Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 9 Mata Kuliah Pendidikan
Kearifan Lokal dan Etika Lampung
Kelompok 9 ( kelas A)
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Kearifan Lokal dan
Etika dengan judul “Manusia, Kearifan Lokal, dan Etika Lingkungan”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa
terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karunia kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
MAKALAH.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Rumusan Masalah......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pengertian Manusia dan Konsep Dasar Etika Lingkungan................................... 5
B. Teori, Prinsip dan Penerapan Etika Lingkungan....................................................8
C. Etika dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Lingkungan......................................9
D. Hubungan serta Pengaruh Manusia Terhadap Perkembangan Etika Lingkungan
13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi yang semakin pesat, hubungan antara manusia, kearifan
lokal, dan etika lingkungan menjadi semakin penting. Manusia sebagai makhluk sosial
memiliki peran krusial dalam membentuk dan mempertahankan keseimbangan
ekosistem. Kearifan lokal, sebagai warisan budaya turun temurun, memegang peranan
signifikan dalam membimbing manusia dalam berinteraksi dengan alam secara
berkelanjutan. Sementara itu, etika lingkungan menjadi landasan moral yang menuntun
tindakan manusia untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati serta
menjaga keseimbangan ekologis.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan bagaimana konsep dasar etika lingkungan
4
4. Untuk mengetahui hubungan serta pengaruh manusia terhadap perkembangan etika
lingkungan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan among (unique)
didalam ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia
sendiri bahkan merupakan bagiannya. Pembawaan manusia dalam
masyarakat dapat didefinisikan sebagai jumlah dari segenap sifat yang
berkembang dalam pergaulan dengan orang lain. Sifat ini kerap kali terdapat
dalam pembawaan manusia dalam pertentangan satu dengan lainnya.
Perasaan harga diri di samping kecenderungan untuk patuh atau menyerah,
simpati dan sifat penolong di samping nafsu berjuang, hasrat menyampaikan
perasaan atau pikiran di samping kecenderungan menyendiri dan menyimpan
rahasia.
Secara etimologi kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau
mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang
berarti manusia. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis.
Artinya selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai
makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah yang membentuk
individu1.
Manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang
berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka
dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain
Berikut beberapa definisi manusia menurut para ahli :
1
BAB II, “A. Pengertian Manusia,” 31, diakses 10 November 2023,
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5826/.
6
a. Ludwing Binswanger: Manusia adalah makhluk yang
mempunyaikemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia
ada danmampu mempertahankan adanya di dunia.
b. Thomas Aquinas: Manusia adalah suatu substansi yang
komplityang terdiri dari badan dan jiwa
c. Betrand Russel: Manusia adalah maujud yang diciptakan dalam
keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada
hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud
individu menurut Effendi, adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam
bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam
hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan
kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua
aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai individu. Manusia adalah bagian dari
ekosistem. Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non
fisik. Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik. Sedangkan
lingkungan nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia
itu berada.
7
potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat
dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial2.
2
Mahdayeni Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri Saleh, “Manusia dan
Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan
Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan),” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 7, no. 2
(2019): hal. 155-157.
3
“ebook komunikasi lingkungan - Yahoo Search Results,” hal. 33, diakses 13 November 2023,
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210US885G0&p=ebook+komunikasi+lingkungan.
4
Ulfi Faizah, “ETIKA LINGKUNGAN DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF AKSIOLOGI,” Jurnal Filsafat Indonesia 3, no. 1 (30 April 2020): hal. 16,
https://doi.org/10.23887/jfi.v3i1.22446.
8
atas norma-norma dan nilai-nilai moral dalam komunitas manusia atau
dalam kelompok masyarakat yang berbudaya sama dan memiliki ekologis
yang sama pula, serta merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis
manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral untuk mengendalikan
alam agar tetap berada pada batas aman dan lestari. Etika lingkungan juga
berbicara tentang relasi antara semua kehidupan alam semesta, yaitu
antarmanusia dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan alam
secara keseluruhan5.
9
c) Ekosentrisme
Teori ini berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas. Berbeda dengan
biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada biosentrisme, pada
kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun tidak.
d) Zoosentrisme
Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan
hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan
binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini,
binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat
merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para
penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu
standar moral6.
2. Prinsip Etika Lingkungan
a. Sikap hormat terhadap alam. Alam berhak untuk dihormati karena manusia
termasuk bagian dari alam. Manusia berkewajiban menghargai semua hak
makhluk hidup di alam untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah
sesuai dengan tujuan penciptaannya dengan cara memelihara, merawat,
menjaga, melindungi, dan melestarikan alam beserta seluruh isinya
b. sikap tanggung jawab. Prinsip tanggung jawab dilakukan secara bersama-
sama oleh semua orang yang dituntut dan terpanggil untuk
bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik
bersama dengan rasa kepemilikan yang tinggi.
6
P. Julius F. Nagel, “Etika Lingkungan Hidup” 2, no. 1 (2020): hal. 522-523.
10
c. Solidaritas kosmis. Prinsip ini mendorong manusia untuk menyelamatkan
lingkungan dan semua kehidupan di alam yang memiliki nilai yang sama dengan
kehidupan manusia.
d. Kasih sayang dan kepedulian pada alam. Ini merupakan prinsip moral satu arah
yang artinya manusia melakukan suatu tindakan tanpa mengharapkan suatu
balasan serta tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi tetapi
semata-mata untuk kepentingan alam.
e. Tidak merugikan. Prinsip ini menunjukkan perilaku yang tidak perlu
dilakukan jika merugikan manusia maupun lingkunganalam atau mengancam
eksistensi makhluk hidup lain di alam semesta
f. Hidup sederhana dan selaras dengan alam. Prinsip ini menekankan pada
nilai dan kualitas cara hidup bukan pada kekayaan, sarana dan standar
material untuk mewujudkan pola hidup sederhana
g. Keadilan. Prinsip keadilan terutama membahas tentang peluang dan akses
yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut
menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang berdampak positif
pada kelestarian lingkungan hidup serta dalam hal turut menikmati
manfaatnya
h. Demokrasi. Prinsip ini sangat terkait dengan hakikat alam yaitu alam semesta
sangat beraneka ragam. Seorang yang peduli terhadap lingkungan adalah
orang yang demokratis, dapat menerima multikulturalisme, diversifikasi
pola tanam, diversifikasi pola makan, dan keanekaragaman hayati dan
lainnya
i. Integritas moral. Prinsip ini terutama ditujukan kepada pejabat publik agar
memiliki sikap dan perilaku yang hormat serta memegang teguh prinsip-
prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik7
3. Penerapan Etika Lingkungan
7
Ardiansyah, “PRINSIP-PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP,” Pustaka dan Arsip kabupaten
Kampar, diakses 12 November 2023,
https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-detail/1298/prinsipprinsip--etika-lingkungan-hidup.
11
Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata
kerjanya adalah mengimplikasikan yang artinya melaksanakan atau menerapkan.
Etika lingkungan berfungsi dalam dua hal, yaitu sebagai pengimbangan atas
hak dan kewajiban manusia terhadap lingkungan dan membatasi tingkah laku dan
upaya untuk mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas
kelayakan lingkungan. Kesadaran untuk mengangkat dan menggali kembali
pengetahuanlokal atau kearifan budaya masyarakat etnik muncul karena kemajuan
ekonomi dan sosial masyarakat dunia sekarang telah diiringi oleh pelbagai kerusakan
lingkungan. Oleh karena itu, kearifan lokal sebagai kearifan lingkungan saat ini
sangat penting demi keharmonisan lingkungan untuk kelangsungan hidup
berkelanjutan tanpa harus mengorbankan rasionalitas ilmu.
12
suatu kawasan masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam
kebudayaan lokal dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat
secara arif atau bijaksana. Berikut adalah beberapa nilai-nilai kearifan lokal yang
terkandung dalam kebudayaan Indonesia:
13
D. Hubungan Serta Pengaruh Manusia Terhadap Perkembangan Etika
Lingkungan
Pada awalnya hubungan manusia dan lingkungan lebih bersifat alami dan
mencakup komponen-komponen seperti iklim, daratan, vegetasi, dan tanah.
Dengan berkembangnya peradaban, manusia dikelilingi oleh berbagai bentuk
artefak atau benda-benda hasil karyanya. Benda-benda tersebut kemudian
menjadi bagian dari lingkungan secara keseluruhan. Bahkan, di daerah
perkotaan lingkungannya didominasi oleh komponen-komponen kehidupan
perkotaan seperti jalan, jembatan, permukiman, perkantoran, hotel, dan lain-lain.
Lingkungan alam telah diganti atau diubah secara radikal oleh lingkungan
buatan atau binaan.
Hubungan manusia dan lingkungan bekerja melalui dua cara. Pada satu sisi,
manusia dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi pada sisi lain manusia memiliki
kemampuan untuk mengubah lingkungan. Karakteristik hubungan tersebut
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya atau satu masyarakat dengan
14
masyarakat lainnya. Pada daerah yang masyarakatnya memiliki tingkat
peradaban yang telah maju, manusia cenderung dominan, sehingga
lingkungannya telah banyak berubah dari lingkungan alam menjadi lingkungan
binaan hasil karya manusia Dalam kaitannya dengan hubungan manusia dan
lingkungan, terdapat beberapa paham yang menjelaskan hakekat dari hubungan
tersebut, yaitu paham determinisme, paham posibilisme dan paham optimisme
teknologi.8
1. Paham Determinisme
15
di dunia sangat beragam. Keragaman iklim tersebut, menciptakan
kebudayaan yang berlainan. Sebagai contoh, kebudayaan di daerah
beriklim dingin berbeda dengan di daerah beriklim hangat atau tropis.
2. Paham Posibilisme
16
telah mengarah pada ketergantungan teknologi dan mentuhankan
teknologi. Teknologi telah membuat sebagian manusia tidak lagi percaya
pada Tuhan. Padahal teknologi merupakan ciptaan manusia dan bertuan
pada manusia, bukan sebaliknya.
17
Kajian etika lingkungan hidup sangat penting untuk mendefinisikan kembali
hubungan antara manusia dan alam serta memperbaiki perilaku manusia terhadap
lingkungan. Perilaku lingkungan yang etis sangat penting untuk meminimalkan
pemanasan global dan menjaga kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk
menekankan pentingnya etika lingkungan bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan
lingkungan dan melestarikan alam untuk generasi mendatang. Manusia memiliki
pengaruh besar terhadap perkembangan kealifan lokal lingkungan. Kegiatan manusia
seperti urbanisasi, industri, dan pertanian dapat menyebabkan perubahan iklim,
hilangnya habitat, serta degradasi tanah dan air. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan praktik yang berkelanjutan guna melestarikan kealifan lingkungan
lokal.9
9
Rusdina, “Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan Pengelolaan Lingkungan Yang
Bertangggung Jawab.” 9, no. 2 (2015).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan among (unique)
didalam ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia
sendiri bahkan merupakan bagiannya. Pembawaan manusia dalam masyarakat
dapat didefinisikan sebagai jumlah dari segenap sifat yang berkembang dalam
pergaulan dengan orang lain.
Etika lingkungan menjadi konsep yang perlu untuk dipahami,
karena etika lingkungan merupakan kajian baru yang membahas hubungan
antara ilmu filsafat dan biologi pada umumnya dan lingkungan Manusia
merupakan salah satu komponen penting dalam lingkungan, sehingga
perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dibuktikan dengan
aktivitas yang bijaksana dalam mengolah dan memanfaatkan sumberdaya
lingkungan dengan memperhatikan etika lingkungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20