Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori graf merupakan salah satu topik pembahasan yang menarik untuk
dipelajari dalam cabang ilmu matematika diskrit. Secara sederhana, teori graf
adalah teori yang digunakan untuk merepresentasikan diagram hubungan antar
objek dalam suatu permasalahan dengan menyajikan tampilan berupa simpul
yang mewakili masing-masing objek dan sisi yang mewakili hubungan yang
terjalin antar objek-objek tersebut. Sejak artikel pertama yag ditulis oleh
Euler, sampai hari ini teori graf telah mengalami sangat banyak perkembangan
lewat penelitian yang telah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang
mengkombinasikan teori graf dan bidang ilmu aljabar, khususnya aljabar
linier, yang kemudian disebut sebagai teori graf aljabar. Teori graf aljabar
sendiri merupakan cabang ilmu yang mempelajari graf dengan menggunakan
sifat-sifat aljabar dari matriks. Dengan menyajikan graf dalam tampilan
matriks dapat membuat penyelesaian suatu masalah graf menjadi lebih mudah.
Seperti yang telah diketahui, secara sederhana matriks adalah susunan
bilangan berbentuk persegi panjang, dimana setiap angka ditempatkan
berdasarkan baris dan kolomnya masing-masing. Jumlah baris dan kolom dari
sebuah matriks menunjukkan ukuran dari matriks tersebut. Dalam kaitannya
dengan penyelesaian suatu masalah graf, matriks memberikan pendekatan
sederhana yang dapat membantu mengenali graf yang ada. Dengan
memanfaatkan teori mengenai matriks ketetanggaan, polinom karakteristik,
nilai eigen, vektor eigen, dan lainnya dapat membuka kesempatan untuk
mempelajari graf dengan lebih lengkap. Salah satunya adalah pembahasan
mengenai spektrum graf.

1
Spektrum graf adalah kumpulan nilai eigen dan multiplisitasnya. Teori
tentang spektrum graf muncul pertama kali sekitar tahun 1950-an dan 1960-an
yang kemudian seluruh penelitian sampai tahun 1980 digabungkan dalam
sebuah monografi yang berjudul Spectra of Graphs oleh Cvetkovié, Doob,
dan Sachs. Monografi ini kemudian diperbaharui pada tahun 1988 dan pada
tahun 1995 edisi ketiga berisi ringkasan kontribusi lebih lanjut yang terbaru
sampai tahun tersebut diterbitkan. Berkembangnya topik mengenai spektrum
graf menunjukkan antusiasme para matematikawan terhadap hal tersebut,
namun dengan begitu banyaknya jenis graf, penulis mendapati bahwa masih
sangat banyak graf yang spektrumnya belum dikaji. Salah satunya adalah graf
matahari. Graf matahari merupakan graf yang dibentuk dari suatu graf
lingkaran C m dimana setiap simpul pada graf lingkaran tersebut diberi
tambahan satu simpul berderajat 1 sedemikian sehingga setiap simpul pada
graf matahari memiliki derajat 3, kecuali pada simpul ujung-ujungnya yang
memiliki derajat 1. Graf matahari sendiri adalah hasil produk korona antara
dua graf, yaitu graf lingkaran dengan jumlah simpul m dan komplemen dari
graf lengkap dengan jumlah simpul satu ( K 1). Graf matahari dinotasikan
dengan C m ⊙ K 1 . Oleh karena itu, penulis tertarik dan ingin mengambil bagian
dalam melakukan pengkajian terhadap topik ini, dengan mengajukan sebuah
penelitian yang berjudul “Spektrum Graf Matahari”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk umum dari spektrum
graf matahari C m ⊙ K 1 ?

1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bentuk umum
dari spektrum graf matahari C m ⊙ K 1 .

2
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yakni:
1. Sebagai sarana bagi penulis untuk mengembangkan ilmu yang didapat
dibangku perkuliahan.
2. Sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan topik spektrum graf bagi
kepustakaan kampus.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matriks
Definisi 2.1.1 Matriks merupakan suatu susunan bilangan berbentuk
persegi panjang. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut disebut
sebagai entri dalam matriks.
Ukuran sutau matriks ditunjukkan oleh banyaknya jumlah baris dan kolom
yang dimiliki matriks tersebut. Sebagai contoh, matriks yang memiliki
jumlah baris sebanyak tiga dan jumlah kolom sebanyak dua, maka ukuran
matriks tersebut adalah 3 ×2. Dengan kata lain, dapat juga dipahami
sebagai angka pertama dalam ukuran matriks menyatakan jumlah baris
pada matriks tersebut dan selanjutnya, angka kedua dalam ukuran matriks
menyatakan jumlah kolom pada matris tersebut. Matriks yang hanya
memiliki satu baris disebut sebagai matriks baris, dan sebaliknya matriks
yang hanya memiliki satu kolom disebut sebagai matriks kolom. Matriks
yang memiliki jumlah baris dan kolom yang sama disebut sebagai matriks
persegi. Entri dalam matriks yang berada di baris ke-i kolom ke- j dapat
ditulis dengan notasi a ij atau juga ( A)ij. Berikut ditunjukkan sebuah
matriks A berukuran m ×n.

[ ]
a11 a12 ⋯ a1n
a21 a22 … a 2n
A=
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
a m 1 am 2 … amn

Sesuai dengan notasi sebelumnya, maka matriks A di atas dapat juga


ditulis dalam notasi [ a ij ]m × n apabila ukurannya perlu diketahui atau juga
dalam notasi [ a ij ] . Dalam matriks persegi, entri a 11 , a 22 , … .. ,a nn disebut
sebagai diagonal utama.

4
2.1.1 Operasi Pada Matriks

Definisi 2.1.2 Dua matriks dikatakan sama jika keduanya memiliki ukuran
yang sama dan setiap entri yang seletak bernilai sama.

Contoh : Diberikan dua matriks A= [ 23 1x] dan B=[ 23 15],


Jika x=5 , maka A=B , namun jika x ≠ 5, maka A ≠ B .

Definisi 2.1.3 Jika A dan B adalah matriks yang berukuran sama, maka
matriks A ± B adalah matriks yang entri-entrinya adalah hasil dari
penjumlahan atau pengurangan entri-entri pada matriks A dan matriks B
yang seletak. Matriks-matriks yang tidak memiliki ukuran yang sama,
tidak dapat dijumlahkan atau dikurangi. Penjumlahan dan pengurangan
matriks dapat dinotasikan dengan ( A ± B)ij =(A )ij ±(B)ij =aij ± bij .

Contoh : Diberikan dua matriks A= [ ]


2 1
3 5
dan B=
3 1
6 5 [ ]
,

maka A+ B= [ 2+3
3+6
1+1
5+5][
=
5 2
9 10 ]
Definisi 2.1.4 Jika A adalah matriks dan c adalah skalar, maka hasil kali
c A adalah matriks yang entri-entrinya adalah hasil dari perkalian setiap
entri di A dengan c . Perkalian skalar terhadap matriks dapat dinotasikan
dengan (cA )ij =c (A )ij =caij .

Contoh : Diberikan skalar k =5 dan matriks B= [ 23 15],


maka kB= [55 ×× 23 ][
5 ×1
5 ×5
=
10 5
15 25 ]

5
Definisi 2.1.5 Jika A adalah matriks berukuran m ×r dan B adalah
matriks berukuran r ×n , maka matriks ABadalah matriks yang entri-
entrinya mengikuti ketentuan berikut: untuk mendapatkan entri baris ke- i
kolom ke- j dari AB ambil baris ke-i pada matriks A dan kolom ke- j dari B
lalu kalikan setiap entri yang bersesuaian, selanjutnya seluruh hasilnya
dijumlahkan menjadi satu.

Perkalian matriks hanya dapat dilakukan jika jumlah baris pada matriks
pertama sama dengan jumlah kolom pada matriks kedua. Jika syarat ini
tidak terpenuhi, perkalian kedua matriks tersebut tidak dapat dilakukan.
Syarat perkalian dua matriks dan ukuran hasil dari perkalian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

A B AB
m ×r r ×n=m× n

Contoh : Diberikan dua matriks A= [ 23 15]dan B=[ 12 3 2


4 1 ]
Jumlah kolom pada matriks A sama dengan jumlah baris pada matriks B,
maka perkalian kedua matriks tersebut dapat dilakukan. Diperoleh

AB=
[134 10 5
29 11 ]
2.1.2 Determinan Matriks
Minor dan Kofaktor
Definisi 2.1.6 Jika A adalah sebuah matriks persegi, maka entri minor a ij
dinyatakan oleh M ij adalah determinan dari submatriks A , yakni
submatriks yang tersisa setelah baris ke-i dan kolom ke- j dari matriks A
dihilangkan. Dan kofaktor a ij dinyatakan oleh C ij didefinisikan sebagai C ij
: (−1)i+ j M ij.

6
[ ]
3 1 −4
Contoh : Diberikan matriks A= 2 5 6
1 4 8

| ||
3 1 −4
Entri minor dari a 11 adalah M 11= 2 5 6 =
1 4 8
5 6
4 8
=16 |
Kofaktor dari a 11 adalah C 11=(−1)1 +1 M 11 =M 11 =16
Dengan cara yang sama, entri minor dari a 32 adalah

| ||
3 1 −4
M 32= 2 5 6 =
1 4 8
3 −4
2 6
=26 |
Maka, kofaktor dari a 32 adalah C 32=(−1)3+2 M 32=−M 32=−26
Dan seterusnya, sampai seluruh entri minor dan kofaktor dari a ij dapat
diperoleh dengan cara yang sama.
Sebagai catatan, minor M ij dan kofaktor C ij yang bersesuaian, dapat
bernilai sama atau merupakan bentuk negatifnya dan tanda (−1)i+ j
memiliki kemungkinan sama dengan +1 atau −1 sesuai dengan pola
berikut

[ ]
+¿−¿ +¿−¿ +¿ … +¿ …
−¿+¿−¿+ ¿−¿ … −¿+¿ ⋮ ¿ +¿−¿ ⋮ −¿+ ¿ ⋮ −¿ …
¿ ⋮ −¿
Sebagai contoh, C 11=M 11 , C21=−M 21 ,C 22=M 22 dan seterusnya. Agar
mempermudah perhitungan kofaktor, kita hanya perlu menghitung minor
dan kemudian menyesuaikan nilainya dengan pola di atas.

Definisi 2.1.7 Determinan matriks A yang berukuran n × n dapat


diperoleh dengan mengalikan entri-entri dalam suatu baris atau kolom
dengan kofaktor-kofaktornya lalu hasil dari masing-masing perkalian
dijumlahkan. Dapat dituliskan dalam notasi:
det ( A )=a1 j C1 j + a2 j C2 j+ …+a nj C nj
(ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke- j ¿

7
atau
det ( A )=ai 1 C i 1+ ai 2 C i 2+ …+a¿ C ¿
(ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i ¿

Contoh : Diberikan matriks A berukuran 4 × 4 berikut:

[ ]
1 0 0 −1
3 1 2 2
A=
1 0 −2 1
2 0 0 1
maka cara termudah untuk mendapatkan det ( A) adalah dengan
melakukan ekspansi kofaktor sepanjang kolom kedua yang memiliki entri
nol terbanyak.

| |
1 0 −1
det ( A )=1 1 −2 1
2 0 1
Cara termudah untuk mendapatkan determinan dari matriks berukuran
3 ×3 yang diperoleh di atas adalah dengan kembali melakukan ekspansi
kofaktor sepanjang kolom kedua yang memiliki entri nol terbanyak,
sehingga diperoleh:

det ( A )=1 .−2 . |12 −11 |=−2 ( 1+2)=−6


Teorema 2.1.8 Jika A adalah sebuah matriks segitiga berukuran n × n
(segitiga atas, segitiga bawah, atau matriks diagonal), maka det ( A )
adalah hasil kali dari entri-entri pada Diagonal Utama matriks A . Dapat
dituliskan dalam notasi:
det ( A )=a11 a22 … … . ann
Bukti : Ditinjau dari tiga kasus.
Kasus pertama : Diberikan matriks segitiga atas A .

8
[ ]
a11 a 12 a13 … a1 n
0 a22 a23 … a 2n
0 0 a33 … a3 n
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
0 0 0 … ann

Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang kolom pertama,


diperoleh

| |
a22 a23 … a 2n
a33 … a3 n
det ( A )=a11 0
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
0 0 … ann

Selanjutnya, kembali dilakukan ekspansi kofaktor sepanjang kolom


pertama, dan diperoleh

| |
a33 … a3 n
det ( A )=a11 . a22 ⋮ ⋱ ⋮
0 … ann

Apabila terus dilanjutkan dengan melakukan ekspansi kofaktor sepanjang


kolom pertama, akan diperoleh

det ( A )=a11 . a22 . a 33 … … … a (n−2) (n −2 )


| 0 ann |
a(n−1 )( n−1) a(n−1 )n

¿ a 11 . a 22 . a33 … … … a( n−2) (n−2 ) . a( n−1 ) (n−1) . ann


(Kasus Pertama Terbukti)
Kasus kedua : Diberikan matriks segitiga bawah A .

[ ]
a11 0 0 … 0
a21 a 22 0 … 0
a31 a 32 a33 … 0
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
an 1 an 2 a n 3 … ann

Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama,


diperoleh

9
| |
a22 0 … 0
a32 a33 … 0
det ( A )=a11
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
a n2 an 3 … ann

Selanjutnya, kembali dilakukan ekspansi kofaktor sepanjang baris


pertama, dan diperoleh

| |
a 33 … 0
det ( A )=a11 . a22 ⋮ ⋱ ⋮
an 3 … a nn

Apabila terus dilanjutkan dengan melakukan ekspansi kofaktor sepanjang


baris pertama, akan diperoleh

det ( A )=a11 . a22 . a 33 … … … a (n−2) (n −2 )


| a(n−1 )( n−1) 0
a n (n−1) |
ann

¿ a 11 . a 22 . a33 … … … a( n−2) (n−2 ) . a( n−1 ) (n−1) . ann


(Kasus Kedua Terbukti)

Kasus ketiga : Diberikan matriks diagonal A .

[ ]
a11 0 0 … 0
0 a22 0 … 0
0 0 a33 … 0
⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮
0 0 0 … a nn

Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama,


diperoleh

| |
a22 0 … 0
a33 … 0
det ( A )=a11 0
⋮ ⋮ ⋱ ⋮
0 0 … a nn

Selanjutnya, kembali dilakukan ekspansi kofaktor sepanjang baris


pertama, dan diperoleh

| |
a33 … 0
det ( A )=a11 . a22 ⋮ ⋱ ⋮
0 … a nn

10
Apabila terus dilanjutkan dengan melakukan ekspansi kofaktor sepanjang
baris pertama, akan diperoleh

det ( A )=a11 . a22 . a 33 … … … a (n−2) (n −2 )


| a(n−1 )( n−1) 0
0 ann |
¿ a 11 . a 22 . a33 … … … a( n−2) (n−2 ) . a( n−1 ) (n−1) . ann
(Kasus Ketiga Terbukti)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teorema 2.1.8 terbukti benar.

Teorema 2.1.9 Diberikan matriks persegi A . Jika A memiliki satu baris


nol atau satu kolom nol, maka det ( A )=0 .
Bukti : Jika baris ke-i dengan 1 ≤i ≤ n pada matriks A bernilai nol maka
dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i , akan
diperoleh:
det ( A )=ai 1 C i 1+ ai 2 C i 2+ …+a¿ C ¿
¿ 0. Ci 1 +0. Ci 2 +…+ 0.C ¿
¿0
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teorema 2.1.9 terbukti benar

2.1.3 Nilai Eigen dan Vektor Eigen


Definisi 2.1.10 Jika A adalah matriks berukuran n × n, maka x ≠ 0 dalam
R disebut vektor eigen dari A (atau dari matriks operator T A) jika Ax
n

adalah kelipatan skalar dari x ; yakni Ax=λx untuk sebuah skalar λ ,


dimana λ disebut nilai eigen matriks A (atau matriks T A), dan x disebut
sebagai vektor eigen yang bersesuaian dengan λ .

Contoh : Vektor x= [12] adalah vektor eigen dari matriks A=[ 38 −10 ] yang
bersesuaian dengan nilai eigen λ=3, karena

Ax=
[ 38 −10 ][ 12]=[ 36]=3 x
Nilai eigen dari suatu matriks kemungkinan hasilnya riil atau berupa
bilangan kompleks dan beberapa diantaranya mungkin sama (berulang).

11
Suatu nilai eigen yang berlainan dengan semua nilai eigen lainnya
dinamakan nilai eigen berbeda, dan nilai eigen yang berulang sebanyak k -
kali dinamakan bermuplisitas k . Multiplisitas tersebut dikenal dengan
multiplisitas aljabar.

2.1.4 Polinom Persamaan Karakteristik Matriks


Teorema 2.1.11 Jika A adalah matriks berukuran n × n, maka λ adalah
nilai eigen dari A jika dan hanya jika memenuhi syarat det ( λI − A ) =0. Ini
disebut persamaan karakteristik dari A .
Bukti: Bukti ditinjau dari dua kasus.
Kasus pertama : Bila λ nilai eigen maka terdapat x ≠ 0 vektor eigen,
sehingga
Ax=λx ⟺ Ax=λIx
⟺ ( Ax− λIx )=0
⟺−( λI − A ) x=0
⟺ ( λI − A ) x=0
Karena x ≠ 0 , maka det ( λI − A ) =0.
(Kasus Pertama Terbukti)
Kasus kedua : Bila det ( λI − A ) =0 maka λ adalah nilai eigen dari matriks
A . Misalkan x ≠ 0 adalah vektor eigen dari matriks A ,maka
det ( λI − A ) =0 ⟺ ( λI −A ) x=0
⟺ λIx −Ax=0
⟺ Ax= λIx
(Kasus Kedua Terbukti)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teorema 2.1.11 terbukti benar.
Apabila determinan det ( λI − A ) pada teorema 2.1.11 diperluas, bentuk
persamaan karakteristik dari A akan menjadi λ n+ c 1 λ n−1+ …+c n=0 ,
dimana sisi kiri persamaan tersebut adalah polinomial berderajat n dengan
koefisian pada λ n adalah 1. Polinomial p ( λ ) =λn +c 1 λn−1 +…+ c n disebut
sebagai polinomial karakteristik dari matriks A .

12
2.2 Teori Graf
Definisi 2.2.1 Graf G memuat himpunan berhingga dan tak kosong V
yang disebut sebagai titik dan himpunan E yang disebut sebagai sisi.
Himpunan V adalah himpunan titik dalam graf G dan himpunan E adalah
himpunan sisi-sisi dalam graf G yang dibentuk dari dua titik dalam
himpunan V . Jadi graf G adalah himpunan pasangan terurut dari V dan
E dan dapat dinotasikan dengan G=(V , E) sedemikian sehingga E ⊆ [ V ] 2
. Seringkali, himpunan titik dari graf G dinotasikan dengan V (G) dan
himpunan sisinya dinotasikan dengan E(G). Selain dinotasikan dengan G
, penulisan suatu graf juga dapat menggunakan huruf F dan H , juga G ' ,
G dan G1 ,G2 ,dan lainnya.

Contoh :

Gambar 2.1 Graf


Graf pada Gambar 2.1 merupakan graf yang memiliki himpunan titik dan sisi
secara berturut-turut adalah V ( G )={v 1 , v 2 , v 3 , v 4 , v 5 } dan
E ( G )={e 1 , e 2 , e 3 ,e 4 , e 5 ,e 6 }.

13
2.2.2 Terminologi Dasar Graf

Secara umum dalam graf dapat digunakan cara sederhana untuk


merepresentasikan sisi {v i, v j } yakni dengan menggunakan v i v j (atau v j v i
). Jika e=v i v j adalah sisi pada G , maka titik v i disebut bertetangga
dengan titik v j. Demikian juga titik v idisebut bersisian dengan sisi e
(berlaku hal yang sama juga untuk titik v j). Dua sisi yang terhubung oleh
titik yang sama disebut sebagai sisi bertetangga. Jumlah titik dalam G
disebut sebagai order dari G , sedangkan jumlah sisinya disebut sebagai
size. Karena himpunan titik dalam graf adalah himpunan tak kosong, maka
minimum order yang dimiliki oleh graf adalah 1. Graf dengan satu titik
disebut sebagai graf trivial, demikian juga graf dengan dua titik atau lebih
disebut sebagai graf non-trivial.

2.2.3 Graf Lengkap


Sebuah graf disebut graf lengkap jika setiap dua titik berbeda saling
bertetangga. Graf lengkap dengan n buah titik dilambangkan dengan K n.

Contoh :

Gambar 2.2 Graf Lengkap K 4

2.2.4 Graf Siklus


Graf siklus dinotasikan dengan C n dengan n ≥ 3 adalah graf yang titik-
titiknya dapat dilabel v1 , v2 , … , vn sehingga sisi-sisinya adalah
v 1 v 2 , v 2 v 3 , … , v n−1 v n.
Contoh :

14
Gambar 2.3 Graf Siklus C 3

2.2.5 Graf Komplemen


Komplemen dari graf G , dinotasikan G merupakan graf dengan himpunan
titik V (G) sedemikian sehingga untuk setiap pasangan v i , v j yang
berlainan dari G , v i v j adalah sisi pada G jika dan hanya jika v i v j bukan
merupakan sisi pada G . Dalam kasus komplemen dari suatu graf K n, maka
K n merupakan graf tanpa sisi dengan n titik; disebut graf kosong dengan
order n .
Contoh :

Gambar 2.4 Graf Komplemen K 4


2.2.5 Graf Matahari
Graf matahari C m ⊙ K 1 merupakan graf yang dibentuk dari suatu graf
siklus C m dimana setiap simpul pada graf lingkaran tersebut diberi
tambahan satu simpul berderajat satu sedemikian sehingga setiap simpul
pada graf matahari memiliki derajat 3, kecuali pada simpul ujung-
ujungnya yang memiliki derajat 1. Graf matahari sendiri adalah hasil
produk korona antara dua graf, yaitu graf lingkaran dengan m simpul dan
komplemen dari graf lengkap dengan jumlah simpul satu ( K 1 ) . Graf
matahari dinotasikan dengan C m ⊙ K 1 , dengan m menyatakan banyaknya
simpul pada graf lingkaran.
Contoh:

15
Gambar 2.5 Graf Matahari C 3 ⊙ K 1

2.3 Spektrum Graf


Misalkan G adalah graf dengan himpunan simpul V ( G )=¿ { v 1 , v2 , … , v n }
dan himpunan sisi V ( G )yang merupakan himpunan pasangan tak terurut
elemen dari V ( G ). Jika { v 1 , v2 } ∈ E(G), maka dapat dikatakan bahwa v 1 dan
v 2 bertetangga.

Definisi 2.3.1 Matriks ketetanggaan dari G adalah matriks A=A (G)


berukuran n × n yang memiliki entri-entri a ijyang memenuhi:
jika v 1 v 2
a ij= 1 ,{
0 , lainnya

Definisi 2.3.2 Spektrum dari graf G adalah himpunan bilangan yang


memuat nilai eigen dari A(G) beserta multiplisitasnya. Jika semua nilai
eigen berbeda dari A(G) adalah λ 0> λ1 >…> λs −1 , dan multipliasitasnya
adalah m(λ ¿¿ 0), m ( λ1 ) , … , m ( λs−1 ) , ¿maka dapat diperoleh spektrum
graf:
Spektrum G=¿
Contoh :
Diberikan sebuah graf lengkap K 4 berikut:

16
Gambar 2.9 Graf Lengkap K 4
Matriks ketetanggaan dari graf di atas adalah:

[ ]
0 1 1 1
1 0 1 1
A=
1 1 0 1
1 1 1 0
Dari matriks di atas, dapat dilakukan pencarian polinomial persamaan
karakteristik sebagai berikut:
det ( λI − A ) =0

|[ ] [ ]|
λ 0 0 0 0 1 1 1
0 λ 0 0−1 0 1 1 =0
0 0 λ 0 1 1 0 1
0 0 0 λ 1 1 1 0

|[ ]|
λ −1 −1 −1
−1 λ −1 −1 =0
−1 −1 λ −1
−1 −1 −1 λ

dan diperoleh polinomial persamaan karakteristik sebagai berikut:


4 2
λ −6 λ −8 λ−3=0
( λ−3 ) ( λ+1 )3 =0
dapat dilihat bahwa nilai eigen yang diperoleh adalah λ 0=3 dan λ 1=−1,
dengan multiplisitasnya masing-masing adalah m ( 3 )=1 dan m (−1 )=3.
Maka spektrum graf lengkap K 4 adalah :

Spektrum K 4 = ( 31 −13 )
Sering dikatakan bahwa nilai eigen dari A=A (G) adalah nilai eigen dari
graf G . Demikian juga, polinom karakteristik det ( λI − A ) =0 juga disebut
sebagai polinom karakteristik dari graf G , dan dinotasikan dengan
χ (G ; λ). Misalkan polinom karakteristik dari G adalah
+ …+c nMaka −c 1 jumlah nilai
n n−1 n−2 n−3
χ ( G ; λ )= λ +c 1 λ +c 2 λ + c3 λ
diagonal atau jumlah semua nilai eigen. Jadi, c 1=0 .

17
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research)
dengan mengumpulkan beberapa literatur baik berupa buku, jurnal, dan
tesis yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.2 Prosedur Penelitian

18
Untuk mencapai tujuan penelitian yang tertera pada pendahuluan,
maka langkah-langkah yang ditempuh untuk dalam menentukan spektrum
graf matahari adalah sebagai berikut:
1. Menggambar graf matahari C m ⊙ K 1 dimana m ≥3
2. Mencari matriks ketetanggaan dari graf matahari sesuai Definisi
2.3.1
3. Mencari nilai eigen dari matriks ketetanggan graf matahari sesuai
Definisi 2.1.10
4. Membentuk spektrum graf matahari sesuai Definisi 2.3.2 dengan
persamaan:
Spektrum G=¿

DAFTAR PUSTAKA

Anton Howard and Rorres C. Elementary Linear Algebra with aplications. New
Jersey: Jhon Wiley and Sons Inc, 2013

Barik dkk. (2007). The Spectrum of the Corona of Two Graphs, Vol. 21, 47-56

19
Biggs Norman. Algebraic Graph Theory: Secound edition. London: Cambridge
University Press, 1974

Chartrand Gary and Z. Ping. A First Course In Graph Theory. New York: Dover
Publications Inc, 2012

Musthofa, P. R. & Kuswardi, Y.(2018).Dekomposisi Graf Matahari, Vol. 8, 20-30

20

Anda mungkin juga menyukai