“AKUNTANSI PERBANKAN”
Dosen Pengampu:
OLEH:
WA ODE IIS RISKI YANTI NURBUDI
A1A622025
Konsisten
a.4. Konsistensi
b.3. Modal adalah jumlah uang yang dinyatakan untuk sisa hak atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi seluruh kewajibannya. Modal merupakan hak atas
aktíva perusahaan yang melekat pada pemiliknya.
b.4. Pendapatan adalah jumlah kotor dari kenaikan aktiva atau penurunan
kewajiban (atau kombinasi keduanya). Pendapatan timbul dari aktivitas penjualan
barang atau jasa, penyerahan jasa dan aktivitas lainnya yang mengakibatkan
diperolehnya pendapatan atau laba bagi perusahaan.
b.5. Biaya adalah jumlah kotor dari penurunan aktiva atau kenaikan
kewajiban. Biaya ini timbul dari kegiatan-kegiatan pembuatan atau pengadaan
barang dan jasa, dan lain-lain kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan
dalam suatu periode.
b.6. Laba adalah selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu
periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya.
3) Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi adalah dalil atau dokrin untuk mengawasi suatu sistem
atau aktivitas tertentu yang telah diterima kebenarannya. Prinsip akuntansi bukan
merupakan kebenaran yang hakiki dalam bidang akuntansi, karena pada
hakekatnya akuntansi selalu berkembang dan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan dan perubahan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat. Prinsip
akuntansi dapat bersifat tertulis maupun tidak tertulis sebagai akibat yang timbul
dari pengalaman yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyajikan
informasi keuangan.
Prinsip akuntansi dibutuhkan dalam kondisi yang selalu berubah,
mengingat akuntansi tidak membuat diskriminasi dengan menyelenggarakan
aktivitas-aktivitas yang secara khusus diarahkan untuk memenuhi pihak tertentu,
akan tetapi informasi yang disajikan adalah relevan dengan kepentingan dan
memuaskan berbagai pihak yang menggunakannya. Bila informasi keuangan yang
disajikan tidak memenuhi kepuasan berbagai pihak berarti laporan keuangan
tersebut sebagai media penyampaian informasi yang telah gagal. Mengapa
demikian? Karena pertama telah kehilangan fungsinya sebagai aktivitas penyedia
jasa, kedua gagal untuk memenuhi fungsinya sebagai suatu sistem informasi, dan
ketiga akuntansi tersebut telah kehilangan maknanya sebagai suatu fungsi analisis.
Oleh karena itu penggunaan prinsip akuntansi menjadi sangat penting agar ada
kesamaan dalam hal cara, metode, prosedur tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relevan, bersifat netral, dan dapat diperbandingkan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a. Prinsip Harga Perolehan
d. Prinsip Obyektif
c. Periode Akuntansi
Konsep ini menjelaskan bahwa rugi dan laba perusahaan baru dapat
diketahui setelah perusahaan dilikuidasi atau dengan kata lain bahwa tingkat
kesuksesan suatu perusahaan hanya dapat diketahui pada saat perusahaan
menghentikan usahanya dan mencairkan seluruh hartanya menjadi kas. Namun
demikian, pada kenyataannya keputusan manajemen banyak dilakukan selama
berlangsungnya kegiatan perusahaan. Untuk mengambil keputusan ini perlu ada
informasi. Disinilah laporan keuangan perlu disusun sebagai sumber informasi.
Penyusunan laporan keuangan periodik ini beranggapan bahwa umur kegiatan
perusahaan yang tidak terbatas tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian
kegiatan perusahaan dari beberapa periode. Bagian bagian periode dari periode
yang tidak terbatas ini selanjutnya disebut periode akuntansi.
b. Asas Materialitas
Dalam kaitannya dengan pengakuan dan penilaian pada asas ini terdapat
empat macam yaitu:
c.3. Dalam hubungannya dengan laba, maka laba harus diakui pada
saat realisasi.
Asas ini dapat diterima dalam praktik akuntansi, namun bila diterapkan
secara berlebihan akan mengakibatkan kesalahan dalam penyajian laba/rugi
periodik. Untuk itu harus digunakan secara wajar dan tidak benar digunakan untuk
menghindari regulasi-regulasi (terutama di lembaga perbankan) misalnya untuk
perpajakan, penyisihan aktiva produktif dan lain-lain. Keberadaan asas ini
sebenarnya didasari pemikiran bahwa dalam hal jumlah yang seharusnya tidak
dapat ditentukan, akan lebih baik bila menyampaikan kepada para pemakai untuk
jumlah yang terkecil di antara yang besar.
d. Kebiasaan-Kebiasaan dalam Dunia Bisnis
Regum praktik akuntansi secara nyata lebih menginginkan kepraktisan dan
aspek akuntansi a sering dijumpai penyimpangan ke praktisadap prinsip prinsip
akuntansi. Hal ini masih bisa diperkenn-penyimpangan terhadap usaha
menerapkal karakteristik dan spesifikasi tersendenankan karena setiap jenis selalu
menerapkan akuntansi secara konseptual. Hal ini menjadi kendala dalam
memenuhi kebutuhan informasi yang sesuai dengan karakteristik mutu pelaporan.
6) Persamaan Dasar Akuntansi
Dalam memahami proses akuntansi, ada baiknya untuk memahami
persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi dibangun pemahaman
antara hak dan kewajiban. Hak merupakan kekayaan atau aktiva atau aset. Hak ini
ada karena telah timbul kewajiban. Konsep akuntansi menghendaki keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu setiap pertambahan kewajiban bank,
harus diikuti peningkatan hak atau aset. Secara umum persamaannya adalah:
Hak =Kewajiban
Aktiva =Pasiva
Perhatikan, pada sisi kiri terdapat aktiva dan biaya, sedangkan pada sisi
kanan terdapat hutang, modal, dan pendapatan. Persamaan ini akan
mempermudah bagi pemula dalam membuat jurnal. Dengan persamaan dan
penggambaran rekening buku besar, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Setiap pertambahan aktiva akan didebet, dan pengurangan aktiva akan
dikredit.
b. Setiap pertambahan blaya akan didebet, setiap pengurangan biaya akan
dikredit.
c. Setiap peningkatan hutang akan dikredit dan setiap
pengurangan/pelunasa hutang akan didebet.
d. Setiap pertambahan modal akan dikredit dan penurunan modal akan
didebet.
e. Setiap pertambahan pendapatan bank akan dikredit dan setiap
penurunan pendapatan akan didebet.
Aktiva bank misalnya berupa kas, Giro BI, penempatan pada bank lain,
sekuritas jangka pendek, kredit yang diberikan, penyertaan, dan aktiva tetap.
Hutang bank misalnya giro nasabah, tabungan, deposito, pinjaman diterima,
sedangkan modal berupa modal disetor maupun laba ditahan. Untuk pendapatan
bank bisa berupa pendapatan bunga dan pendapatan lainnya. Sedangkan biaya
bank berupa blaya bunga dan biaya lainnya.
lustrasi
1. Diah Kirana mendirikan bank dengan nama Bank Kirana. Diah
menanamkan modalnya sebesar Rp100.000.000.000 yang disetor secara
tunai ke Bank Kirana.
2. Untuk memperlancar operasi bank, Bank Kirana membeli kendaraan
seharga Rp400.000.000 secara tunai.
3. Diterima tunai untuk pembukaan rekening tabungan atas nama Anita
Firdaus Rp100.000.000.
4. Diterima tunai Rp500.000.000 untuk pembukaan rekening deposito
berjangka atas nama Ratna Safitri.
5. Diberikan kredit kepada Desi Candra sebesar Rp1.000.000.000. Hari ini
direalisasikan dan langsung dikreditkan ke rekening giro Desi sebesar
Rp900.000.000, secara tunai Rp100.000.000.
6. Arif Pambudi membuka rekening giro dengan setoran perdana
Rp200.000.000 tunai.
7. Anita Firdaus menarik tabungan senilai Rp10.000.000.
1. Informasi Umum
7. Informasi Lain
Cakupan dalam informasi lain terdiri dari:
a. Langkah-langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko pasar atas
transaksi mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi
suku bunga, termasuk penjelasan mengenai semua pinjaman dan ikatan
tanpa proteksi, serta hutang yang suku bunganya berfluktuasi atau yang
tidak ditentukan terlebih dahulu;
b. Transaksi-transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan; dan
c. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan akuntan publik
(subsequent event).
BAB 4
AKUNTANSI KLIRING
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring
untuk memudahkan penyelesaian transaksi antarbank. Bank dapat saling
memperhitungkan hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang
dilakukan masing-masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut
menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang
lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang-piutang bisa saja dilakukan di luar
cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman, efektif,
dan efisien.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam
perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara
otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank
maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
A. Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
a. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan
secara manual oleh setiap peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan
pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara
elektronik yang selanjutnya disebut kliring elektronik adalah
penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan
dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data Keuangan
Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan
kepada peserta penerima.
B. Peserta Kliring
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan
menjadi:
1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung
dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang
tidak berada dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk
menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat:
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah:
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri, yang telah memperoleh izin
pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di dalam negeri yang telah memperoleh izin dari
Bank Indonesia untuk beroperasi di wilayah kliring yang berbeda
dari kantor cabang induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah
satu kantor Bank Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini
yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank
ke lokasi penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.
b. Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam proses perhitungan kliring di tempat penyelenggara. Dokumen kliring yang
digunakan dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa
daftar warkat kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti
penyerahan (pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring
pengembalian. Daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian ini disediakan
oleh masing-masing peserta.
d. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan
sistem manual meliputi:
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan
oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun
rekapitulasi neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh
peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh
peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/ pengembalian atas dasar daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan
oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca
kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.
Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi harus memperhatikan jenis angka
dan simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi
yang dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau kliring
otomasi atau elektronik. MICR code line pada Warkat yang wajib dicantumkan
dalam clear band terdiri dari:
a. Nomor Warkat: 6 (enam) digit;
b. Sandi Peserta: 7 (tujuh) digit;
c. Nomor Rekening: 10 (sepuluh) digit;
d. Sandi Transaksi: 2 (dua) digit;
e. Nilai Nominal Warkat: 14 (empat belas) digit.
Jenis Biaya Kliring
Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Blaya kliring ini
menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum
biaya kliring terdiri dari dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring.
Biaya-blaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro Bl yang
dimiliki oleh peserta kliring.
Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan
biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya
biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring
yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.
Akuntansi Giro
Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran
perdana, cara penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang
menjadi beban giran. Setoran perdana dan saldo minimal setiap bulan pada setiap
bank berbeda, karena ketentuan ini diserahkan pada bank masing-masing. Bila
calon gíran sepakat, maka giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani
penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai
kewajiban bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal
setoran/penarikan, sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah
mengalami mutasi pendebetan atau penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya
penarikan dan beban biaya bagi giran. Pengkreditan rekening giro akibat adanya
setoran uang tunai/cek, bilyet giro atau adanya jasa giro yang diperhitungkan
bank.
Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang
menimbulkan penarikan cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya.
Bila ini yang terjadi maka terjadi saldo negatif (saldo debet untuk giro). Saldo
negatif ini terjadi (dalam arti cek/BG bisa dicairkan oleh pemegangnya) karena
bank memberikan talangan/cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah perbankan
disebut overdraft. Overdraft ini diperlakukan sebagaimana pemberian kredit
kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, administrasi, dan biaya
lainnya.
Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut
tergolong aktif atau pasif. Giro dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-
turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro pasif
tetap akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan yang dibebankan pada
rekening giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank,
walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk menutup
gironya.
BAB 6
TABUNGAN
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah
disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau
yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik
secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan
tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu.
Pada awalnya tabungan di Indonesia hanya tiga jenis yaitu Tabanas, Taska,
dan tabungan ONH. Namun dalam perkembangannya setelah tahun 1989 Bank
Indonesia memberikan kebebasan kepada bank-bank komersial untuk
menciptakan produk tabungan. Oleh karena itu produk tabungan saat ini sangat
banyak misalnya Simaskot dari BRI, Tahapan dari BCA, Taplus dari BNI,
Tabungan Mandiri dari Bank Mandiri, dan sebagainya. Produk tabungan tersebut
pada prinsipnya mengikuti ketentuan Bl yang dalam SK Dir. BI No. 22/63 Kep.
Dir. Tanggal 01-12-1989 bahwa syarat-syarat penyelenggaraan tabungan adalah
sebagai berikut:
1. Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah.
2. Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank
masing- masing.
3. Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro, serta surat
perintah bayar lainnya yang sejenis.
4. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang
disediakan untuk keperluan tersebut misalnya Automatic Teller Machine
(ATM).
5. Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri
cara pelayanan, sistem administrasi, setoran, frekuensi pengambilan,
tabungan pasif, tingkat suku bunga, cara perhitungan dan pembayaran
bunga, pemberian hadiah, nama tabungan.
6. Bunga tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final
untuk penduduk dan 20% untuk bukan penduduk. (Kep. Menteri Keu. No.
1308/KMK.04/ 1989).
A. Pencatatan Transaksi Tabungan
Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan
selanjutnya disajikan sebesar nilai kewajiban. Nilai kewajiban adalah saldo
ditambah bunga yang diperhitungkan dikurangi pajak. Setiap bunga yang
diperhitungkan dikreditkan ke rekening tabungan. Untuk setor tabungan,
seorang penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat, transfer masuk, dan
sebagainya yang disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat
berharga lain bisa dikreditkan ke tabungan kalau warkat itu sudah efektif.
Artinya bisa diuangkan saat itu.
B. Penarikan Tabungan
Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-
counter cabang bank yang bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu
berupa kartu ATM. Penarikan di cabang lain umumnya dibatasi maksimum
plafond penarikannya, sedangkan di cabang tempat membuka tabungan bahwa
penarikan diijinkan sampai tabungan bersaldo minimal. Kartu ATM merupakan
kartu tunai (cash card) yang hanya bisa digunakan untuk penarikan tunai di setiap
tempat yang tersedia Automatic Teller Machine (ATM). Penarikan di cabang lain
akan dicatat pada Rekening Antar Kantor (RAK).
Pembukaan Deposito
Untuk membuka deposito, deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan
cek, bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel, atau warkat lain yang disepakati
bank. Prinsipnya pada saat disetor warkat itu harus sudah efektif, artinya dapat
diuangkan. Bank akan mencatat dalam rekening deposito bila waktu itu telah
diuangkan. Deposito dicatat sebesar nilai nominal deposito yang tertera dalam
perjanjian. Contoh: 31 Mei 2015 Reni membuka deposito berjangka di Bank
Mitra Niaga Semarang dengan nominal Rp50.000.000, bunga 18% pa, jangka
waktu 3 bulan. Untuk itu Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni
Rp20.000.000, Cek Bank Mitra Niaga Semarang yang ditarik oleh Sinta sebesar
Rp10.000.000, transfer masuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung
Rp10.000.000 dan kekurangannya dibayar tunai. Pajak bunga 15%. Pencatatan
transaksi ini adalah:
Bunga Deposito Berjangka
Deposito yang telah jatuh tempo bisa diperpanjang dengan dua cara yaitu:
Contoh:
Deposito berjangka waktu 6 bulan, nominal Rp10.000.000, telah dibuka di
Bank Mitra Niaga Semarang pada tanggal 31 Mei 2015 dengan suku bunga 18%
pa. Pada tanggal 5 Juni 2015 deposito tersebut dipindahkan ke Bank Mitra Niaga
Cabang Solo. Ketentuan alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra
Niaga adalah:
Keterangan:
Contoh: