Anda di halaman 1dari 42

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROM KORONER AKUT (NSTEMI)

Disusun Oleh :

DEWI NURINDI ISA


012141015
PROFESI NERS 27

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
2021
KONSEP MEDIS

1.1 DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang
utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian
yang tinggi (Irmalita dkk, 2015 dalam A kusumastuti 2018 )
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard
yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dada,
perubahan segmen ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker
jantung (Kumar & Cannon, 2009). Keadaan iskemia yang akut dapat
menyebabkan nekrosis miokardial yang dapat berlanjut menjadi Infark Miokard
Akut. Nekrosis atau kematian sel otot jantung disebabkan karena adanya
gangguan aliran darah ke jantung. Daerah otot yang tidak mendapat aliran darah
dan tidak dapat mempertahankan fungsinya, dikatakan mengalami infark
(Guyton, 2007 dalam nugroho 2018).
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau yang lebih dikenal dengan sindrom
koroner akut (SKA) merupakan manifestasi klinis dari fase kritis pada penyakit
arteri koroner. Mekanisme yang mendasari penyakit ini adalah rupturnya plak
atau erosi karena serangkaian pembentukan trombus sehingga menyebabkan
penyumbatan parsial ataupun total pada pembuluh darah. Berdasarkan
pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan marker biokimia jantung, maka SKA
dibedakan menjadi ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI), Non
ST-segment elevation myocardial infarction (NSTEMI), serta angina pectoris
tidak stabil (Gelfand E.V, 2009).
1.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi
(Lily, 2011) :
a. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
b. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
c. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
1.3 FAKTOR RESIKO/ETIOLOGI
American Heart Association / American College of Cardiologi (2017) membagi
faktor risiko kardiovaskular dalam 3 bagian,yaitu:
a. Faktor risiko utama yaitu faktor risiko yang menunjukkan hubungan
kuantitatif faktor risiko dengan risiko ACS, yaitu:
1) Merokok
Merokok dapat menaikkan kadar karbon dioksida dalam darah,
kemampuan mengikat oksigen menjadi menurun dan jumlah oksigen yang
rendah dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa, dan
nikotin yang terkandung dalam rokok menstimulasi diproduksinya
katekolamin yang akan meningkatkan frekuensi heart rate dan blood
pressure. Merokok akan mengganggu respon vaskuler sehingga
meningkatkan adhesi dari platelet, yang akan meningkatkan risiko
terjadinya trombus (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).
2) Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang melebihi atau sama
dengan 40 mmHg pada tekanan sistolik dan melebihi atau sama dengan 90
mmHg pada tekanan diastolik (JNC VIII, 2013). Hipertensi merupakan
beban tekanan terhadap dinding arteri yang mengakibatkan semakin berat
beban jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan, hal ini akan
mengakibatkan fungsi jantung akan semakin menurun dan dinding jantung
akan semakin menebal dan kaku (AHA, 2015). Selain itu pada kondisi
menurunnya kelenturan dinding arteri dan meningkatnya adhesi platelet,
tingginya tekanan juga akan mengakibatkan plak yang menempel pada
dinding arteri akan mudah terlepas dan mengakibatkan trombus (Hoo et al.,
2016).

3) Dislipidemia
Dislipidemia adalah meningkatnya kadar kolesterol dan bentuk
ikatannya dengan protein seperti trigliserida dan LDL, tetapi sebalikya
kadar HDL menurun. Dislipidemia tidak lepas dari keterpajanan terhadap
asupan lemak sehari – hari terutama asupan lemak jenuh dan kolesterol,
yang dapat meningkatkan insidens penyakit jantung koroner.
4) Diabetes Mellitus
Pada penderita diabetes terjadi kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh hiperglikemi yang mana metabolit yang dihasilkan akan merusak
endotel pembuluh darah termasuk didalamnya pembuluh darah koroner.
Pada penderita diabetes yang telah berlangsung lama akan mengalami
mikroangiopati diabetik yaitu mengenai pembuluh darah besar, dimana
pada penderita ini akan sering mengalami triopati diabetik / mikrongopati
yaitu neuropati, retinopati dan nefropati. Dan bilamana makroangiopati ini
terjadi bersama – sama dengan neuropati maka terjadilah infark
tersembunyi ataupun angina yang tersembunyi yaitu tidak ditemukan nyeri
dada, dimana keadaan ini mencakup hampir 40% kasus.
5) Stress
Stres merupakan respon yang tidak spesifik dari seseorang terhadap
setiap tuntutan kehidupan (Selye, 1976 dalam Stuart & Laraia, 2008).
Chandola (2010, dalam European Heart Journal, 2010) menyatakan bahwa
ada korelasi antara stres psikologis dengan kejadian ACS. Stres yang terus
menerus berlangsung lama akan meningkatkan tekanan darah dan kadar
katekolamin sehingga mengakibatkan penyempitan pada arteri koroner
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).
b. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yaitu:
1) Umur dan jenis kelamin
Semakin bertambahnya umur akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya penyakit jantung koroner. SKA lebih sering timbul pada usia
lebih dari 35 tahun keatas dan pada usia 55 – 64 tahun terdapat 40%
kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Dikutip dari American
Heart Association / American College of Cardiologi (2001). Menurut
Kusmana (2002), umur merupakan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi, dimana seseorang yang berumurblebih atau sama dengan 60
tahun memiliki risiko kematian sebesar 10,13 kali dibandingkan yang
berumur 25 – 49 tahun. Insidens SKA dikalangan wanita lebih rendah
daripada laki – laki, tetapi hal ini akan berubah begitu memasuki periode
menopause, dimana insidens penyakit ini akan mendekati insiden pada
pria. Hariri (1997) mengemukakan bahwa laki – laki lebih dominan untuk
terkena SKA sebesar 2,34 kali jika dibandingkan dengan perempuan.
2) Genetic
Penelitian Rastogi (2004), menyatakan bahwa, orang yang mempunyai
riwayat keluarga positif penyakit jantung memiliki risiko 2,3 kali untuk
mendapatkan SKA dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai
riwayat keluarga
c. Faktor risiko predisposi seperti :
1) Obesitas
Seseorang yang obesitas secara umum berisiko mengalami
hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, yang merupakan faktor dominan
yang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Selain itu beban cairan
tubuh yang cukup besar dan menurunnya kemampuan beraktivitas secara
bertahap akibat dari obesitas, lambat laun akan menimbulkan
meningkatnya beban kerja jantung dan menurunkan fungsinya.
2) Inaktivitas fisik
Aktifitas fisik atau olahraga akan menstimulasi pembentukan pembuluh
darah kolateral yang berperan protektif terhadap kejadian miokard infark.
Penelitian Monica (1993) yang dilakukan terhadap 2040 orang di 3
kecamatan wilayah Jakarta Selatan menunjukkan mereka yang teratur
berolahraga atau bekerja fisik cukup berat mempunyai presentase terendah
untuk terkena hipertensi ataupun SKA. Orang yang tidak berolahraga
mempunyai risiko terkena SKA 2 kali lebih besar dibanding yang
berolahraga teratur atau beraktifitas fisik cukup berat (Kusmana,2002 ).
1.4 PATOFISIOLOGI
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white tromhbus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total
maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner
yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner.
Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan
oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium
mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan
remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian
pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka
mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri
koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa
spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis
setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP) (Irmalita dkk, 2015 dalam A
kusumastuti 2018).

1.5 MANIFESTASI KLINIS


Terbentuknya trombus akibat proses patofisiologi SKA menyebabkan darah
sulit mengalir ke otot jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam
mati. Gejala yang khas dari SKA adalah rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat
atau rasa terbakar di dada (angina). Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah
atau kiri dada dan berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat
menjalar ke rahang bawah, leher, bahu atau lengan serta ke punggung. Nyeri
dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri ini dapat pula timbul pada penderita
yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau penderita yang pernah
mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya menjadi lebih berat
atau lebih sering.
1.6 PENATALAKSANAAN
a. Anti-iskemiaa
Beta bloker dapat mengurangi kerja saraf simpatetik ke otot jantung,
mengurangi kebutuhan oksigen dan berkontribusi untuk kestabilan elektris.
Penggunaan beta bloker biasanya digunakan dalam 24 jam pertama untuk
mendapatkan target frekuensi jantung mendekati 60 kali/menit (Lilly, 2011).
Nitrat dapat mengurangi gejala angina dengan venodilatasi, dimana akan
mengurangi kebutuhan oksigen dengan mengurangi darah yang kembali
melalui vena ke jantung, sehingga mengurangi preload dan stress atau pajanan
ke dinding jantung (Lilly, 2011). Nitrat juga dapat meningkatkan aliran
pembuluh darah koroner dan mencegah vasospasme melalui vasodilatasi
pembuluh darah koroner. Selain untuk menghilangkan gejala angina, nitrat
juga dapat digunakan pada pasien Sindroma Koroner Akut dengan gagal
jantung dan hipertensi berat (Lilly, 2011).
b. Antagonis kanal kalsium
Antagonis kanal kalsium seperti verapamil dan diltiazem dapat mengurangi
gejala dengan mengurangi frekuensi denyut jantung serta kontraktilitas
melalui efek vasodilatasi (Lilly, 2011).

c. Anti trombotik
Tujuan pemberian antitrombotik termasuk juga antiplatelet dan
antikoagulan untuk mencegah efek lebih lanjut dari oklusi parsial yang ada di
trombus intrakoroner (Lilly, 2011).
d. Antiplatelet
Aspirin bekerja dengan mencegah sintesis platelet tromboksan A2, dimana
tromboksan A2 merupakan mediator aktivasi platelet dan aspirin merupakan
salah satu intervensi yang paling penting untuk mengurangi mortalitas pada
seluruh pasien dengan Sindroma Koroner Akut. Aspirin harus diberikan
segera kepada pasien dengan gejala Sindroma Koroner Akut tanpa
kontraindikasi (Lilly, 2011).
e. Antikoagulan
Unfractioned heparin bekerja dengan berikatan dengan antitrombin yang
meningkatkan potensi plasma protein sangat baik pada proses inaktivasi
pembentukan pembekuan trombin. Obat ini juga menginhibisi faktor
koagulasi Xa dan memperlambat pembentukan trombin (Lilly, 2011).
f. Fibrinolitik
Obat fibrinolitik ini bekerja dengan mempercepat lisisnya oklusi dari
trombus lumen intrakoroner, sehingga mengembalikan aliran darah dan
membatasi kerusakan otot jantung. Beberapa contoh obat fibrinolitik ini
adalah alteplase (tPA), reteplase (rPA), tenecteplase(TNK-tPA), dan
streptokinase (Lilly, 2011).
g. Terapi reperfusi
Alternatif pengobatan lainnya adalah, percutaneous coronary intervention
suatu metode untuk mengembalikan perfusi koroner dan mendapatkan aliran
darah yang optimal pada pembuluh darah yang infark. Terapi ini digunakan
apabila pada pasien yang sebelumnya telah diberikan terapi fibrinolisis namun
tidak menunjukkan perbaikan yang adekuat (Lilly, 2011).

1.7 PROGNOSIS
Prognosis Sindroma Koroner Akut Pasien dengan Sindroma Koroner Akut
dapat memiliki prognosis yang berbeda. Pada pasien Sindroma Koroner Akut
dengan peningkatan konsentrasi troponin terdapat peningkatan mortalitas pada
hari ke 30 atau 6 bulan. Adanya elevasi dari segmen ST merupakan prediktor
kuat untuk menentukan prognosis (lilly, 2011).
1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi Sindroma Koroner Akut menurut lily 2011
a Iskemia yang berulang
b Aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, aritmia supraventrikular, blok konduksi
c Gagal jantung kongestif
d Syok kardiogenik
e Infark ventrikel kanan
f Komplikasi mekanis , seperti ruptur otot papilari,rupture septal ventrikel o
Perikarditis
g Tromboembolisme
KONSEP KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


1. Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin :
Alamat : Alamat :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Suku : Suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
No. Rekam Medik : Hubungan dgn Klien :
Diagnosa Medis :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala radikal pasien ACS. Seorang
dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu membedakan
nyeri dada angina dan mampu membedakan nyeri dada lainnya kerena
gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien ACS
(Depkes, 2006).
Sifat nyeri pengelolaan pasien ACS (Atman, et al, 2007):
1) P (Provoking insident) dapat dikembangkan sebagai pencetus timbulnya
serangan jantung atau menyatakan posisi nyeri dada yang dirasakan ada
berkaitannya dengan area lokasi jantung jantung pada area substernal
kiri. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial.
2) Q (Qualitas) artinya kualitas dari nyeri dada yang dirasakan oleh klien.
Oleh karena kualitas nyeri dada ini bervariasi, maka yang diutarakan
klien bervariasi juga.
3) R (Radiation) artinya lokasi nyeri dada atau radiasi dari penjalaran nyeri
yang menggambarkan area aliran darah yang mengalami hambatan
tersebut, Penjalaran : ke leher, lengan kiri sampai akhirnya kejari kiri
dan punggung, mandibula, gigi, punggung/interkapula, ke lengan kanan,
disebelah dada kiri dan menjalar kerahang
4) S (Severiti) artinya gejala nyeri dada. Adapun gejala yang ditampilkan
atau dikeluhkan lain oleh klien adalah :
a) Nyeri dada yang khas seperti tertindih benda berat yang diikuti
keringat dingin dan sesak dan tercekik. Nyeri dada menjalar
kepunggung, leher dan lengan kiri sampai jari.
b) Beberapa orang merasakan sensasi dada seperti diremas-remas.
c) Menyatakan pernah timbul serangan dan tampilan sekarang adalah
cepet capai sejak belakangan ini.
d) Adanya perasaan mual muntah dan keringat dingin bahkan ada yang
merasa pada area ulu hati.
e) Dada seperti terbakar.
f) Atau tiba-tiba meninggal. Pada orang tua dan penyakit DM kadang
tidak menampikan nyeri dada yang khas
g) Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
h) Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan
sesudah makan.
i) Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat
dingin, dan lemas.
j) Hati-hati pada pasien diabetes melitus, kerap pasien tidak mengeluh
nyeri dada akibat neuropati diabetic
5) T (Time). Kejadian nyeri dada dapat terjadi terus menerus atau kadang-
kadang. Jika keluhan dada dirasakan kurang dari 20 menit (uap /nstemi)
dan jika nyeri dada di rasakan lebih dari 20 menit (stemi). Sehingga ini
merupakan waktu emas bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk
melakukan intervensi segera. Selain itu penentuan diagnosa maupun
prognosa dari serangan jantung tersebut yaitu dengan melakukan
pengkajian pemeriksaan EKG dan pemeriksaan laboratorium.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Adalah Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal
hingga di bawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah
dilakukan oleh klien untuk mengobati sakitnya sebelum ke RS. Pada Klien
ACS/SKA mengeluh nyeri ketika beristirahat, rasa panas di dada retro
sterna menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8(1-10),
nyeri berlangsung ± 10 menit .
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami klien beberapa waktu
sebelumnya. Pada ACS biasanya pernah menderita DM, hipetensi, PJK
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada klien atau keluarga mengenai penyakit yang pernah
diderita anggota keluarga. Jika memungkinkan buatlah genogram atau
gambaran garis keturunan beserta penyakit yang pernah diderita terutama
untuk penyakit-penyakit yang sifatnya diturunkan atau penyakit menular.
Seperti Jantung, DM, hipertensi dan ginjal
e. Riwayat Alergi
Apakah ada alergi terhadap obat, makanan dsb
f. Riwayat Psikologi
Status emosi, gaya komunikasi, pola pertahanan, kondisi emosi saat ini,
misalnya Stress
g. Riwayat Sosial
Pola interaksi klien, kegiatan social. Pada ACS Kebiasaan merokok,
pekerjaan.
h. Riwayat Spiritual
Kebutuhan untuk beribadah (terpenuhi / tidak terpenuhi)? Masalah-
masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual ? Upaya untuk mengatasi
masalah pemenuhan kebutuhan spiritual ?

i. Riwayat pola aktivitas sehari-hari


Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan, pola eliminasi, pola
istirahat tidur, pola kebersihan diri, dan aktivitas lain
j. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : ……… mmHg
Nadi :……..x/menit
Suhu :……..0C
Respiratory Rate (RR) :……x/menit
3) Kepala dan leher
4) Mata
5) Hidung
6) Mulut
7) Telinga
8) Thoraks/dada
 Paru
 Jantung
9) Abdomen
10) Genitalia dan rectal
11) Punggung dan tulang belakang
12) Ekstremitas/musculoskeletal
13) Kulit/integumen
k. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, X-Ray, dll.) :
1) Perubahan EKG (STEMI/NSTEMI dengan atau tanpa gelombang Q
patologik)
Hal yang perlu diketahui dan dipahami pada gambaran EKG yaitu
perubahan pada segmen ST, gelombang T dan gelombang Q. Perubahan
segmen ST dapat dilihat dari ada atau tidaknya peningkatan segmen ST.
Peningkatan segmen ST dikelompokkan dalam infark Q (STEMI)
sedangkan segmen ST yang tidak ada peningkatan dikelompokan dalam
infark non Q atau UAP /NSTEMI. Pengelompokkan ini memerlukan
penanganan yang berbeda. Perubahan gambaran EKG pada UAP dan
NSTEMI berupa depresi segmen ST > 0,05 mV, gelombang T terbalik >
0,2 mV. Perubahan gambaran EKG pada IMA meliputi hiperakut T, ST
elevasi yang di ikuti terbentuknya gelombang Q patalogis, kembalinya
segmen ST pada garis isoelektris dan inversi gelombang T. Perubahan
ini harus di temui minimal pada 2 sandapan yang berdekatan. Pada
beberapa kasus, EKG dapat memberikan gambaran yang normal atau
perubahan minor pada segmen ST atau ST depresi (infark QW
myocardial infark atau infark non Q). Pada penderita dengan EKG
normal namun diduga kuat menderita IMA, pemeriksaan EKG 12
sandapan harus diulang dengan jarak waktu yang dekat dimana
diperkirakan telah terjadi perubahan EKG. Pada keadaan seperti ini
perbandingan dengan EKG sebelumnya dapat membantu diagnosis.
2) Enzim Jantung
Kerusakan miokardium dikenali keberadaannya antara lain dengan
menggunakan tes enzim jantung, seperti: creatinine-kinase (CK),
creatinine kinase MB (CKMB) dan laktat dehidrogenase (LDH). Kadar
serum CK dan CKMB merupakan indikator penting dari nekrosis
miokard. Keterbatasan utama dari kedua petanda tersebut adalah relatif
rendahnya spesifikasi dan sensitivitas saat awal (< 6 jam) setelah onset
serangan. Resiko yang lebih buruk pada pasien tanpa elevasi segmen ST
lebih besar pada pasien dengan peningkatan nilai CKMB. Peningkatan
kadar CKMB sangat berkaitan erat dengan kematian pasien dengan ACS
tanpa elevasi segmen ST, dan naiknya risiko dimulai dengan
peningkatan kadar CKMB diatas normal. Meskipun demikian nilai
normal
3) Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi.
4) Leukosit
Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
5) Analisa Gas Darah
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
6) Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
7) Rontgen dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau
aneurisma ventrikuler
8) Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
9) Pemeriksaan pencitraan nuklir
 Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
 Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
10) Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
11) Angiografi coroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pada fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
12) Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
13) Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
l. Terapi Obat
1) Terapi oksigen diberikan untuk menjaga kadar saturasi dan
memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard
2) Diamorfin 5 mg (jika perlu dikuti dengan injeksi intravena perlahan 2,5-
5 mg) diberikan sebgai analgesic dan untuk mengurangi kecemasan
pasien.
3) Morfin 10 mg di ikuti dengan dosis 5-10mg injeksi intravena perlahan
merupakan alternative pilihan jika diamorfin tidak dapat digunakan
4) Metoklopramid 10mg intravena diberikan untuk mengatasi mual,dan
gliseril trinitat sublingual unutk menurunkan atau meredakan nyeri dada.
5) Aspirin 300mg diberikan pada pasien yang diduga infart miokard yang
diberikan secepat mungkin untuk membatasi thrombus. Aspirin
menghambat COX-1 dalam platelet menghambat prduksi TXA-2 dan
agregasi platelet.
6) Clopidogrel 300mg diberikan pada pasien yang alergi aspirin.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS SKA

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 29 Maret 2021 pukul 15:00 wib

I. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama Klien : Tn. A
No RM : 01200676
Umur : 54 th
Tempat/Tgl Lahir : 15 April 1966
Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2021
Jam : 06:00 wib
Dari : Rumah
Sumber Informasi : Pasien dan Rekam medik
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dg klien : Istri klien
Alamat : jl. swadaya I RT7 RW 10
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :

Tanggal 29/3/2021 pukul 15:00 wib pasien datang dengan keluhan dada
panas menembus kebelakang, keringat dingin (+), skala Nyeri 2/10. Tensi
darah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR 20 x/mnt, Sat Oksigen 98%,
dengan terpasang Nasal kanul 3 liter/mnt. Pasien mengeluh sesak saat
aktifitas ditempat tidur, cepat lelah jika banyak bergerak.Semua ADL
(Activity Daily Living) pasien dibantu oleh perawat. Pasien menanyakan
sakit yang di deritanya. Pasien dan keluarga sering bertanya
perkembangan kondisi klien. Pasien menanyakan tentang penyakitnya
dan faktor yang menyebabkan ini terjadi.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien datang dengan keluhan dada


panas menembus kebelakang, keringat dingin (+), Pasien mengeluh nyeri
dada 3 jam SMRS (tanggal 29/3/2021 jam 03:10 wib), nyeri dada
dirasakan menjalar ke punggung belakang, Skala nyeri 5/10 , seperti
tertekan dan terbakar, nyeri dirasa saat pulang kerja, nyeri tidak hilang
dengan istirahat. Tensi masuk di IGD 100/60 mmHg, HR 70 x/mnt, RR
24 x/mnt, kesadaran composmentis, keadaan umum sakit sedang.
c. Diagnosa Medik :
NSTEMI Tanggal 28 Maret 2021

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1.Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah sakit
2. Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
3. Imunisasi : N/A
4. Kebiasaan : Merokok : ya
Lamanya : 10 tahun sudah I bungkus per hari
Alkohol : tidak Lamanya : ………..
Kopi : ya Lamanya : sejak remaja
Obat : tidak Jenis Obat: ……….Lamanya : ………..
5. Pola nutrisi : (sebelum sakit/dirawat)
a. Frekuensi makan: 3 x sehari dengan porsi besar (± 15
sendok makan) ,Nasi, lauk, sayur. Saat sakit 3x sehari ± 4
sendok makan dan dibarengi dengan buah-buahan seperti
pisang dan apel.
b. Tinggi bada : 165 cm
c. Jenis makanan yg dimakan/disukai : semua suka
d. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
e. Makanan Pantangan : Tidak ada
f. Nafsu makan :
( √) baik
( ) sedang-alasan : mual
( ) kurang-alasan : mual/muntah/sariawan
g. Perubahan berat badan 3 bulan terakhir
( ) Bertambah …… Kg
( √ ) Tetap (70 kg)
( ) Berkurang …… Kg
( ) tidak tahu
6. Pola Eliminasi ( sebelum dirawat) :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1x sehari
Penggunaan pencahar : tidak
Waktu : pagi hari
Warna feses : kuning
Konsistensi : lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 6-7 x sehari ( ± 1400 cc)
Warna : kuning jernih
Bau : khas
7. Pola tidur dan istirahat
a. Waktu tidur (jam) : malam hari
b. Lama tidur/hari : ± 8 jam sehari
c. Kebiasaan pengantar tidur: tidak ada
d. Kebiasaan saat tidur : penerangan terang.
e. Kesulitan dalam hal tidur: ( ) menjelang tidur
( ) sering/mudah terbangun
( ) merasa tdk puas stlh bangun tidur
(√ ) tidak ada
8. Pola aktifitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : tukang bangunan
b. Olah raga : tidak ada
c. Jenis : tidak ada
d. Frekuensi : tidak ada
e. Kegiatan di waktu luang : berkumpul dengan keluarga.
f. Kesulitan dalam hal : tidak ada
9. Pola bekerja :
a. Jenis pekerjaan : Ibu Rumah tangga Lamanya :……….
b. Jumlah jam bekerja : sepanjang hari
c. Jadwal kerja : Tidak ada
d. Lain-lain (sebutkan) :
III. Riwayat Keluarga :
Genogram (3 generasi) :

X x

Keterangan :

IV. Riwayat Lingkungan :


a. Kebersihan : cukup bersih
b. Bahaya : tidak ada
c. Polusi : tidak ada
V. Aspek Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi
i. Alat Bantu yang digunakan : tidak ada
( ) kaca mata
( ) alat Bantu pendengaran
( ) lain-lain : sebutkan
ii. Kesulitan yang dialami : tidak ada
( ) sering pusing, mulai kapan :
( ) menurunnya sensitifitas thd sakit, kapan :
( ) menurunnya sensitifitas thd panas/dingin
( ) membaca/menulis
2. Persepsi diri
1. Hal yg dipikirkan saat ini : pasien ingin segera sembuh.
2. Harapan yg dijalani stlh perawatan : pasien mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang ke rumah agar bisa berkumpul kembali dengan
keluarga.
3. Perubahan yg dirasakan stlh sakit : pasien mengatakan sesak, tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya.
3. Suasana hati :
Rentang perhatian (thd masalah) : pasien mengatakan ingin cepat sembuh.
4. Hubungan / komunikasi
1. Bicara
( √ ) jelas Bahasa utama : Bahasa
Indonesia
( √) relevan Bahasa daerah : Bahasa Betawi
( √ ) mampu mengekspresikan
( √) mampu mengerti orang lain
2. Tempat tinggal
( ) sendiri
( √ ) bersama orang lain, yaitu : tinggal bersama 3 orang anak dan istri.
5. Kehidupan keluarga
1.Adat yg dianut : Betawi
2.Pembuat keputusan dalam keluarga : Pasien sendiri
3.Pola komunikasi : baik
4.Keuangan : ( √ ) memadai
( ) Kurang
5.Kesulitan dalam keluarga : n/a
( ) hubungan orang tua
( ) hubungan sanak saudara
( ) hubungan perkawinan
6. Kebiasaan seksual :
a. gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( ) fertilitas
( ) libido
( ) ereksi
( ) menstruasi
( ) kehamilan
( ) alat kontrasepsi
( ) lain-lain, sebutkan : tidak ada
b. Pemahaman thd fungsi seksual : tidak ada
7. Pertahanan koping
a. Pengambil keputusan
( ) sendiri
( √ ) dibantu orang lain : sebut kan : anak
b. Yang disukai dari kehidupan :
c. Yang ingin dirubah dari kehidupan :
d. Yang dilakukan jika stress :
( ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( √ ) lain-lain (mis : marah/diam, dll) sebutkan : dibicarakan
e. Apa yang anda ingin perawat lakukan adar anda merasa nyaman dan
aman :
f. Sistem nilai – kepercayaan :
a. Siapa atau apa sumber kekuatan :
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
( √ ) ya ( ) tidak, alasannya :
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan
frekuensi), sebutkan : Sholat 5x sehari
d. Kegiatan agama dan kepercayaan yg ingin dilakukan selama di RS,
sebutkan : Sholat
g. Tingkat perkembangan : (sebutkan berdasarkan usia) :
Usia : 54 th Karakteristik :
VI. Pengkajian Fisik :
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Tensi dasah 109/54 mmHg, HR 90 x/mnt, RR
20 x/mnt, Sat Oksigen 98%.

Kepala Mata Telinga Hidung


Ukuran/kontur : Alis : Daun telinga : Sekret :

(√) normosefalik (√) melengkung (√) Utuh (√) Tdk ada


sepanjang
( ) Hidrosefalik ( ) tdk utuh ( ) ada, jelaskan :
tonjolan tulang
( ) Mikrosefalik , diatas orbita …………………..
( simetris)
( ) asimetris Sekret :
( ) asimetris
( √) Tdk ada Septum :

Kulit kepala : ( ) ada, jelaskan : ( √) utuh/lurus


Kelopak mata :
(√) Licin, tidak ………………….. ( ) deviasi,
nyeri tekan ( √) Kelopak atas perforasi
menutupi iris 2-3
( ) bersisik,
mm
bermasa, nyeri tekan
Mukosa :
( ) tertutup rapat
seluruh sclera pada ( √) merah muda
RAMBUT saat terpejam
( ) infeksi
( ) edema

Tekstur : ( ) radang

(√) bervariasi ( ) lain-lain,


sebutkan :
Normal
Konjung tiva :
( ) rapuh,kasar,
(√ ) Tdk anemis
kering
( ) anemis

Jumlah :
Sklera :
( √) bervariasi,
(√ ) tdk ikterik
normal
Distribusi :

( √ ) tersebar baik

( ) Alopesia

Higiene :

( √) bersih

( ) ketombe

Mulut Tenggorokan Leher Kuku

Mukosa bibir : Nyeri menelan : Kelenjar gondok : Ketebalan :

( ) lembab (√ ) Tdk ada ( √) Normal ( ) tdk menebal

( √ ) kering ( ) ada ( ) membesar, ( ) menebal


jelaskan: ( biasanya
( ) Ada lesi
……………………. menandakan
( ) Sianosis Suara serak : jamur)

( √ ) Tidak ada (√ ) bersih


Kel. Getah bening:
Gigi : ( ) ada ( ) kotor
(√) Normal
( ) lengkap ( ) sianosis
( √) Tdk lengkap Tonsil : ( ) membesar, ( √ ) tdk sianosis

( ) Karies gigi (√) Normal ( ) Nyeri tekan

( ) ada gigi palsu ( ) membesar jelaskan: Capillary refill : 3


……………………. dtk
( ) Nyeri tekan

Lidah :

( ) lembab Faring :

(√) kering (√) normal

( ) kotor /coated ( ) hiperemis

Respirasi Kardiovaskular Neurologi Genitourinaria

Suara Paru : Nadi perifer : 90 Sensibilitas : BAK :

( ) vesikuler x/mnt (√) Normal Frek : DC +

( ) wheezing ( ) Tdk normal, Warna :


ka/ki jelaskan :
(√) kuning jernih
………….
(√ ) ronchi basah
Irama : ( ) Ada darah
…………………….
ka/ki, dibasal
( ) regular ( ) lain-lain, jalaskan :
paru.
() ronchi kering ( √ ) ireguler Urine tanggal 21/12/20

Ka/ki 800cc/5 jam

Distensi Vena Kaku kuduk :


jugularis : ada .
Pola nafas : (√) tdk ada Lampias :
- JVP5+2
() teratur, frek : mmH2O ( ) ada (√) ya

( √ ) Takipnea, ( )tdk
frek : 22 x/mnt

( ) Cheynes- Suara jantung :


Nyeri :
Stokes
(√) normal
(√) Tdk ada
( ) Kusmaul
( ) murmur
Tk.Kesadaran : ( ) ada, jelaskan :
( ) Apnea
( ) gallop …………………….
GCS : E : 4
…………………….
M:6
Pergerakkan
Nyeri dada :
dada V :5
(√) tdk ada Sekret alat
(√) Simetris ( √ ) Composmentis
kelamin :
( ) ada, jelaskan :
( ) tdk simetris ( ) Apatis
…………………… ( ) tdk ada
( ) somnolent
…………………… ( ) ada, jelaskan :
Sputum : ( ) delirium
…………………….
( ) Produktif ( ) soporocoma
…n/a………………….
(√) Tdk Produktif ( ) coma
( ) encer

( ) Kental Higiene alat


kelamin : n/a
( ) Putih
( √ ) bersih
( ) Kuning
( ) kotor
Kehijauan

( ) Ada darah
Alat Bantu :

() tdk ada
Sesak Nafas :
(√ ) cateter, jelaskan tgl
( ) Tdk ada
dipasang :
(√ ) ada,
21/12/2020
frekuensi : 22
x/mnt Ukuran : 16

Jenis cateter : dower


chateter
Perkusi :

( √) resonan

( ) hiperesonan

( ) redup

Tactil fremitus :

(√) getaran
normal dan sama
ki/ka

( ) fremitus
lemah

( ) fremitus kuat

Muskoloskeletal Integumen Gastrointestinal

Nyeri : Warna : Mual : Abdomen :

(√) Tdk ada (√) Normal ( √ ) tdk ada ( √) supel

( ) ada, jelaskan : ( ) Sianosis ( ) ada ( ) tegang

……………………. ( ) hiperemi ( ) membuncit

……………………. ( ) Ikterik Muntah :

(√ ) tdk ada Massa :

Edema : Kelembaban : ( ) ada, jelaskan : (√) tdk ada

(√) Tdk ada ( ) Normal ………………….. ( ) ada, jelaskan :

( ) ada, jelaskan : ( ) kering …………………..

…………………… (√ ) diaporesis Nafsu makan


: berkurang
……………………
( ) Baik
Otot : Turgor : Bising usus :
( ) tdk ada
( √) mampu (√ ) elastis Frek : 10 x/mnt
menahan
gerakkan pasif ( ) Tdk elastis

( ) atrofi .....detik Nyeri perut :

( ) paralysis (√ ) Tdk ada

( ) lemas Lesi : ( ) ada, jelaskan :

Gambar skala: 5 (√) tdk ada mules

( ) ada, jelaskan :

…………………… BAB :

Warna : kuning

(√ ) Biasa

( ) Hijau

( ) ada darah/lendir

( ) spt air beras

Jumlah :

(√) Banyak

( ) sedang

( ) sedikit

Konsistensi :

(√) lunak

( ) keras

(
) encer/cair

Reproduksi : N/a
Kehamilan :

Buah dada :

Perdarahan :

Pap smear :

Prostat :

Informasi Lain Yg ditemukan :

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………...................................................

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………...
Data Penunjang
Laboratorium :
Tgl 29/3/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 14,4 11,4-15,1 g/dL
Hematokrit 40 37-45%
Leukosit 9500 ↑ 5000-10000/uL
Trombosit 178.000 150.000-400.000
Eritrosit 4,9 4 – 5 (juta/ul)
Troponin I 0.040 < 0.020
GDS 178 70-200
Na 133 135-147
K 4,1 3,5-5,5
Cl 97 95-111
Antiodi SARS COV-2 0,09 <1 Non Reaktif
Ur 36 15-43
Cr 1,01 0,57-1,11

Tanggal 29/3/2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kolesterol 236 <200 mg/dL
Trigliserida 333 <150 mg/dL
HDL 34 ↑ >= 40 mg/dL
LDL 135 <100 mg/dL
Asam Urat 5,2 < 7 mg/dL
EKG TANGGAL 28/3/2021

Terapi : TANGGAL 28/3/2021

Atorvastatin 1 x 40mg PO

Trombo Aspilet 1x80mg PO

Clopidogrel 1 x 75 mg PO

Diazepam 1 x 5mg (K/P)

Lovenox 2x0,6cc

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Intoleransi Aktivitas
3. Defisit Pengetahuan
C. ANALISA DATA
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 DS : Iskemia jaringan Nyeri Akut
Nyeri dada kiri, terasa
panas menembus
belakang, skala nyeri
5/10, keringat dingin
DO :
TD 109/54 mmhg, HR
90x/m, RR 20x/m, sat
oksigen 98%
2 DS : Ketidakseimbangan antara Intoleransi
Mengeluh sesak saat suplai dan kebutuhan Aktivitas
beraktivitas, cepat oksigen
lelah
DO :
ADL semua dilakukan
oleh perawat
3 DS : Kurang terpapar informasi Defisit
- Pengetahuan-
DO :
Pasien menanyakan
sakit yang dideritanya,
pasien dan keluarga
sering bertanya
perkembangan kondisi
klien, pasien
menanyakan tentang
penyakitnya dan
faktor yang
menyebabkan ini
terjadi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri Akut (D.0077) b.d. agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis (iskemia) d.d. Setelah dilakukan intervensi
Observasi
mengeluh nyeri, gelisah, pola napas keperawatan selama 3 x 24 jam maka
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
berubah dan diaphoresis nyeri akut cukup menurun dengan
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kategori : Psikologi kriteria hasil :
2. Identifikasi skala nyeri
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan 1. Keluhan nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Gelisah
memperingan nyeri
Definisi : 3. Diaporesis
Teraupetik
Pengalaman sensorik atau emosional
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk untuk
yang berkaitan dengan kerusakan
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi napas
jaringan aktual atau fungsional, dengan
dalam)
onset mendadak atau lambat dan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
berintensitas ringan hingga berat yang
nyeri
berlangsung kurang dari 3 bulan.
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Penyebab :
Edukasi
1. Agen pencedera fisiologis (mis.
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
inflamasi, iskemia, neoplasma).
Gejala dan Tanda Mayor 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Subjektif 3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
1. Mengeluh nyeri mandiri
Objektif 4. Ajarkan teknik nonframakologis untuk
1. Gelisah mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor 1. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
Subjektif
Pemberian Analgesik
(tidak tersedia)
Observasi
Objektif
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis, pencetus,
1. Pola napas berubah
Pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi
2. Diaphoresis
durasi)
2. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
Kondisi klinis terkait :
pemberian anagesik
1. Sindrom Koroner Akut
3. Monitor efektifitas analgesic
Teraupetik
4. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
5. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak di inginkan
Edukasi
6. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas
ketidakseimbangan antara suplai dan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah, toleransi aktivitas meningkat dengan 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
dispnea setelah aktivitas, merasa lemah kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
Kategori : Fisiologis 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas tertentu
Subkategori : Aktivitas/Istirahat aktivitas sehari-hari meningkat Terapeutik :
Definisi : 2. Keluhan lelah menurun 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mobilisasi dan
Ketidakcukupan energi untuk melakukan 3. Perasaan lemah menurun ambulasi) sesuai kebutuhan
aktivitas sehari-hari 3. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy atau gerak
Gejala dan Tanda Mayor : 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Subjektif : Edukasi :
1. Mengeluh lemah 5. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif dalam menjaga fungsi
Gejala dan Tanda Minor dan kesehatan
Subjektif : Kolaborasi :
1. Merasa lemah -
3 Defisit pengetahuan (D0111) b.d kurang Setelah dilakukan intervensi Edukasi kesehatan
terpapar informasi d.d menanyakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi :
masalah yang dihadapi tingkat pengetahuan cukup meningkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kriteria hasil : informasi
Kategori : Perilaku 1. Perilaku sesuai anjuran Terapeutik :
Subkategori : Penyuluhan dan 2. Perilaku sesuai dengan dengan 2. Sediakan materi dan media pendidikan
pembelajaran pengetahuan kesehatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Definisi : Edukasi :
Ketiadaan atau kurangnya informasi 4. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kognitif yang berkaitan dengan topik kesehatan
tertentu 5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
6. Ajarkan strategi yang digunakan untuk
Penyebab : menignkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. Kurang terpapar informasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif :
-

Gejala dan Tanda Minor :


subjektif :
-
Objektif :
-

Kondisi Klinis Terkait :


1. Kondisi klinis yang baru dihadapi
oleh klien

Anda mungkin juga menyukai