INFERTILITAS PRIMER
Oleh:
Cindy Mayury, S.Ked 04054821618020
Eka Satyani Belina, S.Ked 04054821618021
Hana Andrina, S.Ked 04054821618022
Dita Devita, S.Ked 04054821618023
Rafiqy Sa’adiy Faizun, S.Ked 04054821618133
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Infertilitas
Primer.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. R.M. Aerul Cakra Alibansyah, SpOG (K) selaku pembimbing
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Penulis
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Infertilitas Primer
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Univesitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 21 November – 27
Januari 2017
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................11
3.1.1. Definisi......................................................................................................11
3.1.2. Klasifikasi..................................................................................................11
3.1.3. Etiologi......................................................................................................11
3.1.4. Faktor risiko..............................................................................................16
3.1.5. Diagnosis...................................................................................................19
3.1.6. Tatalaksana................................................................................................28
BAB IV ANALISIS MASALAH................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kesehatan yang buruk (17%), jumlah sperma rendah (16%), merokok (16%), faktor
genetik (13%), diet yang buruk (3%) dan penyebab lainnya (3%).3
Memiliki anak merupakan anggapan yang penting dan alami dalam kehidupan
pernikahan, maka pasangan yang gagal memiliki anak mendapat tekanan dari
keluarga dan orang-orang sekitarnya. Infertilitas menyebabkan dampak negatif bagi
pasangan yang memengaruhi kehidupan pernikahan, kepuasan seksual, kesejahteraan
psikosial hingga perceraian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita infertil
lebih stres dengan kondisinya dibandingkan laki-laki infertil. Hal ini karena pada
kebanyakan budaya, infertilitas dianggap kegagalan yang serius bagi seorang wanita
untuk memenuhi perannya dalam kehidupan.4 Oleh karena minimnya pengetahuan
serta dampak buruk yang ditimbulkan oleh infertilitas, hal ini perlu dipelajari lebih
lanjut guna menurunkan angka kejadiannya dan meningkatkan kesejahteraan hidup
pasangan suami istri.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. MBS
Umur : 36 tahun
Alamat : Desa Gunung Terang, Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan
Buay Sandang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
MRS : (Pasien Poli tanggal 25 November 2016)
No. RM : 810704
Keluhan Tambahan
-
Riwayat Perjalanan Penyakit
±3 tahun yang lalu, os mengeluh belum punya anak selama 4 tahun. Os
kemudian berobat ke Sp.OG dan diberikan hormon untuk stimulasi. Os sudah
diberikan 3 kali hormon stimulasi namun tidak membuahkan hasil.
3
4
Riwayat DalamKeluarga
- Riwayat infertilitas (-)
- Riwayat endometriosis (-)
5
Riwayat Pengobatan
- Riwayat konsumsi hormon oral
- Riwayat laparoskopi diagnosis + laparoskopi ablasi + miomektomi (25 Juli
2016)
- Riwayat injeksi tapros 3 seri (26 Juli 2016, 24 Agustus 2016, 22 Oktober
2016)
Riwayat Kebiasaan
Istri : Konsumsi jamu-jamuan, merokok (-)
Suami : Merokok (4bks/hari), jamu-jamuan (-), alkohol (-)
PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA
Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil isokor 3mm, refleks cahaya (-/-).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret(-),
perdarahan(-)
Telinga : Liang telingalapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa
mulut dan bibir pucat (-), fisura (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-), mukosa lidah dehidrasi (-), lidahkotor (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1, tonsil
tidakhiperemis, detritus (-).
LEHER
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, JVP (5-2) cmH2O
THORAX
PARU
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostal, subkostal,
suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonorpadakedualapanganparu
7
JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidakada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR 80x/mnt, regular, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, lemas, tumor (-), scar (-), tinea gravidum (-),
striealbicans (-)
EKSTREMITAS
Atas : Akraldingin (-), pucat (-), koilonikia (-)
Bawah : Akraldingin (-), pucat (-), edema pretibial (-/-)
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, lemas, simetris, nyeri tekan (-), FUT normal, massa (-).
Pemeriksaan Dalam
Vaginal touche
Portiokenyal, OUE tertutup, adnexa kanan/kiri lemas
8
Pemeriksaan USG
1. Tanggal 25 Oktober 2016
V. DIAGNOSIS KERJA
10
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
VIII. TATALAKSANA
Non Farmakologi
- Istirahat
- Jauhi rokok
- Olahraga ringan-sedang
Farmakologi
Norethindrone 2 x 5mg selama 5 hari.
BAB III
Tinjauan Pustaka
3.1. Infertilitas
3.1.1. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak setelah
sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
perlindungan.5
3.1.2. Klasifikasi
Jenis infertilitas ada dua, yaitu
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer yaitu jika istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan.
2. Infertilitas sekunder.
Infertilitas sekunder yaitu jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.6
3.1.3. Etiologi5,7
a. Etiologi Infertilitas Pria
Laki-laki menyebabkan infertilitas sekitar 50% pada pasangan
infertil. Apabila hanya ada faktor tunggal, maka pasangannya yang subur
dapat mengimbangi pasangan yang kurang subur. Namun dalam banyak
pasangan, baik laki-laki maupun perempuan mempunya faktor infertilitas
secara bersamaan. Infertilitas biasanya menjadi nyata jika kedua pasangan
subfertile atau atau kurang subur.
Kurangnya kesuburan pada pria dapat terjadi akibat dari kelainan
urogenital bawaan dan dapatan, infeksi pada saluran sperma, peningkatan
11
12
Merokok
Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan
oksidatif terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan
morfologi), dan embrio (menyebabkan keguguran).
Kebiasaan merokok pada perempuan dapat menurunkan tingkat fertilitas.
Kebiasaan merokok pada laki-laki dapat mempengaruhi kualitas semen,
namun dampaknya terhadap fertilitas belum jelas. Berhenti merokok pada
laki-laki dapat meningkatkan kesehatan pada umumnya.
Konsumsi Kafein
Konsumsi kafein (teh, kopi, minuman bersoda) tidak mempengaruhi
masalah infertilitas
Berat badan
Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29,
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan
kehamilan.
Tindakan menurunkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT >
29 dan mengalami anovulasi akan meningkatkan peluang untuk hamil.
Laki-laki yang memiliki IMT > 29 (Rekomendasi C) 1 akan mengalami
gangguan fertilitas
Upaya meningkatkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT <
19 serta mengalami gangguan haid akan meningkatkan kesempatan
terjadinya pembuahan.
Olahraga
Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan
meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan
Olahraga berat dapat menurunkan fertilitas
o Olahraga > 5 jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki
o Olahraga > 3-5 jam/minggu, contoh: aerobik untuk perempuan
18
Stress
Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat
berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian
yang adekuat
Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas
Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.
Suplementasi Vitamin
Konsumsi vitamin A berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan
kelainan kongenital termasuk kraniofasial, jantung, timus, dan susunan
saraf pusat.
Asam lemak seperti EPA dan DHA (minyak ikan) dianjurkan pada pasien
infertilitas karena akan menekan aktifasi nuclear faktor kappa B
Beberapa antioksidan yang diketahui dapat meningkatkan kualitas dari
sperma, diantaranya:
Vit.C dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semen
Ubiquinone Q10 dapat meningkatkan kualitas sperma
Selenium dan glutation dapat meningkatkan motilitas sperma
Asam folat, zink, dan vitamin B12
Kombinasi asam folat dan zink dapat meningkatkan konsentrasi dan
morfologi sperma
Kobalamin (Vit B12) penting dalam spermatogenesis
Obat-Obatan
Spironolakton akan merusak produksi testosteron dan sperma
Sulfasalazin mempengaruhi perkembangan sperma normal (dapat
digantikan dengan mesalamin)
19
b. Pekerjaan
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi
kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya terdapat 104.000
bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan yang telah
teridentifikasi, namun efeknya terhadap kesuburan, 95% belum dapat
diidentifikasi. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi
kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X, logam dan pestisida.
3.1.5. Diagnosis
Pemeriksaan Infertilitas
2. Pemeriksaan laki-laki5
Penangan kasus infertilitas pada laki-laki meliputi:
Anamnesis
Anamnesis ditujukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan
kebiasaan hidup pasien yang dapat secara bermakna mempengaruhi
fertilitas pria. Anamnesis meliputi:
o riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya,
o riwayat penggunaan obat-obatan (dengan atau tanpa resep) dan
alergi,
o gaya hidup dan riwayat gangguan sistemik,
o riwayat penggunaan alat kontrasepsi;
23
Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk
mengidentifikasi adanya penyakit tertentu yang berhubungan
dengan infertilitas. Penampilan umum harus diperhatikan,
meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen.
Tinggi badan, berat badan, IMT, dan tekanan darah harus
diketahui.
24
Analisis sperma
Tabel 4 . Referensi hasil analisa sperma menurut WHO
25
Histeroskopi
Histeroskopi meruapakan baku emas dalam pemeriksaan yang mengevaluasi
kavum uteri. Meskipun Fayez melaporkan pemeriksaan HSG sama akuratnya dengan
histeroskopi dalam hal diagnosis. Peran histeroskopi dalam pemeriksaan infertilitas
adalah untuk mendeteksi kelaianan kavum uteri yang dapat mengganggu proses
27
implantasi dan kehamilan serta untuk mengevaluasi manfaat modalitas terapi dalam
memperbaiki endometrium.
Oliveira melaporkan kelainan kavum uteri yang ditemukan dengan
pemeriksaan histeroskopi pada 25 % pasien yang mengalami kegagalan berulang
fertilisasi in vitro (FIV). Semua pasien tersebut memiliki HSG normal pada
pemeriksaan sebelumnya. Penanganan yang tepat akan meningkatkan kehamilan
secara bermakna pada pasien dengan kelainan uterus yang ditemukan saat
histeroskopi.
Histeroskopi memiliki keunggulan dalam mendiagnosis kelainan intra uterin
yang sangat kecil dibandingkan pemeriksaan HSG dan USG transvaginal. Banyak
studi membuktikan bahwa uterus dan endometrium perlu dinilai sejak awal pada
pasien infertilitas atau pasien yang akan menjalani FIV.
Laparoskopi
Tindakan laparoskopi diagnostik dapat dilakukan pada pasien infertilitas
idiopatik yang dicurigai mengalami patologi pelvis yang menghambat kehamilan.
Tindakan ini dilakukan untuk mengevaluasi rongga abdomino-pelvis sekaligus
memutuskan langkah penanganan selanjutnya.
Studi menunjukkan bila hasil HSG normal, tindakan laparoskopi tidak perlu
dilakukan. Laparoskopi diagnostik dapat dipertimbangkan bila hingga beberapa siklus
stimulasi ovarium dan inseminasi intra uterin pasien tidak mendapatkan kehamilan.
Mengacu pada American Society of Reproductive Medicine (ASRM), laparoskopi
diagnostik hanya dilakukan bila dijumpai bukti atau kecurigaan kuat adanya
endometriosis pelvis, perlengketan genitalia interna atau oklusi tuba. Tindakan
laparoskopi diagnostik pada pasien infertilitas idiopatik tidak dianjurkan bila tidak
dijumpai faktor risiko patologi pelvis yang berhubungan dengan infertilitas.
Kebanyakan pasien akan hamil setelah menjalani beberapa siklus stimulasi ovarium
dan atau siklus FIV.
28
3.1.6. Tatalaksana
5. Dopamin Agonist
Beberapa wanita beovulasi secara ireguler akibat dari pelepasan hormon prolactin
yang berlebihan dari kelenjar pituitari yang biasa disebut hiperprolactinemia.
Kelebihan hormon prolaktin ini akan mencegah terjadinya ovulasi pada wanita dan
hal ini akan menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur dan bahkan
hingga berhenti sama sekali. Dopamin agonist seperti bromokroptin dan
cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan menurunkan produksi
prolaktin, sehingga ovarium dapat bekerja dengan baik.
6. Aromatose Inhibitor
Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payudara pada wanita
postmenopause. Mereka bekerja dengan menurunkan kadar estradiol dalam
sirkulasi dan mengurangi umpan balik negatif yang menstimulasi peningkatan
sekresi dari kelenjar pituitari dan sebagai akibatnya akanmeningkatkan kerja
ovarium. Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan anastrozole.
b. Terapi Bedah
Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan pembedahan.
Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba,
PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas
antara lain:
1. Ovarian Drilling
Wanita infertil dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam ovulasi. Ovulasi dapat
diinduksi secara pembedahan dengan prosedur yang disebut ovarian drilling atau
ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten
terhadap pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara
laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudian beberapa insisi kecil dilakukan
pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses ini akan membantu
kelainan hormon dan mmemacu terjadinya ovulasi.
2. Pembedahan pada tuba fallopi
31
Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan berbagai macam
jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi penutupan dan jenis kerusakannnya.
a. Histerosalfingografi (HSG) merupakan sebuah prosedur yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis masalah pada uterus dan tuba fallopi. HSG menggunakan
sinar x dan cairan radioopak yang dimasukkan ke traktus reproduksi dari uterus
sampai ke tuba fallopi melalui kateter dari serviks.
b. Salpingolisis merupakan salah satu prosedur operasi dengan laparotomi yang
diiringi dengan penggunaan microscope untuk memperluas area. Salpingolisis
dilakukan dengan membebaskan tuba fallopi dari adhesi dengan memotong
perlengketan tersebut, biasanya menggunakan electrosurgery dengan memakai
elektrokauter.
c. Salfingotomi biasanya dilakukan untuk membentuk sebuah lubang baru pada
tuba. Prosedur ini dapat dilakukan secara laparotomy ataupun laparoskopi.
Salfingostomi dapat dilakukan pada pengobatan kehamilan ektopik dan infeksi
pada tuba fallopi.
d. Tubal anastomosis merupakan prosedur pembedahan dengan mengambil
jaringan tuba yang tertutup dan kemudian menyambung lagi ujung-ujung tuba
yang terpotong tersebut.
e. Tubal kanalisasi, prosedur ini dilakukan ketika penutupan tuba relatif terbatas.
Prosedur ini dilakukan dengan mendorong kawat atau kateter melalui
penutupan tersebut sehingga terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan dipandu
fluoroskopi.
34
35
tekanan pada tuba, elongasi kavum uteri, iritasi miometrium atau torsi oleh mioma
yang bertangkai. Baik dikarenakan terjadinya hal yang telah disebutkan diatas
ataupun dikarenakan hal lain, pengangkatan mioma uteri dengan miomektomi pada
50% wanita dapat membuat wanita tersebut menjadi hamil dan waktu yang
diperlukan untuk menjadi hamil setelah dilakukan miomektomi kurang lebih adalah
18 bulan6. Os juga menderita endometriosis dimana menurut Havens dan Sullivans 12,
endometriosis ditemukan pada 25% dari wanita infertile dan diperkirakan 50-60%
menjadi penyebab infertilnya seorang wanita. Endometriosis yang invasif dapat
menginduksi infertilitas sebagai akibat dari distorsi anatomi dan adhesi tuba ovarian
pelvik. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa terdapat antibodi pada wanita
dengan endometriosis yang menyebabkan tidak memungkinkannya sperma untuk
membuahi ovum dan meningkatkan risiko untuk terjadinya abortus spontan.
Pengangkatan endometriosis terbukti menurunkan risiko tersebut12.
Os telah melewati prosedur laparoskopi operatif + laparoskopi ablasa +
miomektomi dan Os telah mengonsumsi Tapros (Leuprorelin acetate) sebanyak 3 seri
sebagai suatu usaha untuk membuat kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya
kehamilan secara normal.
DAFTAR PUSTAKA
36
37