Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANUSIA, KEARIFAN LOKAL, DAN ETIKA LINGKUNGAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 9 Mata Kuliah Pendidikan
Kearifan Lokal dan Etika Lampung

Dosen Pengampu: Dr. H. Zuhairi, M.Pd.

Kelompok 9 ( kelas A)

1. Adam Khoirul Anam 2201011002


2. Alfiatun Najiah 2201010006
3. Febri Faturahman 2201011035
4. Holif fibtya Ningrum 2201011041
5. Lesia Istiqomah 2201010058
6. Najwa Nafiatul Ummah 2201010079
7. Umi Latifah 2201010119

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Kearifan Lokal dan
Etika dengan judul “Manusia, Kearifan Lokal, dan Etika Lingkungan”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa
terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karunia kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Metro, 19 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

MAKALAH.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Rumusan Masalah......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pengertian Manusia dan Konsep Dasar Etika Lingkungan................................... 5
B. Teori, Prinsip dan Penerapan Etika Lingkungan....................................................8
C. Etika dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Lingkungan......................................9
D. Hubungan serta Pengaruh Manusia Terhadap Perkembangan Etika Lingkungan
13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi yang semakin pesat, hubungan antara manusia, kearifan
lokal, dan etika lingkungan menjadi semakin penting. Manusia sebagai makhluk sosial
memiliki peran krusial dalam membentuk dan mempertahankan keseimbangan
ekosistem. Kearifan lokal, sebagai warisan budaya turun temurun, memegang peranan
signifikan dalam membimbing manusia dalam berinteraksi dengan alam secara
berkelanjutan. Sementara itu, etika lingkungan menjadi landasan moral yang menuntun
tindakan manusia untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati serta
menjaga keseimbangan ekologis.

Pentingnya memahami kompleksitas hubungan ini tak dapat diabaikan. Manusia,


dengan segala kebijaksanaan lokalnya, berada dalam posisi yang strategis untuk
merawat atau merusak lingkungan tempatnya hidup. Oleh karena itu, makalah ini akan
menggali lebih dalam tentang bagaimana manusia sebagai agen perubahan memiliki
tanggung jawab terhadap kearifan lokal dan etika lingkungan sebagai pijakan moral
dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Dengan menggabungkan elemen-
elemen ini, kita dapat merancang pendekatan holistik untuk mendukung keberlanjutan
dan kesejahteraan bersama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu manusia dan bagaimana konsep dasar etika lingkungan?

2. Apa saja teori, prinsip dan bagaimana penerapan etika lingkungan?

3. Apa saja etika dan nilai-nilai kearifan lokal dalam lingkungan?

4. Bagaimana hubungan serta pengaruh manusia terhadap perkembangan etika


lingkungan?

C. Tujuan Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan bagaimana konsep dasar etika lingkungan

2. Untuk mengetahui teori, prinsip dan bagaimana penerapan etika lingkungan

3. Untuk mengetahui etika dan nilai-nilai kearifan lokal dalam lingkungan

4
4. Untuk mengetahui hubungan serta pengaruh manusia terhadap perkembangan etika
lingkungan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Konsep Dasar Etika Lingkungan

1. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan among (unique)
didalam ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia
sendiri bahkan merupakan bagiannya. Pembawaan manusia dalam
masyarakat dapat didefinisikan sebagai jumlah dari segenap sifat yang
berkembang dalam pergaulan dengan orang lain. Sifat ini kerap kali terdapat
dalam pembawaan manusia dalam pertentangan satu dengan lainnya.
Perasaan harga diri di samping kecenderungan untuk patuh atau menyerah,
simpati dan sifat penolong di samping nafsu berjuang, hasrat menyampaikan
perasaan atau pikiran di samping kecenderungan menyendiri dan menyimpan
rahasia.
Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau
mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang
berarti manusia. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis.
Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk
individu1.
Manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang
berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain
Berikut beberapa definisi manusia menurut para ahli :
1
BAB II, “A. Pengertian Manusia,” 31, diakses 10 November 2023,
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5826/.

6
a. Ludwing Binswanger: Manusia adalah makhluk yang
mempunyaikemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia
ada danmampu mempertahankan adanya di dunia.
b. Thomas Aquinas: Manusia adalah suatu substansi yang
komplityang terdiri dari badan dan jiwa
c. Betrand Russel: Manusia adalah maujud yang diciptakan dalam
keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri.

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada
hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud
individu menurut Effendi, adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam
bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam
hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan
kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua
aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai individu. Manusia adalah bagian dari
ekosistem. Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non
fisik. Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik. Sedangkan
lingkungan nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia
itu berada.

Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu,


mereka juga merupakan makhluk sosial. Manusia dapat di katakan makluk
sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari
berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau
kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup
sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa
bantuan manusia lainnya,manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan,
bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh

7
potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat
dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial2.

2. Konsep Dasar Etika Lingkungan


Adapun yang dimaksud etika lingkungan itu sendiri adalah sebuah
refleksi kritis tentang norma dan nilai atau prinsip moral yang dikenal umum
selama ini dalam kaitan dengan lingkungan. Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani, “ethos” yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. Selain itu dari segi
etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Bahasa Latin, “ethicus”
yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai
dengan kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai
studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk3
Etika lingkungan menjadi konsep yang perlu untuk dipahami,
karena etika lingkungan merupakan kajian baru yang membahas hubungan
antara ilmu filsafat dan biologi pada umumnya dan lingkungan Manusia
merupakan salah satu komponen penting dalam lingkungan, sehingga
perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dibuktikan
dengan aktivitas yang bijaksana dalam mengolah dan memanfaatkan
sumberdaya lingkungan dengan memperhatikan etika lingkungan4.
Etika lingkungan erat kaitannya dengan cara kita bersikap dan
bertindak terhadap lingkungan sekitar. Etika lingkungan sebagai refleksi
tentang apa yang harus dilakukan terkait dengan isu lingkungan hidup,
termasuk pilihan moral dalam memenuhi kebutuhan hidup yang memberi
dampak pada lingkungan. etika lingkungan dipahami sebagai refleksi kritis

2
Mahdayeni Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri Saleh, “Manusia dan
Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan
Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan),” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 7, no. 2
(2019): hal. 155-157.
3
“ebook komunikasi lingkungan - Yahoo Search Results,” hal. 33, diakses 13 November 2023,
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210US885G0&p=ebook+komunikasi+lingkungan.
4
Ulfi Faizah, “ETIKA LINGKUNGAN DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF AKSIOLOGI,” Jurnal Filsafat Indonesia 3, no. 1 (30 April 2020): hal. 16,
https://doi.org/10.23887/jfi.v3i1.22446.

8
atas norma-norma dan nilai-nilai moral dalam komunitas manusia atau
dalam kelompok masyarakat yang berbudaya sama dan memiliki ekologis
yang sama pula, serta merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis
manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral untuk mengendalikan
alam agar tetap berada pada batas aman dan lestari. Etika lingkungan juga
berbicara tentang relasi antara semua kehidupan alam semesta, yaitu
antarmanusia dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam
secara keseluruhan5.

B. Teori, Prinsip, dan Penerapan Etika Lingkungan

1. Teori Etika Lingkungan


Mengenai teori etika lingkungan ada beberapa teori yang terdapat dalam etika
lingkungan:
a) Antroposentrisme
Teori lingkungan ini memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam
semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan
dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan
dengan alam, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Nilai
tertinggi adalah manusia dan kepentingannya, yaitu: nilai dan prinsip moral
hanya berlaku bagi manusia dan etika hanya berlaku bagi manusia.
b) Biosentrisme
Teori lingkungan ini memandang setiap kehidupan dan makhluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Tidak hanya manusia
yang mempunyai nilai, alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas
dari kepentingan manusia. Biosentrisme menolak argumen antroposentrisme,
karena yang menjadi pusat perhatian dan yang dibela ole teori ini adalah
kehidupan, secara moral berlaku prinsip bahwa setiap kehidupan di muka
bumi ini mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan
diselamatkan.
5
Erna Mena Niman, “KEARIFAN LOKAL DAN UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN ALAM,”
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio 11, no. 1 (17 Januari 2019): hal. 97,
https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i1.139.

9
c) Ekosentrisme
Teori ini berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada
kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak.
d) Zoosentrisme
Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan
hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan
binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini,
binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat
merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para
penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu
standar moral6.
2. Prinsip Etika Lingkungan

Etika lingkungan mempunyai prinsip-prinsip yang mempunyai tujuan


supaya dapat digunakan sebagai pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia
saat berhadapan dengan alam. Terdapat sembilan prinsip dalam etika
lingkungan yaitu sebagai berikut :

a. Sikap hormat terhadap alam. Alam berhak untuk dihormati karena manusia
termasuk bagian dari alam. Manusia berkewajiban menghargai semua hak
makhluk hidup di alam untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah
sesuai dengan tujuan penciptaannya dengan cara memelihara, merawat,
menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya
b. sikap tanggung jawab. Prinsip tanggung jawab dilakukan secara bersama-
sama oleh semua orang yang dituntut dan terpanggil untuk
bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik
bersama dengan rasa kepemilikan yang tinggi.

6
P. Julius F. Nagel, “Etika Lingkungan Hidup” 2, no. 1 (2020): hal. 522-523.

10
c. Solidaritas kosmis. Prinsip ini mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan dan semua kehidupan di alam yang memiliki nilai yang sama dengan
kehidupan manusia.
d. Kasih sayang dan kepedulian pada alam. Ini merupakan prinsip moral satu arah
yang artinya manusia melakukan suatu tindakan tanpa mengharapkan suatu
balasan serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi tetapi
semata-mata untuk kepentingan alam.
e. Tidak merugikan. Prinsip ini menunjukkan perilaku yang tidak perlu
dilakukan jika merugikan manusia maupun lingkunganalam atau mengancam
eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta
f. Hidup sederhana dan selaras dengan alam. Prinsip ini menekankan pada
nilai dan kualitas cara hidup bukan pada kekayaan, sarana dan standar
material untuk mewujudkan pola hidup sederhana
g. Keadilan. Prinsip keadilan terutama membahas tentang peluang dan akses
yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut
menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang berdampak positif
pada kelestarian lingkungan hidup serta dalam hal turut menikmati
manfaatnya
h. Demokrasi. Prinsip ini sangat terkait dengan hakikat alam yaitu alam semesta
sangat beraneka ragam. Seorang yang peduli terhadap lingkungan adalah
orang yang demokratis, dapat menerima multikulturalisme, diversifikasi
pola tanam, diversifikasi pola makan, dan keanekaragaman hayati dan
lainnya
i. Integritas moral. Prinsip ini terutama ditujukan kepada pejabat publik agar
memiliki sikap dan perilaku yang hormat serta memegang teguh prinsip-
prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik7
3. Penerapan Etika Lingkungan

7
Ardiansyah, “PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP,” Pustaka dan Arsip kabupaten
Kampar, diakses 12 November 2023,
https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-detail/1298/prinsipprinsip--etika-lingkungan-hidup.

11
Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata
kerjanya adalah mengimplikasikan yang artinya melaksanakan atau menerapkan.

C. Etika dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Lingkungan

Etika dalam konteks kearifan lokal lingkungan melibatkan tanggung jawab


moral terhadap alam dan masyarakat setempat. Nilai-nilai kearifan lokal lingkungan
mencakup keseimbangan dengan alam, penghargaan terhadap warisan budaya,
keadilan sosial, dan partisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Etika
dan nilai-nilai ini membentuk landasan perilaku yang diakui dan dihormati dalam
interaksi manusia dengan lingkungan setempat mereka.

Kearifan lokal lingkungan dapat berupa nilai, norma, etika, kepercayaan,


adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus etika lingkungan merupakan
pedoman tentang cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang didasari atas nilai-nilai
positif untuk mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan nilai-nilai positif
tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, seperti nilai agama, budaya, dan moral
yang menjadi petunjuk manusia dalam memandang dan memperlakukan lingkungan.

Etika lingkungan berfungsi dalam dua hal, yaitu sebagai pengimbangan atas
hak dan kewajiban manusia terhadap lingkungan dan membatasi tingkah laku dan
upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas
kelayakan lingkungan. Kesadaran untuk mengangkat dan menggali kembali
pengetahuanlokal atau kearifan budaya masyarakat etnik muncul karena kemajuan
ekonomi dan sosial masyarakat dunia sekarang telah diiringi oleh pelbagai kerusakan
lingkungan. Oleh karena itu, kearifan lokal sebagai kearifan lingkungan saat ini
sangat penting demi keharmonisan lingkungan untuk kelangsungan hidup
berkelanjutan tanpa harus mengorbankan rasionalitas ilmu.

Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat


yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan
masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal merupakan nilai-nilai sosial yang terdapat di

12
suatu kawasan masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
kebudayaan lokal dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat
secara arif atau bijaksana. Berikut adalah beberapa nilai-nilai kearifan lokal yang
terkandung dalam kebudayaan Indonesia:

a) Nilai religi: nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh masyarakat setempat,


seperti kepercayaan kepada Tuhan YME, kehidupan antar sesama, maupun
dengan alam. nilai religi adalah nilai yang terkait dengan hubungan antara
manusia dengan Tuhan YME.
b) Nilai gotong royong: nilai yang mengajarkan tentang kerjasama dan saling
membantu antar sesama dalam masyarakat.
c) Nilai estetika: nilai yang berkaitan dengan keindahan dan keelokan dalam
seni dan budaya.
d) Nilai sejarah: nilai yang berkaitan dengan sejarah dan warisan budaya yang
diwariskan dari generasi ke generasi.
e) Nilai moral: nilai yang berkaitan dengan etika dan moralitas dalam kehidupan
sehari-hari.
f) Nilai toleransi: nilai yang mengajarkan tentang saling menghargai perbedaan
dan keberagaman dalam masyarakat.

Nilai-nilai kearifan lokal sangat berguna bagi masyarakat, baik secara


kelompok maupun perorangan guna menciptakan kehidupan masyarakat yang
diliputi kebaikan, kedamaian, keakraban, kebersamaan, dan saling pengertian.

13
D. Hubungan Serta Pengaruh Manusia Terhadap Perkembangan Etika
Lingkungan

Hubungan Manusia Terhadap perkembangan etika lingkungan

Manusia hidup dalam lingkungannya dan melakukan interaksi dengan


komponen-komponen yang ada di lingkungannya. Interaksi tersebut dapat
terjadi dengan komponen biotik mapun abiotik serta sosial budaya. Pada
awalnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi,
selaras dan seimbang. Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara
tidak seimbang. Manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologinya lebih bersifat eksploitatif terhadap alam, sehingga muncul berbagai
permasalahan lingkungan.

Permasalahan lingkungan terjadi karena pandangan manusia yang keliru


terhadap alam. Manusia seringkali melanggar etika lingkungan karena
menganggap dirinya terpisah dari lingkungannya. Karena itu, untuk
menyelamatkan lingkungan harus ada perubahan yang mendasar pada diri
manusia dalam memandang lingkungannya.

Pada awalnya hubungan manusia dan lingkungan lebih bersifat alami dan
mencakup komponen-komponen seperti iklim, daratan, vegetasi, dan tanah.
Dengan berkembangnya peradaban, manusia dikelilingi oleh berbagai bentuk
artefak atau benda-benda hasil karyanya. Benda-benda tersebut kemudian
menjadi bagian dari lingkungan secara keseluruhan. Bahkan, di daerah
perkotaan lingkungannya didominasi oleh komponen-komponen kehidupan
perkotaan seperti jalan, jembatan, permukiman, perkantoran, hotel, dan lain-lain.
Lingkungan alam telah diganti atau diubah secara radikal oleh lingkungan
buatan atau binaan.

Hubungan manusia dan lingkungan bekerja melalui dua cara. Pada satu sisi,
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi pada sisi lain manusia memiliki
kemampuan untuk mengubah lingkungan. Karakteristik hubungan tersebut
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya atau satu masyarakat dengan

14
masyarakat lainnya. Pada daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat
peradaban yang telah maju, manusia cenderung dominan, sehingga
lingkungannya telah banyak berubah dari lingkungan alam menjadi lingkungan
binaan hasil karya manusia Dalam kaitannya dengan hubungan manusia dan
lingkungan, terdapat beberapa paham yang menjelaskan hakekat dari hubungan
tersebut, yaitu paham determinisme, paham posibilisme dan paham optimisme
teknologi.8

1. Paham Determinisme

Paham determinisme memberikan penjelasan bahwa bahwa


manusia dan perilakunya ditentukan oleh alam. Tokoh-tokoh atau
ilmuwan yang mengembangkan dan menganut paham determinisme
diantaranya Charles Darwin, Frederich Ratzel dan Elsworth Huntington.
Charles Darwin (1809) merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang
sangat terkenal dengan teori evolusinya. Menurutnya, makhluk hidup
secara berkesinambungan mengalami perkembangan dan dalam proses
perkembangan tersebut terjadi seleksi alam (natural selection). Makhluk
hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya akan mampu
bertahan dan lolos dari seleksi alam.

Dalam hal ini alam berperan sangat menentukan. Frederich


Ratzel (1844-1904) merupakan ilmuwan berkebangsaan Jerman yang
sangat dikenal dengan teori ”Antopogeographie”-nya. Menurutnya
manusia dan kehidupannya sangat tergantung pada alam. Perkembangan
kebudayaan ditentukan oleh kondisi alam, demikian halnya dengan
mobilitasnya yang tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam di
permukaan bumi. Elsworth Huntington merupakan ilmuwan
berkebangsaan Amerika Serikat yang dikenal dari karya tulisnya berupa
buku yang berjudul, ”Principle of Human Geographie”. Menurutnya,
iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia.
Sebagaimana telah kalian pelajari dalam mata pelajaran Geografi, iklim
8
“BAB_2_HUBUNGAN_MANUSIA_DAN_LINGKUNGAN.pdf,” t.t.

15
di dunia sangat beragam. Keragaman iklim tersebut, menciptakan
kebudayaan yang berlainan. Sebagai contoh, kebudayaan di daerah
beriklim dingin berbeda dengan di daerah beriklim hangat atau tropis.

2. Paham Posibilisme

Paham posibilisme memberikan penjelasan bahwa kondisi alam


itu tidak menjadi faktor yang menentukan, melainkan menjadi faktor
pengontrol, memberikan kemungkinan atau peluang yang mempengaruhi
kegiatan atau kebudayaan manusia. Jadi menurut paham ini, alam tidak
berperan menentukan tetapi hanya memberikan peluang. Manusia
berperan menentukan pilihan dari peluang-peluang yang diberikan alam.

Ilmuwan yang menganut paham ini, diantaranya adalah ilmuwan


berkebangsaan Perancis bernama Paul Vidal de la Blache (1845-1919).
Menurutnya, faktor yang menentukan itu bukan alam melainkan proses
produksi yang dipilih manusia yang berasal dari kemungkinan yang
diberikan alam, seperti iklim, tanah, dan ruang di suatu wilayah. Dalam
hal ini, manusia tidak lagi bersikap pasif atau pasrah menerima apapun
yang diberikan alam seperti yang diyakini oleh paham determinisme,
tetapi aktif dalam pemanfaatannya. Manusia dan kebudayaannya dapat
memilih kegiatan yang cocok sesuai dengan kemungkinan yang
diberikan oleh alam.

3. Paham Optimisme Teknologi

Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian rahasia alam
terungkap dan teknologi untuk mengeksploitasinya terus berkembang.
Bahkan, dengan kemajuan teknologi saat ini sebagian manusia
menjadikan teknologi segala-galanya. Mereka sangat optimis bahwa
teknologi berkembang apapun dapat menjamin kebutuhan manusia.
Teknologi bukan lagi menjadi alternatif tetapi telah menjadi keyakinan
yang dapat menjamin hidup dan kehidupan manusia. Bahkan lebih jauh

16
telah mengarah pada ketergantungan teknologi dan mentuhankan
teknologi. Teknologi telah membuat sebagian manusia tidak lagi percaya
pada Tuhan. Padahal teknologi merupakan ciptaan manusia dan bertuan
pada manusia, bukan sebaliknya.

Dari ketiga paham tersebut, masing-masing memiliki komponen


kebenarannya. Sebagian aktivitas manusia sangat ditentukan oleh alam, terutama
yang memanfaatkan alam secara langsung misalnya aktivitas pertanian.
Aktivitas tersebut sangat ditentukan oleh kondisi cuaca dan iklim, walaupun
dalam perkembangannya manusia mulai menggunakan teknologi untuk
mengaturnya seperti rumah kaca. Pakaian manusia dalam banyak hal juga
tergantung pada kondisi cuaca. Hal ini merupakan bukti paham determinisme
lingkungan. Namun demikian, seiring dengan kemajuan peradaban, manusia
banyak melakukan upaya rekayasa untuk mengoptimalkan pemanfaatan alam.
Karena itu, paham posibilis dan optimisme teknologi semakin menunjukkan
kenyataan.

Pengaruh Manusia Terhadap Perkembangan Etika Lingkungan

Perkembangan etika lingkungan dipengaruhi oleh aktivitas manusia terhadap


lingkungan hidup. Kegiatan manusia yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya
alam dapat mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, sehingga
dapat menimbulkan krisis lingkungan hidup dan berdampak pada masyarakat.Krisis
lingkungan hidup seperti kerusakan dan pencemaran hanya dapat diatasi dengan
mengubah etika dan perilaku manusia terhadap alam. Krisis lingkungan hidup yang
terjadi secara global, nasional, dan lokal sebenarnya disebabkan oleh kesalahan etika
lingkungan hidup manusia dalam memandang suatu ekosistem secara holistik. Etika
lingkungan hidup adalah suatu disiplin ilmu yang berbicara tentang norma dan aturan
moral yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan alam serta
nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang mendasari tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan alam.

17
Kajian etika lingkungan hidup sangat penting untuk mendefinisikan kembali
hubungan antara manusia dan alam serta memperbaiki perilaku manusia terhadap
lingkungan. Perilaku lingkungan yang etis sangat penting untuk meminimalkan
pemanasan global dan menjaga kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk
menekankan pentingnya etika lingkungan bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan
lingkungan dan melestarikan alam untuk generasi mendatang. Manusia memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan kealifan lokal lingkungan. Kegiatan manusia
seperti urbanisasi, industri, dan pertanian dapat menyebabkan perubahan iklim,
hilangnya habitat, serta degradasi tanah dan air. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan praktik yang berkelanjutan guna melestarikan kealifan lingkungan
lokal.9

9
Rusdina, “Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan Lingkungan Yang
Bertangggung Jawab.” 9, no. 2 (2015).

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan among (unique)
didalam ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia
sendiri bahkan merupakan bagiannya. Pembawaan manusia dalam masyarakat
dapat didefinisikan sebagai jumlah dari segenap sifat yang berkembang dalam
pergaulan dengan orang lain.
Etika lingkungan menjadi konsep yang perlu untuk dipahami,
karena etika lingkungan merupakan kajian baru yang membahas hubungan
antara ilmu filsafat dan biologi pada umumnya dan lingkungan Manusia
merupakan salah satu komponen penting dalam lingkungan, sehingga
perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dibuktikan dengan
aktivitas yang bijaksana dalam mengolah dan memanfaatkan sumberdaya
lingkungan dengan memperhatikan etika lingkungan.

Etika dalam konteks kearifan lokal lingkungan melibatkan tanggung jawab


moral terhadap alam dan masyarakat setempat. Nilai-nilai kearifan lokal
lingkungan mencakup keseimbangan dengan alam, penghargaan terhadap
warisan budaya, keadilan sosial, dan partisipasi aktif dalam menjaga
keberlanjutan lingkungan. Etika dan nilai-nilai ini membentuk landasan perilaku
yang diakui dan dihormati dalam interaksi manusia dengan lingkungan setempat
mereka.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. “PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP.” Pustaka dan Arsip


kabupaten Kampar. Diakses 12 November 2023.
https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-detail/1298/prinsipprinsip--etika-
lingkungan-hidup.
“BAB_2_HUBUNGAN_MANUSIA_DAN_LINGKUNGAN.pdf,” t.t.
“ebook komunikasi lingkungan - Yahoo Search Results.” Diakses 13 November 2023.
https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E210US885G0&p=ebook+komunikasi+lingkungan.
Faizah, Ulfi. “ETIKA LINGKUNGAN DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
MENURUT PERSPEKTIF AKSIOLOGI.” Jurnal Filsafat Indonesia 3, no. 1
(30 April 2020): 14–22. https://doi.org/10.23887/jfi.v3i1.22446.
II, BAB. “A. Pengertian Manusia.” Diakses 10 November 2023.
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5826/.
Mahdayeni, Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri Saleh.
“Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam
Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan).”
Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 7, no. 2 (2019): 154–65.
Niman, Erna Mena. “KEARIFAN LOKAL DAN UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN ALAM.” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio 11, no. 1
(17 Januari 2019): 91–106. https://doi.org/10.36928/jpkm.v11i1.139.
P. Julius F. Nagel. “Etika Lingkungan Hidup” 2, no. 1 (2020).
Rusdina. “Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan
Lingkungan Yang Bertangggung Jawab.” 9, no. 2 (2015).

20

Anda mungkin juga menyukai