Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Pengertian Thaharoh,Macam-macam Jenis Air dan


Berwuduh”

Disusun guna memenuhi tugas:


Mata kuliah : Fiqih Ibadah & Muamalah
Dosen Pengampu : Ahmad Zaenuri, M.Pd,I

DISUSUN OLEH :

1. DIAN HULOPI 191012058


2. RAHMA HUSAIN 191012070
3. SESAWATI LAPOSI 191012060

KELAS 3B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah mk fiqih ibadah dan muamal
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada
semuapihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi
terwujudnyamakalah ini. Akhirnya s aran dan kritik pembaca yang dimaks ud
untuk mew ujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan
dengan Pengertian Thaharoh,Macam-macam Jenis Air dan Berwuduh”dari berbagai sumber
referensi dan informasi.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yangmembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yangkurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda demiperbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Gorontalo, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Thaharah
2. Macam-macam Air
3. Berwuduh

PENUTUP

A. KESIMPULAN
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Thaharah adalah hal yang sangat penting untuk diketahui, terutama dalam beribadah, seperti
halnya shalat. Thaharah menjadi syarat sahnya shalat. Jadi ketika hendak shalat diharuskan suci
badannya, tempatnya, serta suci dari hadast kecil dan hadast besar. Jika tidak maka shalatnya tidak
sah. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah. Kita sebagai orang islam tentunya harus
tahu bahkan wajib untuk mengetahui cara-cara bersuci, karena suci adalah dasar ibadah bagi orang
islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak tidak lepas dari hal kotor ataupun najis, sehingga kita
harus mensucikan diri terlebih dahulu sebelum beribadah, baik dengan cara berwudlu’, mandi,
ataupun bertayammum. Kalau kita melihat secara teliti hamper seluruh kitab-kitab fiqih didahului
dengan pembahasan tentang thaharah. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa betapa pentingnya
tharah dalam kehidupan sehari-hari. Namun meskipun menjadi hal yang mendasar, masih banyak
orang muslim yang tidak begitu mengerti tentang thaharah, najis, serta macam-macam air yang dapat
digunakan untuk bersuci. Semoga dengan makalah ini bisa membuat para pembaca lebih memahami
tentang thaharah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut:

1. Apakah pengertian thaharah?

2. Apa saja Macam-macam Air?

3.Bagaimana Cara Berwudu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian thaharah

2. Untuk mengetahui macam-macam air

3.Untuk mengetahui bagaimana cara berwudu dengan baik dan benar


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian thaharah

Thaharah menurut bahasa adalah bersuci dan menurut istilah adalah bersuci dari hadas dan
najis baik pakaian, badan, dan tempat. Alat yang digunakan untuk bersuci adalah air. Air adalah salah
satu alat untuk bersuci baik bersuci dari hadas maupun bersuci dari najis. Menurut syariat, thaharah
artinya: melakukan sesuatu agar diijinkan shalat atau hal-hal lain yang sehukum dengannya, seperti
wudlu, mandi wajib, dan menghilangkan najis dari pakaian, tubuh dan tempat shalat.
( QS Al-Maidah ayat 6 ) Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,
dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (Qs Al-Maidah ayat 6) Taharah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat. Cara
menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang biasa disebut air mutlak.
2. Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu, dan tayamum.
B. Macam-macam air
Berdasarkan hukum Syar’i, air dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Air mutlak, yaitu air yang suci dan menyucikan. Air tersebut dapat digunakan untuk
berwudu atau bersuci, masak, minum, dan mandi. Contohnya: air hujan, air laut, air
sumur, dan air yang keluar dari mata air.
2. Air musta‘mal, yaitu air yang suci namun tidak dapat menyucikan. Misalnya: air
kopi, air teh, dan air yang sedikit yang sudah berubah.
3. Air musamma, yaitu air yang suci dan menyucikan, namun hukumnya makruh
digunakan untuk bersuci. Misalnya: air yang terjemur oleh matahari dalam bejana.
4. Air mutanajis, yaitu air yang kemasukan najis. Air ini terbagi menjadi dua macam:
 Air sedikit, yaitu yang kurang dari 2 kulah. Air ini akan otomatis menjadi
najis, begitu kemasukan najis meskipun sedikit dan tidak merubah sifat-sifat
air seperti warna, bau dan rasa. ( HR Muslim, Kitab Al Khamis ). Ukuran 2
kulah = 60cm x 60cm x 60 cm.
 Air banyak, yaitu air 2 kulah atau lebih. Air ini tidak otomatis menjadi najis
jika kemasukan najis. Air ini baru menjadi najis, jika najis tersebut mampu
merubah salah satu sifat-sifat dasar air yang tiga yaitu warna, rasa atau
baunya. ( Ibnu Mundzir, Imam Nawawi )
C.  Macam-macam najis
Menurut bahasa, najis adalah apa saja yang kotor, sedangkan menurut syara’, najis adalah
kotoran yang mengakibatkan shalat tidak sah. Contoh: darah dan air kencing.
Dalam ilmu Fiqh, najis dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a) Najis berat atau najis mugalladhah, yaitu najis yang harus dicuci sampai tujuh kali
dengan air mutlak dan salah satunya menggunakan debu yang suci atau air yang
dicampur dengan tanah. Contohnya air liur anjing.
b) Najis sedang atau najis mutawassithah, yaitu najis yang dicuci dengan cara
menggunakan air mutlak sampai hilang bau dan warnanya.
Najis mutawassithah dibagi menjadi dua, yaitu :
 Najis ‘ainiyah, yaitu najis yang masih terlihat zatnya, warnanya, rasanya, maupun
baunya. Cara menyucikannya dengan menghilangkan zat, warna, rasa dan baunya.
 Najis hukmiah, yaitu najis yang kita yakini adanya tetapi tidak nyata zatnya, baunya,
rasanya, dan warnanya, seperti air kencing yang sudah mengering.
 Najis ringan atau najis mukhaffafah, yaitu najis yang dapat disucikan dengan
memercikkan atau menyiram air di tempat yang terkena najis. Contohnya: air
kencing bayi yang belum makan apa-apa kecuali air susu ibu.
 Najis yang dimaafkan atau najis ma‘fu, yaitu najis yang dapat disucikan cukup
dengan air, jika najisnya kelihatan. Apabila tidak kelihatan tidak dicuci juga tidak
apa-apa, karena termasuk najis yang telah dimaafkan. Contohnya adalah bangkai
nyamuk, kotoran lalat, dan lain-lain.
D. Macam-macam Hadas
Hadas dibagi menjadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar.
1. Hadas kecil Hal-hal yang termasuk hadas kecil antara lain :
 Sesuatu yang keluar dari qubul atau dubur, meskipun hanya angin
   Bersentuhan langsung antara kulit laki-laki dengan perempuan yang sudah balig dan
bukan muhrimnya
 Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan
 tidur dalam keadaan tidak tetap,
 hilang akalnya, seperti mabuk, gila, atau pingsan Adapun cara meng hilangkan hadas
kecil adalah dengan bewudu atau tayamum.
2. Hadas besar Hal-hal yang termasuk hadas besar antara lain :
 Bertemunya alat kelamin laki-laki dan wanita, baik keluar mani maupun tidak
 Keluarnya darah haid dan nifas
 Keluar air mani, baik ada sebabnya maupun tidak seperti mimpi,
 Orang yang mati. Adapun cara menghilangkan hadas besar adalah dengan mandi
wajib atau janabah.
E. Wudhu
Wudlu adalah kegiatan membasuh anggota badan yang tertentu dengan air yang bersih
dengan syarat dan rukun yang tertentu pula. Rukun Wudhu :
a. Niat karena Allah
b. Membasuh muka dari ujung rambut sampai kebawah dagu dan kedua daun
telinga.
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
f. Tertib atau urut.
Sunnah Wudhu :
o Membaca basmalah
o Membasuh kedua telapak tangan.
o Menggosok gigi
o Berkumur-kumur
o Memasukkan air kehidung dan mengeluarkannya
o Menyela-nyela jenggot yang tebal
o Menigakalikan dalam setiap basuhan
o Mengusap kedua daun telinga.
o Menyela-nyela jari tangan dan kaki.
o Mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
o Membaca doa setelah berwudlu
Hal-hal yang membatalkan wudhu :
a. Keluar sesuatu dari dua jalan ( qubul atau dubur )
b. Tidur yang nyenyak, sehingga tidak mengetahui posisinya.
c. Memegang kemaluan dengan telapak tangan.
d. Murtad atau keluar dari agama.
e. Hilang akal karena mabuk atau gila.
Cara berwudu :
o Niat
o Membaca basmalah.
o Membasuh kedua telapak tangan dan menyela-nyela jari tangan.
o Berkumur-kumur sambil menggosok gigi.
o Memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya.
o Menyela-nyela jenggot yang tebal( jika punya jenggot )
o Membasuh muka mulai dari ujung rambut sampai ke bawah dagu dank e samping
sampai kedua telingga 3 X 8. Membasuh kedua tangan sampai siku. 3 X 9.
Mengusap kepala dan daun telinga satu kali 10. Membasuh kedua kaki sampai mata
kaki. 3 X 11. Membaca doa setelah berwudlu .
PENUTUP
A.Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang (kotoran) yang
timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di
badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-
tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah akil
baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-
benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan
untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisur dapat
digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat sebagaimana
yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah Swt.
Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari
hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
DAFTAR PUSTAKA

HR, M. Hamim. 2017. Fathal Qarib. Kediri: Santri Salaff Press Hakam, M. Fikri. 2017. Fiqih Populer
Terjemah Fathul Mu’in. Kediri: Lirboyo Press https://islam.nu.or.id/post/read/82243/empat-macam-
air-dan-hukumnya- untuk-bersuci https://islam.nu.or.id/post/read/82513/tiga-macam-najis-dan-cara-
menyucikannya https://islam.nu.or.id/post/70/thaharah

Anda mungkin juga menyukai