Anda di halaman 1dari 224

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “F” DI


PRAKTIK MANDIRI BIDAN PISKA MARIATI
MUARA ENIM TAHUN 2021

SONIA IRA PUTRI


20181998

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANANPRODI
DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN 2021
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “F”


DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PISKA MARIATI
MUARA ENIM TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Kebidanan

SONIA IRA PUTRI


20181998

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEBIDANANPRODI
DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN 2021
SONIA IRA
PUTRI
20181998

Telah disetii|ui oleh pembimbing pada tanggal


04 Met 2021

Penibimbine Utama Peinbiicbing Pendamping,

Yenni Elviani.SKM..M. Hem Sumastri,S.Pd,M.Kes


kes N lP N I P. 1969 1023199003200 l
197308121992032002

Muara Enim, 2021


Ka. Prodi DIII Kebidanan Muara Enim
Poltekkes Kemenkes Palembang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporantugasakhiradalahhasilkaryasayasendiridansemuasumberbaik yang
dikutipmaupunmerujuktelahsayanyetakandenganbenar.

Nama : Sonia Ira Putri


NIM 20181998
Tanda Tangan :
Tanggal :
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.
“F” DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PISKA MARIATI
MUARA ENIM TAHUN 2021

Putri Ira, Sonia


Program Studi D3 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang,
Jln.Dr.AK Gani no.85 Muara Enim
Email : sonsoniaira@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang :Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2018 yaitu AKI sebesar 359 per 100.000 KH. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan lain-lain. Penyebab AKI akibat perdarahan (31%),
Hipertensi dalam kehamilan (26%), dan lain-lain (28%). Penyebab lain-lain yaitu penyebab
kematian ibu secara tidak langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis
atau penyakit lain yang diderita ibu. Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.”F” di PMB Piska Mariati Muara
Enim Tahun 2021 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan melakukan
dokumentasi dalam bentuk SOAP. Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case
study). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara (anamnesis), pemeriksaan
fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan dalam, pemeriksaan penunjang lainnya
dan observasi. Hasil asuhan kompehensif ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik dilapangan pada asuhan persalinan yaitu pada penggunaan alat pelindung diri, dimana
APD yang digunakan kurang lengkap. Kesimpulan :Melalui Laporan Tugas Akhir ini diharapkan
bagi pihak petugas kesehatan Muara Enim dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir

COMPREHENSIVE MIDWIFERY IN NY. "F"


IN INDEPENDENT PRACTICE PISKA MARIATI Midwives
MUARA ENIM IN 2021

Putri Ira, Sonia


D3 Midwifery Study Program, Health Poltekkes Palembang,
Jln.Dr.AK Gani no.85 Muara Enim
Email: sonsoniaira@gmail.com

ABSTRACT

Background:Based on the results of the 2018 Indonesian Demographic and Health Survey
(IDHS), the MMR of 359 per 100,000 KH. Maternal mortality in Indonesia is still dominated by
bleeding, hypertension in pregnancy and others. The cause of AKI due to bleeding (31%),
hypertension in pregnancy (26%), and others (28%). Other causes include indirect causes of
maternal death, such as cancer, kidney, heart disease, tuberculosis or other illnesses suffered by the
mother. The purpose of writing this final report is to provide comprehensive midwifery care for
Mrs. "F" at PMB Piska Mariati Muara Enim in 2021 using a midwifery management approach and
documentation in the form of SOAP. This research design uses a case study method (case study).
The data collection techniques used were interview (history taking), physical examination
(inspection, palpation, auscultation, percussion), intersnal examination, other supporting
examinations and observation. The results of this comprehensive care show that there is a gap
between theory and practice in childbirth care, namely the use of personal protective equipment,
where the PPE used is incomplete. Conclusion: Through this final report, it is hoped that Muara
Enim health workers can maintain and improve the quality of health services according to
standards in providing comprehensive midwifery care.

Keywords: Comprehensive Midwifery Care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, and Newborns


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,


petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Laporan Asuhan Kebidanan Komperhensif
pada ibu Hamil Ny.”F” di Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati Muara Enim
Tahun 2021” dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Tugas Akhir ini sebagaisalah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Politeknik Kesehatan Palembang prodi DIII Kebidanan Muara Enim
Tahun 2021, penulis mengucapkan terimakasih Kepada ibu Yenni Elviani,
SKM.,M.Kes selaku dosen pembimbing utama dan Kepada ibu Heni Sumastri
S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua Politeknik Kesehatan Palembang
Prodi DIII KebidananMuara Enim yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, petunjuk dan saran dalam penulisan ini baik secara lisan
maupun tertulis. Dan tak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Muhamad Taswin,S.Si.,Apt.MM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik
KesehatanPalembang.
2. Ibu Nesi Novita,S.Si.T.,M.Kes dan, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Muara
Enim Politeknik KesehatanPalembang.
3. Ibu Dahliana,SKM.M.Kes, selaku Ka Prodi DIII Kebidanan Muara Enim
Politeknik Kesehatan Palembang
4. Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati yang telah memberikan izin dan
membantu Laporan Tugas Akhir ini.
5. Teruntuk orang tuaku tercinta dan anggota keluargaku lainnya. Terima kasih
telah memberikan dukungan yang tiada hentinya, serta kasih sayang yang
tiada terkira dalam setiap langkah perjuanganku.
6. Ibu “F” dan Keluarga yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan
Laporan Tugas Akhirini.
7. Rekan seperjuanganku dan sealmamater yang telah berjuang bersama dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang ikut adil dalam
terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata saya berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Muara Enim, 04 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................v
ABSTRAK..............................................................................................vi
ABSTRAC..............................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Berlakang...........................................................................1
B. Perumusan Masalah.....................................................................8
C. Tujuan Laporan Kasus................................................................8
D. Manfaat Penelitian......................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan...........................................................11
2. Etiologi..................................................................................11
3. Tanda-Tanda Kehgamilan.....................................................16
4. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi.......................................17
5. Tanda Bahaya Trimester III..................................................19
6. ketidakNyamanan Dalam Kehamilan Trimester III..............20
7. Kebutuhan Fisiologi Trimester III.........................................21
8. Kebutuhan Psikologi Trimester III........................................27
9. Asuhan Antenatal..................................................................28
10. Manajemen Asuhan Kebidanan............................................45
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan............................................................49
2. Tanda-Tanda Dalam Persalinan............................................49
3. Penyebab Mulainya Persalinan.............................................50
4. Faktor-Faktor Proses Persalinan............................................54
5. Mekanisme Persalinan...........................................................56
6. Partograf................................................................................61
7. Tahapan Persalinan...............................................................63
8. Manajemen Aktif Kala III.....................................................71
9. Perubahan Fisiologi Pada Masa Persalinan...........................72
10. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin..............................................75
11. Kebutuhan Fisiologi Ibu Bersalin.........................................76
12. Kebutuhan Psikologi.............................................................87
C. Bayi Baru Lahir (BBL)
1. Pengertian..............................................................................89
2. Perubahan fisiologi bayi segera setelah lahir........................90
3. Asuhan Bayi Baru Lahir dalam 2 jam pertama.....................99
4. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)...............................................102
5. Kunjungan Neonatal..............................................................102
D. Nifas
1. Pengertian..............................................................................103
2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas...........................................103
3. Kebutuhan Masa Nifas..........................................................112
4. Tahapan Masa Nifas..............................................................120
5. Kunjungan Masa Nifas..........................................................126
6. Tujuan Asuhan Masa Nifas...................................................129

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA)...............................136
B. Subjek Penelitian.........................................................................136
C. Waktu Pengkajian.......................................................................136
D. Tempat Pengkajian......................................................................136
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................136
F. Sumber Data Dan Jenis Data.......................................................138
G. Instrument Pengumpulan Data....................................................138
H. Alat Dan Bahan...........................................................................138

BAB IV TIN JAUAN KASUS


A. Asuhan Kebidanan Kehamilan....................................................140
B. Catatan Perkembangan Kehamilan.............................................151
C. Catatan Perkembangan Persalinan..............................................154
D. Asuhan Bayi Baru Lahir..............................................................167
E. Catatan Perkembangan Bayi Baru Lahir.....................................175
F. Catatan Perkembangan Postnatalcare..........................................179

BAB V PEMBAHASAN
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan....................................................185
B. Asuhan Kebidanan Persalinan.....................................................192
C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir...........................................197
D. Asuhan Kebidanan Nifas.............................................................200

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................204
B. Saran............................................................................................205

DAFTAR PUSTAKA
PARTOGRAF
DOKUMENTASI
LEMBAR KONSUL
DAFTAR GAMBAR

2.1 Perkembangan Tinggi Fundus Uteri.................................................17


2.2 Latihan Anti Sungsang......................................................................25
2.3 Leopold I...........................................................................................38
2.4 Leopold II..........................................................................................38
2.5 Leopold III.........................................................................................39
2.6 Leopold IV........................................................................................40
2.7 Fleksi Kepala Terhadap Peningkatan Kepala Janin.........................57
2.8 Sinklitismus.......................................................................................58
2.9 Asinklitismus.....................................................................................58
2.10 Asinklitismus Pasterior...................................................................58
2.11 Fleksi Pada Bayi..............................................................................59
2.12 Putaran Paksi Dalam.......................................................................60
2.13 Ekspulsi...........................................................................................61
2.14 Memotong Tali Pusat......................................................................102
2.15 Gerakan Pertama.............................................................................117
2.16 Gerakan Kedua................................................................................117
2.17 Gerakan Ketiga................................................................................117
2.18 Gerakan Keempat............................................................................118
2.19 Gerakan Kelima...............................................................................118
2.20 Gerakan Sama Kelima.....................................................................119
2.21 Gerakan Keenam.............................................................................119
2.22 Gerakan Ketujuh.............................................................................119
2.23 Gerakan Kedelapan.........................................................................121
2.24 Gerakan Kesembilan.......................................................................121
DAFTAR TABEL

2.1 Rekomendasi Berat Badan Selama Hamil........................................17


2.2 Penambahan Tinggi Fundus Uteri (TFU)..........................................32
2.3 Jadwal Imunisasi...............................................................................33
2.4 Metode Perlimaan.............................................................................40
2.5 Asuhan Kala II..................................................................................69
2.6 Nilai Apgar Score..............................................................................99
2.7 Perubahan Tanda-Tanda Vital...........................................................110
2.8 Macam Macam Lochea.....................................................................122
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses reproduksi normal dan alamiah semua

perlu perawatan agar ibu dan janin tetap dalam keadaan sehat. Kehamilan

akan menghadapi berbagai permasalahan yang dapat mengganggu proses

persalinan dikelompokkan kehamilan resiko tinggi. Factor yang menyebabkan

kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab

langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu

yaitu faktor yang berhubungan dengan infeksi. Sedangkan penyebab tidak

langsung pada kematian ibu antara lain factor yang memperdebat keadaan ibu

hamil seperti empat terlalu, serta factor yang mempersulit proses penanganan

kegawatdaruratan kehamilan (Wahyuningsih, 2019).

Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif

dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan

program lain yang memerlukan intervensi selama kehamilannya. Pelayanan

antenatal terpadu dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompoten

meliputi dokter, bidan dan perawat terlatih sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. (Musdalifa,2020).

Tujuan pelayanan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap

ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu

menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan

bayi yang sehat dan berkualitas. (Suparmi,2019)


Secara nasional, targetK1 dan K4 menurut Renstra Kemenkes yakni

cakupan K1 sebesar 100% dan cakupan K4 sebesar 95%. Cakupan K1 dan K4

di Indonesia tahun 2018 sebesar 95.75% dan 87.48%. Sementara di

SumateraSelatan,cakupanK1danK4tahun2019sebesar98.08%dan93.86%

(Dinkes Kota Palembang, 2019).

Cakupan K1 ibu hamil terjadi pada tahun 2018 menjadi 98,8 %, ditahun

2019 meningkat menjadi 99,1%. Kunjungan K1 ibu hamil di Kabupaten

Muara Enim sebagian besar ibu hamil di seluruh kecamatan telah melakukan

kunjungan pertama ke fasilitas Kesehatan. Cakupan K1 ibu hamil yang tidak

mencapai 90% kunjungan yaitu pada wilayah puskesmas Muara Emburung

Kecamatan Rambang Dangku (85,9%). Selama periode delapan tahun terakhir

(2018-2019), lebih dari 90% ibu hamil di Kabupaten Muara Enim telah

melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan.

Cakupan KI untuk PMB Bidan PiskaMuara Enim pada tahun 2019

sebesar 95% sedangkan, Cakupan K4 sebesar 90 %. Jumlah Kunjungan K1

tahun 2019 sebanyak 195 orang dan kunjungan K4 sebanyak 420 orang, tahun

2020 kunjungan K1 sebanyak 115 orang dan K4 sebanyak 126 orang (Data

PMB Bidan Piska).

Asuhan komprehensif adalah asuhan yang diberikan oleh bidan dari

mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan penggunaan Kb

yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas untuk

mencegah terjadinya kematianibu dan anak. Peran dan fungsi bidan sangat

membantu proses asuhan komprehensif melalui pengawasan pertolongan,

pengawasan kehamilan, persalinan, baru baru lahir, nifas dan pelayanan

keluarga berencana.
Setelah masa kehamilan, ibuhamil akan mengalami persalinan. Agar

persalinan dapat berlangsung aman, maka persalinan harus dilakukan oleh

tenaga kesehatan terlatih dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),

dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan

kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase

persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) (Kemenkes RI,

2020).

Target nasional pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar

83,6%,cakupan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan menunjukan angka

sebesar 41,6%, tahun 2017 sebesar 56,8%, pada tahun 2018 sebesar 70,4%

dan pada tahun 2019 sebesar 79,3%. Meskipun secara nasional cakupan PF

menunjukkan kecenderungan yang meningkat, masih terdapat kesenjangan

capaian antar wilayah di Indonesia.Capaian kinerja indiaktor pelayanan

persalinan di fasilitas kesehatan tahun 2020 adalah 93,3%. (Kmenskess RI,

2020)

Persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten di Sumatera Selatan

tahun 2018 sebesar 94,2%. Jika dilihat dalam kurun waktu lima tahun

terakhir, persentase persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten di

Sumatera Selatan mengalami fluktatif dari 91,92% di tahun 2014 naik

menjadi 92,80% di tahun 2015, kemudian turun menjadi 87,15% tahun 2016

naik menjadi 93,11% tahun 2017 kemudian naik menjadi 94,2% di tahun

2018. (Profil kesehatan Sumatra Selatan, 2019)

Di Muara Enim cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahin

2018 sebesar 89,1% dan mengalami kenaikan pada tahin 2019 yaitu sebesar

90,0 %.
(Profil Kesehatan Muara Enim, 2019)

upaya dalam peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten baik dari manajemen program KIA, meningkatan jaminan

kesehatan untuk mewajibkan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan

fasilitas kesehatan, dan memaksimalkan kemitraan bidan dengan dukun di

setiap kabupaten/kota.

Untuk menjamin upaya kesehatan pertolongan persalinan yang

berkualitas diperlukan reformasi kesehatan. Terlaksananya revitalisasi

puskesmas sebagai primary health care berfungsi sebagai pusat

pembangunan wilayah perluasan kesehatan, pusat pemberdayaan kesehatan,

pusat pelayanan kesehatan primer, dan pusat pelayanan perorangan primer.

Berdasarkan data di Bidan Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati Muara

Enim pada tahun 2019 jumlah ibu hamil yang bersalin di Bidan Praktik

Mandiri Piska Mariati Muara Enim dengan total ibu bersalin sebanyak 200

orang dan tahun 2020 sebanyak 220 yang bersalin dari jumlah ibu hamil 480

orang.

Selanjutnya, setelah melewati masa persalinan, ibu akan mengalami masa

nifas. Indikator yang digunakan dalam pencapaian ini adalah cakupan

pelayanan pasca persalinan dan kelahiran yang ditangani oleh tenaga

kesehatan, tingkat perlindungan ibu nifas dan menggambar kemajuan

majanemen atau kelangsungan program KIA. (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatra Selatan, 2019)

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukan

kecenderungan peningkatan dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Pada

tahun 2017 KF di Indonesia sebesar 78,78 % , pada tahun 2018 sebesar

85,92% dan pada tahun


2019 sebesar 87,36 %. Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian kunjungan

nifas lengkap (KF3) tertinggi di Jawa Berat dan Kalimantan Utara.

Sedangkan provinsi dengan cakupan kunjumgam nifas terendah yaitu Jawa

Tengah, Papua dan Papua Barat. Dari 34 provinsi yang melapor data

kunjungan nifas, mencapai 62% provinsi di Indonesia telah mencapai KF3

80%. Kondisi pada tahun 2019 tersebut mengalami peningkatan dari tahun

2017. (Dinas Kesehatan Indonesia, 2019).

Cakupan Pelayanan Nifas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019

mencapai 91,04%. Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten/Kota berkisar

antara 85,0% - 95,3%. Capaian KF tertinggi tedapat di Kota Palembang

(95,3%), kemudian diikuti oleh kabupaten OKU Selatan (95,3%) dan

Kabupaten Muara Enim (94,4%). Sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota

Lubuk Linggau (85,9%), dan Kabupaten Musi Banyuasin (85%). (Dinas

Kesehatan Sumatra Selatan, 2019).

Cakupan Kunjungan Nifas tahun 2019 mengalami sedikit peningkatan

dibandingkan dengan cakupan kunjungan nifas di tahun 2018, hal ini

disebabkan oleh akses terhadap pelayanan sudah terpenuhi dan kedua tenaga

kesehatan yang bertugas dilapangan/Bidan sudah melakukan pelayanan nifas

berkualitas dengan melakukan kunjungan ke rumah sekaligus melakukan

pelayanan/kunjungan neonatus. (Dinkes Sumatra Selatan, 2019)

Cakupan pelayanan masa nifas di PMB Piska Mariati pada tahun

2020mencapai 94% sedangkan tahun 2021 menjadi 96%. (Buku Registrasi

PMB Piska Mariati, 2020).


Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting

karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018

menunjukan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1.000

Kelahiran Hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 24 Kelahiran Hidup.

Meskipun demikian AKN dan AKB diharapkan akan terus mengalami

penurunan. Intervensi- intervensi yang dapat mendukung kelangsungan hidup

anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi 10 per 1.000 KH dan

AKB menjadi 16 per

1.000 KH di tahun 2024. (SDKI, 2018)

AKB di provinsi Sumatra Selatan tahun 2018 sebanyak 51 orang, jumlah

ini lebih rendah dibandingkan target tahun 2018 sebanyak 100 orang. Jumlah

AKB tahun 2018 sebanyak 51 orang dari total 161.210 KH. Jumlah ini

mengalami penurunan jumlah kematian bayi di Sumatra Selatan merupakan

lokal spesifik dihitung jumlah per orang bukan per 1.000 KH sehingga tidak

bisa secara langsung dibandingkan dengan capaian Nasional. Perhitungan

AKB melaui sensus penduduk juga hanya menggambarkan angka nasional

yaitu 32 per 100.000 KH dan belum bisa menggambarkan AKB per Provinsi

dilihat dalam 5 tahun terakhir jumlah kematian bayi. (Dinkes Sumatra

Selatan, 2019)

Di Muara Enim AKB pada tahun 2018 sebanyak 7 orang dan pada tahun

2019 menurun menjadi 5 orang. (Dinkes Sumatra Selatan, 2019)

Upaya yang dilakukan untuk menekan jumlah AKB selain dengan

mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan juga perlu dukungan dari masyarakat untuk melakukan


kunjungan neonatal (KN). Kunjungan neonatal pertama (KN-1) adalah

cakupan kesehatan bayi baru lahir (umur 6jam-8jam) disuatu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga

kesehatan terlatih diseluruh sarana pelayanan kesehatan. Pada kunjungan

neonatal pertama (KN-1), bayi baru lahir mendapatkan vit K injeksi dan

imunisasi hepatitis B0 (bila belum diberikan pada saat lahir).

Cakupan KN1 di Indonesia pada tahun 2020 sebesar 94,9 %, lebih kecil

dari tahun 2019 yaitu sebesar 97,4%. Namun capaian memenuhi target renstra

tahun 2020 yaitu sebesar 90 % . Di Sumatra Selatan cakupan KN1 pada tahun

2019 sebesar 98,13 % dengan target 90%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2020)

Cakupan pelayanan Kunjungan Neonatal di Pmb Piska Mariati pada

tahun 2019 mencapai 95% sedangkan pada tahun 2020 mencapai 97%. Dari

data tahun 2019-2020 kunjungan Neonatal mengalami kenaikan. (Buku

Registrasi PMB Piska Mariati, 2019).

Target nasional pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah

95%. Proporsi cakupan Persalinan Normal di Indonesia pada tahun 2015

sebesar 90,88% dan pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 88,55%.

Di Sumatera Selatan cakupan Persalinan Normal tahun 2017 sebesar 91,72%

dan tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 92,80%. (Dinas Provinsi

Sumatera Selatan, 2018).

Di Indonesia Faktor yang menyebabkan peningkatan angka kematian

maternal. Selain faktor penyebab langsung, seperti pendarahan, hipertensi,

infeksi, partus lama dan abortus, penyebab utama kematian maternal juga

dipengaruhi oleh penyebab tidak langsung atau intermediet. Faktor

intermediet
diantaranya adalah faktor pelayanan kesehatan seperti pelayanan saat hamil,

melahirkan, dan setelah melahirkan, faktor status reproduksi, faktor

demografi seperti pendidikan dan kependudukan, dan faktor ekonomi seperti

kemiskinan. (Nurrizka2020).

Laporan Tugas Akhir, dilakukan studi kasus pada Ny. “F” yang berumur

28 tahun, bertempat tinggal di Dusun Tangsi Kecamatan Muara Enim

Kabupaten Muara Enim. Ibu tersebut perlu mendapatkan asuhan kebidanan

secara komprehensif oleh tenaga kesehatan mulai dari masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir agar ibu dan bayi sehat.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan studi

komprehensif dengan judul“Asuhan Kebidanan Komprehensif PadaNy. “F”

di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati Kecamatan Muara Enim

Kabupaten Muara Enim pada tahun 2021”.

B. PerumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dapat di

rumuskan adalah bagaimanakahAsuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny

“F” di Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati Muara Enim tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuanumum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif

pada Ny.F di Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati Muara Enim Tahun

2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif pada Ny.”F”


di PMB Bidan Piska Mariati Tahun2021.

b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny.”F”

di PMB Bidan Piska Mariati Tahun2021.

c. Mahasiswa mampu melakukan analisis pada Ny.”F” di PMB Bidan

Piska Mariati Tahun 2021.

d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny.”F” di PMB

Bidan Piska Mariati Tahun 2021.

D. ManfaatPenelitian

1. Manfaatteoritis

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan

berkesinambungan pada Ibu Hamil

2. ManfaatAplikatif

a. Manfaat bagiInstitusi

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagaimasukan dalam

pemberian Asuhan Komprehensifpada Ibu Hamildi PMB Bidan Piska

Mariati Muara Enim.

b. Manfaat bagi Profesi Bidan

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

Asuhan Komprehensif pada Ibu Hamil.

c. Manfaat bagi Klien danmasyarakat

Agar klien maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari penyulit

yang mungkin timbul pada masa kehamilan sehingga memungkinkan

segera mencari pertolongan pergi ke petugas kesehatan untuk


mendapatkanpenanganan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEPKEHAMILAN

1. PengertianKehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Prawirohardjo, 2014).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagaifertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan umumnya

berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid

terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kehamilan 38-42 minggu dan ini

merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 3,4-14%

atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih

(Wiknjosastro, 2018).

2. Etiologi

a. Ovum

Sel telur (ovum) merupakan sel reprodiksi (gamet) yang dihasilkan oleh

ovarium dari organisme berjenis kelamin wanita. Manusia mempunyai

dua buah ovarium yang berfungsi untuk memproduksi ovum dan

mengeluarkan hormon. Ovarium merupakan tempat produksi oosit.

Setiap ovarium mengandung sekitar 60.000 oosit yang terdapat pada

bayi perempuan sejak saat dilahirkan. Akan tetapi, hanya sekitar 400

ovum saja yang dimatangkan dan diovulasikan selama masa subur atau

pada masa siklus hidup wanita. Ovum atau sel telur atau oosit

merupakan sel manusia yang terbesar. Oleh karena itu, ovum memiliki

volume terbesar dengan ukuran 0,15-0,2 mm dan bentuknya hampir

bulat sempurna.
Ovum terdiri dari sejumlah besar sitoplasma (cairan sel).

b. Sperma

Sperma merupakan sel gamet pria. Jaringan yang menghasilkan sel

gamet pria (epitel germinal) terdiri dari dua jenis sel yaitu sel sertoli dan

sel spermatogenik. Sel gamet ini diproduksi didalam testis yang terdapat

didalam skrotum. Sperma akan mengalami gangguan pada suhu yang

tinggi dan hal ini akan menganggu spermatogenesis. Di dalam testis,

terdapat tubulus seminiferus yang terdiri dari jaringan epitelium dan

jaringan ikat. Di dalam jaringan epitelium, terdapat sel spermatogonium

(calon sperma), sel sertoli (pemberi makan spermatozoa), dan sel leydig

(menghasilkan testosteron).

Berbeda dengan ovum, sperma merupakan sel dengan ukuran

terkecil dalam tubuh manusia. Ukuran sperma sangat kecil dan hanya

memiliki sedikit cairan sitoplasma, sebagian mitokondria (pemasok

energi sel), dan ekor yang panjang. Sperma berbentuk seperti kecebong

dengan kepala berbentuk lonjong dan sedikit gepeng. Pada kepala,

terdapat inti sel (nukleus). Selain kepala, sperma pun memiliki leher

dan ekor. Leher berfungsi untuk menghubungkan sperma dan ekor,

sedangkan ekor bertugas sebagai motor. Ekor sperma dapat bergetar dan

menimbulkan gerakan. Hal inilah yang menyebabkan sperma dapat

berenang masuk menuju ovum untuk fentilasi.

Panjang ekor sperma kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara

embrional, spermatogonium berasal dari primitif tubulus testis. Setelah


bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium yang tidak mengalami

perubahan sampai masa pubertas. Tahap spermatogenesis yaitu :

1. Mitosis pada sel spermtogonium (2n) menghasilkan spermatogonium

(2n) dengan jumlah yang banyak.

2. Sebagian spermatogonium akan mengalami mitosis I dan

spermatogonium lainnya membesar menjadi spermatosit primer (2n)

3. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis tahap 1 dan

menghasilkan 2 spermatosit sekunder (n), yang selanjutnya

mengalami meisosis tahap 2 dan menghasilkan 4 spermatosit

sekunder (n)

4. Spermatosit sekunder selanjutnya mengalami diferensi menjadi

spermatozoa.

Selanjutnya, testosteron akan merangsang perkembangan seks

primer dan seks sekunder, serta merangsang spermatogenesis. Jika

spermatozoa telah terbentuk, maka sel sertoli akan menghasilkan

hormon inhibin, yang akan menghambat kelenjar hipofisis untuk

memproduksi FSH dan LH.

Pada masa pubertas, hormon tertentu merangsang spermatogonium

untuk menjadi aktif. Sebagian menjalani mitosis (membagi menjadi dua

sel anak). Dan sebagiannya membesar serta menjadi spermatosit primer

yang kemudian mengalami pembelahan sell yang disebut meiosis.

Dalam perjalanan meiosis, spermatosit primer menjadi dua spermatosit

sekunder. Spermatosit sekunder akan melakukan pembelahan menjadi


dua spermatid yang akan menjadi sel sperma. Proses dimana sel sperma

dihasilkan disebut spermatogenesis.

c. Fertilisasi

Fertilisasi merupakan proses pertemuan antara sel oosit dan sel sperma.

Setelah sperma sampai di tuba Fallopi dan bertemu dengan ovum, maka

mekanisme molekular akan membuat sperma dapat melewati zona

pellucia. Setelah sperma berhasil melakukan penetrasi di zona pellucia,

maka terjadi kontak antara spermatozoa dengan membaran oosi.

Kemudian inti sel sperma masuk kedalam sitoplasma ovum.

Setelah berada pada ovum, sitoplasma sperma bercampur dengan

sitoplasma ovum dan membran inti (nukleus) sperma pecah. Membran

yang baru terbentuk di sekeliling kromatin sperma membentuk

pronukleus pria. Membran intioosit yang baru akan terbentuk di

sekeliling pronukleus wanita. 24 jam setelah fertilisasi, kromosom

memisahkan diri dan terjadilah pembelahan sel pertama.

d. Implantasi dan nidasi

Setelah fertilisasi, hasil konsepsi akan melakukan implantasi pada

dinding uterus sekaligus memberikan infomasi pada tubuh ibu,

sehingga bermanifestasi menjadi adaptasi fisiologis kehamilan.

Zigot yang sedang membelah, menampung dalam tuba fallopi sekitar 1

minggu dan berkembang dati tahap 16 sel melalui tahap morula yang

padat menjadi tahap blastokista dengan 32-64 sel. Tahap blastokista ini

memiliki rongga yang berisi cairan.


Implantasi terjadi 7-10 hari setelah ovulasi. Jika hasil konspsi bertahan

hidup lebih dari 14 hari setelah ovulasi, maka korpus luteum ovarium

akan terus menghasilkan progesteron. Hormone HCG yang dihasilkan

oleh trofoblast yang berkembang dan disekresi ke dalam aliran darah

ibu yang berkerja menyerupai hormon lueteinisasi, yaitu menunjang

korpus luteum dengan menghambat proses regresi luteal.

e. Pertumbuhan komponen plasenta

Plasenta merupakan sumber hormon steroid yaitu progesteron dan

estrogen selama kehamilan. Plasenta merupakan alat pertukaran zat

antara ibu serta janin dan sebaliknya. Plasenta terbentuk secara lengkap

dan dapat berfungsi dengan sempurna mulai minggu ke-10 setelah

pemuahan. Bentuk plasenta matur yaitu bulat, datar, diameternya

sekitar 20 cm, dan tebalnya 2,5 cm pada pusatnya. Beratnya sekitar

seperenam berat bayi cukup bulan.

Fungsi plasenta yaitu :

1. Respirasi

2. Nutrisi

3. Penyimpanan

4. Ekskresi

5. Perlndungan

6. Endokrin

f. Pertumbuhan janin
Pertumbuhan dan pekembangan janin dimulai sejak terjadinya

kosepsi hingga akhir kehamilan, normalnya terjadi selama 280 hari atau

40 minggu. Pada umunya, periode embrio di mulai pada awal minggu

ketiga setelah ovulasi dan fertilisasi. Periode embrio berlangsung

selama 8 minggu. Pada minggu ke enam, ukuran embrio mencapai22-24

mm dan ukuran kepala lebih besar dibandingkan dengan tubuhnya. (Sri

Astuti 2018).

3. Tanda-TandaKehamilan

a. Tanda tidakpasti

1) Amenorea

2) Pembesaran dan perubahan warna padapayudara

3) Mual danmuntah

4) Tidak nafsumakan

5) Seringkencing

6) Hyperpigmentasi padakulit

7) Merasakanlelah(fatique)

8) Peningkatan suhu basal

b. Tanda kemungkinan hamil

1) Tandapiskacek’ssign(pembesaran,perubahanbentuk,dan

konsistensirahim)

2) Tanda chadwick (vulva dan vagina menjadi tanpak lebih merah

agak kebiru-biruan)

3) Tanda braxton hicks (rahim terabalunak)

4) Goodell’s sign (serviks menjadi lebih lunak dibanding sebelum


hamil).

5) Terababallotemen.

6) Pembesaranperut

4. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Pada Ibu Hamil TrimesterIII

Menurut Sri Astuti2016, perubahan fisiologis pada ibu hamil meliputi:

a. Perubahan fisiologi pada trimesterIII

1) Perubahan uterus : dinding uterus mulai menipis dan lebih lembut,

pergerakan janin dapat diobservasi dan badan janin dapatdiraba.

Gambar 2.1
Perkembangan Tinggi Fundus Uteri pada kehamilan
(Sumber Prawirohardjo, 2018)

2) Vagina : hormon estrogen menyebabkan perubahan pada lapisan otot

jadi membesar dan epitelium, sehingga vagina lebih elastis yang

memungkinkan turunnya bagian bawahjanin.

3) Perubahan payudara : Pada minggu 3-4 minggu kehamilan timbul

rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di

payudara mulai timbul sejak minggu keenam kehamilan. Pada

minggu ke 8 kehamilan terjadi peningkatan supali darah, membuat

pembuluh darah bawah kulit berdilatasi. Sejak kehamilan 12 minggu

putting susu dan areola menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna

merah muda sekunder pada areola, dan puting susu menjadi lebih

erektil.
4) Perubahan sistem kardio vaskular : perubahan ini berupa perubahan

pada jantung, sikulasi darah dan tekana darah

5) Perubahan respirasi : napas ibu menjadi pendek karena naiknya

posisi diafragma dan pembesaran uterus yang menekandiafragma.

6) Perubahan urinaria : pembasaran uterus akan menekan kandung

kemih sehingga akan menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun

jumlah urinsedikit.

7) Sistem Metabolisme : Tubuh wanita hamil yang sehat akan bekerja

dengan efisiensi yang maksimal. Laju metabolik basal pada wanita

tersebut adalah 15-25 % lebih tinggi daripada nilai normalnya dalam

trimester ke II.

8) Sistem berat badan dan IMT : Kenaikan berat badan selama

kehamilan dapat dihitung dengan mengetahui indeks masa tubuh

(IMT) sebelum hamil, yaitu kilogram BB (TB dalam m)2 atau pon

BB (inci TB)2 nilai BB dan TB yang digunakan adalah sebelum

hamil (Yuliani, 2019)

Tabel 2.1
Rekomendasi Berat Badan Selama KehamilanBerdasarkan
Indek Massa Tubuh
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah <19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5– 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5
SumberYuliani,2019

RUMUS :

IMT = (BB)²/TB
IMT = (BB)²/TB

Dimana: IMT : Indeks Masa Tubuh


BB : Berat Badan (kg)TB : Tinggi Badan (cm)

b. Perubahan psikologis pada timester III

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata mempersiapkan

diri untuk menyambut kelahiran anaknya, berikut yang merupakan

perubahan psikologis ibu hamil trimester 3 yaitu: (Astuti2019).

1) kekhawatiran atau kecemasan sertawaspada

Rasa cemas dapat timbul jika ibu memikirkan jika bayinya lahir

sebelum waktunya, sehingga akan ibu akan lebih waspada terhadap

munculnya tanda persalinan, umunya ibuhamil akan menjadi

protektif dengan menghindari apa saja yang dianggap

membahayakan bayi yang membuat bayi lahir tidak normal atau

mengalami kecacatan.

2) Persiapan menunggukehamilan

Ibu hamil akan aktif mempersiapkan diri, mencari informasi,

nasehat, arahan serta dukungan pada suami dankeluarga,

memilihnama, menduga-duga tentang jenis kelamin dan bayi mirip

siapa serta tidak sabar menunggu kelahiran dengan rasa sukacita dan

takut.

5. Tanda Bahaya TrimesterIII

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehamilan menurut Sri astuti2019:

a. Pendarahan pervaginam : plasenta previa(plasenta menutupijalan lahir),

solusio plasenta (lepasnya plasenta sebelum waktunya), dan gangguan

pembekuandarah

b. Gerakan janin tidak terasa


c. Nyeri abdomen yanghebat

d. Penglihatankabur

e. Bengkak di wajah dan jari-jaritangan

f. Sakit kepala yanghebat

g. Keluar cairanpervaginam

6. KetidakNyamanan Dalam Kehamilan TrimesterIII

Menurut Sri astuti2019 ketidaknyamanan selama masa kehamilan trimester

III yaitu:

a. Sering buang air kecil penyebanya karena adanya tekanan uterus pada

kandungkemih

b. Nyeri punggung penyebab karena uterus semakin membesar dan

gerakan janin yangaktif

c. Kesulitan bernapas penyebabnya volume darah sirkulasi yang meningkat

d. Insomia penyebab karena ibu sering terbangun saat malamhari

e. Pusing, penyebabnya karena pengumpulan darah didalam pembuluh

tungkal, yang mengurangi aliran balik vena danmenurunkan

7. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil TrimesterIII

Menurut suparmi, 2017 Kebutuhan fisiologis ibu hamil trimester III yaitu:

a. Nutrisi ibuhamil.

Saat hamil seorang ibu memerlukan gizi seimbang lebih banyak dari pada

sebelum hamil, sehingga secara umum porsimakan saat hamil 1 porsi


lebih banyak dibanding sebelum hamil. Asupan gizi seimbang meliputi

sumber kalori (karbohidrat dan lemak), protein, asam folat, zat besi,

kalsium, vitamin C, vitamin B6, vitamin E, iodium, serat dan cairan,

selama kehamilan ibu tidak perlu berpantang makanan namun batasi

asupan gula, garam, dan lemak. Nutrisi pada ibu hamil memiliki

manfaat yaitu untuk asupan gizi tubuh ibu agar tidak kekurangan energi

kronik (KEK), untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, dan untuk

mempersiapkan pembentukanASI.

b. Oksigen bagi ibu hamil

Semakin besarnya kehamilan, uterus akan mendesak diafragma

sehingga mengurangi kapasitas total paru dan biasanya menyebabkan

keluhan sesak nafas.

c. Personal hygiene

Ibu dianjurkan minimal mandi 2 kali sehari, tidak dianjurkan untuk

mandi (melelahkan) air panas atau air terlalu dingin (membuat tubuh

menggigil). Menganjurkan ibu secara teratur gosok gigi dengan benar

minimal 2x sehari (setelah sarapan dan sebelum tidur), agar kesehatan

gigi dan gusi terjaga. Ibu juga di ajnurkan untuk mencuci tangan setelah

BAB dan BAK.

d. Perawatan payudara pada masakehamilan

Tindakan yang dapat dilakukan dalam perawatan payudara pada masa

kehamilan :

1) Membersihkan payudara dan puting setiap hari dengan air hangat

dan handuk yang lembut dan bersih kemudian keringkan dengan

hati-hati
2) Kolustrum mengerak pada puting, lunakkan dengan mengoles krim

khusus untuk puting sebelum berusahamembuangnya

3) Pegang payudara denganlembut

4) Pakai bra yang menyokong payudara

5) Pada bulan kesembilan mulailah persiapan untukmenyusui

e. Pakaian ibuhamil

Ibu hamil dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang nyaman dan

tidak ketat(longgar) agar tidak mengganggu tumbuh kembang janin,

seperti stoking ketat pun harus dihindari karena dapat mengganggu

aliran darah balik. Pakaian yang digunakan sebaiknya dari bahankatun

yang mudah menyerap keringat, mudah dicuci dan digunakan sekali

pakai saja. Pakaian hamil biasanya belum diperlukan hingga bulan ke

lima. Jika diperlukan ibu bisa menggunakankorset maternitas untuk

menyokongperut.

f. Eliminasi ibuhamil

Keluhan yang sering dialami berkaitan dengan BAB adalah konstipasi

dan hemoroid. Selama hamil dapat dicegah dengan rutin BAB setiap

hari, menkonsumsi cairan dalam jumlah memadai, cukup olahraga

setiap hari, jika dibutuhkan gunakan laktasif ringan.

g. Hubunganseksual

Hubungan seksual pada ibu hamil secara umum tidak dianggap

berbahaya dan boleh dilakukan kapan pun menginginkan bahkan

sampai menjelang persalinan, asalkan melakukan dengan hati-hati dan

tidak memiliki kontraindikasi seperti riwayat abortus, riwayat

prematurus,
pendarahan pervaginam, ketuban sudah pecah dan jika sudah ada

pembukaan.

h. Mobilisasi dan bodymekanik

1) Berdiri danberjalan

Posisi berdiri yang baik adalah berdiri tegak dengan paha, bahu dan

telinga sejajar, bahu agak ditarik ke belakang dan pantan diangkat.

Berjalan perlahan dan hati-hati. Jangan berdiri dalam jangka waktu

yang lama.

2) Posisiduduk

Duduk tegap di kursi, punggung seluruhnya bersandar pada sandaran

kursi (sejajar), kedua lengan di atas paha, posisi bahu dan telinga

sejajar, kaki menampak ke lantai. Jika kursi terlalu tinggi kaki dapat

di sangga dengan bangku kecil agar tidak menggantung.

3) Bangun dari tempattidur

Posisi awal tidur terlentang, jika masih ditengah tempat tidur, geser

ke tepian, tekuk kedua lutut miringkan badan sambil menjatuhkan

lutut ke samping, satu tangan yang diatas posisikan menapak tempat

tidur, bangun perlahan dengan satu lengan sebagai penyangga,

turunkan kaki dari tempat tidur, diamlah sesaat dalam posisi duduk

sebelum dilanjutkan untukberdiri.

4) Posisijongkok

Kedua tangan berpegangan pada sesuatu yang kokoh misalnya kursi,

bak mandi, tembok atau tubuh suami, kemudian jongkok dengan

punggung dalam keadaan lurus sambil rotasikan keluar kedua lutut


tanpa mengangkat tumit.

5) Mengangkatbeban

Mengangkat beban tidak boleh dengan membungkuk ,walaupun

beban yang diambil hanyalah ringan, karena ibu hamil rawan jatuh.

Ibu hamil harus jongkok dulu dengan kaki agak dibuka dan satu kaki

sedikit ke depan(untuk memudahkan ketika bangkit), ambil barang

kemudian baru perlahan berdiri sambil membawa barang tersebut.

Ibu hamil tidak diperbolehkan membawa beban terlalu berat.

i. Senamhamil

Senam hamil merupakan suatu program berupa latihan fisik yang cukup

penting bagi ibu hamil sebagai persiapan untuk menghadapi persalinan,

agar persalinannya normal dan relatif cepat dan aman. Senam hamil

boleh dilakukan setelah usia kehamilan 28 minggu, kecuali terdapat

komplikasi tertentu padakehamilan. Sebelum memutuskan untuk

mengikuti senam hamil sebaiknya ibu hamil berkonsultasi dulu dengan

bidan atau dokter.

1) Latihanpernapasan

Bertujuanmenciptakan ketenangan, memepercepat sirkulasi darah,

mencakupi kebutuhan oksigen pada ibu dan bayi.

2) Latihan ototabdomen

Bertujuan untuk membantu proses kelahiran dengan cara

menguatkan otot yang terkait.

3) Latihan ototpanggul

Bertujuan untuk mengurangi keluhan sakit pinggang dan


menimbulkan rasa nyaman daerah sekitar panggul.

4) Latihan antisungsang

Tujuannya adalah memperbaiki posisi bayi sungsang menjadi posisi

kepala dibawah, ambil posisi merangkak, kepala menengok ke

samping, tekuk kedua siku tempelkan pada lantai, bukakedua siku

hingga dada menyentuh lantai. Dapat dilakukan selama 15 menit atau

sesuai kemampuan ibu.

Gambar 2.2 latihan anti sungsang


Suparmi,2019

5) Latihanjongkok

Tujuannya untuk mengukur kekuatan otot dasar panggul, mencegah

konstipasi dan kram pada betis. Posisi berdiri dengan kaki dibuka 45

cm, jongkok sambil rotasikan keluar kedua lutut tanpa mengangkat

tumil, bisa juga dilakukan dengan kedua tangan berpegangan pada

sesuatu yang kokoh. Dapat diulang 6 kali.

6) Latihankaki

Tujuannya adalah melancarkan aliran darah dan limfe sehingga

mencegah kram, bengkak dan tromboflebitis, juga untuk

mendapatkan kenyamanan.

7) Latihanrelaksasi
Bertujuan untukmengurangi stres pada masa kehamilan dan

mendapatkan pola tidur yang baik serta meningkatkan energi.

8) Istirahat dantidur

Ibu hamil dianjurkan untuk istirahat yang cukup minimal 6-7jam

malam hari dan 1-2 jam siang hari. Tidur siang dianjurkan padabagi

ibu hamil karena menguntungkan dan baik bagi kesehatan, jika tidak

dapat memejamkan mata cukup barbaring saja, dengan posisi miring

kiri untuk meningkatkan sirkulasi darah pada uterus khususnya

uteroplasenter.

9) Imunisasi pada masakehamilan

Imunisasi yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah imunisasi

tetanus toxoid untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

10) Travelling bagi ibuhamil

Wanita hamil yang sehat tidak dilarang untuk bepergian yang tidak

berefek buruk bagi kesehatan, perjalanan biasanya dilakukan secara

bertahap(misalnya setiap dua jam istirahat), sehingga ibu memiliki

waktu untuk beristirahat dalam perjalananjauh.

11) Pekerjaan bagi ibuhamil

Setiap pekerjaan yang menyebabkan wanita hamil mengalami

tekanan fisik yang berat harus dihindari dan selama bekerja harus

disediakan waktu istirahat yang cukup, wanita yang kehamilan

sebelumnya bermasalah dengan kemungkinan dapat seperti BBLR,

abortus, partus prematurus, sehingga ibu harus meminimalkan

pekerjaan yang bersifat fisik.


8. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil TrimesterIII

Menurut suparmi2019. kebutuhan psikologis pada ibu hamil yaitu:

DukungankeluargaDukungan suami memiliki peran penting bagi

kesejahteraan ibu dan janin sejak masa kehamilan sampai setelah

melahirkan, seperti memberi ketenangan pada istri, menjaga kesehatan

istrinya, mengantar periksa kehamilan, membantu sebagian pekerjaan

istri dan memberi pijatan ringan ketika istri merasakan pegal. Dukungan

keluarga juga memiliki peran penting bagi kesejahteraan ibu dan janin.

a. Dukungan tenagakesehatan

Dukungan yang dapat diberikan tenaga kesehatan berkaitan dengan

kehamilan adalah memberikan informasi secara lengkap pada ibu hamil

serta mengikutsertakan suami dan keluarga dengan tujuan dapat

membantu ibu hamil melewati masa kehamilannya dengan aman dan

nyaman.

b. Persiapan menjadi orangtua

Persiapan menjadi orang tua perlu dilakukan untuk melewati masa

transisi dengan baik, yaitu dari peran sebagai orang tua yang

menantikan kelahiran bayi dan menjadi orang tua yang bertanggung

jawab, menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua

komponenyaitu: Keterampilan kognitif motorik, yaitu mencakup tentang

aktivitas perawatan anak seperti cara memberi makan, mengenakan

pakaian, menggendong, membersihkan bayi dan menjaga bayi

daribahaya. Keterampilan kognitif efektif (bersifat keibuan/kebapakan),

yang meliputisikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian

terhadap
kebutuhan dan keinginananak.

c. Persiapan siblingryvalry

Saudara kandung atau anak terdahulu harus disiapkan terhadap

kelahiran adiknya agar tidak terjadi sibling rivalry, adapun tindakan

yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi sibling

rivalry adalah:

1) Anak diberitahu sejak awalkehamilan

2) Beri anak kesempatan untuk merasakan gerakan bayi dan jelaskan

3) bahwa rahim ada tempat khusus bayitumbuh

4) Anak dapat membantu menyimpan baju bayi di laci atau membantu

menyiapkan tempat tidurbayi.

B. AsuhanAntenatal

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (prawirohardjo.2018).

Antenatal care adalah upaya pencegahan danmempunyai tujuan untuk

mencegah tejadinya hal-hal yang kurang baik bagi ibu dan bayi,

(Handono.2018).

Tujuan asuhan antenatal menurut Handono, 2018, tujuan asuhan antenatal

meliputi:

1) Tujuan asuhan antenatal terhadapibu

a) Untuk mengurangi penyulit-penyulit masaantepartum.

b) Untuk mempertahankan kesehatan jasmani maupun rohani ibu.

c) Supaya persalinan dapat berlangsung dengan aman.

d) Supaya ibu dapat memenuhi segala kebutuhanjanin.


Tujuan terhadapanak

a) Mengurangi prematuritas, kelahiran mati, dan kematian neonatal

b) Agar bayi dalam keadaan kesehatan yangoptimal

2) Jadwal pemeriksaan Antenatal

Asuhan Antenatal Care (ANC) adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin 6x selama kehamilan

(36mg).

a) Trimester I: 2 Kali, sebelum minggu ke 0-14

b) Trimester II : 1 Kali, sebelum minggu ke 15-28

c) Trimester III : 3 Kali, antara minggu 28-36 atau setelah 36 mgg.

(Medical Mini 2020)

3) Frekuensi Antenatal care

Selama kehamilan ibu hamil dianjurkan kunjungan antenatal care dengan

frekuensi 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan,

apakah mengalami komplikasi atau tidak, untuk frekuensi usia kehamilan

8 bulan dianjurkan untuk kunjungan 2 kali dan untuk usia kehamilan 9

bulan dianjurkan untuk kunjungan 2 minggu lagi atau jika ibu ada keluhan

dan ada tanda-tanda bahaya kehamilan.

4) Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan

Menurut Indrayani (2018) terdapat enam standar dalam standar pelayanan

antenatal antara lain :

a) Standar 1 : Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan memotivasi ibu,


suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b) Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama

untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal, deteksi

kelainan dalam kehamilan khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,

PMS/HIV-AIDS, memberikan pelayanan imunisasi, penyuluhan dan

konseling serta mencatat data pada setiap kunjungan.

c) Standar 3 : Palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

usia kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin

dan masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk deteksi

kelainan serta melakukan rujukan dengan tepat.

d) Standar 4 : Pengelolahan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

e) Standar 5 : Pengelolahan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan dapat mendeteksi setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenal tanda dan gejala pre-eklamsia serta

penatalaksanaan dan rujukan yang tepat.

f) Standar 6 : Persiapan persalinan


Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami dan

keluarganya pada trimester III untuk memastikan persiapan persalinan

yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan, persipan

transportasi dan biaya.Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah.

Menurut (Elisabeth 2019) pelayanan ANC minimal 10T, , yakni :

1. Timbang berat badan dan tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran <145 cm. berat badan ditimbang setiap ibu datang atau

berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.

Kenaikan ibu hamil normal rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg.

2. Tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan

darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan

preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita pikirkan kearah

anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole: 110/80-

120/80 mmHg.

3. Pengukuran lingkar lengan atas(LILA)

Bila< 23, 5 cm, mnunjukkan ibu hamil menderita kurang energi

kronis (Ibu hamil dengan KEK) danberesiko melahirkan bayi berat

lahir rendah(BBLR).

4. Penentuan letak janin (Presentasi janin) dan penghitungan denyut

jantungjanin.

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada


masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit

atau lebih dari 160 kali/ menit menunjukkan ada tanda gawat janin,

segera rujuk.

5. Pengukuran tinggi fundus uteri

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik no pada tepi atas

sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh

ditekan).

Tabel 2.2
Penambahan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Tinggi fundus uteri Usia Kehamilan Dalam
(TFU) Minggu
12cm 12
16cm 16
20cm 20
24cm 24
28cm 28
32cm 32
36cm 36
40cm 40
(Sumber: Elisabeth Siwi Walyani, 2019)

6. Pemberian imunisasi TT

Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

toksoid sesuai status Untuk mencegah terjadinya neonates neonatorum, ibu

hamil harus mendaptkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, dapat

dilakukan skrining status imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan

status imunisasi ibu saat ini (indrayani, 2018).

Table 2.3
Jadwal
Imunisasi
Interval (Selang waktu
Imunisasi minimal) Masa Perlindungan
TT1 Pada kunjungan ANC pertama Tidak ada
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
(Sumber Elisabeth Siwi Walyani, 2018)

7. Pemberian tablet tambahdarah

Pemberian tablet FE pada ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet

tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah

diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8. TesLaboratorium

1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila

diperlukan.

2) Tes hemoglobin utnuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia).

3) Tes pemeriksaanurine, Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai

indikasiseperti malaria, HIV, Sifilis danlain-lain.

9. Konseling ataupenjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,

pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisisasi menyusu dini

(IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluargaberencana

dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertah

ap pada saat kunjungan ibu hamil.

10. Temu wicara

Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibat ibu, suami,

keluarga dan masyarakat. Merencanakan persiapan rujukan meliputi:


a) Mengidentifikasi rencana atau rujukan dan bentuk transportasi untuk

mencapai tempat tersebut.

b) Membuat rencana penyediaan donor darah

c) Mengadakan rencana persiapan financial

d) Mengidentifikasi seorang pembuat keputusan kedua bila pembuat

keputusan pertama tidak ada ditempat (Indrayani, 2018).

5) Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap

saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan sekama

kehamilan.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen

sebagai berikut :

a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta

rujukan bila diperlukan.

c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

d) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika

terjadi komplikasi(Elisabeth 2018).

Teknis pemberian pelayanan Antenatal

a. Kunjungan awal/Pertama

1) Anamnessa

a) Identitas

Nama, umur, pekerjaan, agama, dan alamat

b) Keluhan utama
Sadar/tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata ingin periksa

hamil, atau ada keluhan/masalah lain.

c) Riwayat kehamilan sekarang

Meliputi HPHT dan apakah normal, gerak janin (kapan mulai

dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi), masalah atau

tanda- tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim ada

kehamilan,penggunaan obat- obatan (termasuk jamu-jamuan),

kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan ibu.

d) Riwayat kebidanan yang lalu

Riwayat kebidanan yang lalu meliputijumlah anak, anak yang lahir

hidup,persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau

kegagalankehamilan, persalinandengan tindakan(forceps, vakum,atau

operasi seksio secaria),riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan

atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat

badan bayi <2.500 gram atau >4.000 gram, dan masalah-masalah lain

yang dialami(Elisabeth2018).

e) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan termasuk penyakit - penyakit yang di dapat dahulu

dan sekarang seperti masalah-masalah kardiovaskuler, hipertensi,

diabetes atau malaria.

f) Riwayat sosial dan ekonomi

Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu

dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungn keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan


kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok dan minum-

minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, beban kerja dan

kebiasaan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan

untuk membantu persalinan.

2) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum dan kesadaran penderita

b) Tekanan darah

c) Nadi

d) Suhu

e) Tinggi badan

f) Berat badan (Elisabeth Siwi, 2018)

3) Pemeriksaan kebidanan

a. Pemeriksaan luar

1. Inspeksi

a. Muka

Priksa palpebra, konjungtiva, dan sklerah. Pemeriksaan palpebra untuk

memperkirakan gejalah oedema umum. Periksa konjungtiva dan sklera

untuk memperkirakan adanya anemi dan ikterik.

b. Mulut/ gigi

Periksa adanya karies, tongsil atau paringitis. Hal tersebut merupakan

sumber infeksi.

c. Jantung
Inspeksi bila tanpak sesaak kemungkinan ada kelainan jangtung yang dapat

meningkatkan terjadinya resiko yang lebih tinggi baik dari ibu maupun

bayinya. (Elisabeth Siwi, 2018).

d. Payudara

Inspeksi bentuk payudara, benjolan, pikmentasi puting susu. Palpasi adany

benjolan atau(tumor mamae) dan kolestrum (Elisabeth Siwi, 2018).

e. Abdomen

Infeksi pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan

kemungkinan tumor), fikmentasi di linie alba, nampak gerakan anak tau

kontraksi rahim, adakah strie grafi darum atau luka bekas oprasi. (Elisabeth

Siwi, 2018).

f. Tangan dan tungkai

Inspeksi pada tibiya dan jari untuk melihat adanya odema dan varises.Bila

terjadi odem pada tempat-tempat tersebut kemungkinan terjadinya

pereklamsi(Elisabeth Siwi, 2018).

g. Vulva

Infeksi untuk mengetahui adanya edema, varises, keputihan, perdarahan,

luka, cairan yang keluar, dan sebagainya. (Elisabeth Siwi, 2018).

2. Palpasi

Palpasi yaitu pemeriksaan kebidanan pada abdominal dengan menggunakan

manuver leopold untuk mengetahui keadaan janin didalam abdominal.

a. Leopold I

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus uteri dan

bagian yang teraba pada bagian fundus dan mengukur tinggi fundus uteri dari
simfisis untuk menentukan usia kehamilandengan menggunkan (kalau > 12

minggu) atau cara Mc. Donald dengan pita ukuran (kalau>22 minggu).

(Elisabeth Siwi, 2018).

Gambar 2.3 Leopold I


(Sumber: Indriyani, 2018)
b. Leopold II

Untuk menentukan letak punggung janin dan bagian kecil dan menentukan

daerah letak denyut Jantung Janin

Gambar 2.4 Leopold II


(Sumber: Indriyani, 2018)
c. Leopold III

Untuk menentukan presentasi janin atau apa dibagian janin yang berada di

segmen bawah uterus atau bagian bawah janin dan apakah bagian tersebut

sudah masuk rongga panggul atau belum.

Gambar 2.5 Leopold III


(Sumber: Indriyani, 2018)
d. Leopold IV

Untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin sudah masuk pintu

atas panggul (PAP). Di bawah ini metode perlimaan:

a. 5/5 (lima per lima) jika bagian terbawah janin seluruhnyateraba di atas

simfisis pubis.

b. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki PAP.

c. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga

panggul.

d. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih di atas simpisis

dan 3/5 bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak

dapat digerakan).

e. 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin

yang berada di atas simpisis dan 4/5 bagian telah turun ke dalam rongga

panggul.

f. 0/5 bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar

dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga

panggul.

Gambar 2.6 Leopold IV


(Sumber: Indriyani, 2018)

Dengan menggunakan kedua tangan, tentukan apa yang menjadi bagian

bawah.

a. Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul,
dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.

b. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum

masuk panggul.

c. Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala

sudahmasuk panggul. (Yuliani, 2018).

Tabel 2.4
Metode perlimaaan
Perlimaan Keterangan
Jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba
5/5
diatas simfisis pubis
4/5 Jika 1 jari sudah masuk PAP
3/5 Jika 2 jari masuk PAP
Jika 3 jari telah turun melewati bidang tengah
2/5
rongga panggul (tidak dapat digerakkan)
4 jari telah masuk kedalam rongga panggul
1/5
dan 1 jari berada diatas simfisis
Seluruhnya sudah masuk kedalam rongga
0/5 panggul dan tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar
Sumber : Indrayani (2018).

3. Auskultasi

Auskultasi dengan menggunkan stetoskop monoaular atau doopler untuk

menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi.

Frekuensi, keterturan, dan kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120-160/menit.

Bila DJJ <120 atau >160/menit maka kemungkinan janin atau plasenta.

4. Pemeriksaan Ginekologik (Pemeriksaan Dalam/Bimanual)

a. Genitalia Eksterna

Inpeksi luar : Pemeriksaan varises, perdarahan, adanya luka atau tidak,

cairan yang keluar, pengeluaran, dan kelenjar bartholini: bengkak (massa),

cairan yang keluar(Vivian, 2018).

b. Genitalia Interna
Pemeriksaan serviks meliputi cairan: yang keluar, luka (lesi), kelunakan,

posisi, mobilisasi, tertutup atau membuka. Keadaan vagina meliputi cairan

yang keluar, luka dan darah. Ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan,

massa (pada trimester pertama). (Vivian 2018).

5. Perkusi

Mengetukkan pengetukkan pada daerah patella untuk memastikan adanya

reflex pada ibu. (Elisabeth Siwi, 2018).

1. Pemeriksaan Laboratorium

Merupakan hal penting untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil. Jika

masalah dapat tertangani, maka akan mencegah kematian dan kesakitan.

Pemeriksaan laboratorium meliputi; Pemeriksaan Hb, Protein urine,

Glukosa dalam urine, VDLR/RPL, Faktor rhesus, Golongan darah, HIV,

dan Rubella(Vivian, 2018).

2. Menentukan Usia Kehamilan

Menentukan usia kehamilan dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut :

a. Lamanya amenorhoea (Hari Pertama Haid Terakhir/HPHT )

b. Dari Tingginya Fundus Uter. (Sri Astuti, 2018 ).

3. Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan

setelah kunjungan antenatal pertama (Vivian Nanny2018).

4. Tujuan Kunjungan Ulang

Tujuan asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan

positif bagi ibu maupun bayinya.


5. Kegiatan dalam Kunjungan Ulang

a. Riwayat kehamilan sekarang

1. Menanyakan tentang gerakan janin dalam 24 jam terakhir.

2. Mendapatkan informasi tentang setiap masalah atau tanda bahaya

yang mungkin dialami klien sejak kunjungan terakhirnya.

3. Mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan lazim/yang

biasa dialami ibu hamil.

4. Menanyakan apakah klien mempunyai pertanyaan atau

kekhawatiran lain yang timbul sejak kunjungan terakhirnya.

5. Menanyakan bagaimana perasaan klien sejak kunjungan

terakhirnya.

6. Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan

teliti apa yang diceritakan ibu.

7. Selama pengambilan riwayat, bidan tetap membina hubungan

saling percaya dengan ibu dan keluarga.

b. Pemeriksaan fisik

a. Berat badan.

b. Tekanan darah.

c. Mengukur tinggi fundus uteri dengan tangan (> 12 minggu) atau

dengan pita ukur (> 28 minggu).

d. Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan

ganda jika (> 28 minggu).

e. Maneuver leopold untuk mendeteksi kelainan letak, presentasi

posisi, dan penurunan kepala janin (setelah >36 minggu).


f. Mengukur DJJ (dengan fetoskop kalau > 18 minggu.

g. Melakukan pemeriksaan seperlunya saja.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan proteinuria adalah cara efektif dalam mendeteksi

preeklamsi dalam, suatu keadaan yang membahayakan jiwa.

d. Pemberian suplemen, imunisasi, dan konseling

1) Memberikan zat besi 90 tablet mulai minggu ke-20.

2) Pemberian imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya telah

mendapatkannya.

3) Gizi: peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari,

mengonsumsi bahan makanan yang mengandung protein, zat besi,

minuman cukup cairan (menu seimbang).

4) Perubahan fisiologi: tambah berat badan perubahan pada

payudara, tingkat tenaga yang menurun rasa panas, varises,

hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan

(dianjurkan memakai kondom).

5) Menjelaskan pada ibu mengenai ketidaknyamanan normal yang

dialaminya.

6) Menanyakan pada ibu mengenai status nutrisi, suplemen zat besi,

dan tetanus toxoid.

7) Sesuai dengan usia kehamilan, ajarkanlah ibu mengenai pemberian ASI

termasuk di dalamnya menjelaskan cara perawatan payudara terutama

bagi ibu yang mempunyai putting susu yang rata/masuk ke dalam

dilakukan
dua kali sehari selama 5 manit, latihan (exercise) olahraga ringan,

istirahat, dan pertumbuhan janin.

8) Menjaga kebersihan diri terutama lipatan (ketiak bawah buah dada,

daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan keringkan.

9) Mendiskusikan rencana persiapan kelahiran/kegawat daruratan.

10) Mengajari ibu mengenali tanda bahaya pastikan ibu memahami apa yang

dilakukan jika menemukan tanda bahaya.

11) Petunjuk dini untuk mencegahan keterlambatan dalam mengambil

keputusan dan upaya rujukan saat terjadi komplikasi. Nasihat ibu hamil,

suaminya, ibu, atau anggota menyisihkan cukup dana untuk menutup

biaya perawatan kegawatdaruratan.

12) Jadwal kunjungan ulang berikutnya.

C. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan persalinan mengacu pada KEPEMENKES

NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan yang

meliputi :

Pengertian Standar Asuhan Kebidanan

Standar Asuhan Kebidanan adalah acuhan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dan

ruang lingkup praktik nya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari

pengkajian,perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,

perencanaan,implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

STANDAR I : Pengkajian
1 Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2 Kreteria Pengkajian

a) Data tepat, akurat dan lengkap

b) Terdiri dari Data Subjektif (hasil Anamnesa; biodata, Keluhan utama,

riwayat obstreri, riwayat kesehatan, dan latar belakang sosial budaya)

c) Data Objektif (hasil Pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)

STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

1. Pernyataan standar

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterprestasikan nya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

1. Diagnosa sesuai dengan nomen klatur Kebidanan

2. Masalah dirumuskan sesuia dengan kondisi klien

3. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan

STANDAR III : Perencanaan

1. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan.

2. Kriteria Perencanaan
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi

klien ; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara

komprehensif

b) Melibatkan klien atau pasien dan atau keluarga.

c) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien atau

keluarga.

d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

e) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

STANDAR IV : Implementasi

1. Pernyataan standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

2. Kreteria

a) Memperhatiakan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosisl- spiritual-kultural.

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (informconsent)

c) Melaksanakan tidakan asuhan berdasarankan evidence based


d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

e) Menjaga privasi klien/pasien

f) Melaksanakan prinsp pencegahan infeksi

g) Mengikuti perkembangan kondidi klien secara berkesinambungan.

h) Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

i) Melakukan tindakan sesuai standar

j) Mencatat semua tindakan yang telah di lakukan.

STANDAR V : Evaluasi

1. Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

2. Kreteria Evaluasi

a) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klie.

b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada kien dan

atau keluarga.

c) Evaluasi dilakukan dengan sesuai standar.

d) Hasil evalusai ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien atau

pasien.

STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1. Pernytaan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas,


mnegenai keadaan dan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

2. Kreteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

a) Pencatatan dilakukan secara setalah melaksanakan asuhan pada

formu;ir yang tersedia (Rekam medis/KMS?Status pasien/buku KIA.

b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

c) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

d) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

e) A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

f) Padalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan (KEPEMENKES,

2018)

B. PERSALINAN

a. Pengertian Persalinan

Persalinan secara alami adalah persalinan yang mengacu pada proses

persalinan dan kehamilan tanpa interpensi medis dan obat-obatan

penghilang rasa sakit, namun membutuhkan dukungan. Melahirkan

secara alami merupakan bagian dari perencanaan ibu hamil. Dalam

banyak kasus, intervensi medis minimal di perlukan(Indrayani, 2018:20)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalianan normal adalah persalinan yang terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (> 37 minggu) tanda adanya penyulit

(Medical Mini-Obstetric Edition, 2018)


b. Tanda-Tanda dalam Persalinan

Menurut Indrayani (2018) tanda dan gejala menjelang persalinan, antara

lain:

1. Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat:

a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya

semakinbesar.

c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.

d) Makin beraktivitas (jalan-jalan) kekuatan makin bertambah

e) Pengeluaran lendir dan darah (blood show)

2. Perubahan serviks

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan:

a) Pendataran dan pembukaan

b) Pembukaan menyebabkan sumbatan lendir yang terjadi pada

kanalis servikalis lepas dan bercampur darah (bloody show) karena

kaapiler pembulu darah pecah.

Bloody show merupakan flak lendir disekresi serviks sebagai hasil

proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan.flak ini

menjadi sawar dan pelindung dan menutup jalan lahir selama

kehamilan.

c) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan namun, sebagian besar ketuban baru pecah

menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecah ketuban diharapkan

persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam.

Terkadang sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan

pesalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya di tandai

dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika ibu

mengalami tanda-tanda persalinan semu,ia akan merasakan

kontraksi yang menyakitkan, namu kontaksi tersebabkan penipisan

dan pembukaan serviks persalinan semu terjadi beberapa hari atau

beberapa minggu sebelum permulaan persalian sesungguhnya.

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Sebab - sebab terjadinya persalinan sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, kemungkinan adanya banyak faktor yang saling berkaitan, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor. Beberapa teori yang kompleks yang

dianggap berpengaruh terhadap kejadian persalinan, yaitu faktor hormon,

struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.

Perlu kita ketahui hormon - hormon yang dominan saat hamil, antara lain

1. Estrogen

a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim

b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

2. Progesteron

a) Menurunkan sensivitas otot rahim


b) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

Pada masa kehamilan, kadar hormone estrogen dan progesterone berada

pada kondisi yang seimbang sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

Dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadi perubahan keseimbangan

estrogen dan progesterone yang memicu hipofisis posterior mengeluarkan

oksitosin. Oksitosin yang di keluarkan tersebut menyebabkan timbulnya

kontraksi uterus, yang disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi

Braxton Hicks kekuatan akan menjadi dominan saat mulainya persalinan,

oleh karena itu makin tua hamil frekuansi kontraksi makin sering. Oksitosin

dan dan prostaglandin makin meningkat mulai dari usia kehamilan minggu

ke 15. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot uterus dapat

memberikan pengaruh penting untuk dimulainya kontraksi uterus.

Penurunan kadar hormone progesterone saat menjelang persalinan

menyebabkan terjadinya kontraksi uterus . Kontraksi uterus menyebabkan

penurunan bagian terendah janin hingga masuk pintu atas panggul.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan beberapa teori yang

menyatakan kemungkinan menyebabkan persalinan antara lain:

3. Teori Keregangan

Otot uterus mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga terjadi persalinan.

Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan


iskemia otot- otot uterus. Hal ini mungkin merupakan factor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasma sehingga plasenta mengalami

degenerasi.

4. Teori Penurunan Progesterone

Proses kematangan plasenta terjadi sejak usia kehamilan 28 minggu, dimana

terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan

dan buntu. Villi chorionic mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan otot

uterus lebih sensitive terhadap oksitosin sehingga uterus bekontraksi setelah

tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

5. Teori Oksitosin Internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone mengubah sensitivitas otot uterus,

sehingga sering terjadinya kontraksi Braxton hicks. Dengan semakin tuanya

kehamilan kadar progesterone menurun, oksitosin meningkat sehingga

terjadinya persalianan.

6. Teori Prostaglandin

Peningkatan kadar prostaglandin sejak usia kehamilan 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua. Apabila di berikan prostaglandin saat hamil dapat

menyebabkan kontraksi uterus sehingga hasil konsepsi dikeluarkan, karena

prostaglandin di anggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

7. Teori Hipotalamus – Pituitary – Glandula Suprarenalis

Teori hipotalamus –pituitary – glandula suprarenalis ini ditunjukkan pada

kasus anesafalus. Pada kehamilan dengan anesefalus sering terjadi

kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian

kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya)


persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan

antara hipotalamus dan pituitary dengan mulainya persalinan, sedangkan

glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

8. Teori Berkurangnya Nutrisi

Teori berkurangnya nutrisi pada janin pertamakali dikemukakan oleh

hipokrates, dimana ia mengemukakan apabila nutrisi pada janin berkurang

maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

9. Teori Plasenta Menjadi Tua

Semakin tuanya plasenta akan menyebabkan penurunan kadar estrogen dan

progesterone yang berakibat pada kontriksi pembuluh darah sehingga

menyebabkan uterus berkontraksi.

10. Teori Iritasi Mekanik

Berdasarkan anatominya, pada bagian belakang serviks terdapat ganglion

servikale (fleksus frankenhauser). Penurunan bagian terendah janin akan

menekan dan menggeser ganglion sehingga menyebabkan kontraksi.

(Indrayanim, 2018)

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan

1. Passage Way (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan

lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang

keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses

persalinan. Oleh karena itu, ukuran dan bentuknya harus sesuai (Indrayani,

2018)
2. Passenger ( janin dan plasenta)

Passanger (janin/plasenta) bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan

lahir, maka dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai

janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada

kehamilan normal (Indrayani, 2018)

3. Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunteer

secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

Kontraksi involunteer disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya

persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha involunteer dimulai untuk

mendorong yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini

memperbesar kekuatan kontraksi involunteer.

4. Posisi ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan posisi

tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih

hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak

meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak

memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi

uterus yang lebih kuat dan efisien dapat membantu penipisan dan dilatasi

serviks. Pada posisi tegak dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat

juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu, mencegah

kompresi pembuluh darah (Indrayani, 2018)


5. Psikologis

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak

memahami apa yang ada dalam dirinya atau yang disampaikan padanya.

Wanita bersalin mengatakan kekhawatiran jika ditanya. Perilaku dan

penampilan ibu serta pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang

jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi

sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan

hasil akhir persalinan. Dukungan psikologi dari orang-orang terdekat akan

membantu memperlancar proeses persalinan yang sedang

berlangsung.membantu Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan

menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi

sentuhan, masase punggung (Indrayani, 2018)

e. Mekanisme Persalinan

Merupakangerakanjaninyangmengakomodasikandiri terhadap panggul

ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiranmelalui vagina oleh karena janin

itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul.

Diameter- diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan

diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui

panggul untuk dilahirkan. Persalinan dengan presentasi belakang kepala

ditemukan hampir sekitar 96% dari semua kehamilan. Pada kebanyakan

kasus, kepal janin memasuki panggul dengan sutura sagitalis pada diameter

panggul melintang, ( Indrayani,2018).

a. Diameterkepala

Berikut ini adalah diameter kepala janin yang berpengaruh untuk


membentuk presentasi janin, antara lain:

1. Diameterbiparietal

Merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di

dalam definisi penguncian atau fiksasi(engagement). Engagemen

adalah peristiwa ketika diameter biparietal melalui PAP dengan sutura

sagitalis melintang/obliq di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.

2. Diametersuboksipitobregmantika

Jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel: ini adalah

diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.

3. Diameteroksipitomental

Merupakan diameter terbesar dari kepala janin: ini adalah diameter

yang berpengaruh membentuk presentasi dahi

Gambar 2.7 fleksi kepala terhadap


peningkatan kepalajanin.(indrayani, 2018)

b. Gerakan-gerakan kardinal pada persalinan dengan presentasi

belakangkepala

Panggul ibu mungkin mempunyai bentuk yang berbeda dan ukuran tertentu,

sedangkan ukuran-ukuran kepala anak hampir sama dengan ukuran-ukuran

dalam panggul, maka jelas kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul mulai dari pintua atas panggul (PAP) ke bidang tengah panggul dan

pada pintu bawah panggul (PBP), untuk menyelesaikan persalinan.


Perubahan-perubahan posisi kepala janin terhadap segmen panggul inilah

disebut dengan “mekanisme persalinan”. Gerakan-gerakan cardinal pada

persalinan normal meliputi penurunan, fleksi, putaran paksi dalam(rotasi

internal), ekstensi, putaran paksi luar (rotasi eksternal),ekspulsi.

1. Penurunan

Turunnya kepala dapat dibagi dalam:

Masuknya kepala pada pintu atas panggul (PAP) Masuknya kepala

melintas PAP dapat terjadi dalam keadaan:

a) Sinklitismus

Dikatakan sunklitismus apabila arah sumbu kepala janin tegak lurus

dengan bidang PAP

Gambar 2.8 sinklitismus


(indrayani, 2018)

b) Asinklitismus

(1) Asinklitismus anterior(Naegele)

Dikatakan asinklitismus anterior (naegele) jika sumbu kepala

membuat sudut lancip ke depan dengan PAP atau sutura sagitalis

mendekati simpisis.
Gambar 2.9 asinklitismus
(indrayani, 2018)

(2) Asinklitismus posterior(litzman)

Dikatakan Asinklitismus posterior (litzman) apabila sumbu kepala

membuat sudut kanan

kebelakangdenganPAPatassuturasagitalismendekati promontorium.

Gambar 2.10 asinklistismus posterior


(indrayani, 2018)

2) Majunya kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk dalam

rongga panggul, sebaliknya pada multipara masuknya kepala dalam

rongga panggul majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan lain

seperti: fleksi,putaran paksi dalam dan ekstensi.

3) Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil

jelas lebih rendah dari ubun-ubun biasa. Keuntungan dari bertambah fleksi

ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir. Diameter

suboksipito bregmatika(9,5cm)menggantikandiameter suboksipitofontalis

(12,5 cm) .
Gambar 2.11 fleksi pada bayi
(indrayani, 2018)

1) Putaran paksi dalam (rotasiinternal)

Putaran paksi dalam adalah gerakan pemutaran kepalam dengan suatu

cara yang secara perlahan menggerakan oksiput dari posisi asalnya ke

anterior menuju simfisis pubis atau ukuran sering ke posterior menuju

lubang sakrum.

Gambar 2.12 putaran paksi dalam


(indrayani, 2016)

2) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala yang telah fleksi penuh

sampai di dalam panggul (vulva), terjadi ekstensi atau defleksi dari

kepala sehingga dasar oksiput langsung menempel pada margo inferior

(tepi bawah) simfisis pubis. Hal ini terjadi karena pintu keluar vulva

mengarah ke atas dan ke depan, sehingga kepala harus mengadakan

ekstensi untukmelaluinya.
3) putaran paksi luar (rotasieksternal)

Disebut juga putaran restitusi atau putaran balasan. Setelah kepala

lahir maka kepala memutar kembali kearah punggung anak untuk

menghilangkan torsi (proses memilin) pada leher yang terjadi pada rotasi

dalam. Kalau oksiput pada awalnya mengarah ke kiri, bagian ini berotasi

kearah tuberositasiskhium kiri. Kembalinya kepala ke posisi obliq

(restitusi) diikuti dengan lengkapnya rotasi luar di posisi lintang, suatu

gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin, yang bekerja membawa

diameter biakromialnya (ukuran bahu) berhimpit dengan diameter antero

posterior PBS. Jadi satu bahu ada di anterior di belakang simfisis dan

yang lainnya posterior.

4) Ekspulsi

Segera setelah rotasi luar, bahu depan kelihatan di bawah simfisis

dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian

bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah

dengan paksi jalan lahir

Gambar 2.13 Ekspulsi


(indrayani,2018)

f. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang di gunakan selama persalinan. Tujuan

patograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan

mendeteksi apakah peroses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, patograf

akan membantu pertolongan persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan,

kondisi ibu dan janin, asuhan yang di berikan selama persalinan dan

kelahiran, serta menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat keputusan kelinik

yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan patograf secara rutin akan

memastikan ibu dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan secara aman

dan tepat waktu. Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat

mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo,2018)

A. PENGGUNAAN PATOGRAF
World Health Organiization (WHO, 2000) telah memodifikasi patograf

agar lebih sederhana dan lebih mudah digunakan. Fase laten telah di

hilangkan, dan pencatatan pada partograf dimulai dari fase aktif ketika

pembukaan servik 4 cm.

Patograf harus di gunakan untuk semua ibu dalam fase aktif persalinan

sampai dengan kelahiran bayi, sebagai elemen penting akan persalinan, semua

tempat pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, kelinik bidan swasta, rumah

sakit, dan lain-lain), semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (sepesialis Obsetrti dan

Ginekologi, Bidan, Dokter umum, Residen, Mahasiswa kedokteran)


B. HALAMAN DEPAN PATOGRAF

Halaman depan patograf mencantumkan bhwa ovservasi yang di mulai dari

fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-

hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:

1. Informasi tentang ibu

a) Nama, umur:

b) Gravida, Para, Abortus (keguguran)

c) Nomor catatan medik/ nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai di rawat (atau jika di rumah: tanggal dan

waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).

2. Waktu pecahnya selaput ketuban.

3. Kondisi janin

a) DJJ (denyut jantung janin)

b) Warna dan adanya air ketuban.

c) Penyusupan (molase) kepala janin.

4. Kemajuan persalinan:

a) Pembukaan servik

b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentasi janin

c) Garis waspada dan garis bertindak.

5. Jam dan waktu

1) Waktu mulai fase aktif persalinan

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

6. Kontraksi uterus

Ferkuensi dan lamanya


7. Obat-obatan dan cairan yang diberikan

a) Oksitosin

b) Obat-obatan lainnya dan ciran I.V. yang di berikan

8. Kondisi ibu

a) Nadi, tekanan darah, dan tempratur tubuh

b) Urin (volime, aseton atau protein)

9. Asuhan, pengamatan dan kepuusan kelinik lainnya (dicatat dalam kolom

tersedia di sisa patograf atau di catatan kemajuan persalinan)

(Prawirohardjo,2018)

g. Tahapan Persalinan

Menurut Indrayani (2018), Dalam proses persalinan ada beberapa tahapan

yang harus di lalui oleh ibu, tahapan tersebut dikenal dengan empat kala,

yaitu:

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan

serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

a) Fase Laten Persalinan :

Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

danpembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks mencapai 3 cm

atau serviks membuka kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hampir atau

hingga 8 jam.

b) Fase Aktif Persalinan:

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat, (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau


lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau

lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan

bagian terbawah janin.Fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Fase Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2. Fase Dilatasi Maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3. Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (Indrayani, 2016: 43-44).

Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan

harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah dalam catatan kemajuan

persalinan atau Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil. Tanggal dan waktu

harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan.

Semua asuhan dan intervensi harus dicatat. Kondisi Ibu dan bayi harus

dicatat secara seksama, yaitu:

a) Denyut jantung janin: setiap 30 menit

b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit

c) Nadi : setiap 30 menit

d) Pembukaan serviks, penurunan kepala,penyusupandan

ketuban: setiap 4 jam atau bila ada indikasi

e) Tekanan darah dan temperatur : setiap 4 jam

f) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Apabila ditemukan adanya kondisi yang tidak normal, maka pemantauan

harus dilakukan lebih sering. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam. Partograf terdiri dari

dua halaman depan, yang digunakan untuk mencatat informasi penting

mengenai persalinan (Indrayani, 2018)

c) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase

aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan. termasuk :

(1) Kolom Tentang Ibu : Nama, umurGravida, para, abortus (keguguran),

nomor catatan medis/nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai

dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai

merawat ibu), dan waktu pecahnya selaput ketuban.

(2) Kondisi Janin meliputi : DJJ, warna dan adanya air ketuban, dan

penyusupan (molase) kepala janin

(3) Kemajuan Persalinan meliputi: Pembukaan serviks, penurunan bagian

bertindak.

(4) Jam dan Waktu meliputi : waktu mulai fase aktif

persalinan, dan waktu aktual saat pemeriksaan atau

penilaian

(5) Kontraksi Uterus meliputi : Frekuensi dan lamanya

(6) Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan meliputi Oksitosin, dan obat-

obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

(7) Kondisi Ibu meliputi : Nadi, tekanan darah dan

temperatur tubuh, dan Urin (volume, aseton atau protein).

(8) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatatdalam kolom

yang tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan).


( Indrayani, 2018)

d) Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang

terjadi selama proses persalinan dan kelahiran serta tindakan-tindakan yang

dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).

Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Halaman

belakang partograf diisi sesuai dengan pertanyaan yang tertera. Khusus

pemantauan kala IV, dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama

persalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. (Indrayani, 2018)

e) Mengenali Masalah dan Penyulit Secara Dini ( Penapisan)

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya

kepala bayi dan plasenta dari rahim ibu. Namun penolong harus tetap

waspada terhadap masalah atau penyulit yang kakan terjadi.yang harus

diingat penolong bahwa “Menunda pemberian asuhan kegawatdaruratan

akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir”.

Jadi selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, penolong waspada terhadap

indikasi-indikasi dibawah ini dan melakukan tindakan segera selama kala

satu persalinan.

Rujuk ibu jika didapati salah satu atau lebih penyulit berikut ini :

(1) Riwayat seksio caesarea

(2) Perdarahan pervaginam

(3) Persalinan prematur (usia kehamilan <37 minggu)

(4) Ketuban pecah disertai dengan mekoneum kental

(5) Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)


(6) Ketuban pecah pada persalinan prematur (usia gestasi <37 minggu)

(7) Ikterus

(8) Anemia berat

(9) Tanda/gejala infeksi

(10) Hipertensi dalam kehamilan dan/atau pre-eklamsia

(11) Tinggi fundus 40 cm atau lebih

(12) Gawat janin

(13) Primipara dalam kala I fase aktif dan kepala janin masih 5/5

(14) Presentasi bukan belakang kepala

(15) Presentasi ganda (majemuk)

(16) Kehamilan ganda atau gemeli

(17) Tali pusat menumbung

(18) Syok

2. Kala II (Pengeluaran bayi)

Kala II persalinan dimulai saat pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. Kala II dikenal juga

dengan kala pengeluaran.

a) Tanda dan Gejala Kala II

Ibu merasakan ada dorongn kuat dan meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi,Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vaginanya,perineum tampak menonjol,vulva vagina dan

sfingter ani terlihat membuka,peningkatan pengeluaran lendir bercampur

darah. (Indrayani, 2018)

Pada kala II persalinan his/kontrksi yang semakin kuat dan teratur.


Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk meneran akan mendorong

bayi keluar. Kala II berlangsung hingga 2 jam pada primipara dan 1 jam pada

multipara.

Pada kala II, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ke ruang

panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan pada rektum

sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang ditandai dengan anus

membuka saat adanya his bagian terendah janin akan semakin terdorong keluar

sehingga kepala mulai terlihat, vulva membuka dan perineum menonjol. Pada

keadaan ini, ketika ada his kuat, pimpin ibu untuk meneran hingga lahir

seluruhbadan bayi. (Indrayani, 2018)

(a) Diagnosis Kala II

Diagnosis kala II dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam

yang menunjukkan :pembukaan serviks telah lengkap, terlihatnya bagian

kepala bayi pada introitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva

dengan diameter 5-6 cm.

(b) Penanganan

Kala II persalinan merupakan pekerjaan yang sangat sulit bagi ibu. Suhu

tubuh ibu akan meninggi, ia mengedan selama kontraksi dan ia kelelahan.

Petugas harus mendukung ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya.

Tabel. 2.5
Asuhan Kala
II

Tindakan Deskripsi dan Keterangan


Memberikan dukungan Kehadiran seseorang untuk :
terus menerus kepada - Mendampingi ibu agar merasa nyaman
ibu - Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu.
Menjaga kebersihan - Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari
diri infeksi
- Bila ada darah, lendir atau cairan ketuban segera
Dibersihkan
Mengipasi dan massase Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan
mental cara
a) Menjaga privasi ibu
b) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
c) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
dan keterlibatan ibu
Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi :
a) Jongkok
b) Menungging
c) Tidur miring
d) Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa
nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan
perineum dan infeksi
Menjaga kandung Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin
kemih tetap kosong
Memberikan cukup Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
minum
Memimpin mengedan Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambil nafas.
Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat
menurunkan pH pada arteri umbilikalis yang dapat
menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai
APGAR rendah.
Bernafas selama Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala
persalinan akan lahir.
Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan
mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
Pemantauan denyut Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan
Jantung janin tidak mengalami bradikardi (<120). Selama
mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran
darah dan oksigen ke janin.
Melahirkan bayi Menolong kelahiran kepala :
a) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar
defleksi tidak terlalu cepat.
b) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya
bila diperlukan.
c) Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari
kotoran lendir/darah.
d) Periksa tali Pusat
e) Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada
dua tempat kemudian digunting diantara dua
klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
f) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya :
g) Tempatkan kedua tangan pada kedua sisi kepala
dan leher bayi.
h) Lakukan tarikan lembut kebawah
i) Untuk melahirkan bahu depan
j) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk
melahirkan bahu belakang.Selipkan satu tangan
anda kebahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya kepunggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya.
k) Pegang erat bayi agar jangan sampai jatuh.
Bayi dikeringkan dan Setelah bayi lahir segera keringkan dan selimuti dengan
dihangatkan dari kepala menggunakan handuk atau sejenisnya, letakkan pada
sampai seluruh tubuh perut ibu dan berikan bayi untuk menetek.
Merangsang bayi a) Biasanya dengan melakukan
pengeringan cukup memberikan rangsangan
pada bayi.
b) Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada
bagian punggung atau menepuk telapak kaki
bayi.

(Sumber : Indrayani, 2018)

3. Kala III

Persalinan kala 3 dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup

beberapa hal di bawah ini:

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus

berbentuk bulat penuh, dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.Setelah

uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk

segitiga atau seperti buagh pear atau alpukat dan fundus berada di atas

pusat (seringkali mengarah kesisi kanan)

1. Tali pusat memanjang.

Tali pusat tterlihat menjulur keluar melalui vulva(tanda ahveld).

2. Semburan darah mendadak dan singkat


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan darah (retroplasental polling).Dalam ruang diantara dinding

uterus dan pembukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya

maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta terlepas.

b. Manajemen Aktif Kala III

Adapun manjemen aktif kala III yaitu : periksa uterus apakah ada janin

kedua,pemberian suntikan oksitosin, melakukan penegangan tali pusat

terkendali, massase uterus, periksa kelengkapan plasenta dan selaput janin,

dan pemeriksaan luka,robekan dan perdarahan. (Indrayani, 2018 )

4. Kala IV

Kala empat persalinan disebut juga dengan kala pemantauan kala empat

dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah perdarahan

yang mungkin disebabkan oleh antonia uteri ,laserasi jalan lahir dan sisa

plasenta. Oleh karena itu harus dilakukkan pemantauan ,yaitu pemantauan

kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

a) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan

b) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

c) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,melakukan asuhanyang sesuai

untuk menatalaksanakan atonia uteri.

Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian

pengeluaran darah postpartum .kekuatan his dapat diperkuat dengan member

obat uterotonika.Kontraksi ikutan saat menyusui bayi sering dirasakan oleh ibu
postpartum,karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis

posterior.Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi:

a) Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar mamae,

sehingga Asi dapat dikeluarkan.

b) Oksitosin merangsang kontraksi rahim

c) Oksitosin mempercepat involusi rahim

d) Kontraksi otot rahim yang disebabkan oksitosin mengurang perdarahan

postpartum. (Indrayani, 2018)

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

1. Perubahan kardiovaskuler

Pada saat kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk

ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah

jantung meningkat 10%-15%.

2. Perubahan tekanan darah

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem

sirkulasi. Peningkatan dan penurunan tekanan darah akan

memengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah diperlukan

untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam ateri, arterior, kapiler

dan sistem vena sehingga terbentunya suatu aliran darah yang

menetap.

Pada ibu bersalin, tekanan darah mengalami kenaikan/ peningkatan

selama terjadi kontraksi. Kenaikan sistolik berkisar 10-20 mmHg rata-

rata naik 15mmHg dan kenaikan diastolik berkisar antara 5-10mmHg

dan antara dua kontraksi, tekanan darah akan kembali normal pada

level sebelum persalinan.


3. Perubahan metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun

anaerob terus menerus meningkat seiring dengan kecemasan aktivitas

otot, peningkatan metabolisme ini di tandai dengan meningkatnya

sushu tubuh, denyut nandi, pernapasan, cardia 0utput dan kehilangan

cairan.

4. Perubahan sushu

Selama persalinan, sushu tubuh akan sedikit naik selama persalinan

dan segerah turun setelah persalinan. Perubahan sushu dianggap

normal apabila peningkatan sushu tidak melebihi o,5-1°C.

5. Denyut nadi

Terjadi perubahan yang mencolok selama kontraksi di sertai

peningkatan selama fase peningkatan; penurunan selama titik puncak

sampai prekuensi yang lebih rendah dari pada prekunsi diantara

kontraksi; dan selama fase penurunan hingga mencapai frekunsi lazim

di antara kontraksi. penurunan yang mencolok selama puncak

kontraksi uterus tidak terjadi jika ibi berada pada posisi miring bukan

terlentang. Frekuensi denyut nadi diantara kontarksi sedikit lebih

meningkat bila dibandingkan selama priode menjelang persalinan. Hal

ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama

persalinan.

6. Perubahan pernafasan

Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan

mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi


yang memanjang merupakan kondisi abnormal dan dapat

menyebapkan alkalosis respiratorik (ph meningkat), yaitu rasa

kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing dan hipoksia.

7. Perubahan ginjal

Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini di sebabkan oleh

meningkatnya cura jantung selama persalinan dan meningkatnya

filtasi glomerulus dan aliran plasma ginjal, sedangkan his uteus

menyebapkan kepalah janin semakn turun. Kandung kemih yang

penuh bisa menjadi hambatan untuk penurunan kepalah janin poliurah

menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat

aliran urin berkurang selama persalinan.

8. Perubahan gastrointestinal

Pergrakan lambung dan absorsi pada makanan padat sangat berkurang

selama persalinan hal ini di perberat dengan berukrangnya produksi

getah lambung, menyebapkan aktifitas pencernaan hampir berhenti,

dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat. Mual dan muntah

biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I.

9. Perubahan hematologi

Hemaglobin meningkat sampai 1,2gram/100 ml selama persalinan dan

akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah

pasca salin kecuali ada perdarahan post partum.

10. Perubahan pada uterus

Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama yaitu miometrium

(kontraksi uterus) dan servik. (Indrayani 2018)


i. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah suatu

kebutuhan manusia yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak

terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Kebutuhan

dasar manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis (tingkatan yang paling

rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan akan

dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi

diri.

Kebutuhan fisiologis diantaranyaadalah kebutuhan akan oksigen, cairan

(minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat

tinggal, personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu

bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan

lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk

dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene

(kebersihan personal), istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri,

penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan

persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda,

tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV. Adapun kebutuhan

fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:

(a) Kebutuhan Fisiologi Ibu Bersalin

1. Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu

diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana

oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin
melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat

menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu

kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan

pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi

udara perlu diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena

menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam ruangan tersebut tidak

terdapat banyak orang. Hindari menggunakan pakaian yang ketat,

sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi

kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat

adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.

2. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan

kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses

persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II,

III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang

cukup.

Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan),

merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi

untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan

hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan

dehidrasi pada ibi bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan

dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat

meningkatkan
risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan

janin, sehingga dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.

Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his,

dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami

dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan

eliminasi yang sedikit. Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh

anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk

cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II,

ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan

suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-

sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada

kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus

memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk

mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama

kelahiran bayi (pada kala II).

3. Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi

oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan

kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering

mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

a) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam

rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika

b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his


c) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena

bersama dengan munculnya kontraksi uterus

d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II

e) Memperlambat kelahiran plasenta

f) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih

yang penuh menghambat kontraksi uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar

mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu

ibu untuk berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak

dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin

sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung

kemih hanya dilakukan apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu

untuk berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan resiko

infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.

Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu

sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses

kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan

ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan

gejala kala

II. Apabila diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada

saat ibu masih berada pada kala I fase latent.

4. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan

bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal

hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax,

mengurangi
kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan

fisik dan psikis.

Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan

bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus),

dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.

Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi

sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan

untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu

proses yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara

ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga

dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan

pada ibu, dan dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan

apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di kamar mandi

dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan

ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu

ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya

infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin.

Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan melakukan

vulva hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang

bercampur antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke

bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misalnya

setelah ibu
BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri

ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang

dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban) dengan

baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus

segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang seharusnya.

Sebaiknya hindari menutupi bagian tinja dengan tisyu atau kapas ataupun

melipat undarpad. Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan,

selama 2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu

dapat dimandikan atau dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan bahwa

ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan penampung darah (pembalut

bersalin, underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala, karena

hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu bersalin. Untuk

memudahkan bidan dalam melakukan observasi, maka celana dalam

sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad

dapat dilipat disela-sela paha.

5. Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu

bersalintetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II,

III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan

pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan

fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa

berhenti sejenak untuk melepasrasa sakit akibat his, makan atau minum,

atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau
apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II,

sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan

observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat

kelelahan. Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI

dini harus tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan

dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan

meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

6. Posisi Dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada

kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah

mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I.

Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan

terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang

dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan

posisi meneran ibu.

Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi

persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif

posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak

efektif. Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk

menjaga agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin.

Dengan memahami posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat

menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan

persalinan normal. Semakin normal proses kelahiran, semakin aman


kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang prlu diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan:

1) Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,

menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat

mengendalikan persalinannya secara alamiah.

2) Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman.

3) Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri

bukanlah posisi berbaring. Menurut sejarah, posisi berbaring

diciptakan agar penolong lebih nyaman dalam bekerja. Sedangkan

posisi tegak, merupakan cara yang umum digunakan dari sejarah

penciptaan

manusia sampai abad ke-18.

Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap, ibu masih

diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya

disesuaikan dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu

dalam meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa jenuh

dan kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran janin.

Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk membantu mengurangi

rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan

(penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu

dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran suami/anggota

keluarga sangat bermakna, karena perubahan posisi yang aman dan nyaman

selama persalinan dan kelahiran tidak bisa dilakukan sendiri olah bidan. Pada

kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk,

berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun dorsal


recumbent maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan meneran.

Posisi terlentang selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari,

sebab saat ibu berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan

placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan menyebabkan

turunnya suplai oksigen utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia.

Posisi telentang juga dapat menghambat kemajuan persalinan. Macam-macam

posisi meneran diantaranya:

1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam membantu

kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan perineum.

2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa

sakit pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta

peregangan pada perineum berkurang.

3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan

kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu

bawah panggul, dan memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini

beresiko memperbesar terjadinya laserasi (perlukaan) jalan lahir.

4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi penekanan

pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat

memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat

mencegah terjadinya robekan jalan lahir.

5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat mengakibatkan:

hipotensi (beresiko terjadinya syok dan berkurangnya suplai oksigen dalam

sirkulasi uteroplacenter, sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa


nyeri yang bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami

gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang

bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada

syaraf kaki dan punggung.

Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum posisi

melahirkan dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi berbaring.

Secara anatomi, posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan

posisi yang paling sesuai untuk melahirkan, kerena sumbu panggul dan

posisi janin berada pada arah gravitasi. Adapun keuntungan dari posisi tegak

lurus adalah:

1) Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi dan tekanan

pada leher rahim dan mengurangi lamanya proses persalinan.

Pada Kala 1

(a) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri pada sumbu aksis

pintu masuk panggul dan kepala mendorong cerviks, sehingga

intensitas kontraksi meningkat.

(b) Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus.

(c) Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja

dan proses persalinan berlangsung lebih lama.

Pada Kala 2

(a) Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan dengan kekuatan

yang lebih besar, sehingga keinginan untuk mendorong lebih kuat

dan mempersingkat kala 2.


(b) Posisi tegak lurus dengan berjongkok, mengakibatkan lebih banyak

ruang di sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf penerima

dasar panggul yang ditekan, sehingga kadar oksitosin meningkat.

(c) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai dengan

anatomi dasar panggul, sehingga mengurangi hambatan dalam

meneran.

(d) Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim menekuk ke atas,

sehingga meningkatkan hambatan dalam meneran.

2) Meningkatkan dimensi panggul

(Perubahan hormone kehamilan, menjadikan struktur panggul

dinamis/fleksibel)

a. Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas panggul.

b. Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar mengakibatkan pintu ataas

panggul sedikit melebar, sehingga memudahkan rotasi kepala janin.

c. Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum (bergerak ke

belakang).

d. Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum. Pada posisi tegak,

sacrum bergerak ke dapan mangakibatkan tulang ekor tertarik ke

belakang.

e. Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak bergerak ke

belakang tetapi ke depan (tekanan yang berlawanan).

3) Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan kecilnya tekanan

pada pembuluh vena cava inferior


a) Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan amnion/janin mengakibatkan

adanya tekanan pada vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan

darah ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang setelah adanya

kontraksi.

b) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu, sehingga aliran oksigen

ke janin lebih baik.

4) Kesejahteraan secara psikologis

(a) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi

kurang kooperatif, ibu lebih banyak mengeluarkan tenaga pada posisi

ini.

(b) Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi lebih aktif, meneran

lebih alami, menjadi lebih fleksibel untuk segera dilakukan ‘bounding’

(setelah bayi lahir dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan disusui)

(b) Kebutuhan psikologis

a) Pemberian Sugesti

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu

dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan

berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk

melalui proses persalinan sebagaimana mestinya. Menurut psikologis

sosial individu, orang yang mempunyai keadaan psikis labil akan lebih

mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian juga pada wanita

bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil,

mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.

Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin

diantaranya adalah dengan mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan


yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal tersebut

berulang kali untuk memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya

akan baik-baik saja. Contoh yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi,

bidan membimbing ibu untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan

sugesti bahwa dengan menarik dan menghembuskan nafas, seiring dengan

proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu akan berkurang.

Sebaiknya bidan selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat

memotivasi ibu untuk tetap semangat dalam menjalani proses persalinan.

Inti dari pemberian sugesti ini adalah pada komunikasi efektif yang baik.

Bidan juga dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan

menyenangkan hati ibu dan suami/keluarga. Sikap ini akan menambah

besarnya sugesti yang telah diberikan.

b) Mengalihkan Perhatian

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses

persalinan berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya.

Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada

rasa sakit itu dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan,

maka rasa sakit justru akan bertambah.

Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan

untuk mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan

misalnya adalah dengan mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau,

mendengarkan musik kesukaannya atau menonton televisi/film. Saat

kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang

yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik
relaksasi, pengeluaran suara, dan atau pijatan harus tetap dilakukan.

c) Membangun Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun

citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin

yang memiliki kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan

secara normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi

akan berjalan dengan lancar, maka secara psikologis telah mengafirmasi

alam bawah sadar ibu untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses

persalinan berlangsung sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan

harapan ibu.

Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai

kepercayaan pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu

melakukan pertolongan persalinan dengan baik sesuai standar, didasari

pengetahuan dasar dan keterampilan yang baik serta mempunyai

pengalaman yang cukup. Dengan kepercayaan tersebut, maka dengan

sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan nyaman selama proses

persalinan berlangsung.

C. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi segera setelah lahir sampai dua puluh delapan

hari. ( Lidia Widia, 2018)

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir sampai usia 12 bulan dan

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan

(Anik Maryunani, 2018 ).


Bayi Baru Lahir adalahbayi yang lahir sampai usia kehamilan 4 minggu

sampai dengan usia kehamilan 38 minggu dan bayi yang baru lahir selama

satu jam pertama kelahiran. Bayi Baru Lahir Normal adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir

antara 2500-4000 gram.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000 gram,

nilai > 7 tanpa cacat bawaan, ( Rivanica, 2018)

b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1. Termoregulasi

a) Pengantar

(1) Bayi belum lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,

sehingga akan cepat mengalami stress dikrenakan adanya

perubahan lingkungan.

(2) Suhu dingin mengakibatkan air ketuban menguap lewat kulit,

sehingga mendinginkan darah bayi.

(3) Pada lingkungan dingin, pembentukan suu tubuh tanpa

mekanisme mengggil merupakan usaha pertama seorang bayi

yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

b) Cara mempertahankan suhu tubuh bayi normal untuk mencegah

kehilangan panass

(1) Uraian
(a) Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara

memadai dan dapat dengan cepat kedinginn jika kehiangan

panas tidak segera dicegah. Untukmencegah kehilangan panas,

mak sebagai petugas harus mengetahui mekanisme kehilangan

panas

(b) Dalam hal ini, bayi baru lahir memiliki kecendrungan menjadi

cepat stress karena perubahan lingkungan dan bayi harus

beradptasi dengan suhu lingkungan yang cenderung dingin

diluar. Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya

panas dari bayi baru lahir kelingkunganny, yang diuraikan di

bawah ini

(2) Empat mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahiradalah

senagai berikut:

1) Evaporasi

Evaporasi adalah cara kehilangan panas karenamenguapkancairan

ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh

tidak segera dikeringkan. Contohnya: bayi baru lahir yang tidak

dikeringkan dari cairan ammonium. Pencegahan kehilangan

panas: segera mengeringkan badan bayi dari cairan amnion

2) Konduksi

Konduksi adalah kehilanagan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan pemukaan yang dingin.Contoh: Bayi

diletakkan di atas meja, timbangan atau tempat tidur. Pencegahan

kehilangan panas: menempatkan bayi pada tempat yang hangat

dan janganmenggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa bayi

3) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi

terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.

Contohnya:membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif

dingin, adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat

bersalin. Pencegahan kehilangan panas: meneylimuti bayi

4) Radiasi

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh

lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Contohnya: bayi baru

lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi ditempatkan dekat

jendela yang terbuka. Pencegahannya letakan bayi di tempat yang

hangat dan selimuti bayi.

(3) Faktor predisposisi pada bayi yang dapat menyebabkan bayi

kehilanagn panas:

Melanjutkan penjelasan tentang mekanisme kehilangan panas pada bayi

di atas, sebenarnya kemampuan bayi untuk menghasilkan panas sudahh

edekuat, namun terdapat beberapa faktor predisiposisi pada bayi yang

dapat menyebabkan kehilangan panas secara berlebihan, yaitu:

(a) Permukaan kulit bayi baru lahir yang memfaslitasi hilangnya panas ke

lingkungan

(b) Lambatnya perlindungan panas tubuh karena tipisnya lapisan lemak

subkutan

(c) Mekanismeuntuk menghasilkan panas tidak seperti pada anak remaja

yang dapat mmproduksi panas dengan cara menggigil


(d) Pada bayi, memproduksi panas melalui nonshivering thermogenesis.

(e) Non-shivering thermogenesis dihasilkan dengan rangsangan sel

pernapasan karena meningkatnya konsumsi oksigen

(4) Mekanisme penggunaaan lemak coklat

(a) Sumber termoregulasi yang digunakan bayi baru lahir adalah dengan

penggunaan lemka coklat, lemak coklat berada di daerah inerskapula,

disekitar lehher, aksila, sekitar masuk toraks, disepanjang kolumna

vertebralis dan sektar ginjal.

(b) Panas yang dihasilkan dari aktifitas lipid dalam lemak coklat dapat

menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produski panas

hingga 100%.

(c) Cadangan lemak coklat lebih banya terdapat pada bayi baru lahir

cukup bulan di banding dengan bayi baru lahir premature, sehingga

badan harus lebih menjaga sistem termogulasi terutama pada byai

baru lahir premature. Lemak coklat tidak dapat di produksi kembali

oleh bayi baru lahir. Cadangkan lemak coklat akan habis dalam waktu

singkat dengan adanya stres dingin (Anik Maryunani, 2018)

2. Sistem Pernafasan

Sistem respirasi / pernafasan adalah sistem paling tertantang ketika perubahan

dari lingkungan intra uteri ke lingkungan ekstra uteri. Ketika struktur matang,

ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam

uterus, janin mendapatkan oksigen dari permukaan gas melalui plasenta dan

setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru (Indrayani, 2018).

Rangsangan gerakan pernafasan pertama :


a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu memalui jalan lahir (stimulasi

mekanik).

b) Penurunan Pa O2 dan Kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang

terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).

c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus

(simulasi sensorik).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 sesudah

lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain

adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan

merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya

pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam

tarikan belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, aka alveoli akan kolaps dan

paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus

masih dapat mempertahankan hidupnya karena danya kelanjutan metabolisme

anaerobik, (Indrayani, 2018)

3. Sistem Pencernaan

Berikut ini beberapa perubahan yang terjadi pada system pencernaan mulai dari

saat janin, saat lahir dan masa bayi baru lahir, antara lain :

a) Pada saat janin: pada saat janin masih dalam kandungan melakukan

kegiatan menghisap dan menekan pada usia kehamilan aterm.

b) Pada saat prsalinan: pada saat persalinan reflex gumoh dan batuk baru

terbentuk.

c) Pada saat bayi:


1) Reflek mengisap dan menelan ASI sudah dapat dilakukan bayi saat bayi

diberikan kepada ibunya untuk menyusu.

2) Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan

makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu

sebagai berikut :

(a) Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat

sederhana (monosakarida dan disakarida), tetapi untuk karbohidrat

yang kompleks belum terdapat.

(b) Hati merupakan organ yang belum matur:

(1) Aktivitas dari enzim glukoronil transferase belum maksimal

belum sehingga memengaruhi konjugasi bilirubin dengan asam

glukoronik, yang dapat menyebabkan ikterus fisiologis.

(2) Fungsi hati dalam pembentukan protein plasma belum maksimal

sehingga dapat menyebabkan terlihatnya edema pada bayi baru

lahir.

(3) Pada saat lahir, hati hanya menyimpan sedikit glikogen sehingga

bayi baru lahir cenderung untuk mengalami hipoglikemi yang dapat

dicegah dengan pemberian makanan yang efektif, seperti ASI.

(c) Kelenjar Saliva

(1) Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, tetapi

kebanyakan belum mensekresi saiva samapai dengan

usia 2-3

sisebulan

(2) Kapasitas lambung pada bayi baru lahir sekitar 90 ml, oleh karena

itu bayi membutuhkan makanan yang jumlahnya sedikit tetapi

frekuensinya sering
(d) Intestine pada bayi:

(1) Intestin pada bayi jika dibandingkan dengan panjang tubuh bayi

terlihat sangat panjang

(2) Ada beberapa kondisi yang membuat bayi sering gmengalami

muntah, antara lain adalah cepatnya gerakan peristaltic sepanjang

esofagus dan imatur, serta relaksnya spinter cardiac.

(3) hubungan esofagus bawah dan lambung belum sempurna, shingga

sering menimbulkan terjadinya gumoh pada bayi baru lahir, apabila

mendapatkan ASI yang terlalu banyak, lebih dari kapasitas

lambung. (Anik Maryunani, 2018 ).

2 Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil

oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarakan oksigen

ke jaringan

a. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir terjadi dua

perubahan besar:

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2) Penutupan duktus arterious antara arteri paru-paru dan aorta

b. Perubahan siklus ini terjadi akaibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh tubuh

c. Oksigenisasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan

cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah

aliran darah

d. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah


adalah :

1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistematik meningkat

dan tekanan antrium kanan menurun

(a) Karna berkurangnya aliran darah ke atrium kanan

(b) Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium

tersebut

(c) Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen

sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi

ulang

2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru

dan meningkatkan tekanan atrium kanan

(a) Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan

sedikit terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru

(b) Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan

volume darah dan tekanan pada atriu kanan.

(c) Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan

pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup

5. Perubahan yang terjadi dalam jantung dan sirkulasi darh bayi baru lahir :

a) Dalam beberapa saat, perubahan yang luar biasa terjadi dalam jantung dan

sirkulasi darah bayi baru lahir

b) Walaupun perubahan ini tidak selesai secara anatomis dalam beberapa

minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus arterious terjadi

setelah bayi baru lahir


c) Sanagt penting bagi bidan, perawat maternitas dan perawat janin ke

sirkulasi bayi baru lahir secara keseluruhan saling berhubngan dengan

fungsi pernapasan dan oksigen yang edekuat

6. Volume darah bayi baru lahir:

a) Volume darah bayi baru lahir tergantung dari perpindahan daerah plasenta

b) Volume darah sekitar 80-85/kg BB

c) Segera setelah lahir, total volume darah sekitar 300 ml, (Anik Maryunani,

2018).

3 Sistem Ginjal

BBL cukup bulan memiliki beberapa deficit structural dan fungsional pada

system ginjal. Banyak dari kejadian deficit tersebut akan membaik pada bulan

pertama kehidupan dan merupakan satu – satunya masalah untuk bayi baru

lahir yang sakit atau mengalami stress. Keterbatasan fungsi ginjal menjadi

konsekuensi khusus jika bayi baru lahir memerlukan cairan intravena atau obat

– obatan yang meningkatkan kemungkinan kelebihan cairan.

Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan

penurunan kecepatan filtrasi glomelurus, kondisi ini mudah menyebabkan

retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat

menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan

elektrolit lain.

Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik, tercermin

dari berat jenis urine (1,004) dan osmalitas urine yang rendah. Semua

keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.

BBL mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, yaitu hanya
30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak terdapat protein atau darah, debris sel

yang banyak dapat mengindikasikan adanya cedera atau iritasi dalam system

ginjal. Bidan harus ingat bahwa massa abdomen yang ditemukan pada

pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya

tumor, pembesaran atau penyimpangan didalam ginjal (Elisabeth Siwi

Walyani, 2018)

c. Asuhan Bayi Baru Lahir dalam 2 jam pertama

1. Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir

Tabel 2.6
Nilai
APGAR
0 1 2

Apperance Badan merah, ekstremitas Seluruh tubuh


Pucat
(Warna Kulit) biru kemerah-merahan
Pulse Rate
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(Frek. Nadi)

Grimance Sedikit gerakan mimik


Tidak ada Batuk/bersih
(Reaksi Rangsangan) (grimance)

Activity Ekstrimitas dalam sedikit


Tidak ada Garakan aktif
(Tonus Otot) flexi
Respiration
Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(Pernafasan)
Jumlah
(Sumber : Indrayani,2018)

2. Pemotongan tali pusat

Pemotongan dan perkiraan tali pusat menyebabkan permisahan fisik

terakhir antara ibu dan bayi.Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari

pengalaman seorang ahli kebidanan.Pemotongan sampai denyut nadi tali

pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal,sedangkan pada gawat

(high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat


mungkin,agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya.

Bahaya lain yang di takutkan ialah bahaya infeksi.Untuk menghindari

infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis,meningitis,dan lain-

lain,maka di tempat pemotongan,di pangkal tali pusat serta 2,5 cm di

sekitar pusat diberi obat antiseptic,selanjutnya tali pusat dirawat dalam

keadaan steril/bersih dan kering.

a. Penjepit tali pusat segera setelah bayi lahir

Praktik ini umumnya didukungan oleh komunitas obstertik, namun tidak

digunakan di beberapa Negara. Para pendukung praktik ini

mengkhawatirkan adanya efek samping pada bayi jika penyempitan tali

pusat di tunda seperti adanya gawat pernapasan polistemia,sindrm

hiperkositas,dan hiperbilirubinemia penjepit dan pemotongan tali pusat

dilakukan dengan segera jika keadaan bayi gawat dan membutuhkan

tindakan resusitasi.

b. Penundaan Penjepit Tali Pusat

Para pendukung penundaan penjepitan tali pusat yakin bahwa peningkatan

volume darah menguntungkan dan mendukung proses fisologis alami pada

transisi kehidupan ekstrauterus.Beberapa keuntungan penundaan penjepit

tali pusat antara lain :

1) Berlanjutnya bolu/.aliran darah teroksigenasi selama nifas pertama yang

tidak teratur

2) Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler-kapiler paru-paru

3) Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan

stuktur janin seperti duktus arteriosus.

Untuk mendukung transfuse fisiologi,maka pada 1-3 menit pertama kehidupan


letaknya bayi diatas perut pasien dalam keadaan tali pusat masih utuh. Posisi

ini dapat mningkatkan aliran darah dalam jumlah sedang bayi baru lahir tanpa

kemungkinan bahaya dari dorongan dan bolus darah yang banyak. Setelah 3

menit, sebagian besar aliran darah dari tali pusat telah masuk kedalam tubuh

bayi baru lahir.

Walaupun aliran darah mungkin berbalik yaitu dari bayi ke plasenta, situasi ini

kemungkinan besar tidak akan terjadi karena tali pusat akan mengalami

spasme dengan cepat pada suhu dilingkaran luar uterus.

Setelah 3 menit bayi berada diatas perut pasien, lanjutkan prosedur

pemotongan tali pusat sebagai berikut :

a) Klem tali pusat dengan 2 buah klem, pada titik kira – kira 2 atau 3 cm dari

pangkal pusat bayi (tinggalkanlah kira – kira 1 cm diantara kedua klem

tersebut)

b) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi perut bayi

dengan tangan kiri penolong.

c) Pertahankan kebersihan pada saat pemotongan tali pusat, ganti sarung

tangan jika ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusat dengan

menggunakan gunting steril dan DTT.

d) Ikatlah tali pusat dengan kuat atau gunakan penjepit khusus tali pusat.

e) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan

lakukan pengikatan sekali lagi dengan ikatan lebih kuat.

f) Pastikan dengan benar bahwa tidak ada perdarahan tali pusat. Perdarahan

30 ml dari bayi baru lahir dengan 600 ml pada orang dewasa.


g) Jangan mengoleskan salep atau zat apapun ketempat tali pusat, hindari

juga pembungkusan tali pusat. Tali pusat yang tidak tertutup akan

mengoreng dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c.Mengikat tali pusat

Setelah di potong, tali pusat diikat menggunakan benang dengan kuat. Namun

dengan perkembangan teknologi, pengikatan tali pusat saat ini dilakukan

dengan menggunakan penjepitan untuk satu kali pakai dengan tali pusat lepas.

Penjepit ini biasanya terbuat dari plastic dan sudah dalam kemasan steril dari

pabrik. Pengikatan dilakukan di jarak 2,5 cm dari umbilicus, (Elisabeth Siwi

Walyani, 2018)

Gambar 2.14Memotong Tali Pusat


(Sumber: Fayuasriyatirahayu, 2018)

3. Inisiasi menyususi dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir. Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas perut ibu

selama 1 jam, kemudian bayi akan merangkak dan mencari puting susu ibunya.

Pastikan pemberian ASI dimulai 1 jam setelah bayi lahir, lakukan IMD dan

anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya setelah tali pusat

dipotong. (Indrayani, 2018)

Ada beberapa manfaat inisiasi menyusu dini di antaranya, mengurangi

22% kematian bayi usia 0-28 hari, meningkatkan keberhasilan menyusu secara

eksklusif, merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghidap. Refleks


menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

(Indrayani, 2018)

d. Kunjungan neonatal

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan

minimal 3 kali, yaitu:

1. Pertama pada 6 jam - 48 jam setelah lahir

2. Kedua pada hari ke 3 - 7 setelah lahir

3. Ketiga pada hari ke 8 - 28 setelah lahir

2) NIFAS

a. Pengertian

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.Peurperium

atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum atau masa sejak

bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu

berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain

sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Asih, 2018)

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil,

yang berlangsung selama 6 minggu atau lebih dari 40 hari. ( Andina Vita

Sutanto, 2018)

b. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan fisiologis terutama pada alat-

alat genitalia eksterna maupun interna, dan akan berangsur-angsur pulih


kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan yang terjadi

pada masa nifas ini adalah :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses

involusi, disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting lain

yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Organ dalam

sistem reproduksi yang mengalami perbahan yaitu:

a) Uterus

Perubahan pada uterus perlu diobservasi dengan seksama. Pengosongan

rahim secara tiba-tiba akan membuat rahim kehilangan tonusnya dan

menjadi lemas (flaksid, atonia) selama beberapa saat, yang menyebabkan

fundus uteri sulit diraba. Secara alami, kondisi atonia ini sangat singkat

dan terjadi inisiasi kontraksi segera yang timbul kembali sebagai akibat

masih adanya oksitosin yang diproduksi secara alami dari hipofisis

selama kala dua dan awal kala tiga.

Kontraksi uterus di kala tiga semestinya masih bersifat ritmik, yaitu

kontraksi yang diselingi relaksasi sebelum muncul kontraksi berikutnya.

Hal ini akan membantu plasenta lepas dari tempat insersinya. Setelah

seluruh plasenta lepas, yaitu kala empat, maka kontraksi yang diharapkan

bersifat kuat dan terus-menerus tanpa fase relaksasi, sehingga kontraksi

ini disebut kontraksi spastik. Dalam keadaan normal, bentuk rahim di

kala empat biasanya membulat, teraba sangat keras di perut bawah,

dengan fundus rahim teraba setinggi 2 jari dibawah pusat. (Sri Astuti,

2018) Proses involusi uterus adalah sebagai berikut.


a. Iskenia miometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang terus

menerus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus

menjadi relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b. Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone estrogen

saat pelepasan plasenta.

c. Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot

yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali sebelum hamil dan

lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan hal

ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

d. Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus

sehingga akan menekan pembulih darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah keuterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi perdarahan.

b) Perineum, Vagina, Vulva dan Anus

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot panggul,

perineum, vagina dan vulva kearah elastisitas dari legamentum otot rahim.

Merupakan proses yang bertahap akan berguna jika ibu melakukan

ambulasi dini dan senam nifas.

Involusi serviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira 2-3 minggu,


serviks menjadi seperti celah. Ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,

pinggirannya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam

persalinan. Pada akhir minggu pertama dilalui oleh satu jari. Karena

hyperplasia dan retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.

Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatulorong

luas berdinding licin yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tapi

jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu

ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan.

Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.

Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan

penipisan mukosa vagina. Mukosa vagina memakan waktu 2-3 minggu

untuk sembuh tetapi pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6

minggu.

Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus), dengan

ditambah gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman dan perdarahan berwarna

merah terang pada waktu defekasi. Ukuran hemoroid biasanya mengecil

beberapa minggu postpartum. (Asih, 2018)

c) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat.

Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat

dan volumenya berbeda pada tiap wanita. Lochea juga mengalami

perubahan karena proses involusi. (Asih, 2018).

Lochea dibedakan berdasarkan warna dan waktu keluarnya, yaitu :


(a) Lochea rubra (merah), keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

yang segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanuga dan mekonium. Jika lochia tidak berubah, hal ini menunjukkan

adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan

oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta.

(b) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kecoklatan dan juga berlendir.

Lochea ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

(c) Lochea serosa, berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Lochia ini keluar

pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

(d) Lochea alba (putih), mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochia alba ini

dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.(Sri Astuti, 2018)

3 Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal

diantara tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah dan

melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar

progesteron mulai menurun. Beberapa hal yang berkaitan dengan

perubahan pada sistem pencernaan, antara lain :

(a) Nafsu makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan dapat

memengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu tidak merasakan lapar


sampai rasa lelah itu hilang. Ada juga yang merasakan lapar segera

setelah persalinan. Secara berahap berikan makanan yang sifatnya

ringan karena alat pencernaan juga perlu waktu untuk memulihkan

keadaanya.

(b) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot raktus cerna menetap selama

waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pada persalinan bedah Caesar

kelebihan analgesik dan anestesi bisa memperlambat pengambilan

tonus dan motilitas keadaan normal.

(c) Pengosongan usus

Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan

danawal masa nifas, diare, sebelum persalinan , enema sebelum

melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid, ataupun laserasi jalan

lahir. System pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk

kembali normal.

3) Perubahan Sistem Berkemih

Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium.

Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari

postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai proteinuri

yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali

ada gejala infeksi dan preeklamsi. Dilatasi ureter dan kandung kemih normal

kembali dalam waktu 2 minggu.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah. Pembuluh-pembuluh darah yang


berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit proses ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligament-ligament,

diafragma pelvis, serta fasia yang merenggang pada waktu persalinan, secara

beransur-ansur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh

kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi

kendur. Tidak jarang pula wanita mengeluh “ kandunganya turun” setelah

melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi

kendur. Stabilitas secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

5) Perubahan Sistem Endokrin

a) Hormon plasenta

Hormon plasenta HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun

dengan cepat setelah persalinan dan menetapkan sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai konsep pemenuhan mamae

pada hari ke 3 post partum.

b) Hormon pituitary

Menurunya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari bagian belakang

untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran

payudarah danmerangsang produksi asi.

c) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Padaa

wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke

enam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serimum dipengaruhi oleh

kekerapan menyusui, lama tiap kali menyusui, dan banyak makanan

tambahan yang diberikan. Untuk ibu yang menyusui dan tidak menyusui

akan
mempengaruhi lamanya ibu mendapatkan menstruasi kembali

d) Hormon estrogen dan progesterone

Setelah persalinan kadar estrogen menurun 100% dalam kurun waktu

sekitar 3 jam. Progesterone turun pada hari ke tiga postpartum kemudian

digantikan dengan peningkatan hormone prolaktin dan prostaglandin

yang berfungsi sebagai pembentukan ASI dan meningktkan kontraksi

uterus sehingga mencegah terjadinya perdarahan

6) Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperatur kembali

ke normal dari sedikit peningkatan selama periode intrapartum dan menjadi

stabil dalam 24 jam pertama postpartum. Nadi dalam keadaan normal

kecuali partus lama dan persalinan sulit.

Tabel 2.7
Perubahan Tanda-Tanda Vital
No Tanda Vital
1 Temperatur
Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat selsius
Sebagai akibat efek dehidrasi persalinan, setelah 24 jam wanita tidak harus
demam.
2 Denyut Nadi
Denyut nadi dan volume serta curah jantung tetap tinggi selama jam
pertama setalah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi
yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan,
denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
3 Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.
4 Tekanan Darah
Sedikit berubah atau menetap.

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih lanjut

setalah kala III, ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit di dalam

sirkulasi. Penurunan setalah hari pertama puerperium dan kembali normal


pada akhir minggu ketiga.

Meskipun terjadi penurunan di dalam aliran darah ke organ setelah hari

pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk mengadakan laktasi.

Merupakan perubahan umum yang penting keadaan normal dari sel darah

merah dan putih pada akhir puerperium.

Pada beberapa hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen,plasminogen,dan

faktor pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu

untuk melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas, dan ini berakbit

meningkatkan resiko thrombosis.

8) Perubahan Sistem Hematologi

Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000 selama

persalinan, tetap meningkat pada beberapa hari pertama post partum. Jumlah

sel darah putih dapat meningkat lebih lanjut sampai 25.000 – 30.000 di luar

keadaan patologi jika ibu mengalami partus lama. Hb, Ht dan eritrosit

jumlahnya berubah di awal puerperium.

9) Perubahan Berat Badan

Ibu nifas kehilangan 5 – 6 kg pada waktu melahirkan, dan 3 – 5 kg selama

minggu pertama masa nifas. Faktor – faktor yang mempercepat penurunan

berat badan pada masa nifas diantarannya adalah peningkatan berat badan

selama kehamilan, primiparitas, segera kembali bekerja di luar rumah, dan

merokok. Usia atau status pernikahan tidak mempengaruhi penurunan berat

badan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine

menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa

pascapartum.
10) Perubahan Kulit

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena

proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi,

hiperpimentasi kulit sekitar payudara, hiperpigmentasi kulit dinding perut

( striae gravidarum ) setelah persalianan, hormonal berkurang dan

hiperpigmentasipun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih

mengkilap yaitu “ striae albikan “

c. Kebutuhan Pada Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan, pada Seorang Ibu Menyusui

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap: Makan dengan diet berimbang

untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup: Minum

sedikitnya 3 liter air setiap hari { anjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui} Pil zat besi harus dimunum untuk menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari pasca bersalin: Minum kapsul vitamin A

{200.000 unit} agar bisa memberikan vitamin A kepala bayinya melalui

ASInya.

2. Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena

merasa letih dan sakit. namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur

dalam 24 jam pertama setelah kelahiran per vaginam. Ambulasi dini sangat

penting mencegah thrombosis vena.tujuan dari ambulasi dini adalah untuk

membantu menguatkan otot-otot perut dan demikian menghasilkan bentuk

tubuh yang baik, mengancangkan otot dasar panggul sehingga mencegah

atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Banyaknya keuntungan

dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh sejumlah penelitian yang

terkontrol
baik. para wanita menyatakan bahwa meraka merasa lebih baik dan lebih

kuat setelah ambulasi awal. komplikasi kandung kencing dan konstipasi

kurang sering terjadi yang penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak

frekuensi thrombosis dan emboli paru pada masa nifas.

3. Eliminasi:Bak/Bab

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setalah

melahirkan. dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk

mengosngkan kandung kemihnya karena rasa sakit, memar atau gangguan

pada tonus otot. ia dapat dibantu untuk duduk di atas kursi berlung tempat

buang air kecil {commode} jika masih belum diperolehkan berjalan sendiri

dan mengalami kesulitan untuk membuang air kecil dengan pispot di atas

tempat tidur. meskipun sedapat mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik

dilakukan daripada terjadi infeksi saluran kemih akibat urin yang bertahan.

factor-faktor diet memegang peranan yang penting dalam memulihkan feal

usus. ibu mungkin memerlukan bantuan untuk memilih jenis-jenis

makanan yang tepat dari menunya. iamungkin pula harus diingatkan

mengenai manfaat ambulasi dan minuman cairan tambahan untuk

menghindari konstpasi.

4 Kebersihan Diri/Perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

mengajarkan pada ibu bagaimana memebrirkan daerah kelamin denga

sabun dan air. pastikan bahwa ia mengerti untuk memebersihkan daerah

disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang anus. nasehatkan

ibu untuk memebersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil dan

besar. sarankan
ibu untuk menggantikan pembalut atau kain pembakut setidaknya dua kali

sehari. jika ibu memounyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan ke

pada ibu menghindari menyentuh daerah luka.

5 Istirahat

Istirahat pada ibu selama masa nifas beristirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan. sarankann biasa perlahan-lahan, serta untuk

tidur siang atau beristirahat selagi bayi dan dirinya sendiri.istirahat yang

memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang sangat penting

sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. keharusan ibu untuk

istirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi.selama satu atau

dua malam pertama, ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang

ringan. obat tidur tersebut boleh diberikan jika benar-benar

diperlukan.setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam

hari biasanya sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu

ingin menyusui bayinya pada malam hari.ibu harus membantu untuk

mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahatnya ini: pergi

ke toilet sebelum istirahat ini umumnya memberikan manfaat fisik maupun

psikologis yang sangat besar.

6 Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina

tanpa rasa nyeri. pada masa nifas ibu sangat membutuhkan asihan sama

seperti pada saat kehamilan bahkan mungkin lebih.

7 Senam nifas

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin oleh ibu
setelah melahirkan supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama

kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti

semula. Senam nifas dapat dimulai 6 jam setelah melahirkan, dilakukan

secara bertahap, sistematik dan berkelanjutan. Senam ini dilakukan sejak

hari pertama setelah melahirkan hingga hari ke-10 (Astuti, dkk. 2018:63).

a) Berikut ini dijelaskan beberapa tujuan senam nifas

(1) Memperlancar terjadinya proses involusi uteri (kembalinya rahim

ke bentuk semula).

(2) Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan pada

kondisi semula.

(3) Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama menjalani

masa nifas.

(4) Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar

panggul, serta otot pergerakan.

(5) Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh setelah hamil dan

melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.

(6) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan mencegah

timbulnya varises (Astuti, dkk. 2018).

b) Manfaat senam nifas

1. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami

trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut kebentuk

normal.

2. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan

kehamilan.
3. Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan menghadapi

stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan

(Astuti, dkk. 2018).

c) Syarat senam nifas

Senam nifas dapat di lakukan setelah persalinan, tetapi dengan ketentuan

sebagai berikut:

(1) Untuk ibu melahirkan yang sehat dan tidak ada kelainan.

(2) Senam ini dilakukan setelah 6 jam persalinan dan dilakukan di rumah

sakit atau rumah bersalin, dan diulang terus di rumah (Astuti, dkk.

2018).

(3) Kerugian bila tidak melakukan senam nifas

(4) Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak

dapat dikeluarkan.

(5) Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga risiko

perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.

(6) Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).

(7) Timbul varises.

d) Tata cara melakukan senam nifas

Gerakan ini bertujuan untuk mengencangkan otot abdomen. Berbaring

dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut di bawah area iga-

iga. Nafas dalam dan lambat melalui hidung dan kemudian keluarkan

melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu

mengosongkan paru- paru. Lakukan sebanyak 10 kali.


Gambar 2.15 Gerakan pertama
Sumber : Astuti, dkk. 2018

B. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka

keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada

waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan

sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan

sebanyak 10 kali

Gambar 2.16 Gerakan kedua


Sumber : Astuti, dkk. 2018

C. Angkat bokong sedikit ke atas dengan melakukan kontraksi vagina seperti

menahan BAK selama 3 detik lalu bokong diturunkan dan kemaluan

direlakskan. Ini bertujuan mengencangkan otot panggul dan bagian vagina,

lakukan sebanyak 10 kali.

Gambar 2.17 Gerakan ketiga


Sumber : Astuti, dkk. 2018
D. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk. Kontraksikan/

kencangkan otot-otot perut sampai tulang punggung mendatar dan

kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks’.

Gambar 2.18 Gerakan keempat


Sumber : Astuti, dkk. 2018

E. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat

kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rilekskan dengan

perlahan.

Gambar 2.19 Gerakan kelima


Sumber : Astuti, dkk. 2018

Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut

kiri.
Gambar 2.20 Gerakan kelima
Sumber : Astuti, dkk. 2018

F. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan.

angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal

mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertikal dan

perlahan- lahan turunkan kembali ke lantai.

Gambar 2.21 Gerakan keenam


Sumber : Astuti, dkk. 2018

G. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan

dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.

Gambar 2.22 Gerakan ketujuh


Sumber: Astuti, dkk. 2018

H. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti

gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.


Gambar 2.23 Gerakan kedelapan
Sumber: Astuti, dkk. 2018

I. Berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan sedikit diangkat lalu kedua tangan

memegang lutut. Angkat kaki kiri ke atas lalu turunkan kedalam posisi

semula, kemudian angkat kaki kanan keatas lalu turunkan seperti mengayuh

sepeda. Lakukan secara bergantian kaki kiri dan kanan sebanyak 10 kali.

Akhiri dengan relaksasi yaitu bernafas secara teratur dan perlahan.

Gambar 2.24 Gerakan kesembilan


Sumber: Astuti, dkk. 2018

d. Tahapan masa nifas

1. Tahapan nifas

a) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu

c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali

dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-

minggu, berbulan-bulan atau tahunan.

2. Keadaan-keadaan yang dirasakan ibu bersalin

a) Rasa kram atau kejang dibagian bawah perut akibat kontraksi atau

penciutan rahim (involusi)


Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan

volume intrauterine yang sangat besar. Kontraksi rahim ini penting

untuk mengembalikan rahim keukuran semula, seperti sebelum hamil

dan juga untuk menjepit pembuluh darah yang terbuka diarea tempat

plaseta lepas. Jika kontraksi rahim lemah ( kurang), pembuluh darah

tersebut akan tetap terbuka sehingga terjadiperdarahan berlebihan. Luka

bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh

total.

Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan

mengubah posisi tubuhnya menjadi telungkup dengan meletakan bantal

atau gulungan selimut di bawah abdomen. Kompresi uterus yang

konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram. Kejang atau kram

semakin ketara saat apabila ibu menyusui bayinya karna tubuh

melepaskan hormone oksitosin yang merangsang kontraksi. Menyusui

bermanfaat dalam proses kembalinya rahim dalam ukuran semula.

Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis fosterior untuk

memperkuat dan mengatur kongraksi uterus, mengompres pembuluh

darah, dan membantu proses hemostatis.Selama 1-2 jam pertama post

partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur.

Hal ini penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus

pada masa ini. Suntikan oksitosin di berikan secara intra vena atau intra

muscular segera setalah kepala bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah

bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada

payudara. Hormone kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta

keluar. Turunnya
estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan prolaktin dan

menstimulasi air susu.

b) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)

Pengeluaran lochea dapat di bagi berdasarkan waktu dan warnanya

seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.8
Macam-macam Lochea
Lochea Waktu Warna Cirri-ciri
Rubra (kruenta) 1-3 hari Merah Kehitaman Terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa
plasenta dinding rahim,
lemak bayi, lalugo
(rambut bayi) dan sisa
mekonium.
Sanginolenta 4-7 hari Merah kecoklatan Sisa darah bercampur
dan berlendir lendir
Serosa 7-14 hari Kuning kecokla Lebih sedikit darah dan
Tan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leokosit dan
robekan atau laserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung
berlangsung leukosit,sel desidua dan
2-6 sel epitel,selaput
postpartum lender
serviks,dan serabut
jaringan yang mati.
Lokhea purulenta Terjadi infeksi keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Lokheastasis Lokhea tidak lancer
keluarnya.
(Andina Vita Sutanto, 2018)

c) Payudara membesar Karena pembentukan ASI

Payudara akan semakin keras dan nyeri apabila tidak diisap bayi.fase itu

adalah saat-saat bagi bidan untuk mendorong ibu bersalin untuk belajar

menyusui bayi dengan benar karena pada umumnya ibu yang baru pertama

kali mengalami masa persalinan masih belum tau bagaimana cara menyusui

dengan benar sehingga akan menyebabkan beberapa masalah yang

berhubungan
dengan payudara. Ibu terkadang juga akan mengeluh putingnya terasa perih

saat awal-awal mulai menyusui. Hal tersebut disebabkan karena ibu belum

terbiasa menyusui bayi. Padahal menyusui bayi akan menjadi suatu putting

lunak,sehingga nantinya akan menjadi suatu bentuk kenyaman bagi ibu ketika

menyusui.

d) Kesulitan buang air kecil ( BAK) dan buang air besar (BAB)

(1) Ibu bersalin akan sulit, nyeri dan panas saat buang ir kecil kurang lebih

selama 1-2 hari. Penyebabnya, trauma kandung kemih dan nyeri serta

pembengkakan(odema) pada perineum yang emngakibatkan kejang

pada saluran kencing.

(2) Kesulitan BAB disebabkan oleh trauma usus bawah akibat persalinan

sehinggah untuk sementara usus tidak berfungsi dengan baik. Factor

psiologis juga turut mempengaruhi. Ibu bersalin umunya takut BAB

karena khawatir perineum robek semakin besar lagi.

e) Ganguan otot

Gangguan otot terjadi pada area betis, dada, perut,panggul,dan bokong.

Biasanya dapat dipicu oleh persalinan yang lama. Ibu dapat istirahat dengan

cukup setelah bersalin agar segera pulih dan dapat menjalankan kewajiban

untuk menyusui bayi dengan segera

f) Perlukaan jalan lahir ( lecet atau jahitan )

1) Persalinan normal

Melalui persalainan normal rasa nyeri, Tidak enak atau kebal didaerah

perineum dan bertamabah nyeri apabila bersin atau batuk. Nyeri tersebut

disebabakan oleh troma perineum setelah dilewati bayi bila dilakukan


episiotomy dan dijahit akan bertamapah lagi rasa nyeri. Teknik

pengurangan rasa nyeri perineum pada nifas, dapat dilakukan sebagai

berikut :

(a) Kompres kantong es bermaanfaat untuk mengurangi pembengkaan

dan membuat perineum yaman pada periode setelah melahirkan. Es

harus selalu dikompreskan pada leserasi data tiga atau empat, dan

jika ada edema perineum. Menggunakan kompres dingin selama 30

menit dapat memeksimaalkan hasil yang dicapai.

(b) Anestesi topical sesuai kebutuhan, conoth dari anestesi ini adalah

spraydarmoplay, salep nerpecaine dan salep nulpakaine. Jiak

menggunakn salap, ibu harus diajarkan cuci tanagn sebulm

mengoleskanya. Salep dapr dioleskan selama beberapa hari

postpartum selama perdiode pemyembuhan akut baik karena jahitan

atau tidak ada hemeloit.

(c) Rendam duduk dua sampai tiga kali sehari dengan menggukan air

dingin. Nyeri postpartum hilang dengan menggunakan rendam

dengan air dingin.selain itu, dapat mengurangi respron pada ujung

sarap dan juga vase kontroksi local yang mengurangi pembengkakan

dan spesme otot modesifikasi dari pindahkan ini adalah dengan

mengalirkan air hangat diatas perineum.

(d) Kompres witch hazel dapat mengurangi edama dan merupakan

analgesik kompres ini dibuat dengan cambur witch hazel diatas

beberapa kasi dengan ukurn 4x4 dalam mangkok atau baskom kecil,
pras kasa hingga tidak menetes, tetapi tetap basah, lipat sekali diatas

perineum

(e) Cincin karet, penggunannya, mendapat keritik karena kemungkinan

menganggu sirkumendasi. Namun penggunaan yang benar dapat

pemulihan yang aman jika terjadi penekanan akibat posisi diarea

perineum . cicin karet sebaiknya digembungkan secukupnya untuk

menghilangkan tekanan tersebut. Ukurannye harus besar dengan

diposisikan yang benar, sehingga tidak ada titik tekanan diarea

panggul.

(f) Latihan kegel bertujuan menghilangakn ketidaknyaman dan nyeri

ketika duduk atau hendak berbaring dan bangun ditempat tidur

latihan ini akan meningkatakan sirkumendasi perineum, sehingga

meningkatkan penyembuhan, ;lahitihan ini juga dapat

mengembalikan tonos panggul.tindakan ini merupakan salah satu

tindakan bermaanfat dan sering kali di mannfaatkan dengan darmatis

dalam merpsilitasi kemudan dan pergerakan dan membuat wanita

yaman. Pada wanita yang mendapat episiotomy, latuhan keger ini

dapat member efek berlawanan, sehingga dapat menyebabkan nyeri.

(g) Kontisipasi masalah biasanya dapat dikurangi dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tambahan asupan

cairan.menggunan latasip pada wanita yang mengalami leserasi

derajat tiga atau empat dapat membantu mencegah wanita mengejan.

(h) Hemoroet disebabkan adanya penekanan uterus terhadap pena

didalam anus dan rektom. Selama kehamilan dan pada saat proses
persalinan. Pada ibu yang sudah menglami hemoroet sebelum

kehamilan, penekanan tersebut akan memperparah keadaan

hemoroet. Asuhan yang doberikan untuk mengurangi ras nyyei,

seperti langkah- langkah berikut ini:

(a) Memasukan kembali hemeroet yang keluar kedalam rektom

(b) Rendam duduk dengan air hangat atau dingin sedalam 10 sampai

15cm Selma 30 menit, 2 sampai 3 kali sehari.

(c) Meletakkan kantong es pada daerah anus

(d) Berbaring miring

(e) Minum lebih banyak dan makan dengan diet tinggi serat

(f) Kalau perlu memberikan obt supos suturia(Andina Vita Sutanto,

2018)

e. Kunjungan

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk

pemeriksaan postpartum lanjutan. Apa pun sumbernya, kunjungan rumah

direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan

berdasarkan kebutuhan. Pada program yang terdahulu, kunjungan bisa

dilakukan sejak 24 jam setelah pulang. Jarang sekali suatu kunjungan rumah

ditunda sampai hari ketiga setelah pulang kerumah. Kunjungan berikutnya

direncanakan disepanjang minggu pertama jika diperlukan.

Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat nifas

(sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang

lebih baru mengenai jadwal kunjungan nifas. Paling sedikit 4 kali kunjungan

pada masa, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan

untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Waktu kunjungan pada masa nifas adalah KF 1-KF 3. Anjurkan ibu

untuk melakukan kontrol /kunjungan masa nifas setidaknya 3 kali.

(Kemenkes RI: 2018)

1. Kunjungan Nifas Pertama (KF1)

Adalah kunjungan nifas pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah

persalinan.Tujuan :Memeriksa tanda bahaya yang harus dideteksi

secara dini yaitu : atonia uteri (uterus tidak berkontraksi dengan baik),

robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah : perineum, dinding

vagina, adanya sisa plasenta. Ibu mengalami bendungan/hambatan pada

payudara, retensi urin (air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau

tidak keluar sama sekali).Asuhannya :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

d) Memastikan ibu mendapat makanan yang cukup

e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.

f) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

2. Kunjungan Nifas Kedua (KF2)

Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke 4 sampai dengan hari ke
28 setelah persalinan. Tujuannya : Mengenali tanda bahaya seperti :

mastitis, abses pasyudara dan peritonitis. Memastikan involusi uterus

berjalan normal. Menilai tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi.Asuhannya:

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, fundus dibawah umbilikus dan tidak ada

tanda-tanda perdarahan abnormal.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi

c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan yang bergizi dan

istirahat yang cukup

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3. Kunjungan Nifas Ketiga (KF3)

Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke 29 sampai dengan hari

ke 42 setelah persalinan. Asuhan :

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas,

dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.

c) Periksa tanda-tanda vital


d) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang

didapatkannya dari keluarga, pasangan dan masyarakat untuk perawatan

bayinya.

f. Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas

1. Mendeteksi adanya pendarahan masa nifas

Pendarahan post partum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau

lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. Pendarahan ini

menyebabkan perubahan tanda vital ( pasien mengeluh lemah, limbung,

berkeringat dingan, menggigil, tekanan darah sistol <90 mmHg, nadi

>100x/m, kadar Hb <8 gram %. Pendeteksian adanya pendarahan masa

nifas dan infeksi ini mempunyai porsi besar. Alas an mengapa asuhan

masa nifas harus melaksanakan mengingat bahwa pendarahan dan infeksi

menjadi factor penyebab tingginya AKI. Oleh karena itu, penolong

persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya 1 jam post

partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

2. Menjaga kesehehatan ibu dan bayi

Penolong persalinan wajib menjaga kesehatan ibu dan bayi baik kesehatan

fisik maupun fisikologis. Kesehatan fifik yng dimaksud adalah

memulihkan kesehatan umum ibu dengan jalan. Berikut adalah cara tepat

menjaga ibu dan bayi

a) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan ibu bersalin

1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari karena ibu sekarang

dalam masa menyusui.


2) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan karbohidrat,

protein, lemak, mineral, dan vitamin yang cukup

Beberapa zat gizi, baik zat gizi makro maupun mikro berperan

penting dalam pemulihan luka pada ibu bersalin. Penurunan

cadangan protein dalam tubuh pada kasusu gizi kurang atau buruk

menyebabkan penuruna fungsi sel. terjadinya penurunan aktivitas

fagostitik dan penurunan level antibody dapat memicu terjadinya

infeksi. Kekurangan protein juga dapat menyebabkan kegagalan

sintesisi kolagen dan penurunan kekuatan kulit.

Karbohidrat dan lemak juga dibutuhkan dalam sintesisi

kolagen. Defisiensi asam lemak bebas dapat menyebabkan gagalnya

pemulihan luka karena fosfolipid merupakan bahkan dasra

pembentukan membrane, sedangkan prostaglandin yang disintesis

ileh asam lemak bebas berperan dalam metabolism sel dan inflamasi

(Rahmawati, 2018)

Vitamin C dan vitamin A juga berperan dalam sintesis

kolagen. Defesiensi vitamin C akan menyebabkan kerentanan

terjadinya infeksi. Zat gizi mikro, seperti zink, zat besi, dan

magnesium juga berperan dalam pemulihan luka. Defisiensi zink

akan menyebabkan penurunan proliferasi fibrob;as dan sintesis

kolagen. Peran magnesium dalam pemulihan luka adalah sebagai

kofaktor enzim dalam sintesi kolagen

3) Minum sedikitnya 3 literair setiap hari

Air juga berperan dalam mendukung terjadinya proliferasi sel.


Dehidrasi menyebabkan pengeraan epidermis yan akan memperlama

penyembuhan luka pada ibu bersalin.

b) Menghilangkan Terjadinya Anemia

Anemia merupakan suatu penyakit berkurangnya kandungan

hemoglobin (Hb) dalam darah (kurang dari 10,5 menurut WHO).

Secara fisiologis kehamilan akan menyebabkan anemia ini. Hal tersebut

dapat dijelaskan bahwa pada kehamilan minggu ke 10 hingga ke 32,

volume plasma darah meningkat hingga 50% dari sebelum hamil

sehingga darah menjadi bersifat encer.

Peningkatan volume darah dibutuhkan untuk membangun rahim

dan organ tubuh yang bekerja lebih keras saat hamil serta untuk

membangun jaringan payudara dan gusi ibu. Oleh karena itu,

dibutuhkan banyak zat besi (Fe) untuk menghasilkan sel darah merah

(Hb) agar pengenceran tidak menggangu fungsi darah sebagai pengakut

oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

Setelah persalinan selesai, maka nemia harus segera dihilangkan.

Bisa dengan cara mengonsumsi makanan yang kaya zat besi dan

suplemen zat besi dari dokter. Apabila otot-otot rahim lemah, sehingga

tidak bisa cepat berkontraksi untuk menciut ke ukuran normal akibat

suplai oksigen yang kurang maka akan menjadi factor peneybab

terjadinya perdarahan.

c) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan

sterilisasi
d) Pergerakan otot yang cukup, agar tunas ototo menjadi lebih baik,

peredaran darah lebih lancer denagn demikian otot akan mengadakan

metabolism lebih cepat.

Kesehatan psikologis atau emosi tak kalah penting untuk

diberikan kepada seorang ibu baru. Menghadapi peran baru sebagai

seorang ibu dalam keadaan masih merasakan sakit pada tubuhnya paca

melahirkan terkadang membuat ibu baru merasa ciut nyali. Awal peran

sebagai seorang ibu terkadang mereka mengalami permasalahan dalam

hal menyusui.

Bidan harus bersabar dalam mendampingi ibu menemukan

momen terbaiknya dalam menyusui bayinya. Walaupun sebagai petugas

kesehatan, bidan merasakan lelah yang luar biasa, tetapi dukungan yang

iklas akan sangat berarti dan berpengaruh pada psikologis sorang

pasiendalam hal ini ibu menyusui yang masih butuh dipandu. Sudah

menjdi tugas bidan untuk mendukung dan memperkuat keyakinan ibu

serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam

situasi keluarga. Hal itu dimaksudkan agar ibu dapat melaksanakan

perawtan sampai masa nifas selesai, dapat memelihara bayi-bayi dengan

baik, agar pertumbuhan, dan perkembanagn bayi normal.

3. Menjaga kebersihan diri

Perawatan kebersihan pada daerah kelamin bagi ibu bersalin secara

normal lebih kompleks daripada ibu bersalin secara operasi karena pada

umumnya ibu bersalin normal akan mempunyai luka episiotomi pada

daerah perineum. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana


membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bidan mengajarinya

untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan

kebelakang. Selanjutnya, membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan

kepada ibu untuk mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminya.Bagi ibu melahirkan yang

mempunyai luka episotomi, sarankan untuk tidak menyentuh luka.berikut

tips merawat perineum ibu melahirkan normal.

a) Ganti pembalut setiap 3-4 jam sekali atau bila pembalut sudah

penuh,agar tidak tercemar bakteri.

b) Lepas pembalut dengan hati-hati dari arah depan ke belakang untuk

mencegah pindahnya bakteri dari anus ke vagina

c) Bila perineum dengan larutan antiseptic sehabis buang air kecil atau

saat ganti pembalut. Keringkan dengan handuk, ditepuk-tepuk lembut.

d) Jangan pegang area perineum sampai sampai pulih

e) Jangan duduk terlalu lama untuk menghindari tekanan lama ke perineum.

Sarankan ibu bersalin untuk duduk diatas bantal untuk mendukung otot-

otot di sekitar perineum dan berbaring miring saat tidur.

f) Rasa gatal menunjukkan luka perineum hamper sembuh. Ibu dapat

meredakan gatal dengan mandi berenddam air hangat atau kompres

panas.

g) Sarankan untuk melakukan latihan kegel untuk merangsang peredaran

darah di perineum,agar cepat sembuh.

4. Melaksanakan screening secara komprehensif

Tujuan dilakukan screening adalah untuk mendeteksi masalah apabila


ada,kemudian mengobati dan merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya. Pada keaadaan ini, bidan bertugas melakukan

pengawasan kala IV persalinan yang meliputi pemeriksaan

plasenta,pengawasan tinggi fundus uteri (TFU), pengawasan Tanda-Tanda

Vital (TTV), pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan

umum ibu. Apabaila ditemukan permasalahan, maka harus segera

melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan penatalaksaaan masa

nifas.

5. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disampaikan kepada ibu

bersalin untuk menyiapkan diri sebagai seorang ibu yang menyusui.

a) Menjaga agar payudara tetap bersih dan kering

b) Menggunakan bra yang menyokong payudara atau bisa menggunakan

bra menyusui agar nyaman melaksanakan peran sebagai ibu menyusui

c) Menjelaskan dan mengajari tentang teknik menyusui dan pelekatan

yang benar

d) Apabila terdapat permasalahan putting susu yang lecet, sarankan untuk

mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu

setiap kali selesai menyusui.

e) Kosongkan payudaya dengan pompa ASI apabila bengkak dan terjadi

bendungan ASI urut payudara dari arah pangkal menuju putting,

kemudian keluarkan ASI sebagian bagian depan payudara, sehingga

putting menjadi lunak atau pakai bantuan pompa. Susukan bayi setiap

2- 3 jam. Pompa lagi ketika ASI tidak langsung dihisap anak


f) Memberikan semangat kepada ibu untuk tetap menyusui walaupun

masih merasakan rasa sakit setelah persalinan

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA)

Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) ditulis berdasarkan laporan khusus


asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin dan nifas ini

dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian studi penelaahan

kasus-kasus dengan cara meneliti suatu permasalahan yang berhubungan

dengan kasus itu sendiri, fakto-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian

khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi

kasus terhadap suatu perlakuan.

B. Subjek penelitian

Subjek Studi kasus adalah Ny. “F” Hamil 36 minggu 2 hari.

C. Waktu pengkajian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan februari 2021.

D. Tempat pengkajian

Penelitian ini telah dilakukan di Praktik Mandiri Bidan Piska Mariati Rumah

Tumbuh, No.101, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan dilakukan dengan menggunakan :

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang didapatkan langsung kepada

pengumpul data ( Sugiyono, 2018)

Teknik pengumpulan data primer dalam proposal Laporan Tugas Akhir

ini didapatkan dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang pada Ny.”F” di Praktik Mandiri Piska Mariati Kecamatan

Muara Enim, Kabupaten Muara Enim tahun 2021.

Teknik pengumpulan data primer yaitu :

a. Wawancara
Menurut Sugiyono, 2018 wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk menukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

b. Observasi

Menurut Sugiyono,2018 observasi merupakan sikap mencatat dan

memilih serangkaian fenomena, prilaku, dan situasi di tempat

penelitian sesuai tujuan.

2. Data sekunder

Menurut sugiyono,2018 data skunder adalah data yang tidak diberikan

secara langsung kepada pengumpul data, biasanya dalam bentuk file

dokumen atau melalui orang lain. Data skunder pada kasus ini

menggunakan dokumen/catatan medik dan buku KIA.

Data sekunder dalam laporan ini diperoleh dari catatan di pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang pada Ny.”F” di Praktik Mandiri Bidan

Piska Mariati, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim tahun

2021, diantaranya buku registrasi, buku KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak) /

kunjungan ibu,dan buku-buku terkait dengan kebidanan dan internet.

B. Sumber data dan jenis data

Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari catatandi Praktik Mandiri

BidanPiska Mariati, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim tahun

2021, diantaranya buku registrasi, buku KIA pasien/kunjungan ibu, dan buku

buku terkait dengan kebidanan dan internet.


C. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah alat ukur atau pedoman yang digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian . (Thaha Alhamid, 2019). Instrumen

yang digunakan adalah pedoman obsevasi, wawancara dan studi dokumentasi

dalam bentuk format asuhan kebidan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir sesuai dengan KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007.

D. Alat dan bahan

1) Alat yang digunakan dalam studi kasus ini adalah alat yang digunakan

untuk melakukan observasi dan pemeriksaan fisik menggunakan :

1. Timbangan BB

2. Pengukur tinggi badan

3. Termometer aksila digital

4. Stetoskop

5. Tensi meter

6. Jam tangan

7. Hb Sahli

8. Spiritus

9. APD

10. Senter

11. Reflek hamer

12. Monoskop/dopler

13. Medlin

14. Pengukur jangka panggul.


2) Bahan yang digunakan dalam studi dokumentasi ini adalah hasil pakai

baik itu bahan alat tulis maupun bahan laboratorium seperti :

1. Tisu

2. Kasa

3. Kapas alcohol

4. Cairan bennedict

5. Cairan hcl

6. Handscoon

7. Jelly

BAB IV

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 10 Februari 2021


Waktu Pengkajian : 14.00 WIB

Nama Pengkaji : Sonia Ira Putri

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama Ibu : Ny “F” Nama Suami : Tn “A”

Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Tangsi Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim

2. Alasan Datang

Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengatakan hamil 9 bulan

anak kedua, tidak pernah keguguran,gerakan janin masih dirasakan.

3. Data Kebidanan

a. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 6 hari

Teratur/ tidak : Teratur

Disminorhea : Tidak

Jumlah : 3 kali ganti pembalut

b. Riwayat Pernikahan
1) Pernikahan : Sah

2) status : Menikah

2) Usia waktu menikah : 21 Tahun

3) Lamanya : 8 Tahun

c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Usia Jenis
N Tahun Tempat Penolo Nif Peny Anak
Kehamil Persalin ket
o Lahir Bersalin ng as ulit
an an
Jk BB PB

3.4
Nor 49
1. 2014 Aterm Spontan Rumah Bidan - LK 00 hidu
mal cm
gr p

2. Ini

d. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) GPA : G2P1A0

2) HPHT : 26 – 05- 2020

3) TP : 05 – 03- 2021

4) Usia Kehamilan : 36 Minggu 2 hari (9 bulan)

5) ANC :4x

TM I : 1 x di PMB NovitriMuara Enim

TM II : 1 x di PMB Piska Mariati Muara Enim

TM III : 1 x di PMB Piska Mariati Muara Enim

1 x di Laboratorium Kebidanan Muara Enim

6) Suplemen :Suplemen Etabion 10 Tab 1 x 1 tab/hari) yaitu suplemen

vitamin berupa zat besi, Vitamin D, B12 serta Asam folat

dikonsumsi 1 x sehari dipagi hari

7) Imunisasi TT
TT 1 : saat imunisasi caten

TT 2 : 1 bulan setelah TT caten

TT 3 : 6 bulan setelah TT ke 2

Hasil Screning

Bayi : Ibu lupa

SD : ibu lupa

SMP : ibu lupa

8) Keluhan selama hamil

TM I : Mual dan Pusing

TM II : Tidak ada

TM III : Tidak ada

e. Riwayat
KB

Pernah menjadi akseptor KB : Pernah

Jenis KB : Suntik KB 3 bulan

Lamanya menjadi Aseptor KB : 7 Tahun

Alasan berhenti : Ingin Menambah keturunan

Masalah atau keluhan : Tidak ada

4. Data
Kesehatan

a. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien

1) Penyakit menular (AIDS/Sifilis/TBC, dsb) : Tidak ada

2) Penyakit keturunan (Hipertensi/Jantung/Ginjal, dsb) : Tidak ada

b. Riwayat penyakit yang diderita keluarga

1) Penyakit menular (AIDS/Sifilis/TBC, dsb) : Tidak ada

2) Penyakit keturunan (Hipertensi/Jantung/Ginjal, dsb) : Tidak ada


c. Riwayat operasi yang pernah dijalani : Tidak ada

d. Riwayat Kehamilan dan persalinan kembar : Tidak ada

5. Data Kebiasaan Sehari-


hari

a. Nutrisi

1) Pola makan : 3x/hari

a) Pagi : nasi goring, tahu/tempe, ayam goring, roti

b) Siang : sepiring nasi, ikan goreng, sayur bening

c) Malam : bubur ayam, sayur bening, ayam goreng, buah buahan

2) Pola minum

a) Air putih : ±8 gelas/hari(1 gelas= 200cc)200cc x 8 = 1.600 cc/hari

b) Jamu : Tidak pernah

c) Susu : 1 x sehari

b. Pola Eliminasi

1) BAK

Frekuensi : 6x/hari

Warna : kuning jernih

Keluhan : tidak ada

2) BAB

Frekuensi : 1 x/hari

Konsistensi : lembek

Keluhan : tidak ada

c. Pola Istirahat dan Tidur


1) Malam : ±8 jam ( tidur pukul 21.00 WIB bangun pukul 05.00 WIB

setiap hari, ibu mengatakantidak sering terbangun di

malam hari saat tidur)

2) Siang : ±2 jam ( tidur pukul 13.00 WIB dan bangun pukul 15.00

WIB

3) Keluhan : Tidak ada

4) Aktivitas :Ibu dapat melakukan kegiatanrumah tangga seperti masak,

mencuci,menyapudanmengurusanak.

d. Personal Hygiene

1) Mandi : 2x/hari

2) Gosok gigi : 2x/hari

3) Ganti pakaian dalam :2 x/hari

e. Data Psikososial

1) Harapan terhadap kehamilan : Normal, ibu dan janin sehat

2) Rencana untuk melahirkan : Di PMB Piska Mariati

3) Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

4) Persiapan yang dilakukan :

Ibu mengatakan telah menabung untuk biaya persalinan sejak usia

kehamilan 3 bulan, serta telah menyiapkan pakaian ibu dan pakaian

bayi, pendonor darah berjumlah 3 orang cocok dengan golongan darah

ibu dan bisa mendonorkan darahnya apabila suatu saat dibutuhkan,

transportasi motor, suami sebagai pendamping saat persalinan, siap

menjadi ibu, keluarga yang menjaga anak dirumah, Jaminan kesehatan

berupa BPJS.
5) Rencana menyusui : ASI Eksklusif

B. DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg

RR : 23 x/menit

Nadi : 81 x/menit

Temperatur : 36,5o C

Tinggi Badan : 155 cm

BB sebelum hamil : 57 kg

BB sekarang : 68 kg

LILA : 26 cm

IMT : BB(TB)2

68 (1.55)2 = 28,3kg/m2

b. Pemeriksaan Kebidanan

1) Inspeksi

a) Kepala

Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok

Muka : tidak pucat, tidak oedem, tidak ada closmagravidarum

Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera berwarna putih

Hidung : simetris, tidak ada secret, kebersihan cukup

Telinga : simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada

serumen Mulut : bersih, gusi tidak pucat, tidak ada karies

gigi
B) leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid

c) Dada

Mammae : Simetris

Areola : Hiperpigmentasi

Putting susu : Puting kanan dan kiri menonjol

Massa : Tidak ada

Kolostrum : Belum Keluar

d) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

e) Genetalia eksterna : Tidak ada kelainan

f) Ekstremitas atas : Kuku tidak pucat, tidak oedema

g) Ekstremitas bawah : Tidak oedema, Tidak ada varises

h) Anus : Tidak ada hemorhoid

2) Palpasi :

TFU 32cm, 3 jari dibawah Prosesus Xyphoideus (PX),

dibagian fundus teraba bokong janin, sebelah kanan perut ibu

teraba punggung, sebelah kiri perut ibu teraba bagian kecil

janin. bagian terbawah kepala, sudah masuk PAP.kepala 2/5

(Divergen)

TBJ = (32-11) x 155

= 3.255 gr

3) Auskultasi

DJJ

Frekuensi : 138 x/menit

Sifat : Kuat dan teratur


Punctum maximum : 3 jari dibawah pusat sebelah kanan

4) Perkusi

Refleks patella : Kanan : (+)

: Kiri : (+)

c. Pemeriksanpenunjang

Hemoglobin : 11,8 gr% (Tanggal pemeriksaan 10 februari

2021) Protein Urine : Negatif (Tanggal pemeriksaan 10 februari

2021) Glukosa Urine : Negatif (Tanggal pemeriksaan 10 februari

2021

C. ANALISA

Diagnosis :G2P1A0 36 Minggu 2 hari, Janin Tunggal Hidup (JTH),

Presentasi Kepala.

D. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

bahwakeadaan ibu dan janin dalam keadaan baik,usia kehamilan 9

bulan

TD : 120/80mmHg S : 36.5OC

N : 81x/m. P : 23x/m

DJJ : 138x/m

(Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan ).

2. Memberitahu ibu kebutuhan nutrisi, ibu dianjurkan makan makanan yang

mengandung karbohidrat dan protein, ibu tidak dianjurkan makan

makanan yang siap saji.

(ibu mengerti dan mau melakukannya)

3. Memberikan ibu suplemen dan menjelaskan manfaat serta kandungannya


berupa suplemen Etabion 10 Tab (1x1 tab/hari) yaitu suplemen vitamin

mineral berupa zat besi, vitamin D , C, B12 serta Asam Folat yang

berfungsi mencegah anemia dan baik untuk perkembangan janin,

diminum sebelum tidur pada malam hari secara teratur dan hindari minum

Suplemen bersamaan dengan teh, kopi, minuman soda dan susu, usahakan

minum tablet Fe bersamaan dengan air jeruk atau air hangat untuk

meningkatkan proses penyerapan suplemen.

(Ibu mengerti dan mau mengkonsumsi suplemen dan tablet fe dengan

benar).

4. Menjelaskan kepada ibu tentang ketidaknyamanan di Trimester III, yaitu:

1. Nyeri dibagian pinggang dan panggul

2. Sering BAK

3. Sakit Kepala

4. Terasa keram pada betis

(ibu mengerti dan paham apa yang telah dijelaskan bidan)

5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya kehamilan trimester

III seperti

1. Perdarahan pervaginam

2. Sakit kepala yang disertai dengan penglihatan kabur,

3. Nyeri perut hebat

4. Ketuban pecah dini

apabila ada salah satu tanda bahaya kehamilan tersebut maka ibu segera

datang ke fasilitas kesehatan.

(Ibu mengerti dan paham apa yang jelaskan bidan)


6. Memberitahu ibu tentang tanda – tanda persalinan seperti sakit perut

menjalar kepinggang, adanya kontraksi yang semakin sering dan kuat,

keluar lendir bercampur darah, apabila ada salah satu tanda persalinan

tersebut maka ibu segera datang ke fasilitas kesehatan.

(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan )

7. Mengingtkan ibu tentang persiapan persalinan

a) Menjelaskan apa saja yang harus disiapkan pada saat proses

persalinan, yaitu peralatan untuk bayi seperti popok bayi,baju bayi,

topi bayi, kaos kaki bayi, selimut bayi, sarung tangan. Perlengkapan

untuk ibu yaitu baju yang longgar, kain, bra / BH, stagen, celana

dalam, pembalut untuk ibu nifas. (ibu sudah menyiapkan peralatan

bayi dan peralatan ibu)

b) Mempersiapkan tempat bersalin, penolong persalinan yang memadai.

(ibu sudah mempersiapkan tempat bersalin yaitu di PMB Piska

Mariati Muara Enim).

c) Mempersiapkan transportasi ketempat persalinan seperti motor atau

mobil. (ibu sudah menyiapkan alat transportasi yaitu motor)

d) Menyiapkan biaya yang dibutuhkan dalam proses persalinan. (ibu

sudah menyiapkan biaya untuk persalinan)

e) Memberitahu keluarga terutama suami agar mendampingi ibu dalam

menghadapi proses persalinan. (ibu mengatakan suami yang akan

mendampingi ibu bersalin).(ibu bersedia meyiapkan persiapan

persalinan yang dibutuhkan)

8. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau


bila ibu ada keluhan. (Ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang)

CATATAN PERKEMBANGAN
KEHAMILAN PADA NY “F” G2P1A0 HAMIL 37 Minggu
Hari/Tanggal
No Diagnosa Catatan Perkembangan (SOAP)
& waktu
1. 17 Februari G2P1A0 37 Subjektif:
2021 minggu, Ibu ingin memeriksakan kehamilannya,
11.00 WIB Puka, JTH, mengatakan hamil 9 bulan anak kedua,
preskep belum pernah keguguran dan gerakan janin
masih dirasakan.
Objektif:
KU: baik
TD : 110/80 mmHg
Pols : 80 x/menit
RR :22 x/menit
BB : 68 Kg
T : 36.3oC
Data Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1) Pola makan : 3x/hari
a. Pagi: Sepiring nasi putih/nasi
goring, sayuran, lauk pauk.
b. Siang : Sepiring nasi, sayuran,
lauk pauk
c. Malam : Sepiring nasi, sayur
bening, lauk, buah.
2) Pola minum
a) Air putih : 8 gelas/hari (1 gelas)
b) Jamu : Tidak pernah
c) Susu : 1 x sehari
b. Pola Eliminasi
1) BAK
Frekuensi : 6x/hari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
4 BAB
Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
c. Pola Istirahat dan Tidur
1) Malam : ±8 jam
2) Siang : ±2 jam
3) Keluhan : Tidak ada
4) Aktivitas :Ibudapat melakukan
kegiatanrumah tangga
d. Personal Hygiene
1) Mandi :2x/hari
2) Gosok gigi : 2x/hari
3) Ganti pakaian dalam :2 x/hari
e. Ektremitas
a. atas : simetris, tidak ada oedem,
jari jari lengkap
b. bawah : simetris, tidak oedem,
tidak ada varises, jari jari lengkap
1. Palpasi
TFU = 3 Jari dibawah prosesus
xyphoideus(PX) 32cm, pada fundus teraba
bokong, punggung teraba disisi kanan perut
ibu, bagian terkecil janin teraba di kiri,
presentasi kepala, sudah masuk PAP
TBJ : (32,5-11) x 155
= 3.332 gram
2. Auskultasi
DJJ
Frekuensi: 140 x/menit
Sifat : Kuat dan teratur
Punctummaximum : 3 jari dibawah
pusat
ibu sebelah kanan.
Analisa Data :
G2P1A0 hamil 37 minggu, JaninTunggal
Hidup (JTH), Presentasi Kepala.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan bahwakeadaan
ibu dan janin dalam keadaan baik,
penambahan berat badan normal, dan
bagian terbawah kepala.(Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan).

2. Memberikan ibu suplemen dan


menjelaskan manfaat serta kandungannya
berupa suplemen Etabion 10 Tab (1x1
tab/hari) yaitu suplemen vitamin mineral
berupa zat besi, vitamin D , C, B12 serta
Asam Folat yang berfungsi mencegah
anemia dan baik untuk perkembangan
janin,hindari minum Suplemen
bersamaan dengan teh, kopi, minuman
soda dan susu, usahakan minum tablet Fe
bersamaan dengan air jeruk atau air
hangat untuk meningkatkan proses
penyerapan suplemen.
(Ibu mengerti dan mau mengkonsumsi
suplemen dan tablet fe dengan benar)

3. Mengingatkan kepada ibu tentang tanda


– tanda bahaya kehamilan trimester III
seperti perdarahan pervaginam, sakit
kepala yang disertai dengan penglihatan
kabur, nyeri perut hebat dan ketuban
pecah dini, apabila ada salah satu tanda
bahaya kehamilan tersebut maka ibu
segera datang ke fasilitas kesehatan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)

4. Mengingatkan ibu tentang tanda – tanda


persalinan seperti sakit perut menjalar
kepinggang, adanya kontraksi yang
semakin sering dan kuat, keluar lendir
bercampur darah, apabila ada salah satu
tanda persalinan tersebut maka ibu segera
datang ke fasilitas kesehatan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan )

5. Mengingatkan kembali ibu tentang


persiapan persalinan
a) Menjelaskan apa saja yang harus
disiapkan pada saat proses persalinan,
yaitu peralatan untuk bayi seperti
popok bayi,baju bayi, topi bayi, kaos
kaki bayi, selimut bayi, sarung tangan.
Perlengkapan untuk ibu yaitu baju
yang longgar, kain, bra / BH, stagen,
celana dalam, pembalut untuk ibu
nifas.
b) Mempersiapkan tempat bersalin,
penolong persalinan yang memadai.
c) Mempersiapkan transportasi ketempat
persalinan.
d) Menyiapkan biaya yang dibutuhkan
dalam proses persalinan.
e) Memberitahu keluarga terutama suami
agar mendampingi ibu dalam
menghadapi proses persalinan.
(ibu bersedia meyiapkan persiapan
persalinan yang dibutuhkan)
6. Memberitahu ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila
ada keluhan.
(Ibu mengerti dan mau melakukan
kunjungan ulang)

CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN PADA NY “F” DI


PRAKTIK MANDIRI BIDAN (PMB) PISKA MARIATI KECAMATAN
MUARA
ENIMKABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2021

No Hari/Tangg Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
al & waktu
1. 25februari G2P1A0 Subjektif:
2021 hamil 39 Ibu datang ke Praktik Mandiri Bidan (PMB)
12.00 Wib Inpartu Piska Mariati, ibu mengatakan ingin
kala I fase melahirkan. Ibu mengaku sudah keluar
aktif, Janin lendir bercampur darah dan sakit pinggang
tunggal yang menjalar sampai ke perut sejak
hidup, pukul10.00 WIB, gerakan janin masih
presentasi dirasakan. Dan ibu mengatakan cemas
kepala. menghadapipersalinan.

Data Kebiasaan Sehari-hari


Nutrisi Terakhir
1. Makan Terakhir
Pukul : 09.30 WIB.
Jenis : Sepiring nasi, semangkuk sayur
bayam, sepotong ikan, sebuah pepaya.
Terakhir Minum
Jenis
Air Putih : ± 7 gelas (220 cc).
2. Pola Eliminasi
BAK Terakhir
Pukul : 08.50 wib
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
BAB Terakhir
Pukul : 07.20 wib
Warna : kuning kecoklatan
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada

Aktivitas dan Istirahat Terakhir


Tidur Malam :
± 7 dan jam (rutinitas mulai tidur pada
pukul 21.00 WIB terbangun pada pukul
05.00 wib, namun sering terbangun
karena perutnya sakit)
Tidur Siang : ± 2 jam

Aktivitas :
Ibu berjalan-jalan untuk mempercepat
persalinan.
3. Pola Kebersihan diri
Terakhir Mandi : 2x/ (pagi, sore)
Sikat gigi: 2x/ hari setiap habis makan
Ganti pakaian dalam : 3x/ hari (saat
terasa lembab)
Vulva hygine :
(Setiap selesai BAK/BAB).

Objektif:
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
TB : 155 cm
Pols : 84 x/menit
BB : 70 kg
RR : 24 x/menit
Lila : 26 cm
T : 36.2oC
2. Inspeksi
a. Genetalia : ada lendir bercampur
darah
3. Palpasi Abdomen
TFU = pertengahan pusatdan px (33 cm),
pada fundus teraba bokong, punggung
teraba disisi kanan perut ibu, presentasi
kepala, sudah masuk PAP (2/5). TBJ :
(33-11) x 155
= 3.410 gram
His: 3x dalam 10 menit selama 35 detik,
teratur.
4. Auskultasi
DJJ : (+)
Frekuensi :148 x/menit
Sifat : kuat dan teratur
Lokasi : di bawah pusat sebelah
kanan perut ibu
5. Pemeriksaan dalam
14.00 WIB Portio : Tipis
Pendataran : 40 %
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : Hodge II
Penunjuk : UUK Kanan depan
Analisa Data :
G2P1A0 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif,
Janin tunggal hidup, presentasi kepala,
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu bahwa saat ini
pembukaan sudah 4 cm dan keadaan bayi
normal, DJJ 148 x/m dan tidak ada
kelainan, His: 3x dalam 10 menit selama
35 detik, teratur.
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Menganjurkanibu untuk mencari posisi


yangnyaman seperti posisi tidur miring
kiri, berjalan-jalan, jongkok, agar kepala
bayi cepat turun dan rasa sakit
berkurang.Memberitahu ibu untuk
menghindari posisi terlentang yang
terlalu lama dan menganjurkan kepada
suami atau keluarganya untuk
mengusap- usap punggung ibu agar tidak
terasa sakit. (Ibu telah mengerti dan mau
melakukannya)

3. Menganjurkan kepada ibu untuk makan


dan minum di sela-sela tidak ada
kontraksi agar ibu mempunyai tenaga
saat proses persalinan nanti. Seperti nasi,
sayur, lauk-pauk, buah, roti, dan minum
air putih atau teh manis hangat.
(Ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran)

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk


mengurangi rasa sakit yaitu mengatur
nafas dan menghirup udara dengan
menarik atau menghirup nafas panjang
dari hidung dan mengeluarkannya
sedikit-sedikit dari mulut.
(ibu mau melakukan teknik relaksasi)

5. Mengingatkan kembalikepada ibu


tentang cara meneran yang baik yaitu
apabila ada kontraksi, ibu atur nafas
terlebih dahulu sambil meletakkan posisi
tangan berada dilipatan paha, dengan
mata melihat ke arah pusat, dan ibu
meneran tanpa suara seperti mau BAB
keras.
(Ibu mengerti dan mau meneran dengan
baik)
6. Melakukan observasi kemajuan
persalinan setiap 4 jam sekali melakukan
pemeriksaan dalam dan tekanan darah,
setiap 2 jam sekali pemeriksaan suhu,
urine dan setiap 30 menit sekali
melakukan pemeriksaan nadi,
pernapasan, DJJ, dan kontraksi uterus.
(Telah dilakukan dan hasil observasi
terlampir)

7. Menyiapkan partus set lengkap, obat-


obatan, serta perlengkapan ibu dan bayi.
a. Alat partus set : ½ koher, gunting
epis, klem tali pusat, gunting tali
pusat
b. Heating set: nal, catgut, nalpuder,
piset anatomis, guntuiong benag,
bengkok, kassa, air DTT, air klorin,
APD, kom, betahin, kapas alcohol
c. Obat-obatan : lidocain, pitogin,
misoprostol, vit K, kateter, urine bag,
spuit 1 cc, spuit 3 cc
d. Perlengkapan ibu: kain (4), gurita,
pakaian ganti dan pembalut
e. Perlengkapan bayi : popok (2),
gurita, cawat, pakaian bayi, sarung
tangan dan kaki
(Semua perlengkapan sudah lengkap)

6. Auskultasi
DJJ : (+)
Frekuensi :145x/menit
Sifat : kuat dan teratur
Lokasi : di bawah pusat sebelah
kanan perut ibu

7. Pemeriksaan dalam
kembali Portio : Tipis
Pendataran : 80 % cm
16.00 WIB Pembukaan : 8 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Penurunan : Hodge III
Penunjuk : UUK Kanan depan
His: 4x dalam 10 menit selama 45 detik,
teratur.

Analisa Data :
G2P1A0 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif,
Janin tunggal hidup, presentasi kepala,

Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu bahwa saat ini
pembukaan sudah 8 cm dan keadaan bayi
normal, DJJ 145x/m dan tidak ada
kelainan, His: 4x dalam 10 menit selama
35 detik, teratur.
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Menganjurkanibu untuk mencari posisi


yangnyaman seperti posisi tidur miring
kiri, berjalan-jalan, jongkok, agar kepala
bayi cepat turun dan rasa sakit
berkurang.Memberitahu ibu untuk
menghindari posisi terlentang yang
terlalu lama dan menganjurkan kepada
suami atau keluarganya untuk mengusap-
usap punggung ibu agar tidak terasa
sakit. (Ibutelah mengerti dan mau
melakukannya)

3. Menganjurkan kepada ibu untuk makan


dan minum di sela-sela tidak ada
kontraksi agar ibu mempunyai tenaga
saat proses persalinan nanti. Seperti nasi,
sayur, lauk-pauk, buah, roti, dan minum
air putih atau teh manis hangat.
(Ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran)
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk
mengurangi rasa sakit yaitu mengatur
nafas dan menghirup udara dengan
menarik atau menghirup nafas panjang
dari hidung dan mengeluarkannya
sedikit-sedikit dari mulut.
(ibu mau melakukan teknik relaksasi)

5. Mengingatkan kembali kepada ibu


tentang cara meneran yang baik yaitu
apabila ada kontraksi, ibu atur nafas
terlebih dahulu sambil meletakkan posisi
tangan berada dilipatan paha, dengan
mata melihat ke arah pusat, dan ibu
meneran tanpa suara seperti mau BAB
keras.
(Ibu mengerti dan mau meneran dengan
baik)

6. Menyiapkan pertolongan persalinan yaitu


menggunakan APD, mencuci tangan,
memakai sarung tangan dan celemek.

ASUHAN KEBIDANAN KALA II

No Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
& waktu
1. 25 Februari2021 G2P1A0 Subjektif:
18.15 WIB hamil 39 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
minggu Ibu merasa adanya kontraksi yang semakin
inpartu meningkat dan tekanan yang kuatpada
kala II daerah rektum dan vagina, ibu mengaku
janin keluar air ketuban berwarna jernih.
tunggal
hidup, Objektif:
punggung 1. Pemeriksaan Umum
kanan, KU : Baik
presentasi Kesadaran :Compos
kepala, Mentis TD : 110/70 mmHg
TB : 155 cm
Pols : 84 x/menit
RR : 22x/menit
T : 36.4oC

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
1. Terdapat tanda-tanda kala II,yaitu:
perineum menonjol, vulva membuka,
anus membuka.
b) Palpasi
His: 5x10’x50’’ teratur.
c) Auskultasi :
DJJ: (+)
Frekuensi : 142 x/menit,
Lokasi : di bawah pusat sebelah kanan
perut ibu
3. Pemeriksaan dalam
Portio : Tidak teraba
Pendataran : 100%
Pembukaan : Lengkap
Ketuban : Jernih
Presentasi : Kepala
Penunjuk : UUK
Penurunan : hodge III-IV

Analisa Data :
G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala II fase
aktif,janin tunggal hidup, punggung kanan,
presentasi kepala.
Penatalaksanaan :
1. Memperhatikan tanda dan gejala kala II
yaitu ibu mempunyai keinginan untuk
meneran, perineum menonjol, vulva dan
2. spingter ani membuka, serta ibu
merasakan tekanan yang kuat dan
semakin meningkat pada daerah rektum
dan vagina.
(Tanda dan gejala kala II sudah ada)

3. Melakukan pemeriksaan DJJ setelah


kontraksi uterus berhenti dan pastikan
DJJ dalam batas normal.
( DJJ: 142 x/ menit)

4. Menyiapkan pertolongan persalinan


yaitu menggunakan APD, mencuci
tangan, memakai sarung tangan, celemek
menghisap oksitosin 10 IU kedalam
spuit, dan mendekatkan partus set.
(Persiapan telah dilakukan)

5. Memecahkan ketuban dengan setengah


koher, jam 18.18 WIB,Memimpin
persalinan setiap ada kontraksi sampai
kepala membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, kemudian tahan perineum
dengan tangan kanan dan tangan kiri
melindungi kepala bayi. Setelah kepala
bayi lahir, usap muka bayi menggunakan
kain bersih atau kasa dan tunggu sampai
kepala melakukan putaran paksi luar
kemudian letakkan tangan secara
biparietal, lalu lahirkan bahu atas dan
bawah bayi, lakukan sanggah susur
untuk melahirkan badan dan tungkai
bayi, setelah seluruh badan bayi lahir
nilai bayi dengan cepatlalu keringkan
bayi.
(Bayi lahir spontan pukul 18.30 WIB,
JK: laki-laki, anus (+), penilaian selintas:
menangis kuat, bergerak, kulit berwarna
merah)

6. Melakukan pemotongan tali pusat


Setelah bayi lahir lakukan penjepitan tali
pusat dengan klem berjarak 3-5 cm dari
perut bayi lalu lakukakanpemasangan
klem kedua dengan jarak 3-5 cm dari
klem pertama. Kemudian lakukan
pemotongan tali pusat dengan gunting
tali pusat. Lalu lakukan pengikatan tali
pusat dengan benang tali pusat,
kemudian bungkus tali pusat
menggunakan kasa
steril.
(pemotongan, pengikatan, dan
pembungkusan tali pusat telah
dilakukan)

7. Melakukan IMD dengan teknik skin to


skin, mengarahkan kepala bayi ke salah
satu payudara ibu, selimuti ibu dan bayi,
dan pasangkan topi bayi
(IMD telah dilakukan)

ASUHAN KEBIDANAN KALA III

N Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
o & waktu
1. 25 Februari P2A0Kala Subjektif:
2021 III Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan
18.35 WIB senang atas kelahiran bayinya dan masih
merasakan mules pada perut.

Objektif:
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis.
2. Pemeriksaan Kebidanan
Abdomen
TFU : sepusat
Kontraksi : baik
Kandung Kemih : tidak penuh
Pada vulva terdapat tali pusat, pada
vagina pengeluaran darah tidak aktif, dan
terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta

Analisa Data :
P2A0 Kala III

Penatalaksanaan :
1. Palpasi kembali uterus untuk memastikan
tidak ada bayi kedua dalam uterus.
(Telah dilakukan dan tidak ada bayi
kedua)

2. Memberitahu ibu bahwa ibu akan


disuntik oksitosis 10 unit secara IM di
1/3 sias paha kanan atas bagian luar ibu
(ibu mau disuntik oksitosi pukul 18.31
WIB)

3. Melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit


secara IM di 1/3 sias paha kanan bagian
luar ibu.
(oksitosin telah disuntikkan)

4. Melihat adanya tanda-tanda pelepasan


plasenta, yaitu :
a. Uterus membundar
b. Tali pusat memanjang
c. Adanya semburan darah secara tiba-
tiba
(adanya tanda-tanda pelepasan plasenta)

5. Lakukan peregangan tali pusat terkendali


pada saat uterus berkontraksi tangan kiri
melakukan dorso kranial,tali pusat
sejajarkan dengan lantai arahkan ke atas
lalu kebawah setelah plasenta di introitus
vagina lalu putar plasenta searah jarum
jam sampai plasenta terpilin. Plasenta
lahir lengkap pukul 18.45 WIB.

6. Lakukan masase sampai fundus teraba


keras
( uterus berkontraksi dengan baik )

7. Periksa kelengkapan plasenta yaitu


kotiledon,korion dan selaput amnion
lengkap
(kelengkapan plasenta telah diperiksa)

8. Periksa laserasi jalan lahir


(tidak ada laserasi jalan
lahir)

ASUHAN KEBIDANAN KALA IV

N Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
o & waktu
1. 25 Februari P2A0Kala Subjektif:
2021 IV Ibu merasa lelah dan perutnya masih terasa mules
18.50 WIB dan bahagia atas kelahiran bayinya
Objektif:
Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : composmentis.
Pemeriksaan Kebidanan
Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Kandung Kemih : tidak penuh
Konsistensi : keras
Analisa Data :
P2A0 Kala IV

Penatalaksanaan :
1. Menjelaskan kepada ibu proses
persalinan telah selesai dan terdapat
robekan dijalan lahir (ibu mengerti
dengan keadaannya)
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa tidak ada
luka jalan lahir dan tidak perlu dilakukan
penjahitan luka jalan lahir (Ibu sudah
mengetahuinya)
3. Membersihkan ibu dan melakukan vulva
hygiene dengan air DTT (Ibu dibersihkan
dan dilakukan vulva hygiene)
4. Mengganti pakaian ibu dan memakaikan
pembalut pada ibu (Ibu sudah bersih dan
rapih)
5. Memberi ibu selamat atas kelahiran
anaknya
6. Melakukan dekontaminasi peralatan
bekas persalinan (Alat akan disterilkan).
7. Melakukan cuci tangan secara efektif
8. Menganjurkan ibu untuk makan dan
minum agar kondisi ibu segera pulih (ibu
makan seporsi nasi, sepotong tahu, ½
mangkuk sayur bening bayam dan
minum 2 gelas air putih).
9. Memantau kala IV pada satu jam pertama
15 menit. TTV: TD: 120/80mmHg,
T:370C RR : 21 x/ menit P: 80 x/menit
TFU : 2 jari di bawah pusat Kontraksi
uterus: baik (konsistensi keras)
Perdarahan :± 20 ml Kandung kemih :
kosong
10. T:36,90C RR : 20 x/ menit P: 80
110x/menit Memantau kala IV pada jam
kedua 30 menit. TTV: TD: /70mmHg,
TFU : 2 jari di bawah pusat
11. Sehingga uterus berkontraksi dan fundus
teraba keras.
12. Melakukandokumentasi (dokumentasi telah
dilakukan).
13. Memberikan bayi kepada bapak untuk
diazankan 1 jam atau setelah ibu
menyusui bayinya.
14. Melengkapi partograf.

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 6 JAM TERHADABAYI


NY.”F” DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN(PMB) PISKA MARIATI
KECAMATAN MUARA ENIM KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN 2021

Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2021


Pukul : 00.30 WIB

Nama Pengkaji : Sonia Ira Putri

I. SUBYEKTIF

BIODATA

Nama Bayi : By. Ny. F

Umur : 6 Jam

Tanggal lahir : kamis, 25 Februari 2021

Jam lahir : 18.30 WIB

Jenis Kelamin : Laki-laki

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ibu : Ny.”F” Nama Ayah : Tn. “A”

Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun

Suku/Bangsa : Sumatra/Indonesia Suku/Bangsa : Sumatra/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Tangsi Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim

A. Alasan kunjungan saat ini

1. Kunjungan ke 1

2. Keluhan-keluhan : Tidak Ada

B. Status Kesehatan
1. Riwayat Penyulit Pada Persalinan

a. Perdarahan : Tidak Ada

b. Preeklampsia : Tidak Ada

c. Eklampsia : Tidak Ada

d. Lain-lain : Tidak Ada

2. Riwayat Persalinan Sekarang

a. Tempat melahirkan :PMB Piska Mariati Kabupaten Muara Enim

b. Penolong persalinan : Mahasiswadan Bidan

c. Jenis persalinan : Spontan

d. Komplikasi : Tidak Ada

e. Plasenta : Lengkap

f. Perineum : Tidak Ada

g. Ketuban : Jernih

h. Lama persalinan :-

1) Kala I : 4 jam

2) Kala II : 15 menit

3) Kala III :15 menit

4) Kala IV : 2 jam

i. Keadaan bayi waktu lahir :

Waktu Tanda 0 1 2 Skor


1 menit Warna kulit 2
Frekuensi jantung 2
Tonus Otot 1 8
Usaha bernafas 2
Refleks 1
2 menit Warna kulit 2
Frekuensi jantung 2
Tonus Otot 2 9
Usaha bernafas 2
Refleks 1

II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

1) Nadi : 120x/menit

2) RR : 48x/menit

3) T : 36,6°C

B. Pemeriksaan Khusus

a. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala :simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak ada cephal

hematoma.

2) Muka :simetris, tidak pucat, tidak terdapat tanda-tanda kelainan

3) Mata :simetris, tidak ada secret, tidak ada perdarahan.

4) Kulit : warna kulit kemerahan, tidak keriput.

5) Hidung :simetris, bersih, tedapat septum, tidak ada kelainan.

6) Telinga :simetris, daun telinga terbentuk dengan baik, tidak ada

kelainan.

7) Mulut :tidak ada kelainan labioskizis, tidak ada

kelainan Labiospalatoskizis

8) Leher :tidak terdapat kaku leher, refleks tonic neck baik.


9) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada.

10) Abdomen :simetris, tidak ada omfalokel, tidak ada perdarahan tali

pusat dan tidak ada tanda infeksi.

11) Genetalia eksterna : testis sudah turun ke skrotum.

12) Anus : (+) , (bayi sudah miksi)

13) Ekstremitas atas : jari lengkap, tidak ada sindaktili dan polidaktili,

kuku jari tidak pucat.

14) Ekstremitas bawah :jari lengkap, tidak ada sindaktili dan polidaktili,

kuku jari tidak pucat.

b. Pengukuran Antropometri

1) BB Lahir : 3.300 gram

2) PB Lahir : 50 cm

3) Lingkar kepala : 33 cm

4) Lingkar dada : 32 cm

5) Lingkar lengan atas: 12 cm

c. Pemeriksaan Refleks

1) Refleks rooting : (+)

2) Refleks sucking : (+)

3) Refleks swallowing : (+)

4) Refleks tonick neck : (+)

5) Refleks moro : (+)

6) Refleks grasping : (+)

7) Refleks babinski : (+)

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium klinik : tidak dilakukan

2) Diagnosa pemeriksaan lainnya : tidak dilakukan.

III. ANALISA DATA

Diagnosa : Bayi baru lahir normal 6 jam yang lalu

IV. PENATALAKSANA

1. Melakukan pencegahan hipotermi pada bayi seperti:

memakaikan bayi topi, pakaian yang bersih dan hangat serta kering.Men-

jauhkan bayi dari ruang AC, kipas angin, dan jendela terbuka.Menganjur-

kan ibu untuk tetap memeluk bayinya agar tetap hangat dan dapat

mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya (teknik

kangguru, yaitu skin to skin, bersentuhan kulit ibu dan bayi).

(pencegahan hipotermi telah dilakukan)

2. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan perawatan tali pusat dan

pencegahan infeksi.Bersihkan tali pusat menggunakan kapas DTT,

kemudian keringkan dengan kassa steril, setelah kering balut tali pusat

menggunakan kassa steril tanpa tambahan apapun, hanya kassa steril.

(Perawatan tali pusat telah dilakukan)

3. Menganjarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu adalah sebagai berikut:

a) Bagi ibu menyusui, posisikan diri senyaman mungkin dan rilekskan diri

Anda. Cara agar ibu merasa nyaman misalnya dengan bersandar atau

ganjal badan ibu dengan bantal.


b) Setelah posisi ibu nyaman, gendong dan pegang kepala bayi dengan

satu tangan dan pertahankan posisi payudara ibu dengan tangan ibu

yang lain. Lalu dekatkan muka bayi ke payudara ibu. Pastikan tubuh

bayi menempel betul dengan tubuh ibu.

c) Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan menggunakan

puting susu ibu. Tujuannya agar mulut bayi terbuka lebar. Biarkan bayi

memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar puting payudara

ibu) ke dalam mulut bayi.

d) Bayi akan mulai menggunakan lidahnya untuk mengisap ASI. Ibu

tinggal mengikuti irama menyedot dan menelan yang keluar.

e) Ketika ibu ingin menyudahi atau berpindah ke payudara yang lain,

letakkan satu jari ibu ke sudut bibir bayi, nanti di sini anak akan

melepaskanisapannya. Jangan tiba-tiba melepas mulut bayi atau

menggeser payudara. Hal ini akan membuat bayi rewel dan akan sulit

menyusui lagi nantinya.

f) Biarkan bayi mengatur sendiri seberapa cepat ia akan makan. Perlu

diingat, tidak ada batasan waktu pasti saat menyusui.

g) Kapan harus mulai berpindah payudara? Ibu dapat merasakan payudara

akan menjadi lunak setelah bayi menyusu di satu payudara. Tindakan

menyusui secara bergantian dapat mencegah payudara yang belum

dipakai menjadi nyeri.

h) Ketika bayi masih ingin menyusu bayi akan memasukkan areola ke

dalam mulutnya dan kembali mengisap. Sedangkan kalau sudah

kenyang, bayi akan berhenti dengan sendirinya.


i) Setelah bayi Anda kenyang, tepuklah pelan-pelan di sekitar punggung

bayi,biarkan bayi mengeluarkan sendawa.

(ibu mengetahui dan mengerti cara menyusui banyinya dengan benar)

4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan tempat tidur ibu dan bayi,

segera ganti pakaian bayi apa bila BAK/ BAB. Anjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan tali pusat, jangan biarkan kotor dan lembab karena

dapat menyebabkan infeksi. Memandikan bayinya 2 kali sehari, pagi hari

dan sore hari.(Ibu mengerti dan menjaga personal hygiene bayinya).

5. Menjelaskan pada ibu bahwa bayi telah diberikan suntikan Vit K pada 1/3

paha kiri luar bayi segera setelah bayi lahir dan salap mata pada mata kiri

dan kanan bayi. (ibu mengetaui dan mengerti)

6. Memberikan imunisasi Hb0 Setelah 1 jam penyuntikan Vit K dengan cara

melakukan penyuntikan Hb0 di 1/3 paha kanan luar bayi.

(Bayi telah mendapat imunisasi)

7. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pada

bayinya tanpa memberi makanan tambahan apapun karena ASI sangat baik

untuk tumbuh kembang bayi dan sebagai zat antibodi yang membuat bayi

tidak mudah sakit.(Ibu mengerti dan mau memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya)

8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya BBL yaitu apabila kulit

bayinya berwarna kuning lebih dari 3 hari, bayi sulit bernapas, tidak mau

menetek, isapan lemah, rewel, menangis terus-menerus, tali pusat basah,

memerah, bengkak, bernanah, dan berbau busuk, bayi kejang, demam

tinggi. Jika ibu menemukan salah satu tanda diatas Anjurkan ibu untuk
segera bawa bayinya ke tenaga kesehatan terdekat untuk dilakukan

penanganan segera.

(Ibu mengerti dan sudah mengetahui tanda bahaya BBL dan bersedia

membawa anaknya ke bidan bila menemukan salah satu tanda bahaya

diatas)

9. Mendokumentasikan semua tindakan dan hasil pemeriksaan serta

memberitahu ibu bahwa bayinya akan dikunjungi lagi pada tanggal 03

maret 2021.

CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR 7 HARI

N Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
o & waktu
1. 03Mraret 2021 Neonatus Subjektif:
10.00 WIB usia 7 hari Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI saja,
bayi sudah BAK dan BAB

1. Pola kebutuhan sehari – hari


a. Pola nutrisi
Jenis : ASI.
Frekuensi : on demand (14 kali).
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 2-3 x/ hari
Warna : hijau kehitaman
Kosistensi : lembek
Penyulit: tidak ada
BAK
Frekuensi : 4x / hari
Warna : kuning jernih
Penyulit : tidak ada
2. Pola istirahat atau tidur
Tidur : 15-17 jam (dibangunkan ketika
ingin menyusudan BAK/BAB).

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran:
composmentis Tanda-
tanda vital
HR : 139 x/m,
RR : 43x/m,
T : 36,70C
BB : 3.500 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
Lila: 12 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Kepala: tidak ada sefal hematoma dan
caput suksedeneum
b. Mata : simetris, tidak ikterik
c. Hidung : tidak ada kelainan, ada
septum
d. Telinga : simetris, tidak ada kelainan
e. Mulut :tidak ada labioskizis dan
tidak ada labiopalatoskizis
f. Dada : simetris, tidak ada retraksi
dinding
dada
g. Abdomen : tidak ada perdarahan tali
pusat, dan tidak infeksi
h. Genetalia eksterna : scrotum berwarna
hitam, testis sudah turun
i. Ekstremitas: simetris

Analisa Data :
Neonatus usia 7 hari

Penatalaksanaan :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
bahwa bayi dalam keadaan sehat (Ibu dan
keluarga mengetahui kondisi kesehatan
bayinya)

2. Memberi tahu Ibu dan keluarga tentang


imunisasi dasar pada bayinya.
a) Hepatitis B
Bertujuan untuk memberikan Kekebalan
terhadap penyakit hepatitis
Cara imunisasi :Diberikan sebanyak 3 kali
interval yaitu 1-2 bulan (suntikan I ke II),
5 bulan (suntikan II ke III), imunisasi
ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian
dasar.
b) BCG
Bertujuan untuk memberikan ketahanan
terhadap virus TBC (Tubercle bacilli)
yang hidup didalam darah. Imunisasi ini
dilakukan sekali pada bayi usia 0-2 bulan.
Diberikan secara IC pada lengan atas
dengan dosis 0.05 ml untuk anak < 1 th,
0.1 ml untuk anak > 1 th.
Efek sampingnya : muncul bisul kecil
didaerah bekas luka dan akan sembuh
dengan sendirinya. Biasanya suntikan
BCG tidak menimbulkan panas.
c) POLIO
Bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap suatu penyakit polio. Dengan
cara teteskan kedalam mulut sebanyak 2
tetes (0,1 ml). Polio diberikan 4 kali pada
bayi 0-
11 bulan.
Efek samping : Hampir tidak ada, hanya
sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan.
d) DPT-HB-Hib
Bertujuan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, tetanus dan
pertusis. Imunisasi ini diberikan tiga kali
pada usia 2-11 bulan. Diberikan secara IM
pada lengan atas. Dengan dosis 0,5 cc.
Diberikan secara IM 1/3 paha bagian luar.
Bertujuan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit hepatitis B.
Diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan.
Diberikan secara IM 1/3 paha bagian luar.
Bertujuan untuk melindungi tubuh dari
virus haemophilusn influenza type B, yang
bisa menyebabkan meningitis, pnemonia,
dan epigloitis (Infeksi pada katup pita
suara dan tabung suara) dengan dosis 0.5
ml secara IM 1/3 paha bagian luar.
Efek samping : anak akan timbul demam,
jadi biasanya diberikan paracetamol 3 x ¼.
Pembekakan pada daerah penyuntikan
selama 1-2 hari dan anak akan mengalami
rasa gelisah, sering menangis, kurang
nafsu makan dan bengkak pada daerah
bekas suntikan. Tapi dalam tiga hari akan
hilang dengan sendirinya.
e) CAMPAK
Bertujuan untuk mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit campak secara aktif.
Diberikan 1 kali pada bayi usia 9 bulan
sampai 1 tahun. Melalui suntikan SC pada
lengan atas dengan dosis 0.5 cc.
Efek samping : biasanya tidak terdapat
reaksi mungkin demam dan bercak merah
dan akan hilang pada hari ke 7 setelah
penyuntikan. Jika demam biasanya diberi
paracetamol 3 x ¼.
(Ibu mengetahui jadwal Imunisasi dan
akan melakukan imunisasi dasar pada
bayinya)
3. Menganjurkan pada ibu untuk terus
menjemur bayinya di pagi hari mulai
pukul
07.00 – 09.00 pagi minimal 15 menit dan
melepas semua pakaian bayi sehingga
tubuh bayi terkena sinar matahari tak
terkecuali punggung. Karena matahari
pagi memiliki kandungan spektrum sinar
biru yang dapat membantu dalam
mengurangi kadar bilirubin dalam darah
bayi. (Ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang diberikan)
4. Mengingatkan pada ibu tentang ASI
eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan
dan minuman tambahan apapun, hal ini
sangat baik untuk tumbuh kembang bayi
dan ASI mengandung zat antibodi yang
membuat bayi tidak mudah sakit. (Ibu
telah mengerti tentang ASI eksklusif dan
mau memberikan ASI eksklusif

5. Mengingatkan kembali tanda-tanda


bahaya pada bayi seperti sesak nafas, sulit
minum, suhu badan panas, pergerakan
kurang aktif, kejang dan kulit kuning.
(Ibu mengerti dan akan segera
memeriksakan bayinya jika menemukan
salah satu tanda diatas)

6. Mendokumentasikan semua tindakan dan


hasil pemeriksaan serta memberitahu ibu
bahwa bayinya (Telah dilakukan dan ibu
bersedia jika bayinya akan dikunjungi lagi

CATATAN PERKEMBANGAN POSTNATAL CARE TERHADAP NY ”F” POST


PARTUM 6 JAM DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PISKA MARIATI
KABUPATEN MUARA ENIMTAHUN 2021

N Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
o & waktu
1. 26Februari202 Post Subjektif:
1 partum 6 Ibu baru saja melahirkan anak kedua. Ibu
00.15 WIB jam mengatakan masih merasakan mules pada
perutnya.

Data Kebiasaan Sehari-hari


Nutrisi
1. Pola Makan :
Jenis : sepiring nasi, ½ mangkuk sayur
bayam, 1 potong ikan.
2. Pola Minum :
Jenis : Air Putih : ± 7 gelas
3. Pola Eliminasi :
BAK
Frekuensi : 4x
Warna : kuning jernih.
Keluhan : tidak ada.
BAB
Aktivitas dan Istirahat
Tidur Malam :
± 7 jam (mulai tidur pada pukul 10.00
wib dan bangun pada pukul 05.00 wib).
Tidur Siang : Tidur
Aktivitas terakhir :± 2 jam
Ibu melakukan mobilisasi turun dari
tempat tidur, berjalan untuk pergi ke
toilet.
4. Pola Kebersihan diri
Mandi : 3 x sehari
Sikat gigi : 3x (saat ke kamar mandi)
Ganti pakaian dalam : 3x/hari (saat
penuh )
Vulva hygine: (setiap selesai
BAK/BAB).
Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg,
RR : 20 x/m,
P : 82 x/m,
T : 36,5 0C.
BB : 65 kg.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : tidak oedem, tidak pucat.
b. Mata : konjungtiva merah muda dan
sklera putih.
c. Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada
caries gigi.
d. Payudara : puting susu menonjol,
tidak lecet, kolostrum (+).
e. Abdomen : TFU 3 jari bawah pusat,
kontraksi baik (keras).
f. Genetalia: pengeluaran lochea rubra,
berbau anyir
g. Perineum : tidak terdapat luka jahitan
h. Ekstremitas
1) Atas : simetris, kuku bersih, ujung
jari tidak pucat, tidak ada oedem.
2) Bawah : simetris, kuku bersih,
ujung jari tidak pucat, tidak
odema, tidak varises.
3) Homan Sign : (-)

Analisa Data :
Post partum spontan hari ke 1

Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
bahwa KU dan tanda-tanda vital ibu
dalam batas normal.
KU : Baik
Kes : Composmentis
Suhu: 36,5OC
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan: 20 kali/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
TFU : 3 jari bawah pusat
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Memberitahu ibu bahwa rasa mules yang


ibu rasakan itu adalah hal yang normal
karena sedang terjadinya pengembalian
rahim ke bentuk semula.
(Ibu mengerti dan mengetahui kondisinya
saat ini)

3. Mengajarkan kepada ibu cara menilai


kontraksi uterus. Dengan cara tangan ibu
diletakkan di atas perut bawah dan
rasakan adalah benjolan keras atau tidak,
jika ada berarti uterus ibu berkontraksi
dengan baik jika tidak ada berarti uterus
ibu tidak
berkontrasi uterus dan segera lakukan
masase fundus supaya uterus
berkontraksi dengan baik.
(ibu sudah mengetahui cara menilai
kontraksi uterus)

4. Memberitahu ibu untuk beristirahat yang


cukup dengan cara meminta suami
bergantian mengurus bayinya jika
terbangun di malam hari, anjurkan ibu
memompa ASI dan menyimpannya
untuk di berikan pada bayinya ketika
terbangun di malam hari jadi ibu dapat
beristirahat dengan cukup

5. Memberi tahu ibu tanda tanda bahaya


pada masa nifas yaitu perdarahan post
partum,infeksi luka pererenium, infesi
pada payudara, dan demam pada masa
nifas.Jika ibu menemukan tanda diatas
ibu dan keluarga segera menghubungi
petugas kesehatan terdekat.
( ibu mengatahui dan mengerti)

6. Memberikan konseling tentang nutrisi


yaitu dengan cara mengonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat,
protein, vitamin, seperti 1 porsi piring
nasi, 1 potong daging/ikan, 1 potong
tahu/tempe, sayuran hijau, dan buah-
buahan agar ibu cepat stabil dengan
produksi ASInya banyak.
( ibu mau melakukan anjuran)

7. Mengingatkan kembali kepada ibu


tentang pemberian ASI awal bahwa ASI
harus diberikan pada bayi karena ASI
yang eksklusif sangat baik diberikan
pada bayi dari umur 0-6 bulan untuk
tumbuh kembang dan kecerdasan bayi.
(Ibu mengerti dan mau memberikan ASI
eksklusif)
8. Memberitahukan kepada ibu tentang cara
menyusui yang benar yaitu kepala bayi
harus sejajar dengan payudara ibu,
mendekatkan bayi ke tubuh ibu dan
selanjutnya mengoleskan sedikit air susu
ke sekeliling mammae agar putting tidak
lecet dan masukkan seluruh putting
sampai aerola mammae masuk ke dalam
mulut bayi, jaga hidung bayi jangan
sampai tertutup oleh payudara, tekan
sedikit payudara dengan jari telunjuk agar
bayi bisa bernapas, apabila bayi sudah
kenyang menyusu, sendawakan bayi
dengan menepuk punggung bayi agar
bayi tidak memuntahkan susu yang
diminumnya. (Ibu mengerti dan sudah
paham)

9. Mengajarkan pada ibu cara melakukan


senam nifas hari pertama, kedua dan
ketiga gunanya untuk mengurangi
kelelahan, membantu proses pengem-
balian bentuk rahim ke semula.
(senam nifas telah dilakukan dan ibu
senang dan merasa lelahnya
berkurang)

10. Mengajarkan ibu untuk melakukan


perawatan yang baik kepada bayinya
dengan cara : memandikan bayi minimal
2 kali sehari dengan menggunakan air
hangat agar bayi bersih dan wangi,
apabila tali pusat bayi blm lepas lakukan
perawatan tali pusat dengan cara
mengganti kassa dan menjaga kebersihan
tali pusat agar tidak terjadi
infeksi,mengganti popok dan
membersihkan bayi setelah bayi buang
air kecil dan buang air besar agar tidak
terjadi infeksi,selalu menjaga kebersihan
hidung,telinga,dan rambut bayi dengan
cara membersihkannya, dan berikan asi
kepada bayi setiap 2 jam sekali selama 6
bulan tanpa makanan tambahan.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
11. memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
kunjungan ulang pada tanggal 02 Maret
2021
(ibu bersedia dikunjungi lagi)
CATATAN PERKEMBANGAN KUNJUNGAN ULANG POSTNATAL CARE TERHADAP
NY ”F” POST PARTUM 6 HARI DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN PISKA
MARIATI MUARA ENIM TAHUN 2021

N Hari/Tanggal Diagnosa
Catatan Perkembangan (SOAP)
o & waktu
1. 02 maret 2021 Post Subjektif:
09.00 WIB partum Ibu mengatakan kurang istirahat karena
spontan 6 sering bangunpada malam hari untuk
hari menyusui bayinya danmengganti popok
bayinya.

Objektif:
Melakukan observasi KU dan TTV
TD : 120/80 mmHg
Pols : 82 kali/menit
RR : 24 kali/menit
T : 36,5 oC
Lochea : Serosa
TFU : teraba disimpisis

Analisa Data :
Post partum spontan 6 hari

Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa :
TD : 120/80 mmHg
Pols : 82 kali/menit
RR : 24 kali/menit
T : 36,5 oC
Lochea : Serosa
TFU : teraba disimpisis
(Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa


ketidaknyamanan yang dirasakan ibu saat
ini yaitu kurang istirahat karena sering
bangun pada malam hari untuk menyusui
bayinya dan mengganti popok bayinya itu
adalah hal yang wajar, karena setiap ibu
yang memiliki bayi akan mengalami hal
seperti itu, jadi ibu tidak perlu kha-watir
dan ibu hanya perlu mengatur pola
istirahat untuk mengurangi lelah.
(ibu sudah mengerti dan mau me-
lakukanya)

3. Melakukan pemeriksaan payudara pada


ibu ASI lancar, tidak terjadi pembengka-
kan dan tidak ada benjolan pada payudara
ibu. Ibu harus memberikan ASI setiap 3
jam kepada bayinya atau ketika bayi
sudah memberikan kode (merengek)
bahwa bayi
tersebut sudah lapar.
(ibu sudah mengetahui dan mau
melakukannya)

4. Memberikan konseling mengenai


kebutuhan istirahat bahwa jika ibu sering
terbangun pada malam hari untuk me-
nyusui bayi dan mengganti popok
bayinya maka ibu harus banyak istirahat
pada siang hari dan ibu ikut tidur jika
bayi sedang tidur agar kebutuhan istirahat
ibu tetap terpenuhi.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)

5. Mendokumentasikan semua tindakan dan


hasil pemeriksaan serta memberitahu ibu
bahwa akan dilakukan kunjungan ulang
pada tanggal 16 Maret 2021 (Telah
dilakukan dan ibu bersedia dikunjungi
lagi).

BAB V

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang

diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang

dilaksanakan di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati Kabupaten

Muara Eim

Setelah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.

“F” diPraktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati Kabupaten Muara Eim

tahun 2021 penulis akan membahas tentang ada atau tidak adanya

kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik saat melakukan pengkajian

mulai dari kehamilan, persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir yang

diuraikan sebagai berikut:

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Berdasarkan pengumpulan data subjektif pada Ny. “F”, ibu mengatakan

ini adalah kehamilan yang pertama, ibu mengatakan bahwa Hari Pertama

Haid Terakhirnya (HPHT) pada tanggal 26 mei 2020 yang kemudian dari

HPHT dapat ditentukan taksiran persalinan ibu yaitu pada tanggal

05Maret2021. Pengkajian pada Ny. “F” ini dilakukan sejak bulan february

2021. Hasil pemeriksaan yang diperoleh Ny. “F” dalam keadaan normal dan

tidak ditemui adanya komplikasi.

Ny.”F” telah melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar yaitu

satukali pada trimester I, dua kali pada trimester kedua, dan dua kali pada

trimester ketiga. Sesuai dengan indikator yang digunakan terhadap akses

terhadap pelayanan antenatal yaitu Kunjungan 1 (K1) dilakukan sekali di

trimester satu, Kunjungan 2 (K2) juga dilakukan sekali di trimester dua dan

dua kali kunjungan antenatal pada trimester tiga untuk memenuhi K3 dan

K4 (Medical Mini Note, 2018)


Menurut Kemenkes RI (2018), pelayanan kesehatan ibu hamil yang

diberikan harus sesuai dengan standar pelayanan ibu hamil yang terdiri atas

10T yang diuraikan sebagai berikut:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Berat badan ibu hamil akan bertambah 6,5 sampai 16,5 selama hamil

atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu (Manuaba,

2018). Penambahan berat badan pada Ny.”F” selama masa kehamilan

adalah 12 kg.Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan

dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi

badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk

terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD). Tinggi badan Ny. “F”

adalah 155 cm.

b. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90

mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema

wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria). Tekanan darah

Ny.”F” saat dilakukan pemeriksaan masih dalam batas normal

yaitu120/80 mmHg.

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga

kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamilberisiko Kurang Energi

Kronis (KEK). KEK disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)


dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

melahirkan BBLR (Permenkes, 2018).Pemeriksaan LILA pada Ny.”F”

ialah 26 cm.

d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kunjungan antenatal

bertujuan untuk mendeteksi apakah pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan usia kehamilan.Standar pengukuran menggunakan pita ukur

setelah kehamilan > 20 minggu. Bila ditemukan keadaan TFU tidak

sesuai dengan usia kehamilan, bidan dapat melakukan rujukan atau

penanganan gangguan pertumbuhan janin (Kemenkes RI, 2018).

Pada pengkajian awal tanggal 10 Februari 2021, pada usia kehamilan

36 minggu 2 hariTFU 3 jari dibawah pusat dan Prosesus Xyphoideus PX

(32 cm). Hal ini sudah sesuai dengan TFU pada usia 36 minggu 2 hari

yaitu 3 jari dibawah pusat Prosesus Xyphoideus PX (Elisabeth, 2018)

e. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menghitung DJJ digunakan untuk mengukur tingkat kesejahtaraan

janin di dalam kandungan. DJJ pada usia kehamilan 10 minggu

menggunakan Doppler dan pada usia kehamilan 20 minggu

menggunakan fetoskop Pinard (Saifuddin, 2018). DJJ normal antara 120-

160 kali per menit (Permnkes, 2018). Pemeriksaan auskultasi didapatkan

DJJ (+) dengan frekuensi 140x/menit bersifat kuat dan teratur pada

punggung janin yang teraba disebelah kanan perut ibu.

f. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus

toksoid sesuai status imunisasi


Menurut Kemenkes RI (2018), vaksin TT adalah vaksin yang aman

dan tidak mempunyai kontra indikasi dalam pemberiannya. Meskipun

demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi

berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh: kejang, koma,

demam >40 0C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan). Ibu

dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah

sembuh. Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil

harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan

status imunisasi TT yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian

imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya

terdapat interval minimal antar dosis TT.

Menurut Kemenkes RI (2018), status TT dihitung sejak imunisasi

dasar pada bayi balita dan masa sekolah. TT1 diberikan pada saat

imunisasi DPT-HB-Hib 1 ketika berumur 2 bulan, TT2 diberikan pada

saat imunisasi DPT-HB-Hib 2 ketika berumur 3 bulan dengan masa

perlindungan 3 tahun, TT3 diberikan pada saat imunisasi DT kelas 1 SD

dengan masa perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan pada saat imunisasi Td

kelas 2 SD dengan masa perlindungan 10 tahun dan TT5 diberikan

imunisasi Td kelas 3 SD dengan masa perlindungan 25 tahun.

Berdasarkan skrining imunisasi pada Ny.”F” ibu saat bayi balita masa

sekolah, dan kehamilan anak pertama ibu selalu mendapatkan imunisasi

sesuai jadwal. Hal ini berarti status imunisasi Ny.”F” yaitu TT5 dengan

masa perlindungan 25 tahun, dan selama kehamilan Ny “F” tetap


melakukan imunisasi TT akan tetapi Ny “F” lupa tanggal pada saat ia

melakukan imunisai TT tersebut.

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2018), tablet besi selama kehamilan sangat

penting karena dapat membantu proses pembentukan sel darah merah

sehingga dapat mencegah terjadinya anemia/penyakit kekurangan darah

merah. Tablet besi deberikan pada ibu hamil sebanyak 90 tablet selama

masa kehamilan. Tablet besi mengandung 200 mg ferro sulfat setara

dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet tersebut

wajib dikonsumsi oleh ibu hamil sebanyak 10 tablet setiap bulannya

untuk

mengurangi gejala-gejala sakit saat masa kehamilan.

Selama pengkajian pada Ny.”F” diketahui bahwa Ny.”F” telah

mendapatkan tablet Fe sebanyak 90 tablet yang diberikan 18 tablet setiap

kali ibu melakukan ANC di Praktik Mandiri Bidan (PMB) Piska

MariatiKabupaten Muara Enim dan telah dikonsumsi 90 tablet. Tablet Fe

yang diberikan yaitu Vitonal F yang mengandung Fe 91 mg Ferrous

Fumaret dan 400 Folic Acid. Kandungan Fe dan asam folat pada Vitonal

F telah mencukupi kebutuhan minimal Fe dan asam folat pada ibu hamil

yaitu 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

h. Pelayanan tes laboratorium

Menurut Kemenkes RI (2018), pemeriksaan laboratorium rutin

meliputi golongan darah, hemoglobin, protein urin, dan gula darah puasa.

Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau

kelompok berisiko seperti pemeriksaan Hepatitis B, HIV, Sifilis, Malaria,


Tuberkulosis, dan Thalasemia. Tes laboratorium rutin yang dilakukan

hanya pemeriksaan protein urine, glukosa urine dan hemoglobin, dimana

pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal sekali pada trimester

pertama dan sekali pada trimester ketiga.Pemeriksaan laboratorium baik

pemeriksaan darah atau urine tidak dilakukan diPraktik Mandiri Bidan

(PMB) Atika Mulya Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim.

Menurut teori Saifuddin (2018), kadar Hb ibu normal TM 1 :11,0 gr/dl ,

TM 2 : 11,5 gr/dl, TM 3 : 11,8gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium Ny. “F” yang dilakukan di Puskesmas Muara Enim, didapat

kadar hemoglobin ibu 11.8 gr/dl.

i. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan

sistem rujukan (Permenkes, 2018).

Pada kasus ini, Ny. “F”tidak ditemukan masalah lain yang perlu

dirujuk karena ibu sudah selalu mendapatkan KIE tentang kesehatan ibu

dengan beristirahat yang cukup sekitar 7-8 jam perhari dan tidak bekerja

yang berat, asupan makanan yang cukup dengan pola gizi seimbang

untuk proses tumbuh kembang janin, perilaku hidup bersih dan sehat dan

tanda- tanda bahaya selama kehamilan

j. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling, termasuk keluarga berencana)


Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal

yang meliputi kesehatan ibu, perilaku hidup bersih dan sehat, peran

suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda

bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi

komplikasi, asupan gizi seimbang, IMD dan ASI Eksklusif, KB

pascasalin, dan lain sebagainya (Permenkes, 2018).

Pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. “F”, telah

ditegakkandiagnosa yaitu G2P1A036 minggu 2 hari, janin tunggal hidup,

preskep. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberitahu hasil

pemeriksaan,KIE sering BAK di usia kehamilan TM III,memberikan

tablet fe, mengingatkan tetap menjaga asupan gizi seimbang ,

mengingatkan tetap menjaga pola istirahat yang cukup,mengingatkan ibu

untuk olahraga ringan agar proses persalinan lancar, memberitahu untuk

menyiapkan perlengkapan persalinan, kendaraan, dan donor

darah,menjelaskan tentang tanda bahaya dalam kehamilan,menjelaskan

tentang tanda-tanda persalinan, menganjurkan melakukan kunjungan

ulang 1 minggu lagi atau apabila ada keluhan, melakukan

pendokumentasian dengan metode SOAP.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny.

“F” selama kehamilan diPraktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati

Kabupaten Muara Enim, berdasarkan pelayanan 10T penulistidak

menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

B. Persalinan.

1. Kala I
Berdasarkan data subjektif pada kala I didapatkan hasil tanggal 25

Februari 2021 pukul 12.00WIB, Ny. “F” datang kePraktik Mandiri

Bidan (PMB) Piska Mariati Kabupaten Muara Enim mengatakan hamil

9 bulan anak ke-2 dengan keluhan sakit perut yang menjalar dari

pinggang ke perut bagian bawah sejak pukul 10.00 WIB.

Menurut Indrayani (2018) tanda-tanda masuk dalam persalinan

adalah nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian

depan, sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin

besar; terjadi perubahan pada serviks; pengeluaran lendir dan darah;

pengeluaran cairan. Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

Berdasarkan data objektif pemeriksaan umum dan pemeriksaan

fisik didapatkan ibu dan janin dalam keadaan baik, tanda-tanda vital ibu

dalam keadaan normal, His 3x10’35”, DJJ 148 x/menit, hasil

pemeriksaan dalam portio tipis, pendataran 40%, pembukaan 4 cm,

ketuban utuh, presentasi kepala, penunjuk UUK kanan depan, dan

penurunan kepala di bidang Hodge II-III. Kemudian dilakukan

pemeriksaan palpasi TFU pertengahan pusat-px (McD: 33 cm), sudah

masuk PAP 2/5. Melakukan observasi pada lembar partograf. pada

pukul

16.00 wib dilakukan pemeriksaan dalam kembali pembukaan 8 cm.

Menurut Saifuddin (2018), pencatatan pada partograf dimulai dari

fase aktif ketika pembukaan serviks 4 cm. Menilai dan mencatat DJJ,

kontraksi, nadi setiap 30 menit (lebih sering jika terjadi kontraksi); Nilai

dan catat tekanan darah setiap 4 jam (lebih sering jika diduga ada
penyulit). Nilai kemajuan persalinan setiap 4 jam atau jika terdapat

indikasi. Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Menurut Manuaba (2018), lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida berlangsung ± 8

jam. Pada Ny. “F” lama kala I berlangsung selama 8 jam dihitung dari

pembukaan satu sampai pembukaan lengkap. Dalam hal ini, tidak

menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.

2. Kala II

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir.

Berdasarkan data subjektif, tanggal 25 Februari 2021 pukul

18.15WIB, ibu mengatakan mules semakin sering dan lama, ada rasa

ingin meneran, ada tekanan pada anus. Data objektif diperoleh hasil

pemeriksaan terdapat tanda dan gejala kala II yaitu adanya dorongan

untuk meneran, his semakin sering yang teratur, adanya pengeluaran

lendir yang bercampur dengan darah, dorongan untuk meneran, vulva

membuka, dan perineum menonjol. Tanda dan gejala kala II pada Ny.

“F” sesuai dengan teori yaitu adanya pengeluaran lendir yang

bercampur dengan darah, dorongan untuk meneran, vulva membuka,

dan perineum menonjol (Indrayani, 2018).

Pemeriksaan dalam didapatkan hasil portio tidak teraba, pendataran

100%, pembukaan lengkap, ketuban (+), presentasi kepala, penunjuk

UUK kanan depan, dan penurunan Hodge III-IV, his 4x10’45” dan DJJ
145 x/menit.

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan,

diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Ny.”F” G2P1A039

minggu inpartu kala II.

Penatalaksanakan memberikan dukungan dan semangat,,

menganjurkan suami menyeka keringat ibu, memberi minum,

menganjurkan untuk memilih posisi dalam persalinan seperti semi

duduk, duduk, jongkok, miring kiri/kanan (Ibu memilih posisi semi

duduk), mengajarkan cara meneran yang benar, menganjurkan meneran

jika ada kontraksi dan menganjurkan istirahat apabila tidak ada rasa

kontraksi, memimpin ibu meneran, setelah kepala nampak di vulva

melahirkan kepala, bahu, dan menelusuri badan sampai ke kaki.

Pada pukul 18.30 WIB bayi lahir spontan dengan APGAR skor 8/9,

jenis kelamin laki-laki, berat badan 3.300 gram, dan panjang badan

48cm. Kemudian dilakukan IMD dengan meletakkan bayi di antara

payudara selama kurang lebih 1 jam.

Pada kala II, terjadi kesenjangan antara teori dan praktik

dikarenakan pada saat melakukan pertolongan persalinan, langkah APN

nomor tiga dari 60 langkah APN yaitu penggunaan alat pelindung diri

(APD) yang dipakai tidak lengkap seperti penutup kepala, kacamata,

dan masker. Sedangkan menurut JNPK-KR (2018) APD yang

digunakan untuk melakukan pertolongan persalinan yaitu penutup

kepala, kacamata, celemek, dan sepatu boot.

3. Kala III
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.

Setelah kala II berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus

berhenti sekitar 5-10 menit (Manuaba, 2018).

Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta. Pada

vulva terdapat tali pusat, dan pada vagina pengeluaran darah tidak aktif,

dan dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda lepasnya

plasenta, melakukan Manajemen Aktif Kala III, suntik oksitosin 10 UI,

melakukan penegangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta

dilakukan dengan dorongan ringan dorsokranial pada fundus uteri

(indrayani 2018)

Pada pukul 18.33 WIB, terdapat tali pusat pada vulva, dan pada

vaginapengeluaran darah tidak aktif, serta tanda-tanda lepasnya plasenta

hal ini sesuai dengan teori lepasnya plasenta.

Kemudian dilakukan manajemen aktif kala III yang meliputi

penyuntikkan oksitosin 10 IU dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,

melakukan penegangan tali pusat terkendali, melahirkan plasenta

dilakukan dengan gerakan dorsokranial, membantu lahirnya plasenta

dengan memilin plasenta searah jarum jam, massase fundus uteri, dan

memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik, mengecek

kelengkapan selaput dan kotiledon plasenta, serta mengevaluasi apakah

ada laserasi jalan lahir. Plasenta lahir lengkap pukul 18.45WIB, Dalam

kasus Ny. “F”, plasenta lahir 15 menit setelah bayi lahir.

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik

karena manajemen aktif kala III dilakukan sesuai dengan teori yaitu
langkah pertama, dilakukan penyuntikan oksitosin 10 IU, melakukan

penegangan tali pusat, dan massase uterus (indrayani 2018).

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah dikumpulkan,

diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan adalah Kala III.

Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan Manajemen Aktif Kala

III (MAK III) yang termasuk dalam 60 langkah APN.

4. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Menurut Manuaba (2018), observasi dilakukan meliputi: tingkat

kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, dan

pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan masih

dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

Pada pukul 19.00 WIB, ibu merasa lelah dan perutnya masih terasa

mules dan bahagia atas kelahiran bayinya. Pemeriksaan objektif

didapatkan tanda-tanda vital dalam keadaan normal, jumlah darah

keluar kurang lebih 150 cc, pemeriksaan TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik dengan uterus teraba keras.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah memberitahukan pada ibu

bahwa persalinan sudah selesai, keadaan ibu dan bayinya dalam

keadaan baik,kemudian memastikan uterus berkontraksi dengan baik

dan tidak terjadi perdarahan pervaginam, uterus teraba keras, tetap

membiarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit 1 jam, mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase

uterus dan
menilai kontraksi, mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah,

memeriksa nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit sekali pada 1

jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pasca persalinan, memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa

bayi bernapas dengan baik serta suhu tubuh normal, menempatkan

semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (selama 10 menit), buang bahan-bahan yang

terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai, bersihkan ibu dengan

menggunakan air DTT, bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah.

Bantu ibu memakai pakaian yang bersih, pastikan ibu merasa nyaman,

bantu ibu mengatur posisi untuk menyusui bayinya dan anjurkan

keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan, membersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %,

celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %. Lepaskan

sarung tangan dan buang ke tempat sampai yang sesuai, cuci kedua

tangan dengan sabun dan air yang mengalir, melengkapi partograf.

C. Neonatus

Pada tanggal 25 Februari 2021, pukul 18.30WIBbayi lahir spontan

menangis kuat, kulit kemerahan, gerakan aktif, berjenis kelamin

perempuan.Keadaan Umum bayi baik, TTV dalam batas normal APGAR

score 7/8.Pada pemeriksaan antropometri, didapat bahwa bayi lahir pukul

18.30 WIB, berat lahir3300 gram, panjang lahir 50 cm, lingkar kepala 33

cm, lingkar dada 35 cm,dan lingkar lengan atas 12 cm.

Menurut Mochtar (2018) penilaian keadaan umum bayi dinilai satu


menit setelah lahir dengan penggunaan nilai Apgar. Penilaian ini perlu

untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Adapun penilaian

meliputi frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory efoort),

tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap

rangsangan (respon to stimuli). Setiap penilaian diberi angka 0, 1,2. Dari

hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby

= nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai Apgar 4-6), atau bayi

menderita asfiksia berat (nilai Apgar 0-3).

Menurut Elisabeth 2018 ciri-ciri bayi lahir normal yaitu berat badan

2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar

kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160 x/menit, pernafasan ± 40-60

kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genitalia: perempuan labia

mayora sudah menutupi labia minora, laki-laki testis sudah turun, skrotum

sudah ada, refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek

morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, refleks graps atau

menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam

24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan. Dalam hal ini,

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

Asuhan yang diberikan setelah lahir bayi yaitu segera dikeringkan

dengan menggunakan handuk bersih dan membersihkan jalan napas. Tali

pusat dipotong dan diikat serta dibungkus menggunakan kassa steril tanpa

diberikan apapun. Selanjutnya bayi diletakkan di atas dada ibu untuk


dilakukan IMD dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu.

Vitamin K (Neo K 0,5 cc) disuntikkan secara intramuscular (IM) pada

anterolateral paha kiri, diberikan salep mata sebagai profilaktif yaitu salep

chlorampenicol dan imunisasi Heaptitis B 0,5 ml di anterolateral paha

kanan.

Bayi diberikan salep mata dan vitamin K setelah IMD. Salep mata

diberikan pada mata kanan dan kiri bayiuntuk pencegahan infeksi mata.

Sedangkan vitamin Kdiinjeksikan secara IM di ⅓ paha kiri bayi dengan

dosis 1 mguntuk mencegah perdarahan (JNPK-R 2012). Dalam hal ini,

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

Kunjungan bayi pertama dilakukan 1harisetelah lahir pada tanggal

11februari 2020 pukul13.15 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam

batas normal yaitu HR: 139 x/m, RR: 43x/m,T: 36,70C, BB: 3300 gram,

PB: 50 cm, LK : 33 cm, LD : 35 cm, dan Lila: 12 cm. Tali pusat tidak ada

perdarahan, dan tidak ada tanda infeksi, kulit tidak ikterus, menyusui

lancar. Penyusunan rencana asuhan yaitu penjelasan hasil pemeriksaan,

memandikan bayi, pemberian colostrum, perawatan tali pusat, dan tanda-

tanda bahaya pada bayi.

Kunjungan bayi kedua dilakukan saat umur bayi 7hari pada tanggal 03

Maret 2021pukul 10.00 WIB, didapatkan tanda-tanda vital dalam batas

normal yaitu HR: 144 x/m,RR: 42x/m, T: 36,80C, BB: 3300 gram, PB: 50

cm, LK: 33 cm, LD: 35 cm, LP: 35 cm dan LilA: 12 cm. Tali pusat sudah

lepas, tidak ada tanda infeksi, kulit tidak ikterus, menyusui lancar.

Penyusunan rencana asuhan yaitu penjelasan hasil pemeriksaan, ASI

eksklusif, personal
hygiene, menjemur bayi agar tidak ikterus, rutin membawa bayi ke

posyandu, KIE Imunisasi, dan tanda-tanda bahaya pada bayi.

Menurut Kemenkes RI (2018), jadwal kunjungan neonatal yang

dilaksanakan saat ini yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-

28 hari. Asuhan kebidanan pada neonatus Ny. “F” dilakukan dengan

kunjungan sebanyak 2 kali.

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa

neonatus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Masa Nifas

Dalam melaksanakan asuhan secara komprehensif pada Ny. “F” pada masa

nifasnya dilakukan dengan baik, dan telah dilakukan kunjungansebanyak 3

kali. MenurutKemenkes RI (2018), frekuensi kunjungan masa nifas yaitu 6

jam-3 jam setelah persalinan, 4 hari- 28 hari setelah persalinan, 29 hari

sampai 42 hari setelah persalinan.

Pada kunjungan ke-1 (6 jam postpartum) dari data subjektif dilakukan

pengkajian pada Ny. “F” mengeluh masih mules pada bagian perut. Dari

data objektif yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara umum

didapatkan hasil pemeriksaan dengan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, TD 110/80 mmHg, RR 21x/menit, Pulse 81x/menit, Temp

37,0°C dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil TFU 2 jari bawah pusat,

konsistensi keras, sub involusio baik, lochea rubra.

Penatalaksanaan ibu pada kunjungan ke-1 dilakukan pemeriksaan keadaan

umum, vital sign, estimasi perdarahan, kontraksi uterus, TFU, serta

menganjurkan ibu untuk makan dan minum, mobilisasi dini (seperti


berjalan-jalan) dan menganjurkan pemberian ASI pada bayi, menjaga bayi

agar tetap hangat. Dalam teori pengawasan 6 jam post partum yakni

mencegah perdarahan masa nifas, pemberian ASI, melakukan hubungan

antara ibu dan bayi, menjaga bayi agar tetap sehat.

Menurut Kemenkes RI (2018), kunjungan nifas pertama dilakukan pada 6–

3 hari postpartum. Menurut Mochtar (2018), TFU setelah plasenta lahir

adalah 2 jari di bawah pusat. Menurut Asih (2017), lokia rubra muncul

pada hari pertama sampai hari ketiga postpartum. Dalam hal ini tidak

menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik lapangan.

Kunjungan nifas kedua dilakukansaat postpartum 6 hari pada tanggal 25

Februari 2020 pukul 13.00 WIB. Pada kunjungan ke-2 (6 hari post partum)

dari data subjektif dilakukan pengkajian pada Ny.”F”

mengatakanpengeluaran ASI-nya lancar, tali pusat bayinya sudah lepas,

ibu mengatakan bahwa dirinya sehat, tidak ada keluhan.Dari data objektif

yang dikaji melalui pemeriksaan fisik secara umum didapatkan hasil

pemeriksaan dengan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD

110/80 mmHg, RR 20x/menit, Pulse 80x/menit, Temp 37,0 °C dan

pemeriksaan khusus didapatkan hasil Tinggi fundus uteri pertengahan

pusat simfisis, konsistensi keras, sub involusio baik, lochea sanguinolenta

warna merah kuning.

Penatalaksanaan yang diberikan pada kunjungan ke-2 (6 hari post

partum) adalah memeriksa, lochea, TFU, pemantauan demam pada ibu

nifas, dan pemeriksaan sub involusio, menjelaskan pola gizi seimbang,

pola istirahat yang cukup. Dalam teori pengawasan 6 hari post menurut

Kemenkes RI (2018), kunjungan nifas kedua dilakukan pada 4 hari-28 hari


postpartum tujuan kunjungan nifas kedua adalah memastikan involusi uteri

berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,

perdarahan normal dan tidak berbau; menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, dan kelainan postpartum; memastikan ibu cukup makan, cairan,

dan istrirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik, memberikan KIE

mengenai asuhan bayi. Dalam hal ini sesuai antara teori dengan praktek.

Hasil pemeriksaan diatas telah sesuai dengan teori bahwa:

a. Proses involusio uteri normalnya pada minggu pertama adalah setinggi

2-3 jari diatas sympisis atau pertengahan pusat sympisis, setelah 14 hari

hampir tidak teraba diatas sympisis, setelah 42 hari sudah normal seperti

sebelum hamil (Manuaba, 2018).

b. Menurut Asih (2018), lochea adalah cairan sekretyang berasal dari

kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.Lochea rubra (cruenta)

berlangsung selama 2 hari pascapersalinan, lochea sanguinolenta pada

hari ke 3-7 pascapersalinan, lochea serosa pada hari ke 7-14

pascapersalinan, dan lochea alba setelah 2 minggu.

Ada beberapa kebutuhan dasar nifas salah satunya pemberian 1 kapsul

Vitamin A 200.000 IU segera setelah persalinan, dan 1 kapsul Vitamin A

200.000 IU diberikan setelah 24 jam persalinan. Kandungan vitamin A yaitu

meningkatkan kandungan vitamin A dalan Air Susu Ibu (ASI), bayi lebih

kebal dan jarang kena penyakit infeksi, kesehatan ibu lebih cepat pulih

setelah melahirkan.

Namun dalam memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas, penulis

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan

yaitu
Ny.”F” tidak diberikannya kapsul Vitamin A 200.000 IU segera setelah

persalinan dan 24 jam setelah persalinan. Dalam hal ini ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

BAB VI

PENUTU

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komperhensif dan

pendokumentasian SOAP pada Ny “F” dari masa kehamilan, bersalin, nifas,

dan bayi baru lahir (BBL), maka penulis mengambil suatu kesimpulan yaitu:
1. Penulis telah mampu melaksanakan pengkajian data subjektif secara

menyeluruh pada Ny. “F” melalui wawancara (anamnesis) dimulai pada

masa kehamilan trimester tiga, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

2. Penulis telah mampu melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny. “F”

dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir melalui

observasi, pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,auskultasi, perkusi),

pemeriksaan penunjang, dan studi dokumentasi dengan instrumen

pengumpulan data.

3. Penulis telah mampu melakukan analisa pada Ny “F” dalam masa

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir setelah dilakukan analisis

data subjektif dan objektif.

4. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada

Ny “F” mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

sesuai dengan perencanaan dan dilakukan evaluasi sehingga diketahui

asuhan yang diberikan telah terlaksana dengan baik.

a. Asuhan yang diberikan selama masa hamil, yaitu: memberitahu ibu hasil

pemeriksaan, menjelaskan tentang prinsip pemenuhan gizi sesuai kebutuhan

saat hamil, menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, dan tidak banyak

aktivitas yang berat, memberitahu persiapan persalinan, tanda-tanda bahaya

kehamilan, dan tanda-tanda persalinan, serta kunjungan ulang.

b. Pada masa persalinan, asuhan yang diberikan yaitu: melakukan pemantauan

keadaan ibu, dan janin selama kala I, membantu proses kelahiran bayi pada

kala II, menolong lahirnya plasenta pada kala III, dan melakukan

pemantauan
keadaan dan tanda-tanda vital, perdarahan, kandung kemih, kontraksi dan

involusi uterus ibu pada kala IV.

c. Pada bayi baru lahir diberikan asuhan seperti: menjaga kehangatan bayi,

membersihkan jalan nafas bayi, melakukan pemotongan dan perawatan tali

pusat, melakukan inisiasi dini, dan kontak kulit ibu dan bayi, melakukan

pemeriksaan fisik bayi, injeksi vitamin K, dan imunisasi hepatitis b, dan

memberikan salep mata, serta memastikan bayi mendapatkan ASI Esklusif.

d. Pada masa nifas asuhan yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan fisik,

memberikan KIE tentang ASI Esklusif, menganjurkan ibu untuk menjaga

kehangatan bayi dan memberikan ASI setiap bayi ingin menyusu atau setiap

2-3 jam, mengajarkan ibu posisi menyusui yang benar, menganjurkan ibu

untuk melakukan mobilisasi dini dan menjaga kebersihan diri

(terutamakebersihan payudara dan perineum) dan bayinya, serta

mengajarkan ibu cara melakukan perawatan tali pusat bayi.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama masa pendidikan serta dapat menambah wawasan, pengetahuan

danpenatalaksaan yang tepat berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas.

2. Bagi Bidan Praktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati Kecamatan

Muara Enim Kabupaten Muara Enim

Diharapkan bidan Praktik Mandiri Bidan (PMB) Piska Mariati

Kecamatan Muara Enim Kabupaten Muara Enim dapat meningkatkan

mutu
dan kualitas pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan

khususnyalebih patuh dalam penggunaan APD secara lengkap untuk

mencegah penularan infeksi nosokomial dan pemberian dua tablet vitamin

A 200.000 IU kepada ibu bersalin yang diminum segera setelah persalinan

dan satu kapsul lagi pada 24 jam kemudian.

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang

Diharapkan bagi pihak institusi pendidikan dapat melengkapi buku-

buku referensi dengan cetakan terbaru agar mahasiswa dapat memperoleh

rangkuman materi dari sumber kepustakaan secara lengkap dan dengan

ilmu yang baru, serta diharapkan bagi pihak institusi pendidikan dapat

mengembangkan program pengabdian masyarakat dengan memberikan

asuhan kebidanan komprehensif dan penyuluhan mengenai penyulit masa

kehamilan, persalinan, dan nifas.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari. DK. 2018. Asuhan kebidanan nifas dan menyusui.


Jakarta: Trans Info Media.

Astuti, Sri. Dkk. 2018. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Bandung: PT
Gelora Aksa Pratama.

Fayuasriyati Rahayu,2018 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir. Jakarta:


Salemba medika
Handono, Budi. Dkk. 2018. Obstetri Fisiologi. Jakarta: ECG.

Indrayani. 2018. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta Timur: CV.Trans


Info Media.

Legawati. 2018. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Malang:


Wineka Media.

Manuaba. DKK. 2019. Penganta r Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku


Kedokteran ECG.

Maryunani. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra-Sekolah.


Bogor: IN Media.

Nurainy, Lesti. 2019. Propil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.


Palembang: Dinas Kesehatan Sumatera Selatan.

Prawirohardjo Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Piska Mariati.2020. Buku Registrasi Asuhan Kehamilan dan Masa


Nifas. Muara Enim

Purwoastuti, Endang. Dkk. 2018. Ilmu Obsetetri Dan Ginekologi


Sosial Untuk Kebidanan. Yoyakarta: Pustaka Baru Press.

Rivanica, Rhipiduri. DKK. 2016.Buku Ajar Deteksi Dini Tumbuh

Kembang Dan Pemeriksaan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Salemba

Medika.

Riyadi, Yan. 2016. Propil Kesehatan Kabupaten Muara Enim. Muara


Enim: Dinas Kesehatan Kabu paten Muara Enim.

Rohani. DKK. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.


Jakarta: Salemba Medika.

Suparmi. Dkk. 2017. Asuhan Kehamilan. Jakarta: CV.Trans Info Media.

Susanto, Vita Andina 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta:

ECG
Sutarjo, Untung Suseno. 2020. Data Dan Informasi Propil Kesehatan

Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

. DKK. 2020. Health Statistics. Jakarta:


Kementrian KesehatanRI

. DKK. 2020. Health Statistics. Jakarta:


Kementrian KesehatanRI

Vivian Nanny Lia Dewi 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan.


Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Walyani, Siwi. DKK. 2017. Asuhan Kebidanan


Masa Nifas Dan Menyusui.Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Widiastini, Lidia. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bayi Baru Lahir.
Bogor: IN Media.
DOKUMENTASI ANC

K1

K2
DOKUMENTASI INC
DOKUMENTASI PNC
DOKUMENTASI BBL

Anda mungkin juga menyukai