Anda di halaman 1dari 9

TUGAS CR KASUS KARDIOLOGI

Kriteria Diagnosis Framingham untuk CHF (min 2 mayor dan minor)

Kriteria Mayor:
1. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari
2. Distensi vena-vena leher
3. Peningkatan tekanan vena jugularis
4. Ronki basah basal
5. Kardiomegali
6. Edema paru akut
7. Gallop (S3)
8. Refluks hepatojugular positif

Kriteria Minor:
. 1.Edema ekstremitas
2. Batuk malam
3.Dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
4.Hepatomegali
5.Efusi pleura
6.Penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
7. Takikardi >120 kali per menit

TERAPI

 IV Nacl 20 ml/kg
 R/ Inj Furosemid 20 mg No I
Simm

 R/ Inj Propanolol 10 mg No I
Simm
Peringatan penggunaan furosemid apabila tekanan darah menurun agar pemberian furosemid
segera dihentikan.

EDUKASI

 Tetap melakukan aktifitas seperti biasa atau batasi beban kerja.


 Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan, mengkontrol tekanan darah
 Modifikasi gaya hidup dengan mengkonsumsi makan makanan yang seimbang dan
berolahraga secara teratur.
 Diet rendah garam ( pembatasan natrium ), pembatasan cairan, mengurangi berat badan

KASUS 2

Pasien laki-laki diantar oleh keluarga dengan keluhan jantung berdebar – debar.

SURVEI PRIMER

 A : normal
 B : respirasi = 26 x/menit, saturasi O2 = 92% diberikan nasal kanul 4L/menit, setelah itu
saturasi O2 naik menjadi 96%. Pada inspeksi dinding dada terlihat penggunaan otot bantu
pernapasan.
 C : nadi = 180 x/menit, lemah. Tekanan darah = 130/80 mmHg. Di pasang IV NaCl 20
ml/kg. Pasang kateter untuk memantau jumlah urine yang keluar. Akral dingin, capillary
refill 2 detik. Pemeriksaan EKG : takikardi (terdapat kompleks QRS lebar > 0,12 ms ,
tiga kali atau lebih secara berurutan. Kardioversi : takikardi menjadi 130
 D : GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6)
 E : Tidak ada perdarahan spontan, tidak ada jejas dan trauma.

ANAMNESIS

 SOCRATES
Sesak, jantung berdebar, lemas tiba-tiba saat rapat 2 jam yang lalu.
 RPD
Memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi dikontrol dengan obat dokter.
 RPK
Ayah meninggal karena penyakit jantung.
 Lifestyle
Merokok sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu, olahraga dan makan baik.

PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan jantung dan paru


Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada ketinggalan gerak pada didnding dada.
Palpasi : tidak ada nyeri, fremitus normal.
Perkusi : normal
Auskultasi : normal

DIAGNOSIS BANDING

1. Ventrikel takikardi
2. CHD
3. Congestive heart failure (CHF)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan Rontgen Dada

DIAGNOSIS PENYAKIT

Ventrikel Takikardi

TERAPI

 IV Nacl 20 ml/kg
 R/ Inj Amiodarone mg 150 No I
Simm

EDUKASI

 Modifikasi gaya hidup dengan mencegah faktor resiko


 Modifikasi aktifitas fisik, asupan makanan, dan mengelola timbulnya gejala.

KASUS 3

Pasien laki-laki diantar oleh keluarga dengan keluhan dada sakit.

SURVEI PRIMER

 A : normal, memegang dada sebelah kiri


 B : respirasi = 24 x/menit, saturasi O2 = 93% diberikan nasal kanul 4L/menit. Paru
simetris kanan dan kiri, auskultasi S1 dan S2 normal, tidak ditemukan suara S3 dan S4.
 C : nadi = 100 x/menit, regular, capillary refill kurang dari 2 detik, akral hangat. JVP =
300. Tekanan darah = 140/90 mmhg. Di pasang IV NaCl 0,9% 10 tetes/menit . Pasang
kateter untuk memantau jumlah urine yang keluar. Pemeriksaan EKG : didapatkan ST
elevasi
 D : GCS = 15 ( E = 4, V = 5, M = 6)
 E : Tidak ada perdarahan spontan, tidak ada jejas dan trauma.

ANAMNESIS

 SOCRATES
Dada sakit disebelah kiri seperti tertindih sejak 1,5 jam yang lalu, nyeri menjalar, mual,
skala nyeri 9.

 RPD
Tidak pernah mengalami hal yang serupa. Memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol, DM, kolesterol.
 RPK
Ayah meninggal karena hipertensi.
 Lifestyle
Merokok 1 bungkus perhari sejak remaja, suka mengkonsumsi jeroan, jarang
berolahraga.

KLASIFIKASI ANGINA
1. Stable Angina Pectoris
- nyeri timbul saat sesuai dengan berat ringannya pencetus (selalu timbul sesudah
latihan berat, timbul sesudah latihan sedang jalan cepat ½ km, timbul waktu latihan
ringan jalan 100 m, jika gerak badan ringan jalan biasa)

2. Unstable Angina Pectoris / angin duduk


- keluhan bertambah progresif, dapat terjadi saat istirahat maupun kerja 3.
Angina Prinzmetal
- terjadi tanpa peningkatan beban kerja jantung, sering timbul saat istirahat atau
tidur, terjadi spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir,
kadang spasme berkaitan dengan arterosklerosis

KLASIFIKASI CANADIAN CARDIOVASULAR SOCIETY


- kelas I : aktivitas fisik biasa tidak mencetuskan angina, angina muncul jika
ada peningkatan aktivitas fisik (jalan cepat, OR dalam waktu lama)
- kelas II : adanya sedikit pembatasan aktivitas sehari – hari (naik tangga
dengan cepat, jalan setelah mkaan, stres, dingin)
- kelas III : benar – benar ada pembatasan aktivitas fisik (angina timbul saat
jalan 1 blok atau naik tangga 1 tingkat)
- kelas IV : tidak bisa melakukan aktivitas sehari – hari, bahkan saat istirahat dapat timbul
angina
PEMERIKSAAN FISIK

 Pemeriksaan jantung dan paru


Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada ketinggalan gerak pada didnding dada.
Palpasi : tidak ada nyeri, fremitus normal.
Perkusi : normal
Auskultasi : terdengar ronki basah halus, auskultasi S1 dan S2 normal, tidak ditemukan
suara S3 dan S4.
 Pemeriksaan Head To Toe
Terdapat distensi vena jugularis, pitting edem di kaki dengan akral dingin.

DIAGNOSIS BANDING

1. SKA STEMI
2. GERD
3. Gastritis Akut

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Foto Rontgen : Normal


 Pemeriksaan GDS : 189
 Pemeriksaan Biomarka Jantung : CKMB = 200, Troponin meningkat
 Pemeriksaan Profil Lipid : Kolesterol meningkat, LDL meningkat, Trigliserid meningkat,
HDL menurun

DIAGNOSIS PENYAKIT

SKA STEMI

TERAPI

 IV Nacl 0,9% 10 tetes/menit


 R/ ISDN tab mg 5 No III
s 1 dd tab I sublingual

 R/ Aspirin tab mg 80
S 1 dd tab iv (kunyah)

 R/ Clopidogler tab mg 75
s 1 dd tab iv
EDUKASI

 Mengurangi kerja berat


 Mengurangi konsumsi makanan berlemak
 Menghentikan konsumsi rokok dan alcohol
 Menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, olahraga ringan secara teratur.
 Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

KASUS 4 RJP

Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resusitasi (CPR) adalah upaya
mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh
membantu memulihkan kembali kedua - dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.

Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ialah oksigenasi darurat yang diberikan secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal. Hal
ini adalah untuk mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan.

INDIKASI MELAKUKAN RJP

Henti Nafas

Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas, obstruksi jalan nafas oleh
benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan infrak jantung, radang epiglottis, tercekik
(suffocation), trauma dan lain – l ainnya.

Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari
korban dan ini merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Dengan memberikan bantuan resusitasi, dapat membantu menjalankan sirkulasi lebih baik dan
mencegah kegagalan perfusi organ.

Henti Jantung

Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen keotak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik
normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan
otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung yang terminal akibat usia lanjut atau
penyakit kronis tertentu tidak termasuk henti jantung atau cardiac arrest. Sebagian besar henti
jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut, kemudian disusun oleh
ventrikel asistol dan terakhirnya oleh disosiasi elektro – mekanik. Fibirilasi ventrikel terjadi
karena koordinasi aktivitas jantung menghilang.

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar yang tidak teraba (karotis, femoralis,
radialis) disertai kebiruan (sianosis), pernafasan berhenti atau gasping, tidak terdapat dilatasi
pupil karena bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.

PRINSIP BANTUAN HIDUP DASAR : SRSCAB

 Safety
Pastikan kondisi aman bagi penolong maupun korban. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
dilakukan pada permukaan yang keras dan rata.
 Responsiveness
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan
upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh
atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas!!!
/Mbak !!!. Mengecek respon juga dapat dilakukan dengan menekan kuku atau tulang
dada.
 Shout For Help
Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta
bantuan dengan cara :
 1 penolong segera telp 118 dan ambil AED (automated external defibrillator) (jika
tersedia)
 Beri informasi: apa yang terjadi (misalnya serangan jantung / tidak sadar), jumlah
korban, lokasi korban, nomor telepon yang bisa dihubungi, dibutuhkan ambulan
segera.
 Tutup telepon setelah diinstruksikan oleh petugas
 Circulation
Cek di arteri carotis communis. Ingat tidak lebih dari 10 detik (hanya untuk memastikan
ada tidaknya nadi )
 Airway
Cek apakah ada sumbatan jalan napas.

 Breathing
Cek pernapasan korban / pasien.

Langkah – Langkah RJP


 Penekanan dada ini membuat aliran darah dengan meningkatkan tekanan intra-thoracic
dan langsung mengkompresi jantung. Posisi pijatan ½ bawah tulang dada pasien dengan
memposisikan tumit tangan penolong pada daerah pijatan dan tangan lain diatasnya.
 Kompresi dada efektif :
 Minimal 100 penekanan per menit dan maksimal 120 penekanan per menit
 Dengan kedalaman kompresi minimal 2 inchi/5 cm dan maksimal 2,4 inchi/6 cm
 Recoil sempurna yaitu dinding dada kembali ke posisi normal secara penuh
sebelum kompresi dada berikutnya dengan cara tangan penolong tidak bertmpu
pada dada korban di antara dua penekanan.
 30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan nafas disebut 1 siklus RJP/CPR
(resusitasi jantung paru/cardiopulmonary resuscitation). 5 siklus RJP dilakukan
selama 2 menit. Setelah 5 siklus RJP, dilakukan pengkajian nadi karotis, bila
belum ditemukan nadi maka dilanjutkan 5 siklus RJP berikutnya, begitu
seterusnya.
 Ada nafas >> Posisi kan pasien ke recovery position (Return of Spontaneus
Position)

Tanda-tanda keberhasilan RJP :

 Dada harus naik dan turun dengan setiap tiupan (ventilasi)


 Pupil bereaksi atau tampak berubah normal (pupil harus mengecil saat diberikan cahaya)
 Denyut jantung kembali terdengar Reflek pernapasan spontan
 Dapat terlihat Kulit penderita pucat berkurang atau kembali normal
 Penderita dapat menggerakkan tangan atau kakinya
 Penderita berusaha untuk menelan
 Penderita menggeliat atau memberontak

Komplikasi RJP

 Fraktur sternum (sering terjadi pada orang tua)


 Robekan paru
 Perdarahan intra abdominal (Posisi yang terlalu rendah akan menekan Proc. Xiphoideus
ke arah hepar atau limpa)
 Distensi lambung karena pernapasan buatan

Kontra indikasi RJP:


 Tanda kematian positif muncul seperti: kaku mayat, adanya bukti pembusukan jaringan,
henti jantung > 30 menit tanpa upaya resusitasi lebih dahulu.
 Permintaan keluarga dan dokter
 Pada lingkungan yg tdk aman
 Leher terpenggal/ terpotong-potong

Anda mungkin juga menyukai