Anda di halaman 1dari 14

MATRIKS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Ekonomi
Dosen Pengampu : Ayu Tsuraya, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
1. Alista Pristantika N.K 2007025005
2. Amanda Yulia Utami 2007025018
3. Syaifulloh 2007025035

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami. Shalawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kami
Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah ke zaman Mahiriyah
sehinga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Diferensial Fungsi
Majemuk”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Ibu Ayu Tsuraya
S. Pd., M.Si. selaku Dosen Pengampu Matematika Ekonomi. Tujuan makalah ini dibuat juga
untuk menambah pemahaman dan pendalaman materi tentang Diferensial Fungsi Majemuk
kepada para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Kami menyadari akan tidak sempurna nya penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran baik dari dosen pengampu maupun dari pembaca
demi perbaikan pembuatan makalah ini di masa yang akan datang. Sekian yang dapat kami
sampaikan dan terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 22 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penemuan penting dalam matematika adalah matriks dan
vektor, yang merupakan pengembangan lanjutan dari sistem persamaan
linier. Sehingga aljabar matriks dan aljabar vektor sering disebut pula
dengan istilah aljabar linier.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matriks dan Vektor


Matriks secara umum dapat di definisikan sebagai suatu susunan bilangan
dalam bentuk empat persegi panjang. Matriks juga dapat pula didefinisikan sebagai
kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam baris dan kolom yang
membentuk suatu persegi panjang, serta termuat diantaranya sepasang tanda kurung
atau tanda siku. Bilangan-bilangan yang terdapat didalam suatu matriks dinamakan
unsur. Jajaran horizontal unsur matriks dinamakan baris, sedangkan jajaran vertikal
unsur matriks dinamakan kolom.

( )
α 11 α 12 α 1n
α 21 α 22 α 2n
A= ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮
αm1 α m2 αmn

[ ]
α 11 α 12 α1 n
α 21 α 22 α 2n
B= ⋮ ⋮ ⋮
⋮ ⋮ ⋮
αm 1 α m2 α mn

Matriks terdiri atas satu atau sejumlah baris dan satu atau sejumlah kolom,
tetapijumlah baris dan jumlah kolom suatu matriks tidak harus sama. Matriks yang
terdiri atas m baris dan n kolom dinamakan matriks berukuran m x n atau matriks
berorde. Dengan demikian banyaknya baris dan kolom melambangkan ukuran
atau orde atau dimensi dari matriks yan bersangkutan.

Contoh Matriks :

[ ]
1 4
[ 3 5 7
−1 2 4 ] 8 3
9 −2
[
−2 5
4 6 ]
Pada matriks yang pertama merupakan contoh dari matriks yang memiliki orde
2 x 3, sebab memiliki 2 baris dan 3 kolom. Kemudian berikutnya ialah matriks dengan
orde 3 x 2, sebab memiliki 3 baris dan 2 kolom. Sedangkan yang terakhir adalah
matriks bujur sangkar karena memiliki orde yang sama yaitu 2 x 2. Jika matriks
pertama, kedua, dan ketika masing-masing diberi nama X, Y, dan Z maka dapatlah
dituliskan : X 2 x3 , Y 3 x2, dan Z2 x2
Berikutnya adalah apa yang dimaksud dengan vektor. Secara umum vektor
dapat didefinisikan sebagai bentuk matriks khusus yang hanya mempunya satu baris
atau satu kolom. Dalam hal ini dibedakan dua macam vektor yaitu vektor baris dan
vektor kolom. Vektor baris tak lain adalah matriks sebaris atau matriks berbaris
tunggal, sedangkan vektor kolom adalah matriks sekolom atau matriks berkolom
tunggal. Suatu vektor biasanya dilambangkan dengan sebuah huruf kecil bercetak
tebal atau huruf kecil biasa beranak-panah diatasnya.

Contoh Vektor Baris

a = [ 3 −2 5 ]
b=[ 4 7 1 −3 ]

Contoh Vektor Kolom

[] []
2
2
6
c= 4 d= 3
5
8
Unsur suatu vektor dilambangkan dengan huruf kecil sesuai dengan nama
vektornya dan diikuti oleh indeks kolom atau indeks barisnya. Dengan demikian α oj
menunjukkan unsur dari vektor baris a kolom ke-j. sedangkan c io, menunjukkan unsur
dari vektor kolom c baris ke-i, dalam contoh diatas, a o 2, berarti unsur dari vektor baris
a kolom k-2 yaitu bilangan -2.

B. Kesamaan Matriks dan Kesamaan Vektor


Dua buah matriks, yaitu matriks A dan matriks B dikatakan sama (dan
dituliskan A = B) apabila keduanya berorde sama dan semua unsur yang terkandung di
dalamnya sama (a ij= b ij untuk setiap i dan j ). Jika matriks A tidak sama dengan matriks
B, ditulis dengan A≠B.

Contoh :

A=
[ 23 4 6
5 9 ] [
B = 23 45 69 ] [
C = 23 −5
4 6
9 ]
Berdasarkan contoh diatas, matriks A = matriks B (A = B), namun matriks A
tidak sama dengan matriks C (A≠ C ¿ dan matriks B tidak sama dengan matriks C (B
≠C¿
Dimensi matriks adalah konsep operasional dari matriks seperti :
1. Kesamaan matriks
2. Penjumlahan dan pengurangan matriks
3. Perkalian matriks

Matriks A dan B dikatakan sama jika


 A dan B mempunyai jumlah baris yang sama dan juga jumlah kolom yang sama
 Semua unsur yang seletak (bersesuaian) sama
Kemuadian, dua buah vektor dikatakan sama apabila keduanya sejenis,
sedimensi dan semua unsur yang terkandung di dalamnya sama.
Contoh :

a=[ 1 −3 6 ]
b=[ 1 −3 6 ]

[] []
2 1
x= 5 y = −3
7 6
dari contoh diatas vektor a sama dengan vektor b (a = b), namun vektor x tidak sama
dengan vektor y (v ≠ y ¿ . Dapat pula dituliskan a ≠ x ≠ v dan b ≠ x ≠ y .
Dengan penjelasan diatas, matriks dapat pula dipandang sebagai kumpulan
vektor. Amxn adalah matriks A merupakan kumpulan dari m buah vektor barisan dan n
buah vektor kolom.

[
A= 1 −3 6
7 4 −5 ]
adalah matriks yang merupakan kumpulan dari vektor-vektor :

[ 1 −3 6 ] dan
7 [ 1] [−34] [−56 ]
[ 7 4 −5 ]

C. Pengoperasian Matriks dan Vektor


1. Penjumlahan dan pengurangan matriks
Penjumlahan ataupun pengurangan dua buah matriks hanya dapat dilakukan apabila
keduanya memiliki orde yang sama. Jumlah atau selisih dua matriks A = [ a ij] dan B =
[b ij] adalah sebuah matriks baru C = [c ij] yang berorde sama, yang unsur-unsurnya
merupakan jumlah atau selisih unsur-unsur A dan B.

A ± B = C dimana c ij= a ij ± b ij

Contoh :

[ ][ ][ ]
3 2 1 4 1 2 7 3 3
Penjumlahan : 2 5 1 + 1 1 3 = 3 6 4
6 1 4 1 3 2 7 4 6

[ ][ ][ ]
8 5 3 4 1 2 4 4 1
Pengurangan : 3 6 4 - 1 1 3 = 2 5 1
6 5 8 1 3 2 5 2 6
Karena penjumlahan antar bilangan bersifat komutatif dan asosiatif, padahal matriks
adalah kumpulan bilangan, maka untuk penjumlahan antar-matriks berlaku pula kaidah
komutatif dan kaidah asosiatif.

Kaidah Komutatif : A + B = B +A
Kaidah Asosiatif : A =+ (B + C) = (A + B) + C = A + B + C
2. Perkalian Matriks dengan Bilangan (Skalar)
Hasil kali sebuah matriks A = [a ij] dengan suatu skalar atau bilangan nyata λ adalah
sebuah matriks baru B = [b ij] yang berorde sama dan unsur-unsurnya λ kali unsur-
unsurnya matriks semuka (b ij = λ a ij). suatu matriks dapat dikalikan dengan bilangan
skalar mengalikan setiap unsur matriks dengan suatu bilangan :

λ A = B dimana b ij = λ a ij

Untuk perkalian matriks dengan skalar berlaku kaidah komutatif dan kaidah distributif,
dimana :
Kaidah Komutatif :λA=Aλ
Kaidah Distributif : λ (A ± B) = λ A ± λ B

Contoh :

[ ]
2 −4 5
A = 1 8 3 dengan bilangan skalar (λ) = 4
4 7 6

[ ]
8 −16 20
Maka λA = 4A = B = 4 32 12
16 28 24

3. Perkalian Matriks dengan Matriks


Suatu matriks A dan matriks B berlaku perkalian, jika dipenuhi syarat perkalian
matriks, yaitu banyaknya kolom dari matriks A harus sama dengan banyaknya baris
dari matriks B. Jika tidak demikian, maka perkalian tidak dapat dilaksanakan, hasilkali
dua matriks Am x n dengan Bn x p adalah sebuah matriks baru yaitu C m x p yang unsur-
unsurnya merupakan perkalian silang unsur-unsur baris matriks A dengan unsur-unsur
kolom matriks B.

A m x n x Bn x p = C m x p

Untuk perkalian matriks berlaku kaidah asosiatif dan kaidah distributif, tetapi tidak
berlaku kaidah komutatif.

Kaidah Asosiatif : A (BC) = (AB) C +ABC


Kaidah Distributif : A (B + C) = AB + AC
(A + B) C = AC + BC
Contoh :

[ ]
3 5
A= [
2 −3 5
8 2 4 ] B = 6 −7
2 9

AB = [ 2.3+¿(−3) .6+¿ 5.2 2.5+¿(−3).(−7)+¿ 5.9


8.3+¿ 2.6+¿ 4.2 8.5+¿ 2.(−7)+¿ 4.9 ]
=[ ]
6+(−18)+10 10+21+45
24 +12+8 40+(−14)+36

[−2 76]
= 44 62

4. Perkalian Matriks dengan Vektor


Suatu matriks yang bukan berbentuk vektor hanya dikalikan dengan sebuah vektor
kolom, dengan catatan jumlah kolom matriks sama dengan dimensi vektor-vektor yang
bersangkutan hasilnya adalah berupa senuah vektor kolom bar.

Am x n x b m x l = c m xl

Contoh :

[]
2
[
1 3 5
= 2 4 6 x 1
3
]
[ 1.2+¿ 3.1+¿ 5.3 ]
= 2.2+ ¿ 4.1+¿ 6.3

[ 2+ 3+15 ] = [ 2026]
= 4 +4 +18

D. Bentuk Khas Matriks


1. Matriks Satuan
Matriks satuan atau matriks identitas adalah matriks bujursangkar yang semua
unsur pada diagonal utama adalah angka-angka 1 sedangkan unsur-unsur lainnya nol.
Dinamakan matriks satuan karena sifat matriks ini mirip dengan bilangan 1.
penulisannya lazim dilambangkan dengan notasi I n, dimana indeks n mencerminkan
ordenya. Seperti I 2 berarti matriks satuan berorde 2 x 2, I 4 berarti matriks satuan
berorde 4 x 4 dan sebagainya.

Contoh :
[ ]
1 0 0
[ ]
I 2= 1 0
0 1
I3 ¿ 0 1 0
0 0 1

2. Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks bujursangkar yang semua unsurnya nol kecuali
pada diagonal utama.

Contoh :

[ ] [ ]
3 0 0 3 0 0
[ ]
2 0
0 4
0 −4 0
0 0 8
0 3 0
0 0 3
[ 10 01]
3. Matriks Nol
Matriks Nol adalah matriks yang semua unsurnya Nol. Matriks semavacam ini
lazim juga dilambangkan dengan angka 0. (setiap matriks jika dikalikan dengan
matriks nol akan menghasilkan matriks nol).

Contoh :

[ ]
0 0
02 x2 ¿ [ ]
0 0
0 0
03 x2 ¿ 0 0
0 0

4. Matriks Ubahan
Matriks ubahan (transpose matrix) ialah matriks yang merupakan hasil pengubahan
matriks lain yang sudah ada sebelumnya, dimana unsur-unsur barisnya menjadi unsur-
unsur kolom begitupun sebaliknya. Matriks ubahan biasanya dituliskan dengan
menambahkan tanda aksen (‘) pada notasi matriks aslinya. Ubahan dari matriks Amxn
= [a ij] adalah A ' mxn = [a ' ij].

Contoh:

 A= [ 12 54] menjadi A’ = [ 15 24]

[ ]
1 2
[
1 3 5
 B= 2 4 7 ] menjadi B’ = 3 4
5 7

[ ]
3 8
 C= 2 1
7 4
menjadi C’ = [ 38 2 7
1 4 ]
5. Matriks Simetrik
Matriks simentrik ialah matriks bujursangkar yang sama dengan ubahannya. Matriks
A dikatakan simetrik apabila A = A’

Contoh :
 A= [ 14 74] [ 1 4]
A’ = 4 7
A merupakan matriks simetrik, sebab A = A’

[ ] [ ]
3 4 5 3 4 5
 B= 4 6 8 B’ = 4 6 8
5 8 7 5 8 7
B merupakan matriks simetrik, sebab B = B’

6. Matriks Simetrik Miring


Matriks simetrik miring ialah matriks bujursangkar yang sama dengan negatif
ubahnya. Matriks A dikatakan simetrik miring (skew symmetric) apabila A = - A’ atau
A’ atau A’ = -A.

Contoh :

[ ] [ ] [ ]
0 4 −3 0 −4 3 0 4 −3
A= −4 0 −1 A’ = 4 0 1 -A’ = −4 0 −1
3 1 0 −3 −1 0 3 1 0
A merupakan matriks simetrik miring sebab A = -A’.

Ciri khas matriks simetrik miring ialah diagonal utamanya terdiri atas bilangan-
bilangan nol.

7. Matriks Balikan
Matriks balikan (inverse matrix) ialah matriks yang apabila dikalikan dengan
suatu matriks bujursangkar menghasilkan sebuah matriks satuan. Jika A merupakan
sebuah matriks bujursangkar maka balikannya dituliskan dengan notasi A−1 dan
−1
AA = I.
Contoh :

[ ] [ ]
1 2 3 0,8 −0,2 −0,8
−1
A = −1 0 4 A = −0,2 −0,2 0,7
0 2 2 0,2 0,2 −0,2

[ ]
1 0 0
−1 −1
AA = 0 1 1 A adalah balikan dari A
0 0 1
Tidak setiap matriks bujursangkar mempunyai balikan.

8. Matrik Skalar Ortogonal, Singular, dan Nonsingular


Matriks skalar ialah matriks diagonal yang unsur-unsurnya sama atau seragam (λ).
Dalam hal λ = 1, matriks skalar yang bersangkutan sekaligus juga adalah matriks
satuan. Matriks skalar juga merupakan hasilkali sebuah skalar dengan matriks satuan,
λ I = matriks skalar λ.
Matriks skalar adalah matriks diagonal yang elemen diagonal utamanya bernilai sa
ma.

Contoh: Matriks skalar berorde 3 x 3

[ ]
6 0 0
A= 0 6 0
0 0 6
Matriks ortogonal ialah matriks yang apabila dikalikan dengan matriks ubahannya
menghasilkan matriks satuan, AA' = I.
Matriks singular ialah matriks bujursangkar yang determinannya sama dengan nol,
matriks semacam ini tidak mempunyai balikan. Sedangkan matriks non-singular ialah
matriks bujursangkar yang determinannya tidak nol, matriks semacam ini mempunyai
balikan.

E. Pengubahan Matriks (transpose)


F. Latihan Soal

1. Nilai x yang memenuhi persamaan matriks ( x−−3y )(


2 x −1 40 50
5
= 94 60 )
adalah ….
2. ( 3 x+ 2 2 x +0
) (3 2 )
diketauhi matriks = −3+ y −2+0 , B = 1 0 , dan C = −1 2 ( 1 0)
. Nilai x+y yang memenuhi persamaan matriks AB-2B =C Adalah….
3. (3 2 )
jika A = 0 3 maka A2 – A =

Jika A = (−4 3 ) dan A = Ma + nl , dengan I matriks ordo 2x2,


2 1
4. 2

nilai m dan n berturut-turut adalah….


5. Diketauhi persamaan matriks A=2B t dengan A = 2 b 3 c dan (a 4
)
B= (2 c−3
a
b 2 a+1
b+7 ). Nilai c=…..

Anda mungkin juga menyukai