan dari paru-
paru; pernapasan.
1. Kenapa pada scenario Nabila merasa terengah-
engah pada saat jogging?
2. Mengapa berolahraga aerobic secara rutin dapat
meningkatkan kapasitas vital paru?
3. Bagaimana dengan tarikan nafas yang panjang dan
STEP 2 : menghembuskannya dengan perlahan bisa
membuat tubuh menjadi rileks?
4. Apa yang dimaksud dengan kapasitas vital paru?
“Idenfikasi 5. Bagaimana menjaga kesehatan dan kebugaran
Masalah” tubuh?
6. Apa pengaruh IMT terhadap kapasitas olahraga
dilihat dari fungsi respirasi?
7. Apa pengaruh jenis kelamin terhadap kapasitas
olahraga dilihat dari fungsi respirasi?
8. Bagaimana pandangan islam terhadap scenario
diatas?
STEP 3 : Klarifikasi Masalah

1. Kenapa pada scenario Nabila merasa terengah-engah pada saat jogging?


■ Menurut depdiknas ;kemampuan . merupakan kemampuan peredaran darah terhadap seluruh pekerjaan
fisik. Karena jantung semakin kuat karena terbiasa melakukan aktif
■ Ketika kita berlari,kita berlari butuh oksigen sehingga kita butuh sangat banyak oksigen. Sehingga paru-
paru dan jantung bekerja dengan keras, dan untuk memenuhi kekurangan oksigen, kita terengah-engah.
■ Saat berolahraga tubuh kita memerlukan banyak energi. Energi tersebut di transfer oleh ATP. ATP perlu
oksigen, dan untuk pemenuhan kekurangan oksigen, otot tubuh memerintah dengan cara mekanisme
terengah-engah.
■ Meningkatnya jumlah lemak di dinding dada dan abdomen, kemungkinan mempunyai efek pada sifat
mekanik dada dan diagfragma serta menunjukan adanya perubahan fungsi pernapasan. Hal ini menurunkan
volume paru dan perubahan gambaran ventilasi pada respirasi. Selanjutnya peningkatan massa lemak
menunjukan compliance sistem pernapasan secara luas dan pengurangan yang lebih besar dapat dilihat pada
dinding dada dariparu. Penimbunan lemak ini menunjukan elastisitas dan kemampuan sistem pernapasan,
sehingga otot-otot pernapasan bekerja keras guna mengatasi recoil elastis yang berlebihan. Jadi pada
obesitas, compliance dinding dada dan abdomen menurun, kerja pernapasan meningkat dan volume residu
pernapasan serta kapasitas vital paru menurun.
■ Penurunan regangan ini disebabkan oleh bertambahnya volume darah pulmoner dan kolapsnya saluran
napas terminal. Kelebihan berat badan memberikan beban tambahan pada thorax dan abdomen dengan
akibat peregangan yang berlebihan pada dinding thorax. Selain itu, otot-otot pernapasan harus bekerja lebih
keras untuk menghasilkan tekanan negatif yang lebih tinggi pada rongga pleura untuk memungkinkan aliran
udara masuk saat inspirasi. Peningkatan tahanan pulmonal kemungkinan besar berkaitan dengan
peningkatan tahanan pada saluran napas kecil (bukan saluran napas besar) karena hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya penurunan volume paru.
2. Mengapa berolahraga aerobic secara rutin dapat meningkatkan kapasitas vital paru?
■ Latihan aerobic seperti lari membuat metabolism karbohidrat menjadi lemak. Karena pada proses geraknya
menggunakan oksigen untuk memenuhi energi. Lari dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas vital
paru untuk ekspirasi dan inspirasi.
■ Setiap kegiatan yang dilakukan bisa membuat organ respirasi terdampak dalam pemenuhan oksigen.
Sehingga membuat nafas kita semakin dalam. Hal ini menunjukkan kebuthan oksigen kita semakin
bertambah.
■ Latihan aerobik tidak mengubah ukuran paru-paru tetapi meningkatkan efisiensi otot pernafasan,
memungkinkan penggunaan kapasitas yang lebih besar.” (Sharkey, 2003:103). “Kedua bentuk
latihanaerobik ini dapat meningkatkan kesegaran jasmani, disebabkan bentuk latihan yang diberikan
menggunakan berat (intensitas), lamanya (durasi), dan frekuensi untuk mencapai efek latihan aerobik yang
sangat penting terhadap pemasukan oksigen (VO2max)” (Sharkey, 2003:122).
■ Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lari 12 menit dan jalan cepat 4,8 km merupakan
bentuk latihan aerobik yang menggunakan sistem aerobik dengan intensitas yang merupakan faktor
terpenting dalam perkembangan maksimal pemasukan oksigen (VO2max), dapat meningkatkan fungsi dan
kapasitas sistem respiratori dan kardiovaskuler serta volume darah. Latihan aerobik ini meningkatkan
kemampuan otot untuk menghasilkan energi secara aerobik dan mengubah metabolisme dari karbohidrat
ke lemak. Disebabkan lari dan jalan cepat pada proses geraknya lebih banyak menggunakan oksigen
sehingga sangat baik untuk membina sistem pernafasan dan kemampuan kapasitas vital paru-paru, dimana
latihan ini dapat merangsang jantung, pembuluh darah, paru-paru dan organ tubuhlainnya. Maka kedua
bentuk latihan ini dapatdigunakan untuk meningkatkan kapasitas vital paru-paru dengan memacu dan
melatih daripada kemampuan paru-paru dan alat-alat pernafasan yang lainnya dalam melakukan inspirasi
dan ekspirasi
3. Bagaimana dengan tarikan nafas yang 4. Apa yang dimaksud dengan kapasitas vital
panjang dan menghembuskannya dengan paru?
perlahan bisa membuat tubuh menjadi
rileks? ■ Volume paru maksimal dapat keluar masuk
dalam satu siklus (ekspirasi dan inspirasi
■ Karena tarikan napas yang panjang dan maksimal)
menghembuskannya dengan perlahan (slow
deep breathing) membantu memelihara ■ Volume tidak : Volume di inspirasi atau
pertukaran gas, meningkatkan ventilasi ekspirasi pada pernafasan normal
alveoli, mencegah terjadinya atelectasis
paru, dan membantu meningkatkan efisiensi ■ Volume cadangan : Volume cadangan inspirasi
batuk. Latihan slow deep breathing ini ■ Volume cadanganekspirasi : volume cadangan
memiliki pengaruh pada volume tidal ekspirasi
sehingga refleksi hearing-breur yang
memiliki efek pada penurunan aktifitas ■ Volume residu : berada tetap setelah ekspirasi
kemorefleks dan meningkatkan sensitivitas paling kuat
barorefleks, melalui mekanisme inilah yang
dapat menurunkan aktifitas simpatis dan
tekanan darah.
5. Bagaimana cara menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh?
Tubuh yang sehat merupakan faktor yang sangat penting, karena bila tubuh tidak sehat segala
aktivitas akan terganggu, sedangkan bila memiliki tubuh sehat segala aktivitas dapat dikerjakan
dengan lancar dan dapat menikmati hidup dengan senang hati (bahagia).
Berikutcaramenjagakebugaran dan kesehatanjasmani :
■ Pola HidupSehat
Mengatur jenis makanan yang dimakan. Yaitu dengan tidak terlalu banyak mengonsumsi
karbohidrat dan lemak serta kurang mengonsumsi serat,tidak terlalu sering menyantap fast food
(makanan yang banyak mengandung pengawet, penyedap rasa, lemak dan kalori kosong), dan
menghindari kebiasaan ngemil berlebihan.
■ Olahraga
Orang yang gemar berolahraga akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga
jarang terkena serangan penyakit. Olahraga ini dilakukan dengan sesuai kebutuhan dan dengan
intensitas rutin. Sehingga tubuh kita beraktifitas dengan baik dan cukup sehingga tetap menjaga
tubuh agar tetap sehat.
■ Istirahat Cukup
Tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan, dan sel yang memiliki kemampuan kerja
terbatas. Seseorang tidak akan mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti.
Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh. Untuk itu istirahat sangat
diperlukan supaya tubuh memiliki waktu untuk melakukan recovery (pemulihan), sehingga dapat
melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
■ Mempertahankan tipe tubuh
6. Apa pengaruh IMT terhadap kapasitas 7. Apa pengaruh jenis kelamin terhadap
olahraga dilihat dari fungsi respirasi? kapasitas olahraga dilihat dari fungsi
■ Obesitas mengurangi kekuatan otot respirasi?
pernafasan. Dimana terdapat penurunan ■ Jenis kelamin yang mempengaruhi pada
inspirasi maksimal disbanding dengan aktifitas pernafasan. Pada usia pubertas
tubuh normal. Sehingga kemampuan daya tahan kardiorespirasi pada laki-laki
untuk kembali seperti semula. dan perempuan tidak berbeda. Tapi
■ Penderita obesitas memiliki resiko besar setelah itu pada wanita berkurang
terhadap gangguan pernafasan. Karena sekitar15-25%
beban jaringan adiposa pada disekitar ■ Volume dan kapasitas pada paru-paru
paru, sehingga merubah ketahanan pada wanita 15-20% lebih kecil dari laki-laki.
pernafasan.
8. Bagaimana pandangan islam terhadap scenario diatas?
Dalam Surat Al Qashas : 26
■ Menurut ajaran Islam, olahraga sangat dianjurkan. Bahkan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk rajin
berolahraga berenang, memanah, berlari, berkuda, bergulat, dan sebagainya.
Dengan gemar berolahraga menjadikan fisik sehat dan kuat. Sehat itu sendiri
adalah nikmat karunia Allah. Banyak ibadah dalam Islam yang
membutuhkan tubuh yang kuat seperti shalat berjamaah di masjid, puasa
sebulan Ramadhan, haji ke tanah suci, sertadakwah dan jihad di jalan Allah.
Di dalam sebuah hadits disebutkan:
‫ي َخ ْي ٌر َوأَ َح ُّب إِلَى اﷲِ ِمنَ ا ْل ُم ْؤ ِمنِ ِمنَا ْل ُم ْؤ ِم‬
ُّ ‫اَ ْل ُم ْؤ ِمنُ ا ْلقَ ِو‬
Artinya: “Orang beriman yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
orang beriman yang lemah”. (HR Muslim).
■ Dengan Iman dan Akhlak kita menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak kita
menjadi lemah.
STEP 4 : Sistem
Respirasi

“Skema”
Embriolog
Fisiologi Anatomi Histologi AIK
i

Ventilasi Difusi Perfusi


1. Anatomi dan Embriologi dari Sistem
Respirasi
2. Histologi dari system respirasi
3. Biokimia Sistem Respirasi
4. Fisiologi system respirasi
STEP 5 : 5. Ventilasi Paru-paru
“Sasaran Belajar” 6. Difusi oksigen dan karbon dioksida melalui
organ pernafasan
7. Kontrol system respirasi dan reflex
pernafasan
8. AIK
STEP 6 : “Belajar Mandiri”
STEP 7 : Pembahasan Sasaran Belajar
1. Anatomi dan Embriologi dari Sistem
Respirasi 
■ Anatomi
Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari
bagian konduksi yang terdiri dari cavum nasi,
nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan bronkiolus terminal; dan bagian respirasi
(tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan
alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran
napas atas dan bawah, saluran napas atas terbatas
hingga faring sedangkan saluran napas bawah
dimulai dari laring, trakea, bronkus dan berakhir
di paru.
 Hidung (Nasal) merupakan saluran udara  Faring merupakan tempat
pertama yang mempunyai dua kavum nasi persimpangan antara jalan pernafasan
dipasahkan oleh septum nasi. Lapisan
dan jalan makanan. Hubungan faring
dalamnya terdapat selaput lender yang berlipat
9konka nasalis) Jumlah 3 buah : dan organ-organ lain :
1. Konka nasalis inferior ■ Keatas : ronga hidung (koana)
2. Konka nasalis media ■ Kedepan : ronga mulut (istmus
3. Konka nasalis superior favsium)
■ Diantara konka ada 3 meatus : superior, media, ■ Kebawah : depan lubang laring,
inferior. Atas rongga hidung berhubungan
dengan sinus – sinus (sinus paranasalis) Sinus ■ Belakang : lubang esophagus.
maksilaris, Sinus frontalis, Sinus sfenoidalis,
Sinus etmoidalis. Hidung berhubungan dengan Rongga Faring terbagi menjadi nasofaring,
rongga mata melalui tube lakrimalis Fungsi orofaring, laringofaring
Hidung sebagai saluran udara, penyaring udara
, dapat menghangatkan udara pernafasan, dan
membunuh kuman-kuman yang masuk.
 Laring merupakan saluran udara pembentuk suara. Letak faring pada ketinggian vertebra servikalis yang terdiri
5 tulang rawan yaitu kartilago tiroid, kartilago ariteanoid, Kartilago krikoid, Kartilago epiglottis. Laring dilapisi
selaput lender sel epithelium berlapis. Pita Suara jumlah 2 : bagian atas : pitasuara palsu, bagian bawah : pita
suara sejati, yang terdiri dari 2 otot. Pembentukan suara kerjasama dari rongga mulut, rongga hidung, bibir,
lidah, dan laring Perbedaan suara tergantung tebal dan panjangnya pita suara
 Trakea terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda ( C ) Panjang trakea : 9 -11 cm.
Bagian dalamnya diliputi selaput lender yang punya bulu getar sel bersilia. Bagian belakangnya merupakan
jaringan ikat yang dilapisi otot polos
 Bronkus jumlahnya ada dua. Terletak setinggi vertebra torakalis ke IV dan V. Bronkus Kanan lebih pendek
mempunyai tiga cabang yang terdiri dari 6-8 cincin Bronkus kiri lebih panjang dan ramping mempunyai dua
cabang, yang terdiri dari 9-12 cincin
 Paru-paru terdiri dari gelembung-gelembung hawa alveoli yang mempunyai sel epitel dan sel endotel dari
pembuluh darah yang melewatinya. Jumlah alveoli ± 7000.000.000 bh dan mempunyai luas 90 m². Paru-paru
kanan tediri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dektra superior, lobuspulmo dektra media, lobus pulmo dektra
inferior dan mempunyai 10 segmen : 5 superior, 2 media, 3 inferior. Paru – paru kiri terdiri dua lobus : Lobus
superior dan inferior yang mempunyai 10 segmen : 5 superior dan 5 inferior. Lapisan pembungkus paru atau
pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan
pleura parietal yang melapisi rongga dada.
■ Cairan pleura merupakan cairan
ekstraseluler yang berfungsi sebagai
pelicin untuk memudahkan kedua
permukaan pleura parietal dan pleura
visceral bergerak selama pernafasan dan
untuk mencegah pemisahan thorak dan
paru yang akan saling melekat jika ada
air. Jumlah total cairan dalam setiap
rongga pleura sangat sedikit kurang lebih
1-10 ml. Kelebihan cairan akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik (yang
membuka secara langsung) dari rongga
pleura ke dalam mediastinum, permukaan
dari diafragma dan permukaan
Embriologi sistem respirasi
Tractus respiratorius
■ Tractus respiratorius berasal dari endoderm foregut
dan mesoderm yang berhubungan
■ Minggu ke-4 perkembangan →diverticulum
respiratorius (dari endoderm foregut)
■ Perkembangannya dipengaruhi oleh : faktor
pertumbuhan dari mesoderm di sekitarnya,
termasuk signaling retinoid→ ekspresi TBX
→diferensiasi trakea dan paru
■ Bersama perkembangannya, trachea-esophageal
ridges juga memisah →trakea dan esophagus→jika
terganggu →fistula trakeo-esophageal
■ VATER →Vertebralanomalies, Anal atresia,
Tracheoesophageal fistula, Esophageal atresia, and
Renal atresia
■ VACTERL →VATER + Cardiac defect sand Limb
defects
 Perkembangan laring :
• Lapisan epitel dan kelenjar  dari
endoderm
• Sementara menyumbat lumen laring
 rekanalisasi pada minggu ke-10  Perkembangan trakhea :
• Kartilago dan otot  dari mesenki • Lapisan epitel dan kelenjar  dari
markus faring ke-4 dan 6 endoderm
• Sementara menyumbat lumen trakhea
 rekanalisasi pada minggu ke-10
• Kartilago, otot polos, jaringan ikat 
dari mesoderm visceral/splanchnic
 Perkembangan bronkus :
• Pada akhir minggu ke-4  2 bronkus
primer
• Beberapa hari kemudian  terbentuk
bronkus sekunder  3 kanan dan 2 kiri
(terkait lobus paru)
• Akhir minggu ke-7  bronkus sekunder
bercabang lagi menjadi bronkus tersier
 10 kanan, 8 kiri
• Akhir bulan ke-6 sampai anak-anak 
menjadi 23 cabang bronco pulmoner
 Perkembangan paru :
• Pembentukan paru dimulai pada minggu ke-5
• Terbagi menjadi 4 fase :
1. Fase pseudoglandularminggu ke-5 sampai
17 blmada alveolus belum dapat berfungsi
2. Fase kanalikulerminggu ke-16 sampai 26
bronkiolus respiratorius dan ductus alveolaris
mulai terlihat pada minggu ke-24, vaskularisasi
meningkat untuk memungkinkan pertukaran gas
;surfaktan diproduksi oleh pneumosit pada
minggu ke-20-22 (masih belum memadai)
3. Fasesaccus terminalisminggu ke-24 sampai
kelahiransacus terminalis dan surfaktan
meningkat drastis
4. Fase alveolarminggu ke-29 sampai 8 tahun
pasca lahirsaccus terminalis berkembang
menjadi ductus alveolaris dan saccus alveolaris
 Produksi surfaktan :
• Fungsi :mengurangi tegangan permukaan • Surfactant Protein A: tidak begitu memiliki peran
dinding alveolus mencegah kolaps paru
dalam penyebaran surfaktantetapi memiliki peran
• Terdiri dari fosfotidilkolin dan fosfolipid
yang tersebar melalui suatu protein dalam kontraksi uterus mengaktivasi agen pro-
surfaktan : inflamasi pada makrofag di cairan amnion
makrofag teraktivasi menginvasi dinding uterus
mengeluarkan interleukin 1βproduksi
prostaglandin secara terlokalisirstimulasi
kontraksi otot polos uterus
• Surfactant Protein B: paling utama, diproduksi
oleh pneumosit tipe-II, jika kekurangan
menyebabkan Respiratory Distress Syndrome
(RDS) atau Hyaline Membrane Disease
• Surfactant Protein C: minor linker protein
• Surfactant Protein D: juga merupakan minor linker
protein, juga berperan dalam proses imunologi
2. Histologi dari system respirasi
• Sistem pernafasan terdiri atas saluran nafas dan paru.
Saluran nafas merupakan bagian konduksi yang
menghubungkan paru dengan lingkungan luar, yaitu mulai
dari hidung, trakhea, bronki, bronkiolus, bronkiolus
terminalis. Paru merupakan bagian yang menjalankan
fungsi respirasi yaitu tempat berlangsungnya pertukaran
gas, merupakan lanjutan bronkiolus terminalis, yaitu
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.  

 TRAKEA
■ Lapisan yang melapisi lumennya yaitu lapisan
mukosa terdiri atas epitel kolumner pseudokompleks
bersilia, dengan sel-sel goblet penghasil mukus
diantara epitel. Pada lapisan bawah epitel/ lamina
propria, terdapat kelenjarkelenjar penghasil cairan
serous, bagian otot polos, dan tulang rawan hialin
yang menjaga supaya lumen trakea tetap terbuka.
Cairan mukos yang dihasilkan sel goblet dan sel
kelenjar membentuk lapisan cairan yang
memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong
partikel asing keluar. Kontraksi otot polos
memungkinkan lumen menyempit, yang terjadi pada
reflek batuk, meningkatkan kecepatan aliran udara
ekspirasi sehingga membersihkan jalan nafas.
 BRONKUS

• BRONKIOLUS

Bronkus semakin ke distal menjadi bronkiolus,


berakhir menjadi bornkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis bercabang menjadi bronkiolus
respiratorius, di daerah ini merupakan peralihan
fungsi konduksi dan fungsi respirasi. Epitel kolumner
bersilia semakin memendek hingga menjadi kuboid,
dan silia menghilang, serta sudah tidak ada tulang
Semakin ke distal semakin kecil diameter lumennya, rawan. Semakin ke distal dinding bronkiolus menyatu
epitel kolumner bersilia semakin memendek, dengan muara alveolus. Lamina propria di bawah
susunan tulang rawan juga semakin berkurang epitel terdiri atas lapisan otot polos dan jaringan ikat
hingga tinggal lempenganlempengan tulang rawan serat-serat elastin.
(tidak melingkari lumen). Lamina proprianya terdiri
dari lapisan otot polos, jaringan ikat serat-serat
elastin dan kelenjar seros dan mukos
 ALVEOLUS

Bronkiolus respiratorius
bermuara di duktus alveolaris
dan saccus alveolus, baik
duktus alveolaris dan alveolus
dilapisi oleh epitel squamus
(gepeng)/epitel alveoli. Alveoli
bertanggungjawab terhadap
struktur berongga paru. Pada
sel-sel alveoli berlangsung
bertukaran O2 dan CO2 antara
udara dan darah.
3. Biokimia Sistem Respirasi
■ Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai
pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari
empat sub unit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada
sebuah rantai 13 polipeptida. Pada seorang dewasa normal, sebagian besar
hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai β. Heme adalah kompleks
yang dibentuk dari suatu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-masing dari
keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom besi
tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu
reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan
O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔️ HbO2 . Karena setiap molekul hemoglobin
mengandung empat unit Hb, maka dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan pada
kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2 membentuk Hb4O8. [3] Hb4 +
O2 ↔️ Hb4O2 Hb4O2 + O2 ↔️ Hb4O4 Hb4O4 + O2 ↔️Hb4O6 Hb4O6 + O2 ↔️
Hb4O8 Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,01
detik. Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat.
1. Fisiologi system respirasi
a. Ventilasi Paru-paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan
oleh:
1). Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura
normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap
terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan menarik paru
ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm
H2O).
2). Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka dan tidak ada udara yang
mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan
tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekananalveoli
harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke
dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
3). Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan padapermukaan luar paru, dan ini adalah
nilai daya elastis dalam paru yang cenderung mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya
lenting paru.
b. Difusi oksigen dan karbon dioksida melalui organ pernafasan
Gas oksigen dan karbon dioksida akan berdifusi melalui sel-sel yang menyusun dinding avelous dan kapiler darah.
Udara aveolus mengandung zat oksigen yang lebih tinggi dan karbon dioksida lebih rendah dari pada gas di dalam darah
pembuluh kapiler. Oleh karena itu molekul cenderung berpindah dari konsentrasi yang lebih tinggi kerendah, maka oksigen
berdifusi dari udara aveolus kedalam darah, dan karbon dioksida akan berdifusi dari pembuluh darah ke avelous.
Pengangkutan CO₂ oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yaitu : (1) Karbon dioksida larut dalam plasma dan
membentuk asam karbonat dengan enzim anhydrase. (2) Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbo mino
hemoglobin (3) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO₂) melalui proses berantai pertukaran klorida.
C. Kontrol system respirasi dan reflex pernafasan
Pola napas pada saat tubuh menjalani exercise tidak bisa dipertahankan secara otonom karena tubuh kala itu butuh pasokan
oksigen lebih banyak dari biasanya, sehingga harus dibantu dengan faktor lain.
Secara umum, sistem kontrol respirasi diambil alih oleh kerja sistem saraf pusat di bagian bilateral medula oblongata dan pons
pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi 3 kelompok neuron utama Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal
(belakang) medula yang terutama menyebabkan inspirasi. Kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral (depan
samping) medula, yang terutama menyebabkan inspirasi dan ekspirasi yang lebih dalam. Pusat pneumotaksik, terletak di
sebelah dorsal bagian superior pons, tepatnya di sebelah dorsal nuklous parabrakialis pada pons bagian atas, yang terutama
mengatur kecepatan dan kedalaman napas. Adalagi yang namanya saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru. Perlu diingat bahwa
saraf-saraf sensoris ini berujung sebagai reseptor, seperti kemoreseptor perifer, baroreseptor dan reseptor2 lainnya di dalam paru.
Nanti kumpulan reseptor-reseptor ini akan bergabung menjadi nucleus traktus solitarius yakni ujung akhir dari saraf sensoris
pernapasan yang terdapat pada nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan
dengan kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui ini, mekanisme penghantaran informasi dari paru ke pusat respirasi bagian
dorsal bisa berlangsung.Pernapasan Normal.Pada pernapasan biasa, pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi ritimis
(yang teratur). Kalau di guyton disebutkan bahwa pelepasan sinyal2 inspirasi ritmis ini belum diketahui penyebabnya. Sinyal
inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai (ramp signal), gunanya supaya inspirasi kita itu terjadi secara perlahan
dan dapat meningkatkan volume paru dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas terengah-engah. Perlu diingat lagi bahwa
sinyal-sinyal ini akan dihantarkan ke paru dan otot2 diafragma melalui saraf2 motorik pernapasan.Setelah pusat dorsal
melepaskan sinyal inspirasi yang landai tersebut, pusat pneumotaksik akan mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek utama
di sini adalah mengatur titik “penghentian” inspirasi landai, dengan demikian mengatur lamanya proses inspirasi. Kalau sinyal
pneumotaksik ini kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya dalam 0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga sedikit; kalau sinyal
pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5 detik bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi
banyak sekali. Jika sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis akan mengalami fase ekspirasi.
Paru-paru kita mempunyai suatu sifat istimewa yakni elastis dan punya daya lenting. Jadi ekspirasi ini terjadi sebagai
imbas dari inspirasi, dimana disini udara yang keluar tentunya telah bertukar dengan CO2. Tegasnya, ekspirasi tenang
yang normal, murni disebabkan akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka toraks.Pernapasan yg Lebih Dalam
jika kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok saraf pernapasan bagian ventral. Sedangkan
pada pernapasan tenang yang normal, kelompok saraf ventral ini inaktif. Bila rangsangan pernapasan guna meningkatkan
ventilasi paru menjadi lebih besar dari normal, sinyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran dasar di area
pernapasan dorsal akan tercurah ke neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area pernapasan ventral turut membantu
merangsang pernapasan ekstra. Rangsangan area ventral ini berupa rangsangan listrik yang menyebabkan inspirasi dan
juga ekspirasi. Tetapi yang paling penting disini adalah sinyal untuk ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan
dengan kuat ke otot-otot abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit. Intinya, pernapasan ventral ini gunanya sebagai
pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khususnya selama latihan fisik berat.Pembatasan sinyal
inspirasi oleh refleks Hering-Breuer. Selain sinyal pusat pneumotaksik, masih ada sinyal-sinyal saraf sensoris yang
berasal dari paru untuk membantu mengatur pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di bagian otot dinding
bronkus dan bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal melalui nervus vagus ke kelompok
neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat teregang akibat inspirasi terlalu lama. Sinyal ini akan
“menghentikan” inspirasi landai yang dilepaskan oleh pusat pernapasan dorsal tadi. (kurang lebih mekanisme
penghentiannya mirip dengan penghentian oleh sinyal pusat penumotaksik). Ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer.
Refleks ini juga ikut meningkatkan kecepatan pernapasan, sama halnya dg sinyal pneumotaksik. [an baca di gayton,
refleks ini kemungkinan tidak diaktifkan sampai volume tidal meningkat dari 3 kali normal, jadi refleks ini terutama
muncul sebagai mekanisme protektif untuk mencegah inflasi (peregangan) paru yang berlebihan daripada yang
dibutuhkan biasanya. Pengaturan kimiawi CO2 dan H+ di area kemosensitif
Di dekat medula oblongata, tepatnya 0,2 mm di bilateral (samping) area pernapasan ventral, ada suatu area
neuron yang sangat sensitif dengan perubahan konsentrasi CO2 ataupun ion H+ dalam darah. Area ini
disebut area kemosensitif. Area ini bakal merangsang bagian lain dalam pusat pernapasan.

 Apabila suatu saat konsentrasi CO2 dan H+ yang dihasilkan jaringan otak meningkat, ia akan berdifusi ke
dalam sawar darah otak. Perlu diingat, bahwa sawar darah di otak ini punya dinding yang khusus, dimana ia
hanya mengizinkan zat-zat tertentu untuk lewat. (semacam benteng pertahanan, yang lebih dikenal dengan
Blood Brain Barrier/ BBB). Nah, CO2 ini sangat permeable terhadap BBB tsb, namun tidak permeable sama
sekali terhadap ion H+, sehingga yang mudah berdifusi ke sawar darah otak adalah CO2.

 Sawar darah otak ini juga dilengkapi dengan neuron-neuron kemosensitif yang bakal mendeteksi perubahan
konsentrasi CO2 dalam sawar darah. CO2 di dalam sawar darah otak ini bakal bereaksi dengan air membentuk
ion H+ dan asam HCO3-. Nah, H+ yang dihasilkan melalui reaksi inilah yang sebenarnya lebih merangsang
area kemosensitif melalui neuron2 kemosensitif tadi. Apabila area kemosenstif ini terangsang, maka pusat
pernapasan lainnya ikut terangsang dan pola napas pun mengalami perubahan.
Kemoreseptor Perifer

 Di luar otak, ternyata juga terdapat sistem kemoreseptor tersendiri yang juga turut andil dalam pengaturan
pernapasan. Kemoreseptor di luar otak ini disebut kemoreseptor perifer. Fungsinya yang terpenting adalah untuk
mendeteksi perubahan oksigen dalam darah walaupun respetor ini juga sedikit berpengaruh terhadap perubahan
konsentrasi CO2 dan H+ di dalam darah.

 Sebagian besar kemoreseptor ini terletak di badan karotis (karotic body) dan di badan aorta (aortic body). Karotic
body terletak di bilateral pada percabangan arteri karotis komunis. Serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus
Hering ke nervus glosofaringeus dan kemudian ke area pernapasan dorsal di medula oblongata. Sedangkan aortic
body terletak di sepanjang arkus aorta; dimana serabut saraf aferennya berjalan melalui nervus vagus, juga ke area
pernapasan dorsal di medula oblongata.

 Reseptor ini akan mendeteksi perubahan kadar O2, CO2 dan ion H+. Misalkan apabila kadar O2 dalam arteri
menurun, kemoreseptor perifer ini menjadi sangat terangsang. Singkatnya, ia bakal mengirimkan impuls ke pusat
pernapasan untuk meningkatkan frekuensi napas.
TAMBAHAN

 Cerebrum / otak juga bisa mengeksitasi otot rangka untuk membantu mekanisme pernapasan. Dimana di cerebrum bakal
terkumpul kumpulan saraf-saraf motorik ke otot2 pernafasan untuk ikut berkontraksi. Impuls dari dan ke cerebrum dikirim
melalui medula spinalis di bawah medula oblongata.

 Di alveolus juga terdapat reseptor mekanik khusus yang mendeteksi udem pada alveolus itu sendiri, reseptor ini dikenal
dengan mekanoreseptor.

 Apabila fungsi fisiologis paru tidak berjalan akibat alveoli yang kolaps, (misalkan jika kemasukan air) maka alveoli harus
segera diregang dengan cara diberi napas buatan yang dihembuskan lewat mulut sehingga alveoli dapat kembali berfungsi
normal. Disini berperan berbagai macam reseptor di paru yang akan mengirimkan impuls ke pusat saraf supaya mekanisme
respirasi kembali berlanjut.

 Suhu tidak secara langsung mempengaruhi pola napas –> biasanya diatur oleh aktifitas jantung.

 
5. AIK
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Quran
2. KBBI
3. Michael Schunke et al. Prometheus Atlas Anatomi Manusia Organ Dalam. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2019.
4. Paulsen F, J. Waschke
5. Gregory J. Sistem Pernafasan. FK UDAYANA Denpasar.2018
6. Agus Heryana Putra, Kadek. FISIOLOGI VENTILASI DAN PERTUKARAN GAS. FK UDAYANA
Denpasar.2016
7. Pambudhi RR. Hubungan antara frekuensi berenang terhaadap kapasitas paru-paru perenang di kolam
renang Manahan Surakarta. [skripsi] Fisioterapi UMS. 2016 Okt 20:6-7
8. Andayani N. Hubungan obesitas terhadap asma. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017 Apr;17(1):56
9. Kamila M. Efektifitas latihan slow deep breathing dan pemberian aroma terapi kenanga (Cananga
odorata) terhadap penurunan tekanan darah. Repository UNIMUS. 2017.
10. Kiezerbazeum AL, 2016, Histology and Cell biology: an introduction pathology
11. Subadiman B. Perbedaan Pengaruh Lari 12 Menit Dengan Jalan Cepat 4,8 Kilometer Terhadap
Kapasitas Vital Paru -Paru Pada Mahasiswa Jurusan Ikor Fik Unimed. 2013. Vol.19. No.73.
12. Iman Jauhari. Health Views In Islamic Law. JurnalI lmu Hukum. 2011
13. Nur Dian, Enny P, Deny Yudi. Hubungan Indikator Obesitas Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Remaja
Akhir. Fakultas Kedokteran UNDIP.2019
14.Irma Hidayah. The Increased Of Lactic Acid Concentration In The Blood After Work.
Fakultas Ilmu Kesehatan UNAIR.2018
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai