Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus

INFERTILITAS PRIMER

Oleh:
Cindy Mayury, S.Ked 04054821618020
Eka Satyani Belina, S.Ked 04054821618021
Hana Andrina, S.Ked 04054821618022
Dita Devita, S.Ked 04054821618023
Rafiqy Sa’adiy Faizun, S.Ked 04054821618133

Pembimbing: dr. R.M. Aerul Cakra Alibansyah, SpOG (K)

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Infertilitas
Primer.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. R.M. Aerul Cakra Alibansyah, SpOG (K) selaku pembimbing
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.

Palembang, 5 Desember 2016

Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Infertilitas Primer

Oleh:

Cindy Mayury, S.Ked 04054821618020


Eka Satyani Belina, S.Ked 04054821618021
Hana Andrina, S.Ked 04054821618022
Dita Devita, S.Ked 04054821618023
Rafiqy Sa’adiy Faizun, S.Ked 04054821618133

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Univesitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 21 November – 27
Januari 2017

Palembang, 5 Desember 2016

dr. R.M. Aerul Cakra Alibansyah, SpOG (K)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................................3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................11
3.1.1. Definisi......................................................................................................11
3.1.2. Klasifikasi..................................................................................................11
3.1.3. Etiologi......................................................................................................11
3.1.4. Faktor risiko..............................................................................................16
3.1.5. Diagnosis...................................................................................................19
3.1.6. Tatalaksana................................................................................................28
BAB IV ANALISIS MASALAH................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Mempunyai anak merupakan hal penting bagi mayoritas laki-laki dan


perempuan. Anak sangat dihargai karena meneruskan garis keturunan keluarga,
memberikan dukungan saat usia tua, dan membawa kesenangan bagi orang tua dan
keluarga. Infertilitas sendiri merupakan masalah umum yang terjadi pada 10-15%
pasangan usia reproduktif. Terlepas dari penyebab medisnya, infertilitas
menyebabkan kesedihan mendalam, frustasi dan stigma sosial bagi banyak pasangan
khususnya perempuan.1,2
Infertilitas merupakan kondisi dimana pasangan gagal untuk mendapatkan
kehamilan secara alamiah setelah 12 bulan berhubungan seksual tanpa kontrasepsi.
Secara umum, infertilitas dapat disebabkan oleh faktor perempuan (40%), laki-laki
(40%), keduanya (10%) dan idiopatik (10%). Oleh karena itu, penting dilakukan
skrining atau evaluasi awal bagi pasangan. Data dari populasi saat ini menunjukkan
probabilitas bulanan untuk hamil yaitu 20-25%. Pada mereka yang mencoba untuk
hamil, 57% akan hamil dalam 3 bulan, 72% akan hamil dalam 6 bulan, 85% akan
hamil dalam 1 tahun dan 93% akan hamil dalam 2 tahun. Prevalensi infertilitas di
Indonesia sendiri belum dapat dipastikan, angka kejadiannya bervariasi dari rentang
10% hingga 22% pada pasangan usia reproduktif.1,4
Penelitian yang dilakukan pada 212 wanita infertil di Indonesia pada tahun
2011 menunjukkan 10% nya tidak mengetahui penyebab infertil baik dari sisi
perempuan maupun laki-laki. Penyebab paling umum infertilitas pada perempuan
adalah gangguan menstruasi (17%), kelelahan atau kesehatan yang buruk (12,5%),
polycystic ovarian syndrome (11%), diet (8%), infeksi seperti STI (7%), faktor
genetik (6%) dan endometriosis (4,5%). Sedangkan penyebab infertilitas pada laki-
laki yang paling umum adalah kualitas sperma yang buruk (30%), kelelahan atau

1
2

kesehatan yang buruk (17%), jumlah sperma rendah (16%), merokok (16%), faktor
genetik (13%), diet yang buruk (3%) dan penyebab lainnya (3%).3
Memiliki anak merupakan anggapan yang penting dan alami dalam kehidupan
pernikahan, maka pasangan yang gagal memiliki anak mendapat tekanan dari
keluarga dan orang-orang sekitarnya. Infertilitas menyebabkan dampak negatif bagi
pasangan yang memengaruhi kehidupan pernikahan, kepuasan seksual, kesejahteraan
psikosial hingga perceraian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita infertil
lebih stres dengan kondisinya dibandingkan laki-laki infertil. Hal ini karena pada
kebanyakan budaya, infertilitas dianggap kegagalan yang serius bagi seorang wanita
untuk memenuhi perannya dalam kehidupan.4 Oleh karena minimnya pengetahuan
serta dampak buruk yang ditimbulkan oleh infertilitas, hal ini perlu dipelajari lebih
lanjut guna menurunkan angka kejadiannya dan meningkatkan kesejahteraan hidup
pasangan suami istri.
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. MBS
Umur : 36 tahun
Alamat : Desa Gunung Terang, Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan
Buay Sandang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Suku : Sumatera Selatan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
MRS : (Pasien Poli tanggal 25 November 2016)
No. RM : 810704

II. ANAMNESIS (Tanggal 25 November 2016)


Keluhan Utama
Sakit kepala dan tidak menstruasi sejak September 2016

Keluhan Tambahan
-
Riwayat Perjalanan Penyakit
±3 tahun yang lalu, os mengeluh belum punya anak selama 4 tahun. Os
kemudian berobat ke Sp.OG dan diberikan hormon untuk stimulasi. Os sudah
diberikan 3 kali hormon stimulasi namun tidak membuahkan hasil.

3
4

±2 tahun yang lalu, os mengeluh nyeri saat menstruasi, nyeri terutama


dirasakan hari pertama dan kedua menstruasi. Nyeri tidak sampai mengganggu
aktivitas, riwayat perdarahan per vaginam (-), riwayat dispareunia (-). Os
kemudian berobat ke Sp.OG dan dikatakan menderita endometriosis dan
disarankan untuk laparoskopi operatif. Tetapi os tidak setuju untuk dilakukan
laparoskopi operatif.
±7 bulan yang lalu, os mengeluh nyeri menstruasi yang semakin berat.
Nyeri sudah mengganggu aktivitas, riwayat perdarahan per vaginam (-), riwayat
dispareunia (-). Os berobat ke Sp.OG lainnya dan setuju untuk dilakukan
laparoskopi operatif yang dijadwalkan bulan Juli 2016 (lihat riwayat
pengobatan).
±2 bulan yang lalu, os mengeluh sakit kepala dan tidak menstruasi. Sakit
kepala dirasakan sejak os mendapatkan injeksi tapros (lihat riwayat
pengobatan). Sakit kepala dirasakan hilang timbul dan seperti tertimpa beban
barat. Os hanya istirahat dan tidak minum obat untuk menghilangkan sakit
kepala. Os juga tidak menstruasi sejak injeksi tapros. Demam (-), mual muntah
(-), mata berkunang-kunang (-), nyeri perut (-), BAB dan BAK tidak ada
keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat kista endometriosis (+)
- Riwayat kencing manis (-)
- Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat DalamKeluarga
- Riwayat infertilitas (-)
- Riwayat endometriosis (-)
5

Riwayat Pengobatan
- Riwayat konsumsi hormon oral
- Riwayat laparoskopi diagnosis + laparoskopi ablasi + miomektomi (25 Juli
2016)
- Riwayat injeksi tapros 3 seri (26 Juli 2016, 24 Agustus 2016, 22 Oktober
2016)

Riwayat Kebiasaan
 Istri : Konsumsi jamu-jamuan, merokok (-)
 Suami : Merokok (4bks/hari), jamu-jamuan (-), alkohol (-)

Status Sosial Ekonomi : Menengah


Status Gizi : Sedang
Status Perkawinan : Menikah 1 kali, Infertilitas Primer lama 7
tahun
Status Reproduksi : Menarche umur 15tahun, haidteratur, siklus 28
harilamanya 7 hari
HPHT, 08 Agusut 2016.
Status Persalinan :P0A0

III. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 22 November 2016)


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
KeadaanUmum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB : 64 kg
TB : 155 cm
TekananDarah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit, regular, isi/kualitascukup
6

Respirasi : 20 x/menit, reguler


Suhu : 36,5oC

PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA
Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), pupil isokor 3mm, refleks cahaya (-/-).
Hidung : Kavum nasi dextra et sinistra lapang, sekret(-),
perdarahan(-)
Telinga : Liang telingalapang
Mulut : Perdarahan di gusi (-), sianosis sirkumoral (-), mukosa
mulut dan bibir pucat (-), fisura (-), cheilitis (-).
Lidah : Atropi papil (-), mukosa lidah dehidrasi (-), lidahkotor (-)
Faring/Tonsil : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1-T1, tonsil
tidakhiperemis, detritus (-).

LEHER
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, JVP (5-2) cmH2O

THORAX
PARU
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris, retraksi intercostal, subkostal,
suprasternal (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonorpadakedualapanganparu
7

Auskultasi : Vesikuler normal di kedua lapangan paru, ronkhi (-),


wheezing (-).

JANTUNG
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, tidakada thrill
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR 80x/mnt, regular, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, lemas, tumor (-), scar (-), tinea gravidum (-),
striealbicans (-)

Lihat pemeriksaan obstetrik

EKSTREMITAS
Atas : Akraldingin (-), pucat (-), koilonikia (-)
Bawah : Akraldingin (-), pucat (-), edema pretibial (-/-)

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, lemas, simetris, nyeri tekan (-), FUT normal, massa (-).

Pemeriksaan Dalam
Vaginal touche
Portiokenyal, OUE tertutup, adnexa kanan/kiri lemas
8

IV. PEMERIKSAAN TAMBAHAN


Pemeriksaan Laboratorium (12 Mei 2016)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hb 14,0 g/dl 11,4-15,0 g/dl
RBC 5,21juta/m3 4,0-5,7 juta/m3
WBC 12,3 x 103/m3 4,73-10,89 x 103/m3
Ht 43 % 35-45 %
Trombosit 397 /m3 189-436 x 103/m3
Diff. Count
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 1 1-6%
Netrofil 77 50-70%
Limfosit 16 20-40%
Monosit 6 2-8%
SGOT 15 0-32
SGPT 19 0-31
Protein Total 7,7 6,4-8,3
Albumin 4,4 3,5-5,0
Globulin 3,3 2,6-3,6
BSS 153 <200
Ureum 18 16,6-48,5
Kreatinin 0,80 0,50-0,90
9

Pemeriksaan USG
1. Tanggal 25 Oktober 2016

- Tampak uterus AF bentuk dan ukuran normal (4,0 x 2,9 cm)


- Endometrial kiri 5mm, stratum basalis normal
- Kedua ovarium dalam batas normal, ovarium kanan ukuran 3,0 x 1,8
cm, ovarum kiri ukuran 2,8 x 1,8 cm
Kesan : Tak tampak kelainan genitalia interna

Pemeriksaan Patologi Anatomi (26 Juli 2016)


Kesan : Leiomyoma uteri subserous

V. DIAGNOSIS KERJA
10

Infertilitas primer et causa Leiomyoma uteri subserous + Endometriosis ASRM


grade I dengan patent tuba bilateral

VI. RENCANA PEMERIKSAAN


- USG
- Check laboratorium: darah rutin, Ca125

VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

VIII. TATALAKSANA
Non Farmakologi
- Istirahat
- Jauhi rokok
- Olahraga ringan-sedang

Farmakologi
Norethindrone 2 x 5mg selama 5 hari.
BAB III
Tinjauan Pustaka

3.1. Infertilitas
3.1.1. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dan melahirkan anak setelah
sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
perlindungan.5
3.1.2. Klasifikasi
Jenis infertilitas ada dua, yaitu
1. Infertilitas primer
Infertilitas primer yaitu jika istri belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan.
2. Infertilitas sekunder.
Infertilitas sekunder yaitu jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian
tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.6
3.1.3. Etiologi5,7
a. Etiologi Infertilitas Pria
Laki-laki menyebabkan infertilitas sekitar 50% pada pasangan
infertil. Apabila hanya ada faktor tunggal, maka pasangannya yang subur
dapat mengimbangi pasangan yang kurang subur. Namun dalam banyak
pasangan, baik laki-laki maupun perempuan mempunya faktor infertilitas
secara bersamaan. Infertilitas biasanya menjadi nyata jika kedua pasangan
subfertile atau atau kurang subur.
Kurangnya kesuburan pada pria dapat terjadi akibat dari kelainan
urogenital bawaan dan dapatan, infeksi pada saluran sperma, peningkatan

11
12

suhu skrotum (varikokel), gangguan endokrin, kelainan genetik dan faktor


imunologi. Pada 60-75% kasus, tidak ditemukan adanya faktor penyebab
(infertilitas idiopatik pria). Pria seperti ini biasanya datang tanpa ada riwayat
yang berkaitan dengan masalah kesuburan sebelumnya dan pada
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium endokrin memiliki temuan
yang normal. Pada Analisis semen ditemukan penurunan jumlah
spermatozoa (oligozoospermia), penurunan motilitas (asthenozoospermia)
dan banyak bentuk morfologi yang abnormal (teratozoospermia). Kelainan
ini dapat terjadi bersama-sama dan dapat dikatakan sebagai sindrom
oligoastheno teratozoospermia atau sindrom OAT.
Sedangkan Bentuk unexplained infertility pada pria dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti stres kronis, gangguan kelenjar endokrin akibat
polusi lingkungan, dan kelainan genetik.
Selain itu infertilitas pada pria juga dapat disebabkan oleh impotensi.
Pada impotensi, penis pria tidak dapat ereksi sehingga tidak mungkin dapat
melakukan koitus. Penyebab impotensi sendiri bermacam-macam, bisa
karena penyakit DM, hiperprolaktinemia, atauriwayat pembedahan
sebelumnya, atau mungkin juga faktor psikologis.
Varokokel pada pria juga salah satu penyebab infertilitas. Varikokel
merupakan suatu keadaan dimana adanya dilatasi vena. Aliran darah yang
terlalu banyak akan menyebabkan pembuluh darah disekitar testis membesar
sehingga akan meningkatkan suhu testis dan pada akhirnya akan
berpengaruh pada produksi sperma. Sperma pada laki-laki melalui beberapa
saluran dari testis sampai ke uretra, dan apabila terjadi kerusakan pada
saluran-saluran ini maka akan dapat menghambat pengeluaran sperma dan
bisa berakhir pada infertilitas. Kerusakan saluran ini dapat berupa kelainan
genetik, namun yang paling sering adalah akibat adanya infeksi atau
vasektomi.
13

Tabel 1. Persentase Etiologi Infertilitas pada Pria

b. Etiologi Infertilitas Wanita6


Penyebab terjadinya infertilitas pada wanita dapat dibagi menjadi
beberapa golongan penyebab, yaitu:
1. Kegagalan Ovulasi
Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab yang paling sering kenapa
wanita tidak bisa memiliki anak, yaitu sekitar 30% dari seluruh wanita
14

infertil. Penyebab terjadinya gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan


menjadi:
 Gangguan Hormonal
Gangguan ini merupakan penyebab paling sering terjadinya gangguan
ovulasi. Proses dari suatu ovulasi tergantung dari keseimbangan yang
kompleks dari interaksi hormon-hormon.
 Scar pada ovarium
Kerusakan fisik pada ovarium dapat berakibat gagalnya ovulasi. Sebagai
contoh, adanya operasi ekstensif dan invasi yang dilakukan beruang-
ulang pada kista ovarium dapat menyebabkan kapsul ovarium menjadi
rusak, sehingga folikel tidak dapat menjadi matur dengan bennar dan
ovulasi tidak terjadi. Selain itu infeksi juga dapat berakibat seperti ini.
 Menopause prematur
Hal ini jarang terjadi dan belum dapat dijelaskan bagaimana hal ni
mempengaruhi ovulasi.
 Masalah Folikel
 Polycistic Ovarium syndrome (PCOS)
Pada penyakit ini, tubuh memproduksi hormon androgen yang terlalu
banyak, sehingga dapat mempengaruhi ovulasi. PCOS berhubungan
dengan resistensi insulin dan obesitas.
2. Fungsi Tuba Fallopi yang Menurun
Penyakit tuba terjadi pada sekitar 25% pasangan yang infertil, dan sangat
bervariasi, mulai dariadesi ringan sampai penutupan total tuba fallopi.
Penyebab utama kelainan tuba ini antara lain:
 Infeksi
Infeksi bisa disebabkan baik oleh bakteri maupun virus yang biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual, infeksi ini akan menyebabkan
inflamasi pada tuba sehingga terjadi scar dan kerusakan pada tuba.
15

Sebagai contoh adalah hydrosalphing, sebuah kondisi dimana tuba fallopi


menjadi tertutup pada kedua ujungnya sehingga cairan terkumpul dituba.
 Penyakit Abdominal
Penyakit abdominal yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah
apendisitis dan kolitis. Penyakit ini dapat menimbulkan inflamasi pada
cavum abdominal yang dapat mempengaruhi tuba fallopi yang dapat
berakibat timbulnya skar dan penutupan saluran tuba.
 Riwayat Operasi
Riwayat operasi merupakan salah satu penyebab penting pada terjadinya
kerusakan tuba. Operasi pada abdomen dan pelvis dapat menyebabkanb
terjadinya adhesi yang dapat merubah tuba sehingga sel telur tidak dapat
melewatinya.
 Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di saluran tuba,
sehingga dapat terjadi kerusakan tuba.
 Kelainan kongenital
Hal ini sangat jarang terjadi, pada beberapa kasus, wanita dapat dilahirkan
dengan tuba yang abnormal.
3. Endometriosis
Endometriosis merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan jaringan endometrium pada daerah lain selain cavum uteri,
yang paling sering terjadi pada cavum pelvis, termaduk ovarium.
Endometriosis terdapat pada 25%-50% perempuan, dan 30% sampai 50%
mengalami infertilitas. Hipotesis yang menjelaskan endometriosis dapat
menyebabkan infertilitas atau penurunan fekunditas masih belum jelas,
namun ada beberapa mekanisme pada endometriosis seperti terjadinya
perlekatan dan distorsi anatomi panggul yang dapat mengakibatkan
penurunan tingkat kesuburan. Perlekatan pelvis pada endometriosis dapat
16

mengganggu pelepasan oosit dari ovarium serta menghambat penangkapan


maupun transportasi oosit
4. Kelainan pada mukus serviks
Mukus serviks berperan sebagai sarana transportasi sperma yang masuk ke
dalam vagina. Spematozoa memerlukan cairan mukus untuk melindunginya
dari keasaman vaginadan membantunya bergerak masuk kedalam uterus.
Oleh karena itu adanya kelainan pada mukus ini dapat menghambat
pergerakan sperma sehingga tidak bisa sampai ke sel telur.Pada beberapa
kasus, mukus serviks juga dapat mengandung antibodi antisperma, yang juga
dapat mengganggu sperma.
5. Kelainan Uterus
Kelainan uterus seperti adesi dan polips dapat menyebabkan infertilitas.
Selain itu variasi posisi uterus, sumbatan kanalis servikalis juga dapat
menyebabkan infertilitas.

3.1.4. Faktor risiko5


a. Gaya hidup
Konsumsi Alkohol
Alkohol dikatakan dapat berdampak pada fungsi sel Leydig dengan
mengurangi sintesis testosteron dan menyebabkan kerusakan pada membran
basalis. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pada fungsi hipotalamus dan hipofisis.
 Konsumsi satu atau dua gelas alkohol, satu sampai dua kali per minggu
tidak meningkatkan risiko pertumbuhan janin
 Konsumsi alkohol tiga atau empat gelas sehari pada laki-laki tidak
mempunyai efek terhadap fertilitas.
 Konsumsi alkohol yang berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan
penurunan kualitas semen.
17

Merokok
Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan kerusakan
oksidatif terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan tingginya kerusakan
morfologi), dan embrio (menyebabkan keguguran).
 Kebiasaan merokok pada perempuan dapat menurunkan tingkat fertilitas.
 Kebiasaan merokok pada laki-laki dapat mempengaruhi kualitas semen,
namun dampaknya terhadap fertilitas belum jelas. Berhenti merokok pada
laki-laki dapat meningkatkan kesehatan pada umumnya.
Konsumsi Kafein
 Konsumsi kafein (teh, kopi, minuman bersoda) tidak mempengaruhi
masalah infertilitas
Berat badan
 Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29,
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan
kehamilan.
 Tindakan menurunkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT >
29 dan mengalami anovulasi akan meningkatkan peluang untuk hamil.
 Laki-laki yang memiliki IMT > 29 (Rekomendasi C) 1 akan mengalami
gangguan fertilitas
 Upaya meningkatkan berat badan pada perempuan yang memiliki IMT <
19 serta mengalami gangguan haid akan meningkatkan kesempatan
terjadinya pembuahan.
Olahraga
 Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena akan
meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan
 Olahraga berat dapat menurunkan fertilitas
o Olahraga > 5 jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki
o Olahraga > 3-5 jam/minggu, contoh: aerobik untuk perempuan
18

Stress
 Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan dapat
berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil penelitian
yang adekuat
 Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan potensi terjadinya infertilitas
 Berdasarkan studi yang dilakukan, perempuan yang gagal hamil akan
mengalami kenaikan tekanan darah dan denyut nadi, karena stress dapat
menyebabkan penyempitan aliran darah ke organ-organ panggul.
Suplementasi Vitamin
 Konsumsi vitamin A berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan
kelainan kongenital termasuk kraniofasial, jantung, timus, dan susunan
saraf pusat.
 Asam lemak seperti EPA dan DHA (minyak ikan) dianjurkan pada pasien
infertilitas karena akan menekan aktifasi nuclear faktor kappa B
 Beberapa antioksidan yang diketahui dapat meningkatkan kualitas dari
sperma, diantaranya:
 Vit.C dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semen
 Ubiquinone Q10 dapat meningkatkan kualitas sperma
 Selenium dan glutation dapat meningkatkan motilitas sperma
 Asam folat, zink, dan vitamin B12
 Kombinasi asam folat dan zink dapat meningkatkan konsentrasi dan
morfologi sperma
 Kobalamin (Vit B12) penting dalam spermatogenesis
Obat-Obatan
 Spironolakton akan merusak produksi testosteron dan sperma
Sulfasalazin mempengaruhi perkembangan sperma normal (dapat
digantikan dengan mesalamin)
19

 Kolkisin dan allopurinol dapat mengakibatkan penurunan sperma untuk


membuahi oosit
 Antibiotik tetrasiklin, gentamisin, neomisin, eritromisin dan nitrofurantoin
pada dosis yang berdampak negatif pada pergerakan dan jumlah sperma.
 Simetidin terkadang menyebabkan impotensi dan sperma yang abnormal
 Siklosporin juga dapat menurunkan fertilitas pria
Obat-obat Herbal
 Penelitian yang dilakukan di California menemukan bahwa konsumsi
obat-obatan herbal dalam jumlah minimal seperti ginko biloba, dicurigai
menghambat fertilisasi, mengubah materi genetik sperma, dan mengurangi
viabilitas sperma.

b. Pekerjaan
Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan berbahaya bagi
kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki. Setidaknya terdapat 104.000
bahan fisik dan kimia yang berhubungan dengan pekerjaan yang telah
teridentifikasi, namun efeknya terhadap kesuburan, 95% belum dapat
diidentifikasi. Bahan yang telah teridentifikasi dapat mempengaruhi
kesuburan diantaranya panas, radiasi sinar-X, logam dan pestisida.

3.1.5. Diagnosis

Pemeriksaan Infertilitas

1. Pemeriksaan pada perempuan8


Pemeriksaan Gangguan ovulasi terjadi pada sekitar 15% pasangan infertilitas
dan menyumbang sekitar 40% infertilitas pada perempuan. Pemeriksaan
infertilitas yang dapat dilakukan diantaranya:
 Pemeriksaan ovulasi
20

o Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan kepada


seorang perempuan. Perempuan yang mempunyai siklus dan
frekuensi haid yang teratur setiap bulannya, kemungkinan
mengalami ovulasi.
o Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah
mengalami infertilitas selama 1 tahun, dianjurkan untuk
mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur
kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28)
o Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada
perempuan yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea).
Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan
dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya
terjadi.
o Pengukuran temperatur basal tubuh tidak direkomendasikan
untuk mengkonfirmasi terjadinya ovulasi.
o Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur disarankan
untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar
hormon gonadotropin (FSH dan LH)
o Pemeriksaan kadar hormon prolaktin dapat dilakukan untuk
melihat apakah ada gangguan ovulasi, galaktorea, atau tumor
hipofisis.
o Penilaian cadangan ovarium menggunakan inhibin B tidak
direkomendasikan.
o Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya
dilakukan jika pasien memiliki gejala.
o Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai
bagian dari pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan
21

karena tidak terdapat bukti bahwa pemeriksaan ini akan


meningkatkan kehamilan.
Tabel 2. Pemeriksaan untuk melihat ovulasi dan cadangan ovarium

 Pemeriksaan Chlamydia trachomatis


o Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk
Chlamydia trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik
yang sensitif.
o Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan
pasangan seksualnya sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan
pengobatan.
o Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan sebelum
melakukan periksa dalam jika pemeriksaan awal Chlamydia
trachomatis belum dilakukan
 Penilaian kelainan uterus
Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak
terdapat indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi
kelainan uterus untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat
ditegakkan.
 Penilaian lendir serviks pasca senggama
o Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas
di bawah 3 tahun.
22

o Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki


masalah fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat
meramalkan terjadinya kehamilan.
 Penilaian kelainan tuba
o Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang
panggul (PID), kehamilan ektopik atau endometriosis,
disarankan untuk melakukan histerosalpingografi (HSG) untuk
melihat adanya oklusi tuba. Pemeriksaan ini tidak invasif dan
lebih efisien dibandingkan laparaskopi.
o Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-
histerosalpingografi dapat dipertimbangkan karena merupakan
alternatif yang efektif
o Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba,
dianjurkan untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui
memiliki riwayat penyakit radang panggul.

2. Pemeriksaan laki-laki5
Penangan kasus infertilitas pada laki-laki meliputi:
 Anamnesis
Anamnesis ditujukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan
kebiasaan hidup pasien yang dapat secara bermakna mempengaruhi
fertilitas pria. Anamnesis meliputi:
o riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya,
o riwayat penggunaan obat-obatan (dengan atau tanpa resep) dan
alergi,
o gaya hidup dan riwayat gangguan sistemik,
o riwayat penggunaan alat kontrasepsi;
23

o riwayat infeksi sebelumnya, misalnya penyakit menular


seksual dan infeksi saluran nafas.
Tabel 3. Komponen anamnesis pada penanganan infertilitas laki-laki

 Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan fisik pada laki-laki penting untuk
mengidentifikasi adanya penyakit tertentu yang berhubungan
dengan infertilitas. Penampilan umum harus diperhatikan,
meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau
ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen.
Tinggi badan, berat badan, IMT, dan tekanan darah harus
diketahui.
24

o Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk


menentukan ukuran dan konsistensi testis. Apabila skrotum
tidak terpalpasi pada salah satu sisi, pemeriksaan inguinal
harus dilakukan. Orkidometer dapat digunakan untuk
mengukur volume testis. Ukuran rata-rata testis orang dewasa
yang dianggap normal adalah 20 ml.
o Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan
keras. Konsistensi normal adalah konsistensi yang kenyal.
Testis yang lunak dan kecil dapat mengindikasikan
spermatogenesis yang terganggu.
o Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi
atau indurasi. Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah kiri
dan berhubungan dengan atrofi testis kiri. Adanya perbedaan
ukuran testis dan sensasi seperti meraba “sekantung ulat” pada
tes valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan adanya
varikokel.
o Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat
juga harus dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis
atau hipospadia dapat mengganggu proses transportasi sperma
mencapai bagian proksimal vagina. Pemeriksaan colok dubur
dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan vesikula
seminalis.

 Analisis sperma
Tabel 4 . Referensi hasil analisa sperma menurut WHO
25

o Penapisan antibodi antisperma tidak dianjurkan karena tidak


ada bukti pengobatan yang dapat meningkatkan fertilitas
o Jika pemeriksaan analisis sperma dikatakan abnormal,
pemeriksaan ulang untuk konfirmasi sebaiknya dilakukan
o Analisis sperma ulang untuk mengkonfirmasi pemeriksaan
sperma yang abnormal, dapat dilakukan 3 bulan pasca
pemeriksaan sebelumnya sehingga proses siklus pembentukan
spermatozoa dapat terjadi secara sempurna. Namun jika
ditemukan azoospermia atau oligozoospermia berat
pemeriksaan untuk konfirmasi harus dilakukan secepatnya

 Pemeriksaan Computer-Aided Sperm Analysis (CASA)


Untuk melihat jumlah, motilitas dan morfologi sperma,
pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan karena tidak
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan secara
manual
26

 Pemeriksaan fungsi endokrinologi.


o Dilakukan pada pasien dengan konsentrasi sperma < 10 juta/ml
o Bila secara klinik ditemukan bahwa pasien menderita kelainan
endokrinologi. Pada kelainan ini sebaiknya dilakukan
pemeriksaan hormon testosteron dan FSH serum
o Penilaian antibodi antisperma merupakan bagaian standar
analisis semen. Menurut kriteria WHO, pemeriksaan ini
dilakukan dengan pemeriksaan imunologi atau dengan cara
melihat reaksi antiglobulin. Namun saat ini pemeriksaan
antibodi antisperma tidak direkomendasikan untuk dilakukan
sebagai penapisan awal karena tidak ada terapi khusus yang
efektif untuk mengatasi masalah ini.

Pemeriksaan kasus infertilitas Idiopatik


Dalam tatalaksana infertilitas perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan
efektifitas pemeriksaan sangat penting dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan klinik. National Institute for Health and Clinical Excellence in the UK and
the American Society of Reproductive Medicine merekomendasikan pemeriksaan
yang penting sebagai berikut : analisis semen, penilaian ovulasi dan evaluasi patensi
tuba dengan histerosalpingografi atau laparoskopi. Peran HSG atau laparoskopi terus
menjadi perdebatan, laparoskopi perlu dipertimbangkan pada kecurigaan adanya
endometriosis berat, perlekatan organ pelvis atau kondisi penyakit pada tuba.

Histeroskopi
Histeroskopi meruapakan baku emas dalam pemeriksaan yang mengevaluasi
kavum uteri. Meskipun Fayez melaporkan pemeriksaan HSG sama akuratnya dengan
histeroskopi dalam hal diagnosis. Peran histeroskopi dalam pemeriksaan infertilitas
adalah untuk mendeteksi kelaianan kavum uteri yang dapat mengganggu proses
27

implantasi dan kehamilan serta untuk mengevaluasi manfaat modalitas terapi dalam
memperbaiki endometrium.
Oliveira melaporkan kelainan kavum uteri yang ditemukan dengan
pemeriksaan histeroskopi pada 25 % pasien yang mengalami kegagalan berulang
fertilisasi in vitro (FIV). Semua pasien tersebut memiliki HSG normal pada
pemeriksaan sebelumnya. Penanganan yang tepat akan meningkatkan kehamilan
secara bermakna pada pasien dengan kelainan uterus yang ditemukan saat
histeroskopi.
Histeroskopi memiliki keunggulan dalam mendiagnosis kelainan intra uterin
yang sangat kecil dibandingkan pemeriksaan HSG dan USG transvaginal. Banyak
studi membuktikan bahwa uterus dan endometrium perlu dinilai sejak awal pada
pasien infertilitas atau pasien yang akan menjalani FIV.

Laparoskopi
Tindakan laparoskopi diagnostik dapat dilakukan pada pasien infertilitas
idiopatik yang dicurigai mengalami patologi pelvis yang menghambat kehamilan.
Tindakan ini dilakukan untuk mengevaluasi rongga abdomino-pelvis sekaligus
memutuskan langkah penanganan selanjutnya.
Studi menunjukkan bila hasil HSG normal, tindakan laparoskopi tidak perlu
dilakukan. Laparoskopi diagnostik dapat dipertimbangkan bila hingga beberapa siklus
stimulasi ovarium dan inseminasi intra uterin pasien tidak mendapatkan kehamilan.
Mengacu pada American Society of Reproductive Medicine (ASRM), laparoskopi
diagnostik hanya dilakukan bila dijumpai bukti atau kecurigaan kuat adanya
endometriosis pelvis, perlengketan genitalia interna atau oklusi tuba. Tindakan
laparoskopi diagnostik pada pasien infertilitas idiopatik tidak dianjurkan bila tidak
dijumpai faktor risiko patologi pelvis yang berhubungan dengan infertilitas.
Kebanyakan pasien akan hamil setelah menjalani beberapa siklus stimulasi ovarium
dan atau siklus FIV.
28

3.1.6. Tatalaksana

a. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Wanita5,11


Obat-obatan untuk menginduksi ovulasi dapat digunakan untuk mengobati
wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak teratur. Adapun jenis-
jenis pengobatan yang bisa diberikan adalah:
1. Anti-Estrogen11
Clomifen sitrat dapat membantu untuk menstimullasi terjadinya ovulasi pada
wanita dengan amenore atau menstruasi tidak teratur. Clomifen dapat digunakan
pada wanita dengan infertilitas yang tak diketahui dan PCOS. Clomifen bekerja
dengan berkompetisi dengan hormon estrogen untuk menempati reseptornya di
otak. Oleh karena jumlah estrogen yang terikat dengan reseptornya sedikit maka
tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa mereka kekurangan estrogen dan hal
ini akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH ke dalam pembuluh darah.
Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovarium untuk membentuk folikel yang
berisi sel telur, dan tinginya kadar LH akan menyebabkan pelepasan sel telur dari
folikel matur dalam sebuah proses yang disebut ovulasi. Pengobatan ini efektif
untuk membantu meningkatkan fertilitas pada wanita dengan PCOS, terbukti
sekitar 70%-80% penderita PCOS akan berovulasi dengan pemberian klomifen
sitrat.
2. Gonadotropin
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa 2 hormon yang dibutuhkan dalam ovulasi
adalah FSH dan LH. 2 hormon ini disebut gonadotropin. Ada beberapa jenis
sediaan gonadotropin yang bisa digunakan untuk meningkatkan fertilitas, antara
lain:
a. hMG (human menopausal gonadotropin) mengandung FSH dan LH alami yang
diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita postmenopause yang mempunyai
kadar hormon tinggi.
29

b. uFSH (urinary folicle stimulating hormone) mengandung FSH yang berasal


dari purifikasi urin wanita postmenopause.
c. rFSH (recombinant folicle stimulating hormon) mengandung FSH yang
diproduksi di laboratorium menggunakan teknologi DNA.
d. rLH (recombinant luteinizing hormon) mengandung LH yang diproduksi di
laboratorium menggunakan teknologi DNA.
Selain untuk menstimulasi ovarium, gonadotropin juga ada yang digunakan untuk
merangsang pelepasan sel telur dari folikel matur. Pemberian gonadotropin jenis
ini dilakukan ketika kita sudah mendeteksi bahwa folikel benar-benar matur dan
berisi sel telur didalamnya baik dengan menggunakan tes darah maupun USG
ovarium. Obat-obat tersebut adalah:
a. uhCG (urinary human chorionic gonadotropin) mempunyai aktivitas biologi
yang sama dengan LH, walaupun juga mengandung FSH. Hormon ini
diekstraksi dan dipurifikasi dari urin wanita hamil.
b. rhCG (recoombinant human chorionic gonadotropin) yang dihasilkan dari
teknologi DNA dilaboratorium.
c. uLH (urinary luteinizing hormon) mengandung LH yang diekstraksi dan
dipurifikasi dari urin wanita postmenoause.
d. rLH
3. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) pulsatil
GnRH dilepaskan secara teratur dalam interval antara 60-120 menit selama fase
folikular dalam siklus haid yang normal. Sekresi GnRH secara pulsatil dari
hipotalamus di otak ke aliran darah akan menstimulasi kelenjar pituitari untuk
mensekresikan LH dan FSH. Pemberian medikasi ini melalui pompa yang
dipasang pada ikat pinggang dan dipakai sepanjang waktu. pompa ini akan
memberikan dosis kecil yang teratur kepada pasien melalui sebuah jarum yang
ditempatkan dibawah kulit atau didalam pembuluh darah. Namun hal ini bisa
menimbulkan infeksi dan alergi akibat pemasangan jarum tersebut.
4. Gonadotropin releasing hormone analogue (GnRH agonist)
30

5. Dopamin Agonist
Beberapa wanita beovulasi secara ireguler akibat dari pelepasan hormon prolactin
yang berlebihan dari kelenjar pituitari yang biasa disebut hiperprolactinemia.
Kelebihan hormon prolaktin ini akan mencegah terjadinya ovulasi pada wanita dan
hal ini akan menyebabkan terjadinya menstruasi yang tidak teratur dan bahkan
hingga berhenti sama sekali. Dopamin agonist seperti bromokroptin dan
cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan menurunkan produksi
prolaktin, sehingga ovarium dapat bekerja dengan baik.
6. Aromatose Inhibitor
Inhibitor aromatose digunakan terutama pada kanker payudara pada wanita
postmenopause. Mereka bekerja dengan menurunkan kadar estradiol dalam
sirkulasi dan mengurangi umpan balik negatif yang menstimulasi peningkatan
sekresi dari kelenjar pituitari dan sebagai akibatnya akanmeningkatkan kerja
ovarium. Jenis obat penghambat aromatose ini adalah letrozole dan anastrozole.

b. Terapi Bedah
Kadang-kadang penyebab infertilitas dapat ditangani dengan pembedahan.
Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba,
PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas
antara lain:
1. Ovarian Drilling
Wanita infertil dengan PCOS mempunyai kesulitan dalam ovulasi. Ovulasi dapat
diinduksi secara pembedahan dengan prosedur yang disebut ovarian drilling atau
ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan PCOS yang resisten
terhadap pengobatan dengan klomifen sitrat. Ovarian drilling dilakukan secara
laparoskopi melalui lubang insisi kecil, kemudian beberapa insisi kecil dilakukan
pada ovarium dengan menggunakan panas atau laser. Proses ini akan membantu
kelainan hormon dan mmemacu terjadinya ovulasi.
2. Pembedahan pada tuba fallopi
31

Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan berbagai macam
jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi penutupan dan jenis kerusakannnya.
a. Histerosalfingografi (HSG) merupakan sebuah prosedur yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis masalah pada uterus dan tuba fallopi. HSG menggunakan
sinar x dan cairan radioopak yang dimasukkan ke traktus reproduksi dari uterus
sampai ke tuba fallopi melalui kateter dari serviks.
b. Salpingolisis merupakan salah satu prosedur operasi dengan laparotomi yang
diiringi dengan penggunaan microscope untuk memperluas area. Salpingolisis
dilakukan dengan membebaskan tuba fallopi dari adhesi dengan memotong
perlengketan tersebut, biasanya menggunakan electrosurgery dengan memakai
elektrokauter.
c. Salfingotomi biasanya dilakukan untuk membentuk sebuah lubang baru pada
tuba. Prosedur ini dapat dilakukan secara laparotomy ataupun laparoskopi.
Salfingostomi dapat dilakukan pada pengobatan kehamilan ektopik dan infeksi
pada tuba fallopi.
d. Tubal anastomosis merupakan prosedur pembedahan dengan mengambil
jaringan tuba yang tertutup dan kemudian menyambung lagi ujung-ujung tuba
yang terpotong tersebut.
e. Tubal kanalisasi, prosedur ini dilakukan ketika penutupan tuba relatif terbatas.
Prosedur ini dilakukan dengan mendorong kawat atau kateter melalui
penutupan tersebut sehingga terbuka. Prosedur ini dilakukan dengan dipandu
fluoroskopi.

c. Penatalaksanaan Infertilitas Pada Pria


 Air mani abnormal
Air mani disebut abnormal kalau pada 3 kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya
tetap abnormal. Pada pasien dengan air mani abnormal kita hanya bisa
32

memberikan nasihat agar melakukan senggama berencana pada saat-saat subur


istri untuk meningkatkan persentasi terjadinya pembuahan.
 Varikokel
Pada pria dengan varikokel, motilitas sperma terjadi penurunan. Menurut
MacLeod, penurunan motilitas sperma itu terjadi pada 90% pria dengan varikokel,
sekalipun hormon-hormonnya normal. Varikokelektomi hampir selalu dianjurkan
untuk semua varikokel dengan penurunan motolitas spermatozoa. Kira-kira 2/3
pria dengan varikokel yang dioperasiakan mengalami perbaikan dalam motilitas
spermatozoanya.
 Infeksi
Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis
sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang terjadi
kronik mungkin hanya akan menurunkan kualitas sperma, dan masih dapat
diperbaiki menjadi seperti semula. Air mani yang selalu mengandung banyak
leukosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri
punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi kronik traktus genitalis.
Antibiotika yang terbaik adalah yang akan terkumpul dalam traktus genitalis
dalam konsentrasi yang besar, seperti eritromisin, tetrasiklin, dan kotrimoksazole.
 Defisiensi Gonadotropin
Sama halnya dengan wanita, kurangnya hormon gonadotropin pada pria juga dapat
menyebabkan infertilitas walaupun hal ini jarang terjadi. Pria dengan defisiensi
gonadotropin bawaan sering kali mengalami pubertas yang terlambat.
Pengobatannya sama seperti pada wanita, yaitu dengan pemberian preparat
hormon seperti LH dan FSH, ataupun GnRH.
 Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia pada pria dapat mengakibatkan impotensi, testikel yang
mengecil, dan kadang-kadang galaktorea. Analisi air mani biasanya normal atau
33

sedikit berkurang. Pengobatan dengan menggunakan bromokriptin dilaporkan


dapat memperbaiki spermatogenesisnya.

Gambar 1. Stratifikasi sistem rujukan infertilitas (Pusat Pelayanan Kesehatan Primer)


BAB IV
ANALISIS MASALAH

Penegakkan diagnosis Os dapat diketahui dari anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang. OS adalah seorang wanita berusia 36 tahun P 0A0. Secara
definisi, yang dimaksud dengan infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dan
melahirkan anak bagi pasangan suami istri setelah sekurang-kurangnya satu tahun
melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan. Berdasarkan
anamnesis terhadap Os, Os dan pasangan telah menunggu untuk terjadinya
kehamilan selama 7 tahun lamanya, Os telah melakukan hubungan seksual secara
teratur dan sempat berobat ke SpOG dan mendapatkan suntikan hormon tambahan
namun tidak juga membuahkan hasil. Os dinyatakan menderita endometriosis oleh
SpOG dan telah dilakukan operasi laparoskopi operatif + laparoskopi ablasi +
miomektomi. Hasil patologi anatomi dari jaringan yang diambil memberikan kesan
leiomyoma uteri subserosa. Os mulai mengonsumsi tapros segera setelah operasi
selesai dilakukan dan telah dilakukan sebanyak 3 seri. Pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Hasil pemeriksaan USG setelah
dilakukan operasi dan setelah Os mengonsumsi tapros sebanyak 3 seri memberikan
kesan tidak tampaknya kelainan genitalia interna. Os didiagnosa menderita Infertilitas
primer et causa leiomyoma uteri subserous + endometriosis ASRM grade I dengan
patent tuba bilateral.
Os dinyatakan menderita infertilitas primer dikarenakan os belum pernah
hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan untuk terjadi
kehamilan dalam kurun waktu 12 bulan. Usia istri berada dalam rentang usia subur,
yaitu 36 tahun. Melalui serangkaian pemeriksaan penunjang, os dikatakan menderita
leiomyoma uteri subserous. Mioma uteri merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya infertilitas pada seorang wanita walaupun hingga sekarang,
etiologi masih belum jelas. Menurut Sarwono 6, mioma uteri dapat menyebabkan

34
35

tekanan pada tuba, elongasi kavum uteri, iritasi miometrium atau torsi oleh mioma
yang bertangkai. Baik dikarenakan terjadinya hal yang telah disebutkan diatas
ataupun dikarenakan hal lain, pengangkatan mioma uteri dengan miomektomi pada
50% wanita dapat membuat wanita tersebut menjadi hamil dan waktu yang
diperlukan untuk menjadi hamil setelah dilakukan miomektomi kurang lebih adalah
18 bulan6. Os juga menderita endometriosis dimana menurut Havens dan Sullivans 12,
endometriosis ditemukan pada 25% dari wanita infertile dan diperkirakan 50-60%
menjadi penyebab infertilnya seorang wanita. Endometriosis yang invasif dapat
menginduksi infertilitas sebagai akibat dari distorsi anatomi dan adhesi tuba ovarian
pelvik. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa terdapat antibodi pada wanita
dengan endometriosis yang menyebabkan tidak memungkinkannya sperma untuk
membuahi ovum dan meningkatkan risiko untuk terjadinya abortus spontan.
Pengangkatan endometriosis terbukti menurunkan risiko tersebut12.
Os telah melewati prosedur laparoskopi operatif + laparoskopi ablasa +
miomektomi dan Os telah mengonsumsi Tapros (Leuprorelin acetate) sebanyak 3 seri
sebagai suatu usaha untuk membuat kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya
kehamilan secara normal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, G.F., Hoffman, Barbara., Schorge, John., Schaffer, Joseph dkk.


2012. Williams Gynecology. 2nd Ed. McGraw Hill:United States of America
2. Whitehouse B dan Hollos M. Definitions and the Experience of Fertility
Problems: Infertile and Sub-fertile Women, Childless Mothers, and Honorary
Mothers in Two Southern Nigerian Communities. Med Anthropol Q.
2014;28(1):122-139
3. Bennett LR, Wiweko B, Bell L, Shafira N, et al. Patient education
reproductive knowledge and patient education needs among indonesian
women infertility patients attending three fertility clinics. Elsevier. 2015:364-
369
4. Luk BH dan Loke AY. The Impact Of Infertility On The Physiological Well-
Being, Marital Relationships, Sexual Relationships And Quality Of Life Of
Couples: A Systematic Review. Journal of sex & marital therapy. 2014;1-16
5. Barbara LH, John O, Joseph IS et al. William Gynecology 2nd edition. USA;
McGraw Hill. 2012
6. Wiknjosastro, Hanifa, Saifuddin, Bari dan Trijatmo R. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005
7. Bansal, K. 2004. Practical Approach to Infertility Management. New Delhi:
Jaypee Brothers. Pp. 1-37
8. RCOG. Fertility: assessment and treatment for people with fertility problems.
2004.
9. European Association of Urology (EAU). Guidelines on male infertility
EAU.2010
10. Fritz M, Speroff L. Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility. 8th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.

36
37

11.National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Fertility


assessment and treatment for people with fertility problems. 2004
12.Havens CS, Sullivans ND. Manual of Outpatient Gynecology. Edisi 4.
Lippincott William

Anda mungkin juga menyukai