Anda di halaman 1dari 174

Dr. HJ. CINDAWATI, SH., MH.

CARA PRAKTIS MENGENAL


HUKUM SURAT BERHARGA

PENERBIT PUTRA PENUNTUN


BIOGRAFI PENULIS

Dr. Hj. CINDAWATI, SH., MH.

lahir di Palembang , lulus Strata 1 (S1) Fakultas Hukum Jurusan


Keperdataan pada Universitas Sriwijaya Palembang, tahun 1983.
Penulis adalah Dosen Kopertis Wilayah II Sumsel pada Fakultas
Hukum Universitas Palembang, 1989 s/d sekarang. Penulis
mengajar Mata Kuliah: Hukum Dagang,Hukum Perdata,
Hukum Surat Berharga, Hukum Jaminan. Untuk memperdalam
mata kuliah yang diasuh, penulis kemudian melanjutkan ke
Strata 2 (S2) Magister Ilmu Hukum bidang Hukum Bisnis,
Program Pascasarjana di Universitas Tarumanagara. Jakarta,
lulus tahun 2005. Setelah lulus S2, penulis melanjutkan ke
jenjang Strata 3 (S3), pada Program Doktor Ilmu Hukum
bidang Hukum Bisnis, Program Pascasarjana di Universitas
Katolik Parahyangan Bandung, lulus tahun 2008. Penulis aktif
dalam menulis pada berbagai Majalah ilmiah dan Penelitian.
Dr. HJ. CINDAWATI, SH., MH.

CARA PRAKTIS MENGENAL


HUKUM SURAT BERHARGA

PENERBIT PUTRA PENUNTUN


Dr. Hj. CINDAWATI, SH., MH
JUDUL: CARA PRAKTIS MENGENAL HUKUM
SURAT BERHARGA

ISBN : 978-602-8491-20-4

Penyusun : Dr. HJ. CINDAWATI, SH., MH.


Editor: IR. Dede Sudarsana, MBA

Penerbit CV. Putra Penuntun Palembang.


Telp /Fax : (0711) 351746, 0711.5482955
Email : putra_penuntun@yahoo.com.

Edisi kedua : September 2014


Edisi Pertama: 8 Februari 2011

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Ketentuan Pidana
Pasal 72
(1). Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak
melakukan Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
penjara masing-masing paling sedikit RP 1.000.000.00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak RP 5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah)
(2). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pda ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak RP 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR

Asas Keseimbangan bermuatan suatu harapan untuk mencapai


keseimbangan dalam suatu perjanjian atau kontrak bisnis, di mana
kepentingan individu bersamaan dijamin oleh Hukum yang obyektif,
termasuk Hukum Perjanjian /Kontrak Bisnis yang menjadi undang-
undang bagi pihak-pihak yang terikat. Asas Keseimbangan dilandaskan
pada upaya mencapai suatu keadaan seimbang sebagai akibat darinya
harus memunculkan pengalihan kekayaan secara absah dalam konteks
pengharapan masa depan yang obyektif, upaya mencegah dirugikannya
salah satu pihak dalam perjanjian. Sepanjang muatan dan isi kontrak
tidak dilarang undang-undang dan persyaratan yang mempunyai kekuatan
mengikat, maka Perjanjian/Kontrak Bisnis akan berpegang pada Asas
Keseimbangan yang seolah telah memastikan atau menjanjikan bahwa
Kontrak Bisnis tersebut adil untuk kedua belah pihak. Karya ini ditulis
oleh Dr. CINDAWATI, SH., MH. Doktor Ilmu Hukum lulusan dari
Universisitas Katolik Parahyangan Bandung dengan predikat dengan
pujian, sangat menarik untuk dibaca dengan Judul: “Cara Praktis
Untuk Mengenal Hukum Surat Berharga”
Perkembangannya Surat Berharga, di Indonesia ada kaitannya
dengan kegiatan bisnis (perdagangan). Tidak terlepas dari kebijakan
liberalisasi perbankan dalam bentuk paket-paket kebijakan di bidang
perbankan. Akibat dari kebijakan tersebut, jumlah bank dan kantor bank
bertambah dengan pesat. Disertai dengan berkembangnya penggunaan
Surat Berharga Pasar Uang dan warkat-warkat perbankan. Meningkatnya
persaingan dan berkembangnya produk-produk baru “Financial
Instruments” Dengan ditandai sikap kewajaran yang didasari saling
menghormati klausula-klausula kontrak yang telah disepakati (fairness).
Kewajaran untuk rasa keadilan masing-masing pihak mengandung arti,
bahwa praktik perdagangan baik nasional maupun internasional yang
dituangkan dalam Hukum Perjanjian /Kontrak berpegang dan
menghormati asas keseimbangan.
Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya

Jakarta, Januari 2011

PROF. Dr. CHATAMARRASJID AIS, SH.,MH

i
KATA PENGANTAR

Hukum adalah ekspresi harapan dan keinginan manusia


(rakyat bangsa-bangsa, termasuk Indonesia) untuk mendapatkan
perlindungan dan jaminan atas hak-hak dan kepentingannya yang
dituangkan dalam norma-norma yang mempunyai “kekuatan
memaksa” dibutuhkan untuk mewujudkan ketertiban, keadilan,
keamanan dan kesejahteraan. Perumusan norma hukum yang
berwawasan ke masa depan, disadari bahwa tidak terlalu lama lagi
Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas tahun 2020.
Suatu era bisnis yang sarat dengan persaingan yang tajam dan
menuntut setiap anggota WTO laik saing, baik dalam produk
bermutu maupun pelayanan bisnis yang proporsional. Untuk itulah
buku yang berjudul) “Cara Praktis Untuk Mengenal Hukum
Surat Berharga”
Sangat bermanfaat dan menarik untuk dibaca, Perjanjian/
Kontrak Bisnis Internasional yang menjadi landasan hukum
memperlancar bisnis transnasional dapat dipastikan menerapkan
Asas Keseimbangan, untuk menjamin hak-hak dan kepentingan
Perdata pihak-pihak yang terkait dalam Perjanjian /Kontrak Bisnis
Internasional. Saya sangat menyambut gembira kehadiran buku
saudari Dr. CINDAWATI, SH., MH. yang akan menambah
Khazanah kepustakaan buku produk Hukum Dagang yang
dinamis dan Up to date. Untuk itulah buku ini sangat bermanfaat
dan menarik untuk dibaca.

Jakarta, Januari 2011

PROF. Dr. B. ARIEF SIDHARTA, S.H.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan pada Kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa dengan selesainya penulisan buku yang berjudul
“CARA PRAKTIS MENGENAL HUKUM SURAT
BERHARGA”.
Surat Berharga mulai dikenal pada abad pertengahan (the
middle ages) dilaut tengah dinegara-negara kota (cities state).
Pada awalnya aktivitas transaksi perdagangan timbul hambatan,
karena para pedagang yang beraktivitas dengan pedagang diluar
kota. Mereka kesulitan untuk melakukan pembayaran, dengan
alat apa yang digunakan dan diakui oleh masing-masing pihak.
Untuk melakukan transaksi perdagangan tersebut, maka dari itu
timbullah ide menciptakan Surat Berharga dikalangan pedagang.
Hukum Surat Berharga (the law of negotiable instruments)
dimulai dari kebiasaan para pedagang dalam transaksi perdagangan
yang pada waktu itu disebut dengan istilah Law merchant.
Kemudian dalam perkembangannya Inggris pada tahun 1882
menerbitkan Undang-Undang tentang Surat Berharga, yang diikuti
negara Amerika dengan Uniform Negotiable Instruments Acts
tahun 1896. Kemudian ketentuan-ketentuan ini diadopsi oleh
semua negara. Dalam pe$rkembangannya Surat Berharga sampai
ke Indonesia yang pada waktu itu masih jajahan Belanda,
berdasarkan asas konkordansi, Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang berlaku di Indonesia.
Surat Berharga adalah untuk mendorong kegiatan transaksi
perdagangan para pedagang, karena dapat diperjual belikan, surat
tersebut merupakan penjelmaan dari suatu hak untuk
mendapatkan suatu kekayaan . Surat Berharga (waarde
papieren) adalah: suatu surat dimana hak itu dilekatkan/
dibubuhkan kepada surat itu artinya hak itu tidak ada kalau tidak
diwujudkan berupa surat, misalnya : Wesel, Saham, Obligasi,
Konosemen. Surat-surat Berharga terletak kepada tekanan
ikatan yang melekat pada surat itu, kepada hak-hak yang
terkandung dalam surat-surat itu. Dialah yang mempunyai “hak“
yang tercantum dalam surat itu. Karena itu apabila surat ini
diserahkan maka hal ini mengandung pula penyerahan hak dalam

iii
surat itu. Buku ini juga dapat dengan mudah dan praktis untuk
mengenal Hukum Surat Berharga (waarde papieren). Dengan
demikian siapapun dapat dengan mudah memahami secara praktis
mengenal Hukum Surat Berharga.
Dalam perkembangannya Surat Berharga, di Indonesia
berkaitannya dengan kegiatan bisnis (perdagangan). . Akibat dari
kebijakan tersebut, jumlah bank dan kantor bank bertambah
dengan pesat. Disertai juga dengan berkembangnya penggunaan
Surat Berharga Pasar Uang dan warkat-warkat perbankan.
Meningkatnya persaingan dan berkembangnya produk-produk baru
“Financial Instruments”
Untuk menambah khazanah perpustakaan buku Hukum
Surat Berharga, beranjak dari hal tersebut diatas pada kesempatan
ini juga penulis menyampaikan, betapapun penulis telah
mengusahakan buku ini, diulas sedemikian rupa dengan bahasa
yang mudah dicerna oleh siapapun untuk mengenal Hukum Surat
Berharga. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
dan kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Untuk semua bantuan dan sumbangan yang dimaksud di atas,
penulis mengucapkan terlebih dulu terima kasih, semoga amal
baik anda mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT,
amien....

Palembang, Januari 2011

Dr. HJ. CINDAWATI, SH.MH

iv
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................. v

BAB I. Cara Praktis Mengenal Hukum Surat Berharga 1


A. Makna Hukum Surat Berharga .............................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................... 9
C. Metode Pemecahan atau Teori Perjanjian ............... 28

BAB II. Perkembangan Hukum Surat Berharga ......... 39


A. Letter of Credit (L/C) .............................................. 39
1. Pengertian Letter Credit (L/C) ............................ 48
2. Alat Pembayaran Dengan Jasa Bank ................. 49
3. Letter of credit merupakan kontrak pembayaran 53
4. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN) ............................................................ 59
5. Ilustrasi Kasus-kasus .......................................... 65
B. Sertifikat Deposito ................................................... 98
1. Pengertian Sertifikat Deposito ............................ 99
2. Perbedaan Sertifikat Deposito
dengan Deposito Berjangka ............................... 99
3. Sertifikat Deposito dapat diperjual belikan......... 99
4. Sertifikat Deposito merupakan Surat Utang ....... 100
5. Mengenal ciri-ciri khusus Sertifikat Deposito .... 100
C. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ............................... 101
1. Aspek hukum Sertifikat Bank Indonesia ............ 101
2. Ciri-ciri Sertifikat Bank Indonesia (SBI) .......... 102
D. Commercial Paper .................................................. . 103
1. Pengertian Commercial Paper ............................ 103
2. Syarat-syarat Bank Umum Dalam Menerbitkan
Commercial paper .............................................. 105
E. Obligasi .................................................................... 109
1. Pengertian Obligasi ............................................. 109
2. Jenis-Jenis Obligasi............................................. 111

v
F. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU)....................... 123
1 Pengertian Surat Berharga Pasar Uang (SPBU) . 123
2 Dasar Hukum ...................................................... 124
3 Jenis Surat Berharga Pasar Uang (SPBU)......... 125
4. Sifat-sifat Khusus Surat Berharga Pasar Uang
(SPBU) ............................................................... 125
G. Efek .......................................................................... 126
1. Pengertian Efek ................................................... 126
2. Pengertian Saham ............................................... 127
3. Perbedaan Saham dan Obligasi ........................... 136
4. Efek yang Beragun Aset ..................................... 137

BAB III. Sur at Yang Berharga(Papieren


VanWaarde.......................................................... 145
A. Surat Berharga Dan Surat Yang Berharga ............. 145
B. Persamaan Antara Surat Berharga Dan Surat Yang
Berharga ................................................................... 146

BAB IV. Kesimpulan Dan Saran


A. Kesimpulan .............................................................. 151
B. Saran ........................................................................ 152

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 153


INDEX ................................................................................... 162

vi
BAB I

CARA PRAKTIS MENGENAL


HUKUM SURAT BERHARGA

A. Makna Hukum Surat Berharga

Sejarah Surat Berharga


Sebelum mengetahui makna Hukum Surat Berharga,
sekilas kembali pada sejarah timbulnya Surat Berharga.
Pada abad pertengahan (the middle ages) di laut tengah,
di negara-negara kota (cities state). Pada awalnya,
aktivitas transaksi perdagangan terdapat hambatan
antara pedagang dengan pedagang diluar kota. Karena
mereka kesulitan untuk melakukan pembayaran.
Dengan alat apa yang dapat digunakan serta diakui oleh
masing-masing pihak, dalam melakukan transaksi
perdagangan tersebut. Untuk itu timbullah ide untuk
menciptakan “Surat Berharga dikalangan pedagang”.
Hukum Surat Berharga (the law of negotiable
instruments) dimulai dari “kebiasaan” para pedagang
dalam transaksi perdagangan. Pada waktu itu disebut
dengan istilah Law merchant. Diawali dengan
perkembangannya di Inggris tahun 1882 yang
menerbitkan Undang-Undang tentang Surat Berharga.
Kemudian diikuti oleh negara Amerika dengan Uniform
Negotiable Instruments Acts tahun 1896. Akhirnya
Ketentuan-ketentuan ini diadopsi oleh semua negara.
Dalam perkembangannya Surat Berharga sampai ke
Indonesia, yang pada waktu itu masih jajahan Belanda
berdasarkan “Asas Konkordansi” dan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang berlaku di Indonesia.

1
Untuk itu timbul pertanyaan bagaimana sejarah asal usul
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) ?

Asal usul Kitab Undang-undang Hukum Dagang


(KUHD)

Asal usul KUHD, berdasarkan Pasal II Aturan


Peralihan UUD RI 1945, KUHD masih berlaku di
Indonesia. KUHD Indonesia diumumkan dengan
publikasi tanggal 30 April 1987 (S. 1947-23), yang
mulai berlaku tanggal 1 Mei 1848.
Dalam kaitannya dengan ini Kodifikasi Hukum
Perancis yang terbentuk pada tanggal 21 Maret 1804
dengan nama Code Civil des Francais, pada tahun 1807
diundangkan lagi dengan nama Code Napoleon.
Belanda adalah salah satu negara yang pernah
dijajah Perancis antara tahun 1806-1813, akibat itu
disana berlaku Code Perancis. Setelah Belanda merdeka
pada tahun 1813, maka berdasarkan Pasal 100 UUD
Belanda tahun 1814, dibentuklah panitia yang bertugas
membuat rencana Kodifikasi Hukum Belanda.
Kodifikasi Hukum Perdata Belanda baru dapat
diresmikan tahun 1838. Pada tahun 1830-1838 terjadi
peperangan Belanda dengan Belgia yang mengakibatkan
terpisahnya mereka. Meski Kodifikasi Hukum Belanda
tersebut meniru Code Civil Perancis, susunan dari
Institutiones dalam Corpus Iuris Civilis dari Hukum
Romawi. Karena Code Civil Perancis juga banyak
mengandung unsur-unsur yang berasal dari Kodifikasi
Hukum Romawi tersebut.
Perkembangan Hukum Dagang (1000-1500) dan
hubungannya dengan lahirnya kota-kota di Eropah
Barat. Pada waktu itu di Eropah Barat terutama di

2
Perancis Selatan dan Italia lahir kota-kota sebagai pusat
perdagangan internasional. Tetapi Hukum Romawi,
tidak dapat memberi penyelesaian perkara-perkara yang
ditimbulkan oleh perniagaan yang pada waktu itu lebih
modern sifatnya.
Maka kota-kota di Eropa membuat peraturan-
peraturan hukum baru, yang lama kelamaan menjadi
himpunan peraturan-peraturan yang berdiri sendiri. Oleh
karena itu sebelum mengenal Hukum Surat-surat
Berharga yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD).

Maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa


pengertian Hukum Dagang ?

Hukum Dagang ialah hukum yang mengatur


hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang
berkenaan dengan Urusan Dagang. Dengan demikian
Hukum yang baru ini menjadi hukum, bagi golongan
pedagang yang dinamakan Hukum Dagang. Inilah
permulaan dari pada timbulnya kaidah-kaidah Hukum
Perdata Internasional.
Sedangkan perkembangan Hukum Dagang sangat
cepat sekali, pada abad ke 16 dan ke 17 banyak kota di
Perancis mengadakan Pengadilan istimewa hanya untuk
menyelesaikan perkara yang ditimbulkan dalam
lapangan perniagaan, sehingga dinamakan pengadilan
saudagar. Dengan demikian Hukum Dagang menjadi
hukum istimewa yaitu hukum kaum pedagang. Hukum
Dagang pada mulanya belum ada kesatuan baru bersifat
kedaerahan, karena tiap daerah mempunyai hukumnya
sendiri yang berbeda-beda coraknya. Lama kelamaan
diadakan kesatuan Hukum Dagang, karena hubungan
dalam perniagaan internasional makin erat. Sehingga

3
pada abad ke 17 Perancis diadakan kodifikasi Hukum
Perancis. Kodifikasi Hukum Perancis maupun Hukum
Belanda dimaksudkan agar supaya ada Kepastian
Hukum. Karena para pedagang membutuhkan peraturan-
peraturan perniagaan.

Mengapa dikatakan Hukum Belanda dan Perancis


itu ada hubungannya dengan Hukum Positif di
Indonesia?

Hukum Belanda dan Perancis itu ada hubungannya


dengan Hukum Positif di Indonesia sebab antara
Indonesia dan Belanda terdapat pertautan sejarah,
sebagai akibat “penjajahan Belanda”. Maka hukum kita
sedikit banyak terpengaruh pada Hukum Belanda,
meskipun kita mempunyai hukum yang khas Indonesia
yaitu Hukum Adat. Karena perniagaan makin
berkembang, maka kebutuhan Hukum Perniagaan atau
Hukum Dagang makin bertambah. Lama kelamaan
Hukum Dagang yang pada waktu itu masih merupakan
Hukum Kebiasaan, dipandang perlu mengadakan
kodifikasi. Kodifikasi Hukum Dagang pertama dibuat
atas perintah Raja Lodewijk XIV di Perancis, yaitu
Ordonnance du Commerce 1673 dan Ordonance de la
Marine 1681. Pedagang adalah mereka yang melakukan
perbuatan perniagaan (daden van koophandel) sebagai
pekerjaannya sehari-hari.

Maka timbullah pertanyaaan apakah yang


dinamakan perniagaan?

Perniagaan adalah “perbuatan pembelian barang-


barang untuk dijual lagi”.setelah itu istilah pedagang
dihapus dengan S 1938-276, 17 Juli 1938 diganti dengan
istilah “Perusahaan”, tetapi dalam UU tidak memuat

4
resmi tentang istilah pengertian Perusahaan dan
perbuatan-perbuatan perusahaan, sehingga hal tersebut
diserahkan pada dunia keilmuan dan yurisprudensi.

Dengan demikian sebelum jauh membahas tentang


Hukum Surat Berharga, terlebih dulu apakah
dimaksud dengan Hukum ?

Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh


penguasa negara atau penguasa masyarakat yang
berwenang menetapkan hukum. Dinyatakan atau
dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian
atau seluruh anggota masyarakat. Dengan tujuan untuk
mengadakan suatu tata yang dikehendaki, oleh penguasa
tersebut.
Apakah yang dimaksud dengan penguasa?
Penguasa yang berwenang menetapkan hukum ialah:
1. Dalam negara RI yaitu: MPR, DPR (pusat maupun
daerah), penguasa-penguasa pemerintahan yang
berwenang mengatur materi tertentu dalam
lingkungan daerah hukumnya: Hakim, Panglima
ABRI, Kepala Kepolisian, dlll.
2. Dalam masyarakat: Kepala Suku, Kepala Marga,
Kepala Desa. Dinyatakan tertuju pada Hukum
Tertulis yang berwujud: UU, Perpu, Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Perundangan yang lain.
Apakah yang dimaksud dengan Hukum yang tidak
tertulis ?
Hukum yang tidak tertulis yaitu Hukum Adat dan
Hukum Kebiasaan.

5
Apa yang dimaksud dengan tujuan hukum ?
Tujuan hukum adalah: Kepastian Hukum dan Keadilan
Hukum berwujud norma-norma. Norma-norma yang
banyak sekali jumlahnya tersebut untuk menguasainya,
perlu pengelompokan secara praktis yang disebut
Sistim Hukum.
Untuk itu Negara RI mempunyai Sistim Hukumnya
sendiri yang terdiri dari beberapa lapangan hukum yaitu:
1. Hukum Tata negara.
2. Hukum Administrasi (Tata usaha negara,
Tata pemerintahan),
3. Hukum Pidana,
4. Hukum Perdata,
5. Hukum Acara.

Bagaimanakah hubungan Hukum Dagang dan


Hukum Perdata yang mengatur hubungan antara
perseorangan yang satu dengan perseorangan yang
lain?

Hubungan Hukum Dagang dan Hukum Perdata


adalah sangat penting, karena disinilah letak Hukum
Dagang. Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur
hubungan antara perseorangan yang satu dengan
perseorangan yang lain dalam segala usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya yang diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhannya. Dalam Hukum Perdata ada 4
bidang hukum.

6
Hukum Perdata dibagi menjadi 4 bidang hukum:
1. Hukum Perseorangan (personenrecht),
2. Hukum Keluarga (familierecht), yang terdiri dari
Hukum Perkawinan dan Hukum hubungan
Keluarga,
3. Hukum Warisan,
4. Hukum Harta Kekayaan (vermogenrecht) yang
terdiri dari:
a. Hukum Kebendaan (zakenrecht), dan
b. Hukum Perikatan (verbintenissenrecht) dalam
hukum inilah terdapat Hukum Dagang. Hukum
Dagang terletak dalam Hukum Perikatan,
yang khusus timbul dari lapangan perusahaan.
Perikatan-perikatan itu ada bersumber dari
Perjanjian dan ada yang bersumber dari UU.
Bersumber dari Perjanjian: pengangkutan,
Asuransi, Jual Beli Perusahaan, Makelar,
Komisioner, Wesel, Cek, dll.
Dengan demikian Hukum Dagang terdapat dalam
Hukum Perdata dalam Bab 1V Hukum Harta Kekayaan
dalam Hukum Benda, Hukum Perikatan yang khusus
timbul dari lapangan Perusahaan. Hukum Dagang ialah
hukum yang mengatur hubungan antara satu pihak
dengan pihak lain yang berkenaan dengan Urusan
Dagang.
Karena letak Hukum Dagang dalam ruang lingkup
Hukum Perdata tersebut, terdapat dalam Hukum
Perikatan yang menjadi bagian dari Hukum Harta
Kekayaan selain Hukum Kebendaan. Maka Hukum
Dagang mengatur tindakan-tindakan manusia dalam
urusan-urusan dagang, yang mengatur Hak dan
Kewajiban antar pihak termasuk dalam Hukum
Perikatan.

7
Hukum Dagang diatur dalam KUHD, sebagai
kodifikasi dan peraturan-peraturan misalnya:
Pengangkutan, Asuransi.

Apakah yang dimaksud dengan Adagium Lex


Specialis Derogat Lex Generali ?

Adagium Lex Specialis Derogat Lex Generali (Hukum


Khusus menghapus Hukum Umum).
Adagium ini dirumuskan dalam Pasal 1 KUHD :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh
dalam Kitab Undang-Undang ini (KUHD) tidak khusus
diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga
terhadap hal-hal yang disinggung dalam KUHD.
Dibuktikan dalam pasal 1319, 1339, 1347 KUHPerdata,
pasal 15, pasal 396 KUHD
Oleh karena itu hubungan antara Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dan Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) adalah:
KUHPerdata adalah Hukum Perdata Umum, sedangkan
KUHD adalah Hukum Perdata Khusus. Jadi
hubungannya adalah kedua hukum ini seperti genus
(umum), specialis (khusus), yang berlaku: Adagium
Lex Specialis Derogat Lex Generali (Hukum Khusus
menghapus Hukum Umum). Adagium ini dirumuskan
dalam Pasal 1 KUHD : Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, seberapa jauh dalam Kitab Undang-Undang ini
(KUHD) tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
disinggung dalam KUHD. Dibuktikan dalam pasal 1319,
1339, 1347 KUHPerdata, pasal 15, pasal 396 KUHD.1

1
H.M.N. Purwosutjipto, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang
Indonesia, Jakarta Djambatan, 1995, hlm 6.

8
Setelah dipaparkan dipaparkan diatas maka penulis,
tertarik dengan perumusan masalah: Apakah makna
dari Hukum Surat Berharga (Waarde Papier) ?

B. RUMUSAN MASALAH

Apa makna dari Surat Berharga (Waarde Papier) ?


Surat Berharga (waarde papieren) adalah: suatu
surat, dimana “Hak” dilekatkan/ dibubuhkan kepada
surat itu artinya hak tersebut tidak ada, kalau tidak
diwujudkan berupa surat, misalnya : Wesel, sero, saham,
obligasi, konosemen.
Surat Berharga adalah alat bayar atau instrumen
pembayaran dalam berbagai transaksi perdagangan
sebagai pengganti uang, pemegang Surat Berharga orang
yang berhak atau dianggap berhak melakukan
penagihan. Surat- surat Berharga (waarde papieren)
yang dalam perdagangan disebut surat perdagangan atau
surat perniagaan (handelspapier) atau juga disebut
Commercial paper.
Surat Berharga adalah untuk mendorong kegiatan
transaksi perdagangan para pedagang karena .dapat
diperjual belikan, surat tersebut merupakan penjelmaan
dari suatu “ hak “ untuk mendapatkan suatu
kekayaan .
Surat-surat Berharga terletak kepada tekanan
ikatan yang melekat pada surat itu, kepada hak-hak
yang terkandung dalam surat-surat itu. Dialah yang
mempunyai “hak“ yang tercantum dalam surat itu.

9
Karena itu apabila surat ini diserahkan maka hal ini
mengandung pula penyerahan hak dalam surat itu.
Menurut Hadi Supraptono,
Surat berharga adalah surat bukti pembawa hak
yang dapat diperdagangkan (Negotiable/Transferable
Paper)2
Sedangkan menurut HMN Purwosutjipto adalah
Surat Berharga adalah surat bukti tuntutan utang,
pembawa hak dan mudah dapat diperjual belikan.
Pengertian ini terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
Surat Berharga :
1. Surat bukti tuntutan utang,
2. Pembawa hak
3. Mudah diperjual belikan
Setelah mengenal makna Hukum Surat Berharga akan
dipaparkan fungsi dari Hukum Surat Berharga.
Apa fungsi dari Surat Berharga?
Fungsi Surat Berharga :
1. Sebagai Surat Bukti Tagih, hak tagih (Surat
Legitimasi) artinya : pemegang Surat Berharga
berhak atas sejumlah uang tertentu yang tercantum
dalam Surat Berharga itu .
Pemegang Surat Berharga dapat ditafsirkan dua
yaitu
a. Pemegang secara formil, dia yang dianggap
menguasai surat berharga tersebut

2
Heru Supraptono, Perkemangan Pengaturan Surat-Surat Berharga
diIndonesia, Makalah disajikann pada legal seminar diselenggarakan
Bank Duta Ekonomi 1984, Jakarta.

10
mendapatkannya dari Pemegang pertama melalui
peralihan yang sah.
b. Pemegang adalah orang tersebut namanya
didalam Surat Berharga, secara material
Pemegang Surat Berharga ini adalah orang yang
sesungguhnya pemilik dan berhak terhadap
Surat Berharga tersebut
2. Alat memindahkan hak tagih artiya : Pemegang
dapat mengalihkan Surat Berharga kepada orang
lain.
3. Alat pembayaran artinya : kemudahan alat
pembayaran, aman, praktis, lancar dan mudah dalam
lalu lintas perdagangan.
4. Pembawa hak artinya: siapa saja yang membawa
Surat Berharga itu adalah berhak untuk
menguangkan, sepanjang pemegang Surat Berharga
dapat membuktikan bahwa dia Pemegang yang sah,
maka dia secara hukum orang yang berhak terhadap
surat tersebut misalnya: konosemen.
5. Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih
(diperjual belikan dengan mudah dan sederhana)
artinya : siapa yang memiliki Surat Berharga
tersebut dengan mudah memindahkan hak tagih
kepada pihak lain. Hal ini tergantung dengan bentuk
klausula yang terdapat pada Surat Berharga
tersebut. Apabila Surat Berharga tersebut
berklausula atas tunjuk, maka dapat dengan mudah
memindahkan kepada pihak lain, seperti
memindahkan uang tunai. Sedangkan Surat
Berharga atas pengganti peralihannya melalui
3
endosemen.

3
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga Berharga dan Perkembangannya
di Indonesia, PT Prenhalindo, Jakarta, 2002, hlm 19.

11
Kalau demikian untuk dapat mengetahui dengan
mudah, apakah ciri-ciri dari Surat Berharga?
Menurut Vollmar
Ciri-ciri Surat Berharga dapat ditambakan yaitu
sebagai alat bukti diri yang menganut Asas Legitimasi
Formal artinya bukti diri bagi pemegangnya, bahwa
dialah yang berhak atas tagihan yang tersebut
didalamnya. Apabila mereka dapat menunjukkan,
bukti-bukti yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Perjanjian, dan tujuannya untuk diperdagangkan.
Dengan demikian Surat Berharga adalah sebagai
berikut:
1. Surat Berharga mempunyai sifat obyektif
2. Surat Berharga dapat diperdagangkan
3. Surat Berharga merupakan akta dan syarat
mutlak
4. Surat Berharga mudah untuk dialihkan
5. Surat Berharga menganut Asas Legitimasi
Formal.

Apakah dalam Kitab Undang-undang Hukum


Dagang, yang berlaku di Indonesia terdapat
penggolongan Surat Berharga?

Penggolongan surat berharga menurut Kitab


Undang-undang Hukum Dagang :
1. Surat-surat yang mempunyai sifat kebendaan
(zaken rechtelijke papieren): isi dari perikatan
surat adalah bertujuan untuk penyerahan barang.
Misalnya ceel, konosemen / conogssement (Pasal
506 KUHD). Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang Pasal 506 Bill of lading atau
konosemen : adalah sepucuk surat yang

12
ditanggali, dimana pengangkut menyatakan,
bahwa ia telah menerima barang-barang tertentu
untuk diangkutnya kesuatu tempat tujuan yang
ditunjuk dan disana menyerahkan kepada orang
yang ditunjuk beserta janji-janji apa penyerahan
akan terjadi.
2. Surat-surat tanda keanggotaan (limaatschaps
papieren) : saham-saham dari Perseroan
Terbatas atau persekutuan lainnya.
3. Surat-surat tagih hutang (schulvorderings
papieren):
a. Surat kesanggupan membayar yaitu janji
untuk membayar (betalingsbelofte), misalnya
: surat sanggup dan promes atas tunjuk, surat
berharga komersial.
b. Surat perintah untuk membayar
(betalingsdracht) misalnya : wesel dan cek.
c. Surat pembebasan (kwijting) adalah : tanda
bukti bahwa seseorang telah melaksanakan
kewajiban terhadap orang lain, misalnya
pelunasan pembayaran dengan kwitansi atas
tunjuk (Pasal 229 f KUHD).4

Dengan demikian setelah diketahui penggolongan dari


Surat Berharga, Apakah Surat Berharga diatur
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ?
Surat-surat berharga diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang sbb:
1. Surat Wesel adalah : surat yang memuat kata
wesel didalamnya, ditanggali dan ditandatangani
disuatu tempat, penerbit memberi perintah tanpa
syarat kepada tersangkut untuk pada hari bayar

4
Joni Emirzon, Hukum Surat………………, op cit , hlm 68

13
membayar sejumlah uang kepada orang
(penerima) yang ditunjuk oleh penerbit atau
penggantinya disuatu tempat tertentu.

Apakah makna dari Surat Wesel ?


Makna Surat Wesel
Surat Wesel adalah Surat Berharga yang memuat kata
“wesel” di dalamnya, ditanggali dan ditandatangani di
suatu tempat, dalam mana Penerbit (trekker) memberi
perintah tak bersyarat kepada Tersangkut
(betrokkene) untuk membayar sejumlah uang pada
hari bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk
oleh Penerbit yang disebut Penerima (nemer) atau
penggantinya di suatu tempat tertentu. Dengan begitu,
maka personalia yang bersangkutan dengan Surat
Wesel dapat diperinci sebagai berikut:
1. Penerbit (trekker), yaitu: orang yang
membuat/menerbitkan/mengeluarkan Surat
Wesel;
2. Tersangkut (betrokkene), yaitu: orang yang
mendapat perintah dari Penerbit untuk membayar
sejumlah uang pada hari bayar kepada Penerima;
3. Penerima (nemer), yaitu orang yang ditunjuk
oleh Penerbit untuk menerima sejumlah uang
sebagai disebut dalam Surat Wesel pada hari
bayar;
4. Pemegang (houder) adalah orang yang
memperoleh Surat Wesel dari Penerima atau
Pemegang lainnya;
5. Andosan (endossant) ialah kedudukan Penerima
atau Pemegang, yang menyerahkan Surat Wesel
kepada orang lain, sedangkan orang lain yang

14
menerima penyerahan Surat Wesel itu disebut
Pemegang.5

Surat Wesel (Pasal 100 s/d Pasal 173 KUHD)


adalah : surat yang memuat kata Wesel didalamnya,
ditanggali dan ditandatangani disuatu tempat, Penerbit
memberi perintah tanpa syarat kepada Tersangkut
untuk pada hari bayar membayar sejumlah uang
kepada orang (Penerima) yang ditunjuk oleh Penerbit
atau penggantinya disuatu tempat tertentu.
Menurut Pasal 100 KUHD: Wesel (bill of exchange,
money order) adalah surat piutang yang dapat
dipindah-pindahkan atau bentuk surat tertentu yang
isinya ditetapkan oleh undang-undang : menunjuk
seseorang untuk membayar sejumlah uang tertentu,
pada hari tertentu, pada hari tanggal tertentu,
pembayaran kepada seseorang/via badan/bank, tempat
pembayaran, tandatangan penarik dan nama yang
kena tarik. Wesel dapat dipindahkan dengan
membuat endosemen (keterangan pemindahan hak)
yang tercantum pada belah belakang Wesel. Wesel
(bill of exchange, money order) adalah surat piutang
yang dapat dipindah-pindahkan atau bentuk surat
tertentu yang isinya ditetapkan oleh undang-undang:
menunjuk seseorang untuk membayar sejumlah uang
tertentu, pada hari tertentu, pada hari tanggal tertentu,
pembayaran kepada seseorang/via badan/bank, tempat
pembayaran, tandatangan penarik dan nama yang
kena tarik. Wesel dapat dipindahkan dengan
membuat endosemen (keterangan pemindahan
hak) yang tercantum pada belah belakang Wesel.

5
Ibid, hlm 45.

15
Apakah macam-macam surat wesel?
Macam-macam Surat Wesel :
1. Wesel Inkaso adalah: Wesel yang diterbitkan
dengan tujuan untuk memberi kuasa kepada
Pemegang pertama menagih sejumlah uang,
tidak untuk diperjual belikan (Pasal 102a
KUHD ayat (3)),,. wesel order,
2. Wesel Jaminan adalah suatu Wesel yang
dipergunakan sebagai jaminan, dalam hubungan
ini endosemen jaminan.
3. Wesel Domisili (Pasal 103 KUHD) adalah:
domisili berarti tempat tinggal seseorang atau
Badan Hukum, dalam hubungan dengan wesel
domisili adalah bahwa surat wesel tersebut
harus dibayar ditempat tinggal si tersangkut,
penunjukan dimana pembayaran dilakukan,
4. Wesel Pos adalah semacam wesel yang lazim
dipergunakan untuk pengiriman uang melaui
pos.
5. Wesel berdokumen adalah: di mana
dokumen-dokumen untuk mendapatkan barang
seperti konosemen, ceel, faktur dan baru dapat
diterima setelah si pembeli mengakseptasi wesel
itu.
6. Wesel lunas adalah wesel yang sudah dibayar
lunas oleh yang berkepentingan dibubuhi tanda
“lunas” dan ditandatangani oleh yang yang
berkepentingan tersebut.

Wesel atas nama penarik sendiri (pasal 110 s/d


109 KUHD).6

6
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum edisi Lengkap Bahasa Belanda,
Indonesia, Inggeris, Semarang: Aneka 1977, hlm 914.

16
Cara peralihan Surat Wesel dalam KUHD
diatur dalam pasal 100 s/d pasal 119.
Menurut pasal 110 KUHD: “ Setiap surat wesel
juga tidak dengan tegas berbunyi atas pengganti
dapat diperalihkan dengan jalan endossemen.
Dengan dilakukannya endosemen, maka semua hak
yang timbul dari surat wesel itu berpindah kepada
orang lain.

Apakah tujuan dari penerbitan Surat wesel ?


Tujuan penerbitan Surat Wesel ialah: agar Wesel
itu dibayar pada hari bayar. Mengenai kepada siapa
uang pembayaran Wesel itu diberikan, merupakan
suatu hal yang harus tampak pada Wesel itu sendiri,
agar di debitur tidak ragu-ragu pada waktu akan
membayar Wesel itu.
Uang pembayaran itu diberikan dapat diperinci (Pasal
110) sebagai berikut:
1. Wesel atas nama (Pasal 110 ayat (1)):
pembayaran uang diberikan kepada orang yang
namanya disebut dalam naskah Surat Wesel.
2. Wesel Kepada Pengganti (Pasal 110 ayat (1)):
pada Surat Wesel Kepada Pengganti ini
pembayaran uang diberikan kepada orang yang
namanya disebut dalam naskah atau
penggantinya.
3. Wesel tidak Kepada Pengganti (Pasal 110 ayat
(2)): Wesel dengan klausul “tidak
kepadapengganti” ini menjadikan surat Wesel
sebagai Wesel Rekta, karena peralihannya tidak
boleh menggunakan andosemen, tetapi harus
mempergunakan cessie. Pada Wesel ini uang

17
pembayaran diberikan kepada orang yang
namanya disebut dalam naskah Wesel.
Sedangkan dalam penyerahan menurut KUHPerdata
dapat digolongkan pada penyerahan benda tidak
berwujud yaitu kedalam benda-benda bergerak tidak
berwujud/ tidak bertubuh adalah: piutang-piutang dan
hak-hak. Benda-benda tidak berwujud misalnya:
surat atas tunjuk contohnya: cek, surat perintah
contohnya : wesel, sero atas nama PT, Hak Cipta,
Hak atas merek dagang.
Surat-surat Piutang (vorderings rechten) dapat berupa
surat piutang atas nama (vordering op naam), Surat
Piutang atas/kepada pembawa sebagai vordering aan
order. Yang dimaksud Surat-surat Piutang tersebut
dan Cara Penyerahannya sebagai berikut :
Penyerahan surat piutang atas nama (Vordering op
naam) adalah : Surat yang hanya memungkinkan
pembayaran uang kepada orang yang namanya
disebut dalam surat tersebut (Pasal 1153
KUHPerdata).7 Cessie (Pasal 613 KUHPer):
penyerahan surat-surat hutang atas nama. Harus
dilakukan dengan jalan mengoperkannya dengan surat
hutang atas perintah dengan cara penyerahan begitu
saja bersama endosemennya. Sebagai akibat dari
adanya cessie, tagihan itu berpindah seperti
keadaannya semula sedang cessionaris tidaklah
mungkin memperoleh hak lebih banyak daripada apa
yang dapat diberikan oleh cedent. Penyerahan secara
demikian sama halnya dengan penyerahan benda-

7
Surat-surat Piutang tersebut dan Cara Penyerahannya sebagai berikut :
Penyerahan surat piutang atas nama (Vordering op naam) adalah : Surat
yang hanya memungkinkan pembayaran uang kepada orang yang
namanya disebut dalam surat tersebut (Pasal 1153 KUHPerdata)

18
benda yang tidak berwujud yaitu dilakukan dengan
kata otentik atau akta dibawah tangan yang betujuan
menyerahkan hak-hak atas benda itu kepada orang
lain. Dengan demikian yang termasuk benda-benda
tidak berwujud contohnya: surat perintah adalah :
wesel, sero atas nama PT, Hak Cipta, Hak atas merek
dagang. Surat atas tunjuk adalah: :cek, Setelah
mengetahui tentang Wesel, selanjutnya perlu untuk
mengetahui surat berharga yang memuat kata “ Cek”.

Apakah yang dimaksud dengan Cek?


2. Surat Cek : Surat Berharga yang memuat kata cek.
Penerbitnya memerintahkan pada bank tertentu
untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang
disebut cek, penggantinya atau pembawa pada saat
diunjukkan. Surat Cek diatur dalam pasal 178 s/d
pasal 229 d KUHD, surat Cek adalah: Surat
Berharga yang memuat kata Cek menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 178.
Tiap-tiap Cek berisikan:
1. Nama Cek, dimuatkan dalam teksnya sendiri
dan diistilahkan dalam bahasa Cek itu
ditulisnya.
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu.
3. Nama orang yang harus membayarnya
(tertarik).
4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus
dilakukan.
5. Tanggal dan tempat Cek ditariknya.
6. Tandatangan orang yang mengeluarkan Cek ini
(penarik). Penerbitnya memerintahkan pada
bank tertentu untuk membayar sejumlah uang
kepada orang yang disebut Cek, penggantinya

19
atau pembawa pada saat diunjukkan. Cek
adalah suatu surat yang membuat suruhan
pembayaran sejumlah uang kepada seorang
dalam waktu tertentu, suruhan mana umumnya
ditujukan kepada sesuatu bank yang
memberikan buku Cek kepada orang yang
menandatangani Cek.
Cek merupakan alat pembayaran tunai, penyerahan
Cek:
1. Cek atas nama dan kepada pengganti dapat
diserahkan kepada orang lain dengan cara
andosemen (Pasal 191 ayat (1))
2. Cek atas nama dengan tambahan klausul “tidak
kepada pengganti” hanya diserahkan kepada
orang lain dengan cara sesi (Pasal 191 ayat (2))
3. Cek kepada pembawa diserahkan kepada orang
lain secara fisik.

Adapun Surat Berharga yang lain yaitu Charter


party, apakah yang dimaksud dengan Charter
party?
Chater party : Surat Berharga yang memuat
kata charter-party, yang membuktikan tentang
adanya perjanjian pencarteran kapal,
sipenandatangan mengikatkan diri untuk
menyerahkan sebagian atau seluruh ruangan kapal
kepada pencarter untuk dioperasikan, sedangkan
pencarter mengikatkan diri untuk membayar uang
carter. Charter-party diatur dalam pasal 454 s/d 457
KUHD. Pasal 457 ayat (1) menyatakan bahwa:
apabila Charter party itu diterbitkan kepada pengganti
(aan order, to order), maka dengan jalan andosemen
dan penyerahan suratnya, bolehlah si pencarter kapal

20
memindahkan hak-hak dan kewajibannya kepada
orang lain. Mengenai Surat Charter Party jenis ini
termasuk dalam Surat Berharga.

Sedangkan Surat Berharga yang memuat kata


konosemen atau bill of lading

4 Konosemen : Surat berharga yang memuat kata


konosemen atau bill of lading, yang merupakan tanda
bukti penerima barang dari pengirim, ditandatangani
oleh pengangkut dan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-
barang yang disebut dalam konosemen itu.
Konosemen (Pasal 506 s/d Pasal 517a KUHD): Surat
Berharga yang memuat kata Konosemen atau bill of
lading, yang merupakan tanda bukti penerima
barang dari pengirim, ditandatangani oleh
pengangkut dan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menuntut penyerahan barang-
barang yang disebut dalam Konosemen itu. Demikian
makna dari Konosemen atau surat muatan kapal
(bill of lading) diartikan sebagai Konosemen diatur
dalam Pasal 506 KUHD.
Konosemen surat dari nahkoda atau maskapai
pelayaran yang berisikan : atas dasar surat yang
diterima dari pengirim barang kemudian barang
itu diterimanya dan oleh maskapai itu akan
dikirim kepada yang berhak seperti alamat yang
tercantum. Konosemen kepada pengganti dan
konosemen kepada pembawa merupakan Surat
Berharga.
Konosemen kepada pengganti penyerahannya
diatur secara khusus dalam Pasal 508 KUHD:
suatu Konosemen kepada pengganti

21
dipindahtangankan dengan andosemen dan
penyerahan suratnya.
Ada lagi Surat Berharga yang sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari yanitu istilah
delivery order (d/o). Apakah yang dimaksud
dengan delivery order (d/o) ?
5 Delivery order : surat berharga yang mencantumkan
kata delivery order (d/o) didalamnya dan merupakan
surat perintah dari pemegang konosemen kepada
pengangkut agar kepada pemegang d/o diserahkan
barang-barang sebagai yang disebut dalam d/o,
yang diambil dari konosemennya. Delivery order
(Pasal 510 ayat (2)) KUHD : surat-surat yang oleh
pemegang Konosemen telah diberikan kepada orang
ketiga untuk dipakai menerima sebagian dari pada
barang-barang yang tersebut dalam Konosemen, tidak
memberikan hak tersendiri kepada para pemegangnya
untuk menuntut penyerahan barang-barangnya dari
sipengangkut. Surat ini disebut Delivery order yang
hanya mempunyai ikatan hukum dengan pemegang
Konosemen yang memberi delivery order itu. Dengan
pernyataan ini, maka pemegang Delivery order tidak
mempunyai hak menuntut penyerahan barang pada
pengangkut Surat Berharga yang mencantumkan kata
Delivery order (d/o) didalamnya dan merupakan surat
perintah dari Pemegang Konosemen kepada
Pengangkut agar kepada Pemegang d/o diserahkan
barang-barang sebagai yang disebut dalam d/o, yang
diambil dari Konosemennya.
Dalam perkembangan transaksi perdagangan saat itu
sering mendengar adanya kata “Saham”. Apakah
Surat Saham tersebut?

22
6 Surat Saham : surat berharga yang mencantumkan
kata saham didalamnya, sebagai tanda bukti
kepemilikan sebagian dari modal perseroan.
Apa yang dimaksud dengan Saham?
Saham adalah Surat Berharga (efek) yang berbentuk
sertifikat guna menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki
seseorang di suatu perusahaan, berarti jumlah uang
yang diberikan ke perusahaan itu juga semakin besar,
demikian juga penguasaan orang tersebut dalam
perusahaan itu semakin tinggi.
Saham : bagian kepemilikan dari suatu Badan Usaha.
Jika anda membeli atau memiliki sebagian Saham
dari suatu Perusahaan berarti anda ikut serta memiliki
Perusahaan dan tentu saja anda memiliki klaim
terbaik pada kekayaan maupun penghasilan
Perusahaan.
Apakah Saham bisa dipindahtangankan?
Saham memiliki sifat kepemilikan atas nama, tentu
bisa dengan mudah dipindahtangankan atau
diperjualbelikan. Untuk mudah proses jual beli maka
pemerintah mendirikan sebuah pasar atau bursa
modal bernama Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
sebelumnya bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Syaratnya perusahaan pemilik atau penerbit saham
harus mencatatkan diri di BEI atau menjadi Emiten.
Sedangkan penerbit saham yang telah menjadi Emiten
BEI, nama perusahaan ditambah dengan kata Terbuka
dibelakangkan disingkat Tbk
Surat Saham (Pasal 40,41,42 dan 43 KUHD): Surat
Berharga yang mencantumkan kata Saham
didalamnya, sebagai tanda bukti kepemilikan

23
sebagian dari modal perseroan. Pasal 40 KUHD:
modal perseroan harus dibagi dalam beberapa Sero
atau Saham, baik atas nama maupun dalaam blangko.
Dari ketentuan ini dapat diambil kesimpulan bahwa
yang disebut Saham ialah: bagian dari modal. Satu
Saham artinya satu bagian dari modal perseroan.
Misalnya: 1.000 Saham, jadi satu Saham bernilai RP
100.000,- nilai tiap-tiap satu Saham tidak sama,
tergantung jumlah modal perseroan dan dibagi
menjadi beberapa Saham. Pemilikan atas Saham
dapat dibuktikan dengan Surat Saham yang
merupakan Suatu Bukti bahwa Pemegang mempunyai
Saham atas modal perseroan. Surat Saham kepada
pembawa (dalam blanko) termasuk Surat Berharga,
penyerah Saham kepada Pembawa adalah biasa yaitu
diserahkan dari tangan ke tangan (secara fisik),
sedangkan penyerahan Saham atas nama harus
diserahkan melalui cessie (Pasal 613 (1) KUHPer):
penyerahan piutang-piutang atas nama dan
barang-barang lain yang tidak bertubuh, dilakukan
dengan jalan membuat akta otentik atau dibawah
tangan yang melimpahkan hak-hak atas barang-
barang itu kepada orang lain. Dalam praktiknya
penyerahan dilakukan dengan bukti penyerahan
dilakukan dengan bukti penyerahan hak (cessie).
Cessie diatur dalam Buku II KUHPerdata tentang “
kebendaan”, karena merupakan salah satu cara untuk
memperoleh (mengalihkan) hak milik (Pasal 584
KUHPerdata).

Setelah surat berharga Saham, surat berharga


apakah yang memuat kata Aksep atau Promes?

24
7 Surat sanggup : surat berharga yang memuat kata
aksep atau promes, penerbit menyanggupi untuk
membayar sejumlah uang kepada orang yang
namanya disebut dalam cek, penggantinya atau
pembawanya pada hari bayar
tertentu.8
Apakah Surat Berharga untuk memudahkan
kelancaran aktivitas transaksi perdagangan ?
Surat Berharga untuk memudahkan kelancaran
aktivitas transaksi perdagangan. Oleh karena
penggunaan Surat Berharga dalam praktik, berkaitan
dengan kegiatan Perbankan, antara lain:
1. Aspek lalu lintas bisnis, penggunaan Surat
Berharga lebih praktis, aman dan lancar sistem
pembayaran;
2. Aspek Usaha Perbankan, maka kegiatan
pembelian, penjualan, penyimpanan (custodian),
memberikan jaminan Surat Berharga dan warkat-
warkat Perbankan, merupakan produk bisnis
perbankan sekarang. Berkaitan dengan usaha
menghimpun dana, baik untuk kepentingan
masyarakat maupun untuk kepentingan
pembangunan.9

Dalam kaitan Surat Berharga dengan lalu lintas


bisnis, secara hukum surat tersebut dilekatkan
“hak” dengan demikian timbul pertanyaan sbb:
Makna dari Hak

8
Ibid, hlm. 73
9
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga ……..Op Cit, hlm 7

25
Berkaitan dengan Surat Berharga yang telah
dipaparkan diatas selalu ada kata “Hak” dengan
demikian timbul pertanyaan apa makna dari Hak itu?
Dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual,
Hak 10 adalah: Sesuatu yang benar; kebenaran; milik ;
kepunyaan; kepemilikan atas sesuatu, dan diakui
secara hukum.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Hak 11
adalah: sesuatu yang benar, sungguh-sungguh ada,
kekuasaan yang benar milik, kepunyaan, kewenangan,
mempunyai wewenang (mempergunakan). Berhak:
mempunyai hak, berkuasa.
Menurut Kamus Indonesia Modern, Hak 12 adalah :
benar, milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat.
13
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hak
adalah benar, contohnya:
Hak jual keleluasaan (hak) yang diberikan produsen
kepada distributor untuk menjual produk-produknya
di wilayah tertentu;
Hak kebendaan (hak) untuk memiliki suatu benda
yang dilindungi dari gangguan siapapun;
Hak milik, mutlak hak untuk mengambil keuntungan
dari suatu benda dengan bebas serta menguasai
dengan sepenuhnya; penerbitan hak terbit pengarang

10
M. Dahlan. Y.Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah
Ilmiah Seri Intelektual, Target Press, 2003, hlm 257.
11
D. Yanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Nidya Pustaka,
Surabaya, hlm 247
12
. Daryanto. S.S, Kamus Bahasa Indonesia Modern, Apollo,
Surabaya,1994, hlm 85.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003, hlm
381.

26
(hak) yang diberikan kepada pengarang berdasarkan
Undang-undang Hak Cipta;
Hak pemegang saham untuk mengeluarkan pendapat
di Rapat Umum Pemegang Saham, substantif hak
yang dapat dialihkan atau diperjual belikan;
Hak 14 adalah kewenangan, dengan ijazah itu ia
mempunyai hak untuk mengajar.
Dengan demikian Hak adalah Sesuatu yang
benar; kebenaran; milik ; kepunyaan; kepemilikan
atas sesuatu, kekuasaan yang benar milik dan diakui
secara hukum.
“Hak” yang dilekatkan/ dibubuhkan kepada surat
itu artinya hak tersebut tidak ada, kalau tidak
diwujudkan berupa surat. Oleh karena itu dasar
mengikatnya surat berharga tersebut, dibuat dalam
suatu perjanjian yang merupakan perbuatan hukum
dari kedua belah pihak yaitu antara penerbit yang
menandatangani surat tersebut dan pihak pemegang
pertama yang memegang surat berharga. Apabila
penerbit mengalihkan surat tersebut kepada pihak
lain, maka penerbit tetap terikat pada perjanjian
tersebut.
Dengan adanya Surat Berharga perlu untuk
diketahui, apa dasar mengikatnya Surat Berharga
?

14
Ibid , hlm 381.

27
C. METODE PEMECAHAN ATAU TEORI
PERJANJIAN

Dasar mengikatnya Surat Berharga antara Penerbit dan


Pemegang adalah ”Suatu Perjanjian”
Dalam Teori Perjanjian (Overeenkomst Theorie)
yang mengatakan bahwa : yang menjadi dasar
mengikatnya Surat Berharga antara Penerbit dan
Pemegang adalah ”Suatu Perjanjian” yang
merupakan Perbuatan Hukum antara dua pihak.
Pihak Penerbit yang menandatangani dan pihak
pemegang pertama yang menerima Surat Berharga itu.
Jika Pemegang pertama memperalihkan surat itu
kepada Pemegang berikutnya maka Penerbit tetap
terikat didalam Perjanjian.
Pemindahtanganan Surat Berharga itupun didasarkan
pada isi Perjanjian yang tersurat dalam teks Surat
Berharga tersebut. Sedangkan Sumber hukum dari
Perikatan yang timbul pada Surat Berharga adalah
”Perjanjian” antara Penerbit dan Pemegang pertama.
Dengan demikian dalam Perjanjian merupakan
perbuatan hukum, dasar mengikatnya Surat Berharga
antara penerbit dan pemegang.

Timbul pertanyaan mengapa Teori Perjanjian


banyak berpengaruh pada Surat Berharga?

Oleh karena itu Teori Perjanjian ini lebih banyak


“berpengaruh” pada Surat Berharga, yang didahului
dengan kontrak /Perjanjian Jual Beli yang merupakan
Perjanjian dasar. Sedangkan penerbitan Surat Berharga
merupakan tindakan lanjutan dari Perjanjian dasar.
Perjanjian dasar inilah akan ditindak lanjuti dengan

28
penerbitan Surat Berharga yang berfungsi sebagai alat
bayar pengganti uang.
Contohnya: pada waktu penyusunan kontrak atau
Perjanjian yang mereka sepakati adalah: harga dan
jumlah barang serta cara pembayarannya. Cara
pembayarannya tidak dilakukan dengan uang tetapi
dengan Surat Berharga yaitu dengan menerbitkan surat
Wesel, setelah menerima barang yang diperjanjikan.
Sehingga Wesel disini berfungsi sebagai alat bayar
pengganti uang.

Untuk itu perlu mengetahui Teori-teori apa saja


dalam Surat Berharga?

Teori-Teori yang berkembang tentang dasar


mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam
penerbitan Surat Berharga yaitu :
1. Teori Kreasi atau Penciptaan (creatie theorie)
Yang menjadi dasar hukum untuk mengikatnya
Surat Berharga antara penerbit dan pemegang
adalah perbuatan menandatangani Surat Berharga.
Dengan perbuatan penandatanganan inilah yang
menciptakan perikatan antara Penerbit dan
Pemegang, penerbit bertanggung jawab membayar
kepada Pemegang Surat Berharga tersebut.
Walaupun tanpa perjanjian dengan pemegang
berikutnya. Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli
hukum bangsa Jerman bernama Einert pada tahun
1839, yang kemudian diteruskan oleh Kuntze
didalam bukunya yang berjudul : Die Lehre von den
inbraber papieren pada tahun 1857. Keberatan
terhadap teori ini adalah pernyataan sepihak
dengan tanda tangan saja tidak mungkin

29
menimbulkan perikatan. Supaya menimbulkan
perikatan harus ada dua pihak yang mengadakan
persetujuan (toestemming, meeting of minds) sebab
tanpa persetujuan tidak mungkin ada kewajiban.
Demikian pula kalau Surat Berharga itu jatuh
ketangan orang yang tidak berhak atau tidak jujur,
misalnya : dicuri, maka Penerbit yang
menandatangani tetap terikat untuk membayar.
Sedangkan menurut Pasal 1977 (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata : barang siapa kehilangan
atau kecurian suatu barang dalam jangka waktu tiga
tahun, terhitung sejak barang itu hilang atau dicuri
itu dikembalikan pemegangnya, tanpa mengurangi
hak orang yang disebut terakhir ini untuk meminta
ganti rugi kepada orang yang menyerahkan barang
itu kepadanya, tanpa mengurangi Pasal 582.
Menurut Pasal 582 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata : barang siapa menuntut kembali barang
yang telah dicuri atau telah hilang, tidak diwajibkan
memberi penggantian uang yang telah dikeluarkan
untuk pembelian kepada yang memegangnya,
kecuali jika barang itu dibelinya dipekan tahunan
atau pekan lain, dipelelangan umum atau seorang
pedagang yang terkenal sebagai orang yang biasanya
memperdagangkan barang yang sejenis itu. Oleh
karena itu Teori Kreasi atau Penciptaan (creatie
theorie) ini ditinggalkan.
2. Teori Kepantasan (redelijk heids theorie)
Teori ini masih berdasarkan pada Teori Kreasi atau
Penciptaan hanya dengan pembatasan. Jika Teori
Kreasi atau Penciptaan menyatakan bahwa : penerbit
yang menandatangani surat ini tetap terikat untuk
membayar kepada pemegang, meskipun pemegang

30
yang tidak jujur, Teori Kepantasan ini tidak
menerima akibat yang demikian. Teori Kepantasan
(redelijk heids theorie), pembatasan ialah penerbit
hanya bertanggung jawab atau terikat pada
pemegang yang memperoleh Surat Berharga secara
pantas (redelijk reasonable). Pantas artinya :
menurut cara yang lazim yang diakui oleh
masyarakat dan dilindungi oleh hukum. Pemegang
yang seperti ini dinamakan pemegang yang jujur (te
goeder trouw, in good faith). Dalam Hukum Anglo
Saxon, pemegang yang jujur disebut holder in
due course. Keberatan terhadap teori ini : karena
berdasarkan pada Teori Penciptaan, bahwa
penandatanganan Surat Berharga itu menimbulkan
perikatan, padahal pernyataan sepihak tidak
mungkin menimbulkan perikatan, jika tidak ada
persetujuan dari pihak lain.
3. Teori Perjanjian (Overeenkomst Theorie)
Teori ini yang mengatakan bahwa : yang menjadi
dasar mengikatnya Surat Berharga antara penerbit
dan pemegang adalah ”suatu perjanjian” yang
merupakan perbuatan hukum antara dua pihak.
Pihak penerbit yang menandatangani dan pihak
pemegang pertama yang menerima Surat Berharga
itu. Jika pemegang pertama memperalihkan surat itu
kepada pemegang berikutnya maka penerbit tetap
terikat didalam perjanjian. Pemindahtanganan Surat
Berharga itupun didasarkan pada isi perjanjian yang
tersurat dalam teks Surat Berharga tersebut. Sumber
hukum dari perikatan yang timbul pada Surat
Berharga adalah

31
Timbul pertanyaan apakah dalam Teori
Perjanjian terdapat asas-asas umum yang diatur
dalam KUHPerdata?
Dalam Teori perjanjian terdapat Asas-Asas
umum, yang diatur dalam KUHPerdata yaitu:
a. Asas Personalia (Pasal 1315), personalia disini
adalah : tentang siapa-siapa yang tersangkut dalam
suatu Perjanjian. Menurut Pasal 1315 KUHPerdata :
pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan
Perikatan atau Perjanjian selain untuk dirinya sendiri,
asas tersebut dinamakan asas kepribadian suatu
Perjanjian. Mengikatkan diri, ditujukan pada
memikul kewajiban-kewajiban atau menyanggupi
melakukan sesuatu, sedangkan minta ditetapkan
sesuatu janji, ditujukan pada memperoleh hak-hak
atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu. Memang
sudah semestinya, Perikatan Hukum yang dilahirkan
oleh suatu Perjanjian, hanya mengikat orang-orang
yang mengadakan Perjanjian itu sendiri dan tidak
mengikat orang lain. Suatu Perjanjian hanya
meletakkan hak dan kewajiban pada pihak-pihak
yang membuatnya. Memberikan kepada kita suatu
pedoman tentang, terhadap siapa sajakah, suatu
Perjanjian mempunyai pengaruh langsung. Bahwa
Perjanjian mengikat para pihak sendiri adalah logis
dalam arti bahwa hak dan kewajiban yang timbul dari
padanya hanyalah untuk para pihak sendiri. Pasal
1315 KUHPerdata menyatakan bahwa atas namanya
sendiri orang hanya dapat mengikatkan dirinya
sendiri. Disini artinya adalah meletakkan kewajiban
pada dirinya sendiri, jadi orang tidak bisa meletakkan
kewajiban kepada orang lain tanpa sepakatnya. Pasal
1315 KUHPerdata mencantumkan kata-kata “atas
nama sendiri “ dari ketentuan itu bahwa atas nama

32
orang lain, orang bisa meletakkan kewajiban-
kewajiban kepada pihak ketiga. Orang-orang lain
atau pihak ketiga yang tidak mempunyai sangkut paut
dengan Perjanjian tersebut. Kalau saja akan
mengikatkan orang lain, harus ada kuasa yang yang
diberikan oleh orang itu. Dan memang Undang-
Undang memberikan kemungkinan yang demikian
yaitu : dalam hal ada kuasa, zaakwaarneming, wali
yang bertindak.
b. Asas Kepribadian (Personalitas) merupakan : asas
yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat
pada Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata.
Menurut Pasal 1315 KUHPerdata : pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan Perikatan atau
Perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Ini berarti
bahwa : seseorang yang mengadakan Perjanjian hanya
untuk kepentingan dirinya sendiri.
Menurut Pasal 1340 KUHPerdata : Perjanjian hanya
berlaku antar pihak yang membuatnya. Ini berarti
bahwa : Perjanjian yang dibuat para pihak hanya
berlaku bagi mereka yang membuatnya.
c. Asas Konsensualitas menurut Pasal 1320 ayat (1),
sepakat atau juga
dinamakan perizinan dimaksudkan bahwa kedua
subyek yang mengadakan Perjanjian itu harus
bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal
yang pokok dari Perjanjian yang diadakan itu. Apa
yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga
dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka
menghendaki sesuatu yang sama secara bertimbal

33
balik : sipenjual menginginkan sejumlah uang, sedang
sipembeli menginginkan sesuatu barang dari
sipenjual.
Asas konsensualitas ialah pada dasarnya Perjanjian
dan Perikatan yang timbul karenanya sudah dilahirkan
sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan
perkataan lain Perjanjian sudah sah apabila sudah
sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
diperlukan sesuatu formalitas. Consensus yang
berarti sepakat.
d. Asas Kebebasan Berkontrak menurut Pasal 1338
(1) KUHPerdata,
Hukum Perjanjian memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengadakan Perjanjian yang berisi apa saja, asalkan
tidak melanggar Ketertiban umum dan Kesusilaan.
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka yang
mengandung Asas Kebebasan membuat Perjanjian.
e. Asas pacta sunt servanda disebut juga asas
kepastian hukum, asas ini berhubungan dengan akibat
dari Perjanjian. Asas pacta sunt servanda ini, adalah
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak, sebagai mana layaknya suatu Undang-Undang,
mereka tidak boleh mengadakan intervensi terhadap
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas
pacta sunt servanda disimpulkan dalam Pasal 1338
(1) KUHPerdata : semua Perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Perkataan “semua”
berisikan pernyataan kepada masyarakat bahwa : kita
diperbolehkan membuat Perjanjian yang berupa dan

34
berisi apa saja dan Perjanjian itu mengikat mereka
yang membuatnya seperti UndangUndang.15
Asas pacta sunt servanda pada mulanya dikenal
didalam Hukum Gereja didalam Hukum Gereja
disebutkan bahwa : terjadinya suatu Perjanjian apabila
ada kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan
dengan sumpah. Ini mengandung makna bahwa
setiap Perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak
merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan
dengan unsur keagamaan . Namun dalam
perkembangannya Asas pacta sunt servanda diberi
arti pactum yang berarti sepakat tidak perlu
dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas
lainnya.16
f. Asas itikad baik (goede trouw) dapat disimpulkan
dalam Pasal 1338 (3)
KUHPerdata : perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik. Asas itikad baik merupakan asas bahwa
para pihak yaitu : pihak kreditur dan debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan
baik para pihak. Asas itikad baik dibagi dua : asas
itikad baik nisbi : orang memperhatikan sikap dan
tingkah laku nyata dari subyek. Dan Asas itikad baik
mutlak : penilaiannya terletak pada akal sehat dan
keadilan, dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai
keadaan (penilaian tidak memihak), menurut norma-
norma yang obyektif.
Teori Perjanjian ini lebih banyak “berpengaruh”
pada Surat Berharga, yang didahului dengan

15
. Subekti, Hukum perjanjian, Op Cit, hlm. 14
16
.Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak.........., Op Cit, hlm 11

35
Kontrak /Perjanjian Jual Beli yang merupakan
Perjanjian dasar, sedangkan penerbitan Surat
Berharga merupakan tindakan lanjutan dari Perjanjian
dasar. Perjanjian dasar inilah akan ditindak lanjuti
dengan penerbitan Surat Berharga yang berfungsi
sebagai alat bayar pengganti uang. Pada waktu
penyusunan Kontrak atau Perjanjian yang mereka
sepakati harga dan jumlah barang serta cara
pembayarannya. Cara pembayarannya tidak
dilakukan dengan uang tetapi dengan Surat Berharga
yaitu dengan menerbitkan surat Wesel setelah
menerima barang yang diperjanjikan. Sehingga Wesel
disini berfungsi sebagai alat bayar pengganti uang.
4. Teori Penunjukkan (vertoings theorie)
Teori ini dikemukakan oleh Land dalam bukunya
yang berjudul Beginselen van hedendaag schewissel
recht (1881) dan Wittenwaal dalam bukunya yang
berjudul Het toonderpapier (1893) dan di Jerman oleh
Reiser.
Menurut Teori Penunjukan (vertoings theorie) : yang
menjadi dasar mengikatnya Surat Berharga antara
Penerbit dan Pemegang adalah perbuatan
menunjukkan surat itu kepada debitur. Teori ini tidak
sesuai sama sekali dengan kenyataan dan banyak
menyimpang dari ketentuan perundang-undangan.
Karena pembayaran adalah pelaksanaan dari suatu
perjanjian, dengan demikian perikatan haruslah sudah
ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya.
Sedangkan menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang : bahwa Perikatan itu sudah ada sebelum hari
pembayaran dan sebelum penunjukan Surat Berharga
itu.

36
Menurut Pasal 142 KUHD : pemegang Surat Wesel
bisa melaksanakan hak regresnya kepada para
endosan, kepada penerbit dan kepada para debitur
Wesel lainnya, pada hari bayarnya : apabila
pembayaran tidak telah terjadi. Bahkan sebelum hari
bayarnya : 1. apabila akseptasi seluruhnya atau
untuk sebagian ditolak. 2. dalam hal pailitnya
tertarik, baik tertarik akseptan maupun bukan
akseptan, dan mulai saat berlakunya penundaan
pembayaran (surseance van betaling), yang diberikan
kepadanya. 3. dalam hal pailitnya penarik sesuatu
surat Wesel yang tidak bisa memperoleh
akseptasinya.
Dari kata-kata bahkan sebelum hari bayar berarti
Perikatan sudah ada lebih dahulu atau telah terjadi
lebih dahulu.
Dari teori-teori diatas pada umumnya yang lebih
banyak berpengaruh dalam hukum Surat Berharga
adalah Teori Perjanjian (overeenkomst theorie),
karena merupakan sumber hukum dari Perikatan
yang timbul pada Surat Berharga adalah : Perjanjian
antara Penerbit dan Pemegang pertama. Dengan kata
lain latar belakang timbulnya Surat Berharga adalah
Perjanjian.

Setelah mengetahui Surat Berharga yang diatur


dalam KUHD, maka dalam perkembangannya Surat
Berharga ada yang diluar KUHD. Hukum Surat Berharga
(the law of negotiable instruments) dimulai dari
“kebiasaan” para pedagang dalam transaksi perdagangan.
Pada waktu itu disebut dengan istilah Law merchant.
Diawali dengan perkembangannya di Inggris tahun
1882 yang menerbitkan Undang-Undang tentang Surat

37
Berharga. Kemudian diikuti oleh negara Amerika dengan
Uniform Negotiable Instruments Acts tahun 1896.
Akhirnya Ketentuan-ketentuan ini diadopsi oleh semua
negara. Dalam perkembangannya Surat Berharga sampai
ke Indonesia, yang pada waktu itu masih jajahan Belanda
berdasarkan “Asas Konkordansi” dan Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang berlaku di Indonesia.
Berkembang dengan cepat, untuk itu perlu diketahui
bagaimanakah perkembangan Surat Berharga diluar
KUHD ?

38
BAB II

PERKEMBANGAN SURAT BERHARGA

A. Letter of Credit (L/C )


Sejarah Perkembangan Letter Of Credt (L/C),
sebagai sistim pembayaran dalam transaksi perdagangan
Letter of credit. Mula-mula dipergunakan pada masa
ramainya perdagangan di Romawi dan Lombardia.
Negara-negara tersebut memegang peranan dalam
perdagangan dunia. Perkembangan bentuk kredit yang
modern dimulai kira-kira pada abad ke 17 dan di negara
Inggris, kredit dokumenter ini berkembang sampai
menjadi bentuk seperti yang sekarang ini. Hal ini
disebabkan karena dinegara tersebut tersedia kondisi-
kondisi yang membantu berkembangnya kredit
dokumenter itu. Sebelum tahun 1914 London telah
menguasai monopoli, dalam bidang lalu lintas
perdagangan luar negeri. Dikota ini telah memiliki pasar
uang dan modal yang telah maju dan sangat luas. Selain
itu para bankir di London memiliki pengalaman-
pengalaman yang luas dalam bidang pembiayaan
internasional, sehingga mereka mendapatkan
kepercayaan dari seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan
mata uang Poundsterling dapat diterima dinegara
manapun dan menjadi valuta dunia. Akibat lain ialah
pembiayaan dan pembayaran dari transaksi-transaksi
perdagangan antar negara, misalnya: negara Amerika
Utara dan Amerika Selatan maupun antara negara-negara
di Eropa dapat diselesaikan melalui London. Begitu
besar peranan London dalam perdagangan dunia,
sehingga 95 % dari transaksi perdagangan sebelum tahun
1914 dilakukan dalam mata uang Pounsterling.

39
Dengan pecahnya Perang Dunia I membawa akibat
perubahan secara radikal sebagai akibat dari hasil
penjualan senjata. Amerika Serikat mengalami zaman
keemasannya dan segera dapat menarik sebagian besar
dari lalu lintas keuangan dunia. Sebaliknya posisi
London dalam perdagangan dunia semakin lama semakin
kurang maju. Dengan diterimanya Federal reserve act
pada tahun 1914 pasar diskonto di New York semakin
berkembang dan akhirnya New York menjadi pusat
keuangan dunia menggeser kedudukan London.
Akibat lain dari Perang Dunia I ialah menyangkut
perkembangan dalam menggunakan kredit dokumenter
yang sebelum tahun 1914 perdagangan berdasarkan “atas
saling percaya mempercayai”. Kegoncangan harga dan
valuta pada waktu itu tidak perlu dikhawatirkan. Para
supplier tidak perlu merasa khawatir apabila mereka
segera mengapalkan barang-barang yang dipesan oleh
importirnya walaupun pembayarannya baru diterima
kemudian. Mereka tidak ragu-ragu mengirimkan wesel
beserta dokumen pengapalan lengkap melalui banknya
untuk ditagihkan. Walaupun untuk jarak antara negara
di Asia Tenggara dan Eropa membutuhkan waktu cukup
lama bagi eksportir/supplier untuk menerima
pembayaran hasil penjualannya.
Hal-hal lain yang kurang menyenangkan adalah
kegoncangan harga dan valuta dapat berubah sewaktu-
waktu, lalu lintas antar negara dapat terputus sama
sekali sehingga dapat mengakibatkan putusnya hubungan
dengan sebagian besar relasi-relasi perdagangan yang
ada.
Sesudah Perang Dunia I perdagangan dunia
memulai kembali hubungan perdagangan, pengusaha-
pengusaha menghadapi kenyataan bahwa cara

40
pembayaran yang diikuti sebelum Perang Dunia I yang
berdasarkan “kepercayaan” saja tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu para eksportir dan
importir tidak mengetahui kebiasaan (usage) dagang
yang berlaku dinegara-negara lain sedang relasi-relasi
baru yang baik sukar didapat.
Ada unsur risiko bagi eksportir dan importir yang
mendorong mereka untuk menempuh cara-cara yang
termuat dalam documentary credit sebagai alat
pembayaran. Ini merupakan suatu kemajuan dan
perkembangan pesat dengan keuntungan-keuntungan
yang dinikmati oleh eksportir dan importir. Dalam
perkembangan banyak diantara bank-bank pada waktu
itu, kurang memahami dan menyadari bahaya yang akan
timbul oleh fluktuasi harga apalagi belum ada
kesepakatan dan keseragaman didalam memakai istilah-
istilah yang digunakan dalam kontrak-kontrak jual beli.
Penetapan secara yuridis yang menjadi hak dan
kewajiban dari pada eksportir dan importir belum ada.
Istilah-istilah ditafsirkan menurut pendapatnya masing-
masing pihak, dan tidak saja berbeda akan tetapi bahkan
bertentangan. Akibatnya bank-bank yang menjamin
pembayaran terikat untuk memenuhi kewajiban
pembayaran, sehingga banyak diantara bank-bank yang
menderita kerugian.
Untuk mengatasi ini di Amerika Serikat diadakan
musyawarah untuk menyeragamkan istilah-istilah yang
dipakai dalam documentary letter of credit pada tahun
1919 yang disebut American foreign trade definition.
Pada tahun 1920 diadakan New York bankers
commercial credit conference yang menghasilkan
regulation effecting exsport commercial credit.

41
Tahun 1933 Majelis perdagangan Internasional (the
council of the international chamber of commerce) telah
berhasil mengeluarkan ketentuan yang lebih sempurna
yang disebut International Reglement.
Tahun 1951 Internatioanl reglement disempurnakan
dan menghasilkan Uniform customs and practice for
commercial documentary credits yang dalam bahasa
Perancis disebut Regles et usances uniformes relatives
au credits decumentaires yang berlaku sejak tanggal 1
Januari 1952.17
Revisi tahun 1951 ditujukan untuk menyesuaikan
semua peraturan tahun 1933 dengan perkembangan-
perkembangan yang dialami. Yang terjadi diantara
tahun 1933 sampai tahun 1951 dalam lalu lintas
perdagangan antar negara sehingga peraturan tersebut
dipandang dapat menampung kebutuhan-kebutuhan
negara peserta. Walaupun demikian revisi tahun 1951
itu ada sesuatu hal yang masih dianggap kurang ialah
karena Inggris menolak, untuk menjadi peserta dan
tunduk pada peraturan tersebut. Hal ini oleh negara-
negara peserta lainnya dianggap bahwa lingkungan
berlakunya peraturan tersebut masih terbatas. Sedang
dalam kenyataannya mereka banyak berhubungan
dengan Inggris dalam segala aktivitas ekspor impor
barang.
Kemudian pada bulan November 1962 International
chamber of commerce berhasil mengadakan revisi lagi
dengan ditandai masuknya Inggris sebagai pesertanya.
Kesediaan Inggris untuk bergabung ini dengan
mengemukakan pendapat dan pandangan yang berbeda

17
Soepriyo Andhibroto, Letter of Credit dalam Teori dan Praktek,
Semarang, Dahara Prize, 1989, hlm 33.

42
dengan prinsip yang terdapat dalam ketentuan peraturan
yang berlaku sebelumnya. Dalam peraturan lama yang
menjadi pusat perhatian ialah mengenai kedudukan pihak
bank, sedangkan dalam revisi 1962 Inggris
mengemukakan bahwa tidak hanya kedudukan bank saja
yang harus diperhatikan akan tetapi, juga kedudukan
para pembeli.
Nopember 1962 International chamber of commerce
berhasil direvisi teks bahasa Perancis secara resmi
diganti kedalam bahasa Inggris dan dengan masuknya
negara Inggris sebagai anggota, Inggris mengemukakan
bahwa : tidak hanya kedudukan bank saja yang harus
diperhatikan tetapi juga kedudukan dari pihak pembeli.
Dasar alasannya: semua hak dan kewajiban yang timbul
dari tindakkan pembukaan letter of credit bersumber
pada amanat atau kuasa yang diberikan oleh pembeli
sebagai applicant kepada bank pembuka atau issuing
bank. Hak untuk berbuat sesuatu oleh bank harus sesuai
dengan amanat yang diterimanya. Sebaliknya kewajiban-
kewajiban bank semua dilakukan dengan pertimbangan
apa yang diinginkan pembeli. Tujuan dari letter of credit
adalah membayar kepada beneficiary, sedangkan uang
yang dibayarkan itu adalah uang pembeli yang
bersangkutan. Ini bukan berarti pembeli bebas semaunya
dan hanya haknya saja yang harus diperhatikan. Diapun
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai
akibat dari amanatnya itu dan pemberian amanatnya itu
sendiri harus cermat. Setelah Inggris menjadi peserta
dan menganut ketentuan peraturan yang telah direvisi
pada tahun 1962, maka teks dari bahasa Perancis secara
resmi diganti kedalam bahasa Inggris.
Perkembangan selanjutnya dunia pengangkutan
barang-barang dalam perdagangan internasional
mengalami perkembangan yang pesat sehubungan

43
dengan kemajuan teknologi. Barang tidak diangkut lagi
dengan terpisah-pisah tetapi sudah dimasukkan kedalam
suatu container (peti kemas), bahkan ada salah satu
container yakni FCL (full container load) yang dapat
diisi penuh oleh pengirim dipedalaman atau dipabrik
dan tidak dibuka lagi sampai diterima oleh pihak
pembeli/penerima. Untuk mengangkut container tersebut
sampai ketangan importir dibutuhkan lebih dari satu
mode of transfort. Disamping syarat-syarat perdagangan
sudah berbeda, konsekuensinya dokumen-dokumen
pengangkutan harus menyesuaikan dengan
perkembangan.
Hal-hal semacam itu mendorong untuk meninjau
kembali Uniform customs and Practice for commercial
documentary credits yang telah ada, sampai akhirnya
pada tahun 1974 dengan Publication 290 yang mulai
berlaku sejak tanggal 1 Oktober 1975 International
chamber of commerce berhasil mengadakan revisi
seperlunya.
Dalam perkembangannya sepuluh tahun kemudian
banyak masalah yang timbul yang semata-mata
disebabkan karena kemajuan teknologi dan perubahan
kebiasaan dalam dunia usaha, yang pada hakikatnya
menyangkut 4 aspek pokok yaitu:
1. Perkembangan teknologi pengangkutan dan
perluasaan secara geografis kontainerisasi yang
diikuti oleh beberapa negara.
2. Pengaruh perkembangan fasilitas dibidang
kegiatan perdagangan internasional terutama
munculnya dokumen-dokumen baru, cara
pembuatan reproduksi dokumen dengan
mempergunakan sistem reprografis, otomatisasi
maupun komputerisasi.

44
3. Perkembangan teknologi dibidang komunikasi
yang menggantikan kertas sebagai suatu upaya
pengiriman informasi data beralih dengan
menggunakan metode outomated data processing
atau electronic data processing.
4. Perkembangan jenis baru dari documentary letter
of credit yaitu defered payment credit dan standby
credit.
Semua ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap teknis maupun mekanisme pelaksanaan
pembayaran dengan letter of credit. Selama
kepentingan dan masalah yang dihadapi pembeli dan
penjual masih menjadi yang terpenting (paramount)
dalam suatu transaksi perdagangan Internasional.
Maka menjadi kewajiban pihak Internasional
Chamber of commerce untuk selalu menyesuaikan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam dalam
uniform customs and practice dengan perkembangan-
perkembangan yang ada.
Tahun 1983 direvisi oleh ICC (International
chamber of commerce) commision on banking
technique and practice direvisi lagi menjadi uniform
customs and practice for documentary credits 400
berlaku tanggal 1 Oktober 1984.
Selanjutnya dalam penulisan ini akan diutarakan
juga bahwa pengertian Letter of credit yang seperti
sekarang ini, dalam pengaturan secara Internasional
adalah tidak sama seperti pada permulaan cara
pembayaran.itu dikenal. Documentary letter of credit
pada permulaannya tidaklah dibuka oleh bank,
melainkan oleh pedagang-pedagang. Oleh karena itu
dikenal dengan nama Merchants letter of credit yang

45
kemudian berkembang menjadi Bankers letter of
credit.18
Merchants letter of credit mengandung suatu
pengertian bahwa: bank sama sekali tidak
mengikatkan dirinya terhadap beneficiary dalam
pembukaan kredit. Pembeli langsung mengikatkan
dirinya kepada penjual untuk membayar dengan
melalui banknya. Dalam hal ini pihak bank tersebut
tidak terikat pada penjual, dia hanya meneruskan surat
pemberitahuan dari pembeli kepada penjual bahwa :
untuk penjual telah dibuka suatu kredit pada bank
tersebut. Dan akan dibayar apabila penjual
menerbitkan Wesel atas pembeli dengan menyerahkan
dokumen-dokumen tertentu. Dalam bentuk ini pihak
penjual tidak terlihat mendapat jaminan dari pembeli
atau dari bank bahwa pembayaran sungguh-sungguh
akan dilaksanakan. Antara pembeli dan penjual
didalam hubungan Merchants letter of credit, unsur
percaya mempercayai dan kejujuran adalah syarat
utama. Kebanyakan para penjual merasa aman hanya
karena ada suatu kenyataan bahwa: pembeli itu
mengenai pembayaran tersebut memperoleh bantuan
jasa dari suatu bank. Andaikata pembeli itu bukan
orang baik kedudukan ekonominya, tentu bank akan
menolak untuk memberi bantuan tersebut. Sedangkan
Bankers letter of credit adalah pembeli sudah
melibatkan bank terikat kepada penjual. Pernyataan
dari pihak pembeli bahwa ia akan membayar kepada
penjual melalui banknya telah diperkuat oleh bank.
Dalam arti bank disini telah mengikatkan dirinya
kepada beneficiary (penjual).

18
Ibid, hlm 36.

46
Dalam perkembangan selanjutnya kearah yang
lebih dekat dengan Documentary letter of credit
didalam perkembangan, cara-cara pembayaran suatu
transaksi ialah bank diberi peranan untuk mengatur
pembiayaan suatu transaksi. Semua yang berhubungan
dengan pembayaran suatu transaksi diatur bank,
mengenai dokumen-dokumen harus diserahkan kepada
bank yang bersangkutan. Perkembangan lebih lanjut
ialah “pihak pembeli yang membuka kredit, atas
amanat dari pembeli”. Pengertian dalam bentuk seperti
inilah sekarang Letter of credit. Oleh karena itu
timbulnya alat pembayaran dengan menggunakan jasa
bank yang disebut Letter of credit karena adanya rasa
tidak kepercayaan, antara pembeli dan penjual yang
melintasi batas-batas kenegaraan bahwa pembeli akan
membayar sejumlah harga yang telah disepakati pada
waktu yang telah ditentukan dan penjual akan
mengirimkan barang sesuai dengan yang telah
disepakati.

Dengan demikian mengapa timbulnya Metode


pembayaran dengan documentary credit yang juga
disebut letter of credit?

Metode pembayaran dengan documentary credit


yang juga disebut letter of credit ini untuk memenuhi
keinginan eksportir dan importir dalam transaksi
perdagangan internasional. Penjual menginginkan
mendapat jaminan produk dibayar, disamping itu
pembayaran tadi dapat diterima sebelum kepemilikan
barang diserahkan. Dipihak pembeli (importir)
menghendaki agar barang yang mereka beli dapat
diterima dalam jumlah, kondisi dan jadual yang telah
disetujui dalam kontrak penjualan. Dan mereka
menginginkan agar tidak membayar terlebih dulu

47
sebelum barang diterima, minimal mereka mendapat
jaminan akan menerima barang yang dipesan. Kedua
keinginan yang kelihatan bertolak belakang dapat
dipertemukan dalam metode pembayaran documentary
credit atau letter of credit.19
Selanjutnya direvisi tahun 1993 menjadi Uniform
customs and practice for documentary credits (UCP
500) yang masih berlaku sampai sekarang.
Dilakukan dengan jasa apakah semua yang
berhubungan dengan pembayaran, suatu transaksi
perdagangan luar negeri dengan L/C ?

1. Pengertian Letter of Credit (L/C)


Alat Pembayaran dalam transaksi perdagangan
luar negeri, dilakukan dengan jasa perbankan. Dengan
perkembangan dalam bidang dunia binis dan
perkembangan Ilmu dan Teknologi akhir-akhir ini
yang begitu cepat, khususnya dalam dunia
perdagangan ekspor impor yang melintasi batas-batas
kenegaraan menyebabkan alat pembayaran transaksi
perdagangan dilakukan dengan menggunakan jasa
perbankan. Semua yang berhubungan dengan
pembayaran suatu transaksi perdagangan luar negeri
dengan Letter of Credit atau L/C diatur bank,
mengenai dokumen-dokumen harus diserahkan
kepada bank yang bersangkutan
Letter Of Credit (L/C) adalah : janji membayar
dari Bank Penerbit (issuing bank) kepada penerima
yang pembayarannya hanya dapat dilakukan oleh
bank penerbit, jika penerima menyerahkan kepada

19
Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Ekspor Impor, Jakarta :
Damar Mulia Pustaka, 2001, hlm 81.

48
Bank Penerbit dokumen-dokumen yang sesuai dengan
persyaratan (L/C).

2. Alat Pembayaran Dengan Jasa Bank


Dengan alat pembayaran transaksi perdagangan
dilakukan dengan menggunakan jasa perbankan,
menimbulkan pertanyaan apakah fungsi bank disini?
Fungsi Bank sebagai perantara Pembayaran luar
negeri:
Dalam aktivitas perdagangan luar negeri atau
perdagangan Internasional baik dari ekspor maupun
impor ternyata fungsi bank sangatlah penting,
terutama fungsi sebagai perantara dibidang
pelaksanaan teknis pembayaran luar negeri. Untuk
melaksanakan tugas perantara dalam transaksi
perdagangan Internasional dimaksud, suatu bank tidak
dapat bekerja sendiri. Untuk itu bank-bank tersebut
harus mengadakan hubungan koresponden dengan
bank-bank diluar negeri (correspondent relationship)
terutama dengan bank-bank prima/unggul (first class
bank) yakni : bank-bank yang dalam dunia Perbankan
dan perdagangan Internasional tidak diragukan lagi
bonafiditas serta moral dan keuangannya. Oleh karena
bank-bank diluar negeri, seolah-olah merupakan agen
dari bank yang bersangkutan. Maka hubungan
dimaksud sering dikenal dengan Agency Arrangement
yang mengatur tentang cara-cara penyelesaian
sehubungan dengan kepentingan-kepentingan yang
menyangkut bank masing-masing. Pengaturan tersebut
perlu diselenggarakan sehingga suatu double traffic
trade yang menyangkut kepentingan-kepentingan
kedua nasabahnya masing-masing dapat terlaksana
dengan mudah dan cepat. Di sinilah letak fungsi

49
penting daripada bank sebagai perantara dalam
pembayaran luar negeri. Disamping untuk
mempercepat dan memudahkan pelaksanaannya.
Hubungan koresponden yang demikian berarti adanya
pemakaian jasa-jasa dari bank luar negeri, juga dapat
memberikan keuntungan kepada bank-bank yang
telah menunjuknya sebagai bank koresponden.
Agar hubungan koresponden dapat
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya, maka
diperlukan beberapa macam sarana/alat-alat yang
disebut : dokumen pengawasan (control documents).
Apa yang dimaksud dengan dokumen pengawas?
Dokumen pengawasan ini dimaksud untuk
mengawasi bahwa hubungan kedua bank yang
bersangkutan benar-benar sah atau authentik. Hal ini
sangat penting dalam hal penilaian dan pengujian
terhadap dokumen-dokumen yang dipergunakan
dalam transaksi kedua bank yang bersangkutan.
Adapun macam-macam dokumen pengawasan
(control documents) terdiri dari :
a. List of authorized signatures (tandatangan-
tandatangan pejabat yang berwenang diterbitkan
dalam satu buku), dengan demikian semua
tandatangan-tandatangan yang tertera dalam
dokumen-dokumen seperti: letter of credit,
bankers drafts/cheques, mail transfer, debit and
credit advices dan surat/ dokumen lainnya dapat
dicocokkan dengan contoh tandatangan pada buku
tersebut.
b. List of terms and conditions (diterbitkan dalam
bentuk buku atau sirkuler yang didalamnya
memuat tarif-tarif atau biaya-biaya mengenai

50
bunga debet dan kredit atas suatu rekening, biaya
transfer dan reimbursement, biaya documentary
collection, biaya penerusan L/C, konfirmasi atas
L/C, perubahan L/C). Dari buku ini dapat
dicocokkan biaya-biaya yang dibebankan oleh
bank koresponden luar negeri tersebut sesuai
dengan yang tercantum didalamnya.
c. Test key arrangement (persetujuan antar bank
mengenai pemakaian kata-kata atau angka-angka
test) Hubungan telegram antar bank dalam
penyampaian perintah atau pemberitahuan. Bagi
salah satu atau kedua belah pihak mengandung
sesuatu risiko. Pada umumnya harus dijamin
kepastian dan kebenarannya. Jaminan tersebut
biasanya terdiri dari kata-kata atau angka-angka
dengan suatu arti yang sifatnya rahasia. Yang
susunannya tergantung pada pelbagai jenis
tergantung pada isi telegram atau berita tersebut.
Kata-kata atau angka-angka tersebut dinamakan
test words atau test cyhers. Sedangkan
persetujuan antar bank tersebut mengenai
pemakaian kata-kata atau angka-angka test
disebut : test key arrangement. Pedoman ini
memuat petunjuk cara menyusun angka test
sesuatu telegram yang diterima. Test key yang
dipergunakan dalam hubungan telegram tersebut
adalah kepunyaan salah satu bank saja.
d. Codes. Dalam rangka mengamankan berita-berita
yang disampaikan dengan kawat /telegram
expres/telex juga untuk menghemat biaya.
Terdapat beberapa bank yang mengirimkan codes
yang akan dipergunakan mereka untuk transaksi-
transaksi tertentu, misalnya: pembukaan L/C,
telegraphic transfer. Apabila bank-bank tersebut

51
memiliki sandi dapat pula dilakukan berdasarkan
katra-kata sandi dalam buku ini.
e. Specimen Surat-surat Berharga. Sebagai tindakan
pengamanan, beberapa bank diluar negeri ada pula
yang mengirimkan contoh: Surat Berharganya
seperti letter of credit, wesel bank, cek (bankers
drafts/bankers cheques), international money
order, travellers cheque.

Contoh-contoh tersebut diharapkan akan mempertinggi


kewaspadaan bank yang bersangkutan, terhadap
kemungkinan adanya dokumen-dokumen palsu yang
banyak beredar.20
Dengan demikian Bank koresponden lazimnya ditunjuk
oleh bank-bank kita setelah mempertimbangkan faktor-
faktor sebagai berikut :
a. Luasnya aktivitas ekspor impor yang dilakukan oleh
nasabah yang bersangkutan.
b. Moral dan keuangan dari bank koresponden yang
bersangkutan.
c. Besarnya fasilitas kredit yang mungkin dapat
diberikan oleh bank koresponden tersebut dalam
hal terjadi confirmed L/C atau over draft atas L/C.
d. Gambaran umum tentang capability service dari
bank koresponden yang bersangkutan.

20
Ibid, hlm 26.

52
3. Letter of credit merupakan kontrak pembayaran
Apakah Letter of credit merupakan kontrak
pembayaran?
Letter of credit adalah kontrak pembayaran, sedangkan
kontrak dasarnya adalah “kontrak penjualan” berkenaan
dengan keterpisahan antara letter of credit dan kontrak
dasar terdapat suatu teori yang dinamakan Absolute
payment theory, teori ini didasarkan pada putusan
pengadilan Amerika dan Inggeris. Dengan menerbitkan
letter of credit berarti pembeli telah memenuhi
kewajibannya berdasarkan kontrak penjualan, untuk
membayar penjual dan berdasarkan L/C. Penjual
hanya berhak memperoleh pembayaran melalui bank
penerbit (issuing bank) dan penjual tidak dapat
menuntut pembayaran kepada pembeli. Karena L/C
dianggap sebagai pembayaran mutlak (absolute
payment).
Oleh karena itu Surat Berharga dalam transaksi
perdagangan luar negeri adalah alat pembayaran
dengan letter of credit, merupakan Surat Berharga.
Karena suatu surat yang didalamnya melekat erat suatu
hak tertentu, hak pembayaran yang mempunyai nilai
obyektif tertentu sehingga dapat diperjual belikan. Hak
yang melekat erat dimaksud berupa hak menuntut
penyerahan barang, hak yang berhubungan dengan hak
menagih sejumlah uang.
Apakah hakikat dari L/C?
Hakikat Surat Kredit Berdokumen atau Letter of credit
(L/C) adalah: alat pembayaran dan oleh karena itu
keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam letter
of credit (L/C) harus dipertahankan secara adil dan
terbuka, selanjutnya letter of credit disebut L/C.

53
Keadilan dan keterbukaan dalam pelaksanaan Letter of
credit (L/C) merupakan suatu keharusan karena inti dari
pada L/C adalah perwujudan pembayaran sejumlah uang
senilai L/C. Karena itu keseimbangan hak dan
kewajiban para pihak dalam letter of credit harus
dipertahankan. Hak dan kewajiban masing-masing pihak
adalah sesuai dengan kesepakatan berdasarkan kontrak
yang disetujui para pihak, sejumlah pembayaran yang
akan direalisasikan sebagai pengganti dari pengiriman
barang, dari penerima kepada pemohon. Saat
pelaksanaan hak dan kewajiban direalisasikan dengan
merujuk kepada kesepakatan masing-masing pihak
berdasarkan kontrak. Demikian juga halnya dengan
pembayaran biaya dalam rangka pelakanaan hak dan
kewajiban. Hal ini adalah sesuai dengan Asas
kebebasan berkontrak sebagaimana di Indonesia diatur
dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Asas kebebasan berkontrak berlaku bagi L/C karena L/C
merupakan kontrak artinya para pihak dapat mengatur
sendiri beberapa klausul dalam L/C sesuai kesepakatan
mereka dalam kontrak penjualan dan untuk hal-hal diluar
klausul tersebut tunduk pada UCP atau tidak tunduk pada
UCP.21 Pernyataan tegas para pihak dalam L/C berlaku
sebagai hukum bagi mereka.
Karena Letter of credit adalah kontrak pembayaran,
sedangkan kontrak dasarnya adalah “kontrak
penjualan”

21
Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis,
Jakarta: Penerbit Salemba empat, 2002, hlm 23.

54
Timbullah pertanyaan apakah ada Sumber Hukum
yang mengatur kontrak Internasional ?

Sumber hukum yang mengatur kontrak internasional


paling utama (primer) adalah:
a. Hukum nasional dalam hukum kontrak
internasional. Menurut Sudargo Gautama bahwa
kontrak nasional yang ada unsur asingnya artinya
kontrak tunduk pada salah satu Sistem Hukum
Nasional dibidang hukum komersial atau dagang
suatu pihak.
b. Dokumen kontrak adalah kesepakatan atau
persetujuan merupakan hukum bagi para pihak aturan
hukum Indonesia, misalnya menyatakan bahwa
persetujuan-persetujuan yang dibuat para pihak
adalah UU bagi para pihak.
c. Kebiasaan perdagangan Internasional dengan
istilah Lex Mercatoria (Hukum dan Pedagang)
karena hukum itu lahir dan berkembang berkat
praktik atau kebiasaan yang dilakukan oleh para
pedagang sendiri. Kebiasaan perdagangan
internasional itu memiliki dua sifat :
1) Sumber hukum itu biasanya dirumuskan oleh
lembaga-lembaga internasional atau asosiasi-
asosiasi dagang dan,
2). Sumber Hukum akan berlaku apabila para pihak
menyatakan atau memasukkannya kedalam
kontrak. Sifatnya adalah kekuatan mengikat
kebiasaan internasional baru akan mengikat
suatu kontrak apabila para pihak dengan tegas
menyatakan demikian secara tertulis. Kebiasaan
dagang yang sifatnya mengikat biasanya

55
tercantum atau telah dikodifikasi oleh lembaga-
lembaga atau badan-badan internasional
dibidang perdagangan, contohnya: kebiasaan
yang telah terkodifikasi atau tertulis adalah:
a). UCP 500 (uniform custom for
documentary credits),
b). Incoterm 2000 adalah syarat–syarat dalam
pengangkutan melalui kapal, istilah atau
syarat-syarat perdagangan misalnya:
FOB, CIF yang telah mendapat pengertian
umum diantara pelaku umum diantara pelaku
dagang.
d. Prinsip-prinsip hukum umum mengenai kontrak
yang telah lama dikenal sebagai salah satu sumber
hukum kontrak internasional yang terkait dengan
Sumber Hukum Internasional yang termuat dalam
statuta Mahkamah Internasional, contoh adalah
prinsip pacta sunt servanda, prinsip itikad baik,
prinsip ganti rugi (kompensasi),
e. Putusan pengadilan sifatnya merupakan Sumber
Hukum Tambahan, ini penting untuk mengetahui
posisi Pengadilan terhadap aturan-aturan kontrak
internasioanl, termasuk didalamnya posisi Pengadilan
terhadap Sumber-sumber Hukum yang tercantum
diatas.
f. Doktrin atau pendapat para sarjana terkemuka dan
diakui kepakarannya didunia ini termasuk Sumber
Hukum Tambahan. Artinya doktrin dapat dijadikan
acuan untuk menegaskan ada tidaknya suatu
ketentuan hukum mengenai sesuatu obyek kontrak,
g. Perjanjian Internasional mengenai kontrak
contohnya Perjanjian Internasional atau Perjanjian
Multiteral yang berlaku bagi lebih dari dua negara

56
dibidang navigasi, perdagangan dan persahabatan.
Perjanjian internasional yang terekait dengan kontrak
internasional yaitu: Konvensi CISG 1980 tentang jual
beli Internasional, konvensi UNIDROIT tentang
Prinsip-prinsip Hukum umum Nasional dapat
dipinjam atau diterapkan dalam hukum kontrak
Internasional, konvensi New York 1958 tentang
pengakuan dan pelaksanaan putusan Arbitrase asing
dan Konvensi Den haag 2005 mengenai Perjanjian
pilihan forum bertujuan untuk meningkatkan
prekdiktabilitas dalam perdagangan internasional
melalui penghormatan terhadap kesepakatan atau
Perjanjian para pihak, menitikberatkan pada
penghormatan, pengakuan dan pelaksanaan putusan
badan peradilan (umum).22
Sebagai kontrak internasional L/C lahir atas dasar
ketentuan dari UCP (Uniform customs and practice for
documentary credit) yang berlaku secara International,
atau berdasarkan kesepakatan antara bank penerbit dan
penerima. Dan dalam mewujudkan L/C sebagai kontrak
internasional baik karena ketentuan UCP maupun karena
kesepakatan suatu hal harus dipenuhi yaitu : terdapat
persetujuan penerima yang direalisasikan dalam bentuk
penyerahan oleh penerima kepada bank penerbit. Bank
penerbit dan penerima terikat secara hukum sejak
penyerahan dokumen-dokumen L/C dari penerima
kepada Bank penerbit. Sebagai alat pembayaran L/C
dibayar oleh Bank penerbit kepada penerima yang
menyerahkan dokumen-dokumen L/C dari penerima
kepada Bank penerbit.

22
Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasioanal, Bandung:
Refika Aditama, 2007, hlm 102

57
Berkenaan dengan itu akan dikemukakan beberapa
kerangka teori dalam rangka pelaksanaan L/C sebagai
berikut. Ketentuan internasional L/C dimuat dalam UCP.
UCP mengatur pelaksanaan L/C secara internasional
tetapi hanya bersifat pengaturan umum. Ketentuan tehnis
pelaksanaan L/C tidak diatur dalam UCP, akan tetapi
oleh Hukum Nasional. UCP dan Hukum Nasional tidak
mempunyai hubungan hiearki karena UCP bukan bagian
dari peraturan perundang-undangan suatu negara. UCP
merupakan hasil karya ICC (International Chamber of
Commerce) kekuatan mengikatnya tidak sama dengan
kekuatan mengikatnya hukum legislatif atau produk
hukum yudikatif pada tingkat nasional atau konvensi
pada tingkat internasional. UCP merupakan seperangkat
ketentuan mengenai L/C yang penggunaannya didasarkan
pada kesepakatan para pihak. Sehingga kalau para pelaku
L/C mau tunduk pada ketentuan-ketentuan UCP, maka
dalam L/C harus dimuat pernyataan tunduk pada aturan
UCP.23
Pernyataan tunduk dapat dilakukan keseluruhan atau
sebagian ketentuan UCP, dalam hal hanya tunduk pada
sebagian ketentuan UCP berarti L/C mengatur sendiri
klausul-klausul tertentu, yang berbeda atau klausul-
klausul tertentu dari L/C. Hal demikian mencerminkan
bahwa pemberlakuan ketentuan-ketentuan UCP adalah
sesuai dengan “Asas Kebebasan Berkontrak”
sebagaimana di Indonesia diatur dalam Pasal 1338
KUHPerdata.
Selain itu berdasarkan Undang-Undang NO. 23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang
NO. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan
Khusus SK BI No. 27/38/KEP/DIR tentang Surat Kredit

23
. ICC, UCP 500 & 400 Compared, 1993, h 2

58
Berdokumen Dalam Negeri, berlaku dalam rangka bagi
perdagangan barang. Dan telah diubah dengan Undang-
Undang No 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia dan
Peraturan Bank Indonesia No 5/6/PBI/2003 Tentang
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri. Ketentuan
yang mendasari transaksi perdagangan dengan SKBDN
ini menggunakan Hukum Perjanjian yang diatur dalam
KUHPerdata Buku III tentang Perikatan, karena dasar
penerbitan SKBDN diawali dengan adanya perjanjian
jual beli, yang pembayaran dilakukan dengan Surat
Kredit Berdokumen Dalam Negeri.

4 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)


Apakah yang dimaksud dengan Surat Kredit Berdokumen
Dalam Negeri (SKBDN) ?
Menurut ketentuan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Peraturan Bank Indonesia No 5/6/PBI/2003 Tentang
SKBDN : Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
(SKBDN) atau lazim dikenal dengan nama Letter of
credit (L/C) Dalam Negeri adalah:
Setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis
pemohon (applicant) yang mengikat bank pembuka
(issuing bank) untuk :
a. Melakukan pembayaran kepada Penerima atau
ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang
ditarik oleh penerima.
b. Memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan
pembayaran kepada penerima atau ordernya, atau
mengaksep dan membayar Wesel yang ditarik oleh
penerima atau
c. Memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi
Wesel yang ditarik oleh sipenerima.

59
Pengiriman barang dilakukan melalui jasa
pengangkutan darat, udara, sungai, dan laut, sedangkan
cara pembayarannya dilakukan dengan Letter of credit
melalui jasa perbankan yang masing-masing berada
dinegara yang berlainan baik mengenai peraturan
maupun pengertiannya.
Untuk itu dilakukan secara seragam oleh Kamar
Dagang Internasional (ICC /International Chamber of
Commerce) yang berhasil menyusun suatu peraturan
yang bersifat internasional, dikenal dengan Uniform
Customs and Practice for Documentary Credit (UCP
500).
Dalam transaksi Letter of credit Bank Indonesia
mendukung agar semua Letter of credit yang diterbitkan
oleh bank, tunduk pada Uniform customs and practice for
documentary credit (UCP) yang berlaku secara
internasional. Letter of credit merupakan kontrak
internasional. Kontrak internasional ini tercipta
berdasarkan ketentuan UCP yang mengatakan bahwa:
Letter of credit adalah janji dari bank penerbit kepada
penerima, yang keduanya berada dalam negara yang
berbeda.
Dengan demikian cara pembayaran dilakukan dengan
Letter of credit dengan jasa perbankan, selain itu apakah
Letter of credit dapat berfungsi sebagai alat penjamin
(instrument of guarantee) ?
Letter of credit dapat berfungsi sebagai alat penjamin
(instrument of guarantee) yang dinamakan Standby L/C.
Standby L/C sama dengan garansi bank. Perlakuan
demikian terjadi karena menurut para pihak, fungsi
Standby L/C dan Garansi bank sama yaitu : sebagai

60
jaminan bank yang dapat dicairkan dalam hal terjadi
wanprestasi atas kontrak dasar kedua instrumen tersebut.
Akan tetapi para pihak tidak menyadari bahwa
persyaratan pencairan Standby Letter of credit sangat
berbeda dengan Garansi bank. Di Indonesia, persyaratan
pencairan Standby Letter of credit tunduk pada UCP,
sedangkan persyaratan pencairan Garansi bank tunduk
pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) dan peraturan Bank Indonesia.

Bagaimanakah contoh dari transaksi


perdagangan internasional yang melakukan
pembayaran harga barang, secara documentary
collection?
Transaksi perdagangan internasional yang melakukan
pembayaran harga barang secara documentary collection
yaitu: lewat penggunaan dokumen yang disebut wesel
(bill of exchange). Dalam hal ini pihak importir harus
membayar harga barang setelah dokumen pengapalan
(shipping documents) tiba di banknya importir.
Pembayaran harga barang tersebut dipertukarkan dengan
dokumen pengapalan (shipping documents); konosemen
(bill of lading) yang bersangkutan. Karena itu tanpa
pembayaran harga barang, dokumen pengapalan
(shipping documents) tidak diberikan oleh pihak bank.
Tanpa shipping documents; konosemen (bill of lading)
ditangannya, berarti pihak importir tidak dapat
mengambil barang-barang impor yang bersangkutan.

Apa yang dimaksud dengan clean bills ?


Dalam praktek ada dua macam wesel /bills of exchange
yaitu clean bills dan documentary bills.

61
Adapun yang dimaksud dengan clean bills adalah
wesel /bills of exchange yang tidak memerlukan
dokumen-dokumen supportive lainnya. Jadi tidak
diperlukan misalnya dokumen kepemilikan barang
tersebut, seperti konosemen (bill of lading).

Apa yang dimaksud dengan documentary bills ?


Sementara bentuk lain adalah apa yang disebut dengan
documentary bills: bentuk seperti ini yang lazim
dipraktikkan dalam hal ini wesel (bill of exchange)
haruslah diperkuat oleh dokumen-dokumen supportive
lainnya, seperti dokumen kepemilikan barang atau
Konosemen.24
Mengingat bahwa transaksi perdagangan internasional
menghadapkan para pelaku bisnis antar negara, maka
dalam pelaksanaannya, tentu, lebih memerlukan berbagai
persyaratan yang komprehensif, yang mau tidak mau
menarik perhatian institusi atau kelembagaan
internasional yang peduli akan kemajuan Perdagangan
Internasional, dan kerja sama ekonomi dunia baik
Regional maupun Internasional.
a. Pembiayaan Jangka Pendek Berjaminan Komoditas
Dokumen pengapalan atau Konosemen (Bill of Lading)
berfungsi sebagai Tanda Kepemilikan Barang yang
dikapalkan. Oleh karena itu, apabila eksportir terdesak
kebutuhan dana dan tidak dapat menunggu saat
pembayaran dari pembeli luar negeri.
Contoh, Kasus Negotiable Bill of Lading, eksportir
dapat “menjual” (negotiate) bill of lading barang yang
mereka ekspor kepada bank atau lembaga keuangan

24
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Hukum Dagang Internasional,
Bandung : Refika Aitama, 2006, hlm 80.

62
non-bank dengan diskonto (harga lebih rendah dari
L/C karena telah dikurangi bunga). Eksportir yang
menegosiasi bill of lading melimpahkan hak
kepemilikan barang kepada bank atau lembaga
keuangan non bank, yang memberikan pinjaman atau
membeli dokumen pengapalan barang tersebut.
Dengan demikian bank mempunyai hak kepemilikan
atas barang yang diekspor. Proses pencairan dana
selanjutnya adalah Bank atau Lembaga Keuangan non
Bank yang bersangkutan menyerahkan bill of lading,
draft eksportir (wesel) dan dokumen lainnya kepada
importir. Kemudian alat pembayaran dengan Letter of
Credit (L/C) issuing bank, dengan syarat L/C importir
membayar atau mengaksep wesel (draft) menerima bill
of lading dan dokumen lainnya. Selanjutnya importir
mengeluarkan barang dari pelabuhan. Andaikata
karena berbagai macam sebab importir tidak bersedia
membayar atau mengaksep draft (wesel), Bank atau
Lembaga Keuangan non Bank yang membeli atau
memberikan jaminan negotiable bill of lading dapat
mengambil barang dari pelabuhan dan menjualnya di
pasar bebas. Bilamana jumlah hasil penjualan barang
tersebut tidak cukup untuk menutup jumlah pinjaman
yang telah diberikan, mereka dapat atau tidak dapat
menagihkan sisanya kepada eksportir. Hal ini
tergantung dari ketentuan Perjanjian jaminan bill of
lading yang telah disepakati kedua belah pihak
sebelumnya.25

25
Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Ekspor..........,Op Cit, hlm
116.

63
b. Pembiayaan Perdagangan Internasional dengan
Jaminan Surat Tanda Kepemilikan Barang Dalam
Gudang (Ware House Receipt) atau FAWR (Financing
Against Warehouse Receipt)
Contoh kasus lain, dengan Jaminan Surat Tanda
Kepemilikan Barang dalam Gudang (Ware House
Receipt), lazim dipergunakan dalam perdagangan
komoditas perkebunan dan pertanian, seperti biji coklat,
kopi, karet, gula, kapas, kedelai, gandum, beras serta
komoditas hasil tambang seperti alumunium ingots,
zink ingots, copper. Komoditas tersebut di atas
diperdagangkan di Bursa Komoditas Internasional
London Metals Exchange (LME) di London, Inggris.
FAWR dapat membantu eksportir dan importir
membiayai kebutuhan dana modal kerja yang mereka
perlukan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, sambil
menunggu datangnya kapal yang akan mengangkut
barang (Warehouse). Mungkin juga eksportir harus
memproduksi terlebih dahulu atau mengumpulkan
barang yang akan diekspor sedikit demi sedikit dari
pemasok di berbagai daerah, kemudian disimpannya di
gudang sambil menunggu datangnya pesanan dari luar
negeri. Pengumpulan komoditas seperti beras, gula,
kopi, coklat, getah karet atau tembakau sedikit demi
sedikit sebelum diekspor, banyak dilakukan para
pedagang eksportir komoditas perkebunan dan
pertanian. Selain itu ada perusahaan-perusahaan
eksportir besar untuk menguasai pasar menyimpan
persediaan barang di pusat perdagangan luar negeri,
sehingga dengan cepat dapat melayani setiap pesanan
barang yang datang dari pelanggan luar negeri masing-
masing. Barang-barang yang disimpan dalam gudang
dapat dipergunakan untuk jaminan pada saat eksportir
membutuhkan bantuan pembiayaan jangka pendek.

64
5. Ilustrasi Kasus-Kasus26

a. Kasus Offshore Internasional SA vs Banco


Central SA.
Hakim menentukan Hukum Nasional yang berlaku
untuk kasus L/C berdasarkan teori keterkaitan
paling dekat dan paling nyata, dan hasilnya hakim
memilih hukum negara tempat Bank penerus
sebagai hukum nasional yang berlaku atas L/C.
Dalam kasus ini penerima atau penggugat
berbentuk Badan Hukum Panama tetapi beroperasi
di Texas. Pemohon berbentuk Badan Hukum
Spanyol, demikian juga Bank penerbit. L/C yang
diterbitkan dengan nilai dolar Amerika memuat
syarat bahwa pembayarannya dilakukan dalam hal
terjadi pembatalan kontrak pembangunan yang
berlokasi di Spanyol. L/C diteruskan melalui Bank
penerus di New York. Dan penerima diminta
dalam L/C untuk mengajukan dokumen-dokumen
kepada Bank penerus di New York. Penerima
menggugat Bank Penerbit di Pengadilan Inggris.
Pokok masalah adalah penentuan jatuh tempo L/C
apakah ditentukan berdasarkan Hukum Spanyol
atau Hukum Negara Bagian New York.
Pengadilan memutus bahwa Hukum Negara
Bagian New York merupakan hukum yang
berlaku, sebab hukum ini yang “keterkaitannya
paling dekat dan paling nyata” dengan transaksi
L/C. Dalam kasus ini L/C tidak memuat ketentuan
di negara mana L/C jatuh tempo, sehingga
26
Cindawati, Asas Keseimbangan Dalam Hukum Kontrak Bisnis
Internasional (Menyongsong Era Perdagangan Bebas ), Disertasi,
Program Doktor Ilmu Hukum, Program Pascasarjana, Universitas Katolik
Parahyangan Bandung, 2008, hlm 130.

65
Pengadilan harus menentukannya. Oleh karena
dalam L/C tidak dimuat Klausul Pilihan Hukum,
maka hakim harus menentukan hukum yang
berlaku atas L/C sebagai dasar hukum untuk
menentukan di negara mana terjadi jatuh tempo
L/C.27

b. Kasus UCP.
UCP memberi hak kepada Bank penerbit untuk
memberi kuasa kepada Bank penerus agar
melakukan pembayaran L/C kepada penerima.
Pemberian kuasa ini dimuat dalam L/C. Dalam hal
Bank penerus diberi kuasa melakukan pembayaran
L/C dengan cara pembayaran atas unjuk (sight
payment) atau L/C yang pembayarannya dilakukan
secara tunai dan L/C tidak memuat Klausul Pilihan
Hukum, maka Hukum Nasional yang berlaku atas
L/C ditetapkan berdasarkan Teori Keterkaitan
Paling Dekat dan Paling Nyata. Bank penerus
sebagai Bank pembayar sebelum melakukan
pembayaran L/C harus melakukan beberapa
kegiatan. Pertama, Bank pembayar meneliti
kesesuaian dokumen-dokumen yang diajukan
dengan L/C. Kedua, Bank pembayar melakukan
pembayaran L/C kepada penerima dalam hal
dokumen-dokumen yang diajukan sesuai dengan
pembayaran L/C. Berdasarkan pelaksanaan
fungsi-fungsi di atas, maka sesuai dengan Teori
Keterkaitan Paling Dekat dan Paling Nyata,
Hukum Nasional yang berlaku terhadap L/C, yaitu

27
Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis,
Salemba Empat, Jakarta, 2000, hlm 119.

66
Hukum Nasional negara di mana Bank pembayar
berada. Dalam hubungannya dengan Bank penerbit
berfungsi hanya sebagai penerbit L/C.28

Jadi dalam perdagangan internasional, sering


terjadi kasus-kasus yang mempermasalahkan tentang
hukum negara mana yang akan dipakai apabila terjadi
perselisihan. Umumnya kunci masalah ini terletak pada
persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan di dalam
sales contract, yang memuat klausula tentang hukum
negara mana yang akan dipakai. Apabila pihak-pihak
menunjuk Arbitrase pada negara tertentu, maka
lembaga ini yang berusaha menyelesaikan perkara-
perkara. Apabila perkara berlanjut ke Pengadilan
(Litigasi) juga terarahkan bahwa mereka menunjuk
Pengadilan dari negara tersebut yang mempunyai
jurisdiksi dan mereka juga inginkan bahwa hukum
negara tersebut yang akan dipakai sebagai hukum yang
menguasai kontrak. Namun apabila pihak-pihak tidak
secara jelas menyatakan keinginan mereka tentang
hukum negara mana yang akan dipakai oleh kontrak
tersebut apabila terjadi perselisihan, keinginan pihak-
pihak harus ditunjukkan oleh Pengadilan dari kontrak
dan situasi yang berkaitan.
Prinsip umum dalam hal ini ialah hukum yang
wajar, yang berlaku bagi suatu kontrak adalah sistem
hukum yang menunjukkan atas dasar sistem hukum
tersebut kontrak dibuat atau transaksi berkaitan dangat
dekat. Dalam skala internasional, Badan Arbitrase
sangat berwibawa sehingga kasus-kasus sengketa niaga
dapat diselesaikan tanpa Litigasi di Pengadilan.29
28
Ibid.
29
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Hukum Dagang, Dagang
Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm 105.

67
Menurut Sudargo Gautama,30 bahwa untuk
menentukan hukum nasional yang berlaku atas Kontrak
Dagang Internasional didasarkan pada Teori Prestasi
yang Paling Karakteristik dengan kontrak tersebut.
Beliau lebih lanjut mengatakan dengan adanya kriteria
prestasi yang paling karakteristik, akan diperoleh lebih
banyak kepastian hukum dibanding dengan
menggunakan teori-teori lama seperti Lex loci
contractus atau Lex Loci Solutionis atau teori lainnya.
Teori Prestasi yang Paling Karakteristik dari Sudargo
Gautama tersebut berlaku juga untuk L/C, mengingat
L/C adalah Kontrak Dagang Internasional. Dalam hal
tidak memuat klausul Pilihan Hukum, maka untuk
menentukan Hukum Nasional yang berlaku tersebut
digunakan Teori Prestasi yang Paling Karakteristik,
atau menurut C.F.G. Sunaryati Hartono
menamakannya Teori Faktor yang Paling Terkait, atau
disebut juga Teori Keterkaitan Paling Dekat dan Paling
Nyata. Menurut teori ini, kecenderungan hukum
nasional yang berlaku untuk L/C adalah hukum negara
di mana Bank penerbit berada. Alasannya adalah
Keterkaitan Paling Dekat dan Paling Nyata ditemukan
di negara Bank penerbit berupa tempat dilakukan
penerbitan L/C, tempat dilakukannya perubahan L/C,
tempat dilaksanakannya penelitian dokumen-dokumen
L/C dan tempat dilaksanakannya pembayaran L/C.
Namun, kecenderungan itu juga berlaku pada negara
tersebut dapat terjadi permintaan pembayaran L/C,
penelitian dokumen-dokumen dan pembayaran L/C.

30
Sudargo Gautama, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung,
1976, hlm 43.

68
c. Kasus Modus TRT (Tax Refund Theft), adalah salah
satu cara mengambil atau mencuri dana/ uang melalui
kelebihan pembayaran pajak (tax refund atau restitusi)
dengan menggunakan sarana ekspor fiktif. Kelebihan
pembayaran pajak dapat terjadi karena jumlah pajak
masukan lebih besar dari pajak keluaran dalam suatu
masa pajak, hal tersebut dapat disebabkan oleh:
1). Pembelian Barang Kena Pajak (BKP) atau
perolehan Jasa Kena Pajak (JPK) yang dilakukan
sebelum usaha dimulai. Misalnya, A membeli
mesin tekstil dengan nilai Rp. 20 milyar, maka
pajak masukan dikenakan 10% x Rp. 20 milyar =
Rp. 2 milyar, ternyata pada masa tertentu usaha
tekstil tersebut belum dimulai sehingga belum ada
tekstil yang dijual. Karena usaha tekstil tersebut
belum dimulai maka A mendapat kelebihan
pembayaran pajak.
2). Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan kegiatan
ekspor Barang Kena Pajak (BKP). Hal ini
dikarenakan untuk ekspor Barang Kena Pajak
dikenakan PPN dengan tarif 0%, sehingga jumlah
Pajak Keluaran selalu lebih kecil, karena PPN
tarifnya 0% untuk ekspor.
3). Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai. Misalnya, bila menjual
barang para instansi pemerintah, sudah langsung
dikenakan PPN, dan oleh instansi tersebut
langsung disetorkan pada Kas Negara, sehingga
pengusaha mendapat kelebihan pembayaran pajak.
Hal tersebut dikarenakan penyerahan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pemungut PPN
hampir selalu mengakibatkan lebih bayar, karena

69
pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan belum
sempat mengkreditkan Pajak Masukan yang telah
dibayar dalam masa Pajak yang sama, PPN
terutang telah dipungut dan disetorkan ke kas
negara oleh pemungut PPN.
4). Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada proyek
pemerintah yang dananya dari bantuan luar negeri
atau hibah atau pinjaman.
5). Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak untuk diolah lebih lanjut
kepada enterport,,,,,,,,,,,, produksi untuk tujuan
ekspor.
Untuk dapat melihat modus TRT dapat terjadi,
terdapat beberapa sistem yang harus dilaksanakan di
mana semua sistem itu terdapat saling keterkaitan yang
sangat erat sehingga apabila satu sistim tidak
dilaksanakan maka sistim lain dan restitusi tidak akan
terjadi, sehingga sistim-sistim tersebut saling terkait
dan saling menentukan. Sistem tersebut dimulai dari
wajib pajak sampai dengan keluarnya restitusi.
Terdapat 5 (lima) sistim yang saling berkaitan dan
saling menentukan, yaitu:
1) Sistim Wajib Pajak,
2) Sistim Pelayaran (EMKL),
3) Sistim Ekspor/ Bea Cukai,
4) Sistim Perbankan,
5) Sistim Perpajakan Restitusi.

Di dalam sistim 1 (Sistim Wajib Pajak) adalah


melaksanakan atau membuat permohonan
pengembalian kolektif pembayaran pajak yang
disampaikan oleh Pengusaha Kena Pajak, dengan cara

70
mengisi kolom yang tersedia dalam surat
pemberitahuan masa pajak pertambahan nilai atau
dengan surat tersendiri dengan dilampiri bukti-bukti
atau dokumen yang menyatakan adanya kelebihan
pembayaran pajak (restitusi), yaitu:
a). Faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran
yang berkaitan dengan kelebihan pembayaran
pajak pertambahan nilai yang dimintakan
pengembalian.
b). Dalam hal ekspor kena pajak, dilampirkan telah
dimuat oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
bill of lading, wesel ekspor atau bukti transfer.
Di dalam sistem 2 (Sistem Pelayaran) adalah
melaksanakan pembuatan bill of lading (B/L), packing
list manifest.
Di dalam sistem 3 (Sistem Ekspor/ Bea Cukai) adalah
melaksanakan:
a). Memberikan persetujuan ekspor, adalah lembar
persetujuan yang diberikan oleh pegawai Bea dan
Cukai, untuk melindungi pengangkutan barang
ekspor dari gudang eksportir atau tempat
penyimpanan yang ditunjuk oleh eksportir ke
kawasan Pabean di pelabuhan pemuatan dan
pemuatannya ke atas sarana pengangkut.
b). Menerima pendaftaran PEB dari eksportir di
kantor pemuatan, sebelum PEB didaftarkan
eksportir melakukan pembayaran Pungutan
Ekspor (PE) dilakukan secara tunai melalui Bank
Devisa atau kantor pemuatan sebelum atau pada
saat PEB didaftarkan.
i). Terhadap PEB diadakan penelitian dokumen
meliputi kelengkapan dan kebenaran pengisian

71
data PEB. Kebenaran perhitungan dan
perlunasan pungutan ekspor (bila ada kena
pungut/ pajak). Kelengkapan dokumen
pabean yang diwajibkan dan pelengkap lain
untuk ekspor.
ii). Pemeriksaan fisik barang (pemeriksaan fisik
barang ini ada kemungkinan tidak perlu
dilakukan bagi barang yang tidak dikenakan
pungutan ekspor).
iii). Persetujuan ekspor digunakan oleh petugas
dinas luar untuk mengawasi pemasukan
barang ekspor di pintu masuk kawasan
Pabean.
iv). Pemuatan barang ekspor ke atas sarana
dilaksanakan bila terhadap barang tanpa
pemeriksaan fisik barang dimuat ke sarana
pengangkut, setelah persetujuan ekspor
ditandatangani oleh pejabat dan petugas dinas
luar yang mengawasi pemasukan barang
ekspor ke kawasan Pabean.
v). Petugas dinas luar di pintu masuk kawasan
Pabean pelabuhan pemuatan melakukan
kegiatan: menerima dari eksportir persetujuan
ekspor, PEB, mencocokkan nomor dan ukuran
peti kemas yang tertera pada peti kemas
dengan data persetujuan ekspor dan data yang
tercantum pada PEB dalam komputer pintu
masuk kawasan pabean. Memeriksa keutuhan
segel dan serta mencocokkan nomor segel
pada peti.

Dalam sistem 4 (Sistim Perbankan) adalah


melaksanakan menerima pembayaran barang

72
ekspor dari importir dan atau pembayaran
pungutan ekspor bila dikenakan sehingga
mempunyai bukti wesel ekspor atau bukti transfer
dari importir.
Di dalam sistem 5 (Sistim Perpajakan) adalah
melaksanakan:
a). Menerima permohonan restitusi pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) dan diberikan
bukti penerimaan surat, kemudian masuk ke
dalam buku/ register dan dalam sistem
informasi perpajakan.
b). Melaksanakan rekapitulasi SPT masa PPN,
Faktur Pajak Keluaran, Faktur Pajak
Masukan, dan melakukan konfirmasi kepada
Kantor Pelayanan Pajak tempat penerbit
faktur.
c). Melakukan konfirmasi Pemuatan Ekspor
Barang (PEB) kepada Direktorat Jenderal
Bea Cukai melalui Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai.
d). Melakukan pencocokan PEB, data hasil
konfirmasi dari Direktorat Informasi
Kepabeanan dan Cukai dengan persetujuan
ekspor yang diterima, dan yang telah
ditandatangani pejabat dan petugas dinas luar
Bea Cukai.
e). Konfirmasi B/L ke pelayaran/ EMKL.
f). Setelah dokumen lengkap membuat Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang
terdiri dari supervisor, ketua tim dan anggota
tim.

73
g). Penelitian dokumen wajib pajak berdasarkan
jawaban konfirmasi KPP, Bea Cukai dan
Pelayaran dan dibuat Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP).
h). Terbit Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKP-LK) dan Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak (SPM-KP).

Dengan demikian, dilihat dari proses sistim (1)


sampai dengan sistem (5) dan dari pola aliran
ekspor, maka ke 5 sistem itu terdapat lembaga
yang mempunyai tanggung jawab dalam sistem
pengawasan kontrol aktif dan sistim pengawasan
kontrol pasif.
Ternyata dari 5 sistim yang saling berkaitan
dan saling menentukan, yaitu: 1) Sistim Wajib
Pajak, 2) Sistim Pelayaran (EMKL), 3) Sistim
Ekspor/ Bea Cukai, 4) Sistim Perbankan, 5)
Sistem Perpajakan restitusi yang ada mempunyai
sistim kontrol pengawasan aktif, pasif dan tidak
ada kontrol. Sistim pengawasan kontrol pasif
hanya menerima data saja dan pengecekan yang
dikontrol adalah dengan melakukan konfirmasi
data, sedangkan sistim pengawasan kontrol aktif
adalah menerima data, pengecekan data fisik yang
tertera dalam data, otomatis harus ada sinkronisasi
antara PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang), Bill
of lading (dokumen pengapalan), dan persetujuan
ekspor. Jadi harus ada barang ekspor yang
diangkut dari gudang atau pemuatan yang masuk
ke kawasan Pabean dan masuk ke dalam sarana
pengangkut kapal. Apabila persetujuan ekspor
ada dan ditandatangani oleh petugas dinas luar
yang berada di pintu masuk kawasan Pabean,

74
setelah itu persetujuan ekspor serta PEB.B/L
dikirimkan kepada Kantor Pajak untuk diminta
restitusi.31
Oleh karena itu apabila tidak ada barang
ekspor peti kemas yang masuk ke kawasan
Pabean dan tidak ada barang ekspor yang
diperiksa nomor, ukuran, segel peti kemas, tetapi
ada dokumen persetujuan ekspor yang
ditandatangani dan dikirimkan ke Kantor Pajak
sehingga keluarlah

d. Kasus Importir, juga membutuhkan bantuan


dana pembiayaan jangka pendek dari luar
perusahaan. Barang-barang yang disimpan dalam
gudang dapat dijadikan jaminan pinjaman jangka
pendek dari Bank dalam bentuk Surat Tanda
Kepemilikan Barang Dalam Gudang, yang
dalam perdagangan internasional disebut
warehouse receipts. Kebanyakan importir yang
menerima barang mereka pesan dari luar negeri
tidak langsung dapat menjual produk itu ke pasar.
Mereka harus menyimpannya di gudang untuk
diproses terlebih dahulu sebelum dijual, atau
menunggu pesanan dari pelanggan mereka.
Sementara itu ada kemungkinan importir yang
bersangkutan belum mempunyai dana tunai untuk
membayar barang yang telah mereka terima itu.
Dalam warehouse receipts dinyatakan
uraian tentang barang yang disimpan dalam
gudang termasuk mutu, grade dan jumlahnya.
Perusahaan eksportir dan importir yang menerima

31
TB. Irman S., Anatomi Kejahatan Perbankan, MQS Publishing,
Jakarta, 2006, hlm 182.

75
kredit dari bank menyerahkan negotiable
warehouse receipts kepada bank kreditur sebagai
jaminan. Bank akan menyimpannya di lemari
besi mereka apabila bank puas akan kinerja
debitur, biasanya pada saat jatuh tempo kredit
yang dipinjam debitur akan diperpanjang.
Dengan demikian kredit jangka pendek tersebut
dapat menjadi sumber dana pembiayaan permanen
atau semi permanen bagi eksportir atau importir
yang bersangkutan. Jumlah pinjaman yang
diberikan kepada perusahaan eksportir dan
importir berkisar sebesar prosentase tertentu nilai
pasar barang yang dijaminkan. Sebagai contoh,
jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank-bank
di Singapura dengan jaminan warehouse receipts
kepada para eksportir atau importir berkisar di
antara 70 sampai 80% nilai pasar uang. Jenis
gudang penyimpanan barang, dalam kaitannya
dengan warehouse receipts dikenal dua jenis
gudang yang dipergunakan untuk menyimpan
barang yaitu terminal atau metropolitan
warehouse dan field warehouse. Jenis warehouse
receipts adalah Surat Tanda Kepemilikan Barang
yaitu negotiable dan non negotiable receipts.
Field warehouse adalah gudang penyimpanan
barang yang biasanya dimiliki sendiri oleh
perusahaan yang bersangkutan dan dibangun di
tempat atau didekat kegiatan operasi mereka.
Barang-barang yang disimpan dalam field
warehouse dapat dijadikan jaminan jangka pendek
dalam bentuk warehouse receipts. Selama barang
dalam gudang dijaminkan, pengelolaan barang
tersebut harus diserahkan pada perusahaan
pergudangan yang netral. Demi kepentingan

76
pemilik barang dan perusahaan, pengelola gudang
barang wajib diasuransikan. Tujuan bank
memiliki dokumen itu tidak untuk mengambil
barang dari gudang, melainkan dipergunakan
sebagai jaminan kredit. Hanya dalam kasus
tertentu apabila debitur ingkar janji, bank
mempergunakan receipts (kwitansi, tanda
terima) untuk mengeluarkan barang dari gudang
dan menjualnya.
Bentuk warehouse receipts (Surat Tanda
Kepemilikan Barang Dalam Gudang), walaupun
dalam dunia perdagangan internasional tidak
dikenal bentuk standar warehouse receipts, namun
isi dokumen tersebut perlu diselaraskan
(harmonisasi) dengan pedoman yang telah disusun
oleh International Chamber of Commerce dalam
Uniform Customs and Practice for Documentary
Credits (UCC 7-202).
Sesuai dengan pedoman tersebut setiap
warehouse receipts wajib memuat keterangan-
keterangan sebagai berikut: 1) lokasi gudang di
mana barang disimpan, 2) tanggal diterbitkannya
receipts tersebut, 3) nomor urut receipts.
Pernyataan bahwa barang yang tersimpan di
gudang dapat diserahkan kepada setiap pemegang
receipts (surat tanda terima), kepada orang-orang
tertentu atau hanya kepada mereka yang namanya
tercantum dalam warehouse receipts. Pada
dasarnya pernyataan ini menyatakan apakah
dokumen tersebut negotiable atau non negotiable.
4) sewa gudang dan biaya pemeliharaan barang,
5) keterangan tentang barang-barang, spesifikasi,
mutu, grade dan jumlah kemasan barang (bila
barang dikemas), 6) contoh tanda tangan

77
karyawan gudang yang ditugaskan oleh
perusahaan pergudangan untuk mengawasi keluar
masuknya barang, serta nomor eksekutif bank
yang ditugaskan memberikan instruksi yang
bersangkutan dengan barang.
e. Kasus dalam warehouse receipts, dinyatakan isi
drum kemasan adalah minyak jagung (corn oil).
Akan tetapi yang diisikan oleh debitur ke dalam
drum adalah minyak makan jenis lain yang
dengan mutu dan harga yang lebih rendah.
Seperti kasus di atas, mereka tidak ketahui bank
telah memberikan kredit yang nilainya lebih tinggi
dari nilai barang jaminan. Untuk melindungi
mereka dari kerugian-kerugian seperti itu bank
akan memasukkan klausula pengaman dalam
perjanjian jaminan. Pada kasus pertama di atas
misalnya, bank akan memasukkan klausula
pengaman yang menyatakan mereka hanyay
bersedia menerima jaminan komoditas seperti
dicantumkan dalam warehouse receipts.
Sedangkan untuk menghindari kerugian karena isi
kemasan tidak sesuai dengan yang dinyatakan
dalam receipts, bank dapat memasukkan
pernyataan bahwa isi kemasan “menurut debitur”
adalah komoditas yang dinyatakan dalam receipts.
Resiko pengelolaan barang yang tidak profesional
juga merupakan salah satu penyebab bank
menghendaki barang yang dijaminkan dikelola
perusahaan pergudangan internasional terkemuka.
Untuk memperkecil resiko ketidaksamaan
laporan keluar masuknya barang dan dan ke
gudang dengan kejadian yang sebenarnya itu,
Bank melakukan inspeksi gudang secara periodik.
Di samping itu juga lembaga Perbankan Nasional

78
Indonesia berada dalam tanggungan Bank
Indonesia, yang merupakan Bank Sentral
Republik Indonesia, yang mempunyai tugas
pokok, yaitu:
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter.
ii). Mengatur dan menjaga sistem
pembayaran.
iii). Mengatur dan mengawasi bank.

Lembaga Perbankan yang dimaksud di sini


adalah yang menyangkut tentang baik
kelembagaan, kegiatan usaha maupun cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lembaga Perbankan sangat mengandalkan
kepercayaan masyarakat dalam usahanya.
Dewasa ini, Lembaga Perbankan banyak yang
telah memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang modern untuk
melakukan setiap transaksi keuangannya. Akan
tetapi risk management dan internal control
system di lingkungan perbankan menjadi semakin
besar. Kesadaran para pengelola bank muncul
dengan pesat setelah berbagai kasus besar
menerpa bank-bank nasional. Mereka menyadari
pentingnya menghadapi resiko dalam
menjalankan usahanya. Namun pada
kenyataannya, kerugian demi kerugian terus
terjadi yang disebabkan munculnya berbagai
masalah sangat kompleks. Kerugian yang diderita
perbankan dengan sendirinya merupakan kerugian
juga bagi masyarakat maupun perekonomian
secara keseluruhan.

79
f. Kasus Bapindo. Kasus kredit Rp. 1,3 trilyun
dari Bapindo untuk Golden Key Group sekitar
tahun 1996 yang telah menggemparkan dunia
perbankan Indonesia. Eddy Tanzil dengan
Golden Key Groupnya telah membobol Bank
Bapindo Rp. 1,3 triliun, sampai akhirnya
bangkrut. Yang dipermasalahkan mengenai red
clause L/C yang diterbitkan oleh Bapindo atas
permintaan Golden Key Group. Tindakan
Bapindo menerbitkan red clause L/C tersebut
dipertanyakan. Pertanyaan tersebut timbul di
pengadilan, karena sangat besar resikonya bagi
bank penerbit jika menerbitkan red clause L/C.
Secara internasional red clause L/C relatif sangat
jarang digunakan karena pertimbangan resiko.
Dalam kasus ini, penerima terlebih dahulu telah
menerima pembayaran L/C di muka sebelum
barang dikirim kepada pemohon.
Melalui media usance L/C (L/C berjangka
waktu misalnya 180 hari dari tanggal B/L) yang
dirubah menjadi red clause L/C, Bapindo yang
dimanfaatkan nasabahnya, terpidana Eddy Tanzil
raib sampai kini. Deposan Bapindo, pemerintah
dan masyarakat Indonesia tinggal menanggung
beban tanpa bisa berbuat apa-apa. Demi
keamanan bank dari resiko kerugian karena
menerbitkan red clause L/C seharusnya bank
penerbit, terlebih dahulu meminta setoran jaminan
minimal sebesar nilai L/C yang diterbitkan.
Tetapi Bapindo tidak melakukannya, Bapindo
menerbitkan red clause L/C tanpa ada jaminan.
Akibatnya Bapindo mengalami kerugian sebesar
Rp. 1,3 triliun.

80
g. Kasus Ekspor Fiktif. Kasus di pertengahan
tahun 2004, pembobolan Bank BNI senilai Rp. 1,7
trilyun, melalui pola L/C fiktif. Kasus Ekspor
fiktif, apabila melihat suatu perbuatan ekspor
maupun impor adalah suatu transaksi perdagangan
luar negeri, pada hakikatnya adalah suatu
transaksi membeli dan menjual antara pengusaha-
pengusaha yang bertempat di negara-negara yang
berbeda, juga mempunyai perbedaan dalam
bahasa, kebudayaan, adat-istiadat, dan cara yang
berbeda-beda sehingga dalam pertukaran barang
dan jasa yang menyeberangi lautan dan darat tidak
jarang timbul berbagai masalah yang kompleks.
Salah satu kasus adalah adanya ekspor fiktif,
dari kata perbuatan ekspor adalah yang
merupakan suatu kegiatan atau perbuatan
seseorang atau beberapa orang, badan hukum atau
bukan badan hukum untuk mengerjakan suatu
kegiatan atau pekerjaan yang dimulai dengan
suatu perencanaan. Perencanaan selalu akan
terkandung adanya dokumen, sehingga bila ekspor
fiktif maka dapat dipastikan dokumennya fiktif.
Ekspor fiktif mempunyai dua tujuan yaitu modus
NPL (Non Performing Loan), yaitu salah satu
cara mengambil/mendapatkan kredit melalui L/C
dengan menggunakan sarana ekspor fiktif,
sedangkan modus TRT (Tax Refund Theft) adalah
salah satu cara mengambil/mencuri (theft) dana
melalui kelebihan pembayaran pajak (restitusi
atau tax refund) dengan menggunakan sarana
ekspor fiktif.

81
h. Kasus Modus NPL (Non Performing Loan), di
dalam modus NPL, seorang eksportir akan
berusaha mendapatkan kredit dari bank dengan
cara menggunakan sarana ekspor dengan melalui
letter of credit (L/C). Dalam modus ini, setelah
mendapatkan kredit, eksportir pada awalnya
pengusaha yang juga eksportir biasanya
mempunyai keinginan untuk mengajukan kredit,
tetapi mungkin sulit untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan baik dalam administrasi maupun
dalam jaminan atau agunan, sehingga
menggunakan cara dengan sarana ekspor fiktif
yang lebih mudah dan tidak memerlukan jaminan
atau agunan. Sarana ekspor fiktif ini digunakan
dengan melalui letter of credit (L/C). Oleh karena
itu, sebuah L/C didefinisikan sebagai sebuah
instrumen yang dikeluarkan oleh bank atas nama
salah satu nasabahnya, yang menggunakan
seseorang atau sebuah perusahaan penerima
instrumen tersebut menarik wesel atas salah satu
bank korespondennya bagi kepentingannya,
berdsarkan kondisi/ persyaratan-persyaratan yang
tercantum pada instrumen tersebut. Struktur
prosedur transaksi ekspor impor pada modus NPL
yang fiktif atau khayalan atau tidak ada adalah
barang ekspor yang fiktif, dengan tidak ada
barang ekspor maka eksportir harus membuat
barang ekspor itu seolah-olah ada sehingga harus
melengkapi dengan dokumen-dokumen yang fiktif
juga. Karena akan mengikuti barang-barangnya,
dokumen-dokumen dibawa oleh eksportir kepada
advising bank, kemudian bank menegosiasi atau
membeli wesel ekspor, biasanya ada diskonto.
Pada saat itulah eksportir menerima pembayaran

82
ekspor terlebih dahulu, dan bank akan mendapat
pembayaran pada jangka waktu yang telah
ditentukan dari issuing bank. Masalahnya adalah
ekspor barang tidak ada sehingga dalam keadaan
yang sebenarnya tidak ada yang membeli barang
atau tidak ada importir, sedangkan bank telah
memberikan kredit kepada eksportir dan bank
akan menerima pembayaran dari issuing bank,
kemudian mereimburse atau membayar kembali,
maka yang akan membayar adalah eksportir
melalui bank dari luar negeri sehingga kredit akan
dibayar oleh eksportir sendiri, tetapi
pembayarannya biasanya dari bank luar negeri.
Posisi demikian biasanya bila terdapat importir
maka importir adalah eksportir juga atau
perusahaan dari eksportir yang menjadi importir
sehingga eksportir sebenarnya berada pada dua
sisi, yaitu pada sisi eksportir dan importir
Pola ini sebenarnya hanya berputar-putar
pada L/C dan kredit dibayarkan kembali pada
bank asal, untuk menghindari terhentinya putaran,
biasanya L/C banyak, ekspor impor fiktif pun
serta dokumennya banyak dan berulang, tetapi
pada akhirnya eksportir biasanya tidak akan tahan
dan akan menggunakan sebagian atau seluruh
kredit yang dihasilkan dari L/C untuk keperluan
lain. Pada saat inilah putaran pembayaran akan
terhenti maka jadilah kredit bermasalah NPL (Non
Performing Loan).

Untuk menjembatani kepentingan pihak penjual


(eksportir) agar barang dikirim setelah harga dibayar,
sementara pihak pembeli (importir) punya kepentingan
agar harga dibayar setelah barang diterima. Maka

83
dipakailah sistem pembayaran dengan documentary
credit. Dalam hal ini suatu pembayaran dilakukan
melalui bank sebagai perantara, tanpa terlebih dahulu
menunggu tibanya barang atau tibanya dokumen.
Kewajiban ini dilakukan dengan kewajiban dari pihak
importir untuk membuka letter of credit (L/C) dibank
dinegara pembeli (importir), untuk kemudian oleh bank
tersebut diteruskan kepada bank dinegara penjual
(eksportir). Sistem pembayaran lewat L/C ini dewasa ini
sudah diterima secara meluas dikalangan lalu lintas
perdagangan internasional.32

Kegunaan dan peranan L/C dalam perdagangan


internasional adalah: untuk memudahkan pelunasan
pembayaran transaksi ekspor, mengamankan dana yang
disediakan importir untuk membayar barang dan
menjamin kelengkapan dokumen pengapalan. Pada
dasarnya ada tiga hal pokok yang harus diketahui semua
pihak baik importir, eksportir dan bank maupun pihak
terkait yaitu : arus pengiriman barang, arus pengiriman
dokumen-dokumen dan arus pengiriman uang atau
pembayarannya.

Dokumen-dokumen apa yang lazim digunakan?


Adapun dokumen-dokumen yang lazim digunakan
adalah:
a. Dokumen keuangan (financial document): wesel
(bills of exchange/ draft),
b. Dokumen pengapalan (shipping documents):
konosemen/ bill of lading,
Dokumen-dokumen penunjang sbb:

32
Ibid, hal 80

84
Apakah yang dimaksud dengan Faktur dagang?

Faktur dagang adalah suatu dokumen yang dibuat


oleh penjual dan ditujukan kepada pembeli yang
berfungsi sebagai keterangan atau pernyataan yang
sah tentang barang yang dijual, mencantumkan:
tanggal faktur, tanggal pengiriman barang, amount
atau jumlah yang harus dibayar pembeli, jumlah dan
uraian barang, harga barang perunit, syarat
penyerahan barang atau terms of delivery (FOB,CFR,
CIF), nama kapal, pelabuhan muat barang, pelabuhan
tujuan barang (commercial invoice)
Sertifikat atau dokumen pelengkap dari invoice
yang menerangkan dengan tepat dan rinci tentang isi
atau kandungan setiap pack barang dan bagaimana
barang dipacking (packing list and specification) 33

Apakah yang dimaksud daftar isi packing?

Packing list and specification (daftar isi packing


umumnya) dipergunakan untuk barang-barang ekspor
yang dipak oleh peti atau karton yang menyebutkan
isi masing-masing peti atau karton. Dokumen atau
daftar pengepakan.

Apa dokumen yang menjelaskan mengenai berat


barang?

Sertifikat atau dokumen yang menjelaskan


mengenai berat barang antara lain: berat kotor
(bruto), potongan, berat bersih (netto) dengan rincian
timbangan, ukuran dari masing-masing peti atau

33
Warsidi, Ekspor Impor Terapan, Surabaya: Karya Abditama, 2003, hlm
129.

85
kemasan pengepakan barang yang dikirimkan,
Sertifikat ini berguna untuk importer :
a. untuk menentukan berat barang,
b. mempersiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan
angkutan barang dari pelabuhan asal kepelabuhan
tujuan yang ditentukan (certificate of weight) sbb:
34

1). Setifikat kualitas


2). Sertifikat pemeriksaan
3). Sertifikat keterangan yang menyatakan asal
barang
4). Certificate of Origin (Surat keterangan asal
barang)
5) Sertifikat asuransi

Dengan demikian apakah pengertian dari


sertififkat-sertifikat tersebut diatas ?

Apa yang dimaksud Setifikat kualitas?


Setifikat kualitas (certificate of quality): dokumen
ini menjelaskan kualitas dari dari produk yang
diekspor

Apa yang dimaksud dengan Sertifikat


pemeriksaan ?
Sertifikat pemeriksaan adalah yang diterbitkan
oleh pihak ketiga yang independen atas permintaan
importir yang bertujuan untuk memastikan bahwa
barang yang dikirim supplier, baik mutu maupun
jumlah terjamin dan cocok dengan surat pesanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sertifikat

34
Eddie Rinaldy, Kamus istilah Perdagangan Internasional,Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2000, hlm 222.

86
pemeriksaan : a. nama surveyor, b. uraian dan jumlah
barang,c. keterangan lain yang berkaitan dengan L/C,
d. tanda tangan pejabat perusahaan surveyor
(infection certificate).35

Apa Fungsi Surat keterangan asal barang ?

Sertifikat keterangan yang menyatakan asal


barang yang diekspor, surat keterangan ini dapat
dikeluarkan oleh eksportir dan menjadi lampiran
Commercial invoice atau dikeluarkan oleh pihak
ketiga biasanya kamar dagang wajib dicantumkan
deskripsi lengkap barang yang diekspor, ditanda
tangani pejabat kamar dagang dan dicap. Fungsinya
untuk menetapkan bea masuk untuk barang yang
diimpor(certificate of origin) 36

Apa yang dimaksud Certificate of Origin (Surat


keterangan asal barang) dengan?

Certificate of Origin (Surat keterangan asal


barang): dokumen ini menerangkan negara asal
barang yang diekspor. Tujuan utama dari dokumen ini
adalah: untuk memperoleh hak untuk kelonggaran bea
bagi sesuatu produk dinegara importir atau untuk
membuktikan bahwa produk itu diproduksi dinegara
eksportir. Dokumen ini penting karena untuk
menentukan tarif masuk dinegara importir.
Diperlukan oleh jawatan pabean dinegara importir
untuk memudahkan pungutan bea masuk dan untuk
keperluan statistik. Dokumen ini harus berisikan
uraian lengkap tentang barang-barang yang diekspor,

35
Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan..........., Op Cit, hlm 46.
36
Ibid, hlm 46.

87
dengan dilampiri invoice yang disahkan konsul negara
pengimpor yang ada dinegara ekportir. Pengesahan
ini diberikan atas keterangan yang dimuat dalam
faktur yang diberikan oleh penjual/beneficiary
kepadanya. Dengan demikian terjadilah consular
invoice, faktur ini menyebutkan nama dan kebangsaan
dari kapal yang mengangkut barang-barang tersebut,
pelabuhan muatan dan pelabuhan tujuan.

Certificate of Origin adalah surat keterangan asal


barang yang salah satu fungsinya adalah untuk
menetapkan bea masuk untuk barang yang diimpor.
Dokumen ini dapat diterbitkan oleh pemerintah atau
eksportir.37
Certificate of Origin adalah menyatakan tentang asal
barang yang menegaskan bahwa benar-benar barang
yang diekspor adalah produksi dari negara eksportir
atau dari negara tertentu sesuai yang diminta oleh
L/C. Di Indonesia penerbit dokumen ini biasanya
oleh pemerintah dalam hal ini Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, atau asosiasi
pengusaha misalnya KADIN.38

Apa yang dimaksud dengan sertifikat asuransi?


Sertifikat asuransi adalah surat keterangan yang
diberikan pihak asuransi yang menjelaskan bahwa
bahwa barang-barang tertentu sudah diadakan
penutupan asuransi (insurance certificate) lembar
pertama dari surat ini akan dijadikan dokumen

37
Warsidi, Ekspor Impor ……………., Op Cit, hlm 131.
38
H.M.Syarif Arbi, Seri Impor Petunjuk Praktis Perdagangan Luar
Negeri, Yogyakarta: BPFE, 2003, hlm 218.

88
pengapalan barang, sebagai bukti barang sudah
diasuransikan.39

Maka dengan demikian Letter of credit (L/C)


merupakan Perjanjian bersyarat, maka dari sudut
pembeli pembayaran yang dilakukan oleh bank
adalah atas nama pembeli, dilaksanakan setelah
penyerahan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan
dan memberikan hak kepemilikan barang kepada
pembeli. Pengiriman barang dilakukan
melalui jasa pengangkutan laut, sedangkan
pembayarannya dilakukan dengan letter of credit
melalui jasa perbankan.

Ada beberpa macamkah cara pembayaran L/C ?


a. Cara pembayaran L/C : Sight L/C atau atas tunjuk,
b. deferred L/C atau pembayaran kemudian,
c. acceptance L/C atau akseptasi/ wesel
berjangka/usance L/C,
d. negotiation L/C atau membeli wesel.

Ada beberapa pihakkah yang terlibat secara langsung


dengan L/C?
Dalam suatu mekanisme letter of credit terlibat
secara langsung beberapa pihak ialah :
a. Pembeli atau disebut buyer, importir, accountee,
account party, applicant, consignee.
b. Penjual atau disebut seller, exportir, suplier,
beneficiary.
c. Bank pembuka atau disebut juga opening bank,
issuing bank.
d. Bank penerus atau disebut juga advising bank,
notifiying bank.
39
Ibid, hlm 48.

89
e. Bank pembayar atau paying bank.
f. Bank pengaksep atau accepting bank.
g. Bank penegosiasi atau negotiating bank.
h. Bank penjamin atau confirming bank.
Dalam keadaan yang sederhana suatu letter of credit
menyangkut 3 (tiga) pihak utama ialah : pembeli,
penjual dan bank pembuka atau bank devisa (issuing
bank).

Apakah ada jenis L/C, selain dari tiga pihak utama:


pembeli, penjual dan bank pembuka?

Ada beberapa tipe atau jenis L/C lain yang melibatkan


lebih daripada itu, namun tidak dapat meninggalkan tiga
pihak tersebut diatas, yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan Buyer dan
beneficiary ?
Buyer dan beneficiary. Prosedur yang
berhubungan dengan letter of credit harus lebih
dahulu dilandasi oleh langkah-langkah yang telah
ditentukan pembeli dan penjual dalam Perjanjian
Jual Beli (sales contract) antara mereka. Dalam
perjanjian ini mereka menentukan bahwa
pembayaran akan dilakukan melalui pembukaan
L/C. Adapun bank bank yang ditugaskan
membuka L/C dapat ditunjuk dalam perjanjian
jual beli yang bersangkutan atau dapat ditentukan
lain, misalnya: Pihak penjual yang berhak
menunjuknya. Akan tetapi dapat juga menentukan
lain bahwa kepada pembeli diberi kewajiban
untuk membuka L/C pada bank prima (first class)
bank tertentu. Proses pembukaan L/C, pembeli
mengajukan permohonan dan mengisi,
melengkapi dan menandatangani suatu formulir

90
yang telah disediakan oleh bank. Dalam formulir
ini disebutkan suatu permohonan dari pembeli
(buyer) kepada bank untuk untuk membuka suatu
L/C guna kepentingan pihak penjual. Pembeli
berjanji akan membayar kembali kepada bank
bilamana bank melakukan pembayaran lebih
dahulu atas dokumen-dokumen yang diserahkan,
yang sekaligus dapat dijadikan sebagai jaminan.
Apabila penjual atau beneficiary telah menerima
L/C, maka adalah menjadi kewajibannya untuk
mengapalkan barang-barang dan sebaliknya,
kemudian berhak melakukan tagihan dengan
menyerahkan dokumen-dokumen yang diminta
dalam L/C kepada bank pembayar.

Issuing bank. Walaupun seorang pembeli yang


sudah terkenal, pihak penjual masih ragu-ragu
untuk mempercayainya bahwa pihak pembeli ini
akan benar-benar memenuhi kewajibannya
dengan baik. Guna mengatasi hal ini dengan baik
dan adanya suatu kesanggupan atau janji untuk
membayar/mengaksep wesel haruslah dibuat.
Oleh suatu bank yang reputasinya di luar negeri
cukup terkenal dalam memenuhi kewajiban-
kewajibannya. Dikuatkan lagi dengan alat
pembayaran yang dikenal dengan Letter of credit
yang merupakan instrument yang sangat berguna
bagi penjual. Pembayaran dengan cara membuka
letter of credit ini terjadi dengan pembayaran
yang dilakukan oleh bank atas perintah dari
pembeli untuk kepentingan penjual.
Dalam hal ini ada mekanisme dari pihak-pihak
yang mempunyai suatu kewajiban ialah pihak
pembeli dan pihak bank pembuka (issuing bank).

91
Kewajiban tersebut dibedakan yaitu kewajiban
langsung dan kewajiban turutan. Suatu Kewajiban
langsung terdapat pada pembeli yaitu berupa
kewajiban membayar kembali atas pembayaran
yang telah dilakukan lebih dahulu oleh issuing
bank kepada penjual. Sedangkan kewajiban yang
ada pada issuing bank adalah kewajiban turutan
yang timbul karena adanya permintaan
pembukaan L/C dari pembeli untuk kepentingan
pihak penjual. Dalam hal ini penjual adalah
pihak yang mempunyai peranan netral.
Kewajiban turutan dimaksud masih melekat pada
issuing bank dalam melaksanakan pembayaran
kepada beneficiary, ia memberi kuasa kepada
bank lain. Dalam hal ini issuing bank mempunyai
kewajiban membayar kembali (reimburse)
kepada bank penerima kuasa itu. Dengan
demikian terlibatnya issuing bank disini
sehubungan dengan instruksi dari pihak pembeli.
Sedang yang harus dibayarkan itupun adalah
uang dari pihak pembeli. Oleh karena itu logis
apabila pembeli mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab memikul beban risiko sebagai
konsekuensi dari instruksinya itu. Walaupun
dalam pelaksanaannya bank yang bersangkutan
(issuing bank) itu minta bantuan pihak lain,
disamping pembeli juga menjamin terhadap
kewajiban dan tanggung jawab terhadap yang
dikenakan oleh hukum dan kebiasaan-kebiasaan
negara lain.

b. Apa yang dimaksud dengan Advising bank.?


Advising bank. Suatu letter of credit yang telah
dibuka oleh issuing bank dapat dikirim langsung

92
kepada penjual diluar negeri. Lazimnya melalui
perantaraan kantor cabang atau bank koresponden
untuk memberitahukan kepada pihak penjual
(beneficiary) mengenai adanya letter of credit
tersebut. Maka bank koresponden ini disebut bank
penerus yang dalam istilah asingnya disebut
advising bank atau notifiying bank. Advising bank
hanya merupakan saluran untuk meneruskan
instruksi-instruksi, maka terlibatnya advising bank
dalam mekanismenya tidak menciptakan suatu
hubungan kewajiban atau tanggung jawab baru.
Advising bank dalam hal ini tidak terikat
terhadap kredit yang teruskan tetapi hanya
memeriksa bukti keasliannya atas dasar prinsip
ini maka dalam setiap penerusan kredit maupun
perubahannya, advising bank selalu
mencantumkan dalam surat pemberitahuannya
kalimat yang berbunyi sebagai berikut: “This
notification and the enclosed advice are sent to
you without engagement on our parts”.

c. Apa yang dimaksud dengan Paying bank ?


Paying bank. Apabila Letter of credit dibuka
dalam valuta beneficiary atau disebabkan oleh
alasan lain maka bank koresponden dinegara
beneficiary diinstruksikan untuk membayar
kepada penjual (beneficiary) atas penyerahan
dokumen-dokumen yang telah ditentukan dalam
L/C. Maka bank koresponden ini disebut bank
pembayar atau paying bank. Peranan paying bank
tidak menimbulkan hubungan kewajiban atau
tanggung jawab baru, baik sebelum pembayaran
ataupun pada waktu pembayaran dilakukan.
Pembayaran tersebut segera dibebankan atas

93
rekening issuing bank pada paying bank yang
bersangkutan.

d. Apa yang dimaksud dengan Accepting bank.?


Accepting bank. Apabila suatu bank yang berada
dinegara penjual yang biasanya merupakan
depository correspondent daripada issuing bank,
atas dasar L/C yang bersangkutan melakukan
akseptasi atas wesel berjangka (time/ usance
draft) yang ditarik oleh penjual (beneficiary),
maka bank ini disebut accepting bank. Dengan
mengaksep wesel berarti: accepting bank telah
mengikat janji (comitment) untuk membayar nilai
nominal wesel tersebut pada tanggal jatuh tempo
yang telah ditetapkan kepada seseorang yang
menyerahkannya. Dalam hal ini bank reputasinya
atas dasar L/C yang bersangkutan telah
memberikan pelayanan kepada nasabahnya untuk
menjamin suatu pembayaran pada waktu yang
telah ditentukan dan untuk itu bank berhak
menerima biaya akseptasi (acceptance comission)
dan bunga (discount charges) apabila wesel
tersebut didiskontokan kepadanya sebelum
waktunya.

e. Apa yang dimaksed dengan Negotiating bank?


Negotiating bank Salah salah satu jenis Letter
of Credit yang memungkinkan penjual
(beneficiary) untuk menyerahkan dokumen-
dokumennya kepada bank pilihannya sendiri,
biasanya tidak disebut dalam L/C. Sehingga
memungkinkan kapada penjual (beneficiary)
untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
daripada perbedaan rate of change. Jenis ini

94
disebut negotiation type letter of credit. Apabila
suatu bank yang tidak disebut dalam L/C, yang
berada dinegara pihak penjual atas dasar L/C
yang bersangkutan secara sukarela bersedia
membeli/mengambil alih (menegosiasi) wesel
pihak penjual. Maka bank ini disebut bank
penegosiasi atau negotiating bank. Tindakan
negosiasi ini menimbulkan hubungan-hubungan
kewajiban atau tanggung jawab baru ialah antara
negotiating bank dengan penjual (beneficiary).
Dengan telah dilakukannya negosiasi atas wesel
dari beneficiary oleh negotiating bank, pihak
issuing bank bertanggung jawab dan mempunyai
kewajiban membayar kepada negotiating bank
sebagai pemegang wesel pihak penjual
(beneficiary). Sedang dalam transaksi antara
negotiating bank dengan beneficiary tersebut
bank to confirm its irrevocable tersebut timbul
suatu kewajiban baru dipihak penjual
(beneficiary) yaitu dalam hal wesel ditolak
pembayarannya oleh pihak pembeli karena
dokumen-dokumen tidak sesuai dengan syarat
L/C atau karena sebab lain. Maka dengan hak
menagih kembali (hak regres) yang ada padanya
negotiating bank berhak menarik kembali
pembayaran yang telah diterima pihak penjual
/beneficiary (with recource to drawers). Dalam
hal ini ada tiga pihak yang mempunyai suatu
kewajiban ialah : pihak pembeli, issuing bank dan
penjual (beneficiary). Sedang pihak negotiating
bank yang biasanya tidak disebut dalam L/C
mempunyai peranan netral.

95
f. Apa yang dimaksud dengan Confirming bank?
Confirming bank. Dalam mekanisme yang telah
diuraikan diatas cukup jelas bahwa pihak pembeli
meminta kepada bank yang berkedudukan
dinegaranya untuk membuka letter of credit
guna kepentingan pihak penjual yang
berkedudukan dinegara lain. Pihak penjual diluar
negeri itu menghendaki agar pembayaran
dilakukan ditempat dimana ia berada. Dalam hal
ini dibutuhkan bantuan bank lain diluar negeri
untuk memberitahukan kepada penjual mengenai
adanya L/C tersebut dengan tanpa ikatan apapun
terhadapnya. Akan tetapi ada kemungkinan bahwa
bank tersebut tidak hanya terbatas sekedar
menyampaikan berita, melainkan mengadakan
suatu perikatan tersendiri dengan penjual yang
bersangkutan. Dalam transaksi yang disebutkan
tadi kita menemui letter of credit yang tidak
dijamin oleh bank penerus. Sedang pada transaksi
yang disebutkan kemudian, kita melihat adanya
jaminan kepada penjual (beneficiary) mengenai
pembayaran wesel-wesel yang ditarik sesuai
dengan ketentuan-ketentuannya. Bank ini disebut
bank penjamin atau confirming bank. Dalam hal
ini pihak penjual (beneficiary) memperoleh
jaminan pembayaran dari dua bank yakni:
issuing bank dan jaminan langsung dari
confirming bank. Jadi suatu bank dapat
mejalankan beberapa peranan. Bank yang berada
dinegara penjual dapat berperanan sebagai
advising bank, negotiating bank dan juga sebagai
confirming bank sekaligus. Pada jenis L/C yang
dikonfirmasi oleh confirming bank, jelas issuing
bank tetap mempunyai kewajiban turutan yang

96
ditimbulkan karena adanya pembukaan L/C. Akan
tetapi kewajiban itu, apabila confirming bank
berubah menjadi kewajiban langsung terhadap
pihak penjual (beneficiary). Kalau ditinjau dari
confirming bank telah menambahkan pengikatan
dirinya (add its angagement) pada L/C tersebut.
Maka konfirmasi demikian itu merupakan suatu
ikatan pasti bagi pihak confirming bank untuk
melaksanakan pembayaran kepada pihak penjual
(beneficiary) yang seakan-akan terpisah dari
adanya jaminan pembayaran pihak issuing bank.
Dalam hal confirming bank yang menegosiasi
wesel yang diajukan oleh pihak penjual dalam
rangka mekanisme L/C ini, kepadanya tidak
mempunyai hak untuk menagih kembali (Hak
Regres). Tidak adanya hak regres kiranya dapat
lebih dipahami karena maksud dan tujuan
dibukanya suatu Lettter of Credit, sebagaimana
diketahui penarik wesel adalah sebagai pihak yang
harus menerima pembayaran. Penarikan wesel
atas issuing bank atau pembeli adalah :
berdasarkan ketentuan mengenai cara pembayaran
yang telah disepakati dalam pembukaan letter of
credit. Oleh karena apabila pembayaran kepada
penjual (beneficiary) yang merupakan tujuan
utama dalam cara pembayaran ini dapat diregres
oleh pembayar, ini berarti akan berlawanan
dengan tujuan dari Letter of Credit. Dengan
demikian dapat diketahui L/C selain sebagai alat
bayar juga sebagai dapat sebagai penjamin dan
dapat dijual belikan. Dari paparan diatas Letter of
Credit (L/C), merupakan Surat Berharga yang
berkembang sekarang. Karena L/C merupakan
Surat Berharga mempunyai sifat obyektif, dapat

97
diperdagangkan, merupakan akta dan syarat
mutlak, mudah untuk dialihkan dan menganut
Asas Legitimasi Formal.

Setelah mengetahui paparan Letter of Credit dalam


transaksi perdagangan internasional. Maka jenis lain
dari Surat Berharga yang berkembang saat ini, selain
L/C yaitu Sertifikat Deposito. Apakah yang
dimaksud dengan Sertifikat Deposito?

B. Sertifikat Deposito
Jenis Surat Berharga ini mulai dikeluarkan oleh
bank-bank komersial terutama bank-bank asing pada
pertengahan tahun 1971. Setelah dikeluarkannya
sertifikat Bank Indonesia oleh Bank Indonesia. Hal ini
dimaksudkan untuk menarik dana-dana dari dalam
negeri dalam bentuk mata uang rupiah. Menurut
Pasal 1 butir 9 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 disebut Sertifikat Deposito adalah
Deposito Berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperdagangkan. Menurut Pasal 1 butir 9 Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1988,
Deposito Berjangka adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan
dengan bank yang bersangkutan.
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 21/48/KEP/DIR tertanggal 27 Oktober 1988
diatur tentang pengertian Sertifikat Deposito adalah
Surat Berharga atas unjuk dalam rupiah yang
merupakan surat pengakuan utang dari bank atu

98
lembaga keuangan bukan bank (LKBB) dan dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang.

1 Pengertian Sertifikat Deposito

Apakah yang dimaksud Sertifikat Deposito ?


Dengan demikian dapat dikatakan Serifikat Deposito
merupakan Surat Berharga sebagai tanda bukti
seseorang menyimpan uang di bank yang
konstruksinya agak berbeda dengan dari Deposito
Berjangka.

2 Perbedaan Sertifikat Deposito dengan Deposito


Berjangka
Apakah perbedaan Sertifikat Deposito dengan
Deposito Berjangka?
Deposito Berjangka yang lebih menekankan kepada
sifat simpanannya. Deposito Berjangka bentuknya
atas nama (op naam) tertapi Sertifikat Deposito
bentuknya atas bawa/atas unjuk (aan toonder).
Deposito Berjangka pengambilannya hanya dapat
dilakukan pada waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, tidak demikian dengan Sertifikat Deposito
yang setiap diunjukkan harus dibayar oleh bank yang
menerbitkannya.

3 Sertifikat Deposito dapat diperjual belikan


Apakah Sertifikat Depositodapat diperjual belikan ?
Meskipun Sertifikat Deposito diterbitkan dalam
jangka waktu tertentu, tetapi untuk mendapatkan uang
kembali. Akan tetapi Serifikat Deposito tidak terikat
dalam jangka waktu tertentu sebab dapat diperjual
belikan setiap waktu. Berdasarkan hal diatas maka
dapat diketahui bahwa Sertifikat Deposito memenuhi

99
pengertian Surat Berharga berbeda dengan bilyet
Deposito Berjangka yang merupakan Surat yang
Berharga, oleh karena sebagai alat bukti diri
dalam Sertikat Deposito berlaku “asas legitimasi
formal” serta pengalihannya di bawah tangan.

4. Sertifikat Deposito merupakan Surat Utang


Apakah Sertifikat Deposito merupakan Surat Utang?
Sertifikat Deposito pada dasarnya merupakan suatu
Surat Utang untuk suatu jangka waktu tertentu dan
setelah jatuh tempo bank yang bersangkutan wajib
melunasi kepada pemegangnya sejumlah nilai
nominalmya. Bunga Sertifikat Deposito dibayar di
muka dalam arti dipotong dari harga nominalnya
pada saat Sertifikat Deposito tersebut diambil.

5 Mengenal ciri-ciri khusus Sertifikat Deposito


Untuk mengenal Sertifikat Deposito apakah ada ciri-
ciri khusus?
Secara singkat dapat disebutkan beberapa ciri khusus
dari Sertifikat Deposito yaitu:Dikeluarkannya selalu
atas unjuk/atas bawa dan tidak ada yang bentuknya
atas nama atau atas pengganti/atas unjuk;
a. Pengalihannya mudah yaitu dibawah tangan;
b. Dapat diperdagangkan;
c. Untuk menerbitkan Sertifikat Deposito
diperlukan izin dari Bank Indonesia;
d. Bunga biasanya dibayar di muka pada waktu
pengambilan Sertifikat Deposito yang
bersangkutan;
e. Bebas dari pajak atas bunga, deviden dan royalti
f. Termasuk golongan Surat Berharga tagihan utang
g. Dapat dijadikan jaminan suatu kredit.
h. Jangka waktu maksimum 1 tahun

100
i. Menjadi daluwarsa setelah 30 tahun terhitung dari
tanggal jatuh temponya.

C. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


Jenis Surat Berharga ini diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
Kp.16/MK/IV/3/1970 JO Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomor 2/34/Kep. Dir tanggal 1 April
1970. Demikian pula mengenai ketentuan penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terdapat dalam Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 16/8/UPM tanggal 21
Januari 1984 jo Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia Nomor 16/55/KEP/DIR tanggal 21 Januari
1984.

1. Aspek hukum Sertifikat Bank Indonesia


Dengan demikian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ini
dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada sekitar tahun
1970. Sertifikat Bank Indonesia ini kemudian pada
tahun 1971 berkembang menjadi Sertifikat Deposito
yang dikeluarkan oleh bank pemerintah

Pada dasarnya aspek-aspek hukum Sertifikat Bank


Indonesia itu sama dengan Sertifikat Deposito,
hanya berbeda yang menerbitkannya. Bank Indonesia
dalam Pasal 6 sub d butir 4. Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992: Usaha Bank Umum meliputi membeli,
menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
Sertifikat Bank Indonesia......”

Dalam hubungannya dengan pengaturan Sertifikat


Bank Indonesia perlu diperhatikan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 21/52/KEP/DIR

101
tanggal 27 Oktober 1988 dan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 21/30/UPM tanggal 27 Oktober
1988. Dalam peraturan dimaksud ditentukan
beberapa ketentuan tentang Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), antara lain disebutkan bahwa SBI.
Dengan demikian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah Surat Berharga atas tunjuk dalam rupiah yang
diterbitkan dengan sistim diskonto oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek.

2. Ciri-ciri Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


Apakah ciri-ciri dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
?
Ciri-ciri khas Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
adalah:
a. Surat Beharga yang berklausula atas unjuk/pembawa
bararti bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat
dimiliki oleh siapa saja dengan cara peralihan yang
lebih mudah.
b. Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) hanya
wewenang tunggal Bank Indonesia.
c. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan Surat
Pengakuan utang.
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki jangka
waktu pendek.
e. Jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan
sistem diskonto.

102
D. Commercial Paper
1. Pengertian Commercial Paper
Apakah yang dimaksud dengan Commercial Paper?
Commercial Paper merupakan Surat Berharga
tagihan utang yang termasuk kelompok surat
kesanggupan untuk membayar (betaling belofte) yang
sejenis Surat Promes karena bentuknya atas bawa.
Dalam akta Commercial paper yang tertulis “ Surat
Promes”. Surat Promes sama artinya dengan Surat
Sanggup atau Surat Aksep, yang dalam istilah asing
disebut orderbriefje, promese aan order, accept,
promisory note.
Di Indonesia commercial paper atau Surat
Berharga Komersial pertama kali dimulai pada
sekitar tahun 1990, antara lain oleh Bank
Internasional Indonesia, Citibank dan Lippobank.
Perdagangan commercial paper disambut baik oleh
masyarakat baik Penerbit maupun Pembeli
Commercial paper. Bagi Penerbit mengeluarkan
Commercial paper sangat mudah karena tidak perlu
dijamin dan penerbitannya tidak berbelit-belit.
Sedangkan Penjual Commercial paper cukup menjual
di pasar uang Indonesia melalui Agen. Meskipun
transaksi Commercial paper dimungkinkan dan
bahkan diharapkan berjalan dalam dua tahap yaitu:
pada Pasar Primer dan Pasar Sekunder, tetapi
kenyataannya baru Pasar Primer yang terbentuk
sedangkan Pasar Sekundernya belum ada.
Commercial paper ini dapat merupakan instrumen
alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek seperti
kebutuhan administrasi, pembayaran gaji karyawan.

103
perkapalan, pembangunan real estate, dana jangka
pendek dipergunakan untuk dana jangka panjang
dapat dilakukan dengan risiko yang kecil dalam
kondisi ekonomi dan keuangan yang stabil dan pasar
modal yang berjalan baik.
Penerbitan Commercial paper mempunyai
perikatan dasar atau perjanjian latar belakang berupa
perjanjian pinjam meminjam uang. Penerbit sebagai
peminjam (debitur) meminjam sejumlah uang dari
pembeli (investor) sebagai pihak yang meminjamkan
dengan ketentuan bahwa pihak Penerbit akan
mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan pembayaran bunga di muka.
Sebagai bukti adanya Perjanjian Pinjam
Meminjam tersebut maka Penerbit menerbitkan dan
menyerahkan Akta untuk Sertifikat Commercial
paper kepada pembeli (investor). Kemudian pembeli
(investor) akan menagih pengembalian pinjaman
tersebut dengan mencairkan Commercial paper
setelah jangka waktu yang telah ditentukan. Di pihak
lain Penerbit sendiri berjanji untuk membayar
sejumlah uang yang merupakan utang penerbit
kepada pembeli (investor) yang tersebut dalam akta
Commercial paper dengan kalimat” Perseroan
berjanji untuk membayar kepada pemegang suatu
promes ini...40
Dengan diterbitkannya Commercial paper, maka
Penerbit menjadi pihak utama yang mempunyai
kesanggupan dan akan melaksanakan kesanggupan

40
H.Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan
Surat Berharga, PT.Alumni, Bandung, 2003.

104
tersebut dengan secara tak bersyarat untuk melakukan
pembayaran sejumlah uang tertentu dan hal-hal lain
sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam
Commercial paper. Kesanggupan Penerbit tidak
dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab
karena pada Penerbitlah utang pokok. Sedangkan
tanggung jawab dipihak lain adalah Bank umum
atau Bursa Efek yang berdasarkan perjanjian tertulis
dengan calon Penerbit Commercial paper sebagai
pengatur rencana penerbitan Commercial paper.
2. Syarat-syarat Bank Umum Dalam Menerbitkan
Commercial paper
Apakah syarat-syarat Bank Umum dalam
menerbitkan Commercial paper?
Bank umum sebagai pengatur Penerbit dalam
penerbitan Commercial paper yaitu meneliti kondisi
Penerbit dengan memberikan syarat-syarat:
a. Penerbit adalah Badan Hukum Indonesia yang
berdomisili di Indonesia;
b. Penerbit adalah nasabah Bank umum;
c. Commercial paper yang diterbitkan benar-benar
diperlukan untuk mengatasi modal kerja;
d. Telah mendapatkan pemeringkat dari PT.
PEFINDO (PT. Pemeringkat Efek Indonesia)
e. Penerbit bukan dari Perusahaan Multi Finance
atau Lembaga Keuangan.

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam


Commercial paper?
Pihak-pihak yang terlibat dalam Commercial paper:
a. Pengatur Penerbitan (arranger) adalah Bank
umum atau Bursa Efek yang berdasarkan
perjanjian tertulis dengan calon penerbit

105
commercial paper sebagai pengatur rencana
penerbitan commercial paper.
b. Agen Penerbit (Issuing Agent) adalah Bank atau
Perusahaan Efek yang berdasarkan perjanjian
tertulis dengan calon penerbit Commercial paper
melakukan surat pengabsahan Commercial paper.
c. Agen Pembayar (Paying Agent) adalah Bank
yang berdasarkan perjanjian tertulis dengan calon
penerbit melakukan pembayaran sejak
Commercial paper tersebut jatuh tempo. Setelah
Commercial paper tersebut terbit, agen
Pembayar mempunyai kewajiban melakukan
pembayaran setiap Commercial paper yang
diajukan oleh pemegang.
d. Pedagang Efek (dealer) adalah Bank atau
Perusahaan Efek yang ditunjuk oleh calaon
penerbit untuk mengusahakan penjualan dan atau
pembelian Commercial paper baik untuk
kepentingan sendiri maupun kepentingan
nasabahnya.
e. Pemodal (investor) adalah perorangan atau Badan
Hukum Domestik maupun asing yang membeli
Commercial paper
f. Peringkat (rating) adalah kode yang dilakukan
untuk menunjukkan kualitas dari Commercial
paper yang penetapannya dilakukan oleh
Lembaga Pemeringkat Efek di dalam negeri yang
mendapat izin dari Bapepam. Kulaitas invesment
(investment grade) adalh peringkat yang diberikan
oleh Lembaga Peringkat Efek saat ini adalah PT.
Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO),
Commercial paper.

106
Dengan demikian maka Commercial paper
merupakan Surat Berharga tagihan utang yang
termasuk kelompok surat kesanggupan untuk
membayar (betaling belofte) yang sejenis Surat
Promes karena bentuknya atas bawa.
Dalam akta Commercial paper yang tertulis “
Surat Promes”. Surat Promes sama artinya dengan
Surat Sanggup atau Surat Aksep, yang dalam istilah
asing disebut orderbriefje, promese aan order,
accept, promisory note. Meskipun Commercial
Paper belum terdapat pengaturannya dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) tetapi
dasar-dasarnya terdapat dalam KUHD yaitu dalam
Surat Sanggup yang berbentuk Surat Promes (Pasal
174 s/d Pasal 177 KUHD). Selama tidak
bertentangan dengan sifat Surat Promes dan tidak
diatur secara khusus dalam Pasal 229 e sampai
dengan Pasal 229 k KUHD.
Pada prinsipnya Commercial Paper adalah: surat
utang, yang isinya menyatakan suatu perusahaan
berjanji untuk membayar kepada pemegang
Commercial Paper pada tanggal yang telah
ditetapkan.

Bagaimanakah praktik penggunaan suatu


Commercial Paper ?
Dalam praktik penggunaan suatu Commercial Paper
sebagai berikut:
a. Commercial paper mempunyai jangka waktu
kurang dari satu tahun
yaitu berkisar antara 7 hari sampai 180 hari.
Dalam praktik terdapat 2 kemungkinan pada saat
jatuh tempo yaitu:
1) Commercial Paper tersebut langsung dibayar

107
2) Commercial Paper tersebut waktunya
diperpanjang.
b. Bentuk suatu Commercial Paper adalah atas
bawa/atas unjuk (aan toonder), dan tidak ada
yang berbentuk atas nama atas pengganti/atas
unjuk. Dengan bentuk Commercial Paper yang
demikian maka pengalihannya mudah yaitu di
bawah tangan sehingga dapat diperdagangkan
secara luas.
c. Nilai nominal Commercial Paper bervariasi
disesuaikan dengan kebutuhan pihak Penerbit
serta persetujuan pihak Pembeli (investor),
dengan nilai minimum Rp 100.000.000,00.
Apbila lebih dari nilai minimum maka harus
diterbitkan dengan kelipatan sebesar nilai
minimum tersebut.
d. Tingkat diskonto Commercial Paper dapat
berubah-ubah dengan keadaan pasar dan
ditawarkan dengan sistem lelang
e. Surat Edaran Bank Indonesia (SE.
No.28/49/VPG) perihal persyaratan Penerbitan
dan Perdagangan Surat Berharga Komersial
(Commersial Paper) melalui Bank Umum di
Indonesia.

108
E. Obligasi
Surat Berharga yang pengaturannya tidak diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), tetapi diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan diluar Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD) yaitu Obligasi.
1 Pengertian Obligasi
Apakah yang dimaksud dengan Obligasi?
Obligasi merupakan Surat Berharga yang
pengaturannya tidak diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD), tetapi diatur dalam
berbagai peraturan perundang-undangan diluar Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) antara lain
diatur dalam
1. Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1988 tentang
Pasar Modal
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
859/KMK.01/1987 tanggal 23 Desember 1987
Tentang Emisi Efek Melalui Bursa
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
859/KMK.01/1987 tanggal 23 Desember 1987
Tentang Emisi dan Perdagangan Obligasi di Bursa
Pararel
Menurut ketentuan Pasal 1 butir c Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 863/KMK.01/1987:
Obligasi adalah Surat Pengakuan Hutang atas
pinjaman uang oleh emiten dari masyarakat untuk jangka
waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan imbalan
bunga yang jumlah serta saat pembayarannya ditetapkan
oleh Perjanjian Emisi dan Perjanjian Trust.

109
Menurut Tb.Irman S
Obligasi :
1. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari
pemerintah yang dapat diperjual belikan
2. Surat utang berjangka yang dikeluarkan oleh
pokok perusahaan untuk menarik dana dari
masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.
Contoh: surat pengukuan utang, wesel saham
obligasi, sekuritas kredit, atau suatu kewajiban dari
penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal dan pasar uang.
Menurut HMN Purwosutjipto
Obligasi adalah Surat Berharga. Bertitik tolak dari hal
diatas dapat dikatakan Obligasi adalah Surat Berharga
tagihan utang kepada suatu perusahaan yang berjangka
waktu minimal 3 tahun dengan diberi bentuk atas
bawa/atas unjuk.
Obligasi (Bonds)41 adalah: Surat utang jangka menengah
dan jangka panjang yang dapat dialihkan. Obligasi berisi
janji dari pihak penerbit obligasi untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada
pihak pembeli obligasi. Jadi, transaksi obligasi dapat
berakibat hukum terjadinya utang-piutang.
Perusahan penerbit obligasi disebut pihak yang memiliki
utang/berutang/debitur. Sedangkan pembeli obligasi
disebut pihak yang memiliki piutang/berpiutang/kreditur.

41
Iswi Hariyani, R. Serfianto D.P., Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar
Modal, Visi Media, Jakarta. 2010, hlm 205.

110
2 Jenis-jenis Obligasi42
1. Dilihat dari sisi penerbit
a Corporate bonds: obligasi yang diterbitakan
perusahaan, baik yang berbentuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha
Swasta.
b. Government bonds: obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat.
c. Municipal bonds: obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai proyek-
proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik
(public utility)
2. Dilihat dari system pembayarn bunga:
a Zero Coupon bonds: obligasi yang tidak melakukan
pembayaran bunga secara periodic. Namun bunga
dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh
tempo.
b. Coupon bonds: obligasi dengan kupon yang dapat
diuangkan secara periodic sesuai dengan ketentuan
penerbitnya.
c. Fixed coupon bonds: obligasi dengan tingkat kupon
bunga yang telah ditetapkan sebelum masa
penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodik d. floating coupon bonds:obligasi
dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum
jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
tertentu seperti average time deposit (ATD), yaitu
rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari
bank pemerintah dan swasta.

42
Wwww.ipotindonesia.com, 13 Mei 2010.

111
3. Dilihat dari hak penukaran/opsi:
a. convertible bonds: obligasi yng memberikan hak
kepada pemegang obligasi untuk mengonversikan
obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik
penerbitnya.
b. Exchangeable bonds: obligasi yang memberikan
hak kepada pemegang obligasi untuk menukar
lam satuan nilai nomosaham perusahaan afiliasi
milik penerbitnya.
c. Callable bonds: obligasi yang memberikan hak
kepad investor yang mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi pai yang tidajda harga
tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable bonds: obligasi yang memberikan hak
kepad investor yang mengharuskan emiten untuk
membelim kembali onligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:


a. Secured bonds: obligasi yang dijamin dengan
kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan
jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok
ini , termasuk adalah:
1). Guaranteed bonds: obligasi yang pelunasan
bunga dan pokoknya dijamin dengan
penanggulangan dari pihak ketiga.
2). Mortgage bonds: obligasi yang pelunasan
bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan
hipotek atas property atau asset tetap.
3). Colateral Trust bonds: obligasi yang dijamin
dengan efek yang dimiliki penerbit dalam
portofolionya, misalnya saham-saham anak
perusahaan yang dimilikinya.

112
Unsecured bonds: obligasi yang tidak
dijaminkan dengan kekayaan tertentu, tetapi
dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara
umum.

5 Dilihat dari segi nilai nominal:


a. Conventional bonds: obligasi yang lazim diperjual
belikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu
lot.
b. Retail bonds: obligasi yang diperjual belikan
dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik
corporate bonds maupun government bonds.
6 Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a. Conventional bonds: obligasi yang diperhitungkan
dengan menggunakan system kupon bunga.
b. Syariah bonds: obligasi yang perhitungan imbal
hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil.
Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi
syariah yaitu:
1). Obligasi syariah Mudharabah merupakan
obligasi syariah yang menggunakan akad bagi
hasil sedemikian sehingga pendapatan yang
diperoleh investor atas obligasi tersebut
diperoleh setelah mengetahui pendapatan
emiten.
2). Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi
syariah yang menggunakan akad sewa
sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bias diketahui
/diperhitungkan sejak awal obligasi
diterbitkan.
7 Dilihat dari segi peralihannya, obligasi dapat
dibedakan menjadi:

113
a. Obligasi Atas Unjuk (beared bond/aan toonder
obligatie) : Merupakan obligasi yang tidak
mencantumkan nama pemegangnya sehingga
orang yang memegang obligasi tersebutlah yang
dianggap sebagai pemiliknya. Dengan
menunjukkan sertifikat Obligasi Atas Unjuk pada
saat jatuh tempo, sipemegangnya akan
mendapatkan hak atas pelunasan pokok maupun
bunga obligasi tersebut.
b. Obligasi Atas Unjuk merupakan obligasi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1). Nama Pemilik tidak tercantum pada sertifikat
Obligasi.
2). Setiap sertifikat obligasi disertai dengan
“kupon bunga” yang dapat dilepaskan dan
diserahkan kepada penerbit obligasi atau
agen pembayarannya setiap waktu jika
bunganya telah jatuh tempo.
3). Kertas Sertifikat obligasi dibuat dari bahan
yang berkualitas tinggi seperti halnya kertas
untuk membuat uang.
4). Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan
kepada orang dapat menunjukkan kupon
bunga dan sertifikat obligasi.
5). Kupon bunga dan sertifikat obligasi yang rusak
dapat diminta penggantian
6). Kupon bunga dan sertifikat obligasi yang
hilang tidak dapat diganti43

43
A.Setiadi, Obligasi Dalam Persfektif Hukum Indoneia, cetakan Ke 1,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 32-34.

114
c. Obligasi Atas Nama (registered bond/naam obligatie)
adalah obligasi yang mencantumkan nama
pemegangnya.
Obligasi Atas Nama dapat dibedakan sbb:
1). Obligasi Atas Nama untuk pokok pinjaman. Di
Obligasi ini nama pemilik tercantum dalam
sertifikat obligasi dank upon bunga dilekatkan
padanya.
2). Obligasi Atas Nama untuk bunga. Di obligasi ini,
nama Pemilik tidak tercantum pada sertifikat
obligasi, tetapi nama dan alamat pemilik dicatat
di perusahaan penerbit obligasi untuk
memudahkan perhitungan bunga.
3). Obligasi Atas Nama untuk pokok pinjaman dan
bunga. Di igasi ini, nama pemilik tercantum
dalam sertifikat obligasi, tetapi tidak tecantum di
kupon bunga. Pembayaran pokok dan bunga
langsung dismpaikan kepada pemilik obligasi
yang namanya tercantum di perusahaan penerbit
obligasi.

Peralihan obligasi atas nama, menurut Pasal 613


KUH Perdata, harus dilakukan dengan suatu akta
baik akta autentik maupun akta dibawah tangan.
Dengan akta ini, hak atas obligasi atas nama
dilimpahkan kepada pihak lain. Penyerahan tersebut
baru menimbulkan akibat hukum bagi penerbit
obligasi atau secara tertulis disetujui dan diakui oleh
penerbit obligasi.
Pendapatan atau imbal hasil/return yang akan
diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai
yield yaitu: hasil yang akan diperoleh investor
apabila menempatkan dananya untuk dibelikan
obligasi. Sebelum menempatkan dananya untuk

115
berinvestasi obligasi, investor harus
mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai
faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang
akan diterima.
Selanjutnya menurut Pasal 1 butir e Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 863/KMK.01/1987
emiten dari suatu Obligasi adalah Badan Hukum
yang menerbitkan Obligasi untuk ditawarkan kepada
masyarakat guna diperdagangkan di Bursa pararel.

Kemudian Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan


Nomor 863/KMK.01/1987 : dapat bertindak selaku
Emiten untuk emisi Obligasi adalah Badan Usaha yang
berstatus Badan Hukum Indonesia.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 859/KMK.01/1987
tanggal 23 Desember 1987 Tentang Emisi Efek Melalui
Bursa
Pasal 2 ayat(2) dapat bertindak selaku Emiten untuk
Emisi Obligasi adalah Badan Usaha Milik Negara/daerah
ataupun Badan Usaha Milik Swasta yang berstatus Badan
Hukum.
Sedangkan Pasal 6 huruf c Undang-Undang No 7
tahun 1992 : Bank dapat menerbitkan Surat Pengakuan
Hutang baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang. Selanjutnya dikatakan Surat
Pengakuan Hutang berjangka panjang dapat berupa
Obligasi atau Sekuritas Kredit.
Obligasi merupakan Surat Berharga tagihan utang.
Obligasi adalah surat berharga (efek) yang dapat
diperjual belikan di Bursa.
Pengertian Obligasi

116
1. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari
pemerintah dan dapat diperjual belikan
2. Surat utang berjangka yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat
guna menutup pembiayaan perusahaan. Contoh:
surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau suatu kewajiban dari penerbit
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam
pasar modal dan pasar uang.
Menurut ketentuan Pasal 1 butir c Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 863/KMK.01/1987:
Obligasi adalah Surat Pengakuan Hutang atas
pinjaman uang oleh emiten dari masyarakat untuk jangka
waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dengan imbalan
bunga yang jumlah serta saat pembayarannya ditetapkan
oleh Perjanjian Emisi dan Perjanjian Trust.
Apakah yang dimaksud dengan Emisi?
Emisi adalah suatu tindakan menerbitkan Obligasi.
Sedangkan Emiten adalah: adalah Badan Usaha selain
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang
selanjutnya dinamakan Badan Usaha. Badan Hukum
Perdata yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang
kegiatan usahanya terutama bertujuan mencari keuntungan
dan badan lain yang ditunjuk Menteri Keuangan.
Berdasarkan hal-hal yang diutarakan diatas maka
disimpulkan bahwa: suatu bank yang dapat menerbikan
Obligasi untuk mendapatkan pinjaman dari masyarakat,
sehingga Obligasi dapat juga merupakan salah satu
instrumen Surat Berharga dalam praktik Perbankan. Di
samping itu bank dapat bertindak sebagai Pembeli atau
Penjual Obligasi atau dapat pula sebagai Penanggung
(guarantor) dari emisi Obligasi.

117
Bank dapat bertindak sebagai apakah dalam kegiatan
obligasi?
Dalam kegiatan suatu obligasi, maka Bank dapat
bertindak sebagai berikut:
a. Penerbit Obligasi,
b. Penjamin Obligasi,
c. Penanggung/guarantor,
d. Penjual,
e. Pembeli

Jenis obligasi 44
1. Dilihat dari sisi penerbit:
a. Corporate bonds : obligasi yang diterbit kan oleh
perusahaan, bail yang berbentuk Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha
Swasta.
b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah pusat.
c. Municipal Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai proyek-
proyek yang berkaitan dengan kepentingan public
(public utility)
2. Dilihat dari sisi pembayaran bunga:
a. Zero Coupon bonds: obligasi yang tidak
melakukan pembayaran bunga secara periodic.
Namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus
Dengan demikian perkembangan Obligasi dalam
hubungan dengan kegiatan suatu Bank adalah merupakan:
a. Obligasi merupakan Surat Berharga tagihan utang
b. Oligasi bentuknya biasanya kepada pembawa (aan
toonder)
c. Terdapat Obligasi negara dan terdapat pula
Obligasi perusahaan
44
Www,ipotindonesia,com, 13 Mei 2010

118
d. Penerbitan Obligasi dijamin oleh kekayaan (aktiva)
emiten
e. Harus ditentukan jangka waktu berlakunya
Obligasi yang bersangkutan
f. Pemilik Obligasi akan mendapat bunga tetap tiap
tahun yang tidak bergantung kepada keadaan
perusahaan yang menerbitkan Obligasi
g. Pengambilan bunga Obligasi dilakukan dengan
menukarkan kupon Obligasi.
Kaitan Surat Berharga dengan kejahatan perbankan sering
terjadi dalam perbankan. Kejahatan adalah perilaku yang
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.
Sedangkan Anatomi kejahatan perbankan berkaitan dengan
perbuatan para pengelola perbankan atau yang melibatkan
pihak di luar lembaga perbankan. Adanya anatomi
kejahatan perbankan tidak lepas dari adanya masalah di
dalam bank itu sendiri. Munculnya masalah di dalam bank,
pada umumnya berawal dari adanya ketidaktaatan para
dewan komisaris, direksi, dan pegawai bank terhadap
ketentuan perbankan yang berlaku, serta adanya ketidak hati-
hatian (prudential) dalam menjalankan operasional
perbankan. Ketaatan terhadap aturan perbankan dan kehati-
hatian dalam menjalankan operasional bank pada kondisi
tertentu akan menentukan tingkat kesehatan bank secara
keseluruhan.
1. Ilustrasi kasus : Anatomi kejahatan Surat Berharga
yang merupakan kasus faktual (nyata) sbb: Bank A
dalam laporan keuangan yang dipublikasikan beberapa
pos tertentu di mark up yaitu laba yang lebih tinggi,
dana pihak ke 3 yang meningkat, modal yang cukup
kuat, sehingga memberikan kesan yang baik pada
masyarakat.
2. Pola kejahatan Window Dressing. Menarik
nasabah/investor melalui publikasi laporan keuangan

119
yang disebut Window Dressing antara lain: obligasi
tercatat pada neraca yang disimpan di security Rp
902,5 milyar, terbagi pada PT AL.C Rp 171,5 milyar,
PT US Rp 233 milyar, PT A Rp 221,5 milyar, dan PT
Ma Rp 56 milyar dan modal positip Rp 219, 5 milyar.
Namun ketika Bank Indonesia melakukan pengecekan
secara resmi kepada KSEI (Kustodian Sentral Efek
Indonesia) tercatat pada KSEI hanya Rp228,5 milyar,
maka terdapat selisih
Dengan demikian dalam kaitan Surat Berharga dengan
kejahatan perbankan sering terjadi dalam perbankan.
Kejahatan adalah perilaku yang bertentangan dengan
nilai dan norma yang berlaku. Anatomi kejahatan
perbankan berkaitan dengan perbuatan para pengelola
perbankan atau yang melibatkan pihak di luar lembaga
perbankan. Adanya anatomi kejahatan perbankan tidak
lepas dari adanya masalah di dalam bank itu sendiri.
Munculnya masalah di dalam bank, pada umumnya
berawal dari adanya ketidaktaatan para dewan
komisaris, direksi, dan pegawai bank terhadap ketentuan
perbankan yang berlaku, serta adanya ketidak hati-hatian
(prudential) dalam menjalankan operasional perbankan.
Ketaatan terhadap aturan perbankan dan kehati-hatian
dalam menjalankan operasional bank pada kondisi
tertentu akan menentukan tingkat kesehatan bank secara
keseluruhan.

Bagaimanakah contoh kasus anatomi kejahatan


obligasi dalam Surat Berharga?
Ilustrasi kasus :
Anatomi kejahatan Surat Berharga yang merupakan kasus
faktual (nyata) sbb: Bank A dalam laporan keuangan
yang dipublikasikan beberapa pos tertentu di mark up

120
yaitu laba yang lebih tinggi, dana pihak ke 3 yang
meningkat, modal yang cukup kuat, sehingga
memberikan kesan yang baik pada masyarakat. Menarik
nasabah/investor melalui publikasi laporan keuangan
yang disebut Window Dressing antara lain: obligasi
tercatat pada neraca yang disimpan di security Rp 902,5
milyar, terbagi pada PT AL.C Rp 171,5 milyar, PT US
Rp 233 milyar, PT A Rp 221,5 milyar, dan PT Ma Rp 56
milyar dan modal positip Rp 219, 5 milyar. Namun
ketika Bank Indonesia melakukan pengecekan secara
resmi kepada KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia)
tercatat pada KSEI hanya Rp228,5 milyar, maka terdapat
selisih Rp 663 milyar. Kustodian adalah pihak yang
memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang
berkaitan dengan efek serta jasa lain. Termasuk
menerima deviden, bunga dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabah.
Dengan demikian dari hasil penelitian ditemukan:
1. Terdapat selisih pencatatan yang tidak benar
2. Direksi lima perusahaaan sekuritas mengakui
kesalahan konfirmasi nilai Obligasi milik Bank A
yang berdasarkan informasi Bank A tanpa mengecek
fisik Obligasi yang tercatat di KSEI tidakan ini
dilakukan atas permintaan direktur operasional Bank
A.
3. Tidak memiliki rekening efek dari perusahaan
penyedia jasa kustodi.
4. Bank A transfer penerimaan kupon SSB namun
bukan berasal dari penerbit SSB.
5. Bank A tidak dapat memberikan trading slip (SSB
for trading) dan ada trading slip tetapi tidak ada
nama.

121
Laporan keuangan yang dipublikasikan kepada
masyarakat dan dilaporkan juga kepada Bank
Indonesia, menimbulkan kesan yang baik kepada
masyarakat dan tentunya masyarakat akan tertarik.
Apabila ternyata perbuatan tersebut baik dalam
membuat laporan keuangan dan publikasi tidak benar
sehingga menyesatkan maka
dapat dikatakan Window Dressing yang merupakan
istilah dalam perbankan. Pola kejahatan Window
Dressing : suatu anatomi modus dokumen fiktif yaitu
apa yang tertera dalm dokumen yang berupa laporan dan
pembukuan semuanya tidak ada atau tidak benar. Karena
telah dimodifikasi seolah-olah benar dan ada. Hal ini
hanya bisa dilakukan bila yang berbuat adalah bank itu
sendiri. Jadi dengan demikian dari anatomi tersebut
diatas Bank A telah melakukan modus kejahatan
menggunakan Surat Berharga Obigasi sebagai
instrumennya. Obligasi tersebut digunakan dengan
cara Window Dressing yaitu tindakan yang
menampilkan laporan keuangan palsu atau tidak
sebenarnya kepada masyarakat sehingga menyesatkan
masyarakat.
Kesimpulan :
Ilustrasi kasus :Anatomi kejahatan Surat Berharga yang
merupakan kasus faktual (nyata) sbb: Bank A dalam
laporan keuangan yang dipublikasikan beberapa pos
tertentu di mark up yaitu laba yang lebih tinggi, dana
pihak ke 3 yang meningkat, modal yang cukup kuat,
sehingga memberikan kesan yang baik pada
masyarakat. Pola kejahatan Window Dressing : suatu
anatomi modus dokumen fiktif yaitu apa yang tertera
dalam dokumen yang berupa laporan dan pembukuan
semuanya tidak ada atau tidak benar. Jadi dengan

122
demikian dari anatomi tersebut diatas Bank A telah
melakukan modus kejahatan menggunakan Surat
Berharga Obigasi sebagai instrumennya. Obligasi
tersebut digunakan dengan cara Window Dressing
yaitu tindakan yang menampilkan laporan keuangan
palsu atau tidak sebenarnya kepada masyarakat
sehingga menyesatkan masyarakat.

F. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)


Sebelum mengenal Pasar Uang (Money Market) lebih
baik terlebih dahulu mengenal Pasar Modal (Capital
Market) . pasar uang dan pasar modal adalah sama-
sama bagian dari industry jasa keuangan. Namun di
pasar uang instrumen yang diperdagangkan adalh surat
berharga yang memiliki jangka waktu
pendek.(maksimal satu tahun) Sedangkan di pasar
modal instrument yang diperdagangkan adalah surat
berharga berjangka waktu panjang (lebih dari satu
tahun). Pasar uang tidak mempunyai transaksi yang
nyata, kalau pasar modal mempunyai tempat transaksi
yang nyata. Jenis yang diperdagangkan dalam dua jenis
pasar ini juga berbeda.
Di pasar uang jenis instrument yang diperdagangkan
adalah:
Wesel tagihan (bankers draft atau bank acceptance
atau bill of exchange), sertifikat deposito, commercial
paper contohnya: promissory notes/ surat
kesamnggupan membayar, sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Surat Berharga Pasar uang, valuta asing.
Di pasar modal jenis instrument yang diperdagangkan
adalah: efek bersifat ekuitas: saham, efek bersifat utang
: obligasi, produk derivative atau produk turunan :
warrat dan right, produk reksadana.

123
1 Pengertian Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU)?
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU): terdiri dari
kata Surat Berharga dan Pasar Uang. Surat Berrharga
ialah bukti tuntutan utang, pembawa hak, dan
mudah diperjual belikan yang berbentuk kepada
pengganti atau kepada pembawa. Sedangkan Pasar
Uang ialah tempat pertemuan penawaran dan
permintaan dana-dana dalam jangka pendek yang
tidak lebih dari satu tahun.45 Misalnya Bank,
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), dimana
transaksi jual beli Surat Berharga Jangka Pendek
dilakukan, contohnya : Surat Wesel, Surat Sanggup
(Aksep), Cek dan Promes

2. Dasar Hukum
Apakah dasar hukum Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU)?
Dasar Hukum:
1. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 17/57/Kep/Dir, tanggal 28 Januari
1985, tentang Perdagangan Surat
Berharga Pasar Uang, yang mulai berlaku
pada tanggal 1 Februari 1985.
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. SE.
17/6/UPUM, tanggal 28 Januari 1985,
perhal Ketentuan tentang Perdagangan
Surat Berharga Pasar Uang, yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Februari 1985.

45
H.MN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum...............,Op Cit hlm
243.

124
3 Jenis Surat Berharga Pasar Uang
Ada berapa Jenis Surat Berharga Pasar Uang?
Jenis Surat Berharga Pasar Uang ada dua yaitu:
a. Surat Sanggup (Promes) dapat berupa:
1. Surat Sanggup yang diterbitkan oleh seorang
nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari
Bank atau Lembaga Keuangan bukan Bank
untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
2. Surat Sanggup (Promes) yang diterbitkan oleh
Bank atau Lembaga Keuangan bukan Bank
dalam rangka pinjaman antar Bank.
b. Surat Wesel dapat berupa46:
1. Surat Wesel yang diterbitkan oleh
salah satu pihak dan diaksep oleh
pihak lain dalam rangka transaksi
tertentu.
2. Surat Wesel yang diterbitkan oleh
nasabah bank atau Lembaga
Keuangan bukan Bank dan diaksep
oleh bank atau Lembaga Keuangan
bukan Bank dalam rangka
pemberian kredit untuk membiayai
kegiatan tertentu.

4. Sifat-sifat khusus Surat Berharga Pasar Uang


Apakah sifat-sifat khusus Surat Berharga Pasar
Uang?
Sifat-sifat Khusus Surat Berharga Pasar Uang:
1. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) itu dipakai
khusus dalam Rupiah dan tidak bisa dipakai
dalam jenis uang lain.

46
Ibid

125
2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) hanya dapat
diperjual belikan secara diskonto, artinya dengan
potongan bunga dimuka, contohnya: SBPU senilai
lima puluh juta rupiah dijual dengan diskonto 5%.
Pembeli hanya membayar Rp 47500.000, karena
telah dikurangi 5% dari RP 50.000.000,-
Sedangkan diskonto ditetapkan oleh Bank
Indonesia secara berkala. Para pihak yang
berkepentingan dalam persoalan SBPU terbatas
pada lingkungan tertentu yaitu Bank Indonesia,
bank-bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan
nasabah bank atau Lembaga Keuangan bukan
Bank.
3. Dengan demikian orang pribadi tidak dapat
mempergunakan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU), dan jangka waktu Surat Wesel, Surat
Sanggup tersebut 30 s/d 90 hari, jangka waktu
paling lama satu Tahun.

G. Efek
1 Pengertian Efek
Apakah yang dimaksud dengan Efek?
Menurut Mollengraaff Efek adalah: dana-dana
yang lazim diperdagangkan di bursa, contohnya:
a. Saham
b. Surat-surat utang (Obligasi)
c. Sertifikat (Sertifikat Saham dan Sertifikat
Dana)
d. Surat Berharga lainnya disebut Efek-Efek.

Efek : adalah Surat-surat Berharga:


1. Setiap Surat Pengakuan Utang,
2. Surat Berharga Komersial,

126
3. Saham, adalah surat berharga (efek) yang
berbentuk sertifikat Guna menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan. Semakin
banyak perusahaan berarti jumlah uang yang
diberikan ke perusahaan itu juga semakin
besar, demikian juga penguasaan orang
tersebut dalam perusahaan itu semakin tinggi.

Pengertian Surat Utang (Obligasi)


a. Pemegang obligasi adalah kreditur perusahaan
b. Jangka waktu dibatasi oleh tanggal jatuh
tempo
c. Investor mendapat bunga tetap (suku bunga
tahunan)
d. Risiko investasinya lebih kecil
e. Tidak punya hak suara dalam RUPS hanya
punya hak suara dalam RUPO (rapat umum
pemegang obligasi)
f. Jika terjadi kepailitan pemegang obligasi
mendapat pelunasan lebih dulu daripada
pemegang saham.
g. Perikatan obligasi berdasarkan kontrak
perwali amanat.

2. Pengertian Saham
Apakah yang dimaksud dengan Saham ?
Saham adalah Surat Berharga (efek) yang
berbentuk sertifikat guna menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan. Semakin banyak
saham yang dimiliki seseorang di suatu perusahaan,
berarti jumlah uang yang diberikan ke perusahaan
itu juga semakin besar, demikian juga penguasaan
orang tersebut dalam perusahaan itu semakin
tinggi.

127
Saham : bagian kepemilikan dari suatu Badan
Usaha. Jika anda membeli atau memiliki sebagian
Saham dari suatu Perusahaan berarti anda ikut serta
memiliki Perusahaan dan tentu saja anda memiliki
klaim terbaik pada kekayaan maupun penghasilan
Perusahaan. Saham memiliki sifat kepemilikan
atas nama, tentu bisa dengan mudah
dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Untuk
mudah proses jual beli maka pemerintah
mendirikan sebuah pasar atau bursa modal
bernama Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
sebelumnya bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Syaratnya perusahaan pemilik atau penerbit saham
harus mencatatkan diri di BEI atau menjadi Emiten.
Sedangkan penerbit Saham yang telah menjadi
Emiten BEI, nama perusahaan ditambah dengan
kata Terbuka dibelakangkan disingkat Tbk

Saham
a. Bukti kepemilikan perusahaan
b. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan
c. Jangka waktu tidak terbatas selama
perusahaan masih hidup
d. Investor berpotensi mendapat dividen, capital
gain, capital loss
e. Risiko investasinya lebih besar
f. Punya hak suara dalam RUPS
g. Jika terjadi kepailitan pemegang saham
mendapat prioritas terakhir untuk dilunasi.
h. Perikatan saham berdasarkan angaaran dasar
perusahaan.

Timbul pertanyaan Apakah sama Share atau


Stock dengan Saham? Dalam bahasa Inggris,

128
saham itu disebut dengan share atau stock.
Sementara dalam bahasa Belanda, saham disebut
aandeel. Sehingga dalam bahasa Indonesia,
saham sering juga disebut dengan istilah andil.
Secara umum sebagaimana disebut dalam kamus
Black law bahwa saham berarti suatu bagian atau
porsi dari sesuatu yang dimiliki bersama oleh
beberapa orang yang mempunyai referensi
terhadap bagian dari kepentingan seseorang
anggota yang tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan. Sedangkan dalam eksiklopedi
(ekonomi, keuangan, dan perdagangan) saham
atau stock sebagai berikut: suatu bagian dalam
pemilikan suatu perseroan, modal yang ditanam
dalam suatu perseroan, seperti yang diwakhili
oleh bagian-bagian daripada modal itu yang
dimiliki oleh individu masing-masing dalam
bentuk sertifikat-sertifikat saham. Suatu
perseroan dapat mengeluarkan atau mengedarkan
beberapa jenis klasifikasi stock, dengan
bermacam-macam privilesa, hak-hak, dan
tanggung jawab.
Saham (Share/Stock/andeel/andil)47 : salah
satu instrumen pasar modal yang paling umum
diperdagangkan karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Dengan memiliki saham, berarti kita ikut
memiliki perusahaan sehingga berhak hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Perusahaan-perusahaan yang ingin menambah
modal usaha dapat menerbitkan saham, kemudian

47
Iswi Hariyani, R. Serfianto D.P., Buku Pintar Hukum Bisnis
Pasar………..op cit, hlm 198

129
menjual saham tersebut melalui mekanisme
penawaran umum (go public) dengan bantuan
perusahaan efek selalu menjamin emisi efek dan
selaku perantara pedagang efek.
Perusahaan yang telah go public emiten. Jika
sahamnya telah dimiliki oleh lebih dari 300 orang
dan memiliki modal disetor di atas RP3 miliar,
perusahaan emiten tersebut dapat berubah status
menjadi perusahaan publik. Emiten dan
Perusahaan publik digolongkan sebagai
perusahaan terbuka (TBK) karena telah menjual
sebagian sahamnya kepada public atau
masyarakat investor. Keuntungan yang didapat
investor dengan membeli saham ada dua macam
yaitu:
a. Mendapat deviden
b. Mendapatkan capital gain (selisih harga
beli dengan harga jual saham)

Dividen adalah: pembagian keuntungan yang


diberikan perusahaan setiap tahun. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang
pemodal ingin mendapatkan dividen, pemodal
tersebut harus memegang saham tersebut dalam
kurun waktu yang relative lama yaitu: hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode
yang sudah diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan deviden.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat
berupa dividen tunai aritinya: kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah uang tertentu untuk setiap
saham. Dapat juga berupa deviden saham yang

130
berarti : kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen sejumlah yang dimiliki pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen
saham tersebut.
Capital gain adalah: merupakan selisih harga
beli dan harga jual saham. Capital gain terbentuk
dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Sebagai contoh, investor membeli
saham ABC dengan harga RP 3000 per saham,
kemudian menjual dengan harga RP 3500
persaham yang berarti pemodal tersebut
mendapakan Capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijual48
Capital loss merupakan kebalikan dari Capital
gain yaitu suatu kondisi ketika investor menjual
saham lebih rendah daripada harga beli. Sebagai
contoh, saham PT XYZ yang dibeli dengan harga
RP 2000 persaham. Kemudian harga saham
tersebut terus menerus mengalami penurunan
hingga mencapai Rp 1400 per saham. Karena
takut harga saham tersebut akan terus turun,
investor menjual pada harga Rp 1400 sehingga
mengalami keugian sebesai Rp 600 per saham.49
Risiko pemegang saham
Risiko Likuidasi terjadi ketika perusahaan yang
sahamnya dimiliki pemodal dinyatakan bangkrut
oleh pengadilan atau perusahaan tersebut
dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari
pemegang saham mendapat prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat

48
Bursa Efek Indonesia, www. idx .co. id, 13 Mei 2010.
49
Ibid

131
dilunasi dari hasil penjualan kekayaan perusahaan,
sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham. Akan tetapi jika tidak
terdapat sisa kekayaan perusahaan, pemegang
saham tidak akan memperoleh hasil likuidasi
tersebut.
Harga-harga saham dapat ber fluktuasi naik dan
turun. Pembentukan harga saham terkaji karena
adanya kekuatan supply (penawaran) dan demand
(permintaan) atas saham tersebut
Supply dan demand disebabkan banyak faktor:
a. Faktor mikro ekonomi (kinerja
perusahaan, kinerja industri ketika
perusahaan itu bergerak, perubahan
manajemen perusahaan, produktivitas
karyawaan, harga bahan baku, kesediaan
bahan baku, prospek penjualan)

b. Faktor makro ekonomi (tingkat suku


bunga, inflasi, nilai tukar, kondisi ekonomi
dunia)

c. Faktor non ekonomi (kondisi sosial


politik)

Apakah Saham hanya diatur dalam KUHD


? Dalam perkembangannya saham, UU No. 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas tidak
memberikan definisi tentang apa yang dimaksud
dengan saham. Kecuali menyebutkan saham
merupakan benda bergerak dan hak kepemilikan
kepada pemegangnya (Pasal 54 ayat 1 UUPT).

132
Apakah dalam UU No. 1 Tahun 1995 terdapat
asas-asas yang terkandung dalam saham dari
suatu perseroan? UUPT memperkenalkan
beberapa asas terhadap saham dari perseroan
sebagai berikut:
a. Asas hak kebendaan, kepemilikan atas
saham sebagai benda bergerak
memberikan hak kebendaan kepada
pemegangnya yang dapat dipertahankan
terhadap setiap orang. (Pasal 54 UU.PT).
Karena saham merupakan hak kebendaan,
maka saham dapat dialihkan dan juga
dapat digadaikan.
b. Asas keharusan Nilai Nominal, asas ini
mengharuskan setiap saham harus
mempunyai nilai nominal. Permodalan
perusahaan juga dihitung berdasarkan nilai
nominal tersebut. Ditentukan juga bahwa
nilai nominal haruslah ditentukan dalam
mata uang rupiah.
c. Asas tidak dapat dibagi, Pasal 45
UU.PT bahwa saham memberikan
kepada pemiliknya hak yang tidak dapat
dibagi-bagi. Kecuali seperti yang disebut
dalam Pasal 47 UUPT bahwa nilai
nominal saham dapat dipecahkan dan
harus ditetapkan dalam anggaran dasar.
d. Asas Pembatasan Peralihan Saham,
UUPT memperkenankan anggaran dasar
untuk membatsi peralihan hak atas saham
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 50
UU PT.

133
e. Asas Perlindungan pemegang saham
minoritas.
f. Asas pembelian Saham Kembali oleh
Perseroan, dalam hal ini ketentuan
mengenaipembelian kembali saham oleh
perseroan, dengan dana yang diambil dari
laba bersih sepanjang tidak menyebabkan
kekayaan bersih perseroan tidak menjadi
lebih kecil dari modal yang ditempatkan
ditambah dengan reserve yang diwajibkan.
g. Asas perlekatan kepemilikan saham
dengan Hak suara, dan hak-hak
lainnya. Suatu asas Hak suara melekat
pada pemilik sahamnya. Karena saham
tidak dapat dialihkan tanpa mengalihkan
hak suara, dan juga tidak dapat dialihkan
hak suara tanpa mengalihkan saham.
Seperti diatur dalam Pasal 53 ayat (4): hak
suara atas saham yang digadaikan,
sungguhpun saham telah dikuasai
fisiknya oleh kreditur, tetapi hak suara
tetap pada pemberi gadai (debitur).
h. Asas Rapat Umum Pemegang Saham
Sebgai kekuasaan yang tertinggi dan
sebagai residu dan variatif. Sebab
UU.PT menganut prinsip distribution of
power artinya: kewenangan dalam PT,
dialokasikan kepada Komisaris, Direktur
dan Rapat Umum Pemegang Saham.
Kewenangan Rapat Umum Pemegang
Saham (teori residu), sebagai kekuasaan
tertinggi dalam suatu perseroan.

134
4. Sekuritas Kredit, Sekuritas: bukti utang-
piutang atau bukti kepemilikan modal yang
dapat diperdagangkan sbb: saham obligasi,
aksep, hipotik, wesel, sertifikat deposito.
5. Setiap Rights (hak emisi) hak untuk
menerbitkan Saham. Sertifikat bukti rights
dapat didefinisikan sebagai efek yang
memberikan hak kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru yang akan
dikeluarkan oleh emiten pada proposi dan
harga tertentu.
6. Penawaran umum terbatas Efek pada harga
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
kepada Pemegang Saham lama dalam rangka
penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dulu
(HMETD/Rights),
7. Warrants: Efek yang diterbitkan oleh
suatu Perusahaaan yang memberi hak kepada
pemegang Efek untuk memesan Saham dari
Perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk
6 (enam) bulan atau lebih, Opsi atau setiap
derivatif dari Efek, waran atau setiap
instrumen yang ditetapkan Bapepam sebagai
Efek.50 Waran juga berarti hak untuk membeli
saham atau obligasi dari satu perusahaan
dengan harga yang telah ditentukan
sebelumnya oleh penerbit waran/emiten.
Karena harga pasar saham dapat berubah-ubah
setelah penawaran umum perdana. Waran
merupakan opsi jangka panjang yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk

50
Kamus Saku Bisnis,.................Op Cit, hlm 85.

135
membeli saham atas nama dengan harga
tertentu.

3. Perbedaan- perbedaan antara Saham dan


Obligasi

Dengan demikian timbul pertanyaan apakah


perbedaan Saham dan Obligasi?
Perbedaan Saham dan Obligasi sbb:
Saham:
a Bukti kepemilikan perusahaan
b Pemegang saham adalah pemilik perusahaan
c. Jangka waktu tidak terbatas selama perusahaan
masih hidup
d. Investor berpotensi mendapat dividen, capital
gain, capital loss
e. Risiko investasinya lebih besar
f. Punya hak suara dalam RUPS
g. Jika terjadi kepailitan pemegang saham
mendapat prioritas terakhir untuk dilunasi.
h. Perikatan saham berdasarkan angaaran dasar
perusahaan.

Obligasi :
a. Pemegang obligasi adalah kreditur perusahaan
b. Jangka waktu dibatasi oleh tanggal jatuh tempo
c. Investor mendapat bunga tetap (suku bunga
tahunan)
d. Risiko investasinya lebih kecil
e. Tidak punya hak suara dalam RUPS hanya
punya hak suara dalam RUPO (rapat umum
pemegang obligasi)

136
f. Jika terjadi kepailitan pemegang obligasi
mendapat pelunasan lebih dulu daripada
pemegang saham.
g. Perikatan obligasi berdasarkan kontrak perwali
amanat.

4. Efek yang Beragun Aset


Apakah yang dimaksud dengan Efek yang beragun
aset?
Efek yang Beragun Aset: Unit Penyertaan Kontrak
Investasi Kolektif yang portopolionya terdiri dari:
1. Aset Keuangan berupa Tagihan yang timbul
dari Surat Berharga Komersial,
2. Sewa Guna Usaha,
3. Perjanjian Jual Beli Bersyarat,
4. Perjanjian Pinjaman Cicilan,
5. Tagihan Kartu Kredit,
6. Pemberian Kredit termasuk Kredit Pemilikan
Rumah atau Apartemen,
7. Efek yang bersifat Utang yang dijamin oleh
Pemerintah,
8. Sarana Peningkatan Kredit (Credit
Enhancement) arus kas (cash flow),
9. serta Aset Keuangan setara dan
10. Aset Keuangan lain yang berkaitan dengan
Aset Keuangan.

Dengan demikian Efek yang Beragun Aset


bukan merupakan reksadana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal angka 27 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1977 tentang Pasar Modal. Portofolio:
kumpulan Sekuritas (Efek) yang dimiliki orang
atau Badan Usaha yang dapat diperjualbelikan.

137
Karena Reksadana adalah: wadah untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi.
Dengan demikian Efek adalah Surat Berharga
yang diperjual belikan di bursa. Sedangkan Bursa
Efek adalah: pihak yang menyelenggarakan atau
menyediakan Sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli Efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan
efek diantara mereka.
Anggota Bursa Efek adalah: perusahaan efek
(selaku perantara pedagang efek) yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK dan
mempunyai hak untuk mempergunakan system dan
atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan
bursa efek tersebut.
Produk atau instrument jasa keuangan yang
diperdagangkan di bursa efek adalah efek atau
Surat berharga dalam bentuk surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang,kontrak berjangka atas efek dan setiap
derivative dari efek.
Apakah Derivative dari efek?
Derivative dari efek adalah: turunan dari efek lebih
diterbitkan. sejak efek tersebutfek, baik yang bersifat
utang maupun yang bersifat ekuitas seperti opsi dan
waran.

Opsi adalah: hak yang di miliki pihak tertentu


untuk membeli dan menjual kepada pihak lain atas

138
sejumlah efek pada harga dan dalam waktu
tertentu.
Sedangkan waran adalah: efek yang diterbitjan
oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegang efek untuk memesan saham dari
perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah
enam bulan atau lebih sejak efek tersebut
diterbitkan.
Saat ini pelaksanaan kegiatan bursa saham di
Indonesia sehari-hari dilakukan oleh PT Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang merupakan hasil
penggabungan usaha dari PT Bursa Efek Jakrta
(BEJ) dengan PT Bursa Efek Surabaya (BES)
pada 2007.
Dengan demikian di Indonesia saat ini ada satu
Bursa Efek yaitu Bursa Efek Indonesia yang
beralamat:
PT. Bursa Efek Indonesia, Gedung Bursa Efek
Indonesia, Tower 1, lantai 6 Jl.Sudirman Kavling
52-53, Jakarta 12190 email :
webmaster@idx.co.id, website: www.idx.co.id.

Berkaitan dengan agunan/jaminan dalam hal ini,


apakah yang dimaksud dengan agunan atau
jaminan?
Agunan atau jaminan adalah memiliki pengertian
yang sama tetapi ada juga perbedaannya bergantung
bagaimana cara pemakaiannya. Jaminan (garansi)
biasanya ada ada yang mempunyai penjamin ada yang
tidak. Jaminan meliputi benda bergerak (mobil, motor)
dan benda tidak bergerak (rumah, tanah), benda
berwujud (uang tunai dan benda tidak berwujud (saham,

139
bank garansi). Sedangkan lebih dititik beratkan pada
benda bergerak dan benda tidak bergerak. Sedangakan
Aset adalah: harta perusahaan yang diharapkan dapat
habis dalam jangka waktu satu tahun atau mempunyai
umur pemakaian tidak lebih dari satu tahun.
Contoh: kas (cash), piutang dagang (account
receivable), surat-surat berharga (marketable securities),
perlengkapan kantor (office supplies). Investasi adalah
harta dalam bentuk surat-surat berharga dan harta lain
yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun.
Contoh: saham, piutang jangka panjang, dsb.
Apakah Saham bisa dijaminkan?
Saham bisa dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk
memperoleh kredit, biasanya saham hanya dianggap
sebagai agunan tambahan oleh bank.
Apakah Saham bisa dipindahtangankan atau dijual
belikan?
Karena Saham mempunyai sifat kepemilikan atas
nama, tentu bisa dengan mudah dipindahtangankan atau
diperjualbelikan.
Bagaimanakah melihat cara pergerakan harga
Saham di Bursa Efek?
Harga di bursa efek ditentukan oleh kekuatan harga
permintaan (penawaran beli) dan (penawaran jual).
Semakin banyak orang ingin membeli saham, harga
yang bersangkutan akan terus bergerak naik. Sebaliknya
semakin banyak orang yang ingin menjual, harga saham
bersangkutan akan bergerak turun.
Apakah Indeks harga saham ?
Indeks harga saham adalah: suatu indikator yang
menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks

140
berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya
pergerakan indeks menggambarkan kondisi Apakah
pasar sedang aktif atau lesu pada suatu saat? Dengan
demikian dapat mengetahui tren pergerakan harga
saham saat ini.Apakah sedang naik, stabil, atau turun.
Misalnya: jika pada awal bulan nilai indeks 300 dan
saat ini di aakhir bulan menjadi 360, dikatakan secara
rata-rata harga saham mengalami peningkatan sekitar
20%. Pergerakan indeks menjadi indikator bagi para
investor untuk menentukan apakah mereka akan
menjual, menahan atau membeli beberapa saham.
Karena harga saham bergerak dalam hitungan detik
dan menit, nilai indeks pun bergerak turun naik dalam
hitungan waktu yang cepat pula.
Apakah investor atau pemodal bisa melakukan
jual beli Saham harus mempunyai jumlah uang
besar?
Investor tidak harus mempunyai uang yang
berjumlah besar atau ratusan juta untuk dapat
bertransaksi saham. Pada prinsipnya, siapapun bisa
menjadi investor dan bertransaksi saham. Baik orang
Indonesia, maupun orang asing, Badan Hukum
Indonesia atau Badan Hukum Asing. Saat ini jumlah
emiten saham di BEI mencapai 300-an perusahaan.
Contohnya: saham dengan harga RP 50 Per lembar
mencapai 10% lebih. Jika harga saham RP50 dan
batas minimal pembelian saham adalah 1 lot (500
lembar), uang yang harus disediakan investor cukup
RP 25.000.51

51
Parluhutan Situmorang, Jauhari Mahardika, Tri Listiyarini, Jurus-
Jurus Berinvestasi Saham Untuk Pemula, TransMedia Pustaka, 2010, hlm
5.

141
Jadi Bursa Efek Di Indonesia saat ini, Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dengan alamat JL.Sudirman. kaveling
52-53 Jakarta Selatan 12190.
Perusahaan Efek/ Perusahaan Sekuritas:
Adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, dan atau manajer investasi.
Apakah Penjamin Emisi Efek?
Penjamin emisi efek (under writer) adalah: pihak
yang membuat kontrak dengan emiten untuk
melakukan penawaran umum (go public) bagi
kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual
Siapakah Perantara Pedagang Efek?
Pedagang efek (broker/dealer) adalah pihak yang
melakukan kegiatan usaha jual beli efek bank
kepentingan sendiri pihak lain.
Siapakah Manajer Investasi?
Manajer investasi (investment manager) adalah:
pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk kepentingan para nasabah atau
mengelola portofolio.investasi kolektif untuk
kepentingan sekelompokj nasabah kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perusahaan Efek /Perusahaan Sekuritas: biasanya
dicirikan dengan namanya yang mencantumkan
nama “Sekuritas” contohnya: PT Mnadiri Sekuritas,
PT BNI Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT
Bahana Sekuritas.

142
Perusahaan Efek dapat berbentuk:
a. Perusahaan Efek Nasional: yang seluruh
sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan
warga Negara Indonesia dan Atau Bandan
Hukum Indonesia
b. Perusahaan Efek Patungan: yang sahamnya
dimiliki oleh orang perseorangan warga Negara
Indonesia, badan hukum Indonesia, dan atau
badan hukum asing yang bergerak dibidang
keuangan.
Permodalan perusahaan efek nasional maupun
perusahaan efek patungan diatur berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan No.
179/KMK.010/2003 tentang kepemilikan Saham
dan permodalan Perusahaan Efek. Serta Keputusan
Ketua Bapepam No Kep 20/PM/2003 tentang
Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Bersih, kedua
aturan ini mengubah ketentuan permodalan
Perusahaan Efek berdasarkan Pasal 33. PP. 45/1995.
Efek tidak saja diperjual belikan tetapi dapat juga
orang menikmati hasilnya atau menggadaikan
untuk suatu pinjaman uang. Orang yang hendak
membeli Saham harus menghubungi salah satu
anggota bursa Efek untuk melakukan pesanan,
begitu juga bila orang mau menjual Efek nya. Untuk
provisi makelar Efek ini ditentukan 1% dari harga
Saham yang akan dibeli atau dijual.
Efek beragun Aset (Asset Backed Securities)
Menurut peraturan Bapepam No. IX.K.1 tentang
Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
asset (Asset Backed Securities) adalah unit

143
penyertaan kontrak investasi kolektif yang
portofolionya terdiri dari asset keuangan berupa
tagihan yang timbul dari surat berharga komersial,
sewa usaha,perjanjian jual beli bersyarat, perjanjian
cicilan, tagihan kartu kredit, pemberian kredit,
termasuk kredit pemilikan rumah atau KPR
apartemen, efek bersifat utang yang dijamin
pemeritah, sarana peningkatan kredit beragun asset
bukan reksadana.Efek Beragun Aset yang dijamin
dengan Hak Tanggungan (tanah. rumah) disebut
Mortgage Backed Securities (MBS)
Di Negara maju Mortgage Backed Securities
(MBS) atau Efek Beragun Kredit Kepemilikan
Rumah, telah berkembang sehingga memiliki
porsi nilai pasar yang besar. Dengan melakukan
sekuritasi Aset Piutang KPR dari Bank / kreditor,
pihak yang memberikan jaminan KPR menjadi efek
yang kemudian dijual kepada investor. Pemberi
pinjaman KPR mendapatkan dana segar dari
investor. Sedangkan investor mendapatkan bunga
sebagai hasil investasi dari Mortgage Backed
Securities. Bunga tersebut dapat dicicil
pembayaran debitor KPR yang diterima oleh bank
selaku kreditur awal. Disamping itu kebutuhan
rakyat untuk itu rditerima oleh bank selaku kreditur
awal. Hal ini memberi manfaat pada investor, bank
(kreditur awal) dan sektor usaha riil. Bergeraknya
sektor riil akan terbuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat sehingga menekan pengangguran di
Indonesia. Setelah mengenal Surat Berharga baik
yang diatur dalam KUHD maupun Surat Berharga
yang berkembang sekarang, selanjutnya tentang
Surat Yang Berharga.

144
BAB III

SURAT YANG BERHARGA


( PAPIEREN VAN WAARDE )

A. Surat yang Berharga (Papieren Van Waarde)


Surat yang Berharga adalah: nilai hak yang melekat
bersifat subyektif. Sehingga hanya berlaku dan
berharga bagi subyek tertentu. Definisi Surat yang
Berharga 52: surat yang sukar diperjual belikan
sedangkan Surat Berharga surat yang mudah diperjual
belikan.

Apakah perbedaan secara terperinci antar Surat


Berharga dengan Surat Yang Berharga ?
Surat yang Berharga sebagai berikut:
1. Surat yang Berharga bersifat subyektif
2. Surat yang Berharga tidak dapat atau sukar
diperdagangkan
3. Surat yang Berharga tidak merupakan syarat
mutlak
4. Surat yang Berharga pada dasarnya sulit
untuk dialihkan
5. Surat yang Berharga menganut Asas
Legitimasi Materiel: pemegangnya adalah
orang tersebut namanya didalam Surat,
secara material pemegang surat tersebut
adalah orang yang sesungguhnya pemilik
dan berhak terhadap surat tersebut.

52
H.MN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang……, .Op Cit,
hlm 7.

145
Sedangkan Surat Berharga adalah sebagai berikut:
1. Surat Berharga mempunyai sifat obyektif
2. Surat Berharga dapat diperdagangkan
3. Surat Berharga merupakan akta dan syarat
mutlak
4. Surat Berharga mudah untuk dialihkan
5. Surat Berharga menganut Asas Legitimasi
Formal: pemegang secara formil, dia yang
dianggap menguasai surat berharga
tersebut mendapatkannya dari Pemegang
pertama melalui peralihan yang sah.

B. Persamaan antara Surat Berharga dengan Surat


yang Berharga
Apakah ada persamaan antara Surat Berharga dengan
Surat yang Berharga?
Persamaannya dalam surat tersebut terdapat suatu
“HAK” yang melekat pada surat tersebut.

Apakah contoh-contoh Surat yang Berharga?


Dalam pengertian diatas terdapat contoh-contoh dari
Surat yang Berharga antara lain sebagai berikut:
1. Ijazah: Surat Tanda Tamat Belajar.
2. Sertifikat tanah53 : tanda bukti, hak atau kepemilikan
atas tanah, terdiri atas salinan buku tanah dan surat
ukur yang dijahit satu dengan sampul, yang
bentuknya ditetapkan sesuai dengan peraturan.
3. Kartu Tanda Penduduk54: kartu pengenal yang harus
dimiliki setiap orang (warga negara) yang memuat
nama, nomor, jenis kelamin, umur dan tempat lahir,
pekerjaan, dan alamat yang jelas.

53 10
M. Dahlan. Y.Al-Barry, .Kamus Induk Istilah Ilmiah,..........Op Cit,
hlm 703.
54
Kamus Besar Bahasa Indonesia,............Op Cit hlm 511

146
4. Piagam55: keterngan tertulis (pada kertas, lempengan
logam, batu dsb) yang berisi tentang pernyataan
pemberian hak, sesuatu hal, sertifikat
5. Tiket pesawat: karcis untuk naik pesawat.
6. Apakah yang dimaksud dengan Surat Deposito
Berjangka ? Surat Deposito Berjangka 56 tidak
dapat dipindah tangankan, jika pememilik deposito
meninggal dunia, uang simpanan akan dibayarkan
kepada ahli warisnya. Ahli waris tersebut harus
ditetapkan oleh Pengadilan Negeri setempat. Deposito
ini diperuntukkan bagi dana-dana yang bersumber
dari dalam negeri. Bagi dana-dana yang bersumber
dari luar negeri akan diberi bunga lebih rendah. Siapa
saja dapat mendepositokan uangnya pada Bank
Pemerintah asal dana itu bersumber dari: kredit yang
diberikan oleh bank, Anggaran Pendapat dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapat dan Belanja
Daerah (APBD). Deposito berjangka dapat dijadikan
jaminan bagi suatu kredit bank. Pada prinsipnya
simpanan Deposito dapat diambil sewaktu-waktu dan
bunga deposito dibayar pada tiap-tiap bulan sesuai
dengan hari bayar. Orang dapat menyimpan uangnya
dalam deposito berjangka pada semua bank di seluruh
Indonesia.

7. Bilyet Giro
Apakah yang dimaksud dengan Bilyet Giro?
Bilyet Giro adalah: surat perintah tak bersyarat dari
nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada
bank penyimpan dana untuk memindahkan sejumlah
dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya, kepada

55
Ibid, hlm 607.
56
Ibid, hlm 227.

147
Bank yang sama atau kepada bank lainnya. Dengan
demikian pembayaran Bilyet Giro tidak dapat dengan
uang tunai dan tidak dapat dipindah tangankan
melalui endosemen. Bilyet Giro merupakan alat
pembayaran yang bersifat giral, dengan cara
pemindahan bukuan sejumlah dana dari si penerbit.
Bilyet Giro termasuk dalam jenis Surat yang
Berharga, karena Bilyet Giro mempunyai sifat “sukar
atau tidak boleh dijualbelikan.57 Bilyet Giro lahir dan
tumbuh dalam praktik karena kebutuhan dalam lalu
lintas pembayaran secara giral. Bilyet berasal dari
Bahasa Belanda yang artinya surat, dan kata Giro
berarti simpanan dari bank yang pengambilannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
atau dengan pemindahbukuan. Dalam Pasal 1 huruf d
SK BI No. 28/32/KEP/DIR/ 1995 Bilyet Giro
diartikan adalah Surat perintah dari nasabah kepada
bank penyimpan dana untuk memindahbukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan
kepada rekening pemegang yang disebutkan
namanya. Penerbitan Bilyet Giro adanya Hubungan
Hukum antara pihak Penerbit/Penarik dengan pihak
Bank. Hubungan hukum itu berbentuk Perjanjian
Penyimpanan Dana Penerbit pada Bank dengan
membuka Rekening Giro. Contoh Kasus: Bilyet Giro
kosong sama halnya dengan Cek Kosong, yang
sering terjadi dalam lalu lintas perdagangan. Bilyet
Giro kosong adalah Bilyet Giro yang bersangkutan
ditolak dalam tenggang waktu adanya kewajiban
penyediaan dana oleh penarik karena dananya tidak
cukup. Bagi Penerbit yang menerbitkan Bilyet Giro
kosong akan mendapat sanksi administrasi berupa
pencantuman nama nasabah ke dalam Daftar Hitam
57
Ibid, hlm 228.

148
Penarikan Bilyet Giro Kosong, serta nasabah tersebut
wajib mengembalikan sisa blanko Bilyet Giro yang
belum digunakan, dan namanya akan terhapus dengan
sendirinya setelah masa berlakunya daftar hitam
tersebut berakhir, kemudian dapat diterima kembali
sebagai nasabah bank. Akan tetapi apabila si penerbit
Bilyet Giro kosong, ada unsur Penipuan maka dapat
dijatuhkan Sanksi Pidana yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.

8. Surat Bukti Penimbunan


Apakah dimaksed dengan Surat Bukti
Penimbunan ?
Surat Bukti Penimbunan pada zaman
Belanda disebut Ceel adalah: Surat yang
membuktikan bahwa Pemilik/Pemegang surat itu
berhak menuntut penyerahan barang-barang sebagai
yang disebut dalam Surat Bukti Penimbunan setelah
membayar semua biaya yang diwajibakan akibat
penyimpanan barang-barang itu dalam gudang.
Ceel (Belanda) adalah Surat yang Berharga yang
sukar diperjual belikan, dan sebagai tanda bukti
penerimaan barang-barang untuk disimpan dalam
veem, ditandatangani oleh pengusaha veem, yang
memberi hak kepada pemegangnya untuk menuntut
penyerahan barang-barang sebagai disebut dalam
ceel kepada pengusaha veem. Contoh: seorang
eksportir yang mengirimkan barang-barang kepada
importir luar negeri, tetapi kapal belum tersedia di
dermaga, maka barang-barang ditimbun dan atau
disimpan dulu di gudang pengangkut, sambil
menanti tersedianya kapal yang dicharter. Untuk
barangnya yang disimpan di gudang pengangkut, si
pengirim mendapat Surat Bukti Penimbunan.

149
9. Cek Perjalanan atau Travellers Cheque
Apakah yang dinamakan Cek Perjalanan
(Travellers Cheque) ?

Cek Perjalanan atau Travellers Cheque adalah


Surat yang Berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
bank, yang mengandung nilai, di mana bank
penerbit sanggup membayar sejumlah uang sebesar
nilai nominalnya kepada orang yang tandatangannya
tertera pada Cek Perjalanan. Pada waktu membeli
Cek Perjalanan itu pembeli harus menaruhkan
tandatangan itu mungkin sebelah bawah atau sebelah
atas kiri atau kanan. Orang dapat memperoleh Cek
Perjalanan dengan cara membeli pada bank penerbit
atau agen-agennya dengan harga nomimal ditambah
dengan ongkos administrasi yang sangat ringan,
misalnya : ¼% dari harga nominal Cek yang dibeli.
Waktu menguangkan, pemegang Cek Perjalanan
tidak perlu membayar apa-apa lagi, hanya harus
memberikan tandatangannya lagi di sebelah lawan
dari tanda tangan pertama (pada waktu membeli) ada
di sebelah atas atau di sebelah bawah. Maka tanda
tangan kedua di sebelah atas, begitu sebaliknya. Bila
tanda tangan pertama ada di sebelah kanan, maka
tanda tangan kedua di sebelah kiri, bisa di sebelah
atas atau di sebelah bawah. Dengan demikian fungsi
Surat yang Berharga tidak merupakan syarat mutlak
untuk adanya suatu tagihan melainkan hanya
merupakan alat bukti bahwa Pemegang surat tersebut
berhak

150
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1 Dasar mengikatnya Surat Berharga antara Penerbit


dan Pemegang adalah ”Suatu Perjanjian” yang
merupakan Perbuatan Hukum antara dua pihak.
Pemindahtanganan Surat Berharga itupun didasarkan
pada isi Perjanjian yang tersebelum surat dalam teks
Surat Berharga tersebut. Sedangkan Sumber hukum
dari Perikatan yang timbul pada Surat Berharga
adalah ”Perjanjian” antara Penerbit dan
Pemegang pertama.
Surat Berharga adalah sebagai berikut:
Surat Berharga mempunyai sifat obyektif, 2. Surat
Berharga dapat diperdagangkan 3. Surat Berharga
merupakan akta dan syarat mutlak. 4. Surat
Berharga mudah untuk dialihkan5. Surat Berharga
menganut Asas Legitimasi Formal: pemegang secara
formil, dia yang dianggap menguasai surat
berharga tersebut mendapatkannya dari Pemegang
pertama melalui peralihan yang sah.

2 Surat yang Berharga adalah: nilai hak yang melekat


bersifat subyektif. Sehingga hanya berlaku dan
berharga bagi subyek tertentu. Definisi Surat yang
Berharga 58: surat yang sukar diperjual belikan
sedangkan Surat Berharga surat yang mudah
diperjual belikan.

58
H.MN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang……, .Op Cit,
hlm 7.

151
Surat yang Berharga sebagai berikut:1. Surat yang
Berharga bersifat subyektif. 2. Surat yang Berharga
tidak dapat atau sukar diperdagangkan. 3. Surat yang
Berharga tidak merupakan syarat mutlak. 4. Surat
yang Berharga pada dasarnya sulit untuk dialihkan.5.
Surat yang Berharga menganut Asas Legitimasi
Materiel: pemegangnya adalah orang tersebut
namanya didalam Surat, secara material pemegang
surat tersebut adalah orang yang sesungguhnya
pemilik dan berhak terhadap surat tersebut.

B. Saran
Sebelum menandatangani suatu perjanjian hendaknya
dibaca secara teliti isi teks perjanjian karena biasanya
perjanjian standar/ baku telah dibuat sedemikian rupa
Karena setelah menanda tangani perjanjian akan
berlaku sebagai Undang-undang bagi pihak-pihak
yang menandatanganinya.

152
DAFTAR PUSTAKA

A Buku-Buku
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni,
Bandung, 1982.

Huala Adolf & An-An. Chandrawulan, Masalah-


masalah Hukum Dalam Perdagangan
Internasional, Radja Grafindo Persada,
Jakarta, 1995.

__________, Hukum Perdagangan Internasional,


Radja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

________, Dasar-dasar Hukum Kontrak


Internasional, Refika Aditama, Bandung, 2007.

Agus Suryana, Kiat Sukses Ekspor Impor, Progress,


Jakarta, 2004.

Amir M.S., Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor


Impor, Pustaka Binaman Presindo, Jakarta, 2001.

________, Kontrak Dagang Ekspor, edisi revisi,


PPM, Jakarta, 2002.

________, Ekspor-Impor: Teori dan


Penerapannya, Pustaka Binaman Presindo,
Jakarta, 1991.

________, Seluk Beluk dan Tehnik Perdagangan


Luar Negeri, PPM, Jakarta, 2000.

153
________, Ekspor-Impor: Teori dan
Penerapannya, PPM, Jakarta, 2005.

Bachsan Mustafa, Bewa Ragawini, Yaya Priatna,


Asas-Asas Hukum Perdata dan Hukum
Dagang, Armico, Bandung, 1982.

C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Dagang


Indonesia, Buku Kesatu Hukum €Dagang
Menurut KUHD dan KUHPer, Sinar Grafika,
Jakarta, 1984.

________, Christine S.T. Kansil, Modul Hukum


Dagang, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2000.

________, Modul Hukum Perdata Termasuk


Asas-Asas Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2000.

Chairul Anwar, Hukum Perdagangan Internasional,


Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001.

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pembukuan


Kredit Berdokumen (Documentary Credit
Opening), Seksi Hukum Dagang FH UGM,
Jogyakarta, 1979.

Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata


Hak-Hak Yang Memberi Kenikmatan, Ind-
Hill Co, Jakarta, 2002.

Gorrys Keraf, Komposisi Sebuah Kemahiran Bahasa,


Nusa Indah, Jakarta, 1979.

Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Lisensi, PT Radja


Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

154
________, Seri Hukum Bisnis Efek Sebagai Benda,
Divisi Buku Perguruan Tinggi PT Radja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

________,Efek Sebagai Benda, PT Radja Grafindo


Persada, Jakarta, 2004.

H. Man S. Sastrawidjaya, Bunga Rampai Hukum


Dagang, Alumni, Bandung, 2005.

H.C. Gutteridge dan Maurice Megrah, The Law of


Bankers Commercial Credits, 1976.

H.M. Arbi Syarif, Seri Impor Petunjuk Praktis


Perdagangan Luar Negeri, dicetak dan
diterbitkan oleh BPFE, Yogyakarta, Edisi
2003/2004.

Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan


Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1993.

J. Satrio, Hukum Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti,


Bandung, 1992.

Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan


Perkembangannya di Indonesia, PT
Prenhalindo, Jakarta, 2002.

Karla C. Shippey, JD., Menyusun Kontrak Bisnis


Internasional, (terjemahan Hesti
Widyaningrum), PPM, Jakarta, 2001.

Kartini Mulyadi, Gunawan Widjaja, Perikatan Yang


Lahir Dari Perjanjian, PT Radja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002.

155
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum,
Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
Alumni, Bandung, 2003.

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis,


Alumni, Bandung, 1994.

________, Mencari Sistem Hukum Benda


Nasional, Alumni, Bandung, 1997.

Maurich Megrah, Mengutip dari Ramlan Ginting,


Letter of Credit.

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di


Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2006.

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang


Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001

-----------------, Hukum Bisnis Dalam Teori dan


Praktek, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2002

Oden Shenkar, Ya dong Luo, International Business,


Willy International edition, North America,
2004.

P.N.H. Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata


Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999.

Parluhutan Situmorang, Jauhari Mahardika, Tri


Listiyarini, Jurus-Jurus Berinvestasi Saham
Untuk Pemula, TransMedia Pustaka, Jakarta,
2010.

156
Purnadi Purbacaraka dan Agus Brotosusilo, Sendi-
Sendi Hukum Perdata Internasional: Suatu
Orientasi, CV Rajawali, Jakarta, 1983.

R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar


Grafika, Jakarta, 1995.

Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek


Hukum dan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta,
2000.

Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam


Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor,


Erlangga, Jakarta, 1990.

Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat


dii Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, PT Citra Aditya


Bakti, Bandung, 2004.

Siswanto Sutojo, Membiayai Perdagangan Ekspor


Impor, Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2001.

Soepriyo Andhibroto, Letter of Credit Dalam Teori


Dan Praktek, Dahara Prize, Semarang, 1987.

Steven R. Berger, Comments, The Effects of Issuing


Bank Insolvensy on Letters of Credit,
Harvard International Law Journal, Vol. 21
Nim. 1, Winter 1980.

Subekti, Hukum Perjanjian, PT Internusa, Jakarta,


1987.

157
Sudargo Gautama, Indonesia dan Konvensi-konvensi
Hukum Perdata Internasional, Alumni,
Bandung, 1996.

T.B. Irman S., Anatomi Kejahatan Perbankan, MQS


Publishing, Jakarta, 2006.

Taryana Soenandar, Prinsip-prinsip UNIDROIT


Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan
Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional,
Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Warsidi, Ekspor Impor Terapan, Karya Adhitama,


Surabaya, 2003.

A. Peraturan Perundang-undangan dan Konvensi


Internasional
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang


Kepabeanan.

Undang-Undang No. 17 Tahun 1997 tentang Badan


Penyelesaian Sengketa Pajak.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang


Perbankan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen.

158
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase


dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank


Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/6/PBI/2003 tentang


Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 31/26/ULN Tanggal


12 Januari 1999 tentang Penjaminan L/C dan atau
Pembiayaan L/C melalui Penempatan Dana Bank
Indonesia pada Bank Asing.

Uniform Customs Practice for Documentary Credit


(UCP 500).

Uniform Customs Practice for Documentary Credit


(UCP 600) Revision 2007, ICC Publication 600.

United Nation Convention on Contract for the


International Sale of Goods/ CISG (Konvensi tentang
Jual Beli Internasional Tahun 1980).

UNIDROIT (The United Nations Commission on


International Trade Law).

UNCITRAL (United Nations Commission on Trade


Law) Arbitration Rules.

159
B. Kamus :
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1986.

Christoper Pass & Bryan Lowes, Collins, Kamus


Lengkap Bisnis, Erlangga, Jakarta, 1999.

Dhanny R. Cyssco, Advanced Pocket Dictionary,


English-Indonesia, Indonesia-English, Batavia Press,
Jakarta, 2001.

Henry Campbell Black, Blacks Law Dictionary, West


Group.

L.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum Inggris-


Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1992.

John M. Echols, Hassan Shadily, Kamus Inggris


Indonesia, An English-Indonesian Dictionary, PT
Gramedia, Jakarta, 2003.

________, Kamus Indinesia Inggris An Indonesian-


English Dictionary, PT Gramedia, Jakarta, 2003.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa


Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka,
Jakarta, 2003.

Kamus Bahasa Indonesia Modern, Apollo, Surabaya,


1994.

Kamus Saku Bisnis, dilengkapi dengan istilah-istilah


Ekonomi, Keuangan dan Perbankan, Diksi, 2005.

160
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Utama,
Jakarta, 1996.

M. Dahlan Y. Al-Barry, L. Lya Sofyan Yacub, Kamus


Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual, Target Press,
Surabaya, 2003.

Oxford Learness Pocket Dictionary, Third Edition,


Oxford University Press, 2003.

Rinaldy Eddi, Kamus Istilah Perdagangan


Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992.

Websters, New explorer dictionary, Federal street Press,


a Dividion of Merriam-Webster, Incorporated,
Massachusetts, 2005.

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap


Bahasa Belanda Indonesia Inggris, Aneka, Semarang,
1977.

161
INDEKS Delivery order 26
Dokumen Pengawas 56

A
Asas Personalia 37 E
Asas kepribadian 38 Efek 142
Asas Konsensualitas 38 Ekspor fiktif 89
Asas kebebasan
berkontrak 39 F
Asas pacta sunt servanda Faktur dagang 93
39 Financial document 93
Asas Itikad Baik 40 Familie recht 8
Aksep 29
H
B Hak 11, 30
Bilyet giro 168 Hak Tagih
Bill of exchange (Surat Legitimasi) 12
(wesel) 17 Hukum 5
Bill of lading Hukum Dagang 3
(Konosemen) 24 Hukum Tidak Tertulis 6
Hukum Positif 4
Hukum kebiasaan 5
C Hukum Surat Berharga 1
Cek 22 Hukum Perdata 7
Certificate of origin 98 Hukum Perikatan 8
Charter Party 24
Commercial paper 113
Corpus iuris civilis 3 I
Code Napoleon 2 Ijazah 165
Clean of bills 68 INCOTERM 2000 62
Code civil des Francais 2 Insurance certificate 98
CISG 1980 63
International Chamber Of
Commerce (ICC) 66
D

162
Index Harga Saham 158 Overeenkomst Theorie 32

J P
Jaminan Surat Tanda Packing list and specification
Kepemilikan dalam Gudang
(Warehouse receipts) 71 Papieren van waarde 164
Personen recht 8
K
Kartu Penduduk 166 R
Kepastian hukum dan Receipts (kwitansi, surat
keadilan 7 tanda terima) 152
Kontrak pembayaran 58
Kredit bermasalah
(Non Performing Loan) 90 S
Konosemen 24 Saham 28
Sertifikat Deposito 108
Sertifikat Bank
L Indonesia (SBI) 111
Letter Of Credit 44 Sertifikat berharga pasar
Lex Mercatoria 61 uang 140
Sertifikat kualitas 96
M Sertifikat pemeriksaan 96
Merchants letter of Sertifikat asuransi 98
credit Shipping documents 93
Sumber hukum 60
N Surat Berharga
Non Performing Loan 90 (waarde papieren) 1
Negotiable Bill of Surat yang Berharga
Lading, 68 (papieren van waarde) 164
Surat Sanggup (promesse
aan order, accept) 27
O SBPU
Obligasi 120

163
(Surat Berharga Pasar Uang) Window dressing 134
65 Warrants 15
SKBDN
(Surat Kredit Berdokumen
Dalam Negeri) 110 Z
Standby L/C 67 Zakenrecht
(Hukum Kebendaan)

T
Tax refund thef) 76
(Mencuri dana dengan
kelebihan pajak)
Traveller cheque 170
Tujuan hukum 8

U
UCP 500 53
(Uniform Customs and
Practice For Documentary
Credits) 59

V
Verbintenissenrecht (Hukum
Perikatan) 8
Vermogenrecht
(Hukum Harta Kekayaan) 8

W
Warehouse receipts
(Surat Kepemilikan
Barang Dalam Gudang) 71
Wesel 16

164

Anda mungkin juga menyukai