Anda di halaman 1dari 10

Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

PERTEMUAN KE- 13
ALJABAR MATRIKS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah selesai mempelajari
modul ini, Anda diharapkan mampu:
13.1 Menuliskan matriks dan menentukan ordo suatu matriks.
13.2 Menghitung hasil dari pengoperasian matriks.
13.3 Menentukan bentuk transpose Matriks.
13.4 Mencirikan beberapa bentuk matrik khusus.

B. URAIAN MATERI

MATRIKS

PENGERTIAN MATRIKS DAN VEKTOR


Matriks ialah kumpulan bilangan yang di sajikan secara teratur dalam baris
dan kolom yang membentuk suatu persegi panjang, serta termuat di antara
sepasang tanda kurung. Secara umum, suatu matriks A dituliskan sebagai:
𝑎11 𝑎12 𝑎1𝑛
A= ( 𝑎21 𝑎22 𝑎2𝑛 )
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 𝑎𝑚𝑛
Atau
𝑎11 𝑎12 𝑎1𝑛
𝑎
A= [ 21 𝑎22 𝑎2𝑛 ]
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 𝑎𝑚𝑛
Penulisan matriks dapat menggunakan tanda kurung biasa atau tanda
kurung siku. Bilangan-bilangan yang terkandung di dalam suatu matriks
dinamakan unsur. Jajaran horizontal unsur-unsur matriks dinamakan baris,
sedangkan jajaran vertikal unsur matriks dinamakan kolom.
Unsur-unsur suatu matriks secara umum dilambangkan dengan dalam
notasi aij , i menunjukan baris sedangkan j menunjukan kolom . demikian aij
berarti unsur matriks a pada baris ke i dan kolom ke j.

S-1 MANAJEMEN [ 82 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Setiap matriks terdiri atas satu atau sejumlah baris dan satu atau sejumlah
kolom, tetapi jumlah baris dan jumlah kolom suatu matrik tidak harus sama.
Matriks yang terdiri atas m baris dan n kolom dinamakan matriks berukuran m
kali n (ditulis m x n) atau matriks berorde m x n. Dengan demikian banyaknya
baris dan kolom melambangkan ukuran atau orde atau dimensi dari matriks yang
bersangkutan. Matriks yang jumlah barisnya sama dengan jumlah kolom nya
(m=n) dinamakan matriks bujur sangkar (square matriks).
Matriks tidak memiliki nilai numerik. Artinya meskipun matriks
merupakan suatu kumpulan bilangan, tetapi ia sendiri tidak melambangkan suatu
bilangan. Hal ini berbeda dengan determinan, yang bersifat numerik. Selain
dilambangkan dengan huruf besar bercetak tebal, matriks sering pula dituliskan
dengan lambang unsur umumnya dikurung misalnya: A= (a ij) = [aij] atau Amxn
= (a ij)mxn = [aij] mxn

Contoh-contoh matriks :
2 4 −5
a. Matriks A = [ ]
6 3 7
Matriks A berorde 2x3 , sebab mempunyai dua baris dan tiga kolom,
dituliskan: A2X3
3 5
b. Matriks B = [6 −7]
2 9
Matriks B berorde 3x2 , sebab mempunyai tiga baris dan dua kolom,
dituliskan: B3X2.
3 8
c. Matriks C = [ ]
5 5
Matriks C berorde 2x2 , sebab mempunyai dua baris dan dua kolom
dituliskan: C2X2.

Vektor ialah bentuk matriks khusus yang hanya mempunyai satu baris atau
satu kolom dalam hal ini dibedakan dua macam vektor yaitu vektor baris dan
vektor kolom. Vektor baris tak lain adalah matriks sebaris atau berbaris tunggal.
Sedangkan vektor kolom adalah matriks sekolom atau matriks berkolom tunggal.

S-1 MANAJEMEN [ 83 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Suatu vektor biasanya dilambangkan dengan huruf kecil bercetak tebal


atau huruf kecil beranak panah diatasnya. Kecuali itu bisa pula dilambangkan
dengan huruf besar (sepertihalnya lambang matriks), mengingat vektor pada
dasarnya juga merupakan sebuah matriks berorde mx1 (vektor kolom) atau
berorde 1xm (vektor baris).
Contoh vektor baris :
A = [2 4 −5]
B = [6 3 7]
Contoh vektor kolom :
3
c = [6 ]
2
5
d = [−7]
9
Unsur suatu vektor dilambangkan dengan huruf kecil sesuai dengan nama
vektornya dan diikuti oleh indeks kolom atau indeks baris. Dengan demikian aj
berarti menunjukan unsur dari vektor-baris a kolom baris ke-j, sedangkan ai
berarti menunjukan unsur dari vektor- kolom ke -i. Dalam contoh-contoh di atas,
a2 berarti unsur dari vektor–baris a kolom ke-2, yaitu bilangan 4; c2 berarti unsur
dari vektor-kolom baris ke-2, yaitu bilangan 6.
Dimensi suatu vektor tercermin dari banyaknya unsur pada vektor yang
bersangkutan. Suatu vektor baris yang mempunyai n unsur dinamakan vektor
berdimensi –n. Dalam contoh diatas a dan b adalah vektor baris berdimensi -3
suatu vektor kolom yang mempunyai m unsur dinamakan vektor berdimensi –m.
vektor-vektor c dan d dalam contoh di atas merupakan vektor berdimensi -3.

KESAMAAN MATRIKS DAN KESAMAAN VEKTOR


Dua buah matriks A dan B dikatakan sama dan dituliskan A = B apabila
keduanya berorde sama dan semua unsur yang terkandung didalamnya sama (aij =
bij untuk setiap i dan j ). Jika matriks A tidak sama dengan matriks B, ditulis A≠
B.
Contoh :

S-1 MANAJEMEN [ 84 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2 −3 5 2 −3 5 2 3 5
A= [ ] B=[ ] C=[ ]
8 2 4 8 2 4 8 2 4
Maka A = B, A ≠ 𝑪 𝒅𝒂𝒏 𝑩 ≠C
Dua buah vektor dikatakan sama apabila keduanya sejenis , sedimensi dan
semua unsur yang terkandung didalamnya sama.

PENGOPERASIAN MATRIKS DAN VEKTOR


Berikut ini diuraikan syarat-syarat , cara dan kaidah-kaidah penjumlahan,
pengurangan serta perkalian matriks dan vektor. Sebelumnya satu hal perlu
dicatat: matriks dan vektor tidak dapat dibagi. Oleh karenanya dalam matriks dan
vektor tidak dikenal operasi pembagian.

1. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks


Dua buah matriks hanya dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila
keduanya berorde sma. Julah atau selisih dua matriks A = [aij] dan B = [bij]
adalah sebuah matriks baru C= [ cij] yang berorde sama, yang unsur-unsurnya
merupakan jumlah atau selisih unsur-unsur A dan B.
A ± B = C dimana c ij ± b
Contoh :
2 −3 5 1 6 2 3 3 7
[ ] + [ ] = [ ]
8 2 4 0 4 5 8 6 9
2 −3 5 1 6 2 1 −9 3
[ ] - [ ] = [ ]
8 2 4 0 4 5 8 −2 −1
Karena penjumlahan antar bilangan bersifat komutatif dan asosiatif,
padahal matriks adalah kumpulan bilangan, maka untuk penjumlahan antar
matriks berlaku pula kaidah komutatif dan kaidah asosiatif.

2. Perkalian antar Matriks


Dua buah matriks hanya dapat dikalikan apabila jumlah kolom dari
matriks yang dikalikan sama dengan jumlah baris dari matriks pengalinya.
Hasil kali dua buah matriks Am x n dengan Bn x p adalah sebuah matriks baru
Cm x p yang unsur-unsurnya merupakan perkalian silang unsur-unsur baris
matriks A dengan unsur-unsur kolom matriks B .

S-1 MANAJEMEN [ 85 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Am x n . Bn x p = Cm x p

Dalam perkalian dua matriks, misalkan A matriks berordo m x n, dan B


matriks berordo r x s, maka kedua matriks dapat dikalikan jika jumlah
kolom matriks A = jumlah baris matriks B.
𝑎 𝑏 𝑘 𝑙 𝑚
Misalkan diketahui Matriks A2x2 = [ ] dan Matriks B3x2 = [ ]
𝑐 𝑑 𝑛 𝑜 𝑝
maka matriks
𝑎 𝑏 𝑘 𝑙 𝑚 𝑎𝑘 + 𝑏𝑛 𝑎𝑙 + 𝑏𝑜 𝑎𝑚 + 𝑏𝑝
AxB= [ ]. [ ]= [ ]
𝑐 𝑑 𝑛 𝑜 𝑝 𝑐𝑘 + 𝑑𝑛 𝑐𝑙 + 𝑑𝑜 𝑐𝑚 + 𝑑𝑝

Contoh :
3 5
2 −3 5
a. Diketahui matriks A2 x 3 =[ ] dan matriks B3 x 2 = [6 −7].
8 2 4
2 9
Tentukanlah matrik AxB!
Penyelesaian:
𝐶11 𝐶12
Maka A2 X 3 . B3 X 2 = C2 X 2 =[ ]
𝐶21 𝐶22
C11 = a11 b11+ a12 b21 + a13 b31 = 2.3 + (-3)6 + 5.2 = -2
C12= a11 b12 + a12 b22 + a13 b32 = 2.5 + (-3)(-7) + 5.9 = 76
C21= a21 b11 + a22 b21 + a23 b31 = 8.3 + 2.6 + 4.2 = 44
C22= a21 b12 + a22 b22 + a23 b32 = 8.5 2(-7) + 4.9 = 62

−2 76
Jadi: Matriks AB = C = [ ]
44 62
Penyelesaian langsung dapat dilakukan sebagai berikut :
3 5
2 −3 5
AB = [ ]x[6 −7]
8 2 4
2 9
(2.3) + (−3)(6) + (5.2) (2.5) + (−3)(−7) + (5.9)
=[ ]
(8.3) + (2)(6) + (4.2) (8.5) + (2)(−7) + (4.9)
6 + (−18) + (10) (10) + (21) + (45)
=[ ]
(24) + (12) + (8) (40) + (−14) + (36)
−2 76
=[ ]
44 62

S-1 MANAJEMEN [ 86 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

1 2 5 7
b. Jika Matrik C= [ ] dan matriks D = [ ] . Tentukan Matriks
3 4 6 8
CD!
Penyelesaian :
1 2 5 7 1.5 + 2.6 1.7 + 2.8 17 23
CD = [ ].[ ]= [ ]=[ ]
3 4 6 8 3.5 + 4.6 3.7 + 4.8 39 53

Untuk perkalian antar matriks berlaku kaidah asosiatif dan kaidah


distributif, tetapi tidak berlaku kaidah komutatif .
Kaidah asosiatif : A (BC) = (AB)C = ABC
Kaidah distributif: A(B +C) = AB + AC
(A+B)C = AC + BC

3. Perkalian Matriks dengan Vektor


Sebelum matriks yang bukan berbentuk vektor hanya dapat dikalikan
dengan sebuah vektor-kolom, dengan catatan jumlah kolom matriks sama
dengan dimensi vektor-kolom yang bersangkutan: hasilnya adalah berupa
sebuah vektor-kolom baru.
Am x n . bn x 1 = cm x 1
Contoh :
3
2 −3 5 2.3 + (−3)6 + 5.2 −2
1) [ ] x [6] = [ ] = [ ]
8 2 4 8.3 + 2.6 + 4.2 44
2
1 2 7 1.7 + 2.8 23
2) [ ] x[ ] = [ ]=[ ]
3 4 8 3.7 + 4.8 53

BEBERAPA MATRIKS DENGAN JENIS KHUSUS


1. Matriks Satuan (Identitas)
Matriks satuan atau matriks identitas ialah matriks bujur sangkar yang semua
unsur pada diagonal utama adalah angka-angka 1 sedangkan unsur-unsur
lainnya nol. Dinamakan matriks satuan karena sifat matriks ini mirip dengan
bilangan 1. Penulisannya lazim dilambangkan dengan notasi I dimana indeks

S-1 MANAJEMEN [ 87 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

n mencerminkan ordenya. Demikian I2 berarti matriks satuan berorde 2x2, I5


berarti matriks satuan berorde 5 X 5, dsb.
Contoh :
1 0 0
1 0
I2 = [ ] I3 = [0 1 0 ]
0 1
0 0 1

2. Matriks Diagonal
Matriks diagonal ialah matriks bujur sangkar yang semua unsurnya nol
kecuali pada diagonal utama.
Contoh :
3 0 0 2 0 0
3 0 1 0
[ ] [0 −2 0] [0 2 0] [ ]
0 5 0 1
0 0 7 0 0 2
Matriks diagonal pada contoh terakhir di atas sekaligus juga adalah
matriks satuan. Matriks identitas memang merupakan bentuk khusus atau
bagian dari matriks diagonal. Jika dua matriks diagonal yang seorde
dikalikan, hasilnya akan berupa matriks diagonal juga.

3. Matriks Nol
Matriks nol ialah matriks yang semua unsurnya nol. Matriks semacam ini
lazim dilambangkan dengan angka 0.
Contoh :
0 0 0 0 0
02 X 2 = [ ] 02 X 3 = [ ]
0 0 0 0 0
Setiap matriks jika dikalikan dengan matriks nol akan menghasilkan
matriks nol.

4. Matriks Simetrik
Matriks simetrik ialah matriks bujur sangkar yang sama dengan ubahan
nya. Matriks A dikatakan simetrik apabila A = A’.
Contoh :
1 3 1 3
1) A = [ ] A’ = [ ]
3 7 3 7
A merupakan matriks simetrik, sebab A = A’.

S-1 MANAJEMEN [ 88 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2 −5 8 2 −5 8
2) B = [−5 4 7] B’ = [−5 4 7]
8 7 9 8 7 8
B merupakan matriks simetriks , sebab B = B’.
Jika sebuah matriks dikalikan dengan ubahannya, hasilnya akan berupa
kuadrat dari matriks tersebut. Jadi, bila A simetriks maka AA’ = AA = A2.
Matriks satuan juga merupakan matriks simetriks.

5. Matriks balikan
Matriks balikan (invers matrik) ialah matriks yang apabila dikalikan
dengan suatu matriks bujursangkar menghasilkan sebuah matriks satuan.
Jika A merupakan sebuah matriks bujursangkar , maka balikannya
dituliskan dengan notasi A-1 , dan AA-1 = I.
Contoh:
−1 6 −1/9 2/9
1) A =[ ] A-1 =[ ]
4 3 4/27 1/27
1 0
AA-1 = [ ]=I
0 1
A-1 adalah balikan dari A, sebab AA -1 = I
1 2 3 0,8 −0,2 −0,8
-1
2) B =[−1 0 4] B = [−0,2 −0,2 0,7 ]
0 2 2 0,2 0,2 −,2
1 0 0
BB-1 = [0 1 0] = I
0 0 1
B-1 adalah balikan dari B, karena BB-1 = I
Tidak setiap matriks bujur sangkar mempunyai balikan .

6. Ubahan Penjumlahan dan Pengurangan Matriks (Transpose Matriks)


Ubahan dari jumlah atau selisih beberapa matriks adalah jumlah atau
selisih matriks-mattriks ubahannya.
(Am x n ± Bm x n ± Cm x m)’ = A’n x m ± B’n x m± C’n x m

S-1 MANAJEMEN [ 89 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

Contoh:
𝑎 𝑐 𝑏
Diketahui matriks A = [ ];
𝑑 𝑓 𝑒
𝒂 e
maka matriks ubahannya A’= [𝒃 𝒇]
𝒄 𝒇

Contoh soal:
Jika diketahui matriks:
2 4 6 7 5 3 1 9 2
A= [ ] B= [ ] C= [ ]
3 6 9 8 4 8 5 0 7
Tentukanlah matriks:
a. (A + B + C)’
b. A’ + B’ + C’
c. (A + B – C)’
d. A’ + B’ – C’
Penyelesaian:
10 16
10 18 11
a. (A + B + C)’ = [ ] = [18 10]
16 10 24
11 24
2 3 7 8 1 5 10 16
b. A’ + B’ + C’ = [4 6]+ [ 5 4 ] + [9 0] = [ 18 10]
6 9 3 8 2 7 11 24
8 6
8 0 7 ’
c. (A + B – C)’ = [ ] =[0 10]
6 10 10
7 10
2 3 7 8 1 5 8 6
d. A’ + B’ – C’ = [4 6] + [5 4] - [9 0] = [0 10]
6 9 3 8 2 7 7 10

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jika diketahui matriks:
3 1 2
1 2 3 −1 3
A=[ ] ;B=[ ] dan C= [1 2 4]. Tentukanlah Matriks:
4 5 6 2 5
4 0 5
a. AC
b. BA

S-1 MANAJEMEN [ 90 ]
Modul MATEMATIKA EKONOMI-2 ANGGA PRATAMA, S.E., M.M.

2. Tentukan ubahan dari matriks dan vektor-vektor berikut :


a. A = [ 3 ‒7 9]
3
b. k = [‒ 2]
9
3 2 1
c. C = [ ]
7 ‒8 9
‒4 5
d. D = [ 2 ‒ 8]
9 4

3. Jika diketahui:
3 −7 9 −4 2 9 1 −1 1
P= [ ] Q=[ ] R= [ ]
2 4 −6 5 −8 4 −1 1 −1
Tentukan : a. (P + Q+ R)’
b. (P – Q - R)’

D. DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, R. & Algifari. 2003. Matematika Bisnis. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.

Dumairy, 2010. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi, BPFE,


Yogyakarta.

Danang Sunyoto, Matematika Ekonomi, Ardana, Yogyakarta, 2007.

Kalangi, JB. 2005, Matematika Ekonomi dan Bisnis, Jilid 2. Cetakan kelima.
Jakarta: Salemba Empat.

Silaen, S.. 2011, Matematika untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Supranto. J, Matematika untuk Bisnis dan Ekonomi, Universitas Indonesia,


Jakarta, 2002.

S-1 MANAJEMEN [ 91 ]

Anda mungkin juga menyukai