Anda di halaman 1dari 61

TUGAS MERANGKUM

“AKUNTANSI PERBANKAN”

Dosen Pengampu:

OLEH:
WA ODE IIS RISKI YANTI NURBUDI
A1A622025

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2024
BAB 1
PENDAHULUAN
Perbankan Indonesia telah mengalami perubahan orientasi sejak terjadi di
regulasi dan liberalisasi keuangan di Indonesia yang sebelumnya sangat Represif.
Sebelum tahun 1980-an bank-bank masih merupakan lembaga yang berorientasi
pada produk masyarakat yang membutuhkan pelayanan bank akan datang dan
mencari bank pelayanan bank masih tradisional bank masih menganut konsep
menjual produk atau jasa pertimbangan kepuasan pelanggan/nasabah belum
sepenuhnya menjadi orientasi bank. Berbeda dengan kondisi setelah paket
kebijakan Juni (Pak Jun) 1983, bangsa telah tumbuh spektakuler baik menyangkut
jumlah bank, cabang Bank maupun jumlah produk/jasa yang ditawarkan di
tunjang pelayanan yang modern persaingan antara bank atau antar cabang Bank
menjadi semakin tajam baik pada level inovasi produk level pelayanan. Pelayanan
sempurna bahkan sempurna menjadi keharusan bagi bank memenangkan
persaingan bank harus menggeser orientasi produk ke orientasi nasabah.
Pelayanan yang sempurna dan pengembangan produk & jasa yang
berkualitas pada gilirannya akan memberikan kontribusi bagi kinerja bank.
Kinerja bank/tingkat kesehatan bank akan dicerminkan oleh aspek pemenuhan
modal minimum (Capital Adequacy Ratio/CAR), kualitas aktiva produktif (asset
quality), kesehatan manajemen (management), kemampuan memperoleh laba
(earning power), kemampuan memenuhi kewajiban segera (liquidity) dan
sensitivitas pasar (aspek risiko). Faktor- faktor tersebut harus didukung oleh
pemenuhan ketentuan moneter lainnya di bidang perbankan misalnya Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau Legal Lending Limit (LLL), Net
Open Position (NOP), Ketentuan KUK, dan sebagainya.
Faktor-Faktor dan komponen penentu kinerja bank tersebut harus dikelola
secara terus-menerus untuk menghasilkan kinerja yang diinginkan. Untuk
mengelola faktor tersebut, harus didukung oleh informasi yang tepat pakai
(relevan), tepat waktu dan akurat, serta adanya kemampuan manajemen dalam
mengambil keputusan yang tepat dan akurat. Informasi yang tepat pakai, tepat
waktu dan akurat bisa terwujud kalau dikelola dengan baik. Untuk mengelola
informasi tersebut diperlukan pemahaman tentang karakteristik bank, keunikan
bank dan penggunaan akuntansi untuk mengelola informasi tersebut.
Secara umum karakteristik lembaga perbankan dapat dipahami sebagai
berikut:
1. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana,
serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran dengan
berpijak pada falsafah kepercayaan.
2. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus selalu menjaga likuiditasnya
sehingga mampu memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar.
Karakteristik ini mengisyaratkan bahwa bank harus memperhatikan sisi
sumber dananya.
3. Bank selalu dihadapkan pada dilema antara pemeliharaan likuiditas atau
peningkatan earning power. Kedua hal, berlawanan dalam mengelola dana
perbankan. Artinya kalau menginginkan likuiditas tinggi, maka earning
atau rentabilitas rendah dan sebaliknya. Dengan demikian bank harus bisa
menyikapi hal ini.
4. Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai kedudukan yang strategis
untuk menunjang pembangunan nasional.
Keunikan Bank
1. Ada peran monitor to monitor. Artinya bank sebagai lembaga perantara
telah menghimpun dana dari deposan dan menempatkannya ke kredit.
Deposan akan memonitor bank dan bank akan memonitor debitur. Dengan
dukungan pengelolaan informasi yang baik, maka biaya informasi untuk
monitoring bagi deposan akan lebih rendah dibandingkan monitoring
langsung oleh deposan ke pengguna dana (debitur).
2. Keputusan pemberian kredit kepada perusahaan tertentu akan direspon
positif oleh pasar. Perusahaan yang diberi kredit berarti perusahaan yang
sehat, maka saham perusahaan tersebut akan direaksi positif oleh pasar.
Keunikan ini tidak dimiliki oleh lembaga bisnis lainnya.
3. Mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke yang muda
(Intergenerational wealth transfer). Generasi tua sudah pensiun suka
menabung atau tidak produktif lagi, sedangkan generasi muda masih giat
berusaha. Yang muda menggunakan dana generasi tua untuk kepentingan
yang produktif melalui perantara bank.
4. Dapat bertindak sebagai asset transformer. Bank bisa menerbitkan klaim
keuangan berupa surat berharga obligasi, deposito, dan lainnya kemudian
ditempatkan dalam bentuk kredit atau yang lain.
Dengan memperhatikan karakteristik dan keunikan bank, maka dapat
dipastikan bahwa pengelolaan informasi untuk pengambilan keputusan sangat
diperlukan. Untuk mengelola informasi diperlukan akuntansi. Dengan akuntansi,
informasi dapat disajikan tepat waktu dan relevan untuk pengambilan keputusan.
Dalam akuntansi, konsistensi metode, teknik dan prinsip tetap dipelihara untuk
keseragaman persepsi. Keseragaman persepsi akan membuat akuntansi tidak
hanya dapat digunakan untuk kepentingan internal, namun juga pihak-pihak
eksternal yang membutuhkan informasi akuntansi.
BAB 2
KONSEP AKUNTANSI
A. Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi pada masa sekarang telah beragam citra. Pada mulanya
pengertian akuntansi menurut Committee on Terminology of the American
Institute of Certified Public Accountants bahwa akuntansi adalah seni mencatat,
menggolongkan, dan mengikhtisarkan transaksi dan peristiwa yang paling tidak
sebagian bersifat keuangan dengan suatu cara yang bermakna dan dalam satuan
uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya. Akhir-akhir ini akuntansi selain
dipandang sebagai seni, juga dipandang sebagai bahasa dunia usaha, yaitu sebagai
sarana untuk mengkomunikasikan informasi tentang suatu perusahaan.
Dengan melihat berbagai definisi akuntansi, secara umum akuntansi bisa
didefinisikan sebagai seni, ilmu, sistem informasi yang di dalamnya menyangkut
pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dengan cara sepatutnya dan
dalam satuan uang atas transaksi dan kejadian yang setidak-tidaknya sebagian
mempunyai sifat keuangan serta adanya penginterpretasian hasil pencatatan dan
disajikan dalam laporan keuangan.

B. Kerangka Konseptual Akuntansi


Kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem pertalian yang erat
(koheren) dari tujuan dan konsep-konsep dasar yang saling berhubungan dan
saling mengarahkan terciptanya prinsip-prinsip yang konsisten serta
menggambarkan sifat, fungsi, dan keterbatasan akuntansi beserta laporan
keuangan. Sebagai konsep, tentu akan memberikan manfaat bagi perkembangan
akuntansi atau sebaliknya perkembangan akuntansi yang memberikan manfaat
bagi konsep dasar akuntansi. Oleh karena itu dalam menghadapi persoalan
akuntansi hendaknya dapat dikembalikan pada konsep dasarnya.
Kerangka konseptual akuntansi menjadi sangat penting dipahami,
mengingat dengan kerangka ini akan dapat dirumuskan prinsip-prinsip akuntansi
yang dapat menjadi acuan bagi para pemakai informasi akuntansi dan selanjutnya
hal ini akan mendasari praktik akuntansi. Di samping itu, sebagai kerangka dasar
setiap perubahan ataupun perkembangan akuntansi yang sulit dipecahkan, maka
harus dilandasi kerangka konseptual ini dalam setiap memecahkan masalah-
masalah yang berkembang dan berkaitan dengan akuntansi tersebut.
Kerangka konseptual juga akan memberikan pedoman untuk memilih
alternatif yang mencerminkan posisi keuangan dan hasil operasi dengan cara yang
paling akurat dalam lingkungan tertentu. Setiap jenis usaha mempunyai
karakteristik yang berbeda sehingga informasi yang dihasilkanpun berbeda.
Padahal untuk menilai aktivitas diperlukan keseragaman persepsi mengenai
informasi tersebut. Dalam konteks ini maka peran pemasok informasi harus dapat
mengembangkan dan bersikap profesional agar informasi yang diperlukan oleh
pengambil keputusan tidak menyesatkan. Dengan demikian kerangka konseptual
akuntansi sangat berguna dalam menyajikan informasi yang dapat diterima oleh
semua pihak dalam berbagai lapangan usaha
Dengan kerangka konseptual juga akan dihasilkan tujuan dan dasar-dasar
praktik akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan demikian hal ini akan
memudahkan para pemakai dalam memahami tujuan, isi, dan karakteristik
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi.
Bagaimanakah kerangka konseptual akuntansi dibangun? Kerangka
konseptual akuntansi dibangun dari tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah
tujuan pokok akuntansi, tingkatan kedua adalah konsep dasar pelaporan yang
terdiri dari karakteristik informasi dan elemen laporan keuangan. Tujuan pokok
dan konsep dasar pelaporan tersebut selanjutnya digunakan pada tingkatan ketiga
yaitu menyusun pedoman pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan ini harus
memperhatikan asumsi, prinsip, dan kendala.
1) Tujuan Pokok Akuntansi
Tujuan pokok akuntansi tidak lain adalah tujuan umum laporan keuangan
yaitu memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi
para pemakainya. Untuk dapat menyampaikan informasi tersebut harus
menggunakan alat atau media berupa laporan keuangan. Secara khusus laporan
keuangan harus mencapai tujuan memberikan informasi keuangan yang dapat
dipercaya mengenai posisi aktiva, hutang dan modal beserta perubahannya,
sehingga dapat digunakan untuk menaksir prospek arus kas, kondisi keuangan,
prestasi, dan potensi perusahaan atau bank dalam menghasilkan laba. Di samping
itu dapat menjelaskan bagaimana dana diperoleh dan digunakan.
Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
pengambil keputusan. Ini berarti tujuan tersebut dapat saja berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan pemakai, situasi dan kondisi ekonomi, politik, hukum maupun
aspek lingkungan bisnis. Tetapi yang tidak boleh dilupakan bahwa laporan
keuangan tersebut disusun dalam konteks untuk memuaskan atau memenuhi
kebutuhan semua pemakai yang berbeda-beda atau bersifat umum. Kalau
demikian, maka kelompok pemakai tertentu tidak mempunyai hak untuk
menentukan jenis informasi tertentu. Para pemakai laporan keuangan dituntut
untuk mengetahui karakteristik perusahaan dan pengetahuan akuntansi agar dapat
memahami informasi dalam laporan keuangan.

2) Konsep Dasar Pelaporan


Dalam memahami konsep pelaporan terlebih dahulu perlu menjawab
pertanyaan mengapa akuntansi diperlukan (ini menyangkut tujuan) kemudian
bagaimanakah mencapai tujuan tersebut (pedoman pelaksanaan). Konsep dasar
pelaporan merupakan penghubung antara pedoman pelaksanaan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam konsep ini harus mampu menjelaskan karakteristik
atau mutu informasi dan elemen- elemen yang akan disajikan dalam laporan
keuangan sehingga fungsi akuntansi sebagai penyedia jasa informasi dapat
menentukan: kepada siapa informasi tersebut ditujukan, tipe-tipe informasi yang
dibutuhkan, dan bagaimanakah karakteristik informasi yang dibutuhkan. Dengan
demikian tujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak
dapat dipenuhi.

a. Karakteristik Mutu Informasi Akuntansi


Pemilihan metode akuntansi, tipe informasi, dan format informasi yang
diperlukan akan menentukan nilai kegunaan informasi bagi pengambil keputusan.
Untuk itu informasi yang disajikan harus informasi yang baik dan memberikan
manfaat yang lebih besar daripadabiaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh/menyajikan informasi tersebut.
Beberapa alternatif laporan yang dapat disajikan juga harus menjadi
pertimbangan misalnya pos-pos apa saja yang harus dikapitalisasikan sebagai
aktiva atau sebagai kewajiban (pasiva), pendapatan dan biaya serta komitmen &
kontinjensi (khusus untuk lembaga perbankan) apa saja yang harus disajikan
dalam periode pelaporan tersebut, dan ukuran apa yang digunakan dalam
menyajikannya. Untuk ukuran ini misalnya berupa biaya historis, nilai sekarang
atau nilai buku. Informasi-informasi tersebut harus berhubungan dengan tipe
keputusan yang akan diambil oleh pemakai informasi. Untuk dapat
menghubungkan informasi tersebut, para pemakai harus mengerti informasi yang
disajikan. Pemakai harus dapat merasakan kadar kemampuan dan arti pentingnya
informasi yang diterimanya. Informasi yang dapat dimengerti adalah informasi
yang mempunyai sifat relevansi dan reliabilitas, memiliki daya banding, dan
konsisten. Pola hubungan informasi yang dapat memberikan manfaat bagi
pengambil keputusan tercermin dalam hirarki kualitas informasi akuntansi seperti
tampak pada Gambar 2.2.

a. 1. Relevansi Informasi Akuntansi

Konsisten

Kualitas primer suatu informasi akuntansi ditentukan oleh relevansi


dan reliabilitasnya. Relevansi ini dapat diukur melalui maksud
penggunaan informasi tersebut. Dengan demikian relevansi berarti
memilih metode pengukuran dan pelaporan yang dapat membantu
setiap pemakai laporan keuangan yang akan mengambil keputusan.

Informasi yang relevan adalah informasi yang menimbulkan


perbedaan. Perbedaan itu dapat memperlemah atau memperkuat
pengharapan yang ada. Dengan demikian relevansi selalu dikaitkan
dengan feedback dan nilai prediktif dari informasi tersebut. Jika
pengambil keputusan tidak merasa diperkuat atau diperlemah oleh
informasi yang disajikan, maka informasi itu bisa dikatakan tidak
mengandung relevansi. Sebaliknya bila pengambil keputusan dapat
memperhitungkan konsekuensi- konsekuensi yang bakal timbul di
kemudian hari atas dasar informasi, maka informasi tersebut dikatakan
relevan.
informasi yang basi atau disampaikan tidak tepat waktu akan tidak ada
guna bagi pengambil keputusan. Dengan kata lain informasi tersebut
tidak relevan.

a.2. Reliabilitas Informasi Akuntansi

Informasi yang disampaikan harus andal, dalam arti bebas dari


pengertian ya menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dipercaya
pemakainya yaitu tel disajikan dengan benar dari yang seharusnya
disajikan atau secara wajar diharapk dapat disajikan, sehingga
mencerminkan secara tepat mengenai keadaan ati peristiwa ekonomi
yang akan disampaikan. Reliabilitas atau keandalan tidak sarr dengan
keakuratan secara absolut.
Informasi-informasi yang disampaikan bisa saj didasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang didalamnya tidak lepas dari estimas
dan estimasi tersebut tidak akan tepat secara total atau eksak, namun
begit informasi masih mengandung keandalan untuk digunakan.
Keandalan informasi in dapat ditentukan oleh daya uji atau uji
kebenarannya, bersifat netral atas dasai pertimbangan sehat, serta harus
lengkap dan ada ketepatan dalam penyajian. Ketepatan dalam
menyajikan (jujur) merupakan kesesuaian antara informasi yang
dilaporkan dengan hasil-hasil aktual dari aktivitas ekonomi yang
diukurnya.

a. 3. Komparabilitas atau Daya Banding

Informasi akan semakin bermanfaat apabila dapat dikaitkan dengan


standar ukuran tertentu. Standar ukuran ini menjadikan informasi dapat
diperbandingkan.

Perbandingan dapat dilakukan terhadap data dari periode yang berbeda


dalam satu perusahaan, atau/dan dapat pula terhadap data atau
informasi dari perusahaan lal yang sejenis pada periode yang sama.
Perbandingan ini untuk mengidentifikasikan kecenderungan atau tren
posisi dan kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan baik
secara absolut maupun relatif. Oleh karena itu pengukuran dan
penyajian Informasi keuangan dari transaksi atau peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten. Konsisten di sini artinya taat
asas dan menggunakan metode serta prinsip akuntansi yang sama.
Namun demikian perlu diingat bahwa keseragama tidaklah selalu
menjawab komparabilitas (Jay M. Smith dan fred Skoisen). Dalam
Kenyattannya, praktik akuntansi pada lingkungan yang berbeda
mungkin akan membutuhkan perlakuan yang berbeda pula, sehingga
masalah besar dalam akuntansi tidak begitu ba berbagai alternatif
metode akuntansi desalash bei da dam situasi yang berbebegitu
berbeda belum memadai untuk membendewasa ini da lakuntansi yang

a.4. Konsistensi

Seperti diungkapkan sebelumnya, bahwa untuk menyajikan informasi

keuangan agar kekomasi akuntansi bermanfaat, penggutif metode


akuntansi, Dieds konsisten agar kekontinuan dan kekomparabelan
laporan keuangan tercapai.
b. Elemen-Elemen Laporan keuangan
Elemen pokok laporan keuangan terdiri dari aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Tugas akuntansi adalah untuk mengikuti, mengukur, dan
mengkomunikasikan perubahan-perubahan dan perkembangannya. Elemen pokok
ini telah berlaku umum di dunia usaha dan setiap elemen saling terkait dengan
elemen.
b.1. Aktiva adalah manfaat ekonomi yang dinyatakan untuk sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan, yang meliputi barang dan hak-hak
yang memberikan manfaat di masa yang akan datang dan didapat dari transaksi-
transaksi atau peritiwa yang terjadi dimasa lalu.

b.2. Hutang atau kewajiban adalah pengorbanan sumber ekonomis yang


mungkin di masa yang akan datang yang timbul dari kewajiban entitas tertentu
pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas
yang lain di masa mendatang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa di masa
lampau.

b.3. Modal adalah jumlah uang yang dinyatakan untuk sisa hak atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi seluruh kewajibannya. Modal merupakan hak atas
aktíva perusahaan yang melekat pada pemiliknya.

b.4. Pendapatan adalah jumlah kotor dari kenaikan aktiva atau penurunan
kewajiban (atau kombinasi keduanya). Pendapatan timbul dari aktivitas penjualan
barang atau jasa, penyerahan jasa dan aktivitas lainnya yang mengakibatkan
diperolehnya pendapatan atau laba bagi perusahaan.

b.5. Biaya adalah jumlah kotor dari penurunan aktiva atau kenaikan
kewajiban. Biaya ini timbul dari kegiatan-kegiatan pembuatan atau pengadaan
barang dan jasa, dan lain-lain kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan
dalam suatu periode.

b.6. Laba adalah selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu
periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya.

3) Prinsip Akuntansi
Prinsip akuntansi adalah dalil atau dokrin untuk mengawasi suatu sistem
atau aktivitas tertentu yang telah diterima kebenarannya. Prinsip akuntansi bukan
merupakan kebenaran yang hakiki dalam bidang akuntansi, karena pada
hakekatnya akuntansi selalu berkembang dan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan dan perubahan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat. Prinsip
akuntansi dapat bersifat tertulis maupun tidak tertulis sebagai akibat yang timbul
dari pengalaman yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyajikan
informasi keuangan.
Prinsip akuntansi dibutuhkan dalam kondisi yang selalu berubah,
mengingat akuntansi tidak membuat diskriminasi dengan menyelenggarakan
aktivitas-aktivitas yang secara khusus diarahkan untuk memenuhi pihak tertentu,
akan tetapi informasi yang disajikan adalah relevan dengan kepentingan dan
memuaskan berbagai pihak yang menggunakannya. Bila informasi keuangan yang
disajikan tidak memenuhi kepuasan berbagai pihak berarti laporan keuangan
tersebut sebagai media penyampaian informasi yang telah gagal. Mengapa
demikian? Karena pertama telah kehilangan fungsinya sebagai aktivitas penyedia
jasa, kedua gagal untuk memenuhi fungsinya sebagai suatu sistem informasi, dan
ketiga akuntansi tersebut telah kehilangan maknanya sebagai suatu fungsi analisis.
Oleh karena itu penggunaan prinsip akuntansi menjadi sangat penting agar ada
kesamaan dalam hal cara, metode, prosedur tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relevan, bersifat netral, dan dapat diperbandingkan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a. Prinsip Harga Perolehan

Dalam prinsip ini ditekankan bahwa aktiva, hutang, modal, penghasilan,


dan biaya hendaknya dicatat sebesar harga perolehan yang disepakati oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi. Penggunaan prinsip ini didasari bahwa harga
tersebut ditentukan secara obyektif, jumlahnya sudah diketahui dan dapat diuji
kebenarannya melalui bukti-bukti transaksi. Pengukuran harga historis adalah
melalui jumlah kas atau yang ekuivalen.

b. Prinsip Realisasi Penghasilan

Prinsip ini pada dasarnya mencakup pengertian, pengukuran, dan


pengakuan penghasilan. Penghasilan adalah setiap pertambahan aktiva atau
penurunan hutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa selama periode
akuntansi tertentu. Pengukuran penghasilan dapat ditentukan melalui jumlah kas
atau ekuivalennya, jumlah aktiva yang terima dan jumlah penurunan hutang.
Kemudian pengakuan penghasilan pada prinsipnya berdasarkan realisasi
penghasilan. Realisasi penghasilan dapat ditentukan berdasarkan justifikasi bahwa
barang atau jasa telah tersedia dan jumlahnya sudah diketahui secara pasti.

Dalam kaitannya dengan pengakuan penghasilan, maka timbul beberapa


metode pengakuan penghasilan, yaitu pertama pada saat penjualan barang atau
jasa. Bila penjualan barang dan jasa sudah tersedia dan dapat diukur secara pasti,
maka metode ini dapat diterapkan. Contoh pada lembaga perbankan ketika
memberikan kredit, maka saat komitmen direalisasi seluruh pendapatan nonbunga
(provisi, administrasi, biaya taksasi, dan lain-lain) dari kredit tersebut langsung
dicatat sebagai pendapatan.

Kedua adalah pengakuan penghasilan dapat dilakukan pada saat sebelum


sudah tern penjualan. Metode ini dapat digunakan kadilakukan pada saat saja
badah kerjamin misalnya sudah adanya kontrak/perjan pemasaran barangan pihak
lain, kemudian harganya sudah relatif pasti dan terten optioneroleh penghasilan
dimaksud sudah dital dan sebagian besar kegiatan untu
Ketiga adalah pengakuan penghasilan Wakode ini dapat dilakukan kalau
risiko terjadinyasarkan pada saat waktunya relatif lama. Metode ini digunakan
bank terutama bunga yang berasal dari kredit bermasalah atau barutama bila
mengakui pendapatan bunga tidak akan akui menjadi rekening nominal sebelum
benar-benar direalisasi. kas. penerimaan pendapatan (pendapatan bunga)
c. Prinsip Mempertemukan Pendapatan dan Biaya
Prinsip ini menghendaki bahwa hasil aktivitas perusahaan selama periode tertentu
yang diuangkan dalam laporan keuangan merupakan hasil dalam periode yang
sama. Pendapatan dan biaya harus sesuatu hal yang terjadi dalam waktu yang
sama. Untuk dapat mempertemukan pendapatan dan biaya dalam periode yang
sama maka diperlukan metode pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan
tersebut bisa menggunakan dasar waktu (accrual basis).

d. Prinsip Obyektif

Prinsip ini memberikan pengertian bahwa laporan keuangan yang


dihasilkan haruslah didasarkan pada data akuntansi yang didukung oleh bukti-
bukti transaksi yang obyektif. Bukti transaksi yang obyektif dapat diperoleh bila
transaksi yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pihak-pihak yang
bertransaksi, serta didukung oleh pengawasan dan pengendalian intern yang baik.

e. Prinsip Pengungkapan Penuh

Laporan keuangan heridaknya dapat memberikan semua informasi baik


yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dapat mempengaruhi interpretasi
dan pengambilan keputusan para pemakainya. Untuk mencapai ini maka laporan
keuangan harus disusun secara baik sesuai dengan standar akuntansi yang
disepakati umum, menggunakan istilah-istilah yang tepat, memberikan catatan
tambahan, memberikan lampiran, catatan kaki, dan sebagainya.
f. Prinsip Konsistensi

Prinsip ini pada dasarnya mengatakan bahwa laporan keuangan tersebut


harus mempunyai daya banding. Daya banding ini untuk perusahaan-perusahaan
yang sama dalam periode yang berbeda atau dalam perusahaan yang berbeda
untuk periode yang sama. Daya banding laporan keuangan akan ditentukan oleh
konsistensi penggunaan teori, metode, dasar, pedoman, dan praktik akuntansi
yang sama dengan yang diterapkan sebelumnya. Konsistensi ini bukanlah harga
mati, artinya pada kasus tertentu ada metode yang tidak cocok dengan kondisi saat
ini, maka perusahaan dapat mengganti metode tersebut asalkan perusahaan
menjelaskan tentang perubahan metode tersebut dan pengaruh penggunaan
metode tersebut terhadap angka-angka dalam laporan keuangan.
4) Asumsi dan Konsep Dasar Akuntansi
Untuk memahami akuntansi harus mengetahui konsep dasar akuntansi.
Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau merupakan
aksioma yang diterima secara umum karena sesuai dengan tujuan laporan
keuangan dan menggambarkan sifat kesatuan akuntansi dari sebuah perusahaan.
Konsep-konsep akuntansi yang digunakan dalam lingkungannya akan sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, kondisi sosial, kondisi ekonomi,
politik, dan sebagainya. Konsep ini dapat juga dikatakan sebagai asumsi dasar
dalam akuntansi. Asumsi dasar ini terutama dalam menyusun prinsip akuntansi.
a. Kesatuan Usaha (Business Entity)

Dalam konsep ini diasumsikan bahwa perusahaan merupakan kesatuan


usaha yang terpisah dengan pemiliknya dan akuntansi memandang dari segi
perusahaannya. Laporan keuangan yang disusun adalah laporan keuangan
perusahaan, bukan laporan keuangan pemilik. Adanya pemisahan ini merupakan
faktor utama yang dijadikan pertimbangan untuk membebankan pada kesatuan
ekonomi tersebut yaitu kewajiban mempertanggungjawabkan keuangan
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Batas entitas
akuntansi/usaha tidak harus sama dengan dengan batas hukumnya. Misalnya
perusahaan induk dengan perusahaan anak merupakan entitas hukum tersendiri,
namun secara akuntansi bukan merupakan penyimpanan bila ada penggabungan
aktivitas perusahaan untuk tujuan akuntansi dan pelaporan.
b. Kesinambungan (Going Concern)

Konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan didirikan untuk jangka waktu


yang tidak terbatas dan akan berlangsung secara terus-menerus. Asumsi ini akan
memberikan dukungan yang kuat untuk penyajian aktiva berdasarkan harga
perolehannya dan bukan atas dasar nilai kontan aktiva tersebut atau nilai yang
direalisasikan pada saat likuidasi.

c. Periode Akuntansi

Konsep ini menjelaskan bahwa rugi dan laba perusahaan baru dapat
diketahui setelah perusahaan dilikuidasi atau dengan kata lain bahwa tingkat
kesuksesan suatu perusahaan hanya dapat diketahui pada saat perusahaan
menghentikan usahanya dan mencairkan seluruh hartanya menjadi kas. Namun
demikian, pada kenyataannya keputusan manajemen banyak dilakukan selama
berlangsungnya kegiatan perusahaan. Untuk mengambil keputusan ini perlu ada
informasi. Disinilah laporan keuangan perlu disusun sebagai sumber informasi.
Penyusunan laporan keuangan periodik ini beranggapan bahwa umur kegiatan
perusahaan yang tidak terbatas tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian
kegiatan perusahaan dari beberapa periode. Bagian bagian periode dari periode
yang tidak terbatas ini selanjutnya disebut periode akuntansi.

d. Pengukuran Dalam Nilai Uang

Penyelenggaraan akuntansi beranggapan bahwa mata uang adalah alat


pengukur yang berlaku umum terhadap semua kegiatan ekonomi. Penggunaan
satuan mata uang (rupiah) didasarkan pemahaman bahwa mata uang mempunyai
nilai yang tetap (stable of price). Bila asumsi ini tidak dipenuhi maka fungsi
laporan keuangan sebagai media informasi akan berkurang nilainya.
e. Penetapan Beban dan Pendapatan
Penentuan laba periodik dan posisi keuangan dilakukan berdasarkan
metode akrual, yaitu dikaitkan dengan pengukuran aktiva dan kewajiban serta
perubahannya pada saat terjadinya, bukan hanya sekadar pencatatan penerimaan
dan pengeluaran uang. Penentuan laba periodik menyangkut dua masalah yaitu:
pengakuan pendapatan selama periode dan penentuan beban yang terjadi
sehubungan dengan usaha untuk menghasilkan pendapatan tersebut.
5) Kendala atau Keterbatasan Akuntansi
Informasi yang disajikan harus memiliki karakteristik mutu. Tetapi untuk
menyajikan seperti ini akan dihadapkan pada kendala-kendala. Kendala tersebut
dapat dikelompokkan menjadi kendala primer dan kendala sekunder misalnya asas
konservatif dan keterbatasan dalam dunia usaha. Kendala sekunder ini tidak
begitu penting, namun perlu dipertimbangkan dalam menyajikan informasi
akuntansi.
a. Asas Manfaat dan Biaya

Untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi akuntansi


diperlukan biaya. Para pemakai harus mempertimbangkan biaya untuk
menghasilkan informasi tersebut. Kesulitannya adalah tidak semua manfaat
informasi dapat diukur atau dibuktikan. Manfaat Informasi tersebut dapat
dirasakan oleh pihak penyaji dalam bentuk efisiensi pengendalian dan oleh para
pemakai dalam bentuk alokasi sumber- sumber ekonomi, jumlah pajak yang
dibayar, ketaatan terhadap regulasi. Semua ini kadang sulit dikuantitatifkan.
Sedangkan biaya untuk pengadaan informasi umumnya mudah dikuantitatifkan.

b. Asas Materialitas

Kerangka teoretis/konseptual akuntansi memang sangat kompleks, namun


dalam penyajiannya harus praktis. Dalam arti hal-hal yang tidak berpengaruh
terhadap aktivitas usaha harus dikeluarkan dari laporan/catatan akuntansi. Asas ini
mengemukakan bahwa transaksi-transaksi dan lain-lain peristiwa yang tidak
penting/ kurang berarti terhadap kegiatan ekonomi perusahaan adalah tidak harus
diperlakukan secara konsekuen dengan prinsip-prinsip akuntansi. Perlakuan
seperti ini dapat diterima karena informasi yang tidak materialitas tidak cukup
berarti atau tidak dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para pemakainya.

Kesulitan mengukur materialitas menjadi kendala, mengingat materialitas


sangat tergantung pada pengaruh atau akibatnya kepada para pemakainya. Dengan
demikian perlu adanya batasan bahwa bila suatu Item dalam hubungannya dengan
laporan keuangan dianggap material kalau mempunyai akibat-akibat yang cukup
berarti dalam pengambilan keputusan-keputusan yang dibuat berdasarkan laporan
keuangan tersebut. Di sini harus dipahami bahwa item/transaksi dianggap material
itu tidak dapat ditentukan atau diukur hanya berdasarkan item itu sendiri, tetapi
harus dihubungkan dengan Item yang lain yang saling berhubungan.
Asas ini erat kaitannya dengan risiko ketidakpastian di masa yang akan
datang. Asas Asas ini erat kaitankenati-hatian dalam hal mengakui adanya
pendapatan dan biaya ini menceterhindar dari kemungkinan risiko yang akan
timbul dia masa yang akan sehingga terbiadaan dalam menghadapi berbagai
alternatif harus melaporkan datang. Perusternatif yang memberikan keuntungan
terkecil. Apabila dalam aktiva terdapat berbagai penilaian, maka nilai aktiva yang
paling rendah harus diakul sebaliknya bila dalam hutang terdapat dua atau lebih
alternatif jumlahnya, maka jumlah hutang yang paling besar yang dicatat. Begitu
pula bila dalam pendapatan dan biaya terdapat berbagai alternatif, maka harus
dipilih pendapatan dan biaya yang akan mengakibatkan laba periodik paling
rendah.

Dalam kaitannya dengan pengakuan dan penilaian pada asas ini terdapat
empat macam yaitu:

c.1. Pengakuan dan penilaian penghasilan. Dalam hal ini penghasilan


harus diakui pada saat realisasinya. Penghasilan adalah setiap nilai
yang menambah aktiva Untuk itu sangat erat dengan penilaian aktiva
yang tidak boleh melebihi harga perolehannya. Dengan demikian
penghasilan tidak boleh diantisipasi terlalu besar atau terlalu kecil.

c.2. Dalam hubungannya dengan pengakuan biaya, maka biaya harus


dibebankan pada periode akuntansi sesuai dengan periode pengakuan
penghasilan yang diperoleh dengan biaya tersebut.

c.3. Dalam hubungannya dengan laba, maka laba harus diakui pada
saat realisasi.

c.4. Dalam hubungannya dengan pengakuan kerugian, menurut asas ini


bahwa perusahaan harus sudah mengakui semua kerugian dan hutang
yang diketahui baik yang sudah pasti maupun yang belum pasti. Dalam
hal terjadinya hutang ataupun kerugian yang belum pasti maka kita
kenal adanya hutang taksiran yang biasanya ditampung dalam rekening
kontinjensi.

Asas ini dapat diterima dalam praktik akuntansi, namun bila diterapkan
secara berlebihan akan mengakibatkan kesalahan dalam penyajian laba/rugi
periodik. Untuk itu harus digunakan secara wajar dan tidak benar digunakan untuk
menghindari regulasi-regulasi (terutama di lembaga perbankan) misalnya untuk
perpajakan, penyisihan aktiva produktif dan lain-lain. Keberadaan asas ini
sebenarnya didasari pemikiran bahwa dalam hal jumlah yang seharusnya tidak
dapat ditentukan, akan lebih baik bila menyampaikan kepada para pemakai untuk
jumlah yang terkecil di antara yang besar.
d. Kebiasaan-Kebiasaan dalam Dunia Bisnis
Regum praktik akuntansi secara nyata lebih menginginkan kepraktisan dan
aspek akuntansi a sering dijumpai penyimpangan ke praktisadap prinsip prinsip
akuntansi. Hal ini masih bisa diperkenn-penyimpangan terhadap usaha
menerapkal karakteristik dan spesifikasi tersendenankan karena setiap jenis selalu
menerapkan akuntansi secara konseptual. Hal ini menjadi kendala dalam
memenuhi kebutuhan informasi yang sesuai dengan karakteristik mutu pelaporan.
6) Persamaan Dasar Akuntansi
Dalam memahami proses akuntansi, ada baiknya untuk memahami
persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi dibangun pemahaman
antara hak dan kewajiban. Hak merupakan kekayaan atau aktiva atau aset. Hak ini
ada karena telah timbul kewajiban. Konsep akuntansi menghendaki keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu setiap pertambahan kewajiban bank,
harus diikuti peningkatan hak atau aset. Secara umum persamaannya adalah:

Hak =Kewajiban

Aktiva =Pasiva

Kewajiban bank terdiri dari kewajiban terhadap pihak eksternal dan


kewajiban terhadap pihak internal. Kewajiban kepada pihak eksternal adalah
kewajiban kepada kreditur atau pemberi dana atau deposan. Sedangkan kewajiban
terhadap internal adalah kewajiban kepada pemilik modal. Dengan demikian
persamaan dapat diperluas menjadi:

Aktiva = Hutang + Modal

Bila bank melakukan aktivitas, akan memperoleh pendapatan dan


mengeluarkan biaya. Selisih pendapatan dengan biaya merupakan laba bank. Laba
bank merupakan komponen modal bank. Untuk itu persamaannya menjadi:

Aktiva Hutang + Modal + Pendapatan - Biaya


Atau

Aktiva + Biaya Hutang + Modal + Pendapatan

Perhatikan, pada sisi kiri terdapat aktiva dan biaya, sedangkan pada sisi
kanan terdapat hutang, modal, dan pendapatan. Persamaan ini akan
mempermudah bagi pemula dalam membuat jurnal. Dengan persamaan dan
penggambaran rekening buku besar, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Setiap pertambahan aktiva akan didebet, dan pengurangan aktiva akan
dikredit.
b. Setiap pertambahan blaya akan didebet, setiap pengurangan biaya akan
dikredit.
c. Setiap peningkatan hutang akan dikredit dan setiap
pengurangan/pelunasa hutang akan didebet.
d. Setiap pertambahan modal akan dikredit dan penurunan modal akan
didebet.
e. Setiap pertambahan pendapatan bank akan dikredit dan setiap
penurunan pendapatan akan didebet.

Aktiva bank misalnya berupa kas, Giro BI, penempatan pada bank lain,
sekuritas jangka pendek, kredit yang diberikan, penyertaan, dan aktiva tetap.
Hutang bank misalnya giro nasabah, tabungan, deposito, pinjaman diterima,
sedangkan modal berupa modal disetor maupun laba ditahan. Untuk pendapatan
bank bisa berupa pendapatan bunga dan pendapatan lainnya. Sedangkan biaya
bank berupa blaya bunga dan biaya lainnya.

lustrasi
1. Diah Kirana mendirikan bank dengan nama Bank Kirana. Diah
menanamkan modalnya sebesar Rp100.000.000.000 yang disetor secara
tunai ke Bank Kirana.
2. Untuk memperlancar operasi bank, Bank Kirana membeli kendaraan
seharga Rp400.000.000 secara tunai.
3. Diterima tunai untuk pembukaan rekening tabungan atas nama Anita
Firdaus Rp100.000.000.
4. Diterima tunai Rp500.000.000 untuk pembukaan rekening deposito
berjangka atas nama Ratna Safitri.
5. Diberikan kredit kepada Desi Candra sebesar Rp1.000.000.000. Hari ini
direalisasikan dan langsung dikreditkan ke rekening giro Desi sebesar
Rp900.000.000, secara tunai Rp100.000.000.
6. Arif Pambudi membuka rekening giro dengan setoran perdana
Rp200.000.000 tunai.
7. Anita Firdaus menarik tabungan senilai Rp10.000.000.

Kalau kita perhatikan seperti pada penyelesaian persamaan akuntansi di


bawah ini tampak bahwa jumlah total pada sisi aktiva sama dengan total pada sisi
pasiva. Hal ini terjadi sebab setiap melakukan pendebetan rekening pasti harus
mengkredit rekening yang lain. Misalnya menerima uang tunai Rp100.000.000,
rekening kas. Penerimaan tunai tersebut untuk membuka rekening tabungan.
Dengan demikian bank akan mengkredit rekening tabungan. Untuk lebih jelasnya,
mutasi rekening tersebut tampak pada tabel berikut ini.

C. Sistematika Rekening Bank


Penggunaan nama, struktur, dan hubungan antarrekening perlu ada
keseragaman agar laporan yang dihasilkan mudah dipahami dan mudah
diperbandingkan. Untuk itu sistematika rekening perbankan diperlukan.
Sistematika rekening bank disusun dengan menggunakan digit tertentu. Digit
pertama berisi rubrik rekening, digit kedua berupa identifikasi jenis valuta, digit
ketiga berisi kelompok rekening grup. Digit keempat berisi kelompok rekening
subgrup dan digit kelima dan seterusnya berisi berupa rincian atau rekening
individual.
BAB 3
LAPORAN KEUANGAN BANK
Bentuk informasi yang disajikan oleh bagian akuntansi adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang
dicapai selama periode tertentu. Oleh karena itu laporan keuangan bank harus
memenuhi syarat mutu dan karakteristik kualitatif seperti yang disampaikan dalam
pembahasan kerangka konseptual akuntansi perbankan. Dengan demikian pihak-
pihak pengguna laporan keuangan dapat menggunakannya tanpa dihinggapi
keraguan, sementara bagi manajemen bank bahwa laporan keuangan yang telah
disusun dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan akuntansi.
Bank komersial baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat
diwajibkan memberikan laporan keuangan setiap periode tertentu. Jenis laporan
keuangan dimaksud adalah:
1) Laporan Keuangan Bulanan,
2) Laporan Keuangan Triwulanan,
3) Laporan Keuangan Tahunan.
Secara umum format laporan keuangan bank seperti tampak dalam format
neraca, bahwa pos-pos yang dianggap sensitif seperti penempatan pada Bank
Indonesia disajikan secara terperinci. Ini untuk memberikan informasi posisi giro
BI dan SBI yang dimiliki bank yang bersangkutan sebagai sumber likuiditas. Giro
pada bank lain dan penempatan pada bank lain disajikan dalam valuta asing dan
rupiah secara terpisah. Informasi ini memudahkan user untuk mendeteksi Net
Open Position (NOP), sedangkan surat berharga pada bank lain dan obligasi
pemerintah disajikan menurut lama kepemilikannya. Ini penting untuk mendeteksi
jumlah yang difokuskan untuk mencari pendapatan dan jumlah yang menjadi
sumber likuiditas melalui perdagangan obligasi. Surat berharga juga disajikan
secara terpisah menurut valuta asing dan rupiah agar mudah dideteksi net open
position.
Aktiva yang paling sensitif yaitu kredit yang diberikan disajikan secara
terpisah menurut terkait dan tidak terkait dengan bank. Ini dilakukan untuk
pengawasan kinerja bank. Pemisahan tersebut menunjukkan bahwa bank harus
lebih transparan, dalam arti deteksi dini adanya bank yang memberi kredit untuk
anak perusahaannya sendiri, atau untuk perusahaan lain yang satu kelompok
dengan bank, atau untuk pihak lain yang terafilisiasi. Bank harus menunjukkan
secara transparan kemungkinan pelanggaran BMPK.
Pos deposito berjangka disajikan dengan memisahkan antara deposito
untuk pihak-pihak terkait dengan bank dan pihak lainnya. Pemisahan ini bertujuan
untuk mendeteksi apakah terjadi penghimpunan dana yang berasal dari kelompok
perusahaan sendiri. Deposito yang besar menunjukkan kepercayaan masyarakat
yang tinggi, akan tetapi bila berasal dari kelompok perusahaan itu sendiri akan
mengandung bahaya bila suatu saat dana tersebut ditarik. Khusus untuk sertifikat
deposito disajikan berdasarkan jenis valuta. Begitu juga pada rekening surat
berharga yang diterbitkan dan pinjaman diterima disajikan secara terpisah
menurut jenis valutanya.

Hal yang perlu dicermati adalah penyajian penyisihan penghapusan aktiva


produktif yang secara terpisah menurut jenis aktiva produktif. Pemisahan ini
bertujuan untuk mendeteksi kualitas aktiva produktif dari masing-masing jenis
aktiva produktif, karena besarnya penyisihan aktiva produktif akan mencerminkan
kualitas aktiva produktif.
Pada format laporan perhitungan laba/rugi juga tampak bahwa laporan
tersebut menggunakan bentuk multiple step atau berjenjang. Pendapatan bunga
bersih bisa dideteksi setelah memperhitungkan pendapatan bunga dan biaya
bunga. Jumlah pendapatan bunga bersih akan mengindikasikan tingkat spread
yang terjadi di bank yang bersangkutan. Laba bersih harus menghitung laba
kotornya terlebih dahulu, baru kemudian memperhitungkan laba bersih dengan
menghitung pendapatan dan biaya di luar bunga. Dengan memperhitungkan
pendapatan dan beban operasional maka selanjutnya dapat ditentukan pendapatan
operasional bank. Penyajian biaya operasional dan beban operasional secara
berjenjang akan memudahkan user dalam menentukan rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.
Untuk fee base income terlihat pada pendapatan nonbunga. Semakin besar
jasa perbankan yang diberikan kepada masyarakat, akan semakin besar
pendapatan nonoperasional atau berupa fee base income.Format laporan
komitmen dan kontinjensi atau dikenal dengan rekening administratif tampak
disajikan secara terpisah antara komitmen dengan kontinjensi, bahkan komitmen
dan kontinjensi tersebut dirinci menurut tagihan dan kewajiban secara urut dengan
memperhatikan kemungkinan pengaruhnya terhadap neraca atau laba/rugi bank.
Hal ini akan mempermudah deteksi transaksi off balanced dan posisinya.
Dalam laporan keuangan bank juga harus disajikan para pengurus dan
pemilik bank tersebut. Masyarakat pengguna laporan ini akan mengetahui para
pengurus bank, kemudian sejauh mana integritas para pengurus dan pemilik bank
tersebut. Informasi ini juga akan memberikan Informasi apakah bank tersebut
telah go public atau belum.
Tuntutan transparansi laporan keuangan bank, mulai tahun 2001 laporan
keuangan bank harus dilengkapi laporan kualitas aktiva produktif dan informasi
lainnya. Kualitas aktiva produktif akan terindikasi dari tingkat kolektibilitasnya.
Tingkat kolektibilitas adalah Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang
Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin rendah tingkat
kolektibilitasnya menunjukkan semakin banyak aktiva produktif yang bermasalah.
Aktiva produktif bermasalah bila masuk kelompok kurang lancar, diragukan,
bahkan macet. Bila ini yang terjadi mengindikasikan aktiva produktif semakin
tidak sehat.
Hal lain yang membedakan laporan keuangan bulanan dengan triwulanan
adalah pada laporan keuangan triwulanan perlu ditambahkan laporan transaksi
valuta asing dan derivatif, laporan kewajiban penyediaan modal minimum dan
laporan mengenai rasio keuangan bank. Laporan-laporan ini mengindikasikan
profil ketaatan bank terhadap regulasi. Regulasi yang sangat vital bagi bank akan
bersentuhan dengan indikator pada ketiga jenis laporan ini. Laporan transaksi
valuta asing dan derivatif akan berguna mengukur tingkat Net Open Position,
penyediaan kewajiban modal minimum memberikan indikasi ketaatan bank dalam
memenuhi permodalan atau Capital Adequacy Ratio. Untuk laporan rasio
keuangan akan memberikan gambaran secara tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan.
Pada laporan keuangan tahunan diharapkan bisa memberikan informasi
kinerja perbankan secara menyeluruh, untuk itu laporan keuangan yang disajikan
lebih lengkap. Format yang disajikan seperti pada laporan keuangan triwulanan,
tetapi dilengkapi dengan laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan
atas laporan komitmen & kontinjensi. Di samping itu dilengkapi dengan laporan
lain yang dipandang perlu seperti dijelaskan pada sublaporan keuangan tahunan.
A. Laporan Keuangan Bulanan

1. Laporan bulanan bank umum yang disampaikan oleh bank kepada


Bank Indonesia untuk posisi bulan Januari sampai dengan Desember
akan diumumkan pada home page Bank Indonesia.
2. Format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi bulanan
tersebut sesuai format pada laporan keuangan bulanan di bawah ini.
3. Laporan keuangan bulanan merupakan laporan keuangan bank secara
individu yang merupakan gabungan antara kantor pusat bank dengan
seluruh kantor bank.
B. Laporan Keuangan Triwulanan
Laporan keuangan triwulanan disusun antara lain untuk memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, atau hasil usaha bank serta informasi
keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan
perkembangan usaha bank. Agar laporan keuangan bank dapat diperbandingkan,
perlu ditetapkan bentuk dan cakupan penyajian yang didasarkan pada Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan,
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), serta ketentuan dan pedoman
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Laporan keuangan triwulanan yang wajib disajikan adalah laporan keuangan
untuk posisi akhir Maret, Juni, September, dan Desember. Laporan keuangan
triwulanan ini selain wajib diumumkan dalam surat kabar juga akan diumumkan
dalam home page Bank Indonesia.
I. Laporan Keuangan Triwulanan Posisi Akhir Maret dan September
1. Pedoman Umum
2. cakupan
II. Laporan Keuangan Triwulanan Posisi Juni
1. Bagi bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha,
selain menyajikan laporan keuangan bank secara individu dan
laporan keuangan bank secara konsolidasi dengan anak
perusahaan, bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, dan daftar komitmen dan kontinjensi
perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil
konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang
keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang keuangan
atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan
dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya.
III. Laporan Keuangan Triwulanan Posisi Akhir Desember
1. Bagi bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha,
selain menyajikan laporan keuangan bank secara individu dan
laporan keuangan bank secara konsolidasi dengan anak
perusahaan, bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, dan daftar komitmen dan kontinjensi
perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil
konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang
keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
2. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam poin 1 wajib
diaudit oleh Akuntan Publik
3. Format neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang
keuangan atau perusahaan induk disesuaikan dengan neraca dan
laporan laba rugi yang disajikan dalam laporan audit (audit report).
4. Neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang keuangan
atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan
dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya.
C. Laporan Keuangan Tahunan
Laporan tahunan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala
mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan
kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga perbankan.
Selain disampaikan kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, laporan
tahunan bank wajib pula disampaikan kepada lembaga lain yang berkepentingan
terhadap perkembangan usaha bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di
Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang
ekonomi dan keuangan, dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan. Selain
kewajiban penyampaian laporan tahunan kepada pihak-pihak tersebut di atas, bagi
bank yang telah memiliki home page wajib menginformasikan laporan tahunan
tersebut dalam home page bank.
Laporan tahunan bank disusun dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal Laporan
tahunan juga dibuat selain dalam Bahasa Indonesia, baik dalam dokumen yang
sama maupun terpisah, maka laporan tahunan dimaksud harus memuat informasi
yang sama. Angka-angka dalam laporan keuangan tahunan wajib disajikan dalam
mata uang rupiah

I. Cakupan Laporan Tahunan


Laporan tahunan sekurang-kurangnya berisi:

1. Informasi Umum

Informasi umum dalam laporan tahunan sekurang-kurangnya mencakup:


a. Kepengurusan, meliputi susunan dewan komisaris, direksi dan pejabat
eksekutif beserta jabatan dan ringkasan riwayat hidupnya;
b. Rincian kepemilikan saham, berupa nama pemilik dan besaran
kepemilikan;
c. Perkembangan usaha bank dan kelompok usaha bank, yang memuat
data mengenai:
1) Ikhtisar data keuangan penting sekurang-kurangnya mencakup
pendapatan bunga bersih, laba operasi, laba sebelum pajak, laba
bersih, laba bersih per saham, aktiva produktif, dana pihak ketiga,
pinjaman diterima, total biaya dana (cost of fund), modal sendiri,
jumlah lembar saham yang ditempatkan dan disetor; dan
2) Rasio keuangan yang wajib disajikan sekurang-kurangnya
mencakup rasio keuangan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia tentang transparansi kondisi keuangan bank,
khususnya bab tentang laporan keuangan publikasi bank umum.
d. Sasaran, strategi, dan kebijakan manajemen yang digunakan dalam
pengembangan usaha bank.
e. Laporan manajemen, yang menyajikan informasi mengenai
pengelolaan bank oleh pengurus atau manajemen dalam rangka good
corporate governance, dan sekurang-kurangnya mencakup:
1) Struktur organisasi;
2) Aktivitas utama;
3) Teknologi informasi;
4) Jenis produk dan jasa yang ditawarkan, termasuk penyaluran
Kredit Usaha Kecil (KUK);
5) Tingkat suku bunga;
6) Perkembangan perekonomian dan target pasar;
7) Jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan atau di luar
negeri;
8) Jumlah, jenis, dan lokasi kantor;
9) Kepemilikan direksi, komisaris, dan pemegang saham dalam
kelompok usaha bank;
10) Perubahan-perubahan penting yang terjadi di bank dan kelompok
usaha bank dalam tahun yang bersangkutan;
11) Hal-hal penting yang diperkirakan terjadi di masa mendatang;
12) Sumber daya manusia, meliputi jumlah, struktur pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan SDM.
2. Laporan Keuangan Tahunan

Laporan keuangan tahunan sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai


berikut:
a. Laporan keuangan bank, yang terdiri dari:
1) Neraca;
2) Laporan laba rugi;
3) Laporan perubahan ekuitas;
4) Laporan arus kas; dan
5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai
komitmen dan kontinjensi.
b. Laporan keuangan konsolidasi merupakan konsolidasi laporan keuangan
bank dan perusahaan anak, yang terdiri dari:
1) Neraca;
2) Laporan laba rugi;
3) Laporan perubahan ekuitas;
4) Laporan arus kas; dan
5) Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai
komitmen dan kontinjensi.
Laporan keuangan konsolidasi ini disertai dengan opini dari Akuntan Publik.
c. Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan yang telah
diaudit oleh Akuntan Publik, yang terdiri dari:
1) Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan
merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di dalam
kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku, dan meliputi:
a) Neraca;
b) Laporan laba rugi;
c) Laporan perubahan ekuitas; dan
d) Daftar komitmen dan kontinjensi.
2) Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di
bidang keuangan maka laporan keuangan yang disampaikan adalah
laporan keuangan perusahaan induk.
d. Laporan keuangan perusahaan induk yang telah diaudit oleh Akuntan
Publik, yang merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan di
dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku,
yang terdiri dari:
1) Neraca;
2) Laporan laba rugi;
3) Laporan perubahan ekuitas; dan
4) Daftar komitmen dan kontinjensi.

3. Opini Akuntan Publik


Opini dari Akuntan Publik antara lain memuat pendapat Akuntan Publik
atas laporan keuangan konsolidasi.

4. Aspek Transparansi yang Terkait dengan Kelompok Usaha


Untuk transparansi laporan keuangan, bank wajib pula memuat informasi
yang terkait dengan kegiatan di dalam kelompok usaha, yang terdiri dari:
a. Struktur kelompok usaha bank, yang disajikan sampai dengan pemilik
terakhir (ultimate shareholder), serta struktur keterkaitan kepengurusan
dan pemegang saham yang bertindak atas nama pemegang saham lain
(shareholders acting in concert). Pengertian pemegang saham yang
bertindak atas nama pemegang saham lain adalah pemegang saham
perorangan atau perusahaan/badan hukum yang memiliki tujuan bersama
yaitu mengendalikan bank, berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu
perjanjian;
b. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
(related party transaction), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Informasi transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa disajikan baik yang dilakukan bank maupun
yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau badan hukum di dalam
kelompok usaha bank yang bergerak di bidang keuangan;
2) Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-
pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang berlaku;
3) Jenis transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, antara lain meliputi:
a) Kepemilikan silang (cross share holdings);
b) Transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak untuk
kepentingan kelompok usaha yang lain;
c) Pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan
dalam kelompok usaha;
d) Penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh
perusahaan lain. dalam satu kelompok usaha;
e) Eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain
dalam bentuk pinjaman, komitmen, dan garansi;
f) Pembelian atau penjualan aset dengan perusahaan lain
dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan
dengan repurchase agreement.

c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat


dipersamakan dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang
berada dalam satu kelompok usaha dengan bank kepada debitur yang telah
memperoleh penyediaan dana dari bank.

5. Aspek Transparansi Sesuai PSAK, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia


(PAPI), dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan keuangan tahunan wajib memenuhi seluruh aspek pengungkapan
(disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dan PAPI yang berlaku. Pengungkapan tersebut sekurang-kurangnya
terdiri dari:
a. Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan ekuitas;
b. Komitmen dan kontinjensi;
c. Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait;
d. Kualitas aktiva produktif, kredit properti, dan kredit yang direstrukturisasi;
e. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk
dibandingkan dengan penyisihan penghapusan aktíva produktif yang wajib
dibentuk;
f. Persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum Pemberian
Kredit;
g. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy
Ratio);
h. Transaksi spot dan transaksi derivatif;
i. Rasio posisi devisa neto;
j. Beberapa rasio keuangan bank;
k. Aktiva bank yang dijaminkan; dan
l. Kredit Usaha Kecil (KUK).
6.Eksposur dan Manajemen Risiko
Informasi mengenai eksposur dan manajemen risiko sekurang-kurangnya
mencakup informasi mengenai identifikasi risiko (risk identification) dan
pengukuran terhadap risk exposure yang dihadapi bank (risk measurement) serta
praktik manajemen risiko lainnya yaitu pemantauan (risk monitoring) dan
pengendalian risiko (risk controlling).

7. Informasi Lain
Cakupan dalam informasi lain terdiri dari:
a. Langkah-langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko pasar atas
transaksi mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi
suku bunga, termasuk penjelasan mengenai semua pinjaman dan ikatan
tanpa proteksi, serta hutang yang suku bunganya berfluktuasi atau yang
tidak ditentukan terlebih dahulu;
b. Transaksi-transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan; dan
c. Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan akuntan publik
(subsequent event).
BAB 4
AKUNTANSI KLIRING
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring
untuk memudahkan penyelesaian transaksi antarbank. Bank dapat saling
memperhitungkan hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang
dilakukan masing-masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut
menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang
lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang-piutang bisa saja dilakukan di luar
cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman, efektif,
dan efisien.
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam
perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara
otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai
pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antarbank baik atas nama bank
maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
A. Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
a. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta
pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan
secara manual oleh setiap peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan
pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara
elektronik yang selanjutnya disebut kliring elektronik adalah
penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan
dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data Keuangan
Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan
penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan
kepada peserta penerima.
B. Peserta Kliring
Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan
menjadi:
1. Peserta Langsung
Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring
secara langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung
dapat terdiri kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang
tidak berada dalam wilayah kliring yang dengan kantor induknya. Untuk
menjadi peserta langsung harus memenuhi syarat:
a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah:
1) Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari
Bank Indonesia;
2) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri, yang telah memperoleh izin
pembukaan kantor dari Bank Indonesia;
3) Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di dalam negeri yang telah memperoleh izin dari
Bank Indonesia untuk beroperasi di wilayah kliring yang berbeda
dari kantor cabang induknya.
b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah
satu kantor Bank Indonesia.
c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring
secara tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini
yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank
ke lokasi penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.

2. Peserta Tidak Langsung


Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan
kliring melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi
induknya yang merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri
dari kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu.

C. Warkat dan Dokumen Kliring


Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib
memenuhi spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai warkat, dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan
percetakan dokumen sekuriti.
a. Warkat
Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban
atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat
diperhitungkan dalam kliring otomasi adalah:
1. Cek
Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum
Dagang (KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata,
dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh
Bank Indonesia.
2. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan
dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya,
termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI).
3. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)
Wesel bank untuk transfer, adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD
yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.
4. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)
Surat bukti penerimaan transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari
luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana
transfer melalui kliring lokal.
5. Nota Debet
Nota debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank
lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat
tersebut. Nota debet yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan
dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan nota debet
kepada bank yang akan menerima nota debet tersebut.
6. Nota Kredit
Nota kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana
pada bank lain untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima
warkat tersebut.

b. Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam proses perhitungan kliring di tempat penyelenggara. Dokumen kliring yang
digunakan dalam penyelenggaraan kliring lokal dengan sistem manual berupa
daftar warkat kliring penyerahan (pengembalian) yang berfungsi sebagai bukti
penyerahan (pengembalian) warkat baik pada kliring penyerahan maupun kliring
pengembalian. Daftar warkat kliring penyerahan/pengembalian ini disediakan
oleh masing-masing peserta.

d. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan
sistem manual meliputi:
1. Neraca kliring penyerahan/pengembalian gabungan formulir ini disediakan
oleh penyelenggara dan digunakan oleh penyelenggara untuk menyusun
rekapitulasi neraca kliring penyerahan (pengembalian) dari seluruh
peserta.
2. Neraca kliring penyerahan/pengembalian. Formulir ini disediakan oleh
peserta dan digunakan oleh peserta untuk menyusun neraca kliring
penyerahan/ pengembalian atas dasar daftar warkat kliring
penyerahan/pengembalian.
3. Bilyet saldo kliring. Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan
oleh peserta untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca
kliring penyerahan dan neraca kliring pengembalian.

D. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual


Penyelenggaraan kliring terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu kliring penyerahan dan
kliring pengembalian yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta wajib
mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai oleh
penyelenggara dengan mengirimkan wakil peserta walaupun peserta yang
bersangkutan tidak mempunyai warkat yang akan dikliringkan pada kedua tahap
kliring tersebut.
I. Kliring Penyerahan
Kliring penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan
kegiatan yang dilakukan di tempat penyelenggara.
II. Kliring Pengembalian
Kliring pengembalian meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta
dan kegiatan penyelenggara yang dilakukan di tempat penyelenggaran.
III. Penyelesaian Akhir
Penyelesaian akhir atas hasil kliring dilakukan dengan melimpahkan hasil
kliring masing-masing peserta ke rekening giro kantor lain dari peserta di
Bank Indonesia yang telah ditetapkan.

E. Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring
ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan Bank Indonesia yang
mewilayahi. Jadwal kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi
wakil peserta diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraan kliring penyerahan/pengembalian. Sebagai contoh:
a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30 s/d 11.00.
b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00 s/d 13.30. Hal ini
berarti bahwa kehadiran wakil peserta dan proses pendistribusian
warkat debet tolakan dapat dimulai pada pukul 13.00 dengan batas
akhir kehadiran wakil peserta pukul 13.30.

F. Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah


Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan beberapa bank untuk
melakukan verifikasi secara online terhadap cek/BG luar kota. Untuk itu Bank
Indonesia mengembangkan sistem penyelenggaraan kliring lokal atas cek dan
bilyet giro yang berasal dari luar wilayah kliring atau disingkat dengan kliring
warkat luar wilayah. Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring
atas cek dan BG yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta di wilayah
kliring di mana cek dan BG tersebut dikliringkan.
Penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat berupa
efisiensi dalam penyelesaian pembayaran cek/BG luar kota, baik efisiensi waktu
maupun biaya, sebab:
a. Efektivitas dana cek/BG sesuai jadwal kliring lokal di mana warkat
dikliringkan (same day settlement).
b. Biaya proses oleh Bank Indonesia sama dengan warkat lokal lainnya
(tidak ada biaya tambahan oleh Bank Indonesia). Dengan manfaat
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kelancaran lalu lintas
pembayaran giral antardaerah.
Prinsip-Prinsip Umum Kliring Warkat Luar Wilayah
Prinsip-prinsip umum dalam penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah
adalah sebagai berikut:
1. Cek dan BG yang diterbitkan oleh suatu kantor bank dapat dikliringkan di
wilayah kliring manapun sepanjang:
a. Cek dan BG tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar
sebagai peserta kliring warkat luar wilayah.
b. Di wilayah kliring di mana warkat tersebut dikliringkan terdapat
kantor cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.
2. Kepesertaan
3. Bank Indonesia tidak mengatur mekanisme internal bank dalam
melakukan validasi cek dan BG luar kotanya.
4. Dalam penyelenggaraan kliring, proses dan perhitungan atas cek dan BG
luar kota tidak dipisahkan dari proses warkat lokal lainnya, sehingga
efektivitas dana cek/BG luar kota tersebut sama dengan jadwal kliring
lokal dimana cek/ BG tersebut dikliringkan.
5. Perhitungan antarkantor dari bank tertarik diselesaikan secara internal oleh
masing-masing bank.

Dengan diterapkannya kliring warkat luar wilayah, implikasi bagi


penyelenggara kliring yang perlu diperhatikan adalah kewajiban untuk melakukan
updating sandi peserta kliring pada aplikasi yang digunakannya sebagai
penyelenggara. Implikasi ini khususnya bagi penyelenggara kliring di wilayah
kliring yang menggunakan sistem semi otomasi (SOKL), otomasi, dan elektronik.
Proses updating dilakukan setiap kali ada bank yang mendaftar menjadi peserta
kliring warkat luar wilayah, atau setiap kali ada penambahan atau penghentian
peserta langsung yang merupakan kantor bank peserta kliring warkat luar wilayah.
Penyelenggaraan kliring warkat luar wilayah merupakan suatu fasilitas yang
disediakan Bank Indonesia, di mana keikutsertaan bank pada scheme ini tidak
bersifat mandatori. Dalam hal ini Bank Indonesia memberi kebebasan pada bank
untuk ikut mendaftar atau tidak pada scheme ini, sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan masing- masing bank. Bagi bank yang mendaftar pada kliring warkat
luar wilayah tentunya merupakan suatu competitive advantage, namun demikian
bagi bank lain yang tidak mendaftar pada scheme ini juga akan memperoleh
manfaat dengan potensi berkurangnya waktu dan biaya untuk melakukan inkaso
atas cek/BG luar kota yang diterbitkan oleh peserta kliring warkat luar wilayah.
Penerapan kliring warkat luar wilayah, tidak serta merta merupakan substitusi
bagi seluruh transaksi inkaso cek/BG yang ada saat ini, terutama apabila cek/BG
luar kota tersebut diterbitkan oleh bank yang belum mendaftar. Tidak ada kantor
bank dari bank tertarik yang menjadi peserta kliring di wilayah kliring dimana
cek/ BG tersebut disetorkan. Namun demikian, penerapan kliring warkat luar
wilayah yang merupakan salah satu solusi bagi permasalahan transaksi cek/BG
luar kota, akan memberikan manfaat yang cukup besar, baik bagi masyarakat
maupun perbankan sendiri karena dapat diperoleh kepastian efektivitas dana yang
jauh lebih cepat dengan biaya yang relatif lebih murah.

G. Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi


Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat
komputer Kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TPK), dan
Jaringan Komunikasi Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer
pada penyelnggara yang berfungsi menerima dan mengolah data keuangan
elektronik serta menghasilkan informasi hasil kliring dan informasi kliring
lainnya. TPK adalah perangkat sistem komputer yang dipasang di peserta untuk
mengirim Data Keuangan Elektronik (DKE) ke SPKE serta menerima informasi
hasil perhitungan kliring dan informasi kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud
JKD adalah seperangkat sistem yang berfungsi sebagai sarana penghubung antara
TPK dengan SPKE. Untuk mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki
password.

Warkat ataupun dokumen kliring harus diisi harus memperhatikan jenis angka
dan simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi
yang dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau kliring
otomasi atau elektronik. MICR code line pada Warkat yang wajib dicantumkan
dalam clear band terdiri dari:
a. Nomor Warkat: 6 (enam) digit;
b. Sandi Peserta: 7 (tujuh) digit;
c. Nomor Rekening: 10 (sepuluh) digit;
d. Sandi Transaksi: 2 (dua) digit;
e. Nilai Nominal Warkat: 14 (empat belas) digit.
Jenis Biaya Kliring
Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Blaya kliring ini
menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring pada saat itu. Secara umum
biaya kliring terdiri dari dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring.
Biaya-blaya ini akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro Bl yang
dimiliki oleh peserta kliring.
Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik,
otomasi, maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan
biaya yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya
biaya kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring
yang dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.

Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi


Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak
berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas di muka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.
BAB 5
GIRO NASABAH
Giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro,
atau surat pemindahbukuan yang lain. Cek adalah surat perintah pembayaran
tanpa syarat, sedangkan bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan. Giro
dapat ditarik setiap saat, sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana
jangka pendek bagi bank dan berbiaya murah. Bank cenderung memberikan jasa
giro relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti
tabungan dan deposito. Penetapan tingkat jasa atau bunga giro merupakan
otorisasi bank-bank yang bersangkutan.
Tingkat jasa giro dan cara pemberlakuan jasa giro antara bank yang satu
dengan bank yang lain bisa berbeda. Beberapa bank bisa menerapkan sistem
bunga harian, tetapi ada juga yang menerapkan sistem bunga terendah. Beberapa
bank lain mungkin menerapkan bunga yang sama besarnya untuk setiap nominal,
namun di bank lain bisa menerapkan sistem bunga berjenjang. Bunga berjenjang
adalah tingkat bunga giro yang semakin menaik untuk posisi saldo tertentu.
Jenis Rekening Giro
a) Giro Swasta yaitu giro yang dimiliki oleh perseorangan, kelompok,
instansi swasta, yayasan sosial, dan badan nonpemerintah lainnya.
b) Giro Pemerintah yaitu giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah
misalnya giro kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan, dan
sebagainya

Akuntansi Giro
Pada saat pembukaan, giran diberikan ketentuan saldo minimal, setoran
perdana, cara penarikan/penyetoran, jasa giro, penutupan giro dan biaya yang
menjadi beban giran. Setoran perdana dan saldo minimal setiap bulan pada setiap
bank berbeda, karena ketentuan ini diserahkan pada bank masing-masing. Bila
calon gíran sepakat, maka giro bisa langsung dibuka dan giran dibebani
penggantian barang cetakan berupa buku cek dan bilyet giro.
Transaksi giro dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai
kewajiban bank terhadap nasabah giran. Nilai nominal adalah nilai nominal
setoran/penarikan, sedangkan nilai kewajiban adalah nilai saldo setelah
mengalami mutasi pendebetan atau penarikan. Pendebetan misalnya akibat adanya
penarikan dan beban biaya bagi giran. Pengkreditan rekening giro akibat adanya
setoran uang tunai/cek, bilyet giro atau adanya jasa giro yang diperhitungkan
bank.
Pada posisi normal, giro akan selalu bersaldo kredit. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang
menimbulkan penarikan cek atau bilyet giro melebihi saldo giro yang dimilikinya.
Bila ini yang terjadi maka terjadi saldo negatif (saldo debet untuk giro). Saldo
negatif ini terjadi (dalam arti cek/BG bisa dicairkan oleh pemegangnya) karena
bank memberikan talangan/cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah perbankan
disebut overdraft. Overdraft ini diperlakukan sebagaimana pemberian kredit
kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, administrasi, dan biaya
lainnya.
Dalam hal mutasi giro, bisa dijadikan indikasi bahwa giro tersebut
tergolong aktif atau pasif. Giro dianggap pasif bila selama enam bulan berturut-
turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo di bawah saldo minimal. Giro pasif
tetap akan dikenakan biaya administrasi setiap bulan yang dibebankan pada
rekening giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh bank,
walaupun tidak menutup kemungkinan giran berinisiatif sendiri untuk menutup
gironya.
BAB 6
TABUNGAN
Tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah
disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau
yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik
secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan
tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu.
Pada awalnya tabungan di Indonesia hanya tiga jenis yaitu Tabanas, Taska,
dan tabungan ONH. Namun dalam perkembangannya setelah tahun 1989 Bank
Indonesia memberikan kebebasan kepada bank-bank komersial untuk
menciptakan produk tabungan. Oleh karena itu produk tabungan saat ini sangat
banyak misalnya Simaskot dari BRI, Tahapan dari BCA, Taplus dari BNI,
Tabungan Mandiri dari Bank Mandiri, dan sebagainya. Produk tabungan tersebut
pada prinsipnya mengikuti ketentuan Bl yang dalam SK Dir. BI No. 22/63 Kep.
Dir. Tanggal 01-12-1989 bahwa syarat-syarat penyelenggaraan tabungan adalah
sebagai berikut:
1. Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah.
2. Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank
masing- masing.
3. Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro, serta surat
perintah bayar lainnya yang sejenis.
4. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang
disediakan untuk keperluan tersebut misalnya Automatic Teller Machine
(ATM).
5. Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri
cara pelayanan, sistem administrasi, setoran, frekuensi pengambilan,
tabungan pasif, tingkat suku bunga, cara perhitungan dan pembayaran
bunga, pemberian hadiah, nama tabungan.
6. Bunga tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final
untuk penduduk dan 20% untuk bukan penduduk. (Kep. Menteri Keu. No.
1308/KMK.04/ 1989).
A. Pencatatan Transaksi Tabungan
Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan
selanjutnya disajikan sebesar nilai kewajiban. Nilai kewajiban adalah saldo
ditambah bunga yang diperhitungkan dikurangi pajak. Setiap bunga yang
diperhitungkan dikreditkan ke rekening tabungan. Untuk setor tabungan,
seorang penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat, transfer masuk, dan
sebagainya yang disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat
berharga lain bisa dikreditkan ke tabungan kalau warkat itu sudah efektif.
Artinya bisa diuangkan saat itu.

B. Penarikan Tabungan
Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-
counter cabang bank yang bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu
berupa kartu ATM. Penarikan di cabang lain umumnya dibatasi maksimum
plafond penarikannya, sedangkan di cabang tempat membuka tabungan bahwa
penarikan diijinkan sampai tabungan bersaldo minimal. Kartu ATM merupakan
kartu tunai (cash card) yang hanya bisa digunakan untuk penarikan tunai di setiap
tempat yang tersedia Automatic Teller Machine (ATM). Penarikan di cabang lain
akan dicatat pada Rekening Antar Kantor (RAK).

C. Bunga Tabungan dan Perhitungannya


Bunga tabungan dihitung pada setiap akhir bulan dan langsung dikreditkan ke
rekening tabungan. Dengan demikian bunga tabungan akan menambah saldo
tabungan. Perhitungan bunga bisa dilakukan secara harian atau bulanan dengan
mendasarkan pada saldo terendah, suku bunga tetap atau berubah, atau kombinasi
dari kedua hal tersebut.

D. Hadiah untuk Penabung


Bank sering menyelenggarakan tabungan berhadiah. Hadiah yang diberikan
ini dalam pandangan akuntansi dicatat sebagai biaya. Biaya ini umumnya
diperhitungkan proporsional dengan kemampuan suatu cabang dalam
menghimpun dana melalui tabungan. Kemampuan itu tercermin dari posisi saldo
tabungan di neraca cabang. Dengan demikian semakin besar suatu cabang
menghimpun dana tabungan, maka semakin besar porsi biaya hadiahnya.
Sebaliknya semakin kecil saldo tabungan di neraca cabang maka semakin kecil
kontribusi untuk menanggung biaya hadiah.
Total biaya hadiah ditentukan sekian persen dari total dana tabungan yang
dihimpun dari seluruh cabang (termasuk kantor pusat) ditambah sumbangan untuk
sosial melalui pemerintah dan pajak undian. Pajak undian ini adalah pajak yang
ditanggung bank. Bila pajak ditanggung pemenang, maka pajak tidak
diperhitungkan bank. Nilai Hadiah undian sebelum sumbangan sosial berkisar
antara 0,1% hingga 0,5% dari posisi saldo tabungan bank yang bersangkutan.
Sumbangan sosial sekitar 10% dan pajak undian sekitar 25%.

E. Tabungan Ongkos Naik Haji (ONH)


Tabungan ONH diselenggarakan baik oleh Bank Konvensional maupun Bank
Syariah. Pada bank konvensional tabungan ONH tidak diberikan bunga, namun
jasa tabungan diberikan dalam bentuk lain misalnya bingkisan tertentu pada setiap
bulan selama saldo tabungan masih mengendap. Sedangkan pada Bank Syariah,
tabungan ONH mendapatkan bagi hasil. Biaya untuk membeli souvenir tertentu
dibukukan sebagai biaya promosi.
BAB 7
DEPOSITO
Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Penarikan deposito hanya boleh
dilakukan pada saat tertentu menurut jatuh temponya. Jatuh tempo deposito
umumnya terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan.
Pada kondisi bank membutuhkan dana likuiditas yang relatif besar, semakin lama
jangka waktu deposito semakin tinggi tingkat suku bunganya. Sebaliknya dalam
kondisi longgar (ekonomi normal) tingkat suku bunga deposito akan semakin
kecil untuk deposito yang semakin berjangka waktu semakin lama.

Deposito masyarakat dapat dikategorikan kewajiban jangka pendek ataupun


kewajiban jangka panjang. Deposito disajikan sebagai kewajiban jangka pendek
bila sejak tanggal pelaporan hingga jatuh temponya tidak melebih 1 tahun.
Sedangkan deposito yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tanggal
pelaporan, dapat dicatat sebagai kewajiban jangka panjang. Dengan demikian
deposito berjangka panjang misalnya 18 bulan bisa digolongkan kewajiban jangka
pendek ketika sisa jatuh waktunya kurang dari 12 bulan.
A. Deposito Berjangka

Pembukaan Deposito
Untuk membuka deposito, deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan
cek, bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel, atau warkat lain yang disepakati
bank. Prinsipnya pada saat disetor warkat itu harus sudah efektif, artinya dapat
diuangkan. Bank akan mencatat dalam rekening deposito bila waktu itu telah
diuangkan. Deposito dicatat sebesar nilai nominal deposito yang tertera dalam
perjanjian. Contoh: 31 Mei 2015 Reni membuka deposito berjangka di Bank
Mitra Niaga Semarang dengan nominal Rp50.000.000, bunga 18% pa, jangka
waktu 3 bulan. Untuk itu Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni
Rp20.000.000, Cek Bank Mitra Niaga Semarang yang ditarik oleh Sinta sebesar
Rp10.000.000, transfer masuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung
Rp10.000.000 dan kekurangannya dibayar tunai. Pajak bunga 15%. Pencatatan
transaksi ini adalah:
Bunga Deposito Berjangka

Dalam perkembangan terakhir, beberapa bank memperhitungkan bunga


harian untuk deposito. Ini artinya berapa haripun deposito mengendap akan
diberikan bunga sebagaimana tabungan, hanya saja tetap terikat jangka waktu
deposito. Perhitungan bunga yang lazim adalah minimal mengendap satu bulan.
Bank akan memberikan bunga setelah deposito minimal mengendap satu bulan.
Kalau yang menjadi pedoman ini, maka untuk deposito yang dibuka pada tanggal
akhir bulan bunga diperhitungkan pada akhir bulan juga walaupun tanggalnya
berbeda. Misalnya deposito dibuka tanggal 31 Januari, maka jatuh tempo bunga
tanggal 28 Februari atau 29 Februari, 31 Maret, 30 April, dan seterusnya. Tetapi
kalau deposito dibuka tidak pada tanggal akhir bulan, maka jatuh tempo bunga
akan sama dengan tanggal pembukaan deposito. Contoh deposito dibuka tanggal
15 Januari untuk 3 bulan, maka jatuh tempo bunga pada tanggal 15 Februari, 15
Maret, dan 15 April.
Contoh:

Dengan merujuk pada contoh di atas, dengan asumsi deposan mengambil


bunga deposito setiap tanggal 5 dan pajak bunga 15% dibayarkan setiap tanggal
10 kepada kantor kas negara, maka pencatatan dan penghitungan bunganya adalah
sebagai berikut:
Pencatatan Deposito Jatuh Tempo

Pada contoh di atas dinyatakan bahwa penarikan bunga dilakukan setiap


tanggal 5, dengan demikian bank akan membukukan bunga dua kali yaitu saat
jatuh tempo bunga dan saat penarikan bunga. Hal ini sampai dengan jatuh tempo
deposito. Oleh karena itu penarikan deposito diasumsikan terjadi tanggal 5 juga.
Pada kasus ini bank juga harus membukukan dua kali yaitu saat jatuh tempo dan
saat deposito ditarik. Bagaimana kalau bunga dan deposito pada saat jatuh tempo
ditarik tepat pada tanggal jatuh tempo? Bila ini yang terjadi maka bank hanya
membukukan sekali yaitu:

Perpanjangan Deposito Berjangka

Deposito yang telah jatuh tempo bisa diperpanjang dengan dua cara yaitu:

a. Perpanjangan Otomatis (Automatic Rollover) Perpanjangan ini dilakukan


karena permintaan deposan yang sudah dibuat atau diperjanjikan pada saat
pembukaan deposito. Dengan demikian bank tidak perlu menghubungi deposan
atau sebaliknya deposan tidak perlu lagi menghubungi bank untuk
memperpanjang deposito.
b. Perpanjangan Biasa

Perpanjangan ini terjadi bila ada kesepakatan antara bank dengan


deposan di kemudian hari saat jatuh tempo. Perpanjangan ini bisa inisiatif deposan
atau Inisiatif bank (home service) untuk nasabah deposan.

Kedua cara perpanjangan tersebut tidak berbeda pencatatannya. Bank akan


mendebit rekening deposito lama dan mengkredit rekening deposito baru. Nomor
rekening deposito dan bilyet deposito tetap sama (menggunakan yang lama).
Kecuali suku bunga deposito berubah ketika terjadi perpanjangan deposito.
Contoh: Kalau deposito atas nama Reni diperpanjang saat jatuh tempo (31/8-
2015), maka bank akan mencatat:

Penarikan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo

Lazimnya deposito ditarik setelah jatuh tempo, sebab dalam perjanjian


sudah tertera jangka waktunya. Namun dalam praktik perbankan, deposan bisa
saja menarik. deposito yang masih outstanding. Penarikan deposito sebelum jatuh
tempo dapat mengganggu likuiditas bank, sebab idealnya bank akan menyiapkan
dana untuk membayarkan sesuai dengan jadwal pembayaran. Oleh karena itu bank
umum (konvensional) mengenakan penalty tertentu terhadap deposan bila
penarikan dilakukan sebelum jatuh tempo. Penalty deposito dicatat sebagai
pendapatan lain- lain bank. Kebijakan mengenai penalty setiap bank berbeda-
beda. Namun secara umum adalah:

a. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sebelum pajak.


b. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga setelah pajak.
c. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari nominal deposito.
Contoh:

Intan Nawangsasi memiliki deposito berjangka di Bank Mitra Niaga Semar


Rp10.000.000, jangka waktu 6 bulan, suku bunga 18% pa. Deposito yang di 31
Mel 2015, kemudian ditarik kembali oleh Intan Nawangsasi pada tan 2015.
Perhitungan dan pencatatan jurnalnya bila:
Perpindahan Deposito Berjangka Antarkantor Cabang

Deposito yang telah dibuka di cabang bank tertentu dapat dipindahkan ke


cabang bank yang sama di kota lain. Perpindahan ini atas dasar permintaan
deposan (misalnya karena pindah domisili). Perpindahan deposito berjangka
antarkantor cabang menimbulkan hubungan rekening antarkantor. Di samping itu
harus ada alokasi beban bunga yang sudah berjalan. Alokasi beban bunga dapat
diperhitungkan secara prorata berdasarkan lamanya pengendapan deposito di
suatu cabang.

Contoh:
Deposito berjangka waktu 6 bulan, nominal Rp10.000.000, telah dibuka di
Bank Mitra Niaga Semarang pada tanggal 31 Mei 2015 dengan suku bunga 18%
pa. Pada tanggal 5 Juni 2015 deposito tersebut dipindahkan ke Bank Mitra Niaga
Cabang Solo. Ketentuan alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra
Niaga adalah:

Bagaimana alokasi beban bunga dan pencatatan pada jurnal perpindahan


deposito? Kalau kita perhatikan hari bunga, tanggal pembukaan (31 Mei 2015)
sampal tanggal perpindahan (5 Juni 2015) atau selama 5 hari masih berada antara
1 sampai dengan 7 hari, sehingga menjadi beban Bank Mitra Niaga Semarang
sebesar 25% dari bunga per bulan. Sedangkan untuk Bank Mitra Niaga Solo akan
menanggung bunga Juni 2015 sebesar 75% dari total bunga Juni 2015. Untuk
bulan selanjutnya di Cabang Solo adalah 100%. Sedangkan perhitungan alokasi
beban bunga adalah:
B. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka yaitu


simpanan dana pihak ketiga/masyarakat dan terikat oleh jangka waktu (fixed
time). Perbedaannya adalah sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk (pembawa),
sedangkan deposito berjangka diterbitkan atas tunjuk (nama). Sebagai deposito
yang diterbitkan atas pembawa berarti siapa saja boleh menarik sertifikat deposito
selama bisa menunjukkan sertifikat deposito tersebut kepada bank penerbit. Di
samping itu sertifikat deposito dapat diperdagangkan oleh masyarakat setelah
mendapat izin dari Bank Indonesia. Perbedaan yang lain dengan deposito
berjangka adalah bahwa bunga sertifikat deposito diperhitungkan dan dibayarkan
di muka. Dengan demikian deposan untuk sertifikat deposito pada saat membuka
deposit tersebut hanya membayar sebesar nilai tunai sertifikat deposito ditambah
sejumlah pajak bunga yang diperhitungkan di muka. Walaupun demikian
pencatatan sertifikat deposito tetap sebesar nilai nominalnya. Nilai tunai sertifikat
deposito ditentukan dengan rumus:

Nilai Tunai Sertifikat Deposito= Px 360


360+(ixt)

Keterangan:

P= nilai nominal sertifikat deposito

I= tingkat suku bunga sertifikat deposito

T= jangka waktu (dalam hari)

Contoh:

Tanggal 1 Mei 2015 Diana membeli sertifikat Deposito seri A sebanyak 10


lembar @ Rp10.000.000 secara tunai pada Bank Mitra Niaga Semarang. Jangka
waktu 3 bulan dengan suku bunga 20% pa. Pajak bunga 15%.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui jumlah yang
harus dibayarkan ke bank oleh deposan untuk membuka sertifikat deposito
tersebut, yaitu: Rp100.000.000 Rp4.047.619 Rp95.952.381. Jurnal transaksi ini
adalah:
BAB 8
PENJAMINAN SIMPANAN
Program penjaminan simpanan di Indonesia telah diberlakukan sejak
tahun 2005 bagi semua Lembaga perbankan yang beroperasi di wilayah Indonesia.
Program penjaminan simpanan ini sebenarnya bertujuan untuk melindungi
deposan dari kegagalan operasional bank. Praktik penjaminan simpanan dapat
menimbulkan moral hazard di kalangan perbankan karena risiko telah dialihkan
ke Lembaga penjamin simpanan. Namun skema penjaminan di Indonesia
dirancang untuk tetap memberikan insentif bagi deposan untuk ikut mengawasi
kinerja bank terutama oleh deposan besar (diatas Rp. 100.000.000)

Anda mungkin juga menyukai