Belajar mandiri
Step 7
1. Etiologi Hemofilia
Hemofilia disebabkan karena kelainan genetik yang diturunkan berdasarkan kromosom
X. Faktor VIII dan IX terdapat pada lengan panjang kromosom X. Pada jenis hemofilia
didapatkan (acquired hemophilia) penyebab hemofilia adalah autoimun, tetapi
mekanisme terjadinya masih belum jelas.
Hemofilia kondisi yang diturunkan dan disebabkan oleh kekurangan faktor pembekuan
darah. Hal ini hampir selalu disebabkan oleh cacat/mutasi pada gen untuk faktor
pembekuan. Baik hemofilia A/B diturunkan melalui pola x-linked resesif dimana 100%
wanita lahir dari ayah yang terkena akan menjadi pembawa.
Mehta P. Reddivan AK. Hemofilia. NCBI. Stat Pearls [internet]. 2021
Nafisa S. Nadia. Hemofilia. Media Aescapularis. Fakulas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2021
3. Patofisiologi hemofilia
Hemofilia A adalah sebuah penyakit heterogen dimaa faktor VIII berfungsi pada darah
terdapat dengan jumlah yang menurun. Jumlah faktor VIII yang menurun dapat
disebabkan protein yang abnormal/tidak berfungsi. Faktor VIII a dan faktor IX a berperan
dalam mengaktifasi faktor X pada jalur campuran koagulasi. Oleh karena itu, gambaran
klinis yang sangat mirip Thrombin yang dibentuk pada pasien hemofilia sangat
berkurang. Bekuan darah yang terbentuk sangat berkurang. Bekuan darah yang terbentuk
menjadi lemah, mudah tergerak dan sangat rentan terhadap fibrolosis
Perjalanan Penyakit
a) Periode neonatal (sejak lahir – 28 hari post natal)
Gejala yang ditemukan pada periode ini yaitu perdarahan intrakranial.
b) Periode infant, toddler, dan child
Infant dimulai setelah nenonatal sampai 1 tahun, toddler dari 1 tahun sampai 2 tahun, dan
child dari usia 2 tahun sampai 10 tahun. Pada periode infant dan toddler risiko terjadinya
perdarahan sangat tinggi karena pada periode ini anak sudah mulai belajar merangkak,
berjalan, dan juga berlari. Gejala yang timbul pada periode ini biasanya yaitu hematom
dan hemartrosis.
c) Periode adolescent (usia 10-19 tahun)
Pada periode ini anak akan senang untuk melakukan kegiatan olahraga dan juga kegiatan
yang memacu adrenalin. Namun, kegiatan ini yang justru memacu perdarahan pada tahap
ini.
d) Periode adult ( 19-64 tahun)
Pada periode ini pederita hemofilia sudah cukup dewasa sehingga risiko adanya
perdarahan dapat dihindari.
Diagnosis
Pemeriksaan komprehensif pada pasien dengan suspek hemofilia sudah harus
dimulai saat ditemukan riwayat: penyakit hemofilia dalam keluarga; mudah memar sejak
periode neonatal; perdarahan spontan baik internal atau eksternal; dan perdarahan masif
ketika terjadi luka kecil. Kecurigaan ini kemudian ditindaklanjutkan dengan skrining
laboratorium untuk mengetahui fungsi homeostasis serta ada tidaknya kelainan
perdarahan. Skrining utama untuk menentukan fungsi homeostasis ialah platelet count
(normal 150.000- 450.000/mm3) dan bleeding time. Pada pemeriksaan platelet count,
pengambilan darah dilakukan melalui pungsi vena; dan perlu diperhatikan apakah pasien
sedang mengonsumsi obat-obatan seperti kloramfenikol, oral anti-tuberculosis (OAT),
colchicine, atau sulfonamid. Pemeriksaan bleeding time menggunakan metode Ivy
dengan nilai normal 1-6 menit, dan dikatakan memanjang bila >15 menit.
Selain itu, hal-hal lain yang harus diperiksa ialah prothrombin time (PT), activated
partial thromboplastin time (aPTT), thrombin time (TT), serta specific coagulation factor
assay untuk FVIII dan IX. Pada keempat pemeriksaan ini, pengambilan darah dilakukan
melalui pungsi vena.
Pemeriksaan PT untuk menilai jalur pembekuan darah ekstrinsik, yaitu keterlibatan faktor
I, II, III, IV, V, VII, dan X dalam proses pembekuan darah, dengan nilai normal 11-13
detik
Pemeriksaan aPTT untuk menilai jalur pembekuan darah intrinsik yaitu keterlibatan
faktor VIII, IX, XI, dan XII, dengan nilai normal 15-35 detik
Pemeriksaan TT untuk menilai kemampuan membentuk bekuan darah darah dari
fibrinogen yaitu keterlibatan faktor XIII dalam proses pembekuan darah.
Pemeriksaan specific coagulation factor assay untuk FVIII dan IX dilakukan untuk
menilai aktivitas faktor VIII dan IX, dengan nilai normal dari faktor VIII dan IX assay
60-100%
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, hemofilia dikategorikan: ringan bila aktivitas
faktor pembekuan 5-35% dari normal; sedang, bila aktivitas faktor pembekuan 1- 5% dari
normal; dan berat, bila aktivitas faktor pembekuan
5. Tatalaksana
Prinsip manajemen hemofilia adalah mencegah perdarahan dan pertolongan sedini
mungkin pada perdarahan akut
Resusitasi cairan bila terdapat syok
Menghentikan obat yang dapat mengganggu homeostatis
Berhati-hati dalam pengambilan sampel daraj atau saat melakukan penyuntikan
Pada perdarahan sendi/otot prinsip Rest Ice Compression Elevation (RICE)
Manajemen spesifik yang berikutnya diperlukan terapi pengganti dengan faktor
pembekuan obat ini diberika di layanan rujukan. Terapi yang lain dapat diberikan adalah
pemberian paracetaml, desomopresin, hingga rehabilitasi bila diperlukan. Obat yang
diberikan
DDAVP (desmopressin) dosis 0,2-0,5 mg/kh BB.
Obat ini dilarutkan dalam 30 cc gr fisiologi dan di infus selama 15-20 menit
EACA dan treatment Acid
Epsilon Amino Caproid Acid (EACA) dan asam tronse kronik dosis 50-100
mg/kgBB intravena/peroral segera sebelum tindakan
Kortikosteroid
Pada sinovirus akut yang terjadi sesudah serangan akut hrmatrosis pemberian
kortikosteroid sangat berguna
Analgesik
Bila terjadi sesuatu rasa sakit yang hebat pada sendi/rasa sakit sebab lainnya
Susanto M, Kurniawan A. Hemofilia Universitas Pelita Harapan. Fakultas Kedokteran.
Review Artikel. Medicinus. 2016
6. Edukasi
Hemaofilia tidak dapat dicegah hanya mencegah terjadiny atrauma
Pencegahan menggunakan aspirin dan NSAID
Sirkumsisi tidak boleh dilakukan terhadap anak laki-laki
Jika ada riwatar hemofilia dalam keluarga maka selama kehamilan harus dperiksa
adanya defek gentik, pad aibu hamil untuk mengetahui adanya carrier pada ibu.
Louparthy. Hemofilia. Universitas Tarumanegara. 2016