Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran matematika juga dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua
jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA),
bahkan pada jenjang Perguruan Tinggi (PT) juga masih diberikan pelajaran matematika untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif
serta kemampuan bekerjasama untuk bekal masa depan mereka dalam kehidupan masyarakat
nantinya. Namun kenyataannya, pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan jika
dilihat

dari

rendahnya

hasil

belajar

yang

dicapai

siswa.

Menurut catatan TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)


lembaga yang mengukur dan membandingkan kemampuan matematika siswa antar negara yang
tertulis pada (http://nces.ed.gov/timss/results07/math07.asp.) pada tahun 2007 : Penguasaan
matematika siswa grade 8 (setingkat SMP) negara Indonesia di peringkat ke-36 dari 48 negara.
Rerata skor yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 397. Skor ini masih jauh di bawah
rerata skor internasional yaitu 500.
Data tersebut menunjukkan bahwa sejauh ini Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan
penghuni papan bawah dalam hal prestasi belajar matematika.
Dari pernyataan di atas, secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika masih
mengecewakan. Waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah untuk mempelajari
matematika tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Banyak faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika beberapa diantaranya disebabkan
masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang berminat,
dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar sehingga menimbulkan rasa takut
untuk belajar matematika. Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh
pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Seperti
yang dikemukakan oleh Sudjono (1988 :338) : Pandangan bahwa matematika adalah sesuatu
yang menakutkan disebabkan anak dipaksakan untuk menghafalkan fakta-fakta matematika di

bawah tekanan yang bertubi-tubi dan mereka terus didesak agar bekerja lebih keras. Dalam
kondisi semacam ini dijamin akan terjadinya kegagalan dan timbulnya perasaan tidak mampu
siswa dalam belajar matematika.
Hal ini menunjukkan bahwa guru masih kurang tepat memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi bilangan bulat dan pembelajaran yang
dilakukan masih banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa kurang terlibat dalam proses
pembelajaran. Kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan
masih berpusat pada guru.
Agar pembelajaran berpusat pada siswa, guru perlu memilih suatu model pembelajaran
yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya, selama proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk itu
peneliti mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan pada
siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh
Soedjadi (2000 : 99) bahwa : Pendekatan pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran
dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian
dikupas menuju kepada konsep-konsep sederhana yang terkait. Dengan pemberian masalah
diawal pada pembelajaran berbasis masalah diharapkan nantinya mampu membawa siswa untuk
berpikir kritis, kreatif dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh
pengetahuan dan konsep dasar dari materi yang diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di
awal pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar,
melakukan penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian proses
pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa dapat menemukan konsep
dengan membangunnya sendiri.
Pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan
kerjasama di antara siswa dan saling membantu menyelidiki masalah secara bersama. Oleh
karena itu siswa perlu diorganisasikan ke dalam kelompok belajar. Seperti yang diungkapkan
oleh Arends (2008 : 43) bahwa : Pendekatan pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh
siswa-siswa yang bekerja bersama siswa yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil. Bekerja bersama juga dapat memotivasi siswa untuk

memperbanyak melakukan penyelidikan dan dialog untuk mengembangkan berbagai


keterampilan sosial.
Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung
karena keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pendekatan
pembelajaran ini.
Sehingga diharapkan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat menemukan sendiri
bagaimana konsep dari bilangan bulat tersebut sehingga mereka termotivasi untuk belajar
matematika.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah pendekatan pembelajaran berbasis masalah ?
2. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran
matematika ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.

Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran berbasis masalah

2.

Untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran masalah terhadap


pembelajaran matematika.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Seperti yang
diungkapkan oleh Suyatno (2009 : 58) bahwa :
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya
(prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Jadi pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintregasikan pengetahuan baru. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurhadi (2004 :109)
: Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis
dan keterampilan pemecahan masah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi pelajaran. Dalam hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menyatakan bahwa:
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di
mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri .
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68) :
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project
Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar
Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction).
B. Ciri-Ciri Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Berbagai pengembang

menyatakan bahwa ciri utama

pendekatan pembelajaran

berdasarkan masalah ini dalam Trianto (2007 : 68) adalah :


1. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa
kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau
mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
(IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
3. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini
bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
4. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam
bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program
komputer
5. Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat
dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang disajikan.

C. Sintaks Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Pada Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang
dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian
dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam
Nurhadi, 2004:111)
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah
Fase Ke1

Indikator
Orientasi siswa kepada masalah

Aktifitas / Kegiatan Guru


Guru

menjelaskan

tujuan

pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, pengajuan


masalah,
2

memotivasi

siswa

terlibat

dalam

Mengorganisasikan siswa untuk

aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.


Guru membantu siswa mendefenisikan dan

belajar

mengorganisasikan

Membimbing penyelidikan

berhubungan dengan masalah tersebut.


Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

individual maupun kelompok

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

Mengembangkan dan

untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.


Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyajikan hasil karya

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

tugas

belajar

yang

video, model dan membantu mereka untuk


5

Menganalisa dan mengevaluasi

berbagai tugas dengan kelompoknya.


Guru membantu siswa melakukan refleksi atau

proses pemecahan masalah

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam


proses-proses yang mereka gunakan.

D. Tujuan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Pembelajaran Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Menurut Arends
(2008:70) bahwa :

Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu siswa


mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan
orang dewasa secara autentik, memungkinkan siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas
kemampuan yang dimilikinya sendiri, untuk berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri.
Jadi dalam pembelajaran berdasarkan masalah tugas guru adalah merumuskan tugastugas kepada siswa bukan untuk menyajikan tugas-tugas pelajaran.
E.

Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan


Masalah
Lingkungan belajar Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah lebih menekankan
pada peranan sentral siswa bukan guru. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan bagi siswa
untuk mengemukakan pendapatnya dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Seperti yang
diungkapkan oleh Arends (2008:70) bahwa: Lingkungan belajar Pendekatan pembelajaran
berdasarkan masalah ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif siswa dan atmosfer kebebasan
berintelektual. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri,
siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan
keterlibatan.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam mengelola pembelajaran
berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok,
yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dalam hal ini Trianto
(2007 :75) mengatakan bahwa : Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah ini siswa
dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas
tersebut berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaaan dan
pemantauan kerja siswa yang rumit.

F. Penilaian dan Evaluasi Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian terhadap
pembelajaran yang telah dilakukannya di dalam kelas yaitu menyesuaikan prosedur-prosedur
penilaian dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai oleh guru.
Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran
berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan pengetahuan,

oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Menurut
Trianto (2007 : 76) bahwa: Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan Pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa yang
merupakan hasil penyelidikan mereka .
G. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri.
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah.
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru.
4. Dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
6. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
H. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika
Adapun contoh penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran
matematika dalam hal ini materinya bilangan bulat adalah sebagai berikut :
1. Orientasi siswa pada masalah
- Guru mengajukan masalah dan meminta siswa untuk mempelajari masalah berikut :

Sebuah kantor yang berlantai 23. Seorang Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor
itu. Karena ada suatu keperluan ia turun 4 lantai, kemudian naik 6 lantai. Di lantai
berapakah karyawan itu sekarang berada?
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 5 orang siswa yang
memiliki kemampuan heterogen.
- Meminta siswa mengemukakan ide kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan masalah
tersebut.
Misalnya kelompok A menggambarkan sebuah gedung berlantai 23 dengan 3 lantai
berada dibawah tanah dan menggambar seorang karyawan yang berada pada lantai 2.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
- Membimbing siswa menemukan penjelasan dan pemecahan masalah yang diberikan oleh
guru.
Misalnya guru memberikan informasi kepada siswa bahwa naik satu lantai dinyatakan
dengan (+ 1) dan turun satu lantai dinyatakan dengan (-1).
Dengan bimbingan guru, siswa menentukan letak karyawan itu di gedung dengan cara :
Karyawan mula-mula berada di lantai 2 kantor itu dinyatakan dengan (+2), kemudian turun
4 lantai dinyatakan (-4), kemudian naik 6 lantai dinyatakan dengan (+6). Secara matematis
diulis : (2) + (-4) + 6 = 4
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
- Mendorong siswa untuk menyajikan hasil pemecahan masalah tersebut dengan cara
menunjuk satu kelompok secara acak untuk menuliskan hasil diskusi kelompok di papan
tulis dan kelompok lain menanggapi hasil penyajian kelompok yang maju.
5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Membantu siswa mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah yang telah
dipersentasikan di depan kelas. Kemudian bersama dengan siswa menarik kesimpulan
letak karyawan itu berada pada lantai 4 gedung.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian hasil makalah pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru.
2. Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi teori konstruktivis. Pada
pembelajaran ini dimulai dengan menyajikan masalah nyata yang penyelesaiannya
membutuhkan kerjasama antara siswa, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan
masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselessaikan.
B. Saran
1. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berfikir tingkat tinggi dan mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks sehingga
dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2. Kepada guru yang ingin menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan kelompok belajar hendaknya guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas
agar pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku
siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga memiliki panduan bagaimana
mengelola diskusi kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard., (2008), Learning to Teach , Mc.Graw Hill Companies. New York.
Sanjaya, Wina., (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Penerbit Media Group, Jakarta.
Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Depdikbud, Jakarta.
Sudrajad, (2009), Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model
Pembelajaran. htpp://akhmad sudrajad.wordpress.com/
Suyatno, (2007), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Penerbit Masmedia Buana
Surabaya.

Pustaka,

TIMMS, (2007), http://nces.ed.gov/timss/results07


Trianto, (2007), Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,. Penerbit
Prestasi Pustaka, Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Penerbit Kencana, Jakarta.

Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I
(RPP I)
Nama Sekolah

: SMP Negeri 3 Sandaran

Mata Pelajaran

: Matematika

Kelas / Semester

: VII / Ganjil

Alokasi waktu

: 2 x 45 menit

Kompetensi Inti

KI 1

: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2

: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli


(toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI 3

: Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa


ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata

KI 4

: Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,


merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

Kompetensi Dasar

1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab,
responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki
rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman
belajar.
2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam
interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
3.1 Membandingkan dan mengurutkan berbagai jenis bilangan serta menerapkan operasi hitung
bilangan bulat dan bilangan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi.
Indikator

: 1. Memberikan contoh bilangan bulat.


2. Menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
3. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
4. Menemukan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat

5. Menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan


bulat untuk menyelesaikan masalah.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memberikan contoh bilangan bulat.
2. Siswa dapat menentukan letak bilangan bulat dalam garis bilangan.
3. Siswa dapat menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
4. Siswa dapat menemukan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat.
5. Siswa dapat menggunakan sifat-sifat operasi penjumlahan bilangan bulat

untuk

menyelesaikan masalah.
Materi Ajar

: 1. Pengertian Bilangan Bulat


2. Penjumlahan pada Bilangan Bulat

Pendekatan Pembelajaran :
Pendekatan pembelajaran saintifik
Model Pembelajaran :
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Metode mengajar :
Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Pemberian Tugas
Kegiatan Belajar Mengajar :
Kegiatan Guru
A. Kegiatan Awal

Kegiatan Siswa

- Memberi salam pembuka.


- Menyampaikan tujuan pembelajaran

dan

memotivasi siswa untuk terlibat dalam


pemecahan masalah.

Waktu

- Siswa menjawab salam guru.

5 menit

- Mendengarkan penjelasan guru.

5 menit

B. Kegiatan inti
Sintaks 1
Orientasi siswa pada masalah
- Guru mengajukan permasalahan 1, yang ada

- Membuka dan mempelajari buku

di LAS dan meminta siswa untuk

dan permasalahan 1, yang ada di

mempelajari masalah tersebut.

LAS.

5 menit

Sintaks 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
- Membagi siswa ke dalam kelompok dimana
satu kelompok terdiri dari 5 - 6

orang siswa

- Duduk sesuai dengan

5 menit

kelompoknya.

yang memiliki kemampuan heterogen.


- Meminta siswa mengemukakan ide

- Memberi

kelompoknya sendiri tentang menyelesaikan

ide

tentang

penyelesaian masalah

cara 5 menit

tersebut.

masalah tersebut.
Sintaks 3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
- Memberikan

informasi

yang

mungkin - Mengumpulkan informasi tentang 5 menit

dibutuhkan oleh siswa dalam mengisi LAS.

masalah yang ada di LAS.

- Memotivasi siswa untuk melakukan dialog - Mendengarkan


atau

diskusi

antar

teman

dalam satu

kelompok.

motivasi

untuk berdiskusi dengan

guru 5 menit
teman

kelompoknya.

Sintaks 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
- Membimbing atau mengamati siswa
menyimpulkan hasil pemecahan
yang ada atau dalam

dalam - Mengisi LAS.


masalah

pengisian LAS .

15 menit

- Mendorong siswa untuk menyajikan

hasil - Mempersentasikan hasil

pemecahan masalah LAS dengan

cara

menunjuk satu kelompok

acak

untuk

mempersentasikan

secara
hasil

diskusi 15 menit

kelompok.

diskusi

kelompok di depan kelas.


Sintaks 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
- Membantu siswa mengkaji ulang
atau hasil pemecahan masalah
dipersentasikan di depan

proses - Menanggapi

yang telah

kelas.

hasil

kelompok lain dan


kan hasil analisa

diskusi 10 menit
mendengar-

dan evaluasi.

C. Kegiatan Akhir
- Bersama

dengan

siswa

membuat - Bersama dengan guru

kesimpulan terhadap materi pelajaran.

kesimpulan

membuat 5 menit

terhadap

materi

pelajaran.
- Guru memberikan pekerjaan rumah kepada - Siswa mendengarkan informasi 5 menit
siswa.

mengenai tugas pekerjaan rumah


yang diberikan oleh guru.

Sumber Belajar :
1. Buku matematika untuk SMP/ MTs Kelas VII Karangan M.Cholik Sugiono
Penerbit Erlangga (2005).
2.Buku Matematika untuk SMP Kelas VII Karangan Dewi Nurhaini dan Tri Wahyudi Penerbit
Maju (2008)
Penilaian :
1. Teknik
2. Bentuk Instumen
Soal

: Tes tertulis
: Uraian

1. Setiap planet mengalami siang dan malam seperti yang terjadi di Bumi. Pada
siang hari temperatur di Mars mencapai 50 C di atas nol, sedangkan pada
suhunya mencapai 100 C di bawah nol. Gunakan bilangan bulat
negatif untuk menyatakan temperatur suhu di planet

malam hari

positif atau bilangan bulat

Mars pada siang dan malam hari !

2. Gambarkan dengan menggunakan garis bilangan delapan bilangan bulat yang

terletak di

sebelah kanan daripada -3 !


3. Tentukanlah nilai n dari operasi penjumlahan dan pengurangan berikut tanpa
menggunakan garis bilangan :
a. (-76) + 48

=n

c. (-64) (-37) = n

b. (-89) + (-23) = n
d. 55-(-91)

=n

4a. Hitunglah masing-masing operasi penjumlahan bilangan bulat berikut ini :


(i) (9 + (-21)) + 6 =

(ii) 9 + (-21 + 6) =

Bandingkan kedua hasil penjumlahan bilangan bulat tersebut !


Sifat apakah yang berlaku dari hasil kedua operasi penjumlahan bilangan

bulat tersebut ?

b. Hitunglah operasi pengurangan bilangan bulat berikut : 4-7 = dan 7-4 =


Apakah pada pengurangan bilangan bulat tersebut berlaku sifat komutatif ?
5. Dalam suatu permainan, seorang anak bermain sebanyak 3 kali dan
sebagai berikut : -110, 80 dan 50. Hitunglah jumlah nilai

memperoleh nilai

yang diperoleh anak tersebut !

Kunci Jawaban
1. Dik : Temperatur suhu di Mars pada siang hari mencapai 50 C di atas nol,

sedangkan

pada malam hari suhunya mencapai 100 C di bawah nol.


Dit : Gunakan bilangan bulat positif atau bilangan bulat negatif temperatur
planet Mars pada siang dan malam hari !
Penyelesaian :
Temperatur suhu pada suatu tempat di atas nol dinyatakan dengan tanda +
Temperatur suhu pada suatu tempat di bawah nol dinyatakan dengan tanda
Temperatur suhu di Mars pada siang hari dinyatakan dengan : + 50 C
Temperatur suhu di Mars pada malam hari dinyatakan dengan : - 100 C
2. Dik : Delapan bilangan bulat yang terletak di sebelah kanan daripada -3.

suhu di

Dit: Gambarkan dengan menggunakan garis bilangan ?


Penyelesaian :
Dengan menggunakan garis bilangan delapan bilangan bulat yang terletak di sebelah kanan
daripada -3 digambarkan dengan :

-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1

Jadi delapan bilangan bulat yang lebih dari -3 adalah : -2, -1, 0, 1 , 2, 3 , 4, 5.
3. Dik : a. (-76) + 48

=n

c. (-64) (-37) = n

b. (-89) + (-23) = n
d. 55-(-91)

=n

Dit : Tentukanlah nilai n dari operasi penjumlahan dan pengurangan tersebut


menggunakan garis bilangan ?
Penyelesaian :
a. (-76) + 48 = n
(-76) + 48 = -28
Maka nilai n untuk operasi penjumlahan di atas adalah -28.
b. (-89) + (-23) = n
(-89) + (-23) = -112
Maka nilai n untuk operasi penjumlahan di atas adalah -112.
c. (-64) (-37) = n
(-64) + 37

= -27

Maka nilai n untuk operasi pengurangan di atas adalah -27.


d. 55-(-91) = n
55 + 91 = 146
Maka nilai n untuk operasi pengurangan di atas adalah 146.
4a. Dik : (i) (9 + (-21)) + 6 = dan (ii) 9 + (-21 + 6) =
Dit : Hitunglah masing-masing operasi penjumlahan bilangan bulat tersebut ?
Bandingkan kedua hasil penjumlahan bilangan bulat tersebut !

tanpa

Sifat apakah yang berlaku dari hasil kedua operasi penjumlahan bilangan

bulat

tersebut ?
Penyelesaian :
(i) (9 + (-21)) + 6 = -12 + 6
= -6
(ii) 9 + (-21 + 6) = 9 - 15
= -6
Kedua penjumlahan tersebut memiliki jawaban yang sama sehingga berlaku

sifat

asosiatif pada penjumlahan bilangan bulat.


b. Dik : 4-7 = dan

7-4 =

Dit : Hitunglah masing-masing operasi penjumlahan bilangan bulat tersebut


Apakah pada pengurangan bilangan bulat tersebut berlaku sifat komutatif ?
Penyelesaian :
4 7 = -3 dan 7 - 4 = 3
Karena hasil kedua operasi pengurangan tersebut tidak sama maka sifat

komutatif tidak

berlaku pada operasi pengurangan bilangan bulat.

5. Dik : Seorang anak bermain sebanyak 3 kali dan memperoleh nilai sebagai
-110, 80 dan 50.
Dit : Hitunglah jumlah nilai yang diperoleh anak tersebut ?
Penyelesaian :
Nilai yang diperoleh anak tersebut adalah : -110, 80 dan 50
Jumlah nilai yang diperoleh anak tersebut :
= ((-110) + 80) + 50
= -30 + 50
= 20
Maka jumlah nilai yang diperoleh anak tersebut dalam permainan adalah : 20

berikut :

PEDOMAN PEMBERIAN SKOR TES

No. Soal

Kriteria Penyelesaian

Bobot

1, 2, 3, 4, 5o Tidak menuliskan jawaban sama sekali

Skor
Maksimal
20

o Menuliskan jawaban benar tanpa langkah


5

penyelesaian.
o Menuliskan jawaban benar dengan

10

langkah penyelesaian yang salah.


o Menuliskan jawaban yang salah dengan
langkah penyelesaian benar.

15

o Menuliskan jawaban benar dan langkah


penyelesaian benar.

20
Total Skor = 100

Mengetahui
Medan,
Kepala sekolah

Lampiran 2

Guru

LEMBAR AKTIVITAS SISWA


Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat

menggunakan

sifat-sifat

operasi

penjumlahan

bilangan

bulat

untuk

menyelesaikan masalah.
Kelompok

Nama anggota

1.
2.
3.
Permasalahan 1
Dalam suatu permainan, seorang anak bermain sebanyak 3 kali dan memperoleh nilai sebagai
berikut : 80, -40 dan 90. Hitunglah jumlah nilai yang diperoleh anak tersebut ?
Penyelesaian :
Nilai yang diperoleh anak tersebut adalah : 80, -40 dan 90.
Jumlah nilai yang diperoleh anak tersebut adalah :
...... + ...... + ..... = (...... + .....) + .....
= ....... + ......
= ......

Anda mungkin juga menyukai