BLOK 4
MODUL 2SKENARIO 1
“Jafar Yang Lapar”
Pertemuan I
Moderator : Elmathiana Delstiene (H2A019120)
Sekertaris : Putri Ika Nur Apriani (H2A019136)
Pertemuan 2
Moderator : Alia Mahda (H2A019083)
Sekertaris : Fadhillah Noor Izza A. (H2A019116)
Anggota:
1. Fisabili Firdaus (H2A019037)
2. Alia Mahda (H2A019083)
3. Fadhillah Noor Izza A. (H2A019116)
4. Muhammad Fath Faiz (H2A010117)
5. Elmathiana Delstiene (H2A019120)
6. Ekhtya Dharma Cahyono (H2A019124)
7. Putri Ika Nur Apriani (H2A019136)
8. Awwalus Tsania Putri I. (H2A019140)
9. Hermansyah Salwa A. (H2A019141)
STEP 1
1. Zat gizi: zat makanan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh
Senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh
2. Refisi : peninjauan/ pemeriksaan kembali untuk perbaikan
3. Keroncongan : berbunyi perutnya karena lapar; Tiruan bunyi seperti giring-giring
4. Kadar gula darah : Suatu monosakrida, karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber utama bagi tubuh manusia; Banyaknya zat gula/ glukosa yang ada di
tubuh
5. Lemak : Nutrisi terpenting bagi tubuh untuk energi, sifatnya sulit larut dalam air; zat
gizi makro yang menyakut asam lemak
6. Karbohidrat : Senyawa organik karbon hidrogen, terdiri dari beberapa molekul gula
sederhana; Zat gizi makro yang meliputi gula, padi, dan serat
7. Protein : komponen struktur utama yang berfungsi untuk hormon dan molekul enzim
lain;
8. Air liur : kelenjar saliva yang mengandung enzim
STEP 2
1. Mengapa jafar merasa lapar?
2. Bagaimana cara pola makan yang benar ?
3. Apa saja fungsi zat gizi pada tubuh manusia ?
4. Apa yang menjadi penyebab perut berbunyi keroncongan ketika lapar?
5. Apa yang menyebabkan jafar mengeluarkan air liur saat lapar?
6. Bagaimana pandangan islam mengenai skenario ?
7. Mengapa kadar gula darah penting untuk dijaga?
STEP 3
1. Mengapa jafar merasa lapar?
Karena ada hubungannya dengan saraf dan hipotalamus,
2. Bagaimana cara pola makan yang benar ?
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan
ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Sulistyoningsih, 2012).
Pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yaitu jenis, frekuensi dan jumlah makan. 1)
Jenis Makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap
hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jangung,
sagu, umbi-umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2012). 7
2) Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, makan
siang, makan malam dan makan selingan (Depkes RI, 2014). Frekuensi makan adalah
jumlah makan sehari-hari baik kualitatif dan kuanitatif, secara alamiah makanan
diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus.
Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan, jika rata-rata
lambung kosong antara 3-4 jam, jadwal makanpun menyesuaikan dengan kosongnya
lambung (Okviani, 2011). Pola makan yang baik dan benar mengandung karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu makan pagi,
selingan siang, makan siang, selingan sore, makan malam dan sebelum tidur.
Makanan selingan sangat diperlukan, terutama jika porsi makanan utama yang
dikonsumsi saat makan pagi, makan siang dan makan malam belum mencukupi.
Makan selingan tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan nafsu makan saat
menyantap makanan utama berkurang akibat kekenyangan makanan selingan (Sari,
2012).
3) Jumlah Makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap orang atau setiap
individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara
makan seorang individu atau sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan
mengandung 8 karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi tiga kali sehari
dengan makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup, pola makan
yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan atau obesitas pada tubuh (Willy,
dkk., 2011).
Secarakuantitasdankualitasuntukmemenuhikebutuhangizisebaiknyamakandilakukan 3
kali sehari. Jikapolamakansehari-harikurang,
makaakantimbulketidakseimbanganantaramasukandankebutuhanzatgizi yang
diperlukanuntukhidupsehatdanproduktif. Selainitu, daripolamakan yang
tidakteraturataukurang, makakebutuhannutrisidariusiamuda(tidakmemenuhi)
dapatmenyebabkanindividutersebutterkenadampaknyadiusialanjutsepertikerapuhantul
angdandapatberdampakpadarisikipenyakittidakmenular yang
mematikanataumengancamhidupsepertikardiovaskuler, stroke , hipertensi , diabetes
danbeberapajeniskanker (Kemenkes RI, 2014)
3. Apa saja fungsi zat gizi pada tubuh manusia ?
Sumber energi dan tenaga
Menyokong pertumbuhan badan
Memelihara jaringan tubuh
Mengatur metabolisme
Mekanisme pertahanan tubuh
4. Apa yang menjadi penyebab perut berbunyi keroncongan ketika lapar?
Terjadi kareana kita kelaparan, Otak juga bereraksi saat kita lapar dan kelenjar saliva
juga ikut bereaksi, suara perut keroncongan karena kontraksi otot
Hasil dari proses anatara benda padat, adanya cairan dan gas, bisa terjadi bebrapa
waaktu, 2 jam perut kosong hormon akan bereaksi.
5. Apa yang menyebabkan jafar mengeluarkan air liur saat lapar?
Fungsinyauntukmembantupengunyahandanmenelanmakanan,
gigiakanlekasrusakdanmudahterseranginfeksibilatidakada air liur. Saliva
mengundangsejumlahhormonsepertitestosteron, kortisol, dan melatonin. Di
dalamnyajugaterdapatkalsium, elektrolit, danzatantibakteri. Air
liurmembawaselmanusiadarilapisanmulut. Itulahsebabnyates air
liurdapatmenganalisis DNA, sertamolekul yang bertanggungjawabuntukekpresi gen
yang dikenalsebagaiRNA.Kelenjarliur yang menghasilkan saliva berada di tigatempat,
bawahlidah, pipi, danrahang. Sedangkankelenjarparatoidbertugasmemproduksi air
yang membasahimakanansaatdikunyahdi mulut agar mudahditelan. Kelenjar
submandibular dan sublingual berada di bawahrahangdanlidah. Air yang
dihasilkanlebihkentaldanberfungsisebagailapisanpelindungketikamuluttidakbekerja.
Dalamsehari, orang memproduksisekitar 700 mlhinggasatu liter air liur. Aliran air
liurdipengaruhikegiatanmanusiadan rasa masakan yang dikonsumsinya.
Saatmenciumataumelihatmakananenak, kelenjar-kelanjaritulah yang bekerja,
penyebabnyakarenaotakmengirimsinyalkekelenjar air liursehingga volume meningkat.
Menurut Q. S an-Nahl ayat 114: yang artinya: “maka makanlah yang halal lagi baik
(halalan thayyiban) dari rezki yang telah Allah berikan kepadamu, dan syukurilah
nikmat Allah SWT kapadamu, jika kamu hanya kepada –Nya saja menyembah”. Maka
syarat utama makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi oleh ummat Islam tidak
hanya halal tetapi juga harus thayyib. Jika kata pertama halal berhubungan dengan
hokum syar’I maka kata kedua thayyib berhubungan dengan medis (medicine)
Maka berdasarkan penafsiran Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar, maka dipilihlah
ayat yang berhubungan dengan pengaruh makanan terhadap kehidupan manusia yaitu
sebagai
berikut:
1. Pada QS. 2, al-Baqarah: 168; Apabila manusia telah mengatur makan minumnya,
mencari dari sumber yang halal, bukan dari penipuan, bukan dari apa yang di zaman
modern ini dinamai korupsi, maka jiwa akan terpelihara daripada kekasarannya.
Dan berdasarkan hadis yang dibahas dalam penjelasan Buya Hamka yaitu perbaikilah
makanan engkau, niscaya engkau akan dijadikan Allah seorang yang makbul doanya.
Dan yang melemparkan suatu suapan yang haram ke dalam perutnya, maka tidaklah
akan diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan barangsiapa di antara hamba
Allah yang bertumbuh dagingnya dari harta haram dan riba, maka api lebih baik
baginya.
SISTEM DIGESTIF
METABOLISME
STEP 5
LEMAK KARBOHIDRAT PROTEIN VITAMIN
Sasaran Belajar
1. Anatomi dan Embriologi sistem digestive
2. Fisiologi sistem digestive
Pencernaan
Regulasi sistem saraf terhadap sistem pencernaan
Absorbsi,Reabsorbsi dan transfer zat
Defekasi
3. Histologi sistem digestive
4. Biokimia sistem digestive
Metabolisme karbohidrat : glikolisis, glukoneogenesis, glikogenesis,
glikogenolisis
Metabolisme lemak : oksidasi asam lemak
Metabolisme vitamin dan mineral
Metabolisme protein
5. Kedokteran islam pada kasus diatas
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Anatomi dan Embriologi sistem digestive
Anatomi sistem digestive
- Organ
Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk
system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah
juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung.
Tenggorokan (Faring) Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada
vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam
klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida
menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1- 2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam empedu.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan
fungsi utama anus.
- Vaskularisasi
Sebagai akibat pelipatan mudigah ke sefalokaudal dan lateral, sebagian rongga yolk
sac yang dilapisi endoderm masuk ke mudigah untuk membentuk usus primitif. Dua
bagian rongga yang dilapisi endoderm lainnya, yolk sac dan alantois, tetap berada di
luar mudigah. Di bagian sefalik dan kaudal mudigah, usus primitif membentuk tabung
buntu, usus depan dan usus belakang. Bagian tengah, usus tengah, tetap terhubung
dengan yolk sac untuk sementara melalui duktus vitelinus, atau yolk stalk.
Perkembangan usus primitif dan turunannya biasanya dibahas dalam empat bagian:
(a) Usus faring atau faring, berjalan dari membrana orofaringealis ke divertikulum
respiratorium dan merupakan bagian dari usus depan (b) Sisa usus depan terletak di
sebelah kaudal tabung faring dan berjalan ke kaudal sejauh pertumbuhan tunas hati.
(c) Usus tengah dimulai dari sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke persimpangan
dua pertiga kanan dan sepertiga kiri kolon transversum pada orang dewasa. (d) Usus
belakang berjalan dari sepertiga kiri kolon transversum ke membrana kloakalis.
Endoderm membentuk lapisan epitel pada saluran cerna dan menghasilkan sel-sel
spesifik (parenkim) kelenjar, seperti hepatosit dan sel-sel eksokrin dan endokrin
pankreas. Stroma (jaringan ikat) untuk kelenjar berasal dari mesoderm viseral. Otot,
jaringan ikat, dan komponen peritoneum pada dinding usus juga berasal dari
mesoderm viseral.
Bagian dari tabung usus dan turunannya digantung dari dinding tubuh dorsal dan
ventral oleh mesenterium, yaitu lapisan ganda peritoneum yang menyelubungi organ
dan menghubungkan nya dengan dinding tubuh. Organ yang demikian disebut
intraperitoneum, sedangkan organ yang terletak menempel dinding tubuh posterior
dan diselubungi oleh peritoneum hanya di permukaan anteriornya saja (misal, ginjal)
disebut organ retroperitoneum. Ligamentum peritoneale adalah lapisan ganda
peritoneum (mesenterium) yang berjalan dari satu organ ke organ lainnya atau dari
satu organ ke dinding tubuh. Mesenterium dan ligamentum memberikan jalan bagi
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe yang menuju ke dan berasal dari visera
abdomen. Pada awalnya usus depan, usus tengah dan usus belakang berkontak secara
luas dengan mesenkim dari dinding abdomen posterior.
Namun, pada minggu kelima, jembatan jaringan ikat telah menyempit dan bagian
kaudal usus depan, usus tengah, dan sebagian besar usus belakang digantung dari
dinding abdomen oleh mesenterium dorsal, yang membentang dari ujung bawah
esofagus ke regio kloaka usus belakang. Di regio lambung, mesenterium ini
membentuk mesogastrium dorsal atau omentum mayus; di regio duodenum,
mesenterium ini membentuk mesoduodenum dorsal; dan di regio kolon, mesenterium
membentuk mesokolon dorsal. Mesenterium dorsal di lengkung jejunum dan ileum
membentuk mesenterium propria. Mesenterium ventral, yang hanya terdapat di regio
bagian terminal esofagus, lambung dan bagian atas duodenum, berasal dari septum
transversum. Pertumbuhan hati ke dalam mesenkim septum transversum membagi
mesenterium ventral menjadi (a) omentum minus, yang membentang dari bagian
bawah esofagus, lambung dan bagian atas duodenum ke hati dan (b) ligamentum
falsiforme, yang membentang dari hati ke dinding tubuh ventral.
Lambung muncul sebagai pelebaran fusiform usus depan di minggu keempat
perkembangan. Selama minggu-minggu berikutnya, penampakan dan posisinya
berubah banyak akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan di berbagai regio
dindingnya dan perubahan posisi organ-organ di sekitarnya. Perubahan posisi
lambung paling mudah dijelaskan dengan menganggapnya berputar mengelilingi
sumbu longitudinal dan anteroposterior.
Lambung berputar 90° searah jarum jam mengelilingi sumbu longitudinalnya, yang
menyebabkan sisi kirinya menghadap ke anterior dan sisi kanannya menghadap ke
posterior. Dengan demikian, nervus vagus kiri, yang pada mulanya menyarafi sisi kiri
lambung, kini menyarafi dinding anterior; demikian juga nervus kanan kini menyarafi
dinding posterior. Selama perputaran ini, dinding posterior lambung yang ash tumbuh
lebih cepat daripada bagian anterior, sehingga membentuk kurvatura mayor dan
minor.
Ujung sefalik dan kaudal lambung aslinya terletak di garis tengah, namun
selama pertumbuhan selanjut nya, lambung berputar mengelilingi sumbu anteropos-
terior sedemikian rupa sehingga bagian kaudal atau pilorus bergerak ke kanan dan ke
atas, dan bagian sefalik atau kardia bergerak ke kiri dan agak ke bawah. Dengan
demikian, lambung berada di posisi akhirnya, dengan sumbu yang berjalan dari kiri
atas ke kanan bawah.
Karena lambung melekat ke dinding tubuh dorsal melalui mesogastrium dorsal dan ke
dinding tubuh ventral melalui mesogastrium ventral, perputaran dan pertumbuhannya
yang tidak seimbang mengubah posisi mesenterium ini. Perputaran di sumbu
longitudinal menarik mesogastrium dorsalke kiri, menciptakan suatu ruang di
belakang lambung yang disebut bursa omentalis (kantong peritoneum minor).
Perputaran ini juga menarik mesogastrium ventral ke kanan. Sewaktu proses ini
berlanjut di minggu kelima perkembangan, primordium limpa muncul sebagai
proliferasi mesoderm di antara dua lapisan mesogastrium dorsal. Dengan berlanjutnya
perputaran lambung, mesogastrium dorsal memanjang dan bagian di antara limpa dan
garis tengah dorsal memutar ke kiri dan menyatu dengan peritoneum dari dinding
abdomen posterior. Lapisan posterior mesogastrium dorsal dan peritoneum di
sepanjang garis penyatuan ini mengalami degenerasi. Limpa, yang tetap berada di
intraperitoneum, kemudian terhubung dengan dinding tubuh di bagian ginjal kiri
melalui ligamentum lienorenale dan ke lambung melalui ligamentum gastrolienale.
Pemanjangan dan penyatuan mesogastrium dorsal ke dinding tubuh posterior juga
menentukan posisi akhir pankreas. Pada awalnya, organ ini tumbuh ke dalam
mesoduodenum dorsal, tapi pada akhirnya, kauda pankreas memanjang ke dalam
mesogastrium dorsal.
Sewaktu lapisan posterior mesogastrium dorsal dan peritoneum dinding tubuh
posterior mengalami degenerasi di sepanjang garis penyatuan, kauda pankreas
diselubungi oleh peritoneum hanya di permukaan anteriornya saja sehingga terletak di
retroperitoneum. (Organorgan, seperti pankreas, yang awalnya diselubungi oleh
peritoneum, tapi kemudian menyatu dengan dinding tubuh posterior sehingga terletak
retroperitoneum, dikatakan bersifat retroperitoneum sekunder).
Sebagai akibat dari perputaran lambung di sumbu anteroposteriornya, mesogastrium
dorsal menonjol ke bawah. Mesogastrium ini terus tumbuh ke bawah dan membentuk
suatu kantong berlapis ganda yang meluas ke kolon transversum dan lengkung usus
halus seperti sebuah celemek. Celemek berlapis ganda ini adalah omentum mayus;
kemudian lapisanlapisannya menyatu membentuk satu lembaran yang menggantung
dari kurvatura mayor lambung. Lapisan posterior omentum mayus juga menyatu
dengan mesenterium kolon transversum. Omentum minus dan ligamentum falsiforme
terbentuk dari mesogastrium ventral, yang berasal dari mesoderm septum
transversum.
Bagian akhir usus depan dan bagian sefalik usus tengah membentuk duodenum. Taut
antara kedua bagian ini terletak tepat di distal pangkal tunas hati. Sewaktu lambung
berputar, duodenum membuat bentuk lengkung C dan berputar ke kanan. Perputaran
ini, bersama dengan pertumbuhan kaput pankreas yang cepat, menggeser duodenum
dari posisi yang semula terletak di garis tengah ke sisi kanan rongga abdomen.
Duodenum dan kaput pankreas menekan dinding tubuh dorsal, dan permukaan kanan
mesoduodenum dorsal menyatu dengan peritoneum di dekatnya. Kedua lapisan
kemudian lenyap, dan duodenum dan kaput pankreas menjadi terfiksasi dalam posisi
retroperitoneum. Dengan demikian, seluruh pankreas terletak di retroperitoneum.
Pada mudigah berusia 5 minggu, usus tengah digantung dari dinding abdomen dorsal
oleh mesenterium pendek dan berhubungan dengan yolk sac melalui duktus vitelinus
atau yolk stalk. Pada orang dewasa, usus tengah dimulai tepat di distal muara duktus
biliaris ke dalam duodenum dan berakhir di tautan dua pertiga proksimal kolon
transversum dengan sepertiga distalnya. Di seluruh panjangnya, usus tengah disuplai
oleh arteri mesenterika superior.
Perkembangan usus tengah ditandai oleh pemanjangan cepat usus dan
mesenteriumnya, yang menghasilkan pembentukan lengkung usus primer. Di
puncaknya, lengkung usus tetap berhubungan langsung dengan yolk sac melalui
duktus vitelinus yang sempit. Bagian sefalik dari lengkung berkembang menjadi
bagian distal duo-denum, jejunum dan sebagian ileum. Bagian kaudal menjadi bagian
bawah ileum, saekum, apendiks, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum.
Bersamaan dengan pertumbuhan panjangnya, lengkung usus primer berputar
mengelilingi sumbu yang dibentuk oleh arteri mesenterika superior. Bila dilihat dari
depan, perputaran ini berlawanan arah dengan jarum jam, dan besarnya sekitar 270°
ketika selesai (Gambar 15.24 dan 15.25). Bahkan selama berputar, pemanjangan
lengkung usus halus terus berlanjut, dan jejunum beserta ileum membentuk sejumlah
lengkung berbentuk kumparan. Usus besar juga memanjang namun tidak ikut dalam
fenomena pembentukan kumparan. Perputaran terjadi selama herniasi (sekitar 901,
dan juga selama kembalinya lengkung usus ke dalam rongga abdomen (180° sisanya).
Selama minggu ke-10, lengkung usus yang mengalami herniasi mulai kembali ke
dalam rongga abdomen. Walaupun faktor-faktor yang berperan untuk pengembalian
usus ini tidak diketahui pasti, diduga bahwa regresi ginjal mesonefrik, berkurangnya
pertumbuhan hati dan meluasnya rongga abdomen, memainkan peranan yang penting.
Bagian proksimal jejunum, bagian pertama yang masuk kembali ke rongga abdomen,
menjadi berada di sisi kiri. Lengkung usus yang masuk selanjutnya secara bertahap
terletak semakin ke kanan. Tunas saekum, yang muncul di minggu keenam sebagai
suatu pelebaran kecil berbentuk kerucut di bagian kaudal lengkung usus primer,
adalah bagian usus terakhir yang masuk kembali ke rongga abdomen. Untuk
sementara, bagian ini terletak di kuadran kanan atas tepat di bawah lobus kanan hati.
Dari sini, bagian ini turun ke dalam fossa iliaka kanan, yang menempatkan kolon
asendens dan fleksura hepatika di sisi kanan rongga abdomen. Selama proses ini,
ujung distal tunas saekum membentuk divertikulum yang sempit, apendiks. Karena
apendiks berkembang selama turunnya kolon, posisi akhirnya sering berada di
posterior saekum atau kolon. Posisi-posisi apendiks ini masing-masing disebut
retrosaekum atau retrokolon.
Mesenterium lengkung usus primer, mesenterium propria, mengalami
perubahan mencolok seiring dengan perputaran dan pembentukan kumparan usus.
Sewaktu bagian kaudal lengkung bergerak ke sisi kanan rongga abdomen,
mesenterium dorsal terpuntir mengelilingi pangkal arteri mesenterika superior.
Selanjutnya, sewaktu kolon bagian asendens dan desendens menempati posisi
definitifnya, mesenterium kedua kolon ini mene-kan peritoneum dinding abdomen
posterior. Sesudah menyatunya kedua lapisan ini, kolon asendens dan desendens
secara permanen terletak di posisi retroperitoneum. Namun, apendiks, ujung bawah
saekum, dan kolon sigmoideum, tetap mempertahankan mesenterium bebasnya.
Mesokolon transversum memiliki nasib yang berbeda. Mesokolon ini menyatu dengan
dinding posterior omentum mayus tetapi tetap mempertahankan mobilitasnya. Garis
perlekatannya pada akhirnya membentang dari fleksura hepatika kolon asendens
hingga fleksura splenika kolon desendens. Mesenterium lengkung jejunoileum mula-
mula bersambungan dengan mesenterium kolon asendens. Sewaktu mesenterium
mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdomen posterior, mesenterium
lengkung jejunoileum memperoleh garis perlekatan baru yang membentang dari area
tempat duodenum menjadi intraperitoneum hingga tautan ileosaekum.
Defekasi
Pendorongan massa feses yang terus-menerus melalui anus dicegah oleh
konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus, penebalan otot polos sirkular
sepanjang beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan
(2) sfingter ani eksternus, yang terdiri atas otot lurik volunter yang
mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal. Sfingter eksternus
diatur oleh serat-serat saraf dalam nervus pudendus, yang merupakan bagian
sistem saraf somatis dan karena itu di bawah pengaruh volunter, dalam
keadaan sadar atau setidaknya dalam bawah sadar; secara bawah sadar,
sfingter eksternal biasanya secara terus-menerus mengalami konstriksi kecuali
bila ada impuls kesadaran yang menghambat konstriksi.
Defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam
dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila feses memasuki
rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang
peristalik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke
arah anus. Pada saat gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani
internus relaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus; jika
sfingter ani eksternus juga secara sadar, dan volunter berelaksasi pada waktu
yang bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks defekasi mienterik intrinsik yang berfungsi dengan sendirinya secara
normal bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan
defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain,
suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medula
spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal
dihantarkan pertama ke dalam medula spinalis dan kemudian secara refleks
kembali ke kolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serat-serat
saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini
sangat memperkuat gelombang peristaltik dan juga merelaksasikan sfingter ani
internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik intrinsik dari
suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang
efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksura
splenikus kolon sampai ke anus.
Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medula spinalis menimbulkan efek-efek
lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glotis, dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen untuk mendorong isi feses dari kolon ke bawah dan pada
saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah
dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.
Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar
oesofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan
otot hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik
dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
GASTER/LAMBUNG
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik
yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar
kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits
ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi
mukus. Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,
korpus, fundus, dan pylorus.
INTESTINUM
Usus halus relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini memungkinkan kontak yang
lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan serta antara hasil-hasil
pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas 3 segmen:
duodenum, jejunum, dan ileum.
Membran mukosa usus halus menunjukkan sederetan lipatan permanen yang
disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada membran mukosa terdapat
lubang kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan
kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjarkelenjar intestinal
mempunyai epitel pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa
usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel
toraks (absorptif), sel paneth, dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin.
RECTUM
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah
toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah: 1.
untuk absorpsi air dan 2. pembentukan massa feses, 3. pemberian mukus dan
pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian banyak sel goblet. Lamina
propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering
menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian bebas kolon, lapisan
serosa ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa
– appendices epiploidices (usus buntu). Pada daerah anus, membran mukosa
mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails Morgagni. Sekitar 2
cm di atas lubang anus mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada
daerah ini, lamina propria mengandung pleksus vena-vena besar yang bila
melebar berlebihan dan mengalami varikosa mengakibtakan hemoroid.
Sel-sel endokrin saluran pencernaan.
Saluran pencernaan mengandung sel-sel pembentuk polipeptida endokrin
(hormon) berikut: sekretin, glukagon, somatostatin, dan peptida menghambat
lambung. Kolesistokinin – hormon yang dihasilkan oleh mukosa usus halus dan
secara fisiologis penting untuk merangsang kontraksi kandung empedu dan
sekresi pankreas. Aktivitas sistem pencernaan diawasi oleh sistem saraf dan
diatur oleh sistem hormon-hormon.
PANKREAS
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri
atas pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka
disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan
memilki sifat memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel,
maka proenzim selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan
masuk apparatus Golgi. Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam
vesikel-vesikel sekresi yang disebut sebagai granula prozimogen. Granula
sekresi yang matang (granula zimogen), melekat pada membran dan
terkumpul pada bagian apical (ujung) sel. Bagian eksokrin pankreas manusia
mensekresikan: 1. air 2. ion-ion: bikarbonat. 3. enzim: karboksipeptidase,
ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan amilase. 4. proenzim sebagai
berikut: tripsinogen, kimotripsinogen. Regulasi sekresi asini pankreas diatur
oleh 2 hormon – sekretin dan kolesistokinin (dahulu dinamakan
pankreoenzim) – yang dihasilkan oleh mukosa duodenum. Perangsangan
nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi pankreas.
1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan
kaya akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan
ion. Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam
(makanan yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas
dapat dapat berfungsi pada batas pH netral optimalnya. 2. Kolesistokinin
(CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan enzim.
Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-granula
zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim.
HEPAR
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga
abdomen di bawah diafragma. Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%)
berasal dari vena porta. Melalui vena porta, semua zat yang diabsorpsi melalui
usus mencapai hati kecuali asam lemak, yang ditranspor melalui pembuluh
limfe. Lobulus Hati Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut hepatosit. Sel-
sel epitel ini berkelompok dan saling berhubungan dalam susunan radier
(menjari) membentuk suatu bangunan yang disebut lobulus hati. Pada hewan
tertentu (misalnya babi), lobulus satu dengan lainnya dipisahkan oleh lapisan
jaringan penyambung. Celah portal, terdapat pada sudut-sudut polygon hati
(lobulus hati) dan diduduki oleh segitiga portal (trigonum portal). Segitiga
porta hati manusia mengandung venula (cabang dari vena portal); dan arteriol
(cabang dari arteria hepatica); duktus biliaris (bagian dari sistem saluran
empedu); dan pembuluhpembuluh limfe. Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel
hati. Sinusoid merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya
terdiri atas satu lapisan sel-sel endotel yang tidak utuh (kontinyu). Sinusoid
mempunyai pembatas yang tidak sempurna dan memungkinkan pengaliran
makromolekul dengan mudah dari lumen ke sel-sel hati dan sebaliknya.
Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh venula-venula dalam, cabang-
cabang terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan mereka berjalan ke
arah pusat, di mana mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada sinusoid
juga mengandung sel-sel fagosit yang dikenal sebagai sel Kupffer Kanalikuli
empedu dapat diantara sel-sel hati. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit
yang berdekatan oleh celah subendotel yang dikenal sebagai celah Disse, yang
sebenarnya merupakan kolagen dan lamina
basalis bebas.
LIEN/LIMPA
Kaliber besar, lumen tidak teratur, terdapat beberapa endotel, tidak didapatkan
perisit (sel otot polos yang berhubungan dengan endotel), ada anchoring
filament(filamen penahan)
Lokasi : sepanjang kapiler darah
Kecuali di SSP dan sumsum tulang
Struktur histologi pembuluh limfe
a. Tunika intima
Lapisan ENDOTHEL Lapisan sabut elastis tipis yang tersusun membujur
Pada tempat tertentu menjadi lipatan-lipatan yang akan
membentuk KATUB membentuk KATUB
b. Tunika media
Beberapa lapis otot polos yang tersusun sirkuler Didapatkan sabut elastis
c. Tunika adventisia
Anyaman serabut otot polos yang berjalan longitudinal
Anyaman sabut kolagen dan elastis
ANUS
Metabolisme protein
Di dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses
pencernaan. Baru di dalam lambung terdapat enzim pepsine dan HCl
yangbekerjasama memecah protein makanan menjadi metabolite intermediate
ringkat polypeptiaa, yaitu peptone, aloumosa dan proteosa, Di dalam
duodenum protein makanan yang sudah mengalamipencernaan parsial
itudicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari cairan pancreas dan dari
dinding usus halus. Pancreas menghasilkanenzim-enzimproteolitik trypsine
dan chemotrypsine, sedangkan sekresi dinding usus mula-muladisangka hanya
terdiri atas satu enzim yang aiberi nama erepsine, tetapi kemudian ternyata
bahwa erepsine tersebut merupakancampuran dari sejumlan enzimenzim
oligopeptidase, yaitu yang memecah ikatan-ikatan oligopeptida. Oleh erepsine,
oligopeptida dipecah lebih lanjut menjadi asam-asam amino, Cairan empedu
tidak mengandung enzim yang memecah protein.
Di dalam usus halus protein makanan dicerna total menjadi asam-asam amino,
yang kemudiandiserap melaiui sel-sel epithelium dinding usus. Semua asam
amino larut di dalam air sehingga dapat berdifusi secara pasifmelaiui
membrana sel. Ternyata bahwa kecepatan dan mudalinya asam amino
menembus membrana sel melebihi hasil divusi pasif, dan untuk berbagai asam
amino tidak sama, ada yang lebih mudah dan cepat, tetapi ada yang lebih
lambat penyerapanya. Bahkan asam-asam amino tersebut dapat diserap
menentang suatu gradient konsentrasi (concentration gradient). Yang tidak
mungkin terjadi pada difusi pasif. Penyerapan asam-asam amino telah banyak
sekali dipelajari, baik in vivo maupun in vitro, (metoda cincin usus, kantong
intestine bagi penelitian in vitro; intestinal loop,balance technique bagi invivo)
Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa asam-asam ammo diserap
secara aktif. Ada tanda-tanda bahwa masing-masing kelompok asam amino
(asam amino netral,asam amino basa cian asam amino asam), diserao secara
aktif mempergunakan satu transport carrier untuk mastngmasingkelompok
tersendiri-sendiri.
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-
Nya kamu menyembah.
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik,
sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat 168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu
bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar-benar beribadah dan menghamba kepada-
Nya.
DAFTAR PUSTAKA
1. KamusBesarBahasa Indonesia
2. Al-Qur’an dan Al-Hadits
3. Von H, Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23 jilid 3.
Jakarta: penerbit EGC. 2012
4. Eroschenko V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9.
Jakarta : EGC.
5. Sedler TW. Longman’s Medical Embryology 12th. Edisi Philadelphia: Lippincef
william. 2012
6. Puspita EC, Putra FE. Pengaruh Pemberian Metanil Yellow Peroral Dosis Bertingkat
Selama 30 Hari terhadap Gambaran Histopatologi Duodenum Mencit BALB/C. Jurnal
UNDIP. 2016
7. Gartner L. Textbook of Histology. 2017
8. Janquiera LC. Basic Histology: Text and Atlas. 2014
9. Young B. Whater’s Functional Histologi. 2014
10. Kiezerbazeum AL. Histology and Cell Biology: an introduction to pathology. 2016
11. Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2014
12. Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall Buku Ajar FisiologiKedokteran. 12th ed.
Jakarta : EGC : 2012.
13. Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1, diterjemahkan oleh M.
Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga
14. Budin I, Devaraj NK. Membrane Assembly Driven by a Biomimetic Coupling
Reaction. Journal of American Chemical Society.2016
15. Fidela ZF. Jurnalfakultaskedokteran UNDIP ; 4(1), 2015, hal.10-17
16. Berkatdan Diana Saraswati. Faktor-faktor yang Berhubungandengan Kadar
GulaDarahpadaPenderita Diabetes Tipe 2 di RSUD Wongsonegoro Semarang.
JurnalKesehatanMasyarakat.UNDIP.Vol 6. No 1. Januari.2018
17. LidyaFerdiana. KebiasaanSarapandenganKonsentrasiBelajarpadaSiswa SDN
Sukoharjo 1 Malang. Jurnal Media Gizi Indonesia. Vol 12. No1.2018
18. Wibawa AAPP. Metabolisme mineral dan air. Jurnal UNUD. 2016
19. Dewi YP. An overview : vitamin D. Jurnal UNAND. 2017
20. Campbell. Biologi. Jilid 1. 8th. ed. Jakarta : Erlangga ; 2008
21. PeraturanMenteriKesehatanNomer 41 Tahun 2014 TentangPedomanGiziSeimbang
22. EviLK.PolaMakanMahasiswaFakultasKedokteran Dan IlmuKesehatan (FKIK) UIN
SyarifHidayatullah Jakarta. FKIK UIN Jakarta. 2016