Anda di halaman 1dari 7

Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang

artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,


kesulitan/problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan
masalah; permasalahan; situasi yang dapat didefinisi sebagai suatu kesulitan yang
perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan.[17] Kesulitan/problema adalah suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan
atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu.
Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam
proses pembelajaran, baik yang datang dari individu guru (faktor eksternal) maupun
dalam proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah (faktor intern).
2.2 Pengertian Guru
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan
sebagainya.[18] Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Menurut UUD RI No. 14 tahun 2005, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sedangkan yang dimaksud dengan guru agama adalah "orang dewasa yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan memberikan
pertolongan terhadap mereka dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya
sebagai hamba atau khalifah Allah maupun sebagai makhluk sosial serta makhluk
individu yang mandiri".[19] Pendidikan agama adalah usaha-usaha secara
sistematis dan progmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam. Dapat disimpulkan guru adalah guru adalah orang dewasa
yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan
membimbing peserta didik untuk mencapai tujuan akhir dari proses
pendidikan/pembelajaran.
[17] Sutan Rajasa. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya : Karya Utama, 2002) .h. .499
[18] M. Ali Hasan & Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2003), h. 122
[19] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, ( Jakarta: Rosda Karya, 2003), h. 163

Sebelum kita mengetahui apa saja kompetensi guru matematika alangkah baiknya
kita mengetahui apakah yang dimaksud dengan guru dan kompetensi guru.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1, guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan keprofesionalan.

Selain itu dalam pasal 10 ayat (1) dari undang-undang yang sama, kompetensi guru
meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berikut ini
penjabaran dari Kompetensi-kompetensi tersebut :

1. KOMPETENSI PAEDAGOGIK

Yang dimaksud dengan kompetensi paedagodik adalah kemampuan guru dalam


pengelolaan peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi : (a)
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) Pemahaman terhadap
peserta didik, (c) Pengembangan Kurikulum / Silabus, (d) Perancangan
pembelajaran (e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f)
Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) Evaluasi hasil belajar, (h) dan
Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbaga potensi yang
dimilikinya.

2. KOMPETENSI KEPRIBADIAN :

Yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang


sekurang-kurangnya mencakup kompetensi dalam hal : (a) Beriman dan bertakwa,
(b) Berakhlak mulia, (c) Arif dan Bijaksana, (d) Mantap, (e) Berwibawa, (f) Stabil, (g)
Dewasa, (h) Jujur, (i) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (j) Secara
obyektif mengevaluasi kinerja diri sendiri, (k) Mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.

3. KOMPETENSI PROFESIONAL

Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai


bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang diampunya yang sekurang-kurangnya
meliputi kompetensi dalam penguasaan : (a) Materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan (b) Konsep-konsep dan metode
disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual

menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran,


dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

4. KOMPETENSI SOSIAL

Yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
mayarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk dapat : (a)
Berkomunikasi lisa, tulisan, dan/atau isyarat, (b) Menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, (c) Bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,
orang tua/wali peserta didik (e) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, (e) Menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Khusus untuk guru matematika, berdasarkan PP Mendiknas No. 16 Tahun 2007,


Kompetensi Khusus Guru Matematika adalah sebagai berikut :

1.
Menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai sistem
bilangan, dan teori bilangan

2.

Menggunakan pengukuran dan penaksiran

3.

Menggunakan logika matematika

4.

Menggunakan konsep-konsep geometri

5.

Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang

6.

Menggunakan pola dan fungsi

7.

Menggunakan konsep-konsep aljabar

8.

Menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik

9.

Menggunakan konsep dan proses matematika diskrit

10.

Menggunakan trigonometri

11.

Menggunakan vektor dan matriks

12.

Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika

13.
Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti lunak
komputer, model matematika, dan model statistika

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian guru dalam pendidikan
Pengertian guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu terus ditiru yang
dalam bahasa Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh. Guru dari bahasa Sansekerta guru yang
juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah berat adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam
bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain . Kata
mengajar dapat kita tapsirkan misalnya :
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain(kognitif).
2. Melatih keterampilan jasmani pada orang lain(psikomotorik)
3. Menanamkan nilai dan keyakinan pada orang lain(afektif).
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam
kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
dapat juga dianggap seorang guru. Jadi pengertian guru adalah tenaga pendidik yang pekerjaanya
utamanya mengajar (UUSPN tahun 1989 Bab VII pasal 27 ayat 3).
Karena di makalah ini saya fokuskan kepada guru mata pelajaran matematika. Maka disini juga akan
saya bahas pengertian guru mata pelajaran matematika.
Guru adalah pendidik, semua orang bisa jadi pendidik baik itu ayah,ibu,saudara,teman. dan lain-lain.
Guru yang saya maksud disini adalah pendidik yang biasa mendidik kita di bangku sekolah, baik itu di
SD,SMP,SMA, maupun di Perguruan Tinggi.

Kesulitan Guru Melaksanakan Pembelajaran K-13


Difusi konsep kurikulum 2013 pada tahap awal pelaksananaan sudah selesai.
Hampir seluruh pendidik telah terdampak oleh program pelatihan dan bergegas
untuk menguasai konsep pembelajaran saintifik dan penilaian autentik. Program
pelatihan telah memungkinkan sebaran konsep kurikulum meluas dengan lebih

cepat dan sampai pada tingkat pengetahuan telah terdistribusi kepada guru secara
luas.

Namun demikian untuk dapat medorong percepatan mengubah konsep ke dalam


aksi yang nyata dalam pembelajaran di dalam kelas, masih memerlukan perbaikan
proses dan waktu yang lebih banyak. Diakui oleh para guru mengubah paradigma
mengajar dari ceramah ke memfasilitasi siswa beraktivitas dan berkaya
memerlukan proses yang lebih lama dari yang diharapkan.

Pada tataran penguasaan konsep para pendidik sudah lebih mumpuni,


tantangannya kini bagaimana mengubah penguasaan teori menjadi aksi yang
senyatanya. Hasil pengamatan seorang pendidik pada sekolah terkemuka di kota
besar terhadap rekan-rekannya, beliau ungkap melalui gurupembaru baru-baru ini,
ternyata sekalipun para guru belum siap berubah. Hampir semua guru masih
nyaman di zona semula. Menjadi guru yang baik seperti semula. Bekal pengetahuan
metode saintifik dan penilaian autentik dari hasil pelatihan belum mengubah
kebiasaan mengajarnya. Bahkan rekan kita yang menjadi pengamat pun tak luput
dari sindrom guru masa lalu. Semangatnya yang menggelora saat pelatihan, belum
efektif mengubah proses pembelajaran seperti yang diharapkan kurikulum 2013.

Penulis, sebagai pengawas, memantau beberapa sekolah dalam satu minggu


terakhir. Hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut sebagian guru

mengkondisikan suasana belajar agar suasa kelas menyenangkan.


membahas kompetensi yang sudah dipelajari pada pertemuan
menyampaikan kompetensi yang akan diwujudkan.
menggambarkan manfaat penguasaan kompetensi dalam kehidupan;
menyampaikan garis besar materi, kegiatan, dan karya yang akan direalisasikan.
menginformasikan sasaran dan teknik penilaian.
menyiapkan media atau alat bahan pengamatan.
Pada kegiatan refleksi diperoleh keterangan dari evaluasi diri dengan cara
membubuhkan skor 1 sampai dengan 4 sehingga diperoleh skor maksimal 28. Tak
ada satu pun peserta refleksi menilai diri di atas 23. Semua pendidik menyatakan
memenuhi prosedur membahas kompetensi yang sudah dipelajari. Tak ada guru
yang menilai diri memenuhi nilai 4 pada komponen 5. Pada komponen lain, para
guru menilai dirinya bervariasi antara 3 dan 4.

Dari hasil pemantauan pelaksanaan kurikulum pada salah satu SMA dapat
disimpulkan bahwa belum semua guru memenuhi prosedur standar pelaksanaan
pendahuluan pembelajaran sehingga sebagian besar menyatakan memenuhi
kriteria. Para guru menilai dirinya sendiri telah memulai kegiatan sesuai dengan
karakteristik kurikulum 2013, namun belum memenuhi semua kriteria yang
diharapkan.

Pemantauan terhadap proses pembelajaran telah dilakukan dengan menjaring data


kuantitatif dengan menggunakan indikator siswa;

Mengamati bahan tayang, materi peragaan, atau obyek belajar di lingkungan


sekolah.
Menghimpun atau mencatat data hasil pengamatan.
Mengembangkan pertanyaan untuk mencari tahu materi yang dipelajarinya.
Mencoba menghimpun informasi (mengeksplorasi) informasi dari berbagai sumber
untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang hendak diselesaikan.
Menalar dengan cara mengolah fakta atau informasi secara kolaboratif_interaktik
untuk mendapatkan kesimpulan.
Menggunakan fakta, informasi, prosedur yang dipelajarinya untuk berkarya
Mengkomunikasikan karya untuk membangun daya berpikir kritis dan interaktif.
Setiap indikator yang dipantau diberi skor pada skala 4 dengan skor maksimal 28.
Pada indikator satu diperoleh informasi bahwa belum semua guru yang terpantau
menggunakan bahan pengamatan siswa. Buku teks masih menjadi pilihan sebagian
guru sebagai bahan telaah dalam tahap awal kegiatan inti. Oleh karena itu, tidak
semua proses pembelajaran diisi dengan proses untuk menghimpun data dari
proses pengamatan. Secara factual hamper semua guru belum memanfaatkan
lingkungan sebagai objek pengamatan.

Secara faktual guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan siswa


bertanya. Pada saat pemantauan berlangsung pada beberapa kelas yang sedang
belajar tidak terpantau siswa yang bertanya atau aktif-interaktif. Kegiatan eksplorasi
informasi cenderung karena pengarahan guru dan dilanjutkan dengan mengerjakan
tugas. Hal yang menarik cukup banyak guru yang mengahiri pembelajaran dengan
memberikan peluang kepada siswa menyajikan hasil karyanya. Pelajaran diakhiri
dengan proses guru memberikan tugas kepada siswa.

Pola kegiatan pemberian tugas mendominasi pembelajaran. Pekerjaan rumah


banyak diberikan guru dengan kurang mengindahkan perhitungan waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Menurut pandangan orang tua murid tugas


yang dibebankan kepada siswa melebihi kapasitas beban belajar yang wajar. Hal
tersebut banyak dikeluhkan orang tua murid kepada pihak sekolah.

Pada proses perubahan yang sedang berlasung seperti pada kasus di atas diakui
banyak kepala sekolah dan pengawas bahwa kedua pihak belum dapat memberikan
penguatan yang berarti dalam membantu guru memperbaiki kegiatan
profesionalnya dalam kelas. Supervisi akademik yang semestinya dapat membantu
para guru memperbaiki proses pembelajaran belum terlaksana sebagaimana yang
seharusnya dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

Solusi atas kesulitan para guru, sudah sewajarnya kepala sekolah atau pengawas
dapat membantu mereka. Agar informasi yang mendasari tindakan perbaikan
proses tepat masalah, maka ada baiknya instrumen pemantauan kegiatan
pembelajaran digunakan dengan cermat. Data yang terhimpun dapt membantu
melaksanakan perbaikan peroses melalui kegiatan pendampingan. Berikut model
instrumen yang sederhana yang dapat digunakan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai