Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR FILSAFAT

Nama Kelompok:
MUKARROMI AFANDI
ANAS FIRMANSYAH
FARHAN

PROGRAM STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL ULUM
LUMAJANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpah
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dalam bentuk yang sangat sederhana.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pancasila juga
karena ingin berbagi kepada pembaca tentang “PENGANTAR FILSAFAT”.

Kami mohon maaf apabila ketika dibaca pekerjaan kami ini banyak
kesalahan baik pemakaian kata, penyusunan kalimat, menjelaskan, menguraikan
isi atau data yang kurang lengkap karena kami baru belajar, kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan pekerjaan kami dimasa yang akan datang.

Semoga tugas sederhana ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami,


umumnya bagi pembaca dan khalayak semoga Allah memberkahi pekerjaan kami.

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai induk dari segela ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah
disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sebagai ideologi. Ada
mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus
menjadi bagian dari filsafat, sehingga ada yang mengatakan filsafat sebagai induk
atau ibu ilmu pengetahuan, karena objek material filsafat sangat umum yaitu
seluruh kenyataan. Padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang khusus,
hal ini berakibat berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun dalam
perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak
berarti hubungan filsafat dengan ilmuilmu khusus menjadi terputus. Disinilah
filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat
adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang
didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu filsafat
merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk
yang berfikir
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafat yang tepat sehingga sejalan
dengan pengetahuan ilmiah. Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga
menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat.
Ilmu berasal dari keingintahunya manusia terhadapat sesuatu. Filsafat adalah
salah satu ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang mencari
kebenaran dalam menjalani hidup, banyak hal yang dapat diketahui dengan
mempelajari filsafat. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya, senetralnetralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni

1
tanggung jawab terhadap 2 dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan,
alam, atau pun kebenaran. Dengan kata lain filsafat merupakan hal mendasar yang
pada dasarnya dimiliki oleh umat manusia. Setiap manusia, baik yang tergolong
terpelajar bahkan yang tergolong awam sekalipun, memiliki kemampuan untuk
berpikir mengenai hal-hal disekitarnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Filsafat sebagai Ilmu

Dalam sejarah ilmu pengetahuan telah dikemukakan bahwa pada


mulanya hanya ada satu ilmu pengetahuan yaitu filsafat. Kedudukan filsafat
pada waktu itu sebagai induk dari ilmu pengetahuan atau mother of science.
Namun, di dalam perkembangannya, masing-masing ilmu itu kemudian
memisahkan diri dari filsafat. Sebagai induk ilmu pengetahuan maka filsafat
akan menjadi dasar, perangkai serta pemersatu, karena setiap cabang ilmu
pengetahuan apabila sampai pada masalah yang fundamental mau tidak mau
akan kembali kepada filsafat.

Sebelum ilmu pengetahuan lahir, filsafat telah memberikan landasannya


yang kuat. Para filsuf Yunani Klasik seperti Demokritos sampai tiga serangkai
guru dan murid yang sangat terkenal seperti Socrates, Plato dan Aristoteles
telah berbicara tentang atom, naluri, emosi, bilangan dan ilmu hitung
(matematika), demokrasi, sistem pemerintahan dan kemasyarakatan, yang
kemudian dikembangkan oleh fisika, biologi, kedokteran, matematika, biologi,
ilmu budaya, psikologi, sosiologi dan ilmu politik.

Dalam perjalanannya, ternyata filsafat telah berkembang sedemikian


rupa, sehingga saat ini telah banyak bermunculan cabang baru dari filsafat yang
merupakan pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, misalnya: filsafat
arsitektur, filsafat matematik, filsafat administrasi, filsafat komunikasi, filsafat
perang, dan sebagainya. Kondisi ini mengakibatkan kedudukan filsafat yang
semula sebagai induk ilmu pengetahuan bergeser sebagai penghubung di antara
berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, sesungguhnya filsafat adalah
sebagai sistem inter-disipliner, atau dengan kata lain, filsafat itu sebenarnya
penghubung antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain dan menjadi tempat
pertemuan bagi cabang-cabang ilmu pengetahuan.

3
Kedudukan filsafat dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan dapat
digambarkan sebagai berikut:

a. Tujuan filsafat untuk memahami hakikat dari sesuatu objek yang menjadi
kajiannya tetap dipertahankan, tetapi informasi atau pengetahuan yang
menunjangnya harus bisa dipertanggung-jawabkan bukan hanya secara
rasional (logis), tetapi juga secara faktual (dialami langsung dalam
kehidupan kita). Oleh sebab itu, filsafat harus mengadakan kontak
dengan ilmu pengetahuan, mengambil banyak informasi atau teori-teori
terbaru darinya, dan mengembangkannya secara filsafati. Inilah yang
telah dilakukan oleh Bergson, Cassirer, Husserl, Foucault, dan para filsuf
modern serta kontemporer lainnya. Pemikiran filsafati yang
dikembangkan oleh mereka sangat kayadengan ilustrasi-ilustrasi yang
berasal dari temuan-temuan ilmiah yang berkembang pada zamannya.

b. Tujuan filsafat untuk mempersoalkan nilai dari suatu objek (aksiologi)


tetap dipertahankan. Hal ini pun dilakukan filsafat terhadap ilmu
pengetahuan. Akibatnya, temuantemuan ilmiah yang dinilai tidak sesuai
dengan nilai kemanusiaan (dan juga ketuhanan), diberi kritik atau
dikoreksi, seperti masalah kloning dan euthanasia. Filsafat memberikan
evaluasi dan kritik terhadap dampak moral dan kemanusiaan kedua
masalah tersebut bagi hidup manusia.

c. Filsafat melakukan kajian dan kritik terhadap persoalanpersoalan


metodologi ilmu pengetahuan. Ini misalnya dilakukan dalam filsafat ilmu
pengetahuan. Kritik filsafat atas cara kerja dan metodologi ilmu
pengetahuan pada prinsipnya menguntungkan ilmu pengetahuan, karena
dapat menjernihkan dan menyempurnakan ilmu pengetahuan.

Oleh sebab itu, untuk mempermudah mempelajari kedudukan filsafat,


terlebih dahulu dikemukakan empat macam pembagian pengetahuan manusia
menurut tingkatannya, yaitu:

4
a. Pengetahuan biasa atau pengetahuan pra-ilmiah, yaitu pengetahuan yang
muncul karena adanya kegiatan akal sehat manusia yang ditujukan
kepada kejadian sehari-hari, misalnya pengetahuan tentang terbit dan
tenggelamnya matahari, pengetahuan tentang hujan yang turun dari
langit, pengetahuan tentang api yang panas, semua pengetahuan seperti
itu bisa terjadi melalui pencerapan pancaindra baik sengaja ataupun tidak

b. Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science), yaitu pengetahuan yang telah


memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu: berobjek, bermetode, bersistem,
dan bersifat universal. Pengetahuan-pengetahuan ilmiah ini hanya bisa
dimiliki oleh beberapa orang saja.

c. Pengetahuan kefilsafatan atau filsafat, yaitu pengetahuan manusia yang


berisi tentang hakikat atau esensi, sifat dasar objeknya bercirikan
deskriptif, kritik atau analitik, evaluatik dan normatif, spekulatif dan
sistematik.

d. Pengetahuan keagamaan, yaitu pengetahuan manusia yang diperoleh


melalui keyakinan, sehingga bersifat dogmatik. Pengetahuan keagamaan
itu bertitik tolak dari ajaran wahyu maupun hal-hal yang bersifat religius.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa antara pengetahuan biasa,


pengetahuan ilmiah, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang sangat
erat. Pengetahuan adalah hasil dari orang yang mengetahui tentang sesuatu hal,
misalnya pengetahuan tentang rasa enak, sedih, bahagia, dan lain sebagainya.
Ilmu pengetahuan adalah pendalaman lebih lanjut mengenai pengetahuan
manusia, atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan (science) adalah
pengetahuan yang telah memenuhi empat syarat ilmiah, seperti yang telah
disebutkan di atas.

5
Filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, terutama
mengenai berbagai masalah yang fundamental dan tujuan yang ingin dicapai
oleh ilmu pengetahuan. Manusia di dalam menyelesaikan berbagai persoalan
yang dihadapi sangat dipengaruhi oleh filsafat hidupnya. Namun, dalam
kenyataannya tidak semua persoalan mampu diselesaikan dengan filsafat atau
analisa akal saja. Manusia memerlukan suatu keyakinan tentang sesuatu zat
yang berada di atas segala-galanya. Keyakinan tersebut hanya diajarkan di
dalam agama, bahkan diyakini bahwa agama manusia akan mampu
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi.

2.2 Filsafat Sebagai Cara Berpikir


Pada awalnya, pemikiran filsafat dimulai pada peradaban Yunani Kuno.
Tetapi secara umum, kini, filsafat terbagi menjadi dua bagian: filsafat barat dan
filsafat timur. Kendati demikian, beragam pemikiran filsafat telah merambah
jauh. Misalnya, filsafat manusia, filsafat kognitif, filsafat ilmu, filsafat biologi,
dll.
Berpikir secara filsafat merupakan keaktifan akal dalam mencari dan
atau mendalami pengetahuan. Suatu pencarian dasar yang sangat dalam. Tentu
pertanyaan metodologisnya yaitu: apa yang dicari? Maka dari itu, yang dicari
adalah apa yang sebenarnya hendak dicari. Gampangnya, yang dicari adalah
"hakekat". Sesuatu yang dijadikan sebagai pijakan yang kuat untuk
menjelaskan sesuatu lainnya.
Pencarian dilakukan dengan menggunakan akal. Kerja akal sangat
dibutuhkan dengan mencapai suatu pencarian. Proses pencarian tersebut
dinamakan sebagai "kerja nalar" atau "penalaran". Ingat, hanya menggunakan
akal. Pada saat yang sama, bila akal diaktifkan, selalu ada rangsangan yang
mendahuluinya. Pada kondisi itu, suatu keingintahuan (kuriositas) dari
manusia sangat diperlukan sebagai perangsang demi memulai kerja nalar.
Langkah yang paling dasar adalah dengan mengajukan pertanyaan. Hal
tersebut adalah nilai tertinggi yang wajib dicapai. Karena dengan mengajukan

6
pertanyaan, segala keraguan terbentang luas, maka akal segera mengalami
kontradiksi. Kontradiksi yang baik. Positif. Sehat!
Secara mendasar, ada tiga hal yang selalu dibahas oleh para pembelajar
filsafat. Pertama, ontologi. Biasa disebut "being" atau "tentang yang ada",
realitas. Kedua, epistemologi. Soal kedua ini merupakan pembahasan tentang
pengetahuan. Menguji dasar dari pengetahuan. Juga struktur pengetahuan.
Ketiga, aksiologi atau etika. Soal ini membahas tentang nilai. Seberapa
bernilai-nya sesuatu. Kualitas nilai dari sesuatu dengan uraian dasar-dasar
pengetahyuan yang ada. Intinya adalah argumentasi.
Dengan demikian, ada tiga hal yang paling dasar sekaligus wajib
dikuasai. Ontologi, epistemologi, dan etika. Ketiganya merupakan langkah dan
atau metode yang biasa digunakan dalam pemikiran filsafat demi menjelaskan
persoalan yang ada. Tentunya bertahap. Filsafat juga bisa dipelajari dari
pemikiran filsuf sendiri. Yang dipelajari adalah gagasannya yang sekaligus
juga dipikirkan secara metodologis. Tak dapat dimakan mentah. Misalnya,
memulainya pada pikiran Socrates. "hidup yang tak diuji adalah hidup yang tak
layak dijalani".

2.3 Filsafat Sebagai Pandangan Hidup


Setiap orang yang hidup dan normal pasti mempunyai pandangan
hidupnya sendiri atau filsafat hidupnya sendiri, baik yang berpendidikan tinggi
maupun yang berpendidikan rendah.
Filsafat itu berasal dari bahasa yunani terdiri dari dua kata, yaitu kata
"philia" artinya cinta dan "sophia" artinya kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah
mencintai kebijaksanaan.
Hakekat filsafat hidup adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang bersifat mendasar, mendalam, dan sesuai kodrat manusia. Karena itu
pandangan hidup seseorang atau filsafat hidup seseorang merupakan jati diri
atau identitas diri orang.
Filsafat diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada
hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk

7
individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti filsafat
mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan
hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri
dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral memuat
sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat, yaitu :
 Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
 Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan filsafat keindahan
(estetika).
 Manusia dengan monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya)
melahirkan filsafat antropologi.
 Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan
filsafat ketuhanan.
 Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan
filsafat sosial.
 Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir
(logika).
 Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat
melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
 Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
 Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai
(aksiologi).
 Manusia sebagai warga Negara dapat melahirkan filsafat Negara.
 Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap spiritual dapat
melahirkan filsafat agama.

Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanchaung) merupakan suatu


pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan. Pandangan hidupnya itu akan

8
tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut
dapat muncul apabila manusia memikirkan dirinya sendiri secara total.

Manfaat Mengetahui Pandangan Hidup (Filsafat Hidup)


Berdasarkan hakekat dari pandangan hidup atau filsafat hidup maka ada
beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup, yaitu:
a. Pandangan hidup atau filsafat hidup menolong mendidik,membangun diri
sendiri dengan berpikir lebih mendalam dan memberi isi kepada hidup
kita sendiri.
b. Pandangan hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan
kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Pandangan hidup memberikan pandangan yang luas membendung
egoisme dan egosentrisme.
d. Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri
maupun untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut, maka
orang yang memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, terdapat ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik keindahan alam lingkungan,
keindahan seni budaya, maupun keindahan harmoni yang aman, tentram,
dan damai.
b. Tanggap dan menaruh empati maupun simpati terhadap penderitaan
orang lain, karena itu ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat
menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung tinggi rasa keadilan, bahkan berani mempertaruhkan
hidupnya demi memperjuangkan keadilan.

2.4 Filsafat Sebagai Pandangan Hidup


Pada awalnya, pemikiran filsafat dimulai pada peradaban Yunani Kuno.
Tetapi secara umum, kini, filsafat terbagi menjadi dua bagian: filsafat barat dan

9
filsafat timur. Kendati demikian, beragam pemikiran filsafat telah merambah
jauh. Misalnya, filsafat manusia, filsafat kognitif, filsafat ilmu, filsafat biologi,
dll.

Berpikir secara filsafat merupakan keaktifan akal dalam mencari dan


atau mendalami pengetahuan. Suatu pencarian dasar yang sangat dalam. Tentu
pertanyaan metodologisnya yaitu: apa yang dicari? Maka dari itu, yang dicari
adalah apa yang sebenarnya hendak dicari. Gampangnya, yang dicari adalah
"hakekat". Sesuatu yang dijadikan sebagai pijakan yang kuat untuk
menjelaskan sesuatu lainnya.

Pencarian dilakukan dengan menggunakan akal. Kerja akal sangat


dibutuhkan dengan mencapai suatu pencarian. Proses pencarian tersebut
dinamakan sebagai "kerja nalar" atau "penalaran". Ingat, hanya menggunakan
akal. Pada saat yang sama, bila akal diaktifkan, selalu ada rangsangan yang
mendahuluinya. Pada kondisi itu, suatu keingintahuan (kuriositas) dari
manusia sangat diperlukan sebagai perangsang demi memulai kerja nalar.
Langkah yang paling dasar adalah dengan mengajukan pertanyaan. Hal
tersebut adalah nilai tertinggi yang wajib dicapai. Karena dengan mengajukan
pertanyaan, segala keraguan terbentang luas, maka akal segera mengalami
kontradiksi. Kontradiksi yang baik. Positif. Sehat!

Secara mendasar, ada tiga hal yang selalu dibahas oleh para pembelajar
filsafat. Pertama, ontologi. Biasa disebut "being" atau "tentang yang ada",
realitas. Kedua, epistemologi. Soal kedua ini merupakan pembahasan tentang
pengetahuan. Menguji dasar dari pengetahuan. Juga struktur pengetahuan.
Ketiga, aksiologi atau etika. Soal ini membahas tentang nilai. Seberapa
bernilai-nya sesuatu. Kualitas nilai dari sesuatu dengan uraian dasar-dasar
pengetahyuan yang ada. Intinya adalah argumentasi.

10
Dengan demikian, ada tiga hal yang paling dasar sekaligus wajib
dikuasai. Ontologi, epistemologi, dan etika. Ketiganya merupakan langkah dan
atau metode yang biasa digunakan dalam pemikiran filsafat demi menjelaskan
persoalan yang ada. Tentunya bertahap. Filsafat juga bisa dipelajari dari
pemikiran filsuf sendiri. Yang dipelajari adalah gagasannya yang sekaligus
juga dipikirkan secara metodologis. Tak dapat dimakan mentah. Misalnya,
memulainya pada pikiran Socrates. "hidup yang tak diuji adalah hidup yang tak
layak dijalani".

11

Anda mungkin juga menyukai