Anda di halaman 1dari 14

Definisi Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding
vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007. Tromboflebitis merupakan inflamasi
permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen;
dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah
pada ekstremitas bagian bawah.
Definisi Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002 Tromboflebitis
adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang-cabangnya
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah.
Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen .

B.            Klasifikasi
1.     Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya
trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh
darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
2.      Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra karena infeksi pada tempat
implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena
renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus
anaerob dan bakteriodes

C.           Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut: a.       perluasan infeksi endometrium b.     
mempunyai varises pada vena c.       obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
1.      Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis. 2.      Episode tromboflebitis
sebelumnya 3.      Pembedahan obstetric 4.      Kelahira 5.      Obesitas 6.      Imobilisasi 7.      Trauma
vaskula 8.      Varises 9.      Multiparietas 10.  Supresi laktasi dengan esterogen 11.  Infeksi nifas

Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis


1.      Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena berbagai etiologi yang
menimbulkan gangguan dari vena.
Penyakit-penyakit yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
- Fase awal dari Beurger Disease
- Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
- Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
- Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
- timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri dengan meninggalkan bercak
hitam/ kecoklatan.
- beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada ekstremitas yang sama lagi.
- dapat disertai febris atau menggigil
- LED meningkat

2.      Tromboflebitis Septik


Yaitu gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah pada tempat radang dan
penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-gejala sepsis : febris, menggigil dan memerlukan perawatan di
Rumah Sakit. Dalam menghadapu kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai segi :
pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid dan cara-cara pengobatan sepsis lainnya.

3.      Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)


Yaitu kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan vena iliaka communis.

D.           Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a.       Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau kerusakan pembuluh
maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di
tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah
terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas,
tumor  maupun wanita hamil.
b.      Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah terjadinya
trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus
intravena, antara lain:
(1)       Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a.       pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat suntik yang bisa
menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B,
cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b.      Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c.       Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infus
dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada
pasien usia lanjut
d.      Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen
(teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki
kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
(2)       Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang
dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai
dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3)       Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a.    Teknik pencucian tangan yang buruk
b.    Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c.    Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d.   Teknik aseptik tidak baik
e.    Teknik pemasangan kanula yang buruk
f.     Kanula dipasang terlalu lama
g.    Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c.     Gangguan aliran darah
E.            Manifestasi klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa
hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula
pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba
fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi
ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi
biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
1.        Pelvio tromboflebitis
a.         Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3
masa nifas dengan atau tanpa panas.
b.         Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1)      Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya
beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2)      Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam
(biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3)      Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c.         Abses pada pelvis
d.        Gambaran darah
1)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi
leukopenia).
2)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah
sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e.         Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena
ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f.          Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada ginjal sinistra
yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

2.        Tromboflebitis femoralis


a.       Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-
kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b.      Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan
dengan kaki lainnya.
2)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
3)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4)      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin
dan pulsasi menurun.
5)      Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian
atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
6)      Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles
(tanda homan positif).

F.     Penatalaksanaan
1.      Pelvio tromboflebitis
a.       Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang
baik
b.      Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli
pulmonum
c.       Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
d.      Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung
sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.

2.      Tromboflebitis femoralis


a.       Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b.      Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan
mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c.       Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak berada
pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada
penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
d.      Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e.       Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya
2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f.       Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g.      Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h.      Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
i.        Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat
dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
j.        Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k.      Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam
beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
l.        Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika
Pasien dalam terapi antikoagulan.
m.    Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit
atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n.      Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini
tidak akan berada didalam air susu.
o.      Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p.      Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan
kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia
hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

Pola Pengobatan Tromboflebitis


Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat
pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi
(obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama
beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas. Untuk mencegah
hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi
lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat
analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru,
Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti
ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

G.           Pemeriksaan Penunjang


1.         Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda,vena
penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
2.         Pemeriksaan hematocrit. Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
3.         Pemeriksaan Koagulasi. Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4.         Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi
meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes
5.         Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram
vena-vena penghubung yang tidak kompeten
6.         Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas
bawah dan pelvis.

H.           Dianogsa Banding


1.      Tromboflebitis pelvica
a)         apendiktis akut b)        kista ovarium yang terpuntir c)         hematoma d)        ligamentum lantum e)        
abses pelvis f)         Infeksi traktus urinarius g)        infeksi luka.
2.      Tromboflebitis femoralis
a)         Selulitis b)        vena varikosa c)         trauma dengan hematoma subfasial d)        limfangitis e)         artritis

I.       Komplikasi
1.     Tromboflebitis pelvica
emboli paru septik, septikemia, emfisema
2.     Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka.

Limfangitis 
merupakan  infeksi pembuluh limfe yang mengaliri suatu lokus inflamasi. Tidak selalu, disebabkan oleh
streptococcus beta-hemolyticus. Limfangitis ditemukan dalam bentuk guratan subkutan berwarna merah yang
nyeri disepanjang pembuluh limfe yang terkena, dengan disertai limfadenopati regional. Pembuluh limfe yang
melebar terisi oleh neutrofil dan histiosit. Inflamasi ini meluas ke dalam jaringan perilimfatik dan dapat
berkembang menjadi selulitis atau abses yang nyata. Keterlibatan limfonodus (limfedenitis akut) pada infeksi
ini dapat menimbulkan septicemia.
Limfangitis akut mempengaruhi anggota penting dari sistem kekebalan tubuh-sistem limfatik. Limbah bahan-
bahan dari hampir setiap organ dalam tubuh mengalir ke pembuluh limfatik dan akan disaring dalam organ
kecil yang disebut kelenjar getah bening. Benda asing, seperti bakteri atau virus, diproses dalam kelenjar
getah bening untuk menghasilkan respon imun untuk melawan infeksi.
Jika tidak diobati, bakteri dapat menyebabkan kerusakan jaringan di daerah infeksi. Sebuah penuh nanah,
menyakitkan benjolan disebut abses juga bisa terbentuk di daerah yang terinfeksi. Selulitis, sebuah infeksi
umum lapisan kulit yang lebih rendah, dapat juga terjadi.
b)     Etiologi
Pembuluh getah bening merupakan saluran kecil yang membawa getah bening dari jaringan ke kelenjar getah
bening dan ke seluruh tubuh. Bakteri streptokokus biasanya memasuki pembuluh-pembuluh ini melalui
gesekan, luka atau infeksi (terutama selulitis) di lengan atau tungkai.
Sistem getah bening adalah jaringan organ, kelenjar getah bening, saluran getah bening, dan pembuluh getah
bening atau saluran yang menghasilkan dan memindahkan cairan yang disebut getah bening dari jaringan ke
aliran darah.
Limfangitis umumnya hasil dari Akut atau infeksi streptokokus staphylococcal kulit atau abses di kulit atau
jaringan lunak. Infeksi menyebabkan pembuluh getah bening untuk menjadi bengkak dan sakit.
Limfangitis mungkin tanda bahwa infeksi semakin parah. Harus meningkatkan kekhawatiran bahwa bakteri
menyebar ke dalam aliran darah, yang dapat menyebabkan masalah yang mengancam nyawa.
Limfangitis mungkin bingung dengan bekuan dalam vena.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah putih. Organisme penyebab
infeksi hanya dapat dibiakkan di laboratorium bila infeksi sudah menyebar ke aliran darah atau bila terbentuk
nanah pada luka yang terbuka.
 1.  Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2.  Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3.  Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4.  Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5.  Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalampenyakit cadangan lipid.
(Harrison, 1999; 370)

c)     Patofisiologi
Organisme patogen memasuki saluran limfatik langsung melalui abrasi atau luka atau sebagai komplikasi
infeksi. Setelah organisme memasuki saluran, peradangan lokal dan infeksi berikutnya terjadi, yang
menyatakan sebagai garis-garis merah pada kulit. Peradangan atau infeksi kemudian meluas ke proksimal
terhadap kelenjar getah bening regional.
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada
penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa
kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya
terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan
peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi
pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh
limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi
kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
 Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung
mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat.
Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat
peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular
dapat menyebar.
 Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh
cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe
mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah.  Riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut
secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati
sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.

d)    Manifestasi klinis
 Gejala karakteristik limfangitis akut adalah lebar, garis-garis merah memanjang dari tempat infeksi ke ketiak
atau pangkal paha. Daerah yang terkena merah, bengkak, dan nyeri. Blistering kulit yang terkena bencana
dapat terjadi. Infeksi bakteri menyebabkan demam 100o-104o F (38o-40oC). Di samping itu muncul gejala
sistemik seperti rasa sakit , nyeri otot, sakit kepala, menggigil, dan hilangnya nafsu makan dapat dirasakan.
 Kelenjar limfoma cenderung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa nyeri. Kelenjar pada
karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak,
membengkak secara asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa.
 Goresan merah dari daerah terinfeksi ke ketiak atau pangkal paha
 Berdenyut nyeri di sepanjang daerah yang terkena
 Demam 100 sampai 104 derajat Fahrenheit
 Panas dingin
 Perasaan sakit umum
 Sakit kepala
 Kehilangan nafsu makan
 Nyeri otot

e)      Pemeriksaan penunjang
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yang meliputi perasaan kelenjar getah bening. Dokter mungkin
mencari tanda-tanda cedera sekitar pembengkakan kelenjar getah bening.
Biopsi dan budaya daerah yang terkena dapat mengungkap penyebab peradangan.
 1. Hitung darah lengkap.
 2. Biakan darah.
 3. Foto rontgen.
 4. Serologi.
 5. Uji kulit.
f)   Pengobatan
Kebanyakan penderita Limfangitis Akut akan sembuh segera setelah diberikan antibiotik, yaitu biasanya dikloksasilin, nafsilin
atau oksasilin.

Limfedema
Limpa, merupakan salah satu organ dalam tubuh manusia yang termasuk organ limfoid terbesar tetapi
termasuk kelenjar yang tidak memiliki saluran. Limpa terletak di bagian depan, diatas rongga perut, tepat
dibawah lengkung tulang iga sebelah kiri. Limpa terdiri dari dua bagian yaitu, bagian putih yang berhubungan
dengan fungsi pertahanan dan sel darah putih, serta bagian merah yang berhubungan dengan pemantauan pada
darah merah.
Pada umumnya gangguan yang paling sering terjadi pada limpa adalah pembesaran limpa. Pembesaran
ini pada awalnya bisa terjadi ketika limpa bekerja secara berlebihan. Namun jika kondisi ini sering terjadi,
makan akan dapat berakibat fatal, karena limpa bisa membengkak.
Limfedema disebabkan oleh obstruksi dan dilatasi pembuluh limfe dengan akumulasi cairan interstisial
di tempat yang dialiri oleh pembuluh limfe bersangkutan. Penyebab obstruksi yang paling sering ditemukan
adalah keganasan, reseksi limfonodi regional, fibrosis pasca-radiasi, filariasis, thrombosis pasca-inflamasi
dengan pembentukan parut limfatik.
Kalau berjalan lama, limfedema menyebabkan fibrosis interstisial. Kalau jaringan kutaneus turut
terkena, limfedema menimbulkan gambaran kulit jeruk (peau d’orange) pada kulit dengan disertai ulkus dan
indurasi berwarna merah-coklat. Akumulasi chyle dapat terjadi sekunder dalam setiap rongga tubuh karena
ruptur pembuluh limfe yang melebar dan mengalami obstruksi. (schoen, 2009)
B.     Etiologi
Limfedema yaitu pembengkakan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran cairan getah bening
kembali kedalam darah. Pada umumnya dikenal dua bentuk limfaedema, yakni yang kongenital dan yang
didapat. Limfedema kongenital merupakan suatu kelainan bawaan yang terjadi akibat tidak terbentuknya atau
terlalu sedikitnya pembuluh getah bening, sehingga tidak dapat mngendalikan seluruh getah bening. Kelainan
ini hampir seluruhnya mengenai tungkai dan jatang pada lengan. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak
perempuan .Kasus yang lebih banyak ditemukan adalah limfadema sekunder / yang didapat. Biasanya
kelainan ini merupakan akibat dari:

  Pembentukan jaringan parut karena infeksi berulang pada pembuluh getah bening, sehingga terjadi
gangguan aliran cairan getah bening. Contohnya pada infeksi parasit tropis filaria yang menyebabkan kaki
gajah (filariasis). Selain itu kumpulan cacing dewasa yang terjadi pada infeksi itu juga menyebabkan
penyumbatan pembuluh dan kelenjar limfe.
  Trauma bedah dan radiasi terutama setelah pengobatan kanker. Contohnya pada kanker payudara di mana
bisa terjadi penyebaran sel sel kanker ke pumbuluh getah bening dan kelenjar getah bening sehingga harus
diangkat atau di sinari dengan radiasi. Bila hal ini terjadi maka bisa terjadi gangguan pada aliran limfe
sehingga menimbulkan penumpukan cairan (edema / bengkak)
  Trauma akibat lainnya misalnya kecelakaan
  Peradangan atau infeksi yang lain. Peradangan pada sistem limfatik biasanya dimulai dengan sellitis
(infeksi jaringan bawah kulit) atau limfangitis (radang saluran limfe) yang berulang. Dapat terjadi dengan atau
suhu yang meningkat, seringkali terlihat bercak merah yang makin melebar, akhirnya sebagian tungkai akan
bengkak dan merah, panas serta perih. Kelenjar limfe di bagian proksimalnya juga akan ikut bengkak dan
nyeri pada perabaan.
  Bisa juga akibat penyakit lain, seperti gagal jantung, sirosis hati, atau gagal ginjal, yang menyebabkan
kapasitas sistem limfe relatif tidak mencukupi beban limfe yang berlebihan.
Penyebab limfedema diagi menjadi dua, yaitu limfedema primer dan limfedema sekunder. Limfedema
primer terjadi pada sistem getah bening sendiri, sedangkan limfedema sekunder disebabkan oleh penyakit
lain. Limfedema sekunder jauh lebih sering dijumpai daripada limfedema primer.

Penyebab limfedema sekunder


1. Bedah.
Limfedema dapat berkembang jika kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening dihapus atau
dipotong. Sebagai contoh, operasi kanker payudara dapat mencakup penghapusan satu atau lebih kelenjar
getah bening di ketiak untuk mencari bukti bahwa kanker telah menyebar. Jika kelenjar dan pembuluh getah
bening yang tersisa dapat mengganti fungsi bagian yang telah dihapus, limfedema dapat menyeran lengan.
2. Radiasi pengobatan kanker.
Radiasi dapat menyebabkan jaringan parut dan radang kelenjar atau pembuluh getah bening sehingga
membatasi aliran cairan getah bening.
3. Kanker.
Jika sel kanker memblokir pembuluh limfatik, limfedema dapat terjadi. Misalnya, tumor yang tumbuh di
dekat kelenjar atau pembuluh getah bening bisa menjadi cukup besar untuk memblokir aliran cairan getah
bening.
4. Infeksi.
Infeksi kelenjar getah bening dapat membatasi aliran cairan getah bening dan menyebabkan limfedema.
Parasit juga dapat memblokir pembuluh getah bening. Infeksi limfedema adalah paling umum terjadi di
daerah tropis dan subtropis dan lebih mungkin terjadi di negara berkembang.

Penyebab limfedema primer


Limfedema primer jarang terjadi dan biasanya disebabkan karena gangguan perkembangan pembuluh
getah bening dalam tubuh. limfedema primer terjadi paling sering pada wanita.
Penyebab spesifik dari limfedema primer meliputi:
1. Penyakit Milroy (limfedema kongenital).
Kelainan bawaan yang dimulai pada masa bayi dan menyebabkan kelenjar getah bening tidak terbentuk
normal sehingga menyebabkan limfedema.
2. Penyakit Meige (limfedema praecox).
Sering menyebabkan gangguan limfedema di masa kecil atau sekitar pubertas, namun dapat terjadi juga
pada usia 20-an atau awal 30-an. Hal ini menyebabkan pembuluh getah bening terbentuk tanpa katup yang
menjaga cairan getah bening mengalir ke belakang, sehingga sulit bagi tubuh untuk menguras cairan getah
bening dari tungkai dengan benar.

C.     Patofisiologi
Edema secara sederhana menyangkut pembengkkakan bagian yang terkena pengaruh karena terlalu
banyak cairan yang terkandung dalam ruang intrstisial. Pembengkakan tersebut umumnya lunak dan dapat
digerakkan, kecuali jika cairannya sebagian besar berada dalam ruang intraseluler. Mobilitas cairan edema
yang sama di dalam cairan interstitial bertanggungjawab atas efek postural tertentu. Kadang, saat dimasukkan
ke rumah sakit untuk pertaa kalinya, pasien terlihat menderita edema mata kaki sebab selama penderita masih
berjalan, edema akan bergerak menurut gravitasi sehingga edema akan terkumpul pada ekstremitas bawah.
Namun jika penderita sudah berada di tempat tidur untuk beberapa lama, dengan ekstremitas bawah tidak lagi
berada di posisi terendah, maka edema mata kaki akan mengecil dan dapat terlihat edema di sekitar sekrum
Bedah, radiasi, kanker, infeksi
Kelainan bawaan (kelenjar getah bening tidak terbentuk normal atau pembuluh getah bening tanpa katup
Pathway
pembedahan
Deficit imunologis
Kerusakan jaringan
Cairan menumpuk pada rongga intersitial
Obstruksi dan dilatasi pembuluh limfa
Limfa bekerja secara berlebihan
Limfedema sekunder
Limfedema primer
Gangguan integritas kulit
hipertermi
Perubahan sirkulasi
pembengkakan
Resti infeksi
Nyeri
 
D.     Manifestasi Klinis
Limfedema paling sring terjadi di tungkai, namun dapat mengenai bagian tubuh yang lain seperti
leher dan lengan. Pada limfedema kongenital, pembengkakan dimulai secara bertahap pada salah satu atau
kedua tungkai. Pertanda awal dari limfedema bisa berupa bengak di kaki, yang menyebabkab sepatu terasa
sempit pada waktu sore. Pada stadium awal, pembengkakan akan hilang jika tungkai di angkat. Lama-lama
pembengkakan tampak lebih jelas dan makin kearah atas tidak menghilang secara sempurna meskipun setelah
beristirahat semalaman.
Pada limfedema yang didapat kulit tampak sehat tapi mengalami pembengkakan. Penekanan pada
daerah yang membengkak tidak meninggalkan lekukan. Pada kasus yang jarang, lengan maupun tungkai yang
membengkak tampak sangat besar dan kulitnya tebal serta berlipat-lipat, sehingga hampir menyerupai kulit
gajah (elefantiasis).
Bila sudah terjdi lifedema yang sebegitu parahnya, tentu saja menyebabkan gangguan dalam fungsi
maupun secara estetika. Selain itu kulit dari bagian yang membengkak juga rentan mengalami trauma atau
infeksi berulang (selulitis) sehingga dapat memperberat kelainan yang sudah terjadi.
Peradangan pada sistem limfatik biasanya dimulai dengan selulitis atau limfangitis yang berulang.
Dapat terjadi dengan atau tanpa suhu yang meningkat, seringkali terlihat bercak merah yang makin hari makin
melebar, akhirnya sebagian besar tungkai akan bengkak dan merah, panas serta perih. Kelenjar limfe di
bagian proksimalnya juga akan ikut membengkakdan nyeri pada perabaan.
E.      Pemeriksaan Diagnostic
Untuk mendiagnosis limfedema maka diperlukan rangkaian pemeriksaan mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang. Akan ditanyakan sejak kapan kelainan itu muncul, hal apa yang
terjadi sebelum kelainan muncul, dan pertanyaan yang mengarah pada pencarian penyebab.

Pemeriksaan fisik tentu dengan melihat dan meraba. Limfadema biasanya tidak disertai dengan
pelebaran pembuluh darah setempat, berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan oleh kelainan
pembuluh darah. Kemudian dilakukan penekanan apakah bagian yang di tekan itu bisa kembali seperti semula
atau tidak. Biasanya kalau tahap awal bila ditekan masih bisa kembali lagi. Jika sudah tahap lanjut dimana
sudah tidak bisa kembali lagi, berarti sudah ada pengerasan jaringan di dalamnya.

Selain itu ada pemeriksaan penunjang yang disebut limfangiografi, yakni dengan memasukan zat
kontras kedalam pembuluh limfe kemudian di rontgen. Nantinya bisa dilihat pembuluh mana yang tersumbat.

  Pemeriksaan darah lengkap


  Foto rontgen
  Hitung darah lengkap.
  Foto rontgen.
  Serologi.
  Uji kulit.
  Limfangiografi

F.      Penatalaksanaan
Limfedema tidak ada obatnya. Pada limfadema ringan, untuk mengurangi pembengkakan bisa
menggunakan perban kompresi. Pada limfedema yang lebih berat, untuk mengurangi pembengkakan bisa
digunakan stoking pneumatic (stoking khusus yang bisa memberikan efek penekanan tertentu) selama 1-2 jam
perhari. Jika pembengkakan berkurang untuk mengendalikan pembengkakan, penderita harus menggunakan
stoking elastis setinggi lutut setiap hari, mulai dari bangun tidur sampai menjelang tidur malam hari. Pada
limfadema di lengan, untuk mengurangi pembengkakan bisa digunakan stoking pneumatic (stoking khusus
yang bisa memberikanb efek penekanan tertentu) setiap hari. Pada elefantiasis atau limfedema yang sangat
berat mungkin perlu dilakukan pembedahan ekstensif untuk mengangkat sebagian besar jaringan yang
membengkak
Tindakan itu adalah cara yang efektif walau memang hasilnya tidak selalu memuaskan, apalagi dari
segi estetika. Efektif karena memang perlu dilakukan adalah membuang kelenjar dan pembbuluh yang
menggalami pembengkakan maka limfadema pun akan hilang. Namun harus tetap diperhatikan bahwa operasi
jangan sampai mengenai jaringan atau organ penting lain di sekitarnya. Selain itu juga perlu di pastikan
bahwa pasca operasi tidak malah terjadi gangguan aliran limfe kembali.
Dari sisi estetika, walau bengkak sudah teratasi tapi memang meninggalkan bekas yang tidak
menyenangkan. Baik itu akibat tindakan bedah (bekas jahitan) ataupun dari kelainannya sendiri. Limfedema
yang parah biasanya terjadi pada area tubuh yang luas sehingga tindakan operasi pun harus dilakukan sayatan
yang cukup .panjang sehingga menyisakan luka bekas operasi yang cukup jelas. Selain itu kulit yang tadinya
mengalami limfedema biasanya akan lbih menebal, warna kulit lebih gelap dan menjadi kering atau kasar.
Belum lagi kalo pasien memiliki bakat keloid pada luka bekas operasi.
G.     Terapi Limfedema
1. Latihan.
Latihan ringan menggerakkan lengan atau kaki yang terkena dampak dapat mendorong pergerakan cairan
getah bening keluar dari tungkai. Latihan-latihan ini tidak boleh terlalu berat atau membuat lelah. Latihan
harus berfokus pada kontraksi otot-otot lembut di lengan atau kaki. Dokter atau ahli terapi fisik dapat
mengajarkan latihan yang dapat membantu.
2. Membungkus lengan atau kaki.
Perban yang melilit seluruh tungkai akan mendorong cairan getah bening mengalir keluar dari anggota
badan yang terkena. Ketika memasang perban, mulailah dengan membuat perban yang ketat di sekitar jari dan
kaki. Bungkus perban lebih longgar saat menggerakkan lengan atau kaki. Seorang terapis limfedema dapat
menunjukkan cara untuk membungkus tungkai.
3. Pijat.
Teknik pijat khusus yang disebut drainase getah bening manual dapat mendorong aliran cairan getah
bening keluar dari lengan atau kaki. Pijatan ini akan mengguncangkan tangan yang terserang untuk secara
lembut memindahkan cairan getah bening ke kelenjar getah bening yang sehat agar dapat diasring. Hindari
pemijatan jika memiliki infeksi kulit, kanker aktif, gumpalan darah atau gagal jantung kongestif. Hindari
memijat bagian tubuh yang telah menerima terapi radiasi.
4. Pneumatic compression.
Pada prosedur pneumatik compression, pasien akan memakai pembalut di atas lengan atau kaki yang
terkena. Pembalut terhubung ke pompa yang mengembangkan lengan sebentar dan menekan tungkai.
Pengembangan ini menyebabkan cairan getah bening bergerak cukup jauh dari jari atau jari kaki sehingga
mengurangi pembengkakan di lengan atau kaki.
5. Palaian penekan.
Menekan lengan atau kaki akan mendorong cairan getah bening keluar dari anggota badan yang terkena.
Setelah mengurangi pembengkakan di lengan atau kaki melalui langkah-langkah lainnya, dokter mungkin
menyarankan mengenakan pakaian kompresi untuk mencegah pembengkakan ekstrem nantinya.
Kombinasi bebgerapa terapi ini disebut sebagai terapi decongestive lengkap atau complete decongestive
therapy (CDT). CDT tidak dianjurkan bagi orang yang memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, lumpuh, gagal
jantung, pembekuan darah atau infeksi akut.
Dalam kasus limfedema parah, dokter mungkin mempertimbangkan operasi menghilangkan kelebihan
jaringan di lengan atau kaki untuk mengurangi pembengkakan parah, namun tidak bisa menyembuhkan
limfedema.

Anda mungkin juga menyukai