PENGETAHUAN
Diajukan untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang
diampu oleh
Disusun oleh :
BANDUNG
2020
Kata Pengantar
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang
telah memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah, “Pendidikan Pancasila” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa
kami, sangat diharapkan. Mudah-mudahan skripsi ini mamapu memberi manfaat
serta menunjang ilmu pengetahuan bagi penullis khususnya dan bagi para generasi
yang akan datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN.................................................................................1
I. Latar Belakang.........................................................................................1
II.Rumusan Permasalahan.............................................................................1
III. Tujuan..................................................................................................1
IV. Metode Penelitian..................................................................................2
V.Sistematika Penulisan...............................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................3
1. Data pengaruh pasar bebas di Indonesia dalam Ekspor-Impor....................3
2. Pelaku Ekonomi yang Terlibat dalam Pasar Bebas.....................................4
3. Dampak Pasar Bebas Bagi Indonesia.......................................................4
BAB III:
3.1 Deskripsi kasus......................................................................................8
......3.2 Pembahasan...........................................................................................
BAB IV: DAFTAR PUSTAKA............................
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji oleh para ahli
dan juga diuji oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang mencoba merongrong
kemerdekaan dan keutuhan Republik Indonesia. Secara empiris dan kenegaraan,
Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya hingga pada saat ini. Pengujian secara
kognitif telah dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan. Notonegoro
dengan analisis teori causal, Driarkara dengan pendekatan antroplogi metafisik, Eka
Darmaputra dengan etika, Suwarno dengan pendekatan historis, filosofis dan sosio-
yuridis, Gunawan Setiardja dengan analisis yuridis ideologis (Dimyati, 2006) dan
bayak para ahli dan kalangan akademisi membuktikan Pancasila sebagai filsafat
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembahasan dalam makalah ini
diantaranya :
1. Mengerti pengertian dari Ilmu
2. Mengetahui pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan
3. Memahami prinsip-prinsip dalam berpikir ilmiah
4. Mengetahui aspek penting dalam ilmu pengetahuan
5. Memahami strategi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
6. Mengetahui hubungan antara Pancasila dan perkembangan IPTEK
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya
(Surajiyo. 2010).
Ilmu (Knowledge) merujuk kepada kefahaman manusia terhadap sesuatu
perkara, dimana ilmu merupakan kefahaman yang sistematik dan diusahakan secara
sedar. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi kebaikan
manusia. Ilmu adalah sesuatu yang membedakan kita dengan makluk tuhan lainya
seperti tumbuhan dan hewan. Denagan ilmu kita dapat melakukan, membuat,
menciptakan sesuatu yang membawa perbedaan yang lebih baik bagi kehidupan
manusia. Ilmu pengetahuan dimengerti sebagai pengetahuan yang diatur secara
sistematis dan langkah-langkah pencapaianya dipertanggungjawabkan secara
teoretis. Sehingga ilmu pengetahun sangat diperlukan bagi setiap manusia untuk
mencapai kemajuan dan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.
Wilhelm Dilthey (1833-1911) mengajukan klasifikasi, membagi ilmu ke dalam
Natuurwissenchaft dan Geisteswissenchaft. Kelompok pertama sebagai Science of
the World menggunakan metode Erklaeren, sedangkan kelompok kedua adalah
Science of Geist menggunakan metode Verstehen. Kemudian Juergen Habermas,
salah seorang tokoh mazhab Frankfrut (Jerman) mengajukan klasifikasi lain lagi
dengan the basic human interest sebagai dasar, dengan mengemukakan klasifikasi
ilmu-ilmu empiris-analitis, sosial-kritis dan historis-hermeneutik, yang masing-
masing menggunakan metode empiris, intelektual rasionalistik, dan hermeneutik
(Van Melsen, 1985).
a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme,
dualisme, pluralisme )
b) Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
(mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi penyusunan
asumsi, dasar-dasar teoritis, dan membantu terciptanya komunikasi
interdisipliner dan multidisipliner. Membantu pemetaan masalah, kenyataan,
batas-batas ilmu dan kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misal masalah krisis
moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi
menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang tidak mampu dijangkau oleh ilmu
ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: memberi arah dan mengendalikan
ilmu pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok, lapisan tertentu.
ANALISIS KASUS
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI)
Rhenald Kasali mengatakan, salah satu permasalahan akut yang terjadi pada
masyarakat kelas menengah di Indonesia adalah budaya konsumerisme.
3.2 PEMBAHASAN
1) Konsumerisme
Collin Campbell
Konsumerisme adalah kondisi sosial yang terjadi saat konsumsi menjadi pusat
kehidupan banyak orang dan bahkan menjadi tujuan hidup. Ketika semua itu terjadi
segala kegiatan hanya berfokus pada pemenuhan konsumsi saja.
Robert G. Dunn
Zygmut Baumant
Merriam-Webster
Sasateli
Konsumerisme hadir berakar pada ide tenteang kebahagiaan dan hal inilah yang
menjadi acuan dasar tentang masyarakat konsumsi.
Dari pengertian konsumerisme oleh beberapa para ahli di atas, maka bisa
disimpulkan bahwa pengertian konsumerisme ialah ideologi atau paham yang
merubah individu, kelompok, atau komunitas menjalankan proses konsumsi atau
pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan yang hanya melihat
melalui nilai simbol bukan nilai gunanya.
Tujuan Konsumerisme
Objek Konsumerisme
Kebanggaan yang muncul pada diri seserang sangatlah lekat dengan kepuasaan
yang dimiliki oleh dirinya. Perasaan akan kondisi seperti inilah menyebabkan
seseorang memilih limited edition sebagai fenomena sosial yang sangat mudah
ditemukan.
Sifat yang dimiliki oleh seseorang dalam kepuasaan dirinya sendiri bisa terjadi
lantaran ada perasaan untuk ikutserta pada gaya penampilan orang lain. Kondisi
inilah kemudian menjadikan teman, saudara, ataupubahkan kakak dan beradik dalam
satu keluarga turut serta dalam gaya ikut-ikutan akibat proses mengajak satu sama
lainnya.
Kecenderungan yang pasti dimiliki oleh seseorang dalam prilaku konsumtif ialah
ingin terlihat menarik dihadapan orang lain. Menarik disini bukan lebih condong
pada gaya hidup bukan pada prilakunya. Misalnya saja untuk potngan rambut, baju,
celana, dan lain sebagainya. Sehingga ada sebuah perumpamaan bahwa kebutuhab
primer jauh lebih kecil daripada skunder.
Dampak Konsumerisme
a. Dampak Positif
Meningkatkan Motivasi
Masyarakat yang ada pada era konsumtif secara langsung dalam menjadi salah
satu solusi dalam bertambahnya jumlah barang yang akan menjadi prioritas
dikonsumsi masyarakat, dengan contoh fakta sosial seperti inilah produsen akan
membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara maksimal.
b. Dampak Negatif
Kebudayaan seperti konsumtif ini lambat laun akan menjadi pengaruh dalam
kehidupan, misalnya saja budaya untuk gengsi jauh lebih besar daripada mencari
solusi atas permasalahan yang terjadi. Padahal akibat dari gengsi atau gaya terlalu
tinggi akan mengakibatkan kehidupan tidak akan terlepas dari unsur pandangan
kepada orang lain.
Akibat lainnya dalam konsumtif ini ialah nilai uang tidak memiliki makna
sekalipun, lantaran yang hadir dalam fikirannya sebatas bagimana menghabiskan
uangnya tanpa lagi memberikan jaminan untuk esok (masa tua) yang lebih baik.
Menimbulkan keresahan
Ketimpangan sosial
Sekolah
Masyarakat
Contoh sikap konsumtif dalam kehidupan masyarakat untuk hal ini misalnya
saja “Konsumerisme ruang”, yang terjadi lantaran hancurnya suatu lingkungan
karena pemakaian yang berlebihan oleh masyarakat. Karena masyarakat terobsesi
untuk mempunyai kendaraan lebih dari satu, jalan-jalan akan semrawut.
Agama
Dalam prilaku konsumtif juga banyak ditemukan dalam kajian keagamaan,
misalnya untuk hal ini terjadi pada perayaan Idul Fitri, masyarakat yang beragama
menggandakan pengeluarannya, antara lain untuk membeli barang-barang yang akan
dipakai pada saat silaturahmi nanti. Ini menjadi sebuah kebiasaan setiap tahunnya.
Sehari-Hari
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia.
Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-
pilar filosofis keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat
integratif serta prerequisite/saling mempersyaratkan
Prinsip-prinsip berpikir ilmiah diantaranya objektif, rasional, logis,
metodologis dan sistematis.
Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif. Positif, dalam
arti kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan manusia ke
suatu kemajuan (progress, improvement) dengan teknologi yang
dikembangkan dan telah menghasilkan kemudahan-kemudahan yang semakin
canggih bagi upaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya
secara fisik-material. Negatif dalam arti ilmu pengetahuan telah mendorong
berkembangnya arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama, etika,
yang akibatnya dapat menghancurkan kehidupan manusia sendiri.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik,
bahkan ia merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi
tuntutan peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma
pengembangan ilmu harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah
kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri
seseorang pada masalah-masalah yang tidak dapat diatasi dengan semata-
mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri, khususnya mencakup
pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat mutlak bagi
kehidupan manusia yang berbudaya
4.2 Saran