Anda di halaman 1dari 15

EPISTEMOLOGI FILSAFAT

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Mata Kuliah:Filfasat Ilmu
Dosen Pengampu:H.Kamal Hasuna,M.Pd

Oleh:
Maria Kristina
2212140021
MeySarah
2212140012

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
TAHUN 2022 M / 1444 H

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Shalawat dan salam Penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT tetapkan atas
Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya
yang setia dengan baik sampai akhir zaman, sehingga pada kesempatan kali ini
makalah Filsafat Ilmu dengan judul Materi “Epistemologi Filsafat”dapat selesai
tepat waktu.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak H.Kamal
Hasuna,M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Akhirul kalam,Penulis sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan ktirik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini kedepannya.Semoga makalah ini dapat memberikan
informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan
bagi penulis. Mohon maaf penulis sampaikan jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya,21 Oktober 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Metode Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Epistemologi. ........................................................................... 3
B. Prinsip-prinsip Epistemologi. .................................................................... 3
C. Jenis-jenis Epistemologi islam. ................................................................ 10

BAB III.............................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN. ...................................................................................... 11
B. SARAN. .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Filsafat adalah usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna
dan nilai-nilainya.Bidang Filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan
sejauh dapat dijangkau oleh pikiran.Filsafat memiliki tujuan untuk berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta
tempat manusia hidup serta apa tujuan hidupnya.

Filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap berbagai kehidupan


dan dunia,suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok
pengalaman manusia.Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan
pemahaman tentang moral,estetika dan agama.Para Fisuf (ahli filsafat) telah
meneliti dan mencari suatu padangan terhadap hidup secara terpadu dan
rinci,menemukan maknanya serta mencoba membuat dan memberikan suatu
konsepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya,

Seorang professor filsafat akan menjadi puas menjadi “muqallid”,hanya


percaya saja kepada segala macam penjelasan pramugari,saat bepergian
menggunakan pesawat terbang.Ia hanya percaya kepada orang yang mungkin sama
sekali dikenalinya.ia juga percaya kepada orang yang dikatakan sebagai
pilot,meskipun pada kenyataannya dia sama sekali tidak mengenalinya.Alhasil sang
professor menerima kebenaran ilmiah bukan berdasarkan metode empirisme,tetapi
menerima jalur penberitaan.Inilah dalam konsep epistemologi islam di sebut
sebagai jalur kebenaran ilmiah melalui khabar shodiq.

Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan erat dengan hakikat
dan teori ilmu pengetahuan.dalam bidang fisafat epistemologi memiliki keterkaitan
dengan pembahasan asal mula,ruang lingkup,sumber validasi,dan kebenaran dari
pengetahuan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan epistemologi?
2. Apa-apa saja prinsip epistemologi?
3. Apakah yang di maksud epistemologi islam dan jenis-jenisnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa Diharapkan Mampu Memahami Apa yang dimaksud dengan
epistemologi islam
2. Mahasiswa Diharapkan Mampu Memahami Apa sajakah prinsip
epistemologi.
3. Mahasiswa Diharapkan Mampu Memahami epistemologi islam dan
jenis-jenis epistemology itu sendiri.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode literatur kajian pustaka,
perpustakaan dan internet yang berhubungan langsung dengan tema
makalah yang dibuat sebagai acuan bahan referensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi.
Epistemologi’ berasal dari kata Yunani,episteme dan logos.Episteme
pengetahuan sedangkan logos berarti teori,uraian atau
ulasan.jadi,epistmologi dapat diterjemahkan dalam teori tentang
pengetahuan,yang di dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of
knowledge.
Dengan kata lain,epistemologi adalah cabang ilmu sebuah cabang ilmu
filsafat yang membahas tentang masalah-masalah filosofikal yang
mencakup dan mengitari ilmu pengetahuan.Epistomologi berhubiungan
dengan definisi dan konsep-konsep ilmu,ragam ilmu,yang bersifat nisbi dan
niscaya,dan relasi eksak Antara ‘alilm (Subjek) dan ma’lum (objek).
Dapat disimpulkan bahwa epistemologi merupakan suatu bagian dari
filsafat yang meaneliti asal usul,asumsi,dasar,sifat-sifat dan cara
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan
sebuah model filsafat.
Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan erat dengan
hakikat dan teori ilmu pengetahuan.dalam bidang fisafat epistemologi
memiliki keterkaitan dengan pembahasan asal mula,ruang lingkup,sumber
validasi,dan kebenaran dari pengetahuan.

B. Prinsip-prinsip Epistemologi.

1. Mengetahui itu tidak mustahil.


Mengetahui itu tidak mustahil. Jadi, bukan seperti yang sering diklaim
oleh kaum sophist, relativist, skeptic,dan agnostik serta para penurut dan
pemberontaknya hingga ke akhir zaman.

3
Dalam hal ini, keyakinan dan pendirian kaum Muslimin Ahlus Sunnah
wal-Jama'ah disimpulkan secara ringkas dan akurat oleh Imam an-Nasafi
dalam kitab Aqa'id-nya: aqa'iq alasyya' thcibitah, wal ihnu biha
niutahaqqiq,khilafan li s-sifasta'iyyah1. Maksudnya, hakikat, quidditas atau
esensi segala sesuatu itu tetap (dan oleh karena itu bisa ditangkap), tidak
berubah (sebab yang berubah-ubah itu hanya sifat-sifatnya, a'rad, lawahiq
atau lawazim-nya saja), sehingga segalanya bisa diketahui dengan
jelas.Manusia bisa dibedakan dari monyet, ayam tidak bisa disamakan
dengan burung, roti dengan batu, atau akar dengan ular.
Demikian pula hal-hal tersebut di atas, semuanya tidak mustahil untuk
diketahui dan dimengerti, dapat dibedakan dan bisa dijelaskan. Firman
Allah swt. dalam surah az Zumar: 9,"Apakah sama orang yang mengetahui
dan orang yang tidak mengetahui?", menunjukkan bahwa mengetahui itu
tidak mustahil.
2. Mengetahui Secara Konseptual dan Proporsional
Apapun yang Anda ketahui pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua (1) ada yang masih atau hanya berupa ide atau konsep
Misalnya, konsep tentang “orang” “binatang” "batu", dan lain lain, dan (2)
ada yang sudah berbentuk kalimat pernyataan, ungkapan Contohnya,
kalimat “tiada tuhan melainkan Allah”, “setiap yang hidup termasuk
saya,pasti akan mati", "air laut asin", dan sebagainya Mengetahui secara
konseptual disebut tasawwur yang dengannya Anda bisa mengidentifikasi
apakah objek yang melintas di depan mata itu manusia atau binatang
terlepas dan berbagai ciri-ciri atau atribut yang ada padanya maupun
kategori-kategori (ma'qular) lainnya.Sebab apa pun wama kulitnya, walau
bagaimana pun keadaannya, tak peduli di mana serta kapan pun yang
dinamakan manusia ya tetap manusia juga tetap bisa dibedakan dan
binatang batu pohon, dan objek-objek lainnya.

1
Al-Attas,The Oldest Known malay manuscript (Kuala Lumpur: University Of malay publications
of dapartemnet,1998),15

4
Pengetahuan jenis kedua adalah gabungan beberapa konsep dasar tadi
Kombinasi konseptual ini disebut tasdiq yakni pernyataan yang memuat
nilai kebenaran (truth value) dan merupakan pengakuan kebenaran (truth
claim).2Jika para ulama fiqh menamakannya “khabar” ,maka dalam istilah
logika modern,tasdiq kurang lebih sama dengan proposisi.
3. Dari Mana Kita Mengetahui.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: bagaimana cara dengan apa,
atau dari mana masalah-masalah tersebut bisa diketahui dan dipastikan?
Meminjam formulasi diskursus filsafat modern: how is knowledge
possible?"3Jawabnya melalui tiga sumber, yaitu persepsi indra (idrak al-
hawass), proses akal sehat (ta'aqqul), serta intuisi hati (qalb), dan melalui
informasi yang benar (khabar sadiq).
Sebagaimana disinyalir di dalam Al-Qur'an, surah an-Nahl:7."Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur."
Persepsi indrawi meliputi yang lima (indra pendengar, pelihat, perasa,
penyium, penyentuh), plus indra keenam yang disebut al hiss al-musytarak
atau sensus communis yang menyertakan daya ingatan atau memori
(dhakirah), daya penggambaran (khayal) atau imajinasi, dan daya estimasi
(wahm). Proses akal mencakup nalar (nizar) dan alur pikir (fikr). Dengan
nalar dan alur pikir ini Anda bisa berartikulasi, menyusun proposisi,
menyatakan pendapat, berargumentasi, melakukan analogi, membuat
putusan dan menarik kesimpulan.Selanjutnya, dengan intuisi kalbu
seseorang dapat menangkap pesan-pesan gaib, isyarat-isyarat Ilahi,
menerima ilham, fath, kasyf, dan sebagainya.
Sumber lain yang tak kalah pentingnya adalah “khabar sadiq” yang
berasal dari dan bersandar pada otoritas. Sumber khabar sadiq, apalagi
dalam urusan agama, adalah wahyu (Kalam Allah dan Sunnah Rasul-Nya)

2
Adian Husaini,Syamsyudin Arif,Filsafat Ilmu,(Jakarta:Gema Insani,2016),114
3
Ibid.

5
yang diterima dan diteruskan yakni ditransmit (ruwiya) dan ditransfer
(nuqila) sampai ke akhir zaman.
4. Mengklasifikasikan Ilmu Pengetahuan
Seperti kebiasaan kita pada umumnya,apa yang kita ketahui dapat
diekspresikan dalam bentuk pernyataan atau proposisi maka berdasarkan
sumber-sumber tersebut di atas pengetahuan kita dapat diklasifikasi sebagai
berikut pertama, pengetahuan berupa proposisi atau pernyataan yang
menunjuk objek persepsi indrawi (al-hissiyyat) Seperti pengetahuan kita
tentang madu rasanya manis.Kedua, berupa ungkapan yang menunjuk hal-
hal yang kita ketahui secara "a priori” (al-badihivvat atau al aqliyyat),
seperti 1/2 lebih besar 1/4 daripada Ketiga, pernyataan yang mewakili imu
(al-hadiyyat) pengalaman mistik, visi spiritual, atau supernatural (al-
kasiyfiyyat) Seperti pengetahuan yang diberikan kepada para nabi dan
orang-orang saleh Keempat pernyataan yang memuat berita wahyu yang
didengar (as-sam igual), diriwayatkan (al-inary), atau di fan-nagliyyat), dan
sumber-sumber otoritatif. 4
5
Dalam berbagai bentuk pernyataan seperti tersebut di atas itu juga
dinamakan dalil. Di samping itu sudah barang tentu tenda pemilihan-
pemilihan lain Misalnya klasifikasi pengetahuan berdasarkan objek
kanannya (ilmu-ilmu Al-Qur'an syan ah ilmu-ilmu hadits ilmu-ilmu bahasa
dan sastra m lugha na 1-adab ilmu-ilmu alam (tabi’iyyat),ilmu-ilmu
matematika (riyadiyyat) ilmu-ilmu teknik (sina’at), berdasarkan tujuan final
(ilmu-ilmu dunia dan ilmu-ilmu akhirat), dan berdasarkan fokus kajian atau
spesialisasinya."
5. Khabar Shadiq Klasifikasi dan Otoritasnya.
Mengapa hanya khabar sang yang diakui sebagai sumber ilmu Mengapa
tidak semua informasi bisa dan atau harus diterima Lantas kapan suatu
proposisi statemen, informasi,pemyataan,ucapan,pengakuan,kesaksian
kabar, mesti ditolak? Apa patokan dan ukurannya? Jawaban untuk

4
Baiquni,Ahmad,Islam dan Ilmu Pengetahuan modern,(Bandung:Psutaka,1983)73

6
pertanyaan-pertanyaan ini telah dirumuskan oleh para ulama ahli hadits dan
usul fikh. Secara umum khabar dalam arti berita,informasi,cerita
riwayat,pernyataan,ucapan’,dsb.Pernyataan, ucapan dan sebebagainya.
Imam an-Nasafi telah menjelaskan bahwa yang termasuk khabar sadiq
ada dua. Pertama, khabar mutawatir, yaitu informasi yang tidak diragukan
lagi karena berasal dan banyak sumber yang tidak mungkin bersekongkol
untuk berdusta, dan oleh karena itu merupakan sumber ilmu yang pasti
kebenarannya.Kedua, informasi yang dibawa dan disampaikan oleh para
rasul yang diperkuat dengan mukjizat. Informasi melalui jalur ini bersifat
istidlali dalam arti baru bisa diterima dan diyakini kebenarannya (yakni
menjadi ilmu daruri alias necessary knowledge).
Maka Klasifikasi kedua berdasarkan kuantitas sumbernya. Jika
sumbernya banyak sehingga sama sekali tidak mungkin bohong atau salah,
maka disebut mutawatir. Lalu jika sumbernya banyak (dalam kasus hadits,
harus terdiri dari generasi kurun pertama dan kedua Hijriah), namun tidak
sampai ke derajat mutawatir, maka disebut khabar masyhar, sementara jika
sumbernya tiga orang atau lebih maka disebut mushur. Adapun jika berasal
hanya dan satu sumber saja, maka dinamakan khabar al-wahid atau khabar
al-ahad.
Penting sekali diketahui bahwa tidak semua khabar dan orang banyak
bisa serta-merta dianggap mutawatir. Mengingat implikasi
epistemologisnya yang sangat besar, para ulama telah menetapkan sejumlah
syarat sebagai patokan untuk menentukan apakah sebuah khabar layak
disebut mutawatir atau tidak. Syarat pertama, para narasumbernya harus
betul-betul mengetahui apa yang mereka katakan, sampaikan, atau laporkan.
Jadi, tidak boleh dan tidak cukup jika sekadar menduga-duga atau mereka-
reka, apalagi meraba raba.Syarat kedua, mereka harus mengetahuinya
secara pasti dalam arti pernah melihat, menyaksikan, mengalami atau
mendengarnya secara langsung tanpa disertai ilusi, distorsi, dan
semacamnya. Oleh karena itu, kaum kaum Nasrani bahwa Nabi Isa a.s. mati
disalib tidak bisa diterima karena mereka telah dikelabui. Syarat ketiga,

7
jumlah narasumbernya harus cukup banyak sehingga tidak mungkin suatu
kekeliruan atau kesalahan akan dibiarkan atau lobs tanpa koreksi." 6

6. Klasifikasi dan Kritik berdasarkan isi.


Selanjutnya, khabar ilmu juga harus diklasifikasi berdasarkan isi pesan
dan arti yang dikandungnya. Para ulama ushul menetapkan tiga syarat bagi
diterima atau tidaknya suatu khabar ilmu ditinjau dan isi pesannya. Pertama,
jika tidak mustahil adanya menurut akal sehat (la yestahil wwjuduhu fi l-
aql). Kedua, jika tidak sampai menyalahi secara kontradiktif keterangan
nash yang jelas (an la yakuna mukhalifan linass maqtu' bihi 'ala wajhin la
yumkin al-jam' baynahuma). Dan ketiga, jika tidak menyalahi apa yang
telah disepakati oleh umat Islam (an la yakuna mukbaifan li-ijma al-
ummah)."

Adapun para ulama ahli hadits telah memilah khabar berdasarkan isi
matannya sebagai berikut. Apabila terdapat cacat, kesalahan atau kekeliruan
dalam ungkapan kata-katanya maka disebut mu'allal. Apabila terdapat
interpolasi atau penambahan kata-kata dalam.
Selanjutnya, khabar ilmu juga harus diklasifikasi berdasarkan isi pesan
dan arti yang dikandungnya. Para ulama ushul menetapkan tiga syarat bagi
diterima atau tidaknya suatu khabar ilmu ditinjau dan isi pesannya. Pertama,
jika tidak mustahil adanya menurut akal sehat. Kedua, jika tidak sampai
menyalahi secara kontradiktif keterangan nash yang jelas.dan ketiga, jika
tidak menyalahi apa yang telah disepakati oleh umat Islam.

Adapun para ulama ahli hadits telah memilah khabar berdasarkan isi
matannya sebagai berikut. Apabila terdapat cacat, kesalahan atau kekeliruan
dalam ungkapan kata-katanya maka disebut mu'allal. Apabila terdapat
interpolasi atau penambahan kata-kata dalam susunan kalimatnya maka

6
Saleh Al-Katiri,teori Evolusi Darmin,(Surabaya: Airlangga University Press,1996)10-11.

8
dinamakan mudraj. Apabila terdapat beberapa versi yang berbeda-beda
pada ungkapannya maka dikatakan mudtarib.

7. Masalah Validitas dan Sifat Mengikatnya.


Terakhir, klasifikasi khabar ilmu berdasarkan derajat validitas dan sifat
mengikatnya. Untuk pemilahan ini dipakai kategori qath’i(bersifat pasti,
jelas, gamblang) dan zhanni (berupa dugaan, kemungkinan, probabilitas).
Selanjutnya, masing-masing dibagilag berdasarkan thubut (kebenaran
sumber)-nya dan dalalah (makna, maksud, signifikansi dan implikasi)-nya.

Dengan kriteria ini, khabar ilmu dapat diklasifikasikan menjadi sebagai


berikut: pertama, yang sudah jelas otentisitasnya, tidak diragukan atau
dipersoalkan lagi kebenaran sumbernya maupun makna serta maksudnya.
Contohnya tentu saja Al-Qur'an Kalamullah. la thabit secara qath'i sebab
telah diakui, dibuktikan, dan dipastikan keteraturannya, disepakati dan
diyakini oleh seluruh umat islam bahwa redaksi ayat-ayatnya sebagaimana
terhimpun dalam mushaf dan dibaca oleh kaum Muslim di seluruh penjuru
dunia dewasa ini adalah sama, tanpa sedikit perbedaan pun dengan yang
diterima oleh Nabi Muhammad saw dan Allah swt.melalui malikat Jibril
a.s. Sebagai pedoman dan dasar pijakan (dalil), Al Qur'an berstatus qath'i
karena ayat-ayatnya dapat dengan mudah dipahami dan ditangkap
maksudnya, termasuk dan terutama ayat-ayat muhkamat, baik yang
menyangkut keimanan maupun hukum.Kedua, khabar yang sudah
dibuktikan keabshan dan kebenaran sumbernya namun belum atau tidak
dapat dipastikan makna dan maksud yang dikandungnya (gath'i al-thubut
zanni al dalalah). Contohnya, ayat-ayat Al-Qur'an yang samar makna alias
mutasyabihat, atau khabar mutawatir yang berimplikasi ganda atau bahkan
lebih. Ketiga, khabar yang bukan hanya otentisitas dan kebenaran
sumbernya masih dipersoalkan, tetapi juga makna. maksudnya pun masih

9
diperdebatkan. Yang masuk kategori terakhir ini adalah semua khabar ilmu
selain yang tersebut di atas.7

Secara epistemologis, khabar yang sudah jelas dan pasti otentisitasnya


maupun makna dan maksudnya, otomatis sah dan bersifat mengikat. Karena
validitas dan otoritas yang sangat tinggi ini, maka selain khabar sadiq, sahib,
mutawatir bersumberkan wahyu (yakni Al-Qur'an dan hadis), semua khabar
ilmu bersifat tentatif dan putativ belaka, dalam arti masih mengandung
kemungkinan salah atau palsu dan masih serta boleh digugat, dipertanyakan,
ditafsirkan, atau ditakwilkan ulang.

C. Jenis-jenis Epistemologi islam.


Menurut Al-Jabiri, sebagaimana tulisan Hasan Ridwan terdapat tiga
kelompok epistemology: yakni bayani, irfani, dan burhánl. Epistemologi
yang dimaksud adalah the branch of philosophy which investigates the
origin, structure, methods, and validity of knowledge.
1. Epistemologi bayani, otoritas kebenarannya ada pada teks. Hal yang
termasuk dalam kategori pola pikir bayani adalah rumpun keilmuan bahasa
Arab, ushul fikh, dan kalam Titik temu antara berbagai rumpun keilmuan
tersebut terletak pada hubungan antara teks dan pemaknaan teks sebagai ciri
esensial.
2. Epistemologi irfani ada pada intuisi (kasy). Perbedaan secara khas dari
epistemologi burhani, epistemologi bayani, dan 'irfini terletak pada otoritas
menentukan kebenaran.
3. Epistemologi burhani,di dalam epistemologi bayani,otoritas itu ada pada
nash (Al-Quran dan As-Sunnah), ijma dan yrihad, dalam epistemologi
irfani, otoritas itu ada pada al-kasyf sementara dalam epistemologi burhani,
otoritas itu ada pada akal.8

7
Dedi Supriyadi,Filsafat Islam,(Jawa Barat: Pustaka setia,2010),99.
8
Zaplurkan,Filsafat Islam,(Depok:Rajagrafindo Persada,2014),130.

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN.

Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan erat dengan hakikat
dan teori ilmu pengetahuan.dalam bidang fisafat epistemologi memiliki keterkaitan
dengan pembahasan asal mula,ruang lingkup,sumber validasi,dan kebenaran dari
pengetahuan.

Prinsip-Prinsip epistemologi seperti arti mengetahui,objek pengetahuan,sumber


ilmu pengetahuan,validitas ilmu,dan lain-lain dalam islam,umat islam adalah
khas.Oleh sebab itu dalam mencari ilmu,umat islam diperintahkan untuk berhati-
hati dengan melakukan screening,check,and recheck.Selain itu,jenis epistemology
dibagi menjadi 3 bagian,yaitu bayani,irfani,buhani.

B. SARAN.

Sebagai muslim yang baik kita harus memahami apa itu epistemologi
islam,bagaimana saja prinsip-prinsipnya,dan jenis-jenisnya,dilatar belakangi oleh
epistemologi sangat berkaitan erat dengan ilmu Filsafat.

11
DAFTAR PUSTAKA

ahmad husaini, s. a. (2016). filsafat ilmu. jakarta: gema insani.

al-attas. (1998). the oldest kniwn malay manuscript. kuala lumpur: University Of
Malay publications Of dapartment.

Al-Katiri, S. (1996). teori evolusi darmin. Surabaya: Airlangga University press.

Bayquni, a. (1983). Islam dan ilmu pengetahuan modern. bandung: Pustaka.

Supriyandi, D. (2010). Filsafat Islam. jawa barat: Pustaka setia.

Zaplurkan. (2014). Filsafat ilmu. Depok: rajagrafindo.

12

Anda mungkin juga menyukai