Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Produk Pembiayaan Perbankan Syariah


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah
Dosen Pengampu : Nur Melinda Lestari, SE.I., MH

Disusun Oleh :
Kelompok 1 ( Kelas 4A )

1. Fajar Rizkiansyah 1707025023


2. Amanda Yulia Utami 2007025018
3. Cindy Yuliana Harahap 2007025024
4. Nabila Lestari Sa’adah 2007025033
5. Lia Barkah 2007025036
6. Fadly Alfarissy 2007025054
7. Michael Alief Akbar R.H 2007025056

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kami Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke zaman
Mahiriyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengann judul “Produk Pembiayaan Perbankan Syariah”.
Pembuatan makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari
Ibu Nur Melinda Lestari, SE.I., MH selaku Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah. Selain itu, makalah ini disusun bertujuan untuk guna
menambah pemahaman dan pendalaman materi tentang Produk Pembiayaan Perbankan
Syariah kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak
yang telah membantu serta mendukung penyusunan makalah ini.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran baik dari dosen
pengampu mata kuliah ini maupun dari para pembaca demi perbaikan pembuatan makalah
ini di masa yang akan datang. Sekian yang dapat kami sampaikan dan terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 12 April 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. I


DAFTAR ISI ................................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Pembiayaan Syariah ............................................................................................... 3
2.2 Tujuan Pembiayaan ................................................................................................ 3
2.3 Unsur Unsur Pembiayaan ...................................................................................... 4
2.4 Jenis Jenis Produk Pembiayaan Syariah ................................................................ 5
2.5 Produk Penyalur Dana (OJK) ................................................................................ 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran bahwa bank Islam adalah solusi masalah ekonomi untuk mencapai
kesejahteraan sosial telah muncul, namun upaya nyata yang memungkinkan
implementasi praktis gagasan tersebut nyaris tenggelam dalam lautan sistem ekonomi
dunia yang tidak bisa melepaskan diri dari bunga. Walaupun demikian, gagasan
tersebut terus berkembang meski secara perlahan. Beberapa uji coba terus dilakukan
mulai dari bentuk proyek yang sederhana hingga kerja sama yang berskala besar. Dari
upaya ini para pemrakarsa bank Islam dapat Mariya Ulpah Madani Syariah, Vol. 3 No.2
Agustus 2020 148 memikirkan untuk membuat infrastruktur sistem perbankan yang
bebas bunga. 1
Sistem Perbankan Syariah merupakan institusi yang memberikan layanan jasa
perbankan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang
memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. 2 Sesuai dengan
pendapat Karim (2003), pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh 3 perbankan
syariah dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu: produk penyaluran dana (financing),
produk penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Secara garis besar,
produk pembiayaan (penyaluran dana) pada perbankan syariah dibagi menjadi empat
kategori yaitu: pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa,
pembiayaan dengan akad pelengkap, dan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Disebut, pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai
kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya. Pembiayaan
merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan pembiayaan akan diperoleh
sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang kelangsungan usaha bank.
Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan menimbulkan permasalahan dan
berhentinya usaha bank .Oleh karena itu diperlukan adanya suatu manajemen
pembiayaan syariah yang baik sehingga penyaluran dan atau dalam hal ini pembiayaan
kepada nasabah bisa efektif dan efisien sesuai dengan tujuan dari perusahaan maupun
syariat Islam itu sendiri.
Oleh karena itu saya sebagai penulis makalah ini mencoba memaparkan
bagaimana konsep dari manajemen pembiayaan syariah itu sendiri sehingga diharapkan
baik penulis, rekan mahasiswa, maupun masyarakat bisa lebih memahami mengenai
Produk Pembiayaan Perbankan Syariah. Mekanisme keuangan dalam Islam harus
terbebas dari praktik bunga. Padahal bunga ini menjadi landasan pokok dalam keuangan
konvensional. Jika model bunga telah dikenal luas oleh masyarakat, maka sistem bagi
hasil mungkin masih dianggap hal baru, sangat sedikit orang memahaminya. Perbedaan
antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah tidak
diterapkannya bunga sebagai pranata beroperasinya sistem ekonomi tersebut. Dalam

1
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah: Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001 h. 21
2
Republik Indonesia, Undangan-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1 angka 12

1
sistem ekonomi Islam, bunga dapat dinyatakan sebagai riba yang haram hukumnya
menurut syariah Islamiyah. Dalam praktiknya ketentuan bagi hasil usaha harus
ditentukan di muka atau pada awal akad atau kontrak usaha disepakati oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam akad.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dibuat beberapa rumusan masalah yaitu antara lain :
1) Apa yang dimaksud Pembiayaan Syariah ?
2) Apa saja Karakteristik Produk Pembiayaan Ritel ?
3) Apa saja Produk Pembiayaan Korporasi / Whole Sale ?
4) Apa saja Produk Pembiayaan konsumer ?
5) Apa saja Produk Penyaluran Dana ( OJK )?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu secara
khusus dan umum :
Tujuan Penulisan secara Khusus adalah :
1) Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah
2) Untuk menjadi bahan diskusi dalam kelas
Tujuan Penulisan secara Umum adalah :
1) Untuk mengetahui apa itu Pembiayaan Syariah.
2) Untuk mengetahui Karakteristik Produk Pembiayaan Ritel.
3) Untuk mengetahui apa itu Produk Pembiayaan Korporasi / Whole Sale.
4) Untuk mengetahui Produk Pembiayaan Konsumer.
5) Untuk mengetahui Produk Penyaluran Dana (OJK).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembiayaan Syariah


Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan3. Menurut undang-
undang No. 21 Tahun 2008 tentang bank syariah yang dimaksud dengan pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
mutahiya bittamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa4
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Atas dasar itu bank syariah mengimplementasikan pembiayaan
yang bebas riba. Pembiayaan bank syariah tidak menggunakan mekanisme bunga,
melainkan menggunakan skema jual beli, investasi, sewa menyewa, serta kombinasi
dari akad-akad tersebut.
Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif,
menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qard, surat berharga
syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontinjensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.5

2.2 Tujuan Pembiayaan


Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan
stakeholder, yakni6:
a) Pemilik Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik megharapkan akan
memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

3
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 17.
4
Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung; Alfabeta, 2012, h.
5
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 302
6
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 303

3
b) Karyawan Para pegawai dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolanya.
c) Masyarakat
1) Pemilik dana Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
2) Debitur Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna
menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan
barang yang di-inginkannya (pembiayaan) konsumtif.
3) Masyarakat umumnya-konsumen Mereka dapat memperoleh barang-barang
yang dibutuhkannya.
d) Pemerintah Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam
pembiayaan pembangunan Negara, 19 di samping itu akan diperoleh pajak (berupa
pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-
perusahaan).
e) Bank Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan
bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan
meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat
dilayaninya.

2.3 Unsur Unsur Pembiayaan


a) Bank Syariah, merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada
pihak lain yang membutuhkan dana (lembaga intermediary)
b) Mitra Usaha/Partner, merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari
bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.
c) Kepercayaan (Trust), bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang
menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan
dana bank syariah sesuai jangka waktu tertentu yang diperjanjikan.
d) Akad, merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan
antara bank syariah dan pihak nasabah.
e) Risiko, merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang
disalurkan tidak dapat kembali.
f) Jangka Waktu, merupakan periode waktu yang diperlukan oleh nasabah untuk
membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah.
g) Balas Jasa, merupakan sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank
syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah
disepakati antara bank dan nasabah.

4
2.4 Jenis Jenis Produk Pembiayaan Syariah
Dalam penyaluran dananya, bank syariah memiliki berbagai macam produk
pembiayaan yang menjadi beberapa jenis antar lain:

1. ) Pembiayaan Ritel
Pembiayaan ritel merupakan penyaluran dana yang diberikan kepada
nasabah perorangan ataupun badan usaha dengan tujuan penggunaan kegiatan
usaha. Besarnya plafon yang diberikan pada segmen ritel ini berbeda-beda pada
setiap bank syariah Berikut beberapa alasan kegiatan usaha yang dimiliki
perorangan ataupun badan usaha memerlukan pembiayaan ritel:
a. Pembiayaan penambahan persediaan berang (inventory) atau menjaga
persediaan level minimum.
b. Tagihan dan supplier lebih cepat dibandingkan dengan pembayaran dari
costumer.
c. Beberapa costumer besar meminta penundaan pembayaran.
d. Diversifiaksi usaha dan produk.
e. Ekspansi bisnis sehingga membutuhkan kantor baru atau peralatan/
perlengkapan produksi baru.
f. Modernisasi peralatan/perlengkapan.
Berdasarkan bentuknya, pada umumnya pembiayaan ritel maupun jenis
pembiayaan produktif lain dibagi menjadi 2 (dua), yaitu cash financing dan non-
cash financing sebagaimana tertuang pada bagan berikut:

5
2. ) Pembiayaaan Kostumer
Tidak diperoleh kesepakatan yang teguh di antara para ahli hokum dan
ahli ekonomi Muslim mengenai apakah bank-bank syariah diperbolehkan
memberikan pembiayaan jangka pendek (short-term finance) untuk
tujuan tujuan konsumtif. Menurut pendapat yang pertama yang dikemukakan
oleh beberapa penulis, bahwa dalam suatu masyarakat Islam, seseorang tidak
seyogianya hidup melampaui kekayaannya (kemampuannya). Oleh karena itu,
suatu bank syariah seharusnya tidak diperbolehkan memberikan peluang bagi
seseorang untuk dapat memperoleh barang-barang konsumtif (consumer durable)
dengan jalan bank itu menawarkan fasilitas-fasilitas keuangan. Pendapat ini
didasarkan pada sikap negatif dari Islam terhadap kredit dan utang. Islam tidak
menganjurkan bagi penganutnya untuk mengambil pinjaman7. Dalam hubungan
ini, kredit konsumtif (consumer credit) seharusnya hanya disediakan bagi mereka
yang miskin sebagai pinjaman bantuan atau qard hasan tanpa biaya. Pinjaman
yang demikian itu seharusnya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang mendasar dan bukan untuk keperluan membiayai pembelian
barang-barang mewah. Dengan memberikan pinjaman kepada mereka itu, bank
syariah akan mendapat memenuhi salah satu dari tanggung jawab sosialnya.
Pendapat kedua menegenai hal ini ialah, bahwa pinjaman kosumtif se -
harusnya disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan yang khusus, misalnya
mutual co-operation institutions, dan oleh lembaga-lembaga milik pemerintah.
Pendapat pragmatis yang ketiga menyatakan bahwa perbankan syariah tentu saja
seharusnya meneydiakan kredit konsumtif (consumer credit) dengan menerima
imbalan berupa service fee. Bank yang bersangkutan dapat memperkirakan
jangka waktu dari setiap transaksi, dan menambahkan suatu biaya tetap pada
pinjaman tersebut. Hal ini berbeda dengan tingkat bunga (interst rate) oleh karena
service fee itu tidak dikaitkan dengan jangka waktu.
Pembiayaan Konsumer merupakan penyaluran dana kepada nasabah
yang bertujuan untuk pembelian barang yang bersifat konsumtif atau digunakan
sendiri, misalnya rumah, apartemen, mobil, perlengkapan rumah tangga,
pembelian bahan material dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya berikut beberapa
jenis dari produk pembiayaan jenis konsumer:
a. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR), yaitu fasilitas pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah perorangan untuk pembelian rumah/tempat
tinggal.apartemen/rukan yang dijual melalui developer, perorangan, juga jual
beli take over dan renovasi bukan diperuntukkan Muntuk usaha.
b. Pembiayaan Pemilikan Kendaraan Bermotor, merupakan fasilitas pembiayaan
yang diberikan dengan tujuan untuk pembelian kendaraan bermotor, misalnya
mobil dan sepeda motor. Pada umumnya pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor menggunakan akad murabahah.
c. Pembiayaan tanpa agunan, merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa
second way out berupa fixed asset. Pembiayaan ini diberikan dengan
mempertimbangkan kemampuan nasabah pembiayaan untuk membayar

7
Menurut Islam, penerima pinjaman yang melakukan jihad dengan ikut berperang, namun tanpa izin dari pemberi
pinjaman dan apabila ia kemudian mati sebagai suhada’, ia tidak akan diterima masuk surga apabila pemberi
pinjaman tifak membebaskannya dari utangnya (Kazarian, 1993:68).

6
angsurannya setiap bulan atau dilakukan dengan cover asuransi berbasis
syariah. Bank-bank di Indonesia, produk pembiayaan tanpa agunan belum
berkembang dengan baik karena selain produk tersebut memiliki resiko relatif
tinggi, juga belum ada fatwa dan peraturan OJK yang mengaturnya.
d. Pembiayaan Multiguna, yaitu fasilitas penyaluran dana kepada
perorangan/individu yang memiliki sumber penghasilan tetap maupun tidak
tetap untuk berbagai keprluan atau keperluan konsumtif dengan agunan/jaminan
berupa surat kepemilikan tanah, rumah tinggal/ apartemen/ruko/rukan yang
dimiliki berdasarkan prinsip syariah. Pembiayaan multiguna dimaknai sebagai
pembiayaan yang ditujukan untuk multi purpose dan harus dilandaskan pada
underlying asset & transaction dengan melampirkan bukti pembelian barang
dari dana pembiayaan yang telah cair untuk menghindari transaksi riba.
e. Kartu pembiayaan syariah merupakan kartu plastik yang dikeluarkan oleh bank
syariah yang diberikan kepada nasabah untuk dapat digunakan sebagai alat
transaksi pembayaran maupun penarikan tunai berdasarkan prinsip syariah yang
sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI. Sesuai fatwa Nomor 42/DSN-
MUI/V/2004 tentang syariah card, produk ini menggunakan akad qard, ijarah
dan kafalah. Akad qardh dan ijarah dijadikan landasan transaksi penarikan tunai
di seluruh mesin ATM di bawah pengelolaan bank penerbit kartu. Penarikan
tunai melalui mesin ATM menggunakan akad qardh dan pemanfaatan layanan
mesin ATM menggunakan akad ijarah. Besaran fee (ujrah) sesuai dengan
kebijakan bank penerbit kartu plastik tersebut. Akad kafalah digunakan ketika
card holder melakukan transaksi di seluruh merchant yang memiliki perangkat
EDC berlabel master ataupun VISA. Card holder bertransaksi dengan
mengambil barang atau jasa yang ada pada merchant sesuai yang diperlukan
dan bank penerbit menjamin pembayaran atas barang dan jasa yang dinikmati
pemegang kartu.

3.) Pembiayaan WholeSale


Jika dilihat dari produknya, Pembiayaan Wholesale memiliki kesamaan
dengan Pembiayaan Ritel. Perbedaannya, pembiayaan wholesale memiliki loan
size yang lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan ritel. Berikut beberapa
perbedaan lain dari pembiayaan ritel dengan pembiayaan wholesale:

7
2.5 Produk Penyalur Dana (OJK)
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu:
1) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli,
Prinsip jual Beli (Ba'i), Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan
adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
a) Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana
bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan (marjin)
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan
dengan cara pembayran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi ini
barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan secara
tangguh/cicilan.

8
Gambar Skema pembiayaan murabahah
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara
tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli
bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai
biasanya disebut dengan pembiayaan talangan (bridging financing). Sedangkan
dalam hal bank menjualnya secara cicilan.

c) Pembiayaan Istishna'
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna'
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya diaplikasikan pada
pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

Gambar Skema pembiayaan istishna

2) Prinsip Sewa (jarah)


Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak

9
pada objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Gambar skema pembiayaan Ijarah

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah
muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
adalah sebagai berikut:
a) Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat
berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship),
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness)
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan meragkum
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa
batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Gambar Skema Pembiayaan Musyarakah

10
b) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama anatara
dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati
dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian.
Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal
dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di anatara itu.
Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk perjanjian
kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan
menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak harus menjaga kejujuran
untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari masingn-masing pihak untuk
melakukan kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan
merusak ajaran islam.

Gambar Skema Pembiayaan Mudharabah

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep Pembiayaan dalam perbankan syariah tidak menggunakan transaksi
yang berupa utang piutang dengan konsekuensi bunga, akan tetapi menggunakan
transaksi yang berupa sharing modal dengan sistem bagi hasil atau transaksi jual beli
dengan margin keuntungan dan sewa serta fee untuk transaksi yang bersifat jasa.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syari’ah harus memenuhi dua aspek yang
sangat penting. Pertama, aspek syar’i, di mana dalam setiap realisasi pembiayaan
kepada para nasabah, bank syari’ah harus tetap berpedoman pada syari’at Islam
(anatara lain tidak mengandung unsur maysir, garar, riba, serta bidang usahanya harus
halal). Kedua, aspek ekonomi, yaitu dengan tetap mempertimbangkan perolehan
keuntungan, baik bagi bank syari’ah maupun bagi nasabah bank syari’ah. Ada tiga
prinsip dalam melakukan akad pada bank syari’ah, yaitu: pertama, prinsip bagi hasil;
kedua, prinsip jual beli; ketiga, prinsip sewa.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah:
3. Masyarakat umum atau investor tidak perlu ragu untuk menempatkan dananya
pada bank syariah di Indonesia. Bank syariah di Indonesia memiliki tingkat
profitabilitas baik, hal ini ditunjukan dengan nilai pengaruh positifnya pendapatan dari
pembiayaan dan jasa layanan. Produk pembiayaan yang paling diminati di Indonesia
adalah murabahah yang memiliki skema paling mudah bagi UMKM, dan 6 musyarakah
yang dapat digunakan untuk kepemilikan properti, serta pada produk layanan rahn atau
gadai emas. Tingginya minat masyarakat pada produk-produk bank syariah
menunjukan bahwa bank syariah di Indonesia memiliki prospek yang baik.
4. Pemerintah semakin gencar melakukan penyebaran sosialisasi mengenai
perbankan syariah di Indonesia, serta meningkatkan pendidikan perbankan syariah.
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan perwakilan pemerintah yang
mengatur regulasi lembaga keuangan di Indonesia. Diharapkan OJK dapat mendukung
melalui regulasi pembiayaan syariah
6. Bagi akademisi yang hendak meneliti profitabilitas bank syariah di Indonesia,
penulis memiliki saran agar penelitian berikutnya dapat menambah data yang
digunakan karena pada penelitian ini periode data yang digunakan sedikit. Keterbatasan
data dikarenakan pada saat penelitian ini dilakukan bank-bank syariah di Indonesia
masih tergolong baru.

12
DAFTAR PUSTAKA

(Muhammad Lathief Ilhamy Nasution, 2018) Muhammad Lathief Ilhamy Nasution. (2018).
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. In FEBI UIN-SU Press. https://www.cairn.info/revue-
informations-sociales-2005-3-page-
48.htm%0Ahttp://repository.uinsu.ac.id/5050/1/Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.pdf
(Syariah & Pembiayaan, 2019) Syariah, A. P. B., & Pembiayaan, P. (2019). Teori Dan
Konsep Pembiayaan, Manajemen Risisko, Linkage Program Dan Akad Mudhārābah.
1, 1–476.
(Ii, 2012) Ii, B. A. B. (2012). Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah,
Bandung; Alfabeta, 2012, h. 42. 13–33.
(Ulpah, 2020) Ulpah, M. (2020). Mariya Ulpah Madani Syari ’ ah, Vol. 3 No.2 Agustus
2020. Madani Syari’ah, 3(2), 147–160. file:///C:/Users/Acer/Downloads/208-Article
Text-297-1-10-20200831.pdf
(Wiroso, 2007) Wiroso. (2007). Produk perbankan syariah.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 17.
Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung; Alfabeta, 2012, h.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 302
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2014, h. 303

13

Anda mungkin juga menyukai