Anda di halaman 1dari 286

MODUL

Akuntansi Perbankan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
JAKARTA
Versi : 01

Penyusun
Desy Mariani,SE.M.Akt
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 1
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat
Capaian :
memahami pentingnya mempelajari Sistem Informasi Bank, Transaksi
Pembelajaran
Bank, Bank Indonesia, Arsitektur Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan,
Sub Pokok Bahasan : 1.1 Pengertian Akuntansi Bank
1.2 Sistem Informasi Akuntansi Bank
1.3 Sumber Daya Manusia
1.4 Prosedur
1.5 Data
1.6 Formulir
1.7 Perangkat Keras
1.8 Perangkat Lunak
1.9 Persamaan Dasar Akuntansi Bank
1.10 Transaksi Bank
1.11 Transaksi Kliring
1.12 Transaksi Mata Uang Asing
Daftar Pustaka : 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000. Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012

1
1.1 Pengertian Akuntansi Bank
Akuntansi (accounting) disebut sebagai bahasa bisnis karena merupakan suatu
alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
memerlukannya. Semakin baik kita mengerti bahasa tersebut, maka semakin
baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita didalam mengelola keuangan.
Untuk menyampaikan informasi-informasi tersebut, maka digunakanlah
laporan akuntansi atau yang dikenal sebagai laporan keuangan.
Prinsip dan konsep akuntansi dikembangkan dari hasil penelitian praktik
akuntansi sehari-hari dan hasilnya diumumkan oleh lembaga yang
berwenang. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
interprestasinya di indonesia dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan beserta komparternen akuntan
yang terkait. Sedangkan di Amerika lembaga yang merniliki kewenangan
dalam mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi saat ini adaiah Financial
Accounting Standars Board (FASB).
Secara umum akuntansi dapat didefinisikan sebagai system informasi yang
menghasilkan laporan mengenai aktivitas eknomi dan keuangan suatu
perusahaan.
Menurut American Institute of Certified Public Accountant ( 1953, par.5)
Akuntansi adalah seni (art) mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas
transaksi atau peristiwa yang dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang,
atau paling tidak memiliki sifat keuangan dan menginter-prestasikan
hasilnya.
Definisi tersebut diatas menekankan akuntansi sebagai seni dalam prosedur yang
bersifat keuangan sampai menginterprestasikan hasilnya. Sedangkan definisi
akuntansi dalam bidang jasa menurut Accounting Principles Board dalam
statement No.4 tahun 1970 adalah sebagai berikut : "Akuntansi adalah kegiatan
jasa, fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif terutama yang
bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang diharapkan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan ekonomi".
Dengan demikian akuntansi dapat juga didefinisikan sebagai suatu
proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian dari kejadian

2
yang bersifat keuangan yang memungkinkan pembuatan kebijakan dan
keputusan oleh pemakainya.
Kemudian dari definisi tersebut diatas, berkembang ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan akuntansi, seperti Akuntansi Keuangan, Akuntansi Pemerintahan,
Akuntansi Manajemen, Akuntansi Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi yang satu
sama lain saling terkait dalam aplikasinya.
Dengan adanya akuntansi pihak manajemen dapat mengetahui laba-rugi
perusahaan, menyusun rencana, mengukur efisiensi dan pengendalian biaya.
Peranan Akuntansi dalam perusahaan secara sederhana dapat dikatakan bahwa
akuntansi menghasilkan informasi yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi untuk mengetahui kinerja
ekonomi dan kondisi perusahaan.
Para pengambil keputusan selalu memerlukan informasi sebelum membuat
suatu keputusan. Makin penting keputusan yang diambil makin besar
kebutuhan akan informasi yang relevan. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan
suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh investor,
para manajer, kreditur, pelanggan, masyarakat, pemerintah, pengambil
kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, seperti pemegang
saham atau pemilik.
1.1.1 Investor
Investor yaitu para penanam modal, baik pemodal awal maupun yang
kemudian, memerlukan informasi akuntansi. Mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
1.1.2 Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan probalitas perusahaan. Para manajer
perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk menetapkan tujuan
organisasi mereka, mengevaluasi kemajuan mereka dan mengambil tindakan
perbaikan apabila diperlukan.

1.1.3 Kreditur

3
Para penanam modal atau kreditur menyediakan dana yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk menambah modal kerja, mereka memerlukan informasi untuk
mengetahui apakah perusahaan dapat melunasi hutang-hutangnya pada saat
jatuh tempo, mungkinkah perusahaan dapat membayar bunga (dividen).
1.1.4 Pelanggan
Para pelanggan memerlukan informasi akuntansi untuk mengetahui
bagaimanakah kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang.
1.1.5 Masyarakat
Masyarakat menggunakan informasi akuntansi untuk mengetahui
bagaimanakah prospek perusahaan, bagaimana jika melakukan investasi atau
menempatkan dananya di perusahaan tersebut dan lain-lain.
1.1.6 Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawahnya berkepentingan
dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perus
ahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik
pendapatan nasional dan statistik lainnya.

Praktik Akuntansi pada bank merupakan sistim informasi akuntansi yang pada
umumnya berbasis komputer dengan memanfaatkan teknologi informasi (E-
Banking) sebagai sarananya. Untuk mengetahui akuntansi perbankan tidak bisa
langsung saja kepada proses transaksi sehari-hari sampai membuat 1aporan
keuangan, namun perlu kiranya mengetahui sistim informasi akuntansi yang
dipakai berikut perangkat sistim yang digunakan berupa softwares dan
hardwarenya serta jurnal akuntansi dari masing-masing instrumen bank yang
jumlahnya relatif cukup banyak.

1.2 Sistem Informasi Akuntansi Bank

Kemajuan teknologi perbankan yang begitu pesat akan terus mewarnai


perkembangan dan kompetisi menuju era globalisasi dan persaingan bebas. Karena
itu competitif advantage suatu bank akan sangat ditentukan oleh tingkat teknologi

4
yang diterapkannya, terutama yang berkaitan dengan penyediaan akses terhadap
layanan perbankan secara lengkap, aman, cepat dan mudah.

Untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat memenuhi kebutuhan perbankan, baik
untuk intern manajemen maupun untuk kepentingan nasabahnya berupa sistim
informasi akuntansi yang terintegrasi dengan mempergunakan sarana elektronik
yang berbasis komputer dalam mengaplikasikan teknologi informasi.

Sistem Informasi Akuntansi (accounting information systems) rnerupakan salah satu


bentuk sistim informasi manajemen (SIM) yang dipergunakan dalam bank, dimana
data akuntansi dikumpulkan dan diolah secara sistematis kedalam suatu data base
untuk membantu organisasi mencapai sasaran dan tujuannya.

Definisi sistem menurut W. Gerald Cole (Accounting Systems Cecil Gillespie),


Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan
yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan
suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.

Kemudian Marshall B.Ronmey dan Paul Iohn Stinbart (2006;2) mendefinisikan :


Sistim adalah, rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan Sistim Informasi Akuntansi yang berbasis


komputer (computer based accounting information systems) merupakan
prosedur-prosedur akuntansi yang saling berkaitan dalam proses untuk
menyediakan data dan informasi yang berguna kepada pihak-pihak didalam
maupun diluar organisasi.

Sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi dapat menyederhanakan


proses pencatatan dan penyimpanan data. Transaksi dicatat dalam bentuk
elektronik dan pada saat yang bersamaan diposting secara elektronik ke buku
besar dan buku besar pernbantu, sehingga didapatkan saldo akun yang terakhir
dari masing-masing pos dalam buku besar dan yang terinci dalam buku besar
pembantu.

Sistem informasi akuntansi mempunyai tiga tujuan umum, yaitu

5
 Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam pembuatan laporan-

laporan yang bersifat keuangan maupun non keuangan dan tujuan lain yang
diinginkan manajemen.
 Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan,
pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan.
 Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Sistem informasi akuntansi perbankan adalah sistem informasi yang


menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukkan (input) dan
berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen.
Dengan mengadopsi teknologi informasi (IT) sistim informasi manajemen dapat
dirancang dalam bentuk database (data base management system) sesuai
dengan kebutuhan organisasi.

Proses adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi perbankan dan
dipergunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang memenuhi
tujuan suatu sistern. Proses baik secara manual ataupun vang terotomatisasi
dapat dideskripsikan melalui berbagai kegiatan seperti pengumpulan,
pengukuran, penyimpanan, analisis, pelaporan dan pengelolaan informasi.

Kecepatan dan fleksibilitas komputer telah menyebabkan bisnis mengubah


pemrosesan data ke sistern elektronik, menggantikan dokumen kertas dan buku
besar dengan media rekaman magnetik. Sistem ini dapat memproses sejumlah
besar data rutin dengan mudah, memverifikasi keakuratannya, menyediakan
ikhtisar dan secara otomatis menghitung data keuangan, membuat laporan dan
dokumen-dokumen lain, serta memelihara buku besar Umum (general ledger)
dan buku besar pemhantu atau buku tambahan(sub general ledger).

Ketika pemrosesan data secara elektronik digunakan, tugas akuntansi harus


diprogram secara hati-hati kedalam sistem agar sesuai dengan kebutuhan
manajemen, namun tidak rnengabaikan kebutuhan sistem itu sendiri.
Pemrograman termasuk menganalisis setiap tugas, menyiapkan diagram alur yang
mengubah tugas menjadi desain logis, dan menulis kode instruksi rinci untuk
diikuti oleh sistem. Salah satu keuntungan dari analisis yang diperlukan dalam

6
memprogram sistem secara elektronik adalah prosedur-prosedur akuntansi. yang
tidalc jelas dapat menjadi lebih ringkas dan dapat dipahami dengan lebih baik
dalam proses tersebut.

Sistem informasi akuntansi yang telah diprogram sesuai kebutuhan manajemen


secara otomatis dapat menyediakan data laporan keuangan baik untuk
kepentingan intern bank, untuk pengawasan Bank Indonesia maupun untuk
kepentingan lainnya. Sistim informasi membantu pengambilan keputusan dengan
mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan melaporkan data.
Aktivitas yang berhubungan dengan sistim pemrosesan data antara lain
terdiri dari :
 Sumber daya manusia (SDM)
 Prosedur
 Data
 Formulir

Sedangkan yang berhubungan dengan komponen sistem basis data yaitu :


 Perangkat keras
 Perangkat lunak
 Jaringan Komunikasi
 Alat lainnya

1.3 Sumber Daya Manusia (SDM)

Persaingan pasar yang cukup kompetitif dan kemajuan teknologi informasi (TI)
yang berkembang pesat memungkinkan untuk pengembangan instrument
bank yang beragam dan memenuhi kepuasan customer bank. Untuk maksud
tersebut tentunya diperlukan kecakapan dan kemampuan SDM yang terlatih yang
menanganinya. Dengan demikian pada bank-bank operasional yang memiliki
jaringan kantor cabang relatif cukup banyak maka harus menyiapkan SDM nya
guna dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut dengan melakukan
training secara merata keseluruh SDM kantor cabang bank, terutama yang
berkaitan dengan produk-produk bank yang baru.

Faktor sumber daya manusia baik yang membuat sistem teknologi informasi (IT)
maupun para user karyawan bank, memegang peranan yang sangat penting

7
dalam suatu sistem informasi akuntansi perbankan. Hal ini karena SDM
merupakan obyek perencana, pembuat dan pengguna dalam suatu sistem serta
yang akan memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem itu sendiri

Yang berkepentingan terhadap sistem informasi yang berasal dari intern bank
terdiri dari

 Para analis sistem, administrator basis data, webmaster, spesialis


jaringan, programmer, dan operator.
 Para pemakai (computer users) intern bank dari output system informasi yaitu
para karyawan, para manajer maupun pimpinan atau direksi Bank.

Sedangkan yang berasal dari ekstern bank yaitu :

 Customer bank

 Instansi Pemerintah, seperti : Bank Indonesia

1.4 Prosedur

Prosedur adalah peraturan-peraturan yang menentukan operasi sistem komputer


baik secara manual ataupun yang terotomatisasi guna mengumpulkan,
memproses dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi.
Contoh : prosedur mengoperasikan computer, prosedur pembukaan atau penutupan
rekening, prosedur memproses data dan lain-lain sesuai dengan otoritas yang
dimiliki oleh intern user maupun ekstern user yang tertuang dalam password untuk
dapat masuk mengakses sistem dalam melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi
utama dari perusahaan sesuai dengan kebijakan manajemen bank dalam
mengelola sistemnya.
Untuk intern bank, biasanya makin tinggi jabatan user di bank maka makin luas
otoritas yang dimiliki oleh pejabat bank tersebut dalam mengakses sistem, dan untuk
ekstern bank (customer) sesuai dengan otoritas yang diberikan oleh pihak bank
dengan jenis produk bank yang dimiliki, misalkan : kartu ATM tidak dapat
dipergunakan oleh orang lain.
Dengan demikian prosedur meliputi perintah operator komputer, pembuatan input,
pemrosesan transaksi, deteksi kesalahan dan perbaikan, akses database, pembuatan
output serta pengendalian.

8
Secara sederhana prosedur dapat diartikan sebagai proses secara berurutan dalam
melakukan suatu kegiatan tertentu baik dalam sistem informasi akuntansi maupun
dalam kegiatan operasional perbankan sehari-hari.

1.5 Data

Data biasanya disimpan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh mesin sehingga setiap
saat sistem komputer dapat mengolahnya dan biasanya dicatat dan diarsipkan
dengan maksud untuk segera dapat diambil kembali apabila diperlukan.
Data merupakan input dalam suatu sistem yang berasal dari intern atau ekstern
perusahaan, dapat berupa formulir, dokumen, angka-angka, gambar, bagan dan
lain-lain yang merujuk kepada fakta-fakta yang kita kumpulkan, simpan dan proses
dengan sistem informasi. Data inilah yang akan dipilahkan, dimodifikasi atau
diperbarui oleh programprogram supaya dapat menjadi informasi tersebut.
Database dalam bank merupakan sarana penyimpanan bermacam-macam files
atau arsip sehingga dapat berguna bagi pemakai sistim informasi dalam bank.
Menurut Raymond McLeod,Jr. dan George P.Schell (2008; 158), data diorganisasikan
kedalam suatu hierarki field-field data yang tergabung untuk membentuk record,
dan record yang bergabung untuk membentuk file.
Jadi data adalah fakta-fakta yang akan dibuat menjadi informasi yang bermanfaat.
Nilai data atau data value disimpan dalam ruang fisik (physical space) disebut field.
Gabungan dari beberapa field yang mengandung data tentang atribut dari entitas
yang sama membentuk catatan atau record. Record yang berisi field kode-kode
jenis produk bank dan namanya serta saling berhubungan dikelompokkan untuk
membentuk file.
Sebuah sistem pengelola basis data (data base management system-DBMS)
terbagi atas modul-modul yang masing-masing memiliki tanggung jawab dalam
membentuk struktur system keseluruhan, dan umumnya memiliki sejumlah
komponen fungsional(modul) seperti : file manager, database rnanager, query
processor, DML precempiler dan DDL Compiler
Dalam sistem informasi akuntansi perbankan biasanya terdapat beberapayaitu:
File utama (master file) yang menyimpan data statis dari masing-masing modul
yang ada di bank seperti : modul giro, tabungan, deposito, pinjaman, buku

9
besar dan buku tambahan lainnya
File transaksi (transaction file) yang merupakan data dinamis dan berhubungan
dengan berbagai jenis transaksi di bank seperti : transaksi dari modul tabungan,
pinjaman dan lain-lain.
Kedua file ini saling berhubungan sehingga saldo rekening dari masing-masing
modul (giro dan lain-lain) dapat diperbarui dengan adanya bermacam-macam
transaksi.

1.6 Formulir (Form)


Dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi (IT) dengan sarana
elektronik, maka berpengaruh pula kepada transaksi perbankan yang ada,
sehingga untuk jenis transaksi tertentu tidak diperlukan formulir transaksi lagi
yaitu yang dilakukan customer diluar kantor bank dengan media elektronik
seperti Laptop, Hand Phone, Bank Cards dan sebagainya. Dan nasabah bank
kini tidak harus datang mengantri dan memadati di kantor bank untuk
melakukan transaksi penarikan atau penyetoran dananya sehingga menunjang
efisien dan efektivitas bisnisnya.
Namun demikian formulir sebagai barang bukti (evidence) masih tetap
diperlukan dalam menunjang operasional bank untuk data base management
system dan sebagai alat bantu user baik intern maupun ekstern bank guna
menginput data dalam suatu transaksi perbankan.
Formulir adalah dokumen yang dapat berasal dari intern atau ekstern
perusahaan yang tertulis nama bank penerbit serta bentuk dan warnanya dibuat
sedemikian rupa, sehingga merupakan ciri khas atau standar dari bank penerbit
seperti formulir pembukaan rekening, cek, bilyet giro, credit notes, debit notes, bank
draft, slip pernindah bukuan, slip penarikan, slip penyetoran dan alat lainnya.
Formulir ini sebagai bukti asli yang diposting dalam transaksi di kantor bank
sehari-hari.
1.7 Perangkat Keras (hardware)
Dalam sebuah sistem basis data, maka diperlukan perangkat keras computer
(hardware). Penggunaan jenis hardware ini masing-masing bank tidak sama
sesuai dengan kondisi dan kepentingan dari bank pemakai sistem.

10
Pada umumnya jenis perangkat keras yang sering dipergunakan dalam suatu
sistem basis data antara lain :

 Komputer yang terdiri dari : computer mikro (Personnal Computer), Komputer


mini, komputer besar (mainframe), super komputer
 Central Processing Unit (CPU) terdiri dari : Input, Output, Control unit,
Arithmetic Logic Unit (ALU), Primary Storage (penyimpan primer), Bus (jalur
yang membawa data).
 Penyimpan (storage) data dapat dilakukan didalam main memory computer
maupun didalam penyimpan eksternal seperti : disket, hard disk, compact
disk, micro fische dan micro film atau magnetic tape
 Perkakas Input terdiri dari keyboard, mouse, light pen, digitizer. Bar code
reader, OCR/OMR/MICR, Touch-sensitive screen.
 Perkakas output antara lain printer, plotter, facsimile

1.8 Perangkat Lunak (software)


Perangkat lunak atau piranti lunak terdiri dari program-program komputer yang
disimpan didalam hard disk beserta petunjuk-petunjuk (manual) pendukungnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan program komputer adalah instruksi-instruksi
yang dapat dibaca oleh mesin yang memerintahkan bagian-bagian dari perangkat
keras computer untuk berfungsi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan
informasi yang bermanfaat dari data yang tersedia.
Perangkat lunak inilah yang akan menentukan bagaimana data diorganisasi,
disimpan, diubah dan diambil kembali. Ia juga menerapkan mekanisme pengamanan
data, pemakaian data secara bersama, pemaksaan keakuratan/konsistensi data
dan sebagainya. Pada dasarnya terdapat dua jenis perangkat lunak, yaitu :

1.8.1 Perangkat Lunak Sistem (system software)


System software diperlukan untuk menggunakan komputer dalam menjalankan
tugastugas mendasar yang berhubungan dengan perangkat keras yang
dikerjakan oleh user (programer bank) dari suatu jenis komputer tertentu.
Contoh : Novel-Netware, MS-Windows NT, Unix dan Sun-Solaris

11
1.8.2 Perangkat Lunak Aplikasi Siap Pakai
Perangkat Lunak Aplikasi digunakan untuk memproses data user dengan
mempergunakan peranti lunak yang dibuat dan dikembangkan oleh para
profesional sistem informasi, oleh produsen kemudian dijual kepada pengguna
(user). Contoh: paket software akuntansi untuk perusahaan.
Dari dua jenis s6ftware ini yang dipakai oleh perbankan pada umumnya adalah
perangkat lunak sistem karena dapat dikembangkan dari waktu ke waktu
mengikuti teknologi informasi perbankan yang diperlukan oleh manajemen.

1.8.3 Jaringan Komunikasi (Network Communication)


Jaringan komunikasi berfungsi untuk menyatukan sumber daya komputasi yaitu
seluruh kantor cabang bank yang dimiliki, sehingga dapat saling berhubungan
untuk kepentingan intern dan ekstern Bank. Petugas jaringan akan membuat dan
menggabungkan bidang bidang komputasi maupun telekomunikasi serta
memelihara jaringan yang memenuhi persyaratan untuk aplikasi perbankan
online. Dengan adanya jari ngan ini dimungkinkan transaksi real time antar bank,
baik dalam negeri maupun dengan bank yang berlokasi diluar negeri.

Dalam praktiknya terdapat beberapa jenis jaringan yang membangun blok-


blok yang bergabung dan memungkinkan terjadinya internet dan jaringan area
lokal (Local Area Network-LAN) atau wide area network (WAN). Sehingga
custorner bank dapat mengadakan transaksi dengan media handphone,
komputer atau laptop.

Internet adalah jaringan internasional komputer yang saling berhubungan


sedangkan wide area network yaitu jaringan yang mencakup wilayah geografis yang
luas dan seringkali global. Internet membuat business lebih efektif dan untuk
saling bertukar informasi antara bank dengan nasabahnya.

Hal-hal yang berhubungan dengan jaringan komunikasi antara lain adalah :

1) Koneksi Publik : Modem Telepon, Modem Kabel


2) Saluran Pribadi (private line) : Telepon, Hand Phone
3) Jaringan Pribadi Maya (virtual private networks) : software tunneling
Komunikasi-Jaringan

12
4) Protokol untuk Komunikasi Komputer System Network
Architecture (SNA) Paket : Internet Protokol
5) Alamat jaringan internet : alamat Internet Service Provider (ISP)

1.9 Persamaan Dasar Akuntansi Perbankan

Dalam memahami proses akuntansi,ada baiknya untuk memahami persamaan


dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi dibangun pemahaman antara hak
dan kewajiban. Hak merupakan kekayaan atau aktiva atau asset. Hak ini ada
karena telah timbul kewajiban. Konsep akuntansi menghendaki keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu setiap pertambahan kewajiban bank,
harus diikuti peningkatan hak atau asset. Secara umum persamaannya adalah:

HAK = KEWAJIBAN
AKTIVA = PASIVA

Kewajiban bank terdiri dari kewajiban terhadap pihak eksternal dan pihak internal.
Kewajiban kepada pihak eksternal adalah kewajiban kepada kreditur atau pemberi
dana atau deposan. Sedangkan kewajiban terhadap internal adalah kewajiban
kepada pemilik modal. Dengan demikian persamaan dapat diperluas menjadi:

Aktiva Bank= Hutang Bank + Modal Bank

Bila bank melakukan aktivitas, akan memperoleh pendapatan dan mengeluarkan


biaya. Selisih pendapatan dengan biaya merupakan laba milik bank. Laba bank
merupakan komponen modal bank. Untuk itu persamaannya menjadi:

Aktiva = Hutang + Modal + Pendapatan – Biaya


Atau
Aktiva + Biaya = Hutang + Modal + Pendapatan – Biaya

Perhatikan pada sisi kiri terdapat aktiva dan biaya, sedangkan pada sisi kanan
terdapat hutang, modal, dan pendapatan. Persamaan ini akan mempermudah bagi
pemula dalam membuat jurnal.

13
Aktiva + Biaya = Hutang + Modal + Pendapatan
+ - + - - + - + - +

Keterangan:
Pada sisi kiri terdapat aktiva dan biaya, sedangkan pada sisi kanan terdapat
Hutang, Modal dan Pendapatan. Persamaan ini akan mempermudah bagi pemula
dalam membuat jurnal. Dengan persamaan dan penggambaran rekening buku
besar, maka dapat disimpulkan bahwa:
 Setiap pertambahan aktiva akan didebet, dan pengurangan aktiva akan
dikredit.
 Setiap pertambahan biaya akan didebet, setiap pengurangan biaya akan
dikredit.
 Setiap peningkatan hutang akan dikredit dan setiap
pengurangan/pelunasan hutang akan didebet.
 Setiap pertambahan modal akan dikredit dan penurunan modal akan
didebet.
 Setiap pertambahan pendapatan bank akan dikredit dan setiap penurunan
pendapatan akan didebet.
Aktiva bank misalnya berupa kas, giro BI, penempatan pada bank lain, sekuritas
jangka pendek, kredit yang diberikan, penyertaan dan aktiva tetap. Hutang bank
misalnya giro nasabah, tabungan, deposito, pinjaman diterima, sedangkan modal
berupa modal disetor maupun laba ditahan. Untuk pendapatan bank bisa berupa
pendapatan bunga dan pendapatan lainnya. Sedangkan biaya bank berupa biaya
bunga dan biaya lainnya.

1.9.1 Sistematika Rekening Bank


Penggunaan nama, struktur dan hubungan antar rekening perlu ada keseragaman
agar laporan yang dihasilkan mudah dipahami dan mudah diperbandingkan. Untuk
itu sistematika rekening perbankan diperlukan. Sistematika rekening bank disusun
dengan menggunakan digit tertentu. Digit pertama berisi rubric rekening, digit
kedua berupa identifikasi jenis valuta, digit ketiga berisi kelompok rekening group.
Digit keempat berisi kelompok rekening subgroup dan digit ke lima dan seterusnya

14
berisi berupa rincian atau rekening individual.
Contoh secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

1 0 6 2 1

Keterangan:
Mulai dari kiri
1 = Aktiva
0 = Aktiva Dalam Rupiah
6 = Kredit yang Diberikan
2 = Pihak Tidak Terkait Dengan Bank
1 = Rekening Individual
Pengelompokan rekening selanjutnya didasarkan pada sifat dan fungsi rekening.
Pengelompokan ini dimaksudkan agar dapat menggambarkan posisi aktiva,
kewajiban, modal, pendapatan, beban, komitmen dan kontijensi.
Tabel 2. Rubrik Rekening
Nomor Rubrik Rekening Rubrik Rekening
1 Aktiva
2 Kewajiban
3 Ekuitas
4 Pendapatan
5 Beban
6 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
7 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap
8 Komitmen
9 Kontijensi

Tabel 3. Sistematika Rekening


No. Nama Rekening No. Nama Rekening
Rek. Rek.
1 Aktiva 1 Aktiva
10 Aktiva Valuta Rupiah 11 Aktiva Valuta Asing
101 Kas 111 Kas
102 Giro pada Bank Indonesia 112 Giro pada Bank Indonesia
103 Penempatan pada Bank Lain 113 Penempatan pada Bank Lain
104 Surat-surat Berharga 114 Surat-surat Berharga
105 Kredit yang Diberikan 116 Kredit yang Diberikan

15
1061 Pihak Yang Terkait Dengan Bank 1161 Pihak Yang Terkait Dengan Bank
1062 Pihak Yang Tdk Terkait Dengan Bank 1162 Pihak Yang Tdk Terkait Dengan Bank
107 Penyertaan 117 Penyertaan
108 Pendapatan yang Masih akan Diterima 118 Pendapatan yang Masih akan Diterima
109 Aktiva lain-lain 119 Aktiva lain-lain
1091 Biaya Dibayar Dimuka 1191 Biaya Dibayar Dimuka
1092 Aktiva Tetap 1192 Aktiva Tetap
1093 Aktiva Sewa Guna Usaha 1193 Aktiva Sewa Guna Usaha
1094 Uang Muka Pajak 1194 Uang Muka Pajak
1097 Rekening Antara Aktiva 1197 Rekening Antara Aktiva
1098 Rekening Perhitungan Antar Kantor 1198 Rekening Perhitungan Antar Kantor
Debet Debet
1099 Aktiva Lainnya 1199 Aktiva Lainnya
2 Kewajiban 2 Kewajiban
20 Kewajiban Dalam Rupiah 21 Kewajiban Dalam Valuta Asing
201 Giro 211 Giro
202 Kewajiban segera lainnya 212 Kewajiban segera lainnya
203 Tabungan 213 Tabungan
204 Deposito Berjangka 214 Deposito Berjangka
2041 Pihak Terkait Dengan Bank 2141 Pihak Terkait Dengan Bank
2042 Pihak Lain 2142 Pihak Lain
205 Sertifikat Deposito 215 Sertifikat Deposito
206 Surat-surat Berharga yang Diterbitkan 216 Surat-surat Berharga yang Diterbitkan
2061 SBPU 2161 SBPU
2062 Obligasi 2062 Obligasi
207 Pinjaman Yang Diterima 217 Pinjaman Yang Diterima
2071 Pihak Terkait Dengan Bank 2171 Pihak Terkait Dengan Bank
2072 Pihak Lain 2172 Pihak Lain
208 Beban Yang Masih Harus Dibayar 218 Beban Yang Masih Harus Dibayar
209 Kewajiban Lain-lain 219 Kewajiban Lain-lain
2091 Kewajiban Sewa Guna Usaha 2191 Kewajiban Sewa Guna Usaha
2092 Hutang Pajak 2192 Hutang Pajak
2093 Pinjaman Subordinasi 2193 Pinjaman Subordinasi
20931 Pihak Terkait Dengan Bank 21931 Pihak Terkait Dengan Bank
20932 Pihak Lain 21932 Pihak Lain
2094 Modal Pinjaman 2194 Modal Pinjaman
20941 Pihak Terkait Dengan Bank 21941 Pihak Terkait Dengan Bank
20942 Pihak Lain 21942 Pihak Lain
2097 Rekening Antara Kewajiban 2197 Rekening Antara Kewajiban
2098 Rekening Perhitungan Antar Kantor 2198 Rekening Perhitungan Antar Kantor
Kredit Kredit
2099 Aktiva Lainnya 2199 Aktiva Lainnya
3 Ekuitas 3 Ekuitas
30 Ekuitas Dalam Valuta Rupiah 31 Ekuitas Dalam Valuta Asing
301 Modal Disetor 311 Modal Disetor
3011 Saham Biasa 3111 Saham Biasa
3012 Saham Preferen 3112 Saham Preferen
302 Tambahan Modal Disetor 312 Tambahan Modal Disetor
3021 Agio/Disagio 3121 Agio/Disagio
3022 Modal Sumbangan 3122 Modal Sumbangan
3029 Lain-lain 3123 Penyesuaian
AkibatPenjabaran Lap.Keu
303 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap
309 Saldo Laba 3129 Lain-lain
3091 Cadangan Tujuan 313 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap

16
3092 Cadangan Umum
3093 Saldo Laba Yang Belum Dicadangkan
4 Pendapatan 4 Pendapatan
40 Pendapatan Dalam Rupiah 41 Pendapatan Dalam Asing
401 Pendapatan Operasional 411 Pendapatan Operasional
4011 Pendapatan Bunga 4111 Pendapatan Bunga
40111 Hasil Bunga 41111 Hasil Bunga
40112 Provisi dan Komisi Kredit 41112 Provisi dan Komisi Kredit
4019 Pendapatan Operasional Lainnya 4119 Pendapatan Operasional Lainnya
40191 Provisi dan Komisi Selain Kredit 41191 Provisi dan Komisi Selain Kredit
40199 Pendapatan Lain 4199 Pendapatan Lain
402 Pendapatan Non Operasional 412 Pendapatan Non Operasional
4021 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 4121 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap
4029 Lainnya 4129 Lainnya
408 Pendapatan Luar Biasa 418 Pendapatan Luar Biasa
409 Pendapatan Pengaruh Kumlatif dari 419 Kebijakan Akt
Perub.
Pendapatan Pengaruh Kumlatif dari
Perub. Kebijakan Akt
5 Beban 5 Beban
50 Beban Dalam Rupiah 51 Beban Dalam Rupiah
501 Beban Operasional 511 Beban Operasional
5011 Beban Bunga 5111 Beban Bunga
50111 Bunga yang Dibayar 51111 Bunga yang Dibayar
50112 Hadiah 51112 Hadiah
50113 Provisi dan Komisi unt.mendptkn 51113 Provisi dan Komisi unt.mendptkn
dana dana
5019 Beban Operasional Lainnya 5119 Beban Operasional Lainnya
50191 Provisi & Komisi Selain 51191 Provisi & Komisi Selain
Unt.Mendptkan Dana Unt.Mendptkan Dana
50192 Beban Overhead 51192 Beban Overhead
501921 Beban Umum & Administrasi 511921 Beban Umum & Administrasi
501922 Penyisihan&Penurunan Atas 511922 Penyisihan&Penurunan Atas
Aktv.Produktif Aktv.Produktif
5011923 Beban Personalia 511923 Beban Personalia
5011929 Beban Lain 511929 Beban Lain
502 Beban Non Operasional 512 Beban Non Operasional
5021 Kerugian Penjualan Aktiva 5121 Kerugian Penjualan Aktiva
5022 Denda/sanksi 5122 Denda/sanksi
5029 Lainnya 5129 Lainnya
508 Beban Luar Biasa 518 Beban Luar Biasa
509 Beban Pengaruh Kumulatif 519 Beban Pengaruh Kumulatif
Perub;Kebijakan Akt Perub;Kebijakan Akt
6 Penyisihan 6 Penyisihan
60 Penyisihan Dalam Valuta Rupiah 61 Penyisihan Dalam Valuta Asing
601 Penyisihan Penempatan Pada Bank 611 Penyisihan Penempatan Pada Bank
Lain Lain
602 Penyisihan Surat-surat Berharga 612 Penyisihan Surat-surat Berharga
603 Penyisihan Kredit yang Diberikan 613 Penyisihan Kredit yang Diberikan
604 Penyisihan Penyertaan 614 Penyisihan Penyertaan
7 Akumulasi Penyusutan 7 Akumulasi Penyusutan
70 Akumulasi Penyusutan Dalam Valuta 71 Akumulasi Penyusutan Dalam Valuta
Rupiah Asing
701 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap 711 Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap

17
702 Akumulasi Pystn Aktiva Sewa Guna 712 Akumulasi Pystn Aktiva Sewa Guna
Usaha Usaha
8 Komitmen 8 Komitmen
80 Komitmen Dalam Valuta Rupiah 80 Komitmen Dalam Valuta Asing
801 Tagihan Komitmen 811 Tagihan Komitmen
8011 Fasilitas Pinjaman Yang Diterima 8111 Fasilitas Pinjaman Yang Diterima
8112 Pembelian Berjangka Valuta Asing 8113 Pembelian Valuta Asing (Spot)
yang Belum Terselesaikan.
8019 Lainnya 8119 Lainnya
802 Kewajiban Komitmen 812 Kewajiban Komitmen
8021 Fasilitas Kredit Kepada Nasibah 8121 Fasilitas Kredit Kepada Nasibah
Yang Belum Digunakan Yang Belum Digunakan
8022 Kewajiban Pembelian Kembali 8122 Kewajiban Pembelian Kembali
Aktiva Bank Yang Dijual Dengan Aktiva Bank Yang Dijual Dengan
Syarat Repo Syarat Repo
8123 L/C yang Irrevocable dan Masih 8124 Akseptasi Wesel Import atas dasar
Berjalan Dalam Rangka Impor dan L/C yang masih berjalan
Ekspor
8125 Penjualan Berjangka Valuta Asing
Diselesaikan
8029 Lainnya 8129 Lainnya
9 Kontijensi 9 Kontijensi
90 Kontijensi Dalam Valuta Rupiah 91 Kontijensi Dalam Valuta Asing
901 Tagihan Kontijensi 911 Tagihan Kontijensi
9011 Garansi dari Bank Lain 9111 Garansi dari Bank Lain
9012 Pendapatan Bunga Dalam 9012 Pendapatan Bunga Dalam
Penyelesaian Penyelesaian
9019 Lainnya 9119 Lainnya
902 Kewajiban Kontijensi 912 Kewajiban Kontijensi
9021 Garansi yang Diberikan 9121 Garansi yang Diberikan
90211 Bank Garansi 91211 Bank Garansi
90212 Akseptasi atau Endosemen Surat 91212 Akseptasi atau Endosemen Surat
Berharga Berharga
90219 Lainnya 91219 Lainnya
9122 L/C yang revocable yang masih 9123 Penjualan Opsi Valuta Asing
berjalan Dlm Rangka Impor dan
Ekspor
9029 Lainnya 9129 Lainnya

1.9.2 Daftar Akun Buku Besar (Chart of Account General Ledger)

Setiap Bank yang beroperasi tidak peduli ukuran dan kompleksitasnya, harus
memiliki sejenis sistem akuntansi buku besar. Agar sistem tersebut dapat
berfungsi, data dikumpulkan, diidentifikasikan dan diberi kode dan nomor
rekening untuk pencatatan dalam jurnal dan pembukuan ke akun-akun buku
besar. Prasyarat untuk memenuhi tugas tersebut secara efisien adalah daftar
akun atau biasa disebut chart of accounts atau rekening stelsel yang didesain
dengan baik sehingga akan menjadikan suatu prosedur yang sistematis sesuai
dengan jenis usaha dan keinginan dari pihak-pihak yang berkepentingan. General

18
ledger memasukkan data dalam bentuk rekapitulasi untuk tiap akun asset, liability,
equity, revenue dan expenses.

Chart of accounts adalah daftar akun-akun buku besar yang dipergunakan dalam
operasional bank yang berupa angka-angka yang mewakili kategori utama akun
seperti asset lancar, asset tetap, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban dan
akun gabungan.

Dengan adanya akun dalam buku besar, maka secara otomatis semua jenis
Transaksi akan di diproses serta diklasifikasikan oleh sistem kedalam pos-pos
neraca dan laba-rugi pada suatu periode.

Chart of accounts biasanya dibagi menjadi dua bagian :


 Akun-akun Neraca untuk aset, kewajiban dan ekuitas
 Akun-akun Laporan laba rugi untuk penjualan jasa, harga pokok penjualan,
biaya overhead, beban pemasaran, beban administratif dan beban serta
pendapatan lain-lain.
Biasanya dalam penyusunan rekening buku besar (stelsel) dibuat sebagai berikut
:
 Assets disusun atas dasar tingkat likwiditasnya
 Pos-pos hutang disusun atas dasar urutan pemakaiannya atau urutan
jatuh temponya
 Pos-pos Ekuitas disusun berurutan atas dasar urutan kekekalannya
 Pos-pos revenue dan expense bank disusun atas dasar urutan dari
tingkat priorital kegiatan utama dari bank yang bersangkutan

Chart of accounts umumnya digunakan untuk menghindari kebingungan yang


diciptakan oleh ejaan yang berbeda-beda dan singkatan dari judul akun yang
sama.

1.9.3 Buku Tarnbahan (Subsidiary Ledger)


Tak kalah pentingnya dalam operasional bank adalah peranan rekening
pembantuatau ada yang memakai istilah buku tambahan yang berisikan data
rincianakun-akun buku besar yang memiliki banyak sub akun terpisah seperti
nomor rekening dari nasabah tabungan maupun nasabah pinjaman yang
dinamakan daftarial rekening. Hal ini diperlukan karena ke khususan dari usaha

19
perbankan yang memik customer relatifbanyak, sehingga akan membantu
pengaplikasian sistem dalamjurnal sampai ke pembuatan laporan keuangan.
Buku Tambahan atau istilah lain sistem rekening yang ada di bank, baik dalam
valuta rupiah maupun dalam valuta asing pada umumnya adalah buku
tambahan giro, buku tambahan tabungan, buku tambahan deposito, buku
tambahan pinjaman dan buku tambahan lainnya.
Hubungan antara akun buku besar dengan saldo tiap akun dibuku
pembantutambahan memainkan peranan penting dalam memelihara akurasi
data yang disimpan di dalam database sistem. Fungsi dari buku tambahan ini
adalah untuk mengetahui jumlah seluruh rekening nasabah dari masing-masing
produk bank, sedangkan fungsi nomor rekening untuk memudahkan dalam
transaksi di bank yang biasanya menggunakan nomor rekening dari nasabah
yang telah di program sesuai dengan general It dger dari rekening tersebut.
Sehingga jika ada transaksi di rekening nasabah, maka secara otomatis gabungan
transaksi di rekening tersebut juga akan muncul pada transaksi di buku
besarnya. Proses transaksi di buku besar biasanya dilakukan pada saat batch
processing pada akhir hari setelah pelayanan kepada nasabah ditutup.

Selain memiliki nomor rekening, nasabah juga memiliki satu nomor nasabah yang
berfungsi untuk mengetahui jumlah nasabah pada suatu kantor bank. Dengan
demikian nasabah suatu bank memiliki satu nomor nasabah tetapi dapat
memiliki beberapa rekening. Misalnya : PT. Abadi menjadi nasabah Bank ABC
dengan No. 25 dan memiliki nomor rekening Giro, rekening Tabungan dan
beberapa rekening Deposito.

Pembuatan nomor rekening biasanya disesuaikan dengan jenis rekening yang


dimiliki dari nasabah yang dilakukan oleh sistem komputerisasi bank secara
otomatis, contoh sebagai berikut :

Kode jenis Rekening :


Rekening tabungan : kode 00
Rekening pinjaman : kode 01
Rekening deposito : kode 02
Rekening giro : kode 03

20
Rekening buku tambahan :
kode 04
lainnya

Nomor Rekening Tabungan : XXX-XX-XXXXXX-X atau 01-125-00-96-45223


1) 2 Digit pertama (01) nomor kantor cabang pembantu atau pusat pemilik
rekening
2) 3 digit kedua (125) nomor kantor cabang
3) 2 digit ketiga (00) nomor jenis produk rekening (tabungan)
4) 2 Digit keempat (96) merupakan tahun pembuatan nomor rekening
5) 5 digit terakhir (45223) merupakan nomor rekening nasabah

Dengan adanya sistim penomoran rekening tersebut, maka akan segera


diketahui jenis produk bank dan kantor cabang yang mengeluarkan rekening
tersebut.Hendaknya perlu diketahui bahwa penomoran nomor rekening
tersebut diatas tidaklah dan dalam praktiknya masing-masing bank tidak sama
sesuai dengan kebijakan manajemen dari bank yang bersangkutan dalam
mengaplikasikan Sistem Informasi Akuntansinya.
Contoh :
Daftar Saldo Rekening Giro Rupiah

Daftar saldi rekening Giro rupiah

Buku Besar : 220.111.01.001

Posisi tanggal 31-Mei 2012


No Nomor Rekening Nama Saldo
1 125.03.09.00003 Bambang Sunarto Rp. 25.000.000
2 125.03.09.00009 Rini Astuti Rp. 15.000.000
3 125.03.09.00015 PT. Harapan Rp. 45.000.000
4 125.03.09.00021 PT. Basuki Rp. 30.000.000
5 125.03.09.00027 PT. Harum Rp. 10.000.000
Total Rp.175.000.000

1.9.3 Rekening Antar Kantor (RAK)


Karakteristik dari dunia perbankan menunjukkan kantor cabang berfungsi
sebagai operasionalnya, maka diperlukan kantor cabang yang relatif harus banyak
jumlahnya untuk menjangkau nasabahnya didalam negri maupun diluar negri. Guna

21
keperluan tersebut dalam transaksi perbankan diperlukan suatu rekening yang
berfungsi menjembatani transaksi antar kantor.

Sesuai dengan nama dari buku besarnya, Rekening Antar Kantor (RAK) berfungsi
untuk transaksi antar kantor bank, baik kantor cabang dengan kantor pusatnya
maupun kantor cabang dengan kantor cabang lainnya dan antara suatu kantor
bank dengan kantor bank lainnya.

Jika kantor bank yang satu mendebet kantor bank yang lain, maka kantor bank
yang didebet akan mengkredit atau sebaliknya. Dengan demikian timbul utang dan
piutang antar sesama kantor bank atau dengan kantor pusatnya,

Rekening Antar Kantor dalam buku ini dibagi menjadi :


1. RAK Kantor Pusat yang berfungsi sebagai transaksi antara kantor cabang
dengan kantor pusatnya atau sebaliknya baik dalam valuta rupiah maupun
dalam valuta asing.
2. RAK Kantor Cabang yang berfungsi sebagai transaksi antara suatu kantor
cabang dengan kantor cabang ya lain dalam valuta rupiah ataupun dalam
valuta asing dan RAK ini berfungsi sebagai rekening sistem dalam transaksi
on line.

3. RAK Kantor Bank yang berfungsi sebagai transaksi antara suatu kantor Bank
dengan kantor Bank yang lain dalam valuta rupiah ataupun dalam valuta
asing

1.9.4 Rekening Antar Kantor (RAK) Kantor Pusat

Rekening Antar Kantor-Kantor Pusat merupakan rekening untuk transaksi


antara kantor pusat bank dengan kantor cabang didalam negri atau diluar negri
atau sebaliknya dalam valuta rupiah maupun dalam valuta asing. Dengan
adanya transaksi RAK Kantor Pusat ini maka menimbulkan hutang dan piutang
antara kantor cabang bank dengan kantor pusatnya. Hal-hal yang berhubungan
dengan RAK ini adalah sebagai berikut :

a. RAK berasal dari transaksi dari kantor cabang yang mengkredit atau
mendebet kantor pusatnya sehubungan dengan adanya transaksi
nasabah dengan kantor cabang berupa penarikan atau penyetoran.

22
b. Posting transaksi umumnya dilakukan oleh teller di kantor cabang,
sedangkan kantor pusat bank bersifat pasif dan mengetahui transaksi
tersebut dari report harian yang dicetak atau pengecekan dari saldo
rekening di data base.

c. Saldo masing-masing buku besar "Rekening Antar Kantor" (RAK) dari


seluruh kantor cabang bank akan bersaldo nihil ketika pembuatan
laporan keuangan konsolidasi (gabungan) pada akhir bulan.

d. Apabila Rekening Antar Kantor di suatu kantor cabang bersaldo kredit


berarti memiliki "piutang", maka akan mendapatkan bunga atau jasa dari
Kantor Pusat bank yaitu yang dinamakan "Pendapatan Bunga Antar
Cabang" (BAC) sebesar prosen tertentu yang telah ditentukan oleh kantor
pusatnya. Sebaliknya apabila RAK bersaldo debet berarti memiliki hutang,
maka akan dikenakan "Biaya bunga antar cabang" sebesar prosen tertentu
yang ditentukan oleh kantor pusatnya.

1.9.5 Rekening Antar Kantor (RAK) Kantor Cabang

Yang dimaksud RAK Kantor Cabang (Interbranch) adalah rekening buku besar
yang berasaltransaksi antar kantor cabang yaitu dari nasabah suatu kantor cabang
yang melakukan penarikan atau penyetoran di kantor cabang lain namun masih
dalam satu bank. Yang berhubungan dengan timbulnya RAK antar kantor
cabang ini sebagai berikut :
 RAK berasal dari transaksi dari kantor cabang yang mengkredit atau
mendebet kantor cabang lainnya sehubungan dengan adanya transaksi
nasabah suatu kantor cabang berupapenarikan atau penyetoran
dananya di kantor cabang yang lain.
 Transaksi ini dimungkinkan terjadi apabila kondisi jaringan komunikasi
sesama kantorcabang bank harus on line, sehingga transaksi dapat real
time dan langsung mengkredit atau mendebet rekening nasabah.
 Sistem akuntansi perbankan biasanya sudah diset dengan
mempergunakan pos perantara dengan Buku Besar "Rekening Antar
Kantor" (RAK) baik dalam valuta rupiah maupundalam valuta asing yang
berfungsi sebagai rekening sistem online real time.

23
 Posting transaksi dilakukan oleh teller di kantor cabang yang didatangi
oleh nasabah,sedangkan jurnal di kantor bank pemilik rekening nasabah
dilakukan oleh sistem komputer secara otomatis dan kantor cabang
pemilik rekening nasabah hanya pasif menerima informasi transaksi
dari report harian yang dicetak.
 Saldo masing-masing buku besar "Rekening Antar Kantor" (RAK) dari
masing-masing kantor cabang bank akan bersaldo nihil ketika pembuatan
laporan keuangan konsolidasi (gabungan) pada akhir bulan.

1.9.6 Rekening Antar Kantor Bank (RAK Bank)


Rekening Antar Kantor Bank merupakan rekening untuk transaksi antara kantor
suatu bank dengan kantor bank yang lain atau sebaliknya dalam valuta rupiah
maupun dalam valuta asing. Dengan adanya transaksi RAK antar Bank ini maka
menimbulkan hutang dan piutang antara kantor bank.

Hal-hal yang berhubungan dengan RAK ini adalah sebagai berikut :

 RAK berasal dari transaksi :


a. Kantor cabang bank yang mengkredit atau mendebet kantor
cabang bank lainsehubungan dengan adanya transaksi
nasabah dengan kantor cabang bank lain berupa penarikan atau
penyetoran dilain kantor bank.Contoh : nasabah Bank Mandiri
mentransfer uang ke Bank BTN atau bank lain yang terhubung
dalam jaringan kerja sama di ATM bersama (ATM Link).
b. Posting transaksi dilakukan oleh teller di suatu kantor bank,
sedangkan kantorbank yang didebet atau dikredit (penerima)
bersifat pasif dan mengetahui transaksitersebut dari report
harian yang dicetak atau dari pengecekan daftar transaksi harian.
Saldo masing-masing buku besar "Rekening Antar Kantor" (RAK
antar Bank) dari seluruh kantor bank akan diperhitungkan oleh
kantor pusatnya dengan didebet atau di kredit sehingga akan
bersaldo nihil ketika pembuatan laporan keuangan pada akhir
bulan.Apabila Rekening Antar Kantor di suatu kantor bank

24
bersaldo kredit berarti memiliki "piutang" dan sebaliknya apabila
RAK bersaldo debet berarti memiliki hutang.

1.10 Transaksi Bank

Transaksi Bank hendaknya dilihat dari pihak bank dan jangan seperti biasanya
kita melihatnya dari pihak perusahaan. Jadi setoran dari nasabah diposting di
bank dengan kredit dan penarikan nasabah dari rekeningnya di bank
diposting oleh bank dengan debet karena mengurangi saldo uang yang ada
direkeningnya.

Penarikan dan penyetoran dana dari atau ke rekening nasabah dapat dilakukan
dengan mempergunakan : Cek, Bilyet Giro, Slip pemindah bukuan, Slip penarikan
tunai, Kartu ATM, Kartu debit, Kartu kredit, dan alat lainnya seperti HP atau
Laptop. Namun demikian transaksi tersebut dapat dilakukan apabila kondisi
sistem pada saat on line sedangkan apabila sistem tidak dalam kondisi on line
maka tidak dapat dilakukan.

Sistem perbankan dikatakan on line yaitu apabila semua jaringan komunikasi


antar bank terhubung satu sama sehingga transaksi antara bank yang satu
dengan yang lainnya dapat dilakukan.

Sedangkan sistem perbankan dikatakan off line apabila semua jaringan


komunikasi antar bank tidak terhubung antara kantor bank yang satu dengan
kantor bank yang lainnya, sehingga transaksi antar bank tidak dapat dilakukan.
Pada kondisi ini (offline) nasabah bank masih tetap dapat melakukan
transaksinya, namun harus datang ke kantor cabang pemilik rekeningnya.

Kejadian dalam kondisi offiine antara lain disebabkan karena:


1) Listrik padam disuatu daerah sedangkan daerah lain tidak mengalami
pemadaman

2) Trouble hardware atau software komputer


3) Trouble dalam jaringan komunikasi
4) Jaringan komunikasi tidak berfungsi
5) Dan lain-lain

25
1.10.1 Asal Transaksi

Pada dasarnya transaksi di bank berasal dari :


 Transaksi Manual yaitu transaksi yang dilakukan oleh manusia baik itu
pegawai bank maupun nasabah bank. Contoh transaksi ini : Posting oleh
teller bank, penarikan di ATM oleh nasabah bank.
 Transaksi Sistem Perbankan yaitu transaksi yang dilakukan oleh sistem
secara otomatis yang telah diprogram sesuai dengan kebutuhan dari
manajemen bank.Contoh transaksi ini : perhitungan bunga jasa giro,
tabungan, deposito atau pendapatan bunga pinjaman, transaksi antar
cabang, dan lain-lain.

1.10.2 Jenis Transaksi

Dari jenis transaksinya, transaksi rekening di bank dapat dibedakan :


 Transaksi tunai atau kas yaitu transaksi yang berhubungan dengan uang kas
baik penarikanmaupun penyetoran dari nasabah di kantor bank tersebut
atau dikantor bank lain. Setoran tunai diposting pada menu setoran tunai
dengan memasukkan data nomor rekening nasabah dan jumlah uang yang
disetorkan serta mengisi referensi transaksinya. Setelah di enter sistem akan
secara otomatis running dan meminta validasi di slip sebagai bukti transaksi.
 Transaksi non tunai atau non kas yaitu transaksi yang tidak berhubungan
dengan uang :unai, seperti : kliring, pemindah bukuan, transfer dan lain-
lain di kantor bank tersebut atau dikantor bank lain.Pemindah bukuan
diposting pada menu pemindah bukuan ( over booking ) dengan
memasukkan data nomor rekening giroatau nomor rekening tabungan
serta mengisi referensi transaksinya. Setelah di enter sistem akan secara
otomatis running dan memintadi slip sebagai bukti transaksi.

Transaksi buku besar akan tampak pada transaksi buku besar (general ledger)
secara gabunganrekening buku besar giro dan tabungan dengan pos lawan
masing-masing akun buku besarnya. Dengan demikian setiap ada transaksi di
rekening maka akan ada pula transaksi di general ledgernya sehingga saldo
antara general ledger dan buku tambahannya (rekening) selalu sama. Jurnal
yang dihasilkan atas transaksi-transaksi tersebut diatas akan dilakukan otomatis

26
oleh sistem perbankan.

1.10.3 Tempat Transaksi


Dilihatdari tempat terjadinya transaksi, maka transaksi rekening dapat
dilakukan di Kantor bank pemegang rekening dengan slip bank, Cek, BG dan
alat lainnya K.Intor bank lain namun masih dalam bank yang sama (transaksi antar
cabang), Kantor bank lain dengan melalui transfer/kliring, mesin ATM Tempat
lainnya seperti merchant bank, tempat pembelanjaan, penjualan tiket dan tempat
lainnya.

1.10.4 Terjadinya Transaksi


Dilihat dari awal terjadinya transaksi, transaksi di bank dapat terjadi pada
waktu
 Pembukaan rekening berupa setoran tunai, pemindah bukuan dari
rekening pada bank
 Transaksi sehari-hari berupa setoran atau penarikan dana, pembebanan :
biaya bank, biaya administrasi, pajak dan pendapatan bunga
 Pada waktu penutupan rekening berupa pembayaran bunga sampai
tanggal penutupan rekening, Pembebanan pajak atas bunga, pembebanan
biaya administrasi penutupan rekening, penarikan saldo uang yang ada
direkening. Untuk selanjutnya pendekatan dalam jurnal transaksi dari
produk perbankan, dalam buku ini yang dipakai adalah jurnal terjadinya
transaksi tersebut diatas agar memudahkan dalam mempelajarinya.

1.11 Transaksi Kliring


Dahulu sebelum tahun 2000 kliring dilakukan secara manual, contoh : untuk
wilayah kliring Jakarta, Depok, Bekasi dan Tangerang maing-masing kantor cabang
bank merupakan peserta kliring yang langsung menyetor dan mengambil bilyet-
bilyet kliring pada pertemuan kliring di Bank Indonesia. Kini langkah tersebut
hanya dilakukan oleh bank koordinator peserta I-diring dan selanjutnya bank
koordinator yang membagikan bilyet-bilyet kliring tersebut ke kantor cabangnya
masing-masing, demikian juga wilayah kliring disuatu kota dalam suatu provinsi,
kantor cabang umum (KCU) menjadi koordinator kliring (sebagai pusat kliring
lokal-PKL) yang membawahi beberapa kantor cabang lainnya.

27
Kliring merupakan jasa bank untuk melakukan penagihan atau pembayaran atas
transaksi keuangan yang terjadi dalam perdagangan para nasabahnya dalam satu
wilayah kerja Bank Indonesia.Sesuai dengan program kerja Bank Indonesia, maka
kliring akan dilakukan secara nasional diseluruh wilayah Indonesia yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Transaksi kliring merupakan transaksi yang perlu penangan khusus bagi bank. Hal
ini disebabkan keunikan dari jenis transaksi ini yaitu tidak semata hanya
melibatkan nasabah saja namun juga melibatkan pihak-pihak bank lain dan Bank
Indonesia.

1.11.1 KarakteristikTransaksi Kliring :


 Dalam transaksi Idiring yang dipakai adalah Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia(SKNBI) yang langsung dapat meng-update ke sistem
kliring Bank Indonesia.
 Kegiatan transaksi kliring dibagi dua yaitu kegiatan kliring debet yang
terdiri atas kliring penyerahan dan Idiring pengembalian, sedangkan
kegiatan Idiring kredit hanya berupa kliring penyerahan.
 Biasanya untuk menghitung menang/kalah kliring dibuat terlebih
dahulu neraca kliring oleh masing-masing bank peserta kliring yang
merupakan perhitungan akhirkliring debet dan kredit dan dilakukan
secara nasional oleh bank peserta kliring
 Pada umumnya pihak bank mempergunakan rekening (account)
perantara "Rekening Perantara Kliring" yang berfungsi sebagai rekening
penampungan sementara untuk memperhitungkan "menang-kalah
kliring" dengan "Rekening Giro-Bank Indonesia"
 Setoran dan penarikan kliring di posting pada menu setoran atau
penarikan kliring, dengan memasukkan data dari nomor rekening masing-
masing serta mengisi referensi transaksinya. Setelah di enter sistem akan
secara otomatis running dan meminta validasi di slip sebagai bukti
transaksi.

28
 Posting setoran kliring pertama (pagi hari) belum efektifmasukke rekening
jika belum diketahui hasilnya. Sedangkan hasilnya ditolak atau tidak oleh
bank penerima baru diketahui pada siang harinya.

1.11.2 Transaksi setoran kliring :


Transaksi setoran kliring keluar yaitu transaksi setoran ke rekening nasabah yang
masih harus dikliringkan terlebih dahulu oleh bank pemilik rekening, dilakukan
dengan warkat-warkat kizring dari nasabah yang diserahkan kepada bank
peserta kliring yang akan mengkreditkan rekeningnya di bank.
 Transaksi setoran kliring keluar dilakukan dengan dua kali posting yaitu
pertamasewaktu akan di kliringkan dan belum efektif menambah saldo
rekening. Yang kedua setelah diketahui tidak ada tolakan dan untuk
menihilkan rekening perantara kliring dan memperhitungkan menang/kalah
kliring dengan pos lawan rekening giro - Bank Indonesia.
 Transaksi setoran kliring masuk yaitu transaksi setoran ke rekening nasabah
pemilik rekening di bank dengan cek atau bilyet giro bank lain, diposting
pada waktu kliring kedua (siang/sore hari).Posting langsung mengkredit
rekening nasabah dengan pos lawan Rekening Perantara Kliring dan untuk
menihilkannya dapat dibuat secara gabungan setelah semua transaksi
setoran Idiring sudah diposting.

1.11.3 Transaksi penarikan kliring :


Penarikan Idiring dilakukan dengan warkat-warkat kliring dari nasabah yang
diserahkan kepada bank peserta kliring yang akan mendebet rekeningnya di
bank.
 Penarikan kliring keluar dengan menu transfer SKNBI bank pemilik
rekening atau dengan Cek ibilyet giro bank lain, dilakukan pada Idiring
pertama (pagi hari)
 Penarikan Idiring masuk yaitu dengan menu transfer, cek, bilyet giro bank
pemilik rekening nasabah, diposting pada Idiring kedua (siang/sore hari)
 Posting langsung mendebet rekening nasabah dengan pos lawan
Rekening Perantara Kliring dan untuk menihilkannya dapat dibuat secara
gabungan setelah semua transaksi penarikan Idiring sudah diposting.

29
Contoh mekanisme dalam transaksi kliring dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Keterangan :
1) PT. A mengadakan transaksi bisnis dengan PT. B
2) PT. A membayar transaksinya dengan membuka Bilyet Giro Bank ABC dimana dia berbankir.
3) PT. B menerima Bilyet Giro Bank ABC sebagai pembayaran dari transaksi bisnisnya dengan PT. A dan
kemudian datang ke Bank Mandiri untuk dikliringkan dan hasilnya dimasukkan ke rekening
gironya
4) Bank Mandiri niengkhringkan BG Bank ABC ke Bank Indonesia
5) Bank Indonesia meneruskan BG tersebut ke Bank ABC dengan mendebet rekening Gironya di BI
6) Bank ABC meneruskan BG tersebut ke PT. A dengan mendebet rekenin g gironya
7) Bank ABC dan Bank Mandiri membuat perhitungan menang/kalah kliring ke Bank Indonesia
8) Karena tidak ada tolakan, Bank Mandiri tnengkredit rekening giro PT. B

1.12 Transaksi Mata Uang Asing (Foreign Currencies)


Besarnya skala perdagangan valuta asing, seringkali membuat bank-bank sentral
tidak mampu mencegah terjadinya gej olak mata uang. Guna mengatasi pergolakan
nilai tukar seringkali bank sentral harus melakukan intervensi untuk memulihkan
nilai tukar. Kadang-kadang intervensi satu bank sentral saja tidak mampu
mengimbangi kekuatan pasar uang bebas, sehingga diperlukan kerjasama
beberapa bank sentral untuk melakukan intervensi bersama.
Jika nilai dollar terhadap euro merosot berkepanjangan, maka untuk memulihkannya
dilakukan intervensi membeli dollar sebanyak-banyaknya dengan menggunakan
euro. Penjualan euro dalam jumlah besar akan menyebabkan nilai euro turun dan
sebaliknya nilai dollar naik.
Selain tindakan intervensi, bank sentral juga dapat menetralisir nilai tukar valuta dengan
cara menaikkan atau menuninkan suku bunga. Akan tetapi kebijakan ini biasanya hasilnya

30
lebih lambat dibandingkan tindakan intervensi langsung yang hasilnya lebih cepat.
Transaksi dalam mata uang asing (foreign currencies) hanya dapat dilakukan
bagi bank yang telah memperoleh ijin operasional sebagai bank devisa. Transaksi
ini berasal dari transaksi perbankan berupa jual-beli bank notes (uang kartal)
atau jual-beli valuta asing (uang giral) seperti produk :
 Simpanan : giro, tabungan, deposito
 Jual beli uang asing
 Ekspor - Impor

 Transfer

 Swap, Forward dan lain-lain

Pengertian jual beli dalam valuta asing tidak berarti hanya dalam arti fisik uang
diserahkan dari penjual kepada pembeli, namun juga jumlah uang yang
diserahk dengan melalui transaksi antar rekening di kantor cabang bank atau
bankkorespondenny Untuk transaksi uang kertas asing, kurs (nilai tukar) yang
digunakan adalah kurs ba notes atau spot rates, sedangkan untuk transaksi
valuta asing atau transaksi spot, ku yang digunakan adalah kurs devisa umum
(DU) yang dikeluarkan oleh Bank Indones Umumnya uang asing yang sering
diperdagangkan adalah mata uang yang termasuk dalam golongan comvertible
currencies seperti : ►

USD = Amerika dollar


AUD = Australia dollar
SGD = Singapura dollar
Euro = Euro Negara-negara Eropa
GBP = Poundsterling Inggris
HKD = Hongkong dollar
JPY = Jepang Yen
FRF = France Perancis
CAD = Canada dollar

31
1.12.1 Pencatatan Transaksi Mata Uang Asing
Menurut PAPI Revisi 2008, metode pencatatan transaksi mata uang asing adalah
sebagai be_rilcut :

1. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan


menggunakan kurs laporan (penutupan) yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan rata-rata kurs beli dan kurs
jual berdasarkan Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari.
2. Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua
metode yang dapat digunakan yaitu :
a. single currency (satu jenis mata uang)
b. multi currency (lebih dari satu jenis mata uang)
3. Pengertian dan karakteristik :
a. Single currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan
membukukan langsung ke dalam mata uang dasar (base currency)
yang digunakan yaitu mata uang rupiah/Indonesian Rupiah (IDR).
Karakteristik dari single currency adalah sebagai berikut :
 Neraca yang diterbitkan hanya dalam mata uang rupiah

 Saldo rekening dalam mata uang asing dicatat secara


extracomptable
 Penjurnalan tidak menggunakan pos rekening perantara mata

uang asing
 Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing dilakukan

langsung per rekening yang bersangkutan.

b. Multi currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan


membukukan langsung ke dalam mata uang asing asal (original
currency) yang digunakan pada transaksi tersebut. Karakteristik dari
multi currency adalah sebagai berikut:
 Neraca dapat diterbitkan dalam setiap mata uang asing asal
(original currency) yang digunakan
 Untuk mengetahui posisi keuangan gabungan seluruh mata
uang, diterbitkan neraca dalam base currency

32
 Penjurnalan menggunakan pos rekening perantara
 Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing
dilakukan melalui rekening perantara mata uang asing.
Penjabaran ekuivalen rupiah dari rekening rekening tersebut
hanya dilakukan dalam rangka pelaporan neraca
 Pencatatan biaya dan pendapatan mata uang asing dilakukan
sebagai berikut:

a. Jika menggunakan single currency seluruh biaya dan


pendapatan mata uang asing dicatat dalam Rupiah.
b. Jika menggunakan multi currency
1) Seluruh biaya dan pendapatan mata uang asing dicatat
dalam mata uang asal
2) Agar saldo biaya dan pendapatan mata uang asing tidak
menimbulkan selisih kurs revaluasi maka pada Oetiap akhir
hari, saldo rekening biaya dan pendapatan mata uang asing
tersebut dipindahbukukan ke rekening biaya dan pendapatan
rupiah

Dalam transaksi valuta asing hal-hal yang perlu diketahui antara lain
sebagai berikut:

 Transaksi Bank Notes adalah transaksi jual-beli valuta asing


secara tunai dari mata uang asing yang berbeda jenisnya,
seperti nasabah menginginkan Dollar dan bank membayar
dalam Rupiah. Dalam transaksi ini bank bertindak sebagai
foreign exchange.

 Transaksi bank notes merupakan transaksi uang tunai (kartal)


yang berasal dari jual beli uang kertas asing (JBUKA).

 Transaksi valuta asing adalah semua transaksi yang


mernpergunakan valuta asing, dari valuta asal ke valuta yang
diinginkan atau sebaliknya dari valuta asing ke valuta asal,
sehingga timbul jual beli antara bank dengan nasabahnya atau
antara bank dengan bank. Transaksi Valuta Asing merupakan

33
transaksi non tunai yaitu uang giral yang berasal dar jual beli
valuta asing(JBVA ).
Rekening general ledger yang dipakai dalam buku ini untuk transaksi
bank notes (tunai) adalah rekening perantara aset "Jual Beli Uang
Kertas Asing" dalam valuta rupiah dan untuk valuta asing rekening
perantara "Rekening Uang Kertas Asing" (kredit) dan unt transaksi
valas non tunai adalah "Jual Beli Devisa Umum" untuk rupiah dan dalam
valu asing "Rekening Devisa Umum".
Jadi tiap terjadi transaksi uang tunai valas akan merujuk kepada general
ledger pos law "Rekening Uang Kertas Asing" atau transaksi non tunai
rekening "Rekening Devisa Umum Jurnal yang berkaitan dengan
transaksi valuta asing dan transaksi bank notes dapat dilih pada contoh
jurnal jual beli valas dihawah ini.
Keuntungan dari jual-beli bank notes atau jual-beli valuta asing
berasal dari selisih ku pada saat terjadinya transaksi, dan pada akhir
bulan dihitung oleh sistem komputer seca kumulatif dari saldo jumlah
akun buku besar "Rekening Uang Kertas Asing" dan "Rekeni Devisa
Umum" atas dasar kurs akhir bulan(NTR).
Sehingga akhirnya masing-masing buku besar tersebut akan bersaldo
nihil dan kemudi akan muncul keuntungan kalau bersaldo kredit atau
kerugian kalau bersaldo debet d transaksi tersebut yang dimasukkan
kedalam buku besar "POL Laba Rugi kurs FX D atau UKA"
Jika kantor cabang tidak memiliki persediaan (stock) valuta Dollar atau
valuta asing lain maka harus membeli dahulu stock valuta asingnya ke
Kantor Pusatnya dengan memakai rekening perantara "Rekening Antar
Kantor" dalam valuta asing.
Ringkasan
Akuntansi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses
pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian dari kejadian yang
bersifat keuangan yang memungkinkan pembuatan kebijakan dan keputusan
oleh pemakainya.
Dalam persamaan dasar akuntansi dibangun pemahaman antara hak dan

34
kewajiban. Hak merupakan kekayaan atau aktiva atau asset. Hak ini ada karena
telah timbul kewajiban. Konsep akuntansi menghendaki keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Oleh karena itu setiap pertambahan kewajiban bank, harus
diikuti peningkatan hak atau asset.

Latihan Soal
1. Buatlah persamaan dasar akuntansi dengan studi kasus dibawah ini:
 Setoran Tunai untuk modal awal PT. Faustine sebesar Rp. 20.000.000,-
 PT. Faustine mendapat pinjaman bank sebesar Rp 50.000.000,-
 PT. Faustine membeli barang dagangan dengan utang dagang kepada
suplier sebesar Rp 25.000.000,-
 PT. Faustine menjual barang dagangan sebesar Rp 30.000.000,-
 PT. Faustine membayar gaji pegawai sebesar Rp 10.000.000,-
2. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan laporan keuangan yang akurat agar
dapat dimanfaatkan oleh pihak pihak yang berkepentingan. Siapakah pihak
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut?
3. Apakah fungsi dari buku besar dan buku pembantu / tambahan dalam suatu
sistem informasi akuntansi bank?
4. Jenis uang apa saja yang sering diperdagangkan atau yang termasuk dalam
golongan comvertible currencies?
5. Kurs atau nilai tukar dikeluarkan oleh bank Indonesia, jelaskan jenis kurs yang
ada di Indonesia dan penggunaannya?

35
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 2
JUDUL POKOK BAHASAN

Capaian : Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat


Pembelajaran memahami pentingnya mempelajari Bank Syariah, Kegiatan Usaha Bank
Syariah, Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Umum

Sub Pokok Bahasan : 2.1 Pengertian Bank


2.2 Bank Indonesia
2.3 Arsitektur Perbankan Indonesia
2.4 Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional
2.5 Program Penguatan Kualitas Pengaturan Perbankan
2.6 Program Penguatan Perlindungan Nasabah
2.7 Otoritas Jasa Keuangan
2.8 Bank Syariah
2.9 Bank Perkreditan Rakyat
2.10 Bank Umum
Daftar Pustaka : 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000. Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
2.1. Pengertian Bank
Bank sebagai badan usaha yang hergerak dalam bidang jasa keuangan sudah
lama dikenal oleh masyarakat umum, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, ibu
rumah tangga maupun para pegawai. Apalagi para pelaku bisnis hampir
semuanya memerlukan jasa perbankan untuk kepentingan memperlancar
usahanya. Dengan semakin berkembangnya dunia usaha, maka herdampak pula
kepada industri perbankan. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya lalu lintas
pembayaran, pemberian dana oleh bank maupun dalam penghimpunan dana
dari perusahaan maupun dari masyarakat.
Perananan bank sebagai lembaga intermediasi dalam bidang keuangan cukup
strategis baik untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang. Dengan
beragamnya fasilitas perbankan yang dimiliki seperti : ATM, Bank cards (debit
card, credit cards), SMS Banking, Internet Banking dan lain-lain, serta
kemudahan dalam penarikan penyetoran dana maupun beragamnya instrument
perbankan dalam perkreditan maka membuat masyarakat sudah terbiasa
dengan jasa pelayanan melalui bank.
Pengertian Bank menurut pasal I Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
perbankan adalah sebagai berikut : Bank adalah Badan usaha yang menghimpun
dana dart masyarakat dalam bentuk simpanan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk bentuk lainnya untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui usaha bank meliputi :
 Menghimpun dana dalam bentuk simpanan
 Menyalurkan dana dolma bentuk kredit atau pinjaman
 Bentuk bentuk usaha lainnya
 Menghimpun dana (funding) dalam bentuk simpanan yaitu kegiatan
mengumpulkan uang dari masyarakat maupun dari badan usaha dalam
bentuk rekening tabungan, rekening giro, deposito berjangka dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Menyalurkan dana (lending) dalam bentuk kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pemberian fasilitas kredit kepada nasabah maupun masyarakat umum yang
membutuhkan bantuan pembiayaan bank, antara lain berupa
 Kredit Modal Kerja : KMK-UKM, KMK-KUK, KMK-KKU, KMK Ekspor
 Kredit Investasi : KI-UKM, KI-KUK Kredit perkebunan, Kredit konstruksi,
Kredit untuk Pembangunan Lahan Perurnahan
 Kredit Konsurntif : Kredit Tanpa Agunan, Kredit Pemilikan Rumah, dan
lain-lain.
Sedangkan bentuk-bentuk usaha lainnya dari bank yaitu jasa bank lainnya
seperti : penerbitan Bank Garansi, Pengiriman uang (transfer), Kliring, Jual-beli
valuta asing, L/C, Pembayaran gaji, uang kuliah dan lain-lain.
Berdasarkan kepemilikannya, pada saat ini bank yang beroperasi di Indonesia
terdiri dari :
 Bank Swasta Nasional
 Bank Pemerintah
 Bank Asing
 Bank Campuran (swasta dan asing)
Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, jenis bank
terdiri dari :
1. Bank Indonesia (BI)
2. Bank Umum berdasarkan prinsip Syariah
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
4. Bank Umum berdasarkan prinsip Konvensional

Sejarah perkembangan perbankan di Indonesia melalui proses yang cukup


panjang dimulai dari timbulnya bank-bank milik pemerintah bekas peralihan dan
Bank-bank milik Pemerintah Hindia Belanda, periode timbulnya deregulasi tahun
1983 kemudian krisis moneter tahun 1997 dan kondisi perbankan saat ini.
Dengan pendekatan alas dasar UU Perbankan, maka perkembangan perbankan
dapat disusun dalam beberapa tahap yaitu :
 Periode timbulnya Undang-undang Perbankan No.14 tahun 1967
 Periode LTU Perbankan No.14 tahun 1967 sampai dengan timbulnya UU
No.7 tahun 1992
 Periode UU Perbankan No.7 tahun 1992 sampai dengan timbulnya UU No.10
tahun 1998
 Periode setelah UU Perbankan No.10 tahun 1998 sampai dengan sekarang

2.1.1 Periode timbulnya UU Perbankan No.14 Tahun 1967


Timbulnya UU No.14 tahun 1967 dikarenakan kondisi perekonomian pada saat
itu yang amat terpuruk sehabis timbulnya gerakan G.30 S PKI pada tahun 1965
dan berlanjut dengan penggantian pemerintahaan oleh orde baru. Pemerintah
merasa perlu mengadakan penataan kembali roda perekonomian, sistem
moneter dan perbankan di Indonesia.
Walaupun tidak diketahui angka yang pasti, namun diketahui bahwa tingkat
inflasi saat ini cukup tinggi sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 keluar
Perpres no. 27/1965 yang isinya mengadakan devaluasi nilai rupiah dari Rp
1000 menjadi Rp 1
Kondisi saat itu sama halnya dengan kondisi krisis ekonomi yang melanda
Indonesia awal juli 1997 yang berakibat dengan krisis perbankan, namun dalam
krisis moneter yang kedua ini pemerintah tidak mengambil langkah langkah
devaluasi seperti pada krisis dimasa itu.
Pada saat itu bank-bank di Indonesia terdiri atas :
 Bank-bank Pemerintah bekas peralihan dari Pemerintah Hindia Belanda
yang kemudian dinasionalisir menjadi Bank milk Pemerintah Indonesia
yaitu :
a. De Javasche Bank NV. menjadi Bank Indonesia (BI)
b. De Post Paar Bank menjadi Bank Tabungan Negara (BTN)
c. Nederland Handle Maatscappij menjadi Bank Ekspor Impor
Indonesia (BEII)
d. De Escompto Bank NV menjadi Bank Dagang Negara (BDN)
e. Nationale Handles Bank - Bank Bumi Daya (BBD) Bank Negara
Indonesia 1946
 Bank Negara Indonesia 1946
 Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
 Bank Pembangunan Daerah (BPD)
a. Bank Asing
Berdasarkan peraturan pemerintah no 3 tahun 1968 telah diijinkan beroperasi
10 buah bank asing yang semunya beroperasi di jakarta, terdiri dari Bank of
America, American Express Hongkk,Chase Manhattan Bank, City Bank,
Standard Chartered Bank, European Asian Bank, Hongkon and Shanghai
Banking Corporation, Bank Of Tokyo, Bangkok Bank dan Algemene Bank
Nederland.
b. Bank Swasta Nasional
Sedangkan bank umum swasta yang telah beroperasi antara lain: Bank Buana
Indonesia, Bank Bali, Bank Umum Nasional, Bank Niaga, Bank Pasific, Bank
Central Asia, Bank Duta, Overseas Exspress Bank, Pan Indonesia Bank, Bank
Dagang Nasional Indonesia.

2.1.2 Periode UU Perbankan No. 14 /1967 – No. 07 /1992:


Pada kurun waktu ini (tahun 1967 sampai dengan 1992) Bank-Bank yang
beroperasi diIndonesia mulai bertambah jumlahnya. Sebelum dikeluarkannya
deregulasi pada tanggal 1 Juni 1983, dunia perbankan ditandai dengan campur
tangan Bank Indonesia sebagai Bank sentral. Bank Pemerintah merupakan
kepanjangan tangan dari pemerintah baik dalam bidang penempatan dana
maupun pemberian kredit. Bank-bank swasta cenderung konvensional dan
kurang professional dalam mengelolanya.
Dalam hal sumber dana, berasal dari Departemen-departemen yang hanya
diperbolehkan disimpan di bank-bank milik pemerintah. Penggunaan dana
bank-bank dalam hal pemberian kredit ditentukan oleh Bank Indonesia, dan
untuk pemberian kredit kepada masyarakat umum khususnya golongan
ekonomi lemah, bank sebatas Kredit KIK/KMKP.
Setelah digulirkannya paket kebijaksanaan "deregulasi dan debirokratisasi"
pada tanggal 1 Juni 1983 maka mengubah praktek-praktek perbankan yang
lebih profesional, selanjutnya Paket ini bersifat fundamental dan merupakan
titik awal daripada paket-paket kebijaksanaan selanjutnya.
Pada periode sampai dengan timbulnya UU No.7 tahun 1992, kebijakan-
kebijakan yang telah diambil Pemerintah dalam bidang perbankan dapat dicatat
sebagai berikut :
 Paket Kebijakan tanggal 1 Juni 1983 atau disebut Deregulasi dan
debirokratisasi yang memuat kebijakan-kebijakan dari pemerintah.
Deregulasi dan debirokratisasi adalah penyederhanaan peraturan-peraturan
dalam kemudahan pemberian ijin serta privasi operasional dalam bidang
perbankan di Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Dengan keluarnya
paket ini maka:
1. Bank-bank lebih leluasa dalam memberikan kredit sesuai dengan
kemampuannya dan campur tangan Bank Indonesia dalam
implementasi kredit dikurangi. Variabel kuantitas (kredit yang diberikan
kepada bank Negara) diganti dengan variabel harga.
2. Bank diberi kebebasan menentukan sendiri suku bunga deposito,
tabungan maupun suku bunga kredit dalam rangka meningkatkan
mobilisasi dana dari dan kepada masyarakat.
3. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan bank-
bank kepada Bank Indonesia dan Kredit Likuiditas BI dikurangi kecuali
untuk sektor yang berprioritas.
Selanjutnya dalam memacu pertumbuhan dunia perbankan, pemerintah
pada tanggal 27 Oktober 1988 mengeluarkan Paket kebijaksanaan yang
dikenal dengan nama Pakto tahun 1988.
 Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 atau disebut Pakto 1988 memuat
kebijakan yang dituangkan dalam surat edaran Bank Indonesia antara lain:
a. Kemudahan Pembukaan Kantor Cabang Bank Pemerintah, Bank
Pembangunan Daerah, Bank Swasta Nasional dan Bank Koperasi.
b. Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Bank Asing. Pembukaan
Kantor Cabang
c. Pendirian Bank Swasta Baru, Bank Swasta Nasional dan Bank
Koperasi. Pendiri Bank Campuran, Pendirian dan usaha serta
perninan Bank Perkreditan Rakyat.
d. Perluasan Bank Devisa Penunjukkan bank Pembangunan daerah,
bank Umum Swasta nasional dan bank Umum Koperasi menjadi
Bank Devisa.
e. Perluasan Penyelenggaraan Tabungan oleh Bank, Penempatan Dana
Badan Usaha Negara dan badan Usaha miliki Daerah pada Bank dan
lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
f. Sektor Perkreditan : Batas Maksimum Pemberian Kredit kepada
debitur dan Debitur Grup, perihal Pemberian Kredit kepada Pengurus
dan atau Pemegang Saham
g. Pemeliharaan Likuiditas Wajib Minimum dalam Rupiah Bagi bank dan
Lembaga keuangan Bukan bank (LKBB), perihal Pemeliharaan
Likuiditas Wajib Minimum dalam Valuta Asing oleh Bank Devisa.
h. Penerbitan deposito ; penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Pajak atas Bunga Deposito
Berjangka, Sertifikat Deposito dan Tabungan.
i. Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Perdagangan Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU).
j. Penunjukkan Bank Pembangunan Daerah, Bank Umum Swasta
Nasional dan Bank Umum Koperasi menjadi Bank Devisa.
Dengan dikeluarkannya paket-paket tersebut maka :
a. Diharapkan terciptanya pertumbuhan industri perbankan dan
lembaga keuangan bukan bank, sehingga dapat memacu
pertumbuhan ekonomi dan terciptanya lapangan kerja.
b. Adanya peningkatan di sektor Ekspor non migas.
c. Monopoli dana badan usaha Milik Negara yang semula hanya
diperbolehkan ditempatkan di Bank BIJIVENT, kini 50 % boleh
ditempatkan di Bank swasta.
d. Likuiditas minimal bank yang semula 15 % diturunkan menjadi 2 %
e. Banyak pendirian bank-bank swasta nasional yang baru
 Paket Kebijakan 20 Desember 1988 atau disebut dengan Pakdes yang
meliputi:
a. Kesempatan membuka perusahaan asuransi dan lembaga
pendukungnya.
b. Pendirian perusahaan pembiayaan yang menialankan kegiatan dalam
bidang : anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura, sewa guna
usaha, pembiayaan konsumen dan kartu kredit.
c. Ketentuan lain di pasar modal dan penyelenggaraan bursa efek oleh
pihak swasta.
 Paket Kebijakan 25 Afaret 1989 atau Pakmar yang merupakan paket lanjutan
dan penyempurnaan dari kebijakan paket-paket terdahulu antara lain
a. Perihal Peleburan usaha dan Penggabungan Uasaha bagi bank Umum
Swasta Nasional, Bank Pembangunan dan Bank Perkreditan Rakyat
b. Pemilikan Modal Bank Campuran, Penyempurnaan Pendirian dan Usaha
BPR
c. Ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit kepada debitur dan
debitur grup serta pengurus, pemegang saham dan keluarganya.
d. Pemeliharaan Likuiditas Wajib Minimum dalam Rupiah dan valuta Asing.
e. Posisi Devisa Neto Bank Devisa dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Pengertian Kredit Ekspor , Kredit Investasi dan Penyertaan Modal.

 Paket Kebijakan 29 Januari 1990 atau disebut "Pakjan 29/1990" yang memuat
kebijakan antara lain :
a. Dalam bidang Perkreditan : semua bank tidak mendapatkan lagi bantuan
kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLB1). Dengan keluarnya paket ini
maka program kredit untuk usaha ekonomi lemah KIK dan KMKP tidak
perlu dilanjutkan lagi. Demikian juga Kredit atas dasar Kelayakan Usaha
maksimal sebesar Rp.75 juta.
b. Sebagai gantinya dikeluarkan program fasilitas kredit usaha kecil (KUK)
dengan limit maksimal Rp.200 juta. Dan setiap bank diharuskan
menyalurkan 20 % dari kreditnya untuk pengusaha golongan ekonomi
lemah.
 Paket Kebijakan 28 Pebruari 1991 atau disebut Pakbri 28/1991 juga
merupakan penyempurnaan dari paket-paket terdahulu antara lain :
a. Penyempurnaan sistem penilaian tingkat kesehatan bank.
b. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan bank
c. Ketentuan permodalan, penilaian alaiva produktif dan pembentukan
cadangan dan jaminan kredit.
d. Penyempurnaan sistem penilaian tingkat kesehatan bank.
e. Ketentuan yang berkaitan dengan upaya penyehatan bank yang terdiri
dari :
 Perijinan, pemilikan dan kepengurusan bank
 Tingkat kesehatan bank dan sanksi pelanggaran
 Laporan bank
 Prinsip kehati-hatian

2.1.3 Periode UU Perbankan No.7/1992 — No.10/1998 :


Pada periode ini bermula ditandai dengan meningkatnya Industri Perbankan
yang diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup balk. Perubahan
ekonomi yang begitu cepat dan kompetitif dengan segala perrnasalahart yang
ada, memerlukan penyesuaian tentang kebijak ekonomi dan sistem keuangan
yang ada.
Pada periode ini dapat dicatat hal-hal sebagai berikut :
o Bank-bank swasta yang dahalia relatif sedikit, kini menjadi ratusan bank
dengan sendirinya banyak menyerap tenaga kerja
o Produk perbankan beryariasi dengan bermacam-macam instrumen.
o Tingkat persaingan antar bank cukup tinggi
o Masing-masing bank berusaha mencapai profit yang tinggi, sehingga
mengabaikan batas maksimum pembeiian kredit (BMPK)
o Dan lain-lain
Adapun kebiiakan-kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah dalam bidang
perbank pada periode ini antara lain sebagai berikut :
 Paket kebijakan 29 Mei 1993 merupakan penyempurnaan dari paket-paket
terdahulu meliputi :
a. Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, Batas Maksimum
Pemberian Kredit Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank.
b. Kualitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Akt
Produktif khusus bagi Bank Umum.
c. Persyaratan Bank umum bukan devisa menjadi Bank Umum Devisa
d. Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

Krisis moneter pada bulan Juli 1997 mengakibatkan krisis perbankan,


menladikan Industri terpuruk. Pada saat itu terdapat Bank yang dilikuidasi atau
Bank Beku Operasi 38 buah, 9 buah bank swasta nasional yang ikut program
rekapitulasi dan 73 buah a nasional yang tidak ikut dalam program rekapitulasi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka Pemerintah memandang perlu
mengadakan yang mendasar khususnya dalam bidang perbankan, salah
satunya adalah dengan mengeluarkan Undang-undang No.10 Tahun 1998
tentang Perbankan.

2.1.4 Periode setelah UU Perbankan No.10/1998


Periode ini pembenahan dalam industri perbankan masih berjalan terus sejalan
dengan Pemerintah dalam mengatasi krisis moneter dan berusaha mencegah
dampak krisis dunia sebagai akibat dari krisis moneter di Amerika tahun 2008.
Berikut dibawah ini adalah jenis-jenis bank yang beroperasi di Indonesia yang
terdiri dari Bank Indonesia, Bank Syariah, Bank Perkreditan rakyat dan Bank
Umum Konvensional.

2.2 Bank Indonesia (BI)


Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia, dalam pembangunan
perekonomian mempunyai posisi yang sangat strategis dan sangat penting. Bank
Indonesia merupakan induknya bank atau "Bank nya bank" dan mempunyai
tugas-tugas untuk mengatur, mengkoordinir dan mengawasi serta mengambil
langkah-langkah kebijakan yang diperlukan bidang perbankan. Selain itu Bank
Indonesia mempunyai kewenangan dalam bidang moneter yaitu dalam hal
penerbitan dan penyaluran uang rupiah, dan juga kewenangan mengendalikan
jumlah uang yang beredar baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing.
Adapun visi dan misi Bank Indonesia dari data yang dapat diakses di internet
melalui://www.bi.go.id , adalah sebagai berikut :
a. Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional
maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta
pencapaian intlasi yang rendah dan stabil.
b. Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.
c. Sasaran Strategis Bank Indonesia
Mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank Indonesia
menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
1. Memelihara kestabilan moneter.
2. Memelihara kondisi keuangan bank Indonensia yang sehat dan
akuntabel.
3. Meningkatkan efektifitas manajemen moneter.
4. Meningkatkan sistem perbankan yang sehat dan efektif serta sistem
keuangan yang stabil.
5. Memelihara keamanan, kehandalan, dan efesiensi sistem pembayaran
6. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan Good Corporate Governance
7. Memperkuat institusi Bank Indonesia melalui penciptaan sinergi antara
SDM, Informasi Pengetahuan dan Rancangan Organisasi dengan
strategi Bank Indonesia.
8. Mengarahkan dan memantau efektivitas perubahan strategi Bank
Indonesia.

Pengertian Bank Indonesia sesuai pasal 4 UU. No.3 Tahun 2004 Tentang
perubahan atau UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, adalah sebagai
berikut :
a. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia
b. Bank Indonesia adalah lembaga Negara yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam Undang-undang.
c. Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang.

2.2.1 Status dan Kedudukan Bank Indonesia


Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah
undang-unda baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari
campur tangan Pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga
negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam
merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan
mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewanban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk
apapun dari pihak manapun juga.
Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah
memberi kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia Sebagai Lembaga negara yang independen
kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar den Lembaga Tinggi Negara.
Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan
Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah.
Status kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih
efektif dan efisien.

a. Status dan Badan Hukum


Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum
per ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank
Indonesia berwe menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang, mengikat seluruh masvarakat luas sesuai
dengan tugas dan wewenangnya.
Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas
nama sendiri didalam maupun diluar pengadilan. Status dan kedudukan yang
khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran
dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

b. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia


Sesuai pasal 7 UU No. 3 Tahun 2004 Tentang perubahan atas UU lgo_23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, Tujuan Bank Indonesia adalah:
o Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
o Melaksakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten,
transparan dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah
dibidang perekonomian.
Dalam sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal
yaitu memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung
dua aspek yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
2.2.2 Tiga Pllar Tugas Bank Indonesia
Berdasarkan Data dari Bank Indonesia yang dapar terakses melalui
http://www.bi.go.id, untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung
oleh tiga pillar yang merupakan tiga tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

a. Pilar I : Menetapkan dan melaksanakan Kebijakan Moneter


Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Arah kebijakan ini didasarkan pada laju inflasi yang ingin dicapai dengan
memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter
dilakukan dengan menetapkan suku bunga (BI Rate). Perkembangan indikator
tersebut dikendalikan melalui piranti moneter tidak langsung, yaitu
menggunakan operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan
penetapan cadangan wajib minimum perbankan. Pendekatan pegendalian
moneter secara tidak langsung ini telah dilakukan sejak 1983 dengan
mekanisme operasional yang disesuaikan dengan dinamika perkembangan
pasar uang di dalam negeri
1. Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka (OPT) dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas
rupiah di pasar uang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat
suku bunga. OPT dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui penjualan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Intervensi Rupiah Penjualan SBI
dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi benar-
benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sedangkan kegiatan
intervensi rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyesuaikan
kondisi pasar uang, baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.
2. Penetapan Cadangan Wajib Minimum
Kebijakan ini mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva
lancar yang besarnya adalah persentasi tertentu dari kewajiban segeranya
Saat ini, kebijakan ini tertuang dalam ketentuan Giro Wajib Minimum
(GWM) sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang diterima bank, yang wajib
dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan di Bank Indonesia.
Apabila Bank Indonesia memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan
moneter maka cadangan wajib tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian
pula sebaliknya.
3. Peran sebagai Lender of The Last Resort
Bank Indonesia juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam
melaksanakan funsi ini, Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya
mismatch dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut berjangka waktu
maksimal 90 hari, dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan
agunan yang berkualitas tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai
sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman.
4. Kebijakan Nilai Tukar
Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam
rangka tercapai stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan
ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlu untuk terciptanya iklim yang
kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Secara garis besar, sejak
tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu :
1. Sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978,
2. Sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan
3. Sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate
system) sejak 14 Agustus 1997.
Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah
sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah
benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan
permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada
waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing,
khususnya pada terjadi gejolak kurs yang berkelebihan.
5. Pengelolaan Cadangan Devisa
Cadangan Devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri Pemerintah
dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi
internasional Dalam mengelola cadangan devisa, Bank Indonesia lebih
mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dibandingkan
dengan keuntungan yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia
tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar
internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya
pergeseran dalam portofolio komposisi jenis penempatan cadangan
devisa.
Dalam mengelola cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia
menerapkan sistem diversifikasi baik berdasarkan jenis valuta asing
maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut
diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat
dikompensasikan oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang
mempunyai nilai yang lebih baik.
6. Kredit Program
Dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang
independen, pemberian kredit program yang selama ini dilakukan
selanjutnya berada di luar lingkup tugas Bank Indonesia.
Tugas pemberian kredit program akan dilakukan oleh Badan Usaha Milk
Negara (BUMN) yang ditunjuk Pemerintah. Pengalihan tugas ini
dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat lebih memfocuskan perhatian
pada pencapaian sasaran-sasaran moneter serta agar dapat tercipta
pembagian tugas yang baik antara Pemerintah dan Bank Indonesia.

b. Pilar 2 : Mengatur dan Menjaga kelancaran Sistem Pembayaran


Sesuai dengan undang undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan
satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan
uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.
Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
Bank Indonesia berwenang melaksanakan memberi persetujuan dan perizinan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik
yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya
misalnya sistem pembayaran berbasis kartu. Untuk mewujudkan suatu sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia secara
terus menerus melakukan pengembangan sesuai dengan acuan yang
ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan
tersebut direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang diarahkan
pada pengurangan resiko pembayaran antar bank dan peningkatam dalam
pelayanan jasa sistem pembayaran.
Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa
pembayaran sebagian besar dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening
bank baik di Bank Indonesia. Hubungan bilateral antar bank maupun melalui
jaringan internal bank yang dimiliki. Layanan pembayaran antar dana nasabah
biasanya dilakukan melalui transfer elektronik. Sistem kliring maupun melalui
sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Dan sisi piranti pembayaran, secara historis sistem pembayaran non tunai di
Indonesia didominasi oleh piranti pembayaran berbasis warkat, namun dalam
perkembangannya piranti elektronik mulai banyak berperan terutama sejak
dioperasikannya sistem BI-RTGS untuk penyelesaian transaksi bernilai besar
atau urgent. Sementara itu dalam kaitannya dengan pengawasan sistem
pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyaraka luas
dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan
aman.
Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini selain berwenang untuk
memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan
dibidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank
Indonesia maupun pihak lain diluar Bank Indonesia.

c. Pilar 3 : Mengatur dan Mengawasi Perbankan di Indonesia


Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas bank, dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesu dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan
ketentuan ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-
hatian. Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan
dan mencabut izin usaha bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin
pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank memberikan persetujuan
atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. Di bidang pengawas.
Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung.
Pengawas langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala
maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan
melalui penelitian, analisis dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan
oleh bank.

2.3 Arsitektur Perbankan Indonesia (API)


Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk,
dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun
ke depan. Arah kebijaksanaan pengembangan industri perbankan di masa datang
yang dirumuskan dalam API dilandaskan oleh visi mencapai suatu sistem
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna mencipta kestabilan sistem
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai
kelanjutan dari program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak
tahun 1998, maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan
API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri
perbankan Indonesia ke depan. Peluncuran API tersebut tidak terlepas pula dari
upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali perekonomian
indonesia melalui penerbitan buku putih pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5
Tahun 2003 dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih
tersebut.
Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih
kuat dan dengan memperhatikan masukan masukan yang diperoleh dalam
mengimplementasikan API selama dua tahun terakhir, maka bank Indonesia
merasa perlu menyempurnakan program program kegiatan API tersebut tidak
terlepas dari perkembangan perkembangan yang terjadi.

2.4 Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional


"Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang manipu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan" Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank
umum (konvensional syariah) dalam rangka meninstkatkan kemampuan bank
mengelola usaha maupun mengembangkan teknologi informasi, maupun
meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas
pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan
bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya peningkatan modal bank-bank
tersebut dapat dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target
waktu, dan tahap pencapaian.
Cara pencapaiannya melalui:
a. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru;
b. Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai
persyaratan modal minimum baru;
c. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
d. Penerbitan subordinated loan
Dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan program peningkatan
permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur
perbankan yang lebih optimal, yaitu terdapatnya:
 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan
kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta
memiliki modal di atas Rp.50 triliun;
 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas
dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp.10 triliun
sampai dengan Rp.50 triliun;
 30 sarnpai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha
terten sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank.
Bank-bank terseb memiliki modal antara Rp.100 miliar sampai dengan
Rp.10 triliun;
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas
ya memiliki modal di bawah Rp.100 miliar.
Secara keseluruhan, struktur perbankan Indonesia dalam kurun waktu sepuluh
sampai lima belas tahun ke depan diharapkan akan terbentuk sebagaimana
digambarkan sebagai berikut :
Bank Internasional

Bank Nasional

Daera Kopera Ritel Lainnya


ha si

BPR Bank dengan Usaha


terbatas

2.5 Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan


"Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu
pa standar internasional" Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas
pengaturan serta memen standar pengaturan yang mengacu pada international
best practices. Program tersebut da dicapai dengan penyempurnaan proses
penyusunan kebijakan perbankan serta penera 25 Basel Core Principles for
Effective Banking Supervision secara bertahap dan menyelur Dalam jangka waktu
lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar den negara-negara
lain dalam penerapan international best practices termasuk 25 Basel C Principles
for Effective Banking Supervision. Dan sisi proses penyusunan kebijakan
perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia telah
membuat sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang telah
melibatkan banyak pihak.

2.6 Program Peningkatan Perlindungan Nasabah


"Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan"
Program ini bertujuan untuk memberdayak an nasabah melalui penetapan standar
penyusunan mekanisme pengaduan nasabah. pendirian lembaga mediasi
independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi
bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program-
program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada sistem
perbankan.
2.7 Otoritas Jasa Keuangan (Ojk)
Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat dan tantangan bisnis yang
mengglobal menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap industri jasa
keuangan di negara kita. Apalagi timbulnya krisis moneter di negara-negara main
seperti, Amerika dan beberapa negara Eropa lainnya menjadikan pemerintah
mernandang perlu adanya suatu sistim keuangan yang stabil, kuat dan kredibel
terhadap lembaga jasa keuangan yang ada saat ini, baik disektor Perbankan
maupun lembaga keuangan non bank.
Undang-Undang No.21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan pada
dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari
lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa
keuangan, yang semula pengawasan dan pengaturan perbankan dilakukan oleh
Bank Indonesia dan Lembaga Non Bank dilakukan oleh Bapepam-LK. Kini baik
bank maupun non bank dilakukan oleh suatu lembaga yang dinamakan Otoritas
Jasa Keuangan-OJK yang merupakan wadah seluruh Jasa Keuangan. Peralihan ini
berlaku efektif sejak tanggal 31 Desember 2012 bagi Lembaga Keuangan non
bank dan tanggal 31 Des 2013 untuk Bank Otoritas Jasa Keuangan adalah suatu
lembaga yang dibuat oleh Pemerintah yang bergerak dalam bidang pengawasan
dan pengaturan lembaga-lembaga keuangan, baik Bank maupun non bank.
Menurut Undang-Undang No.21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan;
yang dimaksud Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan terkait
kegiatan jasa keuangan Bank dan non bank.
Sesuai ketentuan peralihan ayat 1 pasal 55 Undang-Undang Nomor 21; Sejak
tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian. Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya beralih dan
Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke
OJK.
a. Dewan Komisoner
Dewan Komisioner adalah pemegang jabatan tertinggi di dalam lembaga
Otoritas Jasa Keuangan yang bersifat kolektif dan kolegial beranggotakan 9
(sembilan) orang anggota yang memiliki hak suara yang sarna, ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.
Susunan Dewan Komisioner terdiri atas:
1. Seorang Ketua merangkap anggota
2. Seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota
3. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota
4. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota
5. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap
anggota
6. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota
7. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan
Konsumen
8. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan
anggota Dewan
9. Gubernur Bank Indonesia
10. Seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang
merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan.

Prosedur pengangkatan Dewan komisioner melalui tahapan sebagai berikut


a. Pemilihan calon anggota Panitia seleksi
b. Pemilihan talon anggota Dewan Komisioner oleh Panitia seleksi
c. Pengusulan calon ketua, wakil ketua dan anggota Dewan Komisioner
oleh Presiden
d. Penetapan calon ketua, wakil ketua dan anggota Dewan Komisioner
e. Pemilihan calon anggota Panitia seleksi

1) Pemilihan calon anggota panitia seleksi


Pemilihan dan penentuan calon anggota Dewan Komisioner diusulkan kepada
Presiden dan dilaksanakan oleh Panitia Seleksi yang dibentnk dengan
Keputusan Presiden
a. Paling singkat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota
Dewan Komisioner;
b. Atau paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal kekosongan jabatan atau
penetapan pemberhentian anggota Dewan Komisioner karena sesuatu
alasan.
Panitia Seleksi beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri atas unsur
Pemerinta Bank Indonesia dan Masyarakat
2) Pemilihan calon anggota dewan komisioner oleh panitia seleksi.
Setelah panitia seleksi terbentuk, kemudian melakukan pemilihan calon
anggota Dewan komisioner sebagai berikut :
a. Panitia Seleksi mengumumkan penerimaan calon anggota Dewan
Komisioner kepada masyarakat paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
ditetapkannya Panitia.
b. Pendaftaran calon dilakukan dalam waktu 12 hari kerja secara terus
menerus.
c. Panitia seleksi melakukan seleksi administrasi terhadap calon anggota
dewan komisioner.
d. Panitia seleksi mengumumkan nama calon yang telah lulus seleksi
administrasi untuk mendapatkan masukan dari masyarakat paling lama 5
hari kerja sejak berakhirnya waktu penfataran calon.
e. Masukan yang dimaksud disampaikan kepada panitia seleksi selama 12
hari kerja terhitung sejak tanggal diumumkan.
f. Panitia seleksi melakukan penilaian dan pemilihan serta menyampaikan
calon anggota dewan komisioner yang dibutuhkan, paling lama 12 hari
kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu.
b. Tugas Otoritas Jasa Keuangan
Tugas Otoritas Jasa Keuangan-OJK mempunyai tugas melakukan pengaturan
dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan
1) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal
3) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan tersebut diatas, OJK mempunyai
wewenang:
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang tentang OJK
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu
7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola
statuter pada Lembaga Jasa Keuangan
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, menatausahakan kekayaan dan kewajiban
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan

c. Wewenang dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan


Dengan diberlakukannya UU No.21 tahun 2011, maka sebagian wewenang
Bank lndonesia. dan BAPEPAM dilimpahkan ke lembaga Otoritas Jasa
Keuangan. Namun dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan
Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawas di bidang Perbankan,
antara lain:
1. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank
2. System informasi perbankan yang terpadu
3. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta
asing, dan pinjam komersial luar negeri
4. Produk perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya
5. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically important
bank
6. data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan
informasi.
Wewenang pengaturan dan pengawasan disektor perbankan yaitu :
a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1. Perizinan untuk pendirikan bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank serta pencabutan izin
usaha bank.
2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas bidang jasa.
b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1) Likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan dan pencadangan bank.
2) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan bank dan kinerja bank.
3) Sistem informasi debitur.
4) Pengujian kredit (credit testing)
5) Standar akuntansi bank
c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati hatian bank meliputi:
1. Manajemen resiko
2. Tata kelola bank
3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang
4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.
d. Pemeriksaan bank. Wewenang dalam bidang pengawasan disektor
Lembaga Keuangan Lainnya, yaitu :
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan,
pedindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa
Keuangan, pelaku, daniatau penunjang kegiatan jasa keuangan
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan

26
3. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan
atau pihak tertentu
4. Melakukan penunjukan pengelola statuter
5. Menetapkan penggunaan pengelola statute
6. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan
7. Memberikan dan/atau mencabut
o izin usaha
o izin orang perseorangan
o efektifnya pernyataan pendaftaran
o surat tanda terdaftar
o persetujuan melakukan kegiatan usaha
o pengesahan
o persetujuan atau penetapan pembubara n
o penetapan lain

2.8. Bank Syariah


Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan
dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan
alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat juga
memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perbankan syariah merupakan suatu sistem
perbankan yang didasarkan kepada hukum islam, dimana timbulnya sistem
perbankan syariah ini didasari oleh larangan dalam ajaran agama islam untuk
tidak memungut bunga dalam meminjam uang atau modal atau yang biasa
disebut dengan riba. Disamping itu juga adanya larangan untuk usaha-usaha
yang dikategorikan haram seperti : usaha hiburan diskotik, usaha produksi
makanan minuman haram dan usaha lain yang tidak islami dan lain-lain yang
dalam sistem perbankan konvensional diperbolehkan atau tidak
dipermasalahkan.
Pengertian Bank Syariah menurut UU No 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU
No 7 tahun 1992 tentang Perbankan; Bank Syariah adalah Bank Umum yang

27
melaksanaka kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa data lalu lintas pembayaran.
Sedangkan pengertian prinsip syariah menurut ayat 12 pasal 1 UU No.21 tahun
200 tentang Perbankan Syariah, Priiasip Syariah adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan data penetapan fatwa di bidang syariah.
Dengan demikian prinsip syariah adalah suatu aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh
pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip
syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain
:
 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana Islam tidak memperbolehkan
"menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupak media pertukaran
dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
 Unsur Gharar (ketidak pastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah
pihak harus mengetahui dengan balk hasil yang akan mereka peroleh dari
sebuah transaksi.
 Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan
dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.

2.8.1 Prinsip-Prinsip Bank Syari’ah


Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syari’ah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara
lain:

28
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
c. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang
hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak
memiliki nilai intrinsik.
d. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi. diharamkan dalam islam. Usaha minuman
keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatan bagi


umat karena menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya
2.8.2 Dasar Hukum Bank Syari’ah Di Indonesia
Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya
deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan
syari’ah semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun
1992, dimana bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang
akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan
bagi hasil.
Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara
tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan
kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya
pula bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak
diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” (pasal
6), maka jalan bagi operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini titik
kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang
perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan
bank syari’ah maupun yang ingin mengkonfersi dari system konvensional
menjadi system syari’ah
UU No.10 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No 72/1992 yang melarang

29
dual system. Dengan tegas pasal 6 UU No10/1998 membolehkan bank umum
yang melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syari’ah. Selain itu
dasar perbankan syari’ah juga terdapat dalam UU Perbankan No 10 thn 1998 (
pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c) yang merupakan UU
Perbankan No 7 Tahun 1992.
Untuk menjalankan undang-undang tersebut selanjutnya dikeluarkan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat tahun 1999 dilengkapi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan
bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan
dengan Bank Umum berdasarkan prinsip syari’ah diatur dalam Surat Keputusan
direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.
2.8.3 Produk-Produk Bank Syari’ah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian besar yaitu produk penyaluran dana, produk
penghimpunan dana dan produk jasa.
a. Produk Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk


pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaan yaitu:
 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan
dengan prinsip jual beli.
 Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa.
 Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan
dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang
termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual
beli seperti murabahah, salam dan istishna serta produk yang menggunakan
prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori ketiga, tingkat keuntungan bank
ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk

30
bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka.
Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah
dan mudhrabah.
b. Prinsip jual beli (Ba’i)

Prinsip jual beli diadakan sehubung diadanya perpindahan kepemilikan barang


atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan
dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang seperti :
 Pembiayaan Murabahah
 Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah
keuntungan. Dalam hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi
pembeli. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
 Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga
barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara
tangguh.
Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.
 Istishna
Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna,
Bank dapat membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin
pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan
pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
c. Prinsip Sewa (Ijarah)
Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek
dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja
diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual
belikan antra Bank dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa
yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan.
d. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

31
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
 Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini
para pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud
ataupun tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara
bersama-sama pula mengelola proyek kerjasama tersebut.
 Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana
tersebut digunakan Bank untuk melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah
seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan oleh
bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
 Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanan pembiyaan, biasanya diperlukan juga akad
pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiyaan. Meskipu tidak ditujukan
mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti
biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti
ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar benar timbul.
 Hiwalah (Alih Utang Piutang).
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah,
fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar
dapat melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.
 Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn
adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan.
 Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji
membutuhkan dana pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran

32
biaya perjalanan haji. Bank memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji
tersebut dan si nasabah melunasinya sebelum keberangkatan Hajinya.
 Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
 Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang
ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank
dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk
fasilitas ini sebagai Rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan
prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.
2.8.4 Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah wadi’ah dan mudharabah.
a) Wadi’ah
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad
Dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah
Yad Dhamanah, Bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi
bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.
b) Mudharabah
 Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal.
 Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet

Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang


disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk
investsi-investasi tertentu.
 Mudarabah of Balance Sheet

Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger,

33
yang mempertemukan nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan
menjadi mudharib.
c) Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan
jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

3.8.5 Produk Jasa

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada


nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan tersebut antara lain berupa :
a. Sharf (jual beli valuta asing)

Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf, sepanjang
dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari
jual beli valuta asing ini.
b. Ijarah (Sewa)

Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian). Bank
mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.

2.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


2.9.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman
penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai sejak abad 19
dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang
dibangun dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh agar
dapat melepaskan diri dari jeratan para lintah darat (rentenir) yang
membebankan dengan bunga sangat tinggi.
Pada masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan Rakyat dikenal

34
masyarakat dengan istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank
Dagang Desa, yang saat itu hanya ada di Jawa dan Bali.
Th.1929 berdiri badan yang menangani kredit di pedesaan yaitu, Badan Kredit
Desa (BKD) yang terdapat di pulau Jawa & Bali, sementara untuk Pengawasan
dan Pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas
Perkreditan Rakyat, dengan nama lembaga yaitu Instansi Kas Pusat (IKP).
Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong pendirian bank-bank Pasar
yang terutama sangat dikenal karena didirikan dilingkungan pasar dan
bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang
pasar. Bank-bank Pasar tersebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan
menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh
dengan subur.
Bank-bank yang didirikan antara 1950-1970 didaftarkan sebagai Perseroan
Terbatas (PT), CV, Koperasi, Maskapai Andil Indonesia (MAI), Yayasan, Dan
Perkumpulan.
Pada masa tersebut berdiri beberapa lembaga keuangan yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah ; Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di Jawa barat, Badan
Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di
Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, dan Lembagai
Perkreditan Desa (LPD) di Bali.
Pada tangal 27 Oktober 1988 Pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi
PerBankan yang dikenal sebagai Pakto 88, sebagai kelanjutan dari Pakto 88,
Pemerintah mengeluarkan beberapa Paket ketentuan dibidang perbankan yang
merupakan penyempurnaan ketentuan sebelumnya. Sejalan dengan itu,
Pemerintah menyempurnakan UU No.14 Th.1967, .
Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang No.7
Th.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut disempurnakan lebih
lanjut dalam Undang-undang No.10 th.1998. Dalam undang-undang ini secara
tegas ditetapkan bahwa jenis Bank di Indonesia adalah Bank Umum & Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).
a. Bank ; Badan Usaha yang menghimpun Dana dari Masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

35
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
b. Bank Umum ; Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ; Bank yang melaksanakn kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berawal dari rasa keinginan untuk membantu dan mensejaterakan para petani,
pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang (rentenir)
yang selalu memberikan kredit dengan bunga tinggi,maka dengan itu lembaga
perkreditan rakyat mulai didirikan. Sekilas ini dapat dipaparkan runtutan sejarah
pendirian BPR di indonesia:
 Abad ke-19 : dibentuklah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, serta Bank
Dagang Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia: didirikan Bank Pasar, Bank
Karya Produksi Desa (BKPD)
 Awal 1970an : Kemudian didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP)
oleh Pemerintah Daerah.
 Pada 1988 : Kemudian pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober
1988 yaitu (PAKTO 1988) melalui adanya Keputusan Presiden RI No.38
yang telah menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan
tersebut telah memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan
usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR
 1992 : Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR telah
diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain
Bank Umum yang ada di indonesia.
 PP No.71/1992 Sebagai lembaga Keuangan bukan bank yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan serta lembaga-lembaga
keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank
Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga
lainnya yang telah dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai

36
BPR dengan memenuhi persyaratan serta tata cara yang telah ditetapkan
untuk menjadi BPR dalam jangka waktu hingga dengan 31 Oktober 1997.

Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah


diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah
disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR
terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil serta masyarakat di daerah
pedesaan pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas
maupun Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
Kegiatan Usaha BPR
1. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI),seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan
pada Bank lain.
2. Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh BPR
 Menerima jenis simpanan berupa giro dan ikut serta dalam melakukan
lalu lintas pembayaran.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pelaku
pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
 Melakukan penyertaan modal.
 Melakukan usaha perasuransian.
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan
pada butir 1

2.9.2 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Indonesia


Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal
melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR merupakan

37
lembaga perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan yang
berfungsi tidak hanya sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal
kerja, investasi maupun konsumsi tetapi juga melakukan penghimpunan dana
masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu.
Sebagaimana halnya dengan Bank Umum, masyarakat yang menyimpan dana
di BPR juga dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), selama penempatan
yang dilakukan tersebut memenuhi kriteria yang telah ditentukan LPS. Sebagai
perbandingan, dari bulan Oktober 2012 hingga Maret 2013, jika LPS menjamin
simpanan dalam rupiah pada Bank Umum dengan tingkat bunga 5,5% maka
untuk BPR, LPS menjamin hingga tingkat bunga 8%. Hal ini membuat deposito
berjangka yang ditawarkan BPR memiliki tingkat bunga yang lebih menarik
dibanding Bank Umum. Berikut ini beberapa fakta menarik seputar
perkembangan BPR konvensional (non-syariah) di Indonesia berdasarkan data
yang diolah dari statistik perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia hingga
Maret 2013.
Hingga akhir Maret 2013, kredit yang disalurkan oleh BPR konvensional
mencapai 52,6 triliun rupiah sementara dana yang dihimpun dari masyarakat
dalam bentuk tabungan dan deposito (dana pihak ketiga) mencapai sekitar 45,5
triliun rupiah. Rata-rata kredit yang diberikan selama 6 bulan (Oktober 2012
hingga Maret 2013) sekitar 50,5 triliun rupiah sedangkan dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun rata-rata mencapai 44,6 triliun rupiah. Hal ini
menunjukkan bahwa, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir (hingga Maret 2013),
BPR konvensional berhasil dengan baik menjalankan fungsi utama perbankan
yaitu fungsi intermediasi.
Tercatat ada sembilan provinsi di mana BPR konvensional berhasil menyalurkan
kredit rata-rata di atas 1 triliun rupiah selama 6 bulan terakhir (hingga Maret
2013) yakni: Jawa Tengah (Rp. 11,39 triliun), Jawa Barat (Rp. 7,97 triliun),
Jawa Timur (Rp. 5,92 triliun), Bali (Rp. 4,77 triliun), Lampung (Rp. 4,31 triliun),
Kep. Riau (Rp. 2,51 triliun), D.I. Yogyakarta (Rp. 2,41 triliun), DKI Jaya (Rp.
1,06 triliun) dan Sumatera Barat (Rp. 1,05 triliun). Total penyaluran kredit di
sembilan provinsi tersebut mencapai 82% dari total 50,5 triliun rupiah. Hal yang

38
sama dalam hal penghimpunan dana di kesembilan provinsi tersebut melalui
BPR konvensional hingga akhir Maret 2013 yang mencapai 38 triliun rupiah dari
total sebesar 45,5 triliun rupiah. Ini membuktikan bahwa perputaran uang dan
perekonomian yang diharapkan merata ke seluruh pelosok Indonesia masih
terkonsentrasi di Jawa, Bali, Sumatera, dan sekitarnya.
Dari total 1.653 BPR konvensional di Indonesia yang tercatat pada statistik Bank
Indonesia, sebanyak 1.277 BPR berada di kesembilan provinsi tersebut di atas.
Untuk soal kemampuan BPR dalam penghimpunan dana maka Lampung dan
Kep. Riau sepertinya menjadi jagonya. Dengan jumlah hanya 26 BPR pada
akhir Maret 2013, Lampung berhasil menghimpun dana sebesar Rp. 3,29 triliun
sementara Kep. Riau yang tercatat memiliki 40 BPR berhasil menghimpun dana
sebesar Rp. 2,74 triliun. Bandingkan dengan Jawa Tengah dengan 259 BPR
yang menghimpun dana Rp 10,69 triliun atau Jawa Timur dengan 331 BPR yang
menghimpun dana sebesar Rp 4,98 triliun.
Dari segi jumlah debitur pada akhir Maret 2013, maka Jawa tengah (816.778
rekening), Jawa Barat (746.516 rekening) dan Jawa Timur (666.656 rekening)
mengakumulasi 68,85% total debitur BPR konvensional di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa penyerapan kredit sangat tinggi di ketiga provinsi
tersebut.
Kep. Riau menunjukkan kondisi yang berbeda dari delapan provinsi lainnya
yang tersebut di atas karena hingga akhir Maret 2013, penghimpunan dana
melebihi penyaluran kredit. Dengan jumlah deposito sebanyak 13.401 rekening
pada akhir Maret 2013, dana yang berhasil dihimpun dari instrumen ini
mencapai Rp 2,35 triliun. Bandingkan dengan Jawa Tengah yang memiliki
141.598 rekening deposito (33,37% dari total rekening deposito BPR
konvensional secara nasional) yang hanya berhasil menghimpun Rp. 6,02
triliun.
Rata-rata suku bunga kredit dalam mata uang rupiah Bank Umum dalam 6
bulan yang berakhir pada Maret 2013 untuk kredit modal kerja sebesar 11,54%,
kredit investasi sebesar 11,27% dan kredit konsumsi sebesar 13,43%.
Sedangkan pada BPR: kredit modal kerja sebesar 30,91%, kredit investasi
sebesar 26,76% dan kredit konsumsi sebesar 25,97%.

39
Pada bulan Desember 2012 lalu, Bank Indonesia menerbitkan peraturan yang
mengatur tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan
bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.
Disebutkan secara bertahap hingga tahun 2018, Bank Umum wajib memberikan
kredit atau pembiayaan UMKM paling rendah 20% dari total kredit atau
pembiayaan. Pembiayaan tersebut dapat dilakukan secara langsung kepada
UMKM atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing, channeling atau
secara sindikasi. Pembiayaan tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui
BPR.
Menyimak statistik perbankan BPR konvensional hingga Maret 2013 dan
keberhasilan BPR dalam melakukan fungsi intermediasi, masih terbuka luas
kesempatan bagi Bank Umum untuk melakukan channeling melalui BPR.
Keuntungan yang diperoleh oleh Bank Umum melalui cara tersebut antara lain
adalah dapat mengandalkan BPR dalam infrastruktur serta pengalamannya
menilai resiko kredit debitur UMKM, yang selama ini mungkin belum didalami
oleh Bank Umum. Dalam jangka panjang dengan kebijakan yang ditempuh
Bank Indonesia tersebut, diharapkan dapat menekan suku bunga kredit BPR
konvensional karena semakin meningkatnya supply dan kemudahan akses dana
dari Bank Umum melalui penyaluran kredit langsung atau tidak langsung
kepada UMKM tersebut.
2.9.3 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat memiliki beberapa fungsi di antaranya :
a. Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah
satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil
dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan. (BI)
b. BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. (Gunadarma)
c. Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para
pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan

40
dari masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat
menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat
Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih
sederhana, dan sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.

BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan Undang-


Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
secara jelas disebutkan bawah ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan BPR.
Dan jenis layanan yg diberikan BPR antara lain :
 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi,
maupun Kredit Konsumsi.
 Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank
lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR
apabila BPR mengalami over likuiditas.

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh
dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
 Menerima simpanan berupa giro.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
 Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan
concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
 Melakukan usaha perasuransian.
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam usaha BPR.

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
BPR, yaitu :

41
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai
dengan perjanjian.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian
jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan
BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari
modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
 Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian
jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih
dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota
direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-
perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang
saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan
keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi
10% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia.

2.9.4 Peranan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Landasan hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas
disebutkan bahwa BPR sebagai satu jenis bank yangkegiatan usahanya
terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah
pedesaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya BPR dapat menjalankan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah.
a. Lingkup Kegiatan BPR.

Kegiatan usaha yang diperkenankan dilakukan oleh BPR sangat terbatas

42
dibandingkan dengan Bank Umum, yaitu hanya meliputi penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu,
memberikan kredit serta menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/ atau tabungan
pada bank lain. BPR tidak diperkenankan menerima simpanan berupa giro
dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta melakukan kegiatan
usaha selain yang diperkenankan.
Selain itu, BPR tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha dalam valuta
asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia),
melakukan penyertaan modal, dan melakukan usaha perasuransian.
Adapun wilayah kantor operasionalnya dibatasi dalam 1 (satu) propinsi.
b. Arsitektur Perbankan Indonesia

Dalam rangka memperkuat fundamental industry perbankan serta


memberikan arah dan strategi perbankan ke depan telah disusun Arsitektur
Perbankan Indonesia (API). API merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan di Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah,
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu sampai
sepuluh tahun berlandaskan visi mencapai suatu sistem perbankan yang
sehat, kuat, dan efisien, guna menciptakan kestabilan system keuangan
dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk mencapai visi tersebut, salah satu sasaran yang ingin dicapai yaitu
menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat serta mendorong pembangunan
ekonomi nasional yang berkesinambungan. Melalui kebijakan tersebut
diharapkan dapat tercapai struktur perbankan yang terdiri dari empat strata
bank yaitu :
1. Bank internasional yang memiliki kapasitas dan kemampuan
beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal diatas Rp50
triliun;

43
2. Bank nasional yang memiliki cakupan usaha sangat luas dan
beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun
sampai dengan Rp50 triliun;
3. Bank dengan fokus usaha tertentu yaitu bank yang kegiatan usahanya
terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan
kompetensi masing-masing bank serta memiliki modal antara Rp100
miliar sampai dengan Rp10 triliun; serta
4. BPR dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki modal
di bawah Rp100 miliar.

Dalam rangka mencapai visi tersebut di atas, program-program API telah


memberikan perhatian pada perlunya penguatan permodalan,
kelembagaan dan manajemen BPR, serta penyempurnaan pengaturan dan
pengawasan BPR.

c. Posisi Strategis BPR

Disadari bahwa selama ini sebagian besar pengusaha mikro dan kecil, serta
masyarakat di daerah pedesaan belum mendapatkan pelayanan jasa
keuangan perbankan baik dari aspek pembiayaan maupun penyimpanan
dana. Adapun lembaga keuangan yang tepat dan strategis untuk melayani
kebutuhan masyarakat tersebut adalah BPR dengan pertimbangan:
1. BPR merupakan lembaga intermediasi sesuai dengan UU Perbankan.
2. BPR merupakan lembaga keuangan yang diatur dan diawasi secara
ketat oleh Bank Indonesia.
3. Adanya penjaminan oleh LPS atas dana masyarakat yang disimpan di
BPR.
4. BPR berlokasi di sekitar UMK dan masyarakat pedesaan, serta
memfokuskan pelayanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tersebut.
5. BPR memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang
memungkinkan BPR dapat menjangkau dan melayani UMK dan
masyarakat pedesaan.

44
6. Posisi BPR yang strategis tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan
agar keberadaan BPR memberikan manfaat yang lebih besar bagi
masyarakat dan mendorong perekonomian daerah.

2.9.5 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2.9.6 Produk Yang Ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan
berbagai kegiatan, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai lembaga
keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak akan terlepas dari bidang keuangan.
Kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang dengan cara
menghimpun dana dari masyarakat luas. Kemudian menjual uang yang berhasil
dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui
pemberian pin-jaman atau kredit.
Dari kegiatan jual beli uang inilah bank akan memperoleh ke-untungan yaitu
dari selisih harga beli (bunga simpanan) dengan harga jual (bunga pinjaman).
Disamping itu kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa-jasa lainnya.
Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana.
Dalam praktiknya kegiatan bank dibedakan sesuai dengan jenis bank tersebut.
Setiap jenis bank memiliki ciri dan tugas tersendiri da-lam melakukan
kegiatannya, misalnya dilihat dari segi fungsi bank yaitu antara kegiatan bank
umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat, jelas memiliki tugas atau
kegiatan yang berbeda.
Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Artinya produk
yang ditawarkan oleh bank umum lebih beragam, hal ini disebabkan bank
umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat mempunyai keterbatasan tertentu,
sehingga kegiatannya lebih sempit. Untuk le-bih jelasnya berikut ini akan

45
dijelaskan kegiatan masing-masing jenis bank dilihat dari segi fungsinya.
2.9.7 Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang
menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilaku-kan BPR jauh lebih
sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat
seleluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi
pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai
berikut:
1. Menghimpun dana hanya dalam bentuk :
 Simpanan Tabungan
 Simpanan Deposito

2. Menyalurkan dana dalam bentuk :


 Kredit Investasi
 Kredit Modal Kerja
 Kredit Perdagangan

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan yang
tidak boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal--hal sebagai berikut :
 Menerima Simpanan Giro
 Mengikuti Miring
 Melakukan Kegiatan Valbta Asing
 Melakukan kegiatan Perasuransian

2.9.8 Asas Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


BPR berasaskan pada Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian.
Demokrasi ekonomi itu sendiri adalah sistem ekonomi yang dijalankan di
Indonesia berdasarkan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai
pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalisme,
etatisme dan monopo

2.9.9 Syarat Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

46
Pendirian & Modal Disetor BPR
Berdasarkan Peraturan BI NO.6/22/PBI/2004, syarat pendirian BPR yakni :
a. WNI
b. Badan Hukun Indonesia yang pemiliknya sepenuhnya WNI
c. Pemda
d. Dua pihak atau lebih sebagaimana yang dimaksud poin a,b,c

Dan ketentuan modal disetor untuk pendirian BPR yakni :


a. Rp.5 milyar ( wil.DKI Jakarta)
b. Rp. 2 milyar ( ibukota prov.Jawa, Bali, wil.Kab/Kodya Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi )
c. Rp. 1 milyar ( diluar wil. ibukota prov.Jawa, Bali & wil. pulau Jawa &
Bali.
d. Rp.500 juta ( diluar wil. poin a, b, c )

Adapun pertimbangan pemberian izin BPR oleh BI meliputi :


a. Aspek demografi & ekonomi wilayah.
b. Jumlah pertumbuhan lembaga perbankan termasuk lembaga keuangan
mikro.
c. Rencana kegiatan usaha mencakup sumber daa, penyalurannya, &
langkah realisasi kegiatannya.
d. Proyeksi keuangan bulanan untuk th.pertama, dan tahunan untuk dua
tahun berikutnya.
e. Perencanaan SDM.

2.9.10 Anggota Direksi & Dewan Komisaris BPR


Jumlah anggota direksi min.2 orang (min D3). Jumlah anggota dewa komisaris
min.2orang & min. 50% anggota memiliki pengalaman bidang perbankan.
2.9.11 Kegiatan Usaha BPR
Kegiatan Usaha BPR meliputi :
a. Menghimpun daa dari masyarakat dalam simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, atau bentuk lain yang disamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menyediaka pembiayaan & penempatan dana dengan prinsip syariah.

47
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat BI, deposito berjangka,
sertifikat deposito, atau tabungan pada bank lain.

Adapun usaha yang dilarang bagi BPR :


a. Menerima simpanan berupa giro & ikut serta dlam lalulintas pembayaran.
b. Melakukan penyertaan modal.
c. Melakukan usaha peransuransian.
d. Melakukan usaha lain diluar kegitan yang telah ditetapkan.

2.9.12 Pengaturan & Pengawasan


Sebelumnya fungsi perizinan dilaksanakan Departemen Keuangan, sementara
fungsi pengawasan & pembinaan kegiatan operasional BPR diserahkan pada
BRI menurut UU No.7 th.1992.
Namun setelah dikeluarkannya UU Perbankan No.10 th.1998, fungsi perizinan,
peraturan, pengawasan dilakukan osepenuhnya oleh BI.
Bank Kredit Desa (BKD)
Bank Kredit Desa terdiri dari Bank Desa & Lumbung Desa.
Berdasarkan Peraturan BI NO.6/27/PBI/2004 tanggal 13 Desember 2004,
Bank Indonesia menyerahkan pembinaan & pengawasan BKD kepada BRI
yang sebelumnya berdasarkan UU No.7 tahun 1992, masih menjadi
kewenangan BI.
Dalam hal ini BRI bertanggungjawab kepada BI dalam hal :
a. Rekapitulisasi neraca & laba rugi BKD
b. Analisis perkembangan BKD
c. Analisis kemungkinan beroperasinya BKDebagai BPR.

2.10 Bank Umum


2.10.1 Pengertian Bank Umum
Bank umum disebut juga sebagai bank komersial. Bank umum pada dasarnya
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah, yang kegiatannya memberi jasa dalam lalu lintas
pembayaran.Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No.
9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

48
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank
umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).
Di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 dan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perbankan, bank
didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun atau mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau deposito dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa ada dua kegiatan pokok dari
bank umu,m, yaitu yang pertama adalah kegiatan pengumpulan dana atas
dasar kepercayaan dari masyarakat. Kegiatan kedua adalah penyaluran dana
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

2.10.2 Fungsi Bank Umum

Pada dasarnya, fungsi sebuah bank adalah sebagai lembaga perantara


keuangan (financial intermediation). Dana yang ada di masyarakat (unit
surplus) dihimpun untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat (individu
dan perusahaan) yang membutuhkan (unit defisit). Di sini Bank berperan
sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghubungkan pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana (unit surplus) dengan pihak-pihak yang
membutuhkan dana (unit defisit).
Fungsi mendasar dari bank umum adalah sejalan dengan pengertian bank,
yaitu berperan sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat atau sektor riil, atau dunia usaha
yang memerlukan. Adapun Peran dan fungsi bank umum yang terdiri dari
bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank asing atau campuran secara
spesifik antara lain sebagai berikut:
1. Penciptaan Uang.

Bank umum mempunyai fungsi penciptaan uang dalam hal ini uang giral,

49
yaitu alat pembayaran melalui mekanisme pemindahbukuan. Kemampuan
bank umum dalam menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsi
bank umum menjadi sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan
moneter.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran.

Bank umum berfungsi untuk mendukung kelancaran mekanisme


pembayaran. Hal tersebut dimungkinkan karena salah satu jasa yang
ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan
mekanisme pembayaran. Contohnya, penerimaan setoran, transfer uang,
dan kliring.

3. Penghimpunan Dana Simpanan

Fungsi bank umum adalah menghimpun dana masyarakat. Dana yang


paling banyak disimpan oleh bank umum adalah dana simpanan. Di
Indonesia, dana simpanan terdiri dari tabungan, giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional

Bank umum juga memiliki fungsi yang sangat dibutuhkan untuk


memudahkan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi
barang atau jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan dalam
transaksi antarnegara akibat berbagai kendala seperti perbedaan letak
geografis, budaya, dan sistem moneter akan dapat diatasi melalui
kehadiran bank umum, sehingga transaksi menjadi lebih mudah, cepat,
dan efisien.
5. Penyimpanan Surat Berharga.

Bank umum dapat berfungsi sebagai lembaga untuk menyimpan surat-


surat berharga. Perkembangan ekonomi yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan
sekuritas atau surat-surat berharga.
6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya.

50
Bank umum dapat memberikan beragam jasa keuangan lain yang dapat
mempermudah kegiatan ekonomi masyarakat umumnya. Di Indonesia,
pemberian jasa oleh bank umum antara lain penyediaan fasilitas
pembayaran telepon, transfer uang lewat ATM, Anjungan Tunai
Mandiri/Automatic Teller Machine, dan pembayaran gaji karyawan.

51
2.10.3 Resiko Usaha Bank Umum

Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas,
memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan
(income/return). Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh
pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko
melekat (interent) pada seluruh aktivitas bank. Seluruh aktivitas bank, produk,
dan layanan bank terkait dengan uang. Sifat dasar uang adalah anonim, siapa
pun bisa memilikinya, siapa pun ingin memilikinya, dan sangat mudah
berpidah tangan bahkan hilang. Oleh karena itu, seluruh aktinitas bank mulai
dari penyerapan dana hingga penyaluran dana sangat rentan terhadap
hilangnya uang resiko kehilangan uang.
Resiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak
dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus
mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Eksekutif dalam manajemen bank serta
seluruh pihak terkait harus mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul
dalam kegiatan usaha bank, serta mengetahui bagaimana risiko dan kapan
risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang tepat.
Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko sangat penting
sehinnga para manajer, pelaksana, dan bagian pengawasan dapat berdiskusi
tentang masalah-masalah umum yang secara alami terjadi dari berbagai
eksposur risiko. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat
bagi bank dalam menjalankan laba yang atraktif. Agar manfaat tersenut dapat
terwujud, para pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan
pengelolaannya.
Beberapa resiko bank yang mungkin dapat terjadi :
1. Resiko Kredit
Risiko kredit adalah sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peminjam(counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi
kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara
penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.

52
2. Risiko Pasar.
Risiko pasar adalah sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta
pencatatan tagihan kepada kewajiban di luar neraca (on andoff-balance
sheet) yang timbul dari pergerakan harga pasar (market prices)
3. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah sebagai risiko kerugian atau ketidakcukupan
dari proses internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau
dari peristiwa eksternal.
4. Risiko Konsentrasi Kredit
Risiko konsentrasi kredit adalah ketika penempatan aktiva produktif bank
terkonsentrasi pada sattu sektor atau kelompok tertentu. Apabila terjadi
masalah pada sektor atau kelompok tersebutr, maka aktiva produktif
yang ditempatkan berada dalam bahaya.
5. Risiko Suku Bunga pada Buku Bank
Risiko suku bunga pada buku bank merupakan risiko kerugian yang
disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada struktur yang
mendasari yaitu pinjaman dan simpanan
6. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank
dan prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis
lebih berhubungan dengan keputusan bisnis yang diambil oleh dewan
direksi bank dan kaitannya dengan impilkasi risiko yanag mungkin timbul
atas keputusan bisnis tersebut. Dari sisi waktu, risiko bisnis bersifat
jangka pendek hingga menegah.
7. Risiko Strategi
Risiko stratejik adalah resiko yang terkait dengan keputusan bisnis
jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen Bank. Risiko ini
dapat juga dikaitkan dengan impementasi dari stategi-strategi mereka.
8. Risiko Reputasional
Risiko reputasional merupakan risiko kerusakan potensial pada suatu
perusahaan yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.
9. Dampak Resiko Perbankan

53
Sebagai dampak terjadinya resiko kerugian keuangan langsung, kerugian
akibat resiko (risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada
pemangku kepentingan (stakeholders) bank, yaitu pemegang sahyam,
karyawan dan nasabah serta berdampak juga pada perekonomian secara
umum. Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah
langsung, sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian
tidak langsung. Berikut akan diuraikan dampak potensial terhadap
stakeholders dan ekonomi.

2.10.4 Dasar Operasional Bank Umum

Manajemen Bank memiliki sasaran dalam melaksanakan kegiatan


operasionalnya. Sasaran tersebut pada prinsipnya dapat dibedakan
berdasarkan jangka waktu, yaitu sasaran bersifat jangka pendek dan sasaran
jangka panjang.
1. Sasaran Jangka Pendek

Sasaran jangka pendek ini berkaitan dengan penggunaan waktu dalam


operasional bank untuk mencapai tujuan yang bersifat jangka pendek.
Sasaran manajemen bank jangka pendek antara lain : pemenuhan
likuditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib minimum yang
ditetapkan oleh otoritas moneter disamping kebutuhan likuiditas untuk
memenuhi penarikan dana oleh nasabah sehari-hari, menyediakan jasa-
jasa lalu lintas pembayaran, dan penanaman dana dalam bentuk surat-
surat berharga jangka pendek atau instrumen pasar uang.
2. Sasaran Jangka Panjang

Sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana


memeperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai
perusahaan dan memaksimalkan kekayaan-kekayaan pemilik bank. Untuk
mencapai sasaran ini manajemen mempertimbangkan faktor-faktor risiko
yang dapat membahayakan kondisi usaha bank. Untuk mencapai sasaran
jangka panjang ini, bank tidak boleh mengorbankan sasaran jangka
pendek dan mengabaikan praktik-praktik dan prinsip-prinsip perbankan

54
yang sehat.
Untuk mencapai sasaran tersebut, manajemen bank harus memperhatikan
beberapa hal dalam pengelolaan aktiva dan kewajiban sebagai berikut :
a. Mengelola likuiditasnya
b. Memperkecil risiko dengan mengalokasikan dananya pada aset yang
berisiko rendah atau melakukan diversifikasi
c. Memperoleh dana dengan biaya rendah
d. Menentukan jumlah modal yang harus dipertahankan dan
meningkatkan modal sesuai kebutuhan.

Dari sasaran strategi bank umum tersebut, maka dibuatlah dua dasar operasi
bank umum yaitu :
a. Esensi Program

Program Dasar-Dasar Operasi Perbankan bertujuan untuk membekali


dan memahami mengenai teknis operasional perbankan bagi pegawai
yang baru bergabung dengan perbankan. Program ini bersifat sangat
teknis karena berkaitan dengan pemahaman mengenai jenis produk
dan jasa–jasa perbankan, teknik menjual dan melayani customer, jenis
risiko yang melekat di bank yang merupakan pengetahuan awal yang
harus diketahui oleh seorang calon bankir.
Manfaat esensi program adalah mampu memahami bisnis bank,
menerapkan cara-cara melayani yang beretika dan beretiket, memahami
produk-produk pokok bank (Funding, Kredit, dan Transaksi LN),
penerapan hukum perbankan, prinsip-prinsip Know Your Customer (KYC)
dan ketentuan anti money laundering, dan dapat menjadi effective
marketer pada tahap pemula.
b. Esensi Materi

Materi yang dibahas bersifat teknis dengan pendekatan praktek sehari–


hari di perbankan khususnya mengenai pengetahuan dasar produk, jasa,
hukum, dan risiko bank yang harus diketahui oleh para pegawai/karyawan
yang baru bergabung dengan perbankan.
2.10.5 Penentuan Mobilisasi Dana, Biaya Dana, dan Tingkat Bunga

55
a. Mobilisasi Dana

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat


dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi.
Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak
semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan untuk usaha
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dalam hal upayanya menghimpun dan memobilisasi dana dari
masyarakat, bank selalu berupaya agar dana yang ditarik dari masyarakat
tersebut dapat dibeli dengan biaya yang relatif murah, tetapi hal tersebut
merupakan hal yang sangat sulit dilakukan sebab semakin ketatnya
peraturan dari otoritas moneter (BI) dan juga semakin tajamnya
persaingan antar bank. Kegiatan penghimpunan dana merupakan
kegiatan pokok yang dapat dilihat pada sisi pasiva neraca bank.
Keberhasilan bank dalam melakukan penghimpunan atau mobilisasi dana
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Kepercayaan masyarakat pada suatu bank, dimana hal ini sangat
dipengaruhi oleh kinerja bank yang bersangkutan, posisi keuangan,
kapabilitas, dan kredibilitas para manajemen bank.
 Ekspektasi, yaitu perkiraan pendapatan yang akan diterima oleh
penabung dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan
tingkat resiko yang sama.
 Keamanan, yaitu jaminan keamanan oleh bank atas dana nasabah.
 Ketepatan waktu, yaitu pengembalian simpanan nasabah yang harus
selalu tepat waktu.
 Pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel.
 Pengelolaan dana bank yang hati-hati.
b. Biaya Dana

Biaya dana adalah total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk
memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan
maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga

56
yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan, semakin besar
bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula
biaya dananya demikian pula sebaliknya.
Biaya dana (cost of fund) yang harus dikeluarkan oleh bank, tergantung
berapa besar dana yang berhasil dihimpunnya serta berapa besar
ketentuan suku bunganya. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dana
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dana antara lain :
 Tingkat suku bunga yang dibayar.
 Komposisi dari portfolio sumber dana.
 Ketentuan mengenai cadangan wajib minimum (reserve
requirment).
 Biaya pelayanan untuk mendapatkan dana (service cost)
 Pajak atas bunga.
 Tingkat efisiensi.

Manfaat Perhitungan Biaya Dana Disamping untuk keperluan penentuan


“harga jual” (antara lain untuk menentukan tingkat bunga kredit/lending
rate), maka manfaat lain dari perlunya perhitungan biaya dana atau cost
of fund adalah antara lain :
 Untuk mengantisipasi, merencanakan dan membuat program dalam
upaya memperoleh kombinasi sumber dana yang paling murah.
 Untuk menentukan besarnya keuntungan/laba yang diperoleh.
c. Penentuan Tingkat Bunga

Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga dipandang
sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau
harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan
biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli
atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang
harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh

57
pinjaman).
Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak
manajemen bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya
komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam
menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat
merugikan bank itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan
suku bunga yaitu:
a. Kebutuhan Dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu,


seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank
kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka
yang dilakukan oleh bank agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah
dengan meningkatakan suku bunga simpanan. Namun peningkatan
suku bunga simpanan juga akan meningkatkan suku bunga pinjaman.
Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak,
sementara permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan akan
turun.
b. Target Laba yang Diinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan


target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar
kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka
bunga pinjaman juga besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk
menghadapi pesaing target laba dapat diturunkan seminimal
mungkin.
c. Kualitas Jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid


jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah
bunga kredit yang dibebankan dan demikian sebaliknya.
d. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank

58
tidak boleh mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Artinya ada batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku
bunga yang diizinkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersing
sacara sehat.
e. Jangka Waktu

Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka


waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman,
maka semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula
sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu pendek, maka bunganya
relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya,
semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin
rendah dan sebaliknya.
f. Reputasi Perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama


untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tungkata suku bunga yang
akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan
demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid factor resiko
kredit macet cukup besar.
g. Produk yang Kompetitif

Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman.


Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di
pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan
relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat
perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan
lancar.
h. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan

59
kepada seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank
menggolongkan nasabahnya antara nasabah uatam (primer) dan
nasabah biasa (sekunder).
i. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup
ketat, maka bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.
Ringkasan
Bank sebagai badan usaha yang hergerak dalam bidang jasa keuangan sudah
lama dikenal oleh masyarakat umum, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, ibu
rumah tangga maupun para pegawai. Perananan bank sebagai lembaga
intermediasi dalam bidang keuangan cukup strategis baik untuk saat ini maupun
dimasa yang akan datang. Dengan beragamnya fasilitas perbankan yang dimiliki
seperti : ATM, Bank cards (debit card, credit cards), SMS Banking, Internet
Banking dan lain-lain, serta kemudahan dalam penarikan penyetoran dana
maupun beragamnya instrument perbankan dalam perkreditan maka membuat
masyarakat sudah terbiasa dengan jasa pelayanan melalui bank.
Ada 4 jenis bank di Indonesia yaitu :
 Bank Indonesia (BI)
 Bank Syariah (BS)
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
 Bank Umum Konvensional (BU)

Latihan
1. Jelaskan jenis bank yang beroperasi di Indonesia berdasarkan kepemilikannya
dan berikan contohnya masing masing jenis bank?
2. Apa saja yang menjadi sasaran strategi Bank Indonesia guna mewujudkan visi
misinya ?
3. Jelaskan program API ( Arsitektur Perbankan Indonesia) dalam program
Struktur Perbankan Nasional dan Program Pengembangan Infrastruktur
Perbankan?

60
4. Jelaskanlah yang termasuk didalam produk produk sumber dana dan produk
produk penggunaan dana dari Bank Syariah?
5. Bagaimana karakteristik kegiatan usaha BPR menurut saudara?
6. Apakah BPR Boleh melakukan transaksi jual beli valuta asing? Jelaskan!
7. Jelaskan struktur kantor bank umum yang beroperasi di Indonesia ?
8. Bagaimanakah ketentuan yang harus ditaati oleh pemilik rekening giro di Bank
Umum?
9. Jelaskan apa saja jenisnya instrumen bank dalam jasa jasa lainnya?

61
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 3
JUDUL POKOK BAHASAN
Capaian Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat
:
Pembelajaran memahami pentingnya mempelajariAkuntansi Sumber Dana Bank, Giro,
Sifat Rekening, Akuntansi Transaksi Giro.

Sub Pokok Bahasan : 1.1 Akuntansi Sumber Dana Bank


1.2 Giro
1.3 Sifat Rekening
1.4 Akuntansi Transaksi Giro
Daftar Pustaka 1) Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2) Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3) Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4) Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012

1
3.1 Akuntansi Sumber Dana Bank
Dilihat dari sumbernya, dana bank dapat dikelompokankedalam 2 kelompok,
yaitu dana dari masyarakat seperti giro, tabungan, dan simpanan berjangka
atau deposito berjangkaserta dana dari bank lain seperti pinjaman antar bank
dalam bentuk call money, deposito berjangka dan lainnya.
Dana dalam bank adalah hutang bank kepada masyarakat atau pihak lainnya
yang akan dibutuhkan disisi pasiva atau sebelah kanan neraca. Karena
sifatnya sebagai hutang, maka rekening dana ini akan bertambah disebelah
kredit dan berkurang disebelah debet. Rekening dana bank merupakan
rekening permanen atau real yang selalu akan disajikan pada neraca secara
kumulatif.
Bank akan dibebankan dengan sejumlah bunga yang akan dicatat sebagai
biaya bunga pada ikhtisar laba-rugi bank. Suku bunga yang dibebankan akan
beragam-ragam sesuai dengan jenis dana yang dimiliki oleh bank yang
bersangkutan.
1.2 Giro
Giro adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, surat erintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan. Bank menetapkan harga dana giro lebih
rendahkarena lama pengendapannya tidak dapat dipastikan secara tepat,
dimana pemilik rekening giro dapat menarik uangnya kapan saja mereka
kehendaki.
Penarikan dana giro oleh si pemilik hanya dapat dilakukan dengan cara
perintah tertulis dari si pemiliknya sebagai dasar resmi otorisasi pendebetan
rekening nasabah oleh bank. Penarikan ini dapat dilakukan sewaktu-waktu
nasabah menghendakinya, dimana bank akan menguji kebenaran nomor
rekening, tanda tangan, kecukupan saldo dan informasi lainnya yang
diperlukan.

1.2.1 Macam-macam Jenis Giro


 Cekadalah Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah

2
uang kepada pihak yang disebut di dalamnya atau kepeda pemegang cek
tersebut.
Macam-macam cek,diantaranya :
a. Cek atas nama yaitu Cek yang diterbitkan atas nama seseorang atau
badan hukum tertentu yang tertulis jelas di dalam cek tersebut.
b. Cek atas unjuk yaitu Kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek tidak
tertulis nama seseorang atau badan hukum.
c. Cek silang yaitu Cek yang dipojok kiri diberi tanda dua tanda garis
sejajar, sehingga cek tersebut tidak dapat ditarik tunai melainkan
pemindahbukuan.
d. Cek mundur yaitu Cek yang diberi tanggal mundur dari tanggal. Hal ini
biasanya terjadi karena kesepakatan antara pemberi dan penerima cek.
e. Cek kosong Atau blank cheque yaitu Merupakan cek yang
penarikkannya melebihi saldo yang ada.

 Bilyet Giro adalah Surat perintah dari nasabah kepada bank yang
memelihara giro nasabah tersebut, untuk memindahbukukan sejumlah
uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang
disebutkan namanya atau nomor rekening pada bank yang sama tau bank
lainnya.
Syarat-syarat yang berlaku untuk BG agar pemindahbukuannya dapat
dilakukan antara lain :
a. Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri
b. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk
memindahbukukan sejumlah uang tertentu atas beban rekening
yang bersangkutan
c. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
d. Nama penerima dana dan nomor rekening
e. Nama bank penerima dana
f. Jumlah dana dalam angka dan huruf
g. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
h. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.

3
Masa berlaku dan tanggal berlakunya Bilyet Giro juga diatur sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan seperti :
a. Masa berlakunya adalah 70 hari terhitung mulai tanggal
penarikannya
b. Bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal penarikan berlaku
sebagai tanggal effektif
c. Bila tanggal efektif tidak ada maka tanggal efektif berlaku
sebagai tanggal penarikan
d. Dan persyaratn lainnya.
1.3 Sifat Rekening
Rekening giro merupakan hutang jangka pendek bank yang harus disajikan
dalam hutang lancar. Setiap kali terjadi mutasi pertambahan rekening giro
nasabah akan dibukukan disebelah kredit dan setiap kali terjadi pengurangan
rekening giro akan dibukukan disebelah debet. Dengan demikian saldo normal
rekening giro adalah sebelah kredit. Apabila saldo suatu rekeninggiro nasabah
berada pada sisi debet, maka rekening tersebut bersaldo negatif yang
lazimnya di dunia perbankan dikenal dengan saldo merah atau terjadi
overdraft. Jika terjadi saldo egatif, maka pemegang giro tidak dapat lagi
menarik dananya dan kepadanya tidak diberikan bunga atau jasa giro,
melainkan akan dibebankan sejumlah biaya atau beban bunga yang harus
dilunasi oleh nasabah yang bersangkutan. Biaya bunga ersebut memperbesar
saldo debet rekening giro yang bersangkutan.

1.4 Akuntansi Transaksi Giro


Transaksi giro yang dibukukan oleh suatu bank dapat terjadi dari peristiwa
seperti: setoran nasabah, baik tunai maupun kliring, setoran dari transfer,
embebanan karena amanat nasabah,dan lainnya.
a. Transaksi Pembukaan Rekening Giro dan Penyetoran
Setelah memenuhi segala persyaratan pembukaan rekening giro, seorang
calon nasabah diminta untuk segera menyetor sejumlah uang tertentu
sebagai setoran pertama.
Contoh:

4
Apabila Faustine membuka rekening giro pada bank Mandiri cabang Jakarta
Selatan dan menyetor tunai sejumlah Rp 100.000.000 dan membayar tunai
semua biaya administrasi seperti penerbitan buku cek sebessar Rp 50.000,
maka Bank Mandiri Cabang Jakarta Selatan akan dibukukan seperti :

D : Kas Rp 100.050.000
K : Giro-Rekening Faustine Rp 100.000.000
K : Barang Cetakan-Buku Cek Rp 50.000

b. Penyetoran Kliring
Apabila Faustine kemudian menyerahkan sebuah cek giro Bank BCA untuk
disetorkan ke dalam rekening gironya, oleh Bank Mandiri akan dibukukan
sebagai transaksi kliring. Pengkreditan ke dalam rekening giro Faustine akan
dilakukan setelah hasil kliring tersebut dinyatakan berhasil. Untuk
menampung pengkreditan sementara biasanya dikreditkan ka dalam warkat
kliring. Warkat kliring ini dianggap sebagai warkat debet keluar.
Pembukuan untuk transaksi penyetoran warkat kliring ini sebagai berikut :

D : Bank Indonesia-Giro Rp 10.000.000


K : Warkat Kliring Rp 10.000.000

Pada waktu hasil kliring dinyatakan berhasil atau tidak akan dibukukan
dengan cara menihilkan rekening warkat kliring yang sifatnya sementara,
dengan jurnal sebagai berikut :

D : Warkat Kliring Rp 10.000.000


K : Giro-Rekening Faustine Rp 10.000.000

c. Penyetoran Melalui Transfer


Apabila Faustine menerima transfer dari seorang rekannya nasabah Bank
Danamon sebesar Rp 5.000.000, oleh Bank Mandiri akan dibukukan sebagai
berikut :

D : Bank Lain-Lain Rp 5.000.000


K : Giro-Rekening Faustine Rp 5.000.000

5
Transfer yang diterima oleh Faustine dapat saja dari seorang nasabah Bank
Mandiri lainnya.

1.4.1 Penarikan
Penarikan rekening giro dapat dilakukan setiap saat setelah memenuhi
persyaratan tertentu. Jenis penarikan kredit antara lain dapat berupa :
penarikan tunai, penarikan dengan memberikan amanat kepada bank,
penarikan kliring dan lainnya.Bila Faustine menarik selembar cek senilai Rp
15.000.000 untuk diayarkan oleh bank secara tunai, maka Bank Mandiri akan
dibukukan sebagai berikut :
D : Giro-Rekening Faustine Rp 15.000.000
K : Kas Rupiah Rp 15.000.000

Dengan adanya penarikan tunai ini, maka rekening giro Faustine akan
berkurang dan dengan demikian perhitunngan jasa giro yang diperhitungkan
untuk keuntungan Faustine juga berkurang.
a. Penarikan secara Kliring
Penarikan secara kliring dilakukan oleh nasabah dengan cara menerbitkan cek
untuk disetorkan kepada seseorang yang merupakan nasabah bank lain. Bila
Faustine menerbitkan cek sebesar Rp 4.000.000 dan memerintahkan Bank
Mandiri agar diserahkan untuk keuntungan seorang nasabah di Bank Lippo.
Maka Bank Mandiri akan dibukukan sebagai berikut :
D : Giro-Rekening Faustine Rp 4.000.000
K : Bank Indonesia-Giro Rp 4.000.000
Rp 15.000.000

Bagi Bank Mandiri, warkat yang diserahkan oleh Faustine tersebut dianggap
sebagai warkat kredit keluar.
b. Penarikan dengan Amanat
Seringkali seorang nasabah memberikan amanat kepada banknya untuk
memindahkan sejumlah dana atas rekening gironya. Pemberian amanat ini
harus tertulis dan disahkan oleh pejabat bank yang bersangkutan.
Contoh yang paling lazim adalah transfer keluar. Bila Faustine kemudian

6
memerintahkan Bank Mandiri cabang Jakarta Selatan untuk mendebet
rekening gironya sebesar Rp 2.000.000 untuk dipindah bukukan kedalam
rekening seseorang di Bank Mandiri cabang Surabaya, maka Bank Mandiri
cabang Jakarta Selatan akan dibukukan sebagai berikut :

D : Giro-Faustine Rp 2.000.000
K : Rekening Antar Kantor
Cabang Surabaya Rp 2.000.000

Dalam hubungan transfer antar cabang akan tercipta hubungan antar kantor
yang akan ditampung dalam Rekening Antar Kantor (RAK). Rekening ini
bersifat reciprocal, yaitu bila satu pihak mendebit, maka pihak lainnya akan
mengkredit. Dengan demikian, RAK ini akan nihil dalam laporan keuangan
konsolidasi.
1.4.2 Penambahan atau pengurangan Lainnya
a. Perhitungan Bunga Giro
Seorang nasabah giro, apabila masih memiliki saldo kredit selama periode
perhitungan bunga atau jasa giro, akan diberikan sejumlah bunga giro.
Perhitungan bunga giro dilakukan atas saldo rata-rata terendah dari mutasi
setiap bulan. Pembukuan langsung dibukukan atas keuntungan nasabah yang
bersangkutan.
Contoh perhitungan bunga giro untuk Faustine, nasabah Bank Mandiri cabang
Jakarta Selatan, dapat diilustrasikan sebagai berikut :
BANK MANDIRI
Cabang Jakarta Selatan

Rekening Koran
Per 30 November 20xx

Nomor Rekening: 01820008912


Nama : Faustine
Suku Bunga : 12 %pa
Alamat : Jl. Duta II/1 Jakarta Selatan

Tgl Mutasi Debet Kredit Saldo

7
1/11 Setor Tunai 100.000.000 100.000.000
6/11 Setor Kliring 10.000.000 110.000.000
8/11 Tarik Tunai 15.000.000 95.000.000
11/11 Setor Transfer 5.000.000 100.000.000
15/11 Tarik Kliring 4.000.000 96.000.000
20/11 Tarik Transfer 2.000.000 94.000.000
30/11 Bunga Giro 973.666 94.973.666
Keterangan :

Pimpinan Cabang

SE & O ...........

 Perhitungan bunga giro bila diterapkan saldo terendah bulan November


20xx
Bunga Tahunan 12 %
Bunga Bulanan 1,00 %
Perhitungan bunga = 1,00 % x Rp 94.000.000 = Rp 940.000
 Bila perhitungan bunga giro berdasarkan lamanya pengendapan dana :
Tanggal Saldo Lamanya Bunga
1-6 100.000.000 5 Hari 166.667
6-8 110.000.000 2 Hari 73.333
8-11 95.000.000 3 Hari 95.000
11-15 100.000.000 4 Hari 133.333
15-20 96.000.000 6 Hari 192.000
20-30 94.000.000 10 Hari 313.333
Jumlah Bunga 973.666

 Bila perhitungan bunga dilakukan berdasarkan saldo rata-rata setiap


bulannya, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut :
Saldo rata-rata perbulan Rp 99.160.000
Bunga sebulan Rp 991.600
Metode mana yang akan diterpkan oleh Bank Mandiri dapat diputuskan sendiri
berdasarkan pengalaman bank, hal yang akan mempengaruhi bunga ini adalah
fluktuasi dari saldo rekening giro. Dalam hal ini harus diketahui perilaku
pergerakan saldo giro, baik menurun maupun meningkat setiap bulannya

8
sebagai dasar pemilihan metode perhitungan bunga.
b. Pembukuan Jasa Giro
Karena Bank Mandiri memilih perhitungan bunga atas dasar lamanya dana
mengendap, bunga giro Rp 973.666 tersebut akan dibukukan sebagai berikut :

D : Bunga Giro Rp 973.666,7


K : Giro-Rekening Faustine Rp 973.666,7

Ringkasan
Salah satu dana bank yang harga atau biayanya cukup tinggi dibandingkan
dana giro adalah simpanan berjangka, atau lebih dikenal dengan deposito
berjangka. Simpanan berjangka merupakan simpanan masyarakat yang
penariknya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang telah disetujui berkhir.
Tujuan penggolongan dan penyajian dalam laporan keuangan adalah untuk
menyajikan secara wajar posisi hutang jangka panjang dan pendek. Tujuan ini
sangat diperlukan oleh suatu bank dalam rangka assets-liability management
yang berguna untuk menyajikan informasi mengenai jatuh tempo simpanan
berjangka sebagai dasar untuk mengelola likuiditas suatu bank. Tanpa adanya
penggolongan jatu tempo yang benar, suatu bank akan menghadapi kesulitan
dalam mengelola likuiditasnya.

Latihan Soal

1. Pada tanggal 10 Juni 2019 sertifikat deposito PT. Faustine sebesar Rp


250.000.000,- jangka waktu selama 3 bulan, bunga 8% p.a di Bank Mandiri
Cabang Ciledug telah jatuh tempo jangka waktunya.
Diminta :
Buatlah Jurnal dari transaksi :
 Sertifikat deposito pada saat jatuh tempo.
 Sertifikat deposito diperpanjang secara otomatis dan besarnya bunga
tetap dimasukkan ke rekening giro Rp Nasabah.
 Sertifikat deposito yang jatuh tempo diambil tunai atau dipindahkan ke

9
rekening Giro Rp nasabah baru pada tanggal 20 Juni 2019.

2. Pada tanggal 10 Mei 2019, PT. Faustine di Jakarta bermaksud menutup


rekening sertifikat depositonya sebesar Rp 250.000.000 Di Bank Mandiri
Cabang Ciledug, bunga sebesar 8% p.a serta biaya administrasi penutupan
rekening sebesar Rp 50.000.
Diminta :
Berapakah uang yang akan diterima dan buatlah jurnalnya jika :
 Pencairan rekening dikliringkan ke rekening gironya di Bank Mandiri
Cabang Ciledug
 Pencairan rekening ditransfer ke rekening Tabungannya di kantor BRI
Cabang Ciledug

10
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 4
JUDUL POKOK BAHASAN
Capaian : Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat
Pembelajaran memahami pentingnya mempelajari Simpanan Deposito, Penggolongan
Simpanan Berjangka, Traveller Cheque Dalam Valuta Rupiah dan Dana
Setoran Naik Haji
Sub Pokok Bahasan : 1.1 Simpanan Deposito
1.2 Penggolongan Simpanan Berjangka
1.3 Traveller Cheque Dalam Valuta Rupiah
1.4 Dana Setoran Naik Haji
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012

1
1.1 Simpanan Deposito
Deposito (Time Deposito) merupakan salah tempat bagi nasabah untuk
melakukan transaksi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito
disebut deposan. Kepada setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas
depositonya. Bagi bank, bunga yang diberikan kepada para deposan,
merupakan bunga yang tertinggi. Jika dibandingkan dengan simpanan giro
atau tabungan. Sehingga deposito oleh sebagian bank adalah sebagai dana
modal.
Keuntungan bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang
yang tersimpan bisa lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu
yang relative panjang dan frekuensi penarikan juga jaraang. Dengan demikian
bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan kredit dana tersebut.
Pengertian Deposito menurut UU No.10 tahun 1998 adalah “Simpanan yang
penyimpan bank. Jika dana tersebut ditarik oleh nasabah sebelum jatuh
tempo maka akan dikenakan penalty rate, yang besarnya tergantung dari
bank yang bersangkutan”.

4.1.2 Jenis Jenis Deposito


1. Deposito Berjangka
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka
waktu yang tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai
dari 1,2,3,6,12,18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka
diterbitkan atas nama baik perorangna maupun lembaga. Artinya didalam
bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga.
Kepada setiap deposan diberikan bunga yang besarnya sesuai dengan
berlakunya bunga pada saat deposito berjangka dibuka. Pencairan bunga
deposito dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo.
Penarikan dapat dilakukan dengan tunai maupun non
tunai(pemindahbukuan). Kepada setiap deposan dikenankan pajak
terhadap bunga yang diterimanya.
Deposito berjangka juga memiliki batas minimal yang harus disetor yang
besarnya tergantung bank yang mengeluarkannya. Untuk menarik minat

2
para deposan biasanya bank menyediakan berbagai insentif tertentu atau
bonus. Insentif diberikan untuk jumlah nominal tertentu biasanya dalam
jumlah yang besar. Insentif dapat berupa, special rate (bunga lebih tinggi
dari bunga yang berlaku umum) maupun insentif lainnya, seperti hadiah
atau cendramata lainnya. Insentif juga dapat diberikan kepada nasabah
yang loyal terhadap bank tertentu.
Disamping diterbitkan dalam mata uang rupiah deposito berjangka yang
diterbitkan dalam valuta asing(valas), biasanya diterbitkan oleh bank
devisa. Perhitungan penerbitan pencairan dan bunga dilakukan
menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam
valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti U$ Dollar, Yen
Jepang atau DM Jerman.
a. Deposito Automatic Roll Over
Deposito berjangka yang berlaku terus secara otomatis walaupun
jangka waktu yang telah ditetapkan sudah habis. Misalnya suatu
deposito berjangka 1 bulan jatuh tempo pada tanggal 8 Oktober
2001, jika pada tanggal tersebut tidak ditarik oleh deposan, maka
bank secara otomatis akan memperpanjang deposito tersebut untuk
sebulan berikutnya, dengan tingkat bunga yang berlaku pada saat
perpanjangan. Jumlah dana yang didepositokan adalah pokok
deposito ditambah dengan bungan periode sebelumya.
b. Deposito Non Automatic Roll Over
Deposito berjangka yang tidak diperpanjang oleh bank jika deposito
tersebut telah jatuh tempo tapi belum dicairkan oleh pemiliknya,
walupun deposito tetap berada di bank deposan tidak mendapat
bunga
2. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6,12
bulan. Sertifikat deposito yang diterbitkan atas unjuk dalam bentuk
sertifikat. Artinya didalam sertifiat nama seseorang atau badan hukum
tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjualbelikan pada
pihak lain. Pencairan bunga sertifkat dapat dilakukan dimuka, tiap bulan

3
atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai. Dalam praktiknya
kebanyakan deposan mengambil bunga dimuka.
Penerbitan nilai sertifikat depostio sudah tercetak dalam berbagai nominal
dan biasanya dalam jumlah bulat. Sehingga nasabah dapat membeli
dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama.
3. Deposito On Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama
kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas anama dan biasanya dalam jumlah
yang besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang bersangkutan).
Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan deposit on call dan
sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu 3 hari sebelumnya
nasabah sudah memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga biasanya
dihitung per bulan dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan
negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.

1.2 Penggolongan Simpanan Berjangka / Deposito


Dari sudut pandang akuntansi, simpanan berjangka yang dicatat dalam proses
akuntansi bank sebaiknya digolongkan menjadi paling tidak dua jenis, yaitu
yang akan jatuh waktu pada tahun depan atau paling tidak setahun yang aka
datang, dan yang masih akan jatuh waktu lebih dari setahun.
Penggolongan simpanan berjangka yang kurang dari setahun ini disebut
sebagai simpanan jangka pendek dan harus digolongkan kedalam kelompok
hutang lancar suatu bank. Sedangkan yang akan jatuh tempo lebih dari
setahun disebut sebagai simpanan berjangka panjang dan harus digolongkan
kedalam kelompok hutang jangka panjang suatu bank.
Terhadap kelompok simpanan berjangka panjang, atau yang akan jatuh tempo
lebih dari setahun, tetap harus diperhatikan kapan ia akan jatuh tempo dalam
dua belas bulan mendatang dimana harus digolongkan menjadi hutang jangka
pendek.
Tujuan penggolongan dan penyajian dalam laporan keuangan adalah untuk
menyajikan secara wajar posisi hutang jangka panjang dan pendek. Tujuan ini
sangat diperlukan oleh suatu bank dalam rangka assets-liability management

4
yang berguna untuk menyajikan informasi mengenai jatuh tempo simpanan
berjangka sebagai dasar untuk mengelola likuiditas suatu bank. Tanpa adanya
penggolongan jatu tempo yang benar, suatu bank akan menghadapi kesulitan
dalam mengelola likuiditasnya.
Simpanan berjangka yang jangka waktunya 24 bulan akan menjadi hutang
jangka pendek bila sisa jangka waktunya selama 12 bulan.

1.2.3 Akuntansiuntuk mencatat transaksi simpanan berjangka


Akuntansi untuk mencatat transaksi simpanan berjangka ini meliputi transaksi
pembelian simpanan berjangka, perhitungan dan pembukuan bunga,
pencairan simpanan berjangka pada saat jatuh tempo, dan perpanjangan
simpanan berjangka secara rollover.
a. Pembukuan simpanan berjangka
Contoh soal:
Faustine membuka simpanan kepada bank Mandiri – Jakarta dengan
membayar sebesar Rp. 35.000.000,- jangka waktu selama 3 bulan, bunga
dibayarkan 21% setahun, dibayarkan pada saat jatuh bunga. Pada saat
pembukuan rekening simpanan berjangka, oleh bank akan dicatat sebagai
berikut:

Kas Rp. 35.000.000


Simpanan Berjangka 3 bulan Rp.35.000.000
rekening Tn. A

Perhitungan Bunga :
Berdasarkan contoh diatas pada tanggal jatuh tempo bunga bulan
pertama, bank Mandiri – Jakarta menyisihkan beban bunga sebagai
berikut:
Faustine = 1/12*21%*Rp.35.000.000 = Rp. 612.500
Jurnal untuk mencatat transaksi ini sebgai berikut:

Biaya bunga simpanan berjangka Rp. 612.500


Biaya bunga yang akan dibayar
Bunga simpanan berjangkaRp. 612.500

5
Pada saat Faustine datang hendak mencairkan bunga simpanan
berjangka:
Faustine untuk keuntungan rekening gironya. Ayat jurnal untuk mencatat
transaksi ini dijabarkan sebagai berikut:

Biaya bunga yang dibayar


Bunga simpanan berjangka Rp. 612.500
Giro – Rekening Tn.A Rp. 612.500

Pada akhir tahun buku, biaya ini ditutup kedalam rekening laba-rugi
dengan jurnal sebagai berikut:

Ikhtisar laba-rugi Rp. 612.500


Biaya bunga simpanan berjangka Rp. 612.500

b. Pencairan simpanan berjangka yang telah jatuh waktu


Simpanan berjangka sesuai dengan perjanjiannya, baru dapat dicairkan
oleh si pemegang pada saat jatuh waktu. Bagi simpanan berjagka yang
telah jatuh tempo tapi belum dicairkan oleh si pemegang, sebaiknya oleh
bank memisahkan rekening ini kedalam kelompok simpanan berjangka
yang sudah jatuh tempo dan dijabarkan sebagai hutang jangka pendek
karena sifatnya yang sewaktu-waktu dapat dicairkan oleh si pemegang.
Tujuan dari penyajian ini adalah untuk mendukung penyajian dalam
laporan keuangan yang dapat dipergunakan untuk tujuan analisis
keuangan pengelolaan likuidasi bank.
Sebagai contoh Faustine pada contoh diatas, simpanan berjangkanya
telah jatuh tempo dan belum dicairkan olehnya maka Bank Mandiri akan
memisahkan rekening ini bersama-sama dengan rekening lainnya dengan
membukukan:

6
Simpanan berjangka – 3 bulan Rp. 35.000.000
Simpanan berjangka yang telah
Jatuh tempo – rekening Faustine Rp. 35.000.000

Rekening simpanan berjangka yang telah jatuh tempo akan tetap tampil
atau outstanding pada neraca hingga pemilik rekening yang bersangkutan
datang untuk mencairkannya. Pada saat pemegang simpanan berjangka
ini datang untuk mencairkan simpanan berjangkanya dalam hal ini
Faustine, maka Bank harus mendebet akun simpanan berjangka yang
telah jatuh tempo – rekening Faustine

c. Pencairan simpanan berjangka yang belum jatuh tempo


Dalam kasus seperti ini, bank seharusnya memberikan suku bunga yang
berbeda dari suku bunga yang telah disepakati semula atau yang telah
dicatat dalam sertifikat simpanan berjangka.
Pemegang rekening simpanan berjangka akan dikenakan denda (pnalty).
Penalty merupakan selisih antara bunga yang seharusnya dibayarkan
dengan mempergunakan suku bunga baru kepada si pemegang rekening
dengan bunga yang telah dibayarkan kepada si pemegang rekening.
Penalty, dalam pencatatan akuntansi akan diberlakukan sebagai
keuntungan bank yang akan digolongkan sebagai rekening pendapatan
operasional lainnya. Sebagi contoh Faustine, telah memiliki rekening
simpanan berjnagka selama 2 bulan, kemudian hendak mencairkan
rekeningnya dalam bentuk kas dan Bank Mandiri memberikan bunga 17%
kepadanya, maka bank Mandiri akan mencatat sebagai berikut :
18%*2/12*Rp 35.000.000 = Rp. 1.050.00
Bunga yang seharunya akan dibayarkan
21%*2/12*Rp 35.000.000 = Rp. 1.837.500
Jumlah yang seharusnya dikembalikan = Rp 787.500

Pada saat Faustine datang untuk mencairkannya maka harus dikenakan


penalty terlebih dahulu yaitu sebesar Rp. 787.500 dan bank Mandiri harus
mencatatnya sebagai berikut:

7
Simpanan berjangka 3 bulan –
Rekening Faustine Rp. 35.000.000
Pendapatan operasional lainnyaRp. 787.500
Kas Rp. 34.212.500

d. Perpanjangan simpanan berjangka secara automatic rollover


Simpanan berjangka memiliki bunga yang lazimnya dibayarkan
dibelakang, artinya saat jatuh waktu atau jatuh bunga (setiap bulannya).
Alternative lain adalah membayar seluruh bunga dimuka, yaitu pada saat
nasabah membayar pembelian simpanan berjangka.
Dalam simpanan berjangka yang bunganya dibayarkan dimuka kepada si
pembeli akan dibayarkan sejumlah bunga yang akan diperhitungkan
dengan besarnya penyetoran atau pembayaran yang harus dilakukan oleh
nasabah untuk membeli simpanan berjangka tersebut.
Bunga yang dibayarkan dimuka tersebut belum berhak menjadi dan
dibebankan sebgai biaya. Bunga ini kan dibukukan sebagai biaya yang
dibaya dimuka (prepaid) dan dicatat dalam rekening “ bunga yang dibayar
dimuka” yang disajikan dalam neraca aktiva lancer. Rekening bunga yang
dibayar dimuka akan dialokasikan kedalam laba-rugi setiap saat tanggal
jatuh bunga.
Sebagai contoh Faustine membeli simpanan berjangka dari bank Mandiri –
Jakarta dengan nilai nominal sebesar Rp. 30.000.000, bunga dibayarkan
dimuka sebesar 24% setahun dan jangka waktu 3 bulan. Pembayaran
dilakukan secara tunai. Pada saat terjadi transaksi pembelian, bank
Mandiri Jakarta memperhitungkan nilai tunai pembelian sebagai berikut:
Nilai nominal simpanan berjangka = Rp. 30.000.000
Bunga yang dibayarkan dimuka
24%*3/12*Rp. 30.000.000 = Rp. 1.800.000
Jumlah yang diterima oleh bank = Rp. 28.200.000

8
Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalh sebagai berikut:

Kas Rp. 28.200.000


Biaya yang harus dibayar dimuka
Bunga simpanan berjangka Rp. 1.800.000
Simpanan berjangka 3 bulan –
Rekening Tn. A Rp. 30.000.000

Biaya yang dibayar dimuka ini harus dialokasikan secara periodik, paling
tidak setiap bulan, ke dalam rekening laba rugi untuk mendapatkan
gambaran biaya dan pendapatan yang wajar setelah melaksanakan konsep
matching.
Besarnya alokasi biaya setiap bulan kedalam laba-rugi akan ditentukan
lamanya waktu atau jangka waktu simpanan berjangka tersebut, dalam
contoh Faustine diatas lamanya jangka waktu simpanan berjangka adalah 3
bulan, maka jumlah biaya yang dibayar dimuka sebesar Rp. 1.800.000
harus dialokasikan selama 3 bulan dengan cara membaginya (Rp.
1.800.000 / 3 bulan) sehingga akan diperoleh pengalokasian biaya sebesar
Rp. 600.000 untuk setiap bulannya.
Pada tanggal jatuh bunga setiap bulannya, diadakan alokasi pembebanan
biaya kedalam rekening laba-rugi dengan jurnal sebagai berikut:

Biaya bunga – simpanan berjangka Rp. 600.000


Biaya yang dibayar dimuka –
Bunga simpanan berjangka Rp. 600.000

Jurnal ini akan di lakukan selama 3 bulan mendatang hingga simpanan


berjangka tersebut jatuh tempo.

e. Pencairan simpanan berjangka yang dibayar dimuka


Pada prinsipnya pencairan simpanan berjangka yang bunganya telah
dibayarkan dimuka apabila hendak dicairkan sebelum atau sesudah jatuh
waktu akan sama dengan simpanan berjangka yang bunga dibayar setiap
tanggal jatuh bunga seperti yang telah dibahas diatas.

9
f. Pencairan simpanan berjangka yang pemegang tutup usia
Untuk proses penyelesaian pencairan simpanan berjangka yang pemiliknya
tutup usia, penyelesaian akan dipengaruhi oleh berapa lama simpanan
berjangka tersebut telah outstanding.
Apabila pencairan dilakukan sebelum jatuh waktu, akan dikenakan denda
sebagaimana pencairan dilakukan sebelum jatuh waktu. Penyerahan hasil
pencairan simpanan berjangka ini akan ditunjukan kepada ahli warisnya.

1.3 Traveller’s Cheques Dalam Valuta Rupiah

traveller’s cheques atau Cek perjalanan adalah sumber dana yang paling
murah atau tidak berbunga dan memiliki unsur promosi yang tinggi.
Travelle’rs cheques lazimnya diterbitkan dalam valuta asing yang dapat
dipergunakan diseluruh dunia dalam lalu lintas pembayaran, namun di
Indonesia juga diterbitkan traveller’s cheques dalam valuta rupiah.
Traveller’s cheques merupakan warkat berharga atas nama yang diterbitkan
oleh suatu bank yang pencairannya dapat dilakukan kapan saja, dimana saja,
dan hanya oleh orang yang memiliki dan namanya tercantum diatas tersebut.

1.3.3 Akuntansi Untuk traveller’s cheques


Akuntansi untuk mencatat transaksi yang timbul dari traveller’s cheques
meliputi : penjualan dan pencairan traveller’s cheques, yang mana keduanya
dapat dilakukan baik di bank cabang penerbit, agen penjual, maupun di
kantor cabang penerbit.
Unsur pengamanan traveller’s cheques adalah nomer seri yang tercetak pada
setiap lembar traveller’s cheques (preprinted numbers)

1.3.4 Penerbitan traveller’s cheques


Dalam penerbitan, setiap traveller’s cheques yang telah diterbitkan akan
dipelihara oleh bank yang menerbitkannya. Rekening ini akan tetap
outstanding dalam neraca selama traveller’s cheques belum dicairkan.
traveller’s cheques yang telah diterbitkan tidak memiliki jatuh waktu atau
kadarluarsa.

10
Sebagai contoh Faustine nasabah Bank Mandiri - Jakarta hendak membeli
traveller’s cheques atas beban rekening gironya jumlah traveller’s cheques
yang di beli terdiri dari pecahan sebagai berikut : 80 lembar @ Rp. 10.000; 5
lembar @Rp. 1.000.000. Pada saat penjualan traveller’s cheques oleh Bank
Mandiri – Jakarta akan dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut.

Giro - Rekening Faustine Rp. 5.800.000


traveller’s cheques - Rupiah Rp. 5.800.000

1.3.5 Pencairan traveller’s cheques Dibukan Cabang Penerbit Dilakukan


Oleh Sipemilik
Pencairan traveller’s cheques yang dilakukan bukan pada bank bukan cabang
penerbit, akan tercipta adanya hubungan rekening Koran, yang lazimnya
dibukukan kedalam rekening antar kantor (RAK), rekening ini sifatnya
reciprical.
Sebagai contoh apabila Faustine mencairkan traveller’s cheques pada Bank
Mandiri Cab.Surabaya sebanyak 3 lembar @Rp. 100.000 secara tunai. Oleh
Bank Mandiri-Cab.Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai
berikut :

RAK-Cab.Surabaya Rp. 300.000


Kas Rp. 300.0000

Bank Mandiri Cab.Surabaya setelah melakukan pembayaran kepada Faustine


akan segera mengirimkan warkat traveller’s cheques tersebut kepada
penerbitnya yaitu cabang Jakarta. Oleh Bank Mandiri Cab.Jakarta, setelah
menerima warkat TC tersebut, akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai
berikut

traveller’s cheques - Rupiah Rp. 300.000


Rak - Cab.Surabaya Rp. 300.000

Pencairan traveller’s cheques Pada Bukan Cabang Penerbit Yang Dilakukan

11
Oleh Pihak Ketiga (Bukan Si pemilik)
Pada prinsipnya seluruh traveller’s cheques dapat langsung dicairkan.
Pencairan yang langsung ini hanya dapat dilakukan apabila traveller’s
cheques langsung dicairkan oleh pemilik. Apabila traveller’s cheques
dicairkan bukan oleh sipemilik, maka kepada cabang pembayar tidak dapat
langsung melakukan pembayaran, tetapi harus terlebih dahulu melakukan
inkaso atau penagihan kepada cabang penerbit setelah diteliti
keabsahannya.
Sebagai contoh apabila Bank Mandiri- Cab.Bandung menerima setoran untuk
keuntungan rekening Toko Anda, nasabah giro, berupa warkat traveller’s
cheques atas nama Faustine yang telah diserahkan dan ditandatangani
olehnya atas pembelian sejumlah barang. Besarnya traveller’s cheques
sebanyak 30 lembar @Rp. 10.000 dan 1 lembar @Rp. 1.000.000 oleh Bank
Mandiri - Cab.Bandung warkat traveller’s cheques tersebut terlebih dahulu
harus diinkasokan ke cabang Jakarta yang akan dibukukan dengan ayat
jurnal sebagai berikut :

K : Rekening Administratif Rupiah –


Warkat TC Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000

Setelah hasil inkaso kepada cabang Jakarta dinyatakan berhasil, oleh Bank
Mandiri – Cab.Bandung akan dibebankan komisi inkaso sebesar Rp. 25.000
yang akan dibebankan kepada Toko Anda dan akan dibukukan dengan ayat
jurnal sebagai berikut :

D: Rekening Administrative Rupiah –


Warkat Tc Yang Di Inkaso Rp. 1.300.000

Rak- Cab.Jakarta Rp. 1.300.000


Pendapatan Komisi Rp.25.000
Giro-Rekening Toko Anda Rp. 1.275.000

12
1.3.6 Penerbitan traveller’s cheques Yang Diserahkan Kepada Agen
Penjual traveller’s chequesYang Telah Ditunjuk
Traveller’s cheques dalam valuta rupiah yang diterbitkan oleh suatu bank
dapat dijual dan dicairkan pada agen-agen penjual dan pembeli yang telah
ditunjuk resmi oleh bank penerbit traveller’s cheques tersebut.
Sebagai contoh Bank Mandiri – Jakarta mengirim 20 lembar traveller’s
cheques rupiah @Rp. 100.000 kepada agennya PT. Nugroho dengan
memperhitungkan beban formulir berharga senilai @Rp. 1.300 per lembar.
Oleh Bank Mandiri – Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebgai
berikut :

Biaya Formulir Berharga Rp. 26.000


Persediaan Formulir Berharga Rp. 26.000

Penyerahan warkat ini juga akan dicatat oleh Bank Mandiri - Jakarta dalam
rekening administratif sebagai suatu kontijensi penjualan traveller’s cheques,
dengan ayat jurnal sebagai berikut:

K : Rekening Administrative Rupiah –


TC Yang Diserahkan Kepada Agen Rp. 2000.000

1.3.7 Penjualan traveller’s chequesOleh Agen Penjual


Penjualan traveller’s cheques yang dilakukan oleh agen akan dilaporkan oleh
agen yang bersangkutan setelah menerima hasil penjualan traveller’s
cheques tersebut. Berdasarkan laporan penjualan ini, oleh bank penerbit
akan mengadminstrasikan seri traveller’s cheques yang telah terjual
tersebut. Sebesar nominal traveller’s cheques yang terjual itu yang akan
dibukukan sebagai hasil penjualan.
Sebagai contoh apabila PT. Nugroho berhasil menjual sebanyak 20 lembar
traveller’s cheques @Rp. 100.000 kepada tuan Budi secara tunai. Hasil
penjualan ini segera dilaporkan kepada Bank Mandiri – Jakarta melalui suatu
memo.Apabila kepada agen diberikan komisi penjualan sebesar 1% dari hasil
penjualan, oleh Bank Mandiri–Jakarta dibukukan dengan terlebih dahulu
menghapus rekening kontijensi yang telah dilakukan sebelumnya sebagai

13
berikut.

D: Rekening administrative rupiah –


TC yang diserahkan kepada agen Rp. 2000.000

Kemudian hasil penjualan traveller’s cheques akan dibukukan sebagai


tagihan kepada agen penjual dan akan timbul beban komisi kepada agen
tersebut serta munculnya rekening traveller’s cheques pada hutang jangka
pendek. Ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini sebagai berikut :

Tagihan kepada agen penjual TC –


PT.Nugroho Rp. 1.980.000
Biaya Komisi penjualan TC Rp. 20.000
TC-Rupiah Rp. 2000.000

1.3.8 Traveller’s chequesYang Hilang


Dalam kasus tertentu, kadangkala nasabah yang telah membeli traveller’s
cheques datang melapor bahwa traveller’s cheques yang dibelinya hilang.
Untuk memperolehnya kembali perlu diterbitkan oleh bank penerbit bukan
oleh agen penjual.
Sebelum melakukan penerbitan kembali, bank penerbit traveller’s cheques
terlebih dahulu harus mengumumkan berita stop payment kepada seluruh
cabang dan agen pembayar, agar tidak mengambil alih traveller’s cheques
yang telah dinyatakan hilang tersebut.
1.3.9 Penerbitan Ulang traveller’s chequesDi Cabang Penerbit
Apabila penerbitan ulang traveller’s cheques yang hilang tersebut dilakukan
pada cabang penerbitnya, prosedur penerbitan kembali lebih mudah karena
administratif traveller’s cheques yang terlah diterbitkan masih dipelihara oleh
cabang penerbit.
Sebagai contoh apabila Faustine melapor ke Bank Mandiri - Jakarta melapor
kehilangan traveller’s cheques serta meminta untuk menerbitkan kembali
traveller’s cheques yang baru oleh cab.Jakarta. Penerbitan akan dibebankan
komisi sebesar Rp. 5000 oleh Bank Mandiri cab.Jakarta akan dibukukan

14
sebagai berikut.

TC –Rupiah (Lama) Rp. 1.000.000


TC – Rupiah (Baru) Rp. 1.000.000
Kas Rp. 5.000
Pendapatan Komisi Peneritan TC Rupiah Rp. 5.000

Pada cabang Jakarta tidak terjadi penambahan atau pengurangan dana


traveller’s cheques rupiah. Yang terjadi hanyalah menghapuskan traveller’s
cheques yang lama dan mencatat traveller’s cheques yang baru.

1.4 Dana Pembayaran Rekening Titipan (Paymen Point)


Rekening Titipan (payment point) adalah salah satu jasa perbankan untuk
melayani masyarakat yang akan melakukan pembayaran-pembayaran yang
relatif rutin dan nilainya relatif kecil. Contoh : pembayaran rekening listrik,
telepon dan air. Payment Point disebut juga rekening titipan dan diartikan
sebagai rekening bersyarat. Sifatnya tidak mengikat bank untuk melakukan
kewajiban kepada individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat.
Manfaat bagi bank yang menyediakan fasilitas rekening titipan antara lain
adalah sebagai sumber dana dan sekaligus sebagai alat promosi bagi bank
yang bersangkutan.
1.4.3 Akuntansi Untuk Pembayaran Rekening Titipan

Akuntansi untuk rekening titipan meliputi :


 Saat penerimaan warkat rekening nasabah
 Saat penerimaan setoran pembayaran rekening
 Pemindahbukuan ke rekening perusahaan penitip rekening

1.4.4 Akuntansi Saat Menerima Warkat Rekening Titipan


Penerimaan warkat-warkat dari pemilik rekening lazimnya dilakukan sekaligus
dalam periode tertentu, bulanan atau enam bulanan, dan lainnya. Pada saat
menerima warkat pembayaran titipan ini, belum ada kewajiban atau hak yang
timbul. Kewajiban baru akan timbul setelah adanya penerimaan pembayaran
dari nasabah. Dengan demikian, karena kewajiban yang akan timbul akan
bergantung dari ada tidaknya pembayaran dari nasabah, penerimaan warkat-

15
warkat ini harus dicatat oleh bank dalam suatu rekening kontijensi, yang
dikenal dengan rekening administratif.
Selama rekening administratif masih outstanding, maka masih ada warkat
pembayaran titipan yang belum diterima pembayarannya oleh bank. Dengan
perkataan lain, melalui pencatatan dalam rekening administratif ini merupakan
sarana kontrol bagi besarnya pembayaran yang telah diterima oleh bank yang
berasal dari pelunasan warkat tersebut.

Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam gambar berikut ini :

Besarnya Nilai Pembayaran Yang Diterima


Warkat Yang Sisa Nilai Warkat
Diterima
Yang Dimiliki

Dicatat dalam Rek. Administratif Rek. Efektif

Kontrol terhadap penerimaan pembayaran rekening titipan ini dapat


dolakukan setiap hari, mingguan, ataupun bulanan. Yang jelas untuk
meningkatkan internal control dalam bank, sebaiknya dilakukan secara harian.
Sebagai contoh apabila Bank Mandiri– Jakarta menerima sebundel rekening
tagihan listrik PLN bernilai Rp 32.000.000,00 untuk tagihan pelanggan periode
Agustus 20XX, pada saat penerimaan bunde rekening titipan ini, Bank Mandiri
akan membukukan :

K : Rekening Administrasi Rupiah


Warkat Rekening PLN yang Diterima Rp 32.000.000,00

1.4.5 Pembayaran Rekening Titipan


Penerimaan dari pembayaran titipan harus diadministrasikan dengan kontrol
yang ketat. Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan pasti berapa jumlah
uang atau pembayaran yang telah diterima oleh bank.
Misalnya pada akhir hari, jumlah pembayaran pelanggan PLN yang diterima

16
mencapai jumlah sebesar Rp 5.750.000,00 semuanya diterima tunai oleh Bank
Mandiri-Jakarta. Oleh Bank Mandiri-Jakarta akan dibukukan seluruh
penerimaan uang dari pembayaran rekening tersebut dengan ayat jurnal
sebagai berikut :

D : Rekening Administrasi Rupiah


Warkat Rekening PLN yang Diterima Rp 5.750.000,00

Untuk mencatat posisi warkat yang masih outstanding atau belum dibayar
oleh para pelanggan, harus dibukukan dengan jumlah nilai yang sama dengan
diatas dan langsung mengurangi rekening administratif yang masih
outstanding.
Dengan dibukukannya ayat jurnal di atas, maka sisa warkat yang belum
dibayar oleh pelanggan listrik menjadi Rp 26.250.000,00 (selisih antara Rp
32.000.000,00 warkat yang telah diterima dari PLN dengan jumlah
pembayaran pelanggan Rp 5.750.000,00).

1.5 Dana Setoran Naik Haji


Salah satu dana bank yang harganya relatif murah atau sangat murah adalah
dana yang diperoleh dari masyarakat untuk tujuan naik haji. Dana ini mulai
banyak dipromosikan oleh bank semenjak tahun 1980an sebagai upaya
menyerap dana murah.Setoran ongkos naik haji adalah dana dari nasabah
yang ditujukan untuk kepentingan khusus naik haji yang diterima oleh bank
yang kemudian diteruskan kepada pihak yang berhak.
Keuntungan bagi bank selain mendapatkan sumber dana murah juga
membuka kesempatan untuk menciptakan keuntungan melalui
pendayagunaan dana tersebut dan promosi bank tersebut.

1.5.3 Penerimaan Setoran Dana Naik Haji


Untuk setiap kali penerimaan dari setoran dana naik haji akan dibukukan
sebagai sumber dana bank, atau berada pada posisi sebelah kredit. Sebagai
contoh, apabila seseorang datang kepada Bank Mandiri cabang Jakarta untuk
menyetorkan dana ongkos naik haji sebesar Rp 15.000.000 tunai. Setoran

17
tersebut ditujukan untuk keuntungan rekening giro C.V. Nugroho sebagai
pengelola naik haji. Pada saat penerimaan setoran naik haji ini, oleh Bank
Mandiri Jakarta dibukukan sebagai berikut :

D : Kas Rp 15.000.000
K : Dana Setoran Naik Haji Rp 15.000.000

Secara berkala jumlah setoran ini dipindahbukukan kedalam rekening C.V.


Nugroho dengan jurnal :
D : Dana Setoran Naik Haji Rp 15.000.000
K : Giro-C.V. Nugroho Rp 15.000.000

Dana untuk naik haji ini diharapkan mengen dap lama pada bank sehingga
bank dapat mengelola dana yang diterima ini untuk dapat disalurkan menjadi
aktiva yang menguntungkan bank.

4.4.2 Tabungan Dana Naik Haji


Selain dana setoran haji yang disetorkan langsung oleh yang bersangkutan
secara penuh, juga ada dua jenis dana setoran haji lain yang sifatnya seperti
tabungan. Dana ini dikenal dengan Tabungan Naik Haji yang memberi
kesempatan kepada masyarakat untuk menabung, menyimpan dan
mengumpulkan dana naik haji.
Tabungan naik haji ini juga merupakan dana yang relatif murah bagi bank
untuk dikelola. Tabungan naik haji ini merupakan hutang bank kepada
masyarakat yang jangka waktunya terbuka, artinya dapat disimpan terus
dalam bank hingga jumlahnya mencukui untuk naik haji.
1.4.3 Penyetoran Tabungan Naik Haji
Pada waktu penyetoran tabungan naik haji, rekening nasabah yang
bersangkutan akan dikredit dan dibiarkan outstanding hingga pencairan
dilakukan oleh nasabah yang bersangkutan.
Sabagai contoh, bila Tuan Budi datang hendak membuka rekening tabungan
naik haji di Bank Mandiri cabang Jakarta sebesar Rp 300.000 tunai, oleh
Bank Mandiri cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai

18
berikut :

D : Kas Rp 300.000
K : Tabungan Naik Haji Budi Rp 300.000

Setiap kali penyetoran akan dtampung dalam rekening nasabah yang


bersangkutan. Rekening ini lazimnya sedikit mengalami mutasi penarikan
karena sifatnya untuk menumuk dana guna naik haji.

1.4.4 Pencairan Tabungan Naik Haji


Apabila Tuan Budi yang telah memiliki tabungan naik haji sebesar Rp
12.000.000 datang hendak mencairkannya dan menyetor dana tersebut
kepada C.V. Nugroho pengelola naik haji, oleh Bank Mandiri cabang Jakarta
akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:

D : Tabungan Naik Haji-Budi Rp 12.000.000


K : Giro-C.V. Nugroho Rp12. 000.000

Dengan demikian hanya terjadi pemindahan dana dari tabungan kedalam


rekening giro yang semuanya merupakan dana murah bagi bank.

Ringkasan
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu
yang tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,2,3,6,12,18
sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangna
maupun lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau
lembaga.
Akuntansi untuk mencatat transaksi simpanan berjangka ini meliputi transaksi
pembelian simpanan berjangka, perhitungan dan pembukuan bunga, pencairan
simpanan berjangka pada saat jatuh tempo, dan perpanjangan simpanan berjangka
secara rollover.

Latihan Soal
1. Pada tanggal 10 Juni 2019 sertifikat deposito PT. Faustine sebesar Rp
250.000.000,- jangka waktu selama 3 bulan, bunga 8% p.a di Bank Mandiri

19
Cabang Ciledug telah jatuh tempo jangka waktunya.
Diminta :
Buatlah Jurnal dari transaksi :
 Sertifikat deposito pada saat jatuh tempo.
 Sertifikat deposito diperpanjang secara otomatis dan besarnya bunga
tetap dimasukkan ke rekening giro Rp Nasabah.
 Sertifikat deposito yang jatuh tempo diambil tunai atau dipindahkan ke
rekening Giro Rp nasabah baru pada tanggal 20 Juni 2019.

2. Pada tanggal 10 Mei 2019, PT. Faustine di Jakarta bermaksud menutup


rekening sertifikat depositonya sebesar Rp 250.000.000 Di Bank Mandiri
Cabang Ciledug, bunga sebesar 8% p.a serta biaya administrasi penutupan
rekening sebesar Rp 50.000.
Diminta :
Berapakah uang yang akan diterima dan buatlah jurnalnya jika :
 Pencairan rekening dikliringkan ke rekening gironya di Bank Mandiri
Cabang Ciledug
 Pencairan rekening ditransfer ke rekening Tabungannya di kantor BRI
Cabang Ciledug

20
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 5
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Akuntansi transfer Rupiah
(Remittance), Akuntansi ekspor impor,
Sub Pokok Bahasan : 5.1 Pengertian Jasa Bank
5.2 Transfer Dalam Negeri
5.3 Inkaso Dalam Negeri
5.4 Warkat Inkaso
5.5 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
5.6 Safe Deposit Box
5.7 Payment Point
5.8 Cek Perjalanan / Traveller Cheque
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012

1
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

2
AKUNTANSI JASA BANK

5.1 Pengertian Jasa Bank


Jasa bank adalah semua aktivitas bank, baik yang secara langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan tugas dan fungsi bank sebagai lembaga
intermediasi, yaitu lembaga yang memperlancar terjadinya transaksi
perdagangan, sebagai lembaga yang memperlancar peredaran uang serta sebagi
lembaga yang memberikan jaminan kepada nasabahnya.Yang termasuk jasa-jasa
perbankan adalah sbb :

5.2 Transfer Dalam Negeri (Penerimaan Dalam Negeri)


Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk memindahkan sejumlah dana
tertentu sesuai dengan perintah si pemberi amanat yang ditujukan untuk
keuntungan seseorang yang ditunjuk sebagai penerima transfer.
Dalam arti lain, transfer adalah kiriman uang yang diterima bank termasuk hasil
inkaso yang ditagih melalui bank tersebut yang akan diteruskan kepada bank lain
untuk dibayarkan kepada nasabah (transfer).
Baik transfer uang keluar atau masuk akan mengakibatkan adanya hubungan
antar cabang yang bersifat timbal balik, artinya bila satu cabang mendebet cabang
lain mengkredit.
a) Transfer Keluar
Adalah salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu
lintas pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar (transfer keluar).
Media untuk melakukan transfer ini adalah secara tertulis (mail transfer)
ataupun melalui kawat (wire transfer). Pengamanan dalam transfer keluar ini
adalah kode rahasia dari setiap transfer masuk dan keluar. Apabila terjadi
kesalahan dalam kode rahasia, transfer tersebut harus di tolak.
Keuntungan bagi bank yang melaksanakan transfer keluar adalah sebagai
sarana untuk menciptakan pendapatan dalam bentuk komisi, peningkatan
pelayanan pada para nasabah, peningkatan pangsa pasar bank, dan segi
promosi lainnya.
Pengiriman uang dilakukan oleh bank dengan cara memerintahkan cabang

3
lain untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada beneficiary (orang yang
berhak menerima transfer) yang berdomisili di kota tertentu. Dengan demikian
terjadi hubungan antar kantor antar cabang pemberi amanat dan pembayar
transfer.
Contoh:
Seorang Nasabah Bank Mandiri Cabang Jakarta Faustine, hendak mengirim
uang dengan kawat kepada seorang rekannya nasabah giro Bank Mandiri
Cabang Bandung sebesar Rp.6.000.000,- Untuk jasa ini Faustine dikenakan
komisi transfer Rp.10.000,- dan ongkos kawat sebesar Rp.15.000.
Pembayaran dilakukan dengan menarik selembaran cek giro termasuk seluruh
biaya dan komisi. Pada saat menerima amanat ini, Bank Mandiri-Jakarta akan
membukukan:

D: Giro – Rekening Faustine Rp.6.000.000,-


K: Pendapatan komisi transfer Rp. 10.000,-
K: Pendapatan ongkos kawat Rp. 15.000,-
K: RAK – Cabang Bandung Rp.6.000.000,-

b) Transfer Masuk

Transfer masuk, dimana bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk
membayar sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Dalam hal ini bank
pembayar akan membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah
beneficiary bila ia memiliki rekening di bank pembayar. Transfer masuk tidak
dikenakan lagi komisi karena si nasabah pemberi amanat telah dibebankan
sejumlah komisi pada saat memberikan amanat transfer.

Dalam hal transfer masuk ditujukan kepada bukan nasabah bank


pembayar,hasil transfer akan ditampung dalam rekening “Hasil Transfer Yang
Dapat Dibayar”.Rekening ini akan tetap outstanding hingga hasil transfer
dibayarkan kepada neneficiery.

Khusus transfer masuk kepada nasabah yang langsung dimasukkan kedalam


rekening yang bersangkutan, tidak dapat dibatalkan karena etis perbankan
tidak dapat mengurangi atau mendebit rekening seseorang tanpa persetujuan

4
si pemilik rekening bersangkutan. Pembatalan transfer masuk hanya dapat
dilakukan apabila transfer dibayarkan yang lazim dilakukan pada beneficery
yang bukan nasabah bank.

Contoh:

Bank Mandiri Cabang Bandung menerima transfer masuk dari Bank Mandiri
cabang Jakarta sebesar Rp.6.000.000,- untuk keuntungan rekening giro
nasabah Nugroho .Pada saat menerima transfer masuk ini, Bank Mandiri
cabang Bandung membukukan sebagai berikut:

D: RAK- Cabang Jakarta Rp. 6.000.000,-

K: Giro – Rekening Nugroho Rp. 6.000.000,-

5.3 Inkaso Dalam Negeri


Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh nasabah (baik
perusahaan maupun perorangan) untuk melakukan penagihan terhadap surat-
surat berharga (baik yang berdokumen maupun yang tidak berdokumen) yang
harus dibayar setelah pihak yang bersangkutan (pembayar atau tertarik) berada
ditempat lain (dalam atau luar negeri) menyetujui pembayarannya. Dalam arti
lain, Inkaso merupakan kegiatan jasa bank untuk melakukan amanat dari pihak
ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu
di kota lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat.
Sebagai imbalan jasa atas jasa tersebut biasanya bank menerapkan
sejumlah tarif atau fee tertentu kapada nasabah atau calon nasabahnya.
Tarif tersebut dalam dunia perbankan disebut dengan biaya inkaso.
Warkat-Warkat Yang Digunakan Dalam Inkaso:
 Cek
 Bilyet Giro
 Wesel
 Kuitansi
 Surat Aksep

5
 Deviden
 Kupon

5.4 Warkat Inkaso


Warkat inkaso tanpa lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang tidak dilampirkan
dengan dokumen-dokumen apapun seperti cek, bilyet giro, wesel dan surat
berharga.
Warkat inkaso dengan lampiran; Yaitu warkat-warkat inkaso yang dilampirkan
dengan dokumen-dokumen lainnya seperti kuitansi, faktur, polis asuransi dan
dokumen-dokumen penting. Jenis Inkaso ada 3 yaitu:

5.4.1 Inkaso Keluar

Suatu kegiatanuntuk menagih suatu warkat yang telah diterbitkan oleh nasabah
bank lain.Disini bank menerima amanat dari nasabahnya sendiri untuk menagih
warkat tersebut kepada seseorang nasabah bank lain dikota lain.

Pada inkaso keluar, transaksi ini bersifat bersyarat dan oleh sebab itu harus
dibukukan dalam rekening administratif. Artinya, bank akan membayar
sejumlah uang kepada si pemberi amanat. dalam hal ini nasabah, apabila hasil
inkaso dinyatakan berhasil. dengan demikian, rekening administratif akan
muncul disebelah kredit.

Dalam kegiatan inkaso keluar, seluruh transaksi sebelum diperoleh kepastian


berhasil tidaknya akan dibukukan dalam rekening administrative sebelah kredit
dalam rekening warkat inkaso yang di terima. Rekening ini akan tetap
outstanding sampai inkaso dinyatakan berhasil.

Contoh:
Tn.Nugroho, nasabah giro Bank Mandiri cabang Jakarta menyerahkan selembar
giro yang diterbitkan oleh seseorang nasabah bank Mandiri cabang Bandung
sebesar Rp.45.000.000,- untuk ditagihkan ke cabang Bandung dan hasilnya
agar dikreditkan kedalam rekeningnya. Komisi ditetapkan sebesar Rp 0.25%.
Pada saat menerima warkat untuk diinkaso ke cabang bandung. Bank Mandiri

6
cabang Jakarta akan membukukan:
K: Rekening Administratif Rupiah
Warkat inkaso Yang Diterima Rp. 45.000.000,-
Seminggu kemudian diterima berita (per kawat) bahwa inkaso dinyatakan
berhasil. Kepada nasabah dikenakan ongkos kawat sebesar Rp. 10.000. Oleh
Bank Mandiri cabang Jakarta akan dibukukan sebagai berikut:
D: Rekening Administratif Rupiah
Warkat Inkaso Yang Diterima Rp. 45.000.000,-
D: RAK – Cabang Bandung Rp. 45.000.000,-
K: Giro – Tuan Bambang Rp. 44.877.500,-
K: Pendapatan Komisi Inkaso Rp. 122.500,-
K: Pendapatan Ongkos Kawat Rp. 10.000
5.4.2 Inkaso Keluar Berantai
Sering kali inkaso yang dilakukan oleh suatu bank adalah warkat dari bank lain
yang berlokasi pada kota yang berbeda. Dalam hal ini demikian, bank penerima
warkat inkaso akan memberi amanat kepada cabang sendiri yang berlokasi
dalam kota yang sama atau kota terdekat dengan bank pemilik atau penerbit
warkat tersebut untuk menagih sejumlah nilai yang tertera dalam warkat
tersebut. Pelaksana inkaso oleh cabang penerima amanat dapat dilakukan
melalui kliring.
Bank pemberi amanat akan mengkredit rekening nasabah pemberi amanat
setelah inkaso berhasil dinyatakan berhasil.
Contoh:
Tn. Nugroho, nasabah giro Bank Mandiri cabang – Jakarta, memberikan amanat
untuk menagihkan selembar cek giro pada Bank BCA – Surabaya sebesar Rp.
50.000.000,- komisi sebesar 0.30% dan biaya kawat sebesar Rp. 20.000,-
diperhitungkan dari hasil inkaso. Pada saat menerima warkat inkaso, Bank
Mandiri – Jakarta akan membukukan sebagai berikut:
K: Rekening Administratif Rupiah
Warkat Inkaso Yang Diterima Rp. 50.000.000,-
Pada saat Bank Mandiri – Surabaya menerima warkat inkaso, akan dibukukan
oleh cabang Surabaya dengan jurnal sebagai berikut:

7
D: Bank Indonesia Rp. 50.000.000,-
K: Hutang Lainnya Rp. 50.000.000,-
Karena sifatnya transaksi kliring ini masih bersifat menunggu keberhasilan
inkaso dengan Bank BCA Surabaya, kliring tersebut akan ditampung sementara
pada rekening hutang lainnya.
Apabila kliring dinyatakan berhasil, Bank Mandiri – Surabaya akan
membebankan ongkos kawat Rp. 10.000 dan membukukan:
D: Hutang Lainnya Rp. 50.000.000,-
K: RAK – Cabang Jakarta Rp. 49.990.000,-
K: Pendapatan Ongkos Kawat Rp. 10.000,-
Oleh Bank Mandiri Jakarta akan membukukan:
D: Rekening Administratif Rupiah
Warkat Inkaso Yang Diterima Rp. 50.000.000,-
D: RAK – Cabang Surabaya Rp. 49.990.000,-
K: Giro Rekening Tn Nugroho Rp. 49.820.000,-
K: Pendapatan komosi Inkaso Rp. 150.000,-
K: Pendapatan Ongkos Kawat Rp. 20.000,-
Jadi hubungan rekening antar kantor antara cabang pemberi amanat dengan
cabang penerima amanat baru terjadi setelah hasil inkaso dinyatakan berhasil
oleh bank penerbit warkat.

5.4.3 Inkaso Masuk

Merupakan kegiatan yang masuk atas warkat yang telah diterbitkan oleh
nasabah sendiri. Dalam kegiatan inkaso masuk, bank hanya memeriksa
kecukupan dari nasabahnya yang telah menerbitkan warkat kepada pihak ke
tiga.

Dalam kegiatan inkaso masuk,bank hanya memeriksa kecukupan dana dari


nasabah yang telah menerbitkan warkat kepada pihak ketiga. Apabila ternyata
dananya mencukupi, maka bank hanya mendebit rekening nasabah
bersangkutan dan mengkredit hubungan antar kantor.

8
Dalam inkaso masuk, bank tertarik bersifat pasif, berbeda dengan inkaso keluar,
dimana bank pemberi amanat bersifat aktif.

Dalam inkaso masuk tidak akan dibukukan dalam rekening administratif karena
sifat transaksinya sudah jelas, yaitu ada atau tidak adanya dana dari nasabah
yang telah menarik warkat yang bersangkutan.

Contoh:
Bank Mandiri – Jakarta menerima tagihan dari Bank Mandiri – Bandung atas
selembar cek giro nasabahnya Tn. Martinus sebesar Rp. 20.000.000,- Setelah
diteliti dana nasabah tersebut cukup. Oleh Bank Mandiri –Jakarta akan
membukukan sebagai berikut:
D: Giro – Rekening Tn.Martinus Rp. 20.000.000,-
K: RAK – Cabang Bandung Rp. 20.000.000,-

Dalam inkaso masuk tidak akan dibukukan dalam rekening administrative


karena sifat transaksinya sudah jelas , yaitu ada atau tidak adanya dana dari
nasabah yang telah menarik warkat yang bersangkutan.

5.5 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negri (Letter Of Credit)

Surat Kredit Berdokumen (SKBDN) atau biasa disebut Letter of Credit (L/C)
merupakan salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian
barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak L/C
dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Berdasarkan
pengertian tersebut, tipe perjanjian yang dapat difasilitasi L/C terbatas hanya
pada perjanjian jual – beli, sedangkan fasilitas yang diberikan adalah berupa
penangguhan pembayaran.
L/C Dalam Negeri adalah L/C yang diterbitkan dalam valuta rupiah untuk
menjamin kelancaran perdagangan dalam negeri. Tujuan bank menerbitkan L/C
adalah untuk memberi jaminan secara tertulis berlandaskan hukum, untuk
melakukan pembayaran kepada pihak penjual, mengaksep atau menegosiasi
wesel-wesel yang ditarik oleh penjual serta memberi kuasa kepada bank lain
melakukan pembayaran, mengaksep atau menegosiasi wesel-wesel. Letter of

9
Credit Dalam Negeri hampir serupa dengan Letter of Credit untuk transaksi
perdagangan luar negeri, hanya valuta dan wilayah pabean yang membedakan)
5.5.1 Keuntungan Menerbitkan L/C Dalam Negri
Keuntunganyang diperoleh bank dalam menerbitkan L/C Dalam Negri yaitu
memperluas jaringan kepada masyarakat sebagai perantara perdagangan dan
juga mendapatkan tambahan pendapatan berupa komisi dan sumber dana
berupa setoran jaminan.

5.5.2 Pihak-Pihak Yang Terlibat


Pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan dalam negeri yaitu pembuka L/C
(pembeli), Bank penerbit L/C (issuing bank), bank pembayar L/C (negotiating
bank), penjual (beneficiary), perusahaan asuransi, perusahaan pengangkutan.
5.5.3 Ketentuan Penerbitan L/C Dalam Negri
Pelaksanaan L/C Dalam Negeri berpedoman kepada Uniform Custom and
Practice for Documentary Credits (UCPDC) yang diterbitkan oleh International
Chamber of Commerce dalam publikasi nomor 400 revisi tahun 1983 dan
diterbitkan pada 1 Oktober 1985.
a. Bentuk Dan Jenis L/C
1) Revocable Letter of Credit
Adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sewaktu-waktu tanpa
pemberitahuan lebih dahulu kepada beneficiary. Dari ketentuan tersebut
menunjukan bahwa suatu L/C yang dapat ditarik kembali atau dibatalkan
tidak menciptakan suatu ikatan hukum antara pihak bank dan
beneficiary. Sebenarnya bentuk revocable ini kurang tepat apabila
disebut L/C karena tidak mengandung jaminan bahwa wesel-weselnya
akan dibayar ketika diajukan, mengingat pembatalan mungkin telah
terjadi tanpa pemberitahuan kepada beneficiary. Oleh karena itu bentuk
L/C yang demikian kurang disukai oleh penjual dan jarang dipergunakan.
2) Irevocable Letter of Credit
Adalah suatu L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa
persetujuan semua pihak baik pembeli, penjual, maupun pihak bank
yang bersangkutan. Selama jangka waktu berlakunya yang ditentukan

10
dalam L/C, issuing bank tetap menjamin untuk membayar, mengaksep,
atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut asalkan
syarat-syarat dan kondisi yang ditetapkan didalamnya terpenuhi.
3) Confirmed Irrevocable Letter of Credit
Sebagaimana diketahui sifat khusus suatu L/C adalah credit standing
bank itu ditambahkan pada kredit standing pembeli dalam L/C yang
bersangkutan. Namun demikian dapat terjadi kredit standing dari pada
issuing bank tidak memuaskan bagi pihak penjual, hal ini timbul apabila
misalnya issuing bank hanya suatu bank lokal tanpa mempunyai reputasi
internasional sehingga pihak penjual memandang perlu untuk meminta
jaminan kepada advising bank. Dalam hal ini penjual akan mengajukan
permohonan agar dibuka suatu confirmed L/C.
4) Transferable Letter of Credit
Adalah suatu kredit yang memberikan hak kepada beneficiary untuk
meminta kepada bank yang diamanatkan untuk melakukan pembayaran
atau akseptasi atau kepada setiap bank yang berhak melakukan
negosiasi, untuk menyerahkan hak atas kredit itu seluruhnya atau
sebagian kepada satu pihak ketiga atau lebih.
5) Back To Back Letter of Credit
Back to back letter of credit ini dipakai dalam keadaan seperti halnya
pada transferable L/C yakni, suatu transaksi dagang yang dilakukan
dengan melalui pedagang perantara atau dalam keadaan dimana
hubungan langsung antara pembeli dan supplier tidak dimungkinkan oleh
peraturan-peraturan negara yang bersangkutan. Walaupun ada
persamaan demikian tetapi tidak berarti bahwa ketentuan-ketentuan
yang berlaku terhadap transferable L/C seluruhnya berlaku juga bagi
back to back L/C.
6) Red Clause Letter of Credit
Adalah suatu klausula yang memuat makna anti cipatory yaitu
menyangkut sesuatu hal yang sifatnya didahulukan. Adapun yang
didahulukan disini adalah pembayaran atas L/C oleh bank yang dilakukan
sebelum dokumen-dokumen yang disyaratkan diserahkan. Atas dasar

11
inilah maka red clause L/C termasuk dalam golongan yang disebut anti
cipatory credit.
7) Green Ink Clause Letter of Credit
Green ink clause letter of credit hampir serupa dengan red clause L/C,
yakni juga memberikan uang muka kepada beneficiary sebelum
pengapalan barang-barang dilakukan.
8) Revolving Letter of Credit
Dalam suatu kegiatan perdagangan luar negeri antara penjual dan
pembeli sering terjadi serentetan transaksi secara kontinyu dan teratur
baik waktu maupun jumlah. Adapun cara pembayarannya dapat
dilakukan dengan pembukaan L/C seperti yang telah diutarakan di atas
untuk masing-masing transaksi.
9) Stand By Letter of Credit
Suatu jaminan khusus yang biasanya dipakai sebagai “stand by” oleh
pihak beneficiary atau bank atas nama nasabahnya. Dalam hal ini apabila
pihak applicant gagal untuk melaksanakan suatu kontrak atau gagal
untuk membayar pinjaman atau memenuhi pinjaman lain bank yang
bersangkutan akan membayar kepada beneficary atas penyerahan
selembar sight draft dan surat pernyataan dari beneficiary, yang
menyatakan bahwa applicant atau kontraktor tidak dapat melaksanakan
kontrak yang disetujui, membayar pinjaman atau memenuhi kewajiban
lain itu.
b. Prosedur Transaksi Letter of Credit
1. Pihak penjual dan pembeli mengadakan negosiasi jual beli barang
hingga terjadi kesepakatan.
2. Pihak pembeli diharuskan membuka L/C dalam negeri pada suatu bank
(bank pembuka L/C)
3. Setelah L/C DN dibuka, oleh bank pembuka L/C segera
memberitahukan kepada bankpembayar bahwa L/C DN telah dibuka
dan agar disampaikan kepada si penjual barang.
4. Penjual barang mendapat pemberitahuan dari bank pembayar bahwa
pembeli telah membuka L/C barang dagangan sudah dapat segera

12
dikirim. Disini penjual barang meneliti apakah L/C terjadi perubahan
dari syarat yang telah disetujui semula.
5. Pada waktu pembeli menerima kabar dari perusahaan pengangkutan
bahwa barang telah datang, maka pihak pembeli harus membuatkan
certificate of receipts atau konosemen yang harus diserahkan kepada
bank pembayar dan penjual. Hal ini dilakukan setelah memeriksa
kebenaran L/C dengan faktur atau barang yang dikirim oleh si pembeli.
6. Atas dasar konsumen penjual segera menghubungi bank pembayar
dengan menunjukan dokumen L/C dan surat pengantar dokumen
disertai denga wesel yang berfungsi sebagai penyerahan dokumen dan
penagihan pembayaran kepada bank pembayar.
7. Bank pembayar setelah menerime dokumen dari penjual segera
menghubungi bank pembuka L/C. Oleh bank pembuka L/C segera
memberitahukan penerimaan dokumen dilampiri dengan perhitungan-
perhitungannya kepada pembeli.
8. Pembeli menerima dokumen dari bank pembuka L/C
9. Pembeli segera melunasi seluruh kewajibannya atas jual beli tersebut
kepada bank pembuka L/C.
10. Bank pembuka L/C memberi konfirmasi penerimaan dokumen dan
sekaligus memberitahukan bahwa si pembeli telah membayar. Dengan
demikian memberi ijin kepada bank pembayar untuk melakukan
pembayaran kepada si penjual. Kemudian semua arsip disimpan.
11. Oleh bank pembayar akan dilakukan pembayaran dengan
memperhatikan diskonto atau perhitungan wesel.
c. Proses dan langkah-langkah L/C:
1) Negosiasi jual beli
2) Pembeli mengajukan LC
3) Bank memeriksa pengajuan LC nasabah
4) Apabila bank setuju, nasabah wajib setor jaminan
5) LC ditujukan kepada bank penerus
6) Advising Bank meneruskan LC ke produsen
7) Produsen mengirim barang

13
8) Produsen menyerahkan dokumen pengiriman barang kepada advising
bank
9) Advising bank tidak langsung memberikan pembayaran, sebagai bank
penerus selanjutnya meneruskan penagihan kepada Issuing bank.
10) Issuing bank meneliti keabsahan dokumen dan kesesuaiannya dengan
isi perjanjian
11) Setelah dinyatakan sah maka issuing bank melakukan pembayaran
melalui advising bank.
12) Advising bank meneruskan pembayaran kepada produsen
13) Issuing bank menagih kewajiban pembayaran pembelian barang
kepada buyers
14) Buyers membayar tagihan kepada issuing bank.
Contoh:
Bank Mandiri – Surabaya menerima perintah dari Bank Mandiri – Jakarta untuk
meneruskan Sight L/C dalam negeri sebesar Rp. 120.000.000 yang telah
diterbitkan dan ditunjukkan kepada PT. DSK nasabah bank BCA cab Surabaya.
Untuk meneruskan L/C ini, Bank Mandiri – Surabaya memungut komisi sebesar
Rp. 75.000 dan ongkos sebesar Rp. 15.000 oleh Bank Mandiri Cab. Surabaya
akan dibukukan sbb:
D: RAK- Cab. Jakarta Rp. 120.125.000
K: Pedpt. Komisi Rp. 75.000
K: Pendpt. Ongkos Rp. 50.000
K: Kliring Rp. 120.125.000
Pada saat kliring diterima:
D: Kliring Rp. 120.000.000
K: BI – Giro Rp. 120.000.000

14
Bank Penerbit L/C Bank pembayaran
DN L/C DN

Bank Lain Sbg


Bank Pembayar

Beneficiary

5.6 Safe Deposit Box


a. Pengertian Safe Deposit Box (SDB)
Safe Deposit Box atau kotak simpan aman adalah fasilitas pengaman barang
berharga dalam bentuk kotak yang disediakan oleh suatu bank untuk
kepentingan nasabahnya. Kotak tersebut hanya dapat dibuka oleh bank dan
nasabah secara bersama-sama.

Contoh : perhiasan, surat – surat berharga

Keamanan barang-barang berharga tersebut akan terjamin oleh perbankan


karena untuk membuka setiap kotak penyimpanan diperlukan dua
kunci yaitu :

 Kunci 1 dipegang oleh Bank


 Kunci 2 dipegang oleh penitip barang atau pihak penyewa

Untuk membuka kotak penyimpanan tersebut, tidak semua karyawan Bank


dapat melakukannya akan tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang telah
ditunjuk oleh pihak Bank. SDB merupakan transaksi jasa perbankan yang
memberikan pendapatan bagi Bank dimana besar kecilnya pendapatan
tergantung pada lamanya sewa.

Biaya penyimpanan SDB terdiri atas:

 Biaya sewa

15
 Setoran jaminan kunci SDB, ini diperlukan karena untuk mengganti bila
kunci kotak penyimpanan tersebut hilang namun bila sampai selesai
penyimpanan barang berharga ternyata kunci tidak hilang maka setoran
jaminan kunci akan dikembalikan kepada yang berhak ( penitip barang
).

b. Manfaat Safe Deposit Box

 Memberikan keamanan dan kenyamanan


 Menyimpan semua barang-barang berharga

c. Fasilitas Safe Deposito Box

 Dilengkapi dengan teknologi


 Tersedia dalam beberapa ukuran
 Pembayaran sewa Safe Deposito Box langsung 3 tahun
 Diberikan bebas sewa 1 tahun tanpa bayar

d. Persyaratan dan ketentuan Safe Deposit Box

 Diperuntukan bagi perorangan dan badan usaha


 Memiliki rekening
 Mengisi biodata yang diperlukan oleh Bank.

e. Akuntansi Safe Deposit Box

 Pada saat penerimaan sewa


D: Giro
K: Sewa SDB diterima dimuka
K: Setoran Jaminan Kunci SDB

 Pada saat berakhirnya sewa


D: Setoran Jaminan Kunci SDB
K: Giro
Contoh soal:

16
Pada tanggal 1 Juli 2003 Bank Mitra Niaga Semarang menerima permohonan
seorang nasabah bernama Sheika untuk menyimpan barang dan surat berharga
miliknya. Untuk itu, dia menyerahkan setoran jaminan sebesar Rp. 1.500.000,-
secara tunai dan membayar sewa diterima dimuka sebesar Rp. 2.400.000,- untuk
sewa 6 bulan kedepan atas beban Giro Sheika. Masa sewa akan jatuh tempo pada
tanggal 31 Desember 2003.
Jurnal Bank Mitra Niaga Semarang:
1 Juli 2003
D: Kas Rp. 1.500.000,-
D: Giro-Sheika Rp. 2.400.000,-
K: Setoran jaminan kunci SDB Rp. 1.500.000,-
K: Pendapatan sewa SDB diterima dimuka Rp. 2.400.000,-
31 Juli s/d 30 November 2003
D: Pendapatan sewa SDB diterima dimuka Rp. 400.000,-
K: Pendapatan sewa SDB Rp. 400.000,-

Dan jurnal pada saat jatuh tempo:


31 Desember 2003
D: Pendapatan sewa SDB diterima dimuka Rp. 400.000,-
K: Pendapatan sewa SDB Rp. 400.000,-
D: Setoran jaminan SDB Rp. 1.500.000,-
K: Giro-Sheika Rp. 1.500.000,-
* Jurnal tanggal 31 Juli s/d 31 Desember 2003 adalah jurnal amortisasi terhadap
pendapatan sewa SDB diterima dimuka.
* Khusus tanggal 31 Desember 2003, disamping jurnal amortisasi juga menjurnal
pelimpahan setoran jaminan yang telah jatuh tempo dengan mengkredit ke
rekening Giro Sheika.
Bila pada akhir periode, ternyata sewa kunci yang dipegang Sheika hilang maka
setoran jaminan tidak akan dikembalikan, namun menjadi hak Bank sebagai
pengganti kunci yang hilang.
Dan jurnalnya sebagai berikut:
31 Desember 2003

17
D: Setoran jaminan SDB Rp. 1.500.000,-
K: Inventaris kantor Rp. 1.500.000,-

5.7 Payment Point

Salah satu jasa bank untuk melayani masyarakat yang akan melakukan
pembayaran-pembayaran yang relatif rutin dan nilainya relatif kecil, contohnya;
pembayaran rekening listrik, telepon, air dll.
Payment Point disebut juga rekening titipan dan diartikan sebagai rekening
bersyarat, yang sifatnya tidak mengikat bagi bank untuk melakukan kewajiban
kepada individu atau lembaga tertentu yang memberi amanat.
Contoh:
Tanggal 3 Mei 2003, diterima pembayaran dari pelanggan listrik sebesar Rp.
500.000,-
Jurnal 03 Mei 2003
D: Kas Rp. 500.000
K: Rekening titipan PLN Rp. 500.000
 Pencatatan rekening dimulai saat menerima slip tagihan dari individu atau
lembaga yang memberi amanat.

 Pencatatan tersebut dikelompokkan ke dalam rekening administratif dalam


kelompok kontijensi kewajiban.

 Pada saat selesainya pembayaran (tanggal 20 Mei 2003), hasil tagihan dari
masyarakat dilimpahkan ke giro PLN.

Jurnal 20 Mei 2003


D: Rekening Titipan PLN Rp. 500.000
K: Giro – PLN Rp. 500.000

5.8 Cek Perjalanan (Travellers Cheques)


Adalah surat berharga yang diterbitkan dalam valuta Rupiah dengan ciri aman,
terpercaya, praktis dan fleksibel serta dijamin oleh Bank penerbit dengan masa
berlaku tidak terbatas.

18
 Akuntansi Cek Perjalanan (TC) dimulai saat penerbitan atau penjualan dan
saat pencairan TC, baik yang dijual melalui cabang pembayar maupun
melalui agen.

 Penjualan TC dapat dilakukan secara tunai, beban giro atau dengan


menggunakan warkat yang disetujui Bank.

Contoh:
Penerbitan TC
Faustine nasabah Bank Mandiri Jakarta hendak membeli Traveller’s Cheques (TC)
atas beban rekening gironya, sebanyak 20 lembar @ Rp 100.000,-
D : Giro Nn. Yuyun Rp. 2.000.000
K : TC – Rupiah Rp. 2.000.000
Pencairan TC
Faustine mencairkan TC pada Bank Mandiri Cabang Padang sebanyak 3 lembar
secara tunai
Pada Cab. Padang
D: RAK- Jakarta Rp 300.000
K: Kas Rp 300.000

Pada Cab. Jakarta


D: TC – Rupiah Rp 300.000
K: RAK – Padang Rp 300.000
Penjualan TC oleh Agen
Penjualan kepada agen, Bank akan memberikan potongan yang akan dibebankan
kepada Biaya Komisi.
D: Kas Rp 300.000
K: Biaya Komisi Rp 300.000
K: TC – Rupiah Rp 300.000

Ringkasan

19
Jasa-jasa bank yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana dan juga dapat digunakan sebagai pelengkap atau fasilitas jasa
tamban yang digunakan untuk menarik nasabah sehingga dengan adanya jasa-jasa
perbankan memudahkan masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk yang
disediakan dalam bank.

Latihan Soal
1. Dalam jasa safe deposit box, keuntungan apa saja yang dapat diperoleh oleh
pemegang safe deposit box (SDB) tersebut.
2. Untuk memperlancar arus barang baik perdagangan lokal maupun internasional
salah satu caranya adalah dengan menggunakan L/C. Jelaskan fungsi L/C dalam
menunjang kegiatan untuk memperlancar kegiatan ekspor impor.
3. PT. Faustine, yang berencana membeli barang Mesin Pabrik pada PT. Power
Indonesia di Surabaya, mengajukan sight L/C pada bank Mandiri senilai Rp 300
juta. PT Faustine melakukan setoran dengan dana yang diambil dari Rek. Gironya
senilai Rp 240 juta. Biaya yang harus ditanggung PT Faustine adalah biaya komisi
dan ongkos kirim masing-masing senilai Rp. 180.000 dan Rp 25.000,-. Sementara
itu sisanya dibayarkan pada saat terjadi penagihan. Bagaimana cara pencatatan
jurnal pada saat penagihan dan pada saat penyelesaian?

20
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 6
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Akuntansi kliring dan Sistem Kliring
Nasional
1.1 Sistem Kliring
Sub Pokok Bahasan :
1.2 Peserta Kliring
1.3 Warkat dan Dokumen Kliring
1.4 Akuntansi Kliring
1.5 Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi
1.6 Jenis Biaya Kliring
1.7 Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Purnamawati, I Gusti Ayu dkk, 2004. Akuntansi Perbankan Teori
dan Soal Latihan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
7. Taswan, 2008. Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah
Edisi III . Yogyakarta: UPP STIM YKPN

1
AKUNTANSI KLIRING

6.1. Sistem Kliring


Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk
surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggaraan oleh bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Berdasarkan
sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan:
a. Sistem Manual yaitu sistem penyelenggaraan lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan,pembuatan bilyet saldo kliring,serta pemilihan warkat dilakukan
secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem Semi Otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
otomasi, sedangkan pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
c. Sistem Otomasi yaitu, sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
peaksanaan perhitungan pembutan bilyet saldo kliring, dan pemilihan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.

6.2. Peserta Kliring


Peserta kliring adalah bank atau bank indonesia yang terdaftar pada
penyelenggara untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi:
1. Peserta langsung, peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara
langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Terdiri dari kantor pusat,
kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah
kliring yang dengan kantor induknya. Syarat:
a. Kantor Bank yang dapat menjadi peseta langsung:
 Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari BI
 Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya diluar negeri
dan telah memperoleh izin kembukaan kantor dari BI.
 Kantor cabang pembantu yang telah memperoleh izin dari BI untuk
beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor cabang induk.
b. Kantor Bank mempunyai kantor lain yang memillki rekening giro disalah
satu kantor BI.

2
c. Lokasi kantor bank memungkinkan untuk mengikuti kliring secara tertib
sesuai jadwal kliring lokal ( waktu tempuh maksimal 45 menit).
2. Peserta tidak langsung, peserta yang turut serta dalam pelaksaan kliring melalui
dan menggunakan idenitas peserta langsung yang menjadi induknya yang
merupakan bank yang sama.
1.3 Warkat dan Dokumen Kliring
6.3.1 Warkat

Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban
atau untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang
diperhitungkan adalah :
a. Cek, perintah tak bersyarat pada bank untuk membayar sejumlah uang
tertentu atas beban rekening penarikan cek.
b. Bilyet Giro , perintah kepada bank untuk memindah bukukan uang
sejumlah tertentu atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu
kepada pihak yang tercantum dalam bilyet giro tersebut.
c. Wesel Bank untuk Transfer (WBUT), Wesel yang diterbitkan oleh bank
khusus untuk transfer.
d. Surat Bukti Penerimaan Transfer(SBPT), Surat bukti penerimaan transfer
dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana
transfer melalui kiring lokal
e. Nota Debet, warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain
untuk nasabah bank yang menyampaikan warkat.
f. Nota Kredit, warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank
lain untuk nasabah bank yang menerima warkat.

6.3.2 Dokumen Kliring


Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
proses perhitungan kliring di tempat penyelenggaraan.

6.3.2 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Lokal Manual


Penyelanggaraan kliring terdiri dari 2 tahap yaitu:
a. Kliring Penyerahan meliputi kegiatan yang dilakukan di kantor peserta dan di
tempat penyelenggara.

3
b. Kegiatan di kantor peserta sebelum datang ke pertemuan kliring penyerahan
ditempat penyelenggaraan, peserta harus melakukan persiapan sebagai
berikut:
 Melakukan pengecekan terrhadap warkat yang akan dikliringkan
apakah warkat tersebut merupakan warkat yang dapat dikliringkan dan
telah memenuhi spesifikasi sesuai ketenuan yang berlaku.
 Memilah warkat berdasarkan bank penerima.
 Mengisi daftar warkat kliring penyerahan engan rincian nominal warkat
serta jumlah lembar dan jumlah nominal warkat.
c. Kegiatan peserta ditempat penyelenggara pada saat pertemuan kliring
penyerahan ditepat penyeenggara, wakil peserta melakukan kegiatan
sebagai berikut:
 Wakil peserta wajib hadir dalam pertemuan kliring penyerahan pada
jadwal yang telah ditetapkan dengan mengisi daftar hadir yang
disediakan penyelenggara.
 Melakukan kegiatan pendistribusian warkat.
 Melakukan kegiatan penerimaan warkat.
 Mencocokkan rincian yang terpancum pada daftar warkat kliring
penyerahan yang diterima dari peserta lain dengan warkat yang
diterima.
 Menyusun neraca kliring penyerahan berdasarkan daftar warkat kliring
penyerahan yang diserahkan maupun yang diterima.
 Menandatangani dan mencantumkan nama jelas wakil peserta yang
bersangkutan pada neraca kliring penyerahan, kemudian menyerahkan
lemarr pertama neraca kliring penyerahan kepada penyelenggara.
d. Kegiatan tugas penyelenggara:
 Menyusun neraca kliring penyerahan gabungan berdasarkan neraca
kliring penyerahan yang disampaikan oleh seluruh wakil peserta.

6.3.3 Jadwal Kliring Lokal dan Pelimpahan Hasil Kliring


Jadwal penyelenggaraan kliring manual serta jadwal pelimpahan hasil kliring
ditetapkan oleh penyelenggara dengan persetujuan BI yang mewilayahi. Jadwal

4
kliring lokal yang ditetapkan merupakan rentang waktu bagi wakil peserta
diperkenankan untuk hadir dan mendistribusikan warkat pada proses
penyelenggaraan kliring penyerahan / pengembalian.
Sebagai contoh :
a. Jadwal kliring penyerahan ditetapkan pukul 10.30-11.00.
b. Jadwal kliring pengembalian ditetapkan pukul 13.00-13.30.
6.3.4 Sistem Kliring Warkat Luar Wilayah

Kliring warkat luar wilayah adalah penyelenggaraan kliring atas cek dan bilyet
giro yang diterbitkan oleh kantor bank yang bukan peserta diwilayah kliring
dimana cek dan bilyet giro dikliringkan.
Manfaat penyelesaian pembayaran Cek/BG luar kota :
1. Untuk penerapan kliring warkat luar wilayah akan memberikan manfaat
berupa efesiensi dalam (same day settement).
2. Dalam efektivitas cek/BG sesuai jadwal kliring lokal tempat dikliringkan
3. Untuk seluruh biaya atas proses wakat pada Bank Indonesia ada
kesamaan dengan warkat lokal lainya. Dari kemudahan tersebut
diaharapkan bisa meningkatkan kelancaran lalu lintas pembayaran giral
antar daerah

6.4 Akuntansi Kliring


Berikut ini adalah transaksi kliring beserta pencatatannya: peserta kliring adalah
Bank Mega, Bank Lippo, dan Bank Niaga Jakarta. Transaksi berikut ini
merupakan transaksi yang diselesaikan melalui kliring lokal.

1. Nasabah Bank BRI Jakarta dengan nama Denis Setiawan sudah menarik
cek no.011.000.12 sejumlahRp 50.000.000 dan cek no.011.000.13
sejumlah Rp 30.000.000 untuk membayar pembelian elektronik kepada
nasabah giro Bank Mega Jakarta yang bernama Drajat.
2. Bank Mega Jakarta telah menerima bilyet giro dari Erika untuk keuntungan
nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp50.000.000 yang bernama
Fahmi.

5
3. Telah menarik cek untuk membayar barang dagangan oleh Nasabah Niaga
Jakarta yang bernama Candra, kepada nasabah Bank Mega Jakarta sebesar
Rp60.000.000 yang bernama Yanti,
4. Bank BRI Jakarta telah diterima warkat debet masuk sebesar Rp20.000.000
untuk beban nasabah giro Dwiwahyu. Bank Niaga Jakarta memberkan
warkat melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro Fitri.
Diminta:
1. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
2. Neraca kliring pada tiap-tiap bank peserta kliring
3. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga
kliring

Jawab
1. Pencatatan jurnal pada masing masing peserta kliring
Pencatatan Jurnal Bank Mega
Kredit
Transaksi Ket Rekening Debet (Rp)
(Rp)
1. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 80.000.000
Cr. RAR Kliring 80.000.000
1. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 80.000.000
Cr. Giro Drajat 80.000.000
2. Kliring 1 Dr. Giro Erika 50.000.000
Cr. Giro Bank Indonesia 50.000.000
3. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 60.000.000
Cr. RAR Kliring 60.000.000
3. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 60.000.000
Cr. Giro Yanti 60.000.000

Pencatatan jurnal di Bank BRI Jakarta

Transaksi Ket Rekening Debet (Rp.) Kredit (Rp.)


1. Kliring 2 Dr. Giro Danis Setiawan 80.000.000
Cr. Giro BI 80.000.000
4. Kliring 2 Dr. Giro Dwiwahyu 20.000.000
Cr. Giro BI 20.000.000

Pencatatan Jurnal di Bank Niaga Jakarta


Transaksi Ket Rekening Debet (Rp) Kredit (Rp)
2. Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 50.000.000
Cr. Giro Fahmi 50.000.000
3. Kliring 2 Dr. Giro Candra 60.000.000
Cr. Giro BI 60.000.000
4. Kliring 1 Dr. RAR Kliring 20.000.000
Cr. RAR Kliring 20.000.000
4, Kliring 2 Dr. Giro Bank Indonesia 20.000.000
Cr. Giro Fitri 20.000.000

6
2. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring.
Bank Mega
Keterangan Saldo Keterangan Saldo
1. WDK 80.000.000 2. WKK 50.000.000
3. WDK 60.000.000
Menang Kliring 90.000.000
Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000

Bank BRI
Keterangan Saldo Keterangan Saldo
1. WDM 80.000.000
Kalah Kliring 100.000.000 4. WDM 20.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000


Bank Niaga
Keterangan Saldo Keterangan Saldo
2. WKM 50.000.000 2. WDM 60.000.000
4. WKM 20.000.000
Menang Kliring 10.000.000
Jumlah 70.000.000 Jumlah 70.000.000

3. Neraca kliring yang disajikan Bank Indonesia


Bank Indonesia
Keterangan Saldo Keterangan Saldo
Bank Lippo 100.000.000 Bank Mega 90.000.000
Bank Niaga 10.000.000
Menang Kliring 10.000.000
Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

6.5 Mengenal Kliring Elektronik dan Otomasi


Transaksi kliring dengan menggunakan sistem ini pada prinsipnya sama dengan
kliring manual. Warkat yang digunakan juga sama, yang membedakan adalah
pada penggunaan teknologi yang lebih canggih. Untuk penyelenggaraan kliring
lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring
dilakukan secara otomasi (untuk kliring otomasi) dan didasarkan pada Data
Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE untuk kliring elektronik.
Warkat yang digunakan relatif sama dengan sistem kliring manual.

Dalam kliring elektronik dan otomasi, harus didukung oleh Sistem Pusat Komputer
kliring Elektronik (SPKE), Terminal Peserta Kliring (TKP), dan Jaringan Komunikasi

7
Data (JKD). SPKE adalah seperangkat sistem komputer pada penyelenggara yang
berfungsi menerima dan mengolah data keuangan elektronik serta menghasilkan
informasi hasil kliring dan informasi kliring lainnya. TPK adalah perangkat sistem
komputer yang dipasang di peserta untuk mengirim Data Keuangan Elektroinik
(DKE) ke SPKE serta menerima informasi hasil perhitungan kliring dan informasi
kliring lainnya. Sedangkan yang dimaksud JKD adalah seperangkat sistem yang
berfungsi sebagai sarana penghubung antara TPK dengan SPKE. Untuk
mengoperasikan sistem ini, setiap peserta memiliki password.

Dalam kliring elektronik maupun otomasi, dokumen kliring yang digunakan


sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring adalah:

a. Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD); BPWD


digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat debet untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
b. Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK); BPWK
digunakan sebagai tanda bukti penyerahan warkat kredit untuk setiap bundel
warkat dari petugas kliring kepada penyelenggara pada kegiatan kliring
penyerahan.
c. Lembar Substitusi; Lembar substitusi digunakan dalam kliring penyerahan
sebagai tempat menempelkan bukti penjumlahan (ad-list) nominal warkat
yang diserahkan kepada penyelenggara. Pada lembar substitusi dicantumkan
jumlah nominal yang sama dengan hasil penjumlahan seluruh warkat pada
bundel warkat yang bersangkutan.
d. Kartu Batch; Kartu Batch merupakan sarana untuk mengetahui jumlah
keseluruhan nominal bundel warkat dari masing-masing peserta dan sebagai
saranan kontrol dalam proses kliring
e. Bukti Penyerahan Rekaman Warkat Kliring Pengembalian BPRWKP.

Warkat ataupun dokumen kliring diisi harus memperhatikan jenis angka dan
simbol MICR code line. Angka dan simbol merupakan rangkaian informasi yang

8
dibutuhkan dalam rangka sistem kliring yang diotomasikan atau dikliring otomasi
atau elektronik. MICR code line pada warkat yang wajib dicantumkan dalam clear
band terdiri dari :

 Nomor Warkat: 6(enam) digit;


 Sandi Peserta: 7(tujuh) digit;
 Nomor Rekening: 10(sepuluh) digit;
 Sandi Transaksi: 2(dua) digit;
 Nilai Nominal Warkat: 14(empat belas) digit.

Sedangkan pencantuman MICR code line pada warkat meliputi :

1. Nomor Warkat
Nomor warkat disediakan untuk nomor seri pada cek dan Bilyet Giro serta
nomor urut atau nomor registrasi pada warkat lainnya. Meskipun demikian bank
dapat pula menggunakannya untuk identitas warkat lainnya, misalnya nomor
urut atau nomor registrasi dan lain-lain untuk warkat selain cek atau Bilyet Giro.
Untuk keperluan nomor warkat disediakan 6(Enam) digit angka. Pencantuman
nomor warkat yang kurang dari 6(enam) digit, harus diawali dengan angka “0”
(nol). Sedangkan unutk nomor warkat yang melebihi 6(enam) digit hanya
dicantumkan 6(Enam) digit terakhir. Sebelah kiri dan kanan nomor warkat
tersebut harus diisi dengan simbol domestik.

2. Sandi Peserta
Sandi peserta disediakan untuk sandi bank dan sandi kantor penerima warkat.
Untuk keperluan sandi peserta disediakan 7(tujuh) digit angka, yang terdiri dari
:

 3(tiga) digit pertama untuk sandi bank


 3(tiga) digit berikut untuk sandi kantor peserta
 1(satu) digit terakhir untuk angka penguji.
 Nomor Rekening
Nomor rekening disediakan untuk nomor rekening nasabah pada peserta

9
penerima paling banyak 10 (sepuluh) digit angka, yang sistematikanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta. Pencantuman nomor
rekening yang kurang dari 10 (Sepuluh) digit, diawali dengan angka “0” (nol),
sedangkan untuk nomor rekening yang melebihi 10 (sepuluh) digit hanya
dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir. Dalam hal nomor rekening
menggunakan karakter spesial (non numeric) maka pengisian MICR dilakukan
dengan angka “0000000001” dan khusus pada nota kredit diisi secara lengkap
nama serta nomor rekening penerima pada warkat dimaksud. Nomor rekening
ini diakhiri dengan simbol domestik.

4. Sandi Transaksi
Untuk keperluan statistik bagi pihak penyelenggara, sandi transaksi diatur
sebagai berikut :

a. Sandi transaksi disediakan untuk identitas jenis warkat dan atau jenis
transaksi yang terdapat didalamnya;
b. Dalam sandi transaksi disediakan 2(dua) digit angka dengan pengaturan
sebagai berikut :
1) 00 sampai dengan 09 untuk cek
2) 10 sampai dengan 19 untuk bilyet giro;
3) 20 sampai dengan 29 untuk WBUT;
4) 30 sampai dengan 29 untuk SBPT;
5) 40 sampai dengan 49 untuk nota debet, dengan ketentuan:
a. Sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi 45,
untuk transaksi kliring dengan nilai nominal paling tinggi Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah)
b. Sandi transaksi 45, untuk transaksi kliring dengan nilai nominal
diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dan digunakan untuk
transaksi-transaksi sebagaimana diatur dalam surat edaran Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam
kliring.

10
6) 50 sampai dengan 59 untuk nota kredit, dengan pengaturan sebagai
berikut :

a) Sandi transaksi 50, untuk :

1. Transaksi antar bank untuk keuntungan nasabah yang


pelaksanaannya mengacu pada surat edaran Bank Indonesia
yang mengatur mengenai jadwal kliring dan tanggal valuta
penyelesaian akhir, sistem penyelenggaraan kliring lokal serta
jenis dan batasan nominal warkat atau data keuangan
elektronik; dan
2. Transaksi antar bank selain transaksi Pasar Uang Antar Bank
(PUAB), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), transaksi
valuta asing antar bank dan atau transaksi Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) atau Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU);
b) Sandi transaksi 53, untuk transaksi valuta asing antar bank;
c) Sandi transaksi 55, untuk tranasksi sertifikat Bank Indonesia
(SBI), SWBI, atau SBPU.

5. Nilai Nominal
Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara preprinted.
Pencantumannya dilakukan oleh peserta yang memperhitungkan warkat,
dengan menggunakan peralatan khusus yang disebut MICR encorder atau
reader-encorder dengan ketentuan sebagai berikut :

 Nilai nominal disediakan untuk pencantuman nilai nominal yang tertera


pada warkat. Untuk keperluan tersebut disediaka 14 (empat belas) digit
angka termasuk 2(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang rupiah (Rp);
 Pencantuman nilai nominal yang kurang dari 14 (empat belas) digit, harus
diawali dengan angka “0” (nol) dan nilai nominal setiap warkat kurang dari
Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah). Nilai nominal sebagaimana

11
dimaksud diatas diapit oleh 2 (dua) simbol nominal pada bagian kiri dan
kanannya.

6.6 Jenis Biaya Kliring


Penyelenggaraan kliring baik secara manual, semi otomasi, otomasi maupun
secara elektronik pada prinsipnya memerlukan biaya kliring. Biaya kliring ini
menjadi beban peserta kliring yang melakukan kliring saat itu. Secara umum biaya
kliring terdiri dari biaya administrasi, biaya proses warkat kliring. Biaya-biaya ini
akan dikreditkan oleh Bank Indonesia dari rekening giro BI yang dimiliki oleh
peserta kliring.

Mengingat dalam penyelenggaraan kliring lokal baik secara elektronik, otomasi,


maupun semi otomasi peserta dikenakan biaya oleh penyelenggara, maka untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kliring, peserta dapat mengenakan biaya
yang wajar kepada nasabahnya. Peserta wajib mengumumkan besarnya biaya
kliring yang ditetapkan oleh Bank Indonesia serta besarnya biaya kliring yang
dibebankan oleh peserta kepada nasabahnya.

6.7 Akuntansi Kliring Elektronik dan Otomasi


Perlakuan akuntansi untuk penyelenggaraan kliring dengan sistem ini tidak
berbeda dengan kliring manual. Yang membedakan proses penyelesaian kliring.
Dengan demikian perlakuan akuntansi yang dibahas dimuka sudah bisa untuk
memahami akuntansi kliring sistem ini.

12
Kesimpulan
Kliring merupakan suatu tata cara penagihan surat-surat berharga/warkat dari satu
bank peserta kliring terhadap bank pesertaa kliring lainnya dalam satu wilayah kliring
yang diselenggarakan oleh bank Indonesia.
Berdasarkan sistim penyelenggaraannyaa, kliring dapat menggunaakan:
a. Sistim manual, yaitu sistim penyelenggaraan liring lokaal yang daalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo liring serta pemilahaan
warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.
b. Sistem semi otomasi, yaitu sistm penyeeenggran kliring lokal yaang dalam
pelkssanaan perhitngan dan peembuataan Bilyet Saldo kliring dilakukaan ecara
otomasi, sedangkn pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap
peserta.
c. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilihan warkat
dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi.
d. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring local secara elektronik yang
selanjutnya disebut Kliring Elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang
dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan
pada Data Keuangan Elektronik (DKE) disertai dengan penyampaian Warkat
peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

Latihan Soal
Transaksi-transaksi di bawah ini adalah transaksi yang di selsesaikan melalui Kliring.
Peserta Kliring adalah Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BRI, Bank BNI dan Bank
Danamon Jakarta
a. Faustine adalah nasabah Bank Mandiri Jakarta,ia sedang menjalankan proyek,
tetapi dalam proyeknya ia membtuhkan alat berat untuk menyelesaikan
pekerjaanya,kemudian ia membeli alat proyek kepada Putri yang merupakan
nasabah Bank BCA Yogyakarta, ia membeli senilai Rp.20.000.000, Faustine
membayar dengan cek Bank BRI Jakarta.
b. Dita adalah nasabah Bank Mandiri Jakarta menarik cek untuk membayar
tagihan rumah kepada Tanaya nasabah Bank BNI Jakakarta sebesar Rp.

13
40.000.000,-
c. Adeline menyerahkan cek kepada Bank BRI Jakarta untuk rekening giro Daniel
nasabah Bank BNI Jakarta sebesar Rp10.000.000 untuk melunasi Hutang.
d. Bank Danamon Yogyakarta menerima Bilyet Giro dari Dewi untuk keuntungan
Hany yang meruapakan nasabah Bank Mandiri Jakarta sebesar Rp.15.000.000
e. Pak Budi Nasabah Bank Mandiri Jakarta Menerima Pembayaran Gaji Karyawan
dari Tuan Andi nasabah Bank BCA Jakarta sebesar Rp. 40.000.000-,
Diminta :
1. Bagaimana cara mencatat jurnal Transaksi diatas
2. Buatlah Neraca Kliring masing masing Bank

14
PERTEMUAN 7
JUDUL POKOK BAHASAN
Capaian : Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Konsep dan pengertian akuntansi surat
berharga, Surat Berharga yang dimiliki, Surat Berharga yang tersedia untuk
dijual, Surat Berharga yang diperdagangkan, Pemindahan antar Kelompok
Efek, Surat Berharga Yang dibeli dengan Janji Dijual kembali, Surat
Berharga Yang dijual dengan Janji Dibeli kembali, Pembentukan PPAP atas
surat Berharga
Sub Pokok Bahasan : 7.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi Surat Berharga,
7.2 Surat Berharga yang dimiliki
7.3 Surat Berharga yang tersedia untuk dijual
7.4 Surat Berharga yang diperdagangkan
7.5 Pemindahan antar Kelompok Efek
7.6 Surat Berharga Yang dibeli dengan Janji Dijual kembali
7.7 Surat Berharga Yang dijual dengan Janji Dibeli kembali
7.8 Pembentukan PPAP atas surat Berharga
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia.
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

AKUNTANSI PERBANKAN SURAT BERHARGA


7.1 Pengertian Akuntansi Surat Berharga
Surat berharga disebut juga sekuritas atau efek merupakan bentuk penanaman
sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan, mempunyai

1
pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera, dimaksudkan untuk dijual
dalam jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan usaha
bank, dan tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. Surat berharga
yang biasa diperjualbelikan oleh bank terdiri atas surat pengakuan utang wesel,
sertifikat Bank Indonesia, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivative dari
surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang.

7.2 Surat Berharga yang Dimiliki


Transaksi surat berharga dengan tujuan untuk diperdagangkan dinilai sebesar
harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan
atau penurunan harga pasar dicatat sebagai keuntungan atau kerugian
investasi surat berharga pada periode tahun berjalan. Berikut adalah prosedur
akuntansi surat berharga:
a) Surat Berharga yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
 Surat Berharga Dengan Bunga Dibayar Dimuka (diskonto)
Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga senilai Rp1.000.000.000
berjangka waktu 3 bulan dengan bunga diskonto sebesar 10%. Pada
saat pembelian, jumlah yang dibayarkan yaitu = Rp1.000.000.000 –
(Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360) = Rp975.000.000 dengan bunga
diskonto sebesar Rp25.000.000 atau Rp277.778 per hari. Jurnal
pembukunya adalah sebagai berikut:

Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan


Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring - Keluar 975.000.000
Kredit 227-112-xx-xxxx Pendapatan Bunga yang 25.000.000
Ditangguhkan
Pada saat amortisasi diskonto yang dilakukan oleh sistem pembukuan
secara otomatis pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan
sebagai berikut :

2
Debit 227-112-xx- Pendapatan Bunga yang 277.778
xxxx Ditangguhkan
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga - Efek 277.778
Pada saat jatuh tempo dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring - Masuk 1.000.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek - efek 1.000.000.000

b) Surat Berharga dengan Bunga Dibayar Dibelakang (secara


periodik)

Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga senilai Rp1.000.000.000


berjangka waktu 3 bulan dengan bunga sebesar 10% per tahun. Pada saat
pembelian, diperoleh harga sebesar Rp1.000.000.000. Jumlah bunga
selama 3 bulan sebesar (Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360) =
Rp25.000.000 atau Rp8.333.333 per bukan atau Rp277.778 per hari..Jurnal
pembukunya adalah sebagai berikut :
Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek sebesar nilai nominal 1.000.000.000
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring- Keluar 1.000.000.000
Pada sat perhitungan bunga yang dilakukan secara otomatis oleh sistem
pembukuan pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai
berikut :
Debit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang Masih Akan Diterima- 277.778
Efek
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 277.778
Pada saat realisasi penerimaan bunga yang diterima setiap bulan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00- Kas Kliring- Masuk 8.333.333
0005
Kredit 157-022-xx-xxxx Pendapatan Yang Masih Akan Diterima- 8.333.333
Efek
Pada saat jatuh tempo dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :

3
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring-Masuk 1.008.333.333
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-Efek 1.000.000.000
Kredit 157-022-xx-xxxx Pendapatan Yang Masih Akan 8.333.333
Diterima-Efek

c) Surat Berharga Dengan Bunga Dibayar Dibayar Secara Periodik


yang Diperoleh dengan harga diatas nilai nominal
Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga dengan nominal
Rp1.000.000.000 berjangka waktu 3 bulan dengan bunga sebesar 10% per
tahun. Pada saat pembelian, diperoleh harga sebesar Rp1.025.000.000.
Jumlah bunga selama 3 bulan sebesar (Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360)
= Rp25.000.000 atau Rp8.333.333 per bukan atau Rp277.778 per
hari..Jurnal pembukunya adalah sebagai berikut :
Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan
Debit 115-xxx-xx- Efek-efek sebesar nilai 1.025.000.000
xxxx nominal + premium
Kredit 157-070-00- Kas Kliring- Keluar 1.025.000.000
0004
Pada sat perhitungan bunga yang dilakukan secara otomatis oleh sistem
pembukuan pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai
berikut :
Debit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang Masih Akan 277.778
Diterima-Efek
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 277.778
Pada saat dilakukan amortisasi premium yang dilakukan oleh sistem pembukuan
pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga -Efek 277.778
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Premi Surat Berharga 277.778
Pada saat realisasi penerimaan bunga yang diterima setiap bulan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :

4
Kredit 157-070-00- Kas akaliring - Masuk 8.333.333
0005
Kredit 157-022-xx-xxxx Pendapatan Yang Masih Akan 8.333.333
Diterima-Efek
Pada saat jatuh tempo dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring - Masuk 1.008..333.333
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga - Efek 8.333.333

d) Surat Berharga Dengan Bunga Dibayar Dibelakang secara periodi


yang Diperoleh Dengan Harga di Bawah Nilai Nominal
Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga dengan nominal
Rp1.000.000.000 berjangka waktu 3 bulan dengan bunga sebesar 10% per
tahun. Pada saat pembelian, diperoleh harga sebesar Rp950..000.000.
Jumlah bunga selama 3 bulan sebesar (Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360)
= Rp25.000.000 atau Rp8.333.333 per bukan atau Rp277.778 per
hari..Jurnal pembukunya adalah sebagai berikut :
Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek sebesar nilai nominal - 950.000.000
diskonto
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring- Keluar 950.000.000
Pada sat perhitungan bunga yang dilakukan secara otomatis oleh sistem pembukuan
pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang Masih Akan 277.778
Diterima-Efek
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 277.778
Pada saat dilakukan amortisasi diskonto yang dilakukan secara otomatis oleh sistem
pembukuan dengan jumlah Rp50.000.000/90 hari =Rp555.556 akan dilakukan
pembukuan dengan jurnal :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Diskonto 555.556
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 555.556

5
Pada saat realisasi penerimaan bunga yang diterima setiap bulan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Kredit 157-070-00-0005 Kas akaliring – Masuk 8.333.333
Kredit 157-022-xx-xxxx Pendapatan Yang Masih Akan 8.333.333
Diterima-Efek
Pada saat jatuh tempo dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring – Masuk 1.008..333.333
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga - Efek 8.333.333

7.3 Surat Berharga yang Tersedia Untuk Dijual (Available for Sale)
Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga dengan nominal Rp1.000.000.000
berjangka waktu 3 bulan dengan bunga sebesar 10% per tahun. Pada saat
pembelian, diperoleh harga sebesar Rp1.000.000.000 (tidak ada biaya lain-
lain). Jumlah bunga selama 3 bulan sebesar (Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360)
= Rp25.000.000 atau Rp8.333.333 per bukan atau Rp277.778 per hari..Jurnal
pembukunya adalah sebagai berikut :
Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek sebesar (harga 1.000.000.000
perolehan)
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring- Keluar 1.000.000.000
Pada sat perhitungan bunga yang dilakukan secara otomatis oleh sistem pembukuan
pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang Masih Akan 277.778
Diterima-Efek
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 277.778
Pada saat realisasi penerimaan bunga yang diterima setiap bulan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Kas Kliring – Masuk 8.333.333
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan Bunga-Efek 8.333.333

Pada saat laporan harus dilakukan penyesuaian nilai wajar surat berharga, baik

6
yang nilai pasar wajar diatas nilai yang tercatat maupun nilai wajar yang
dibawah nilai yang tercatat. Jurnal penyesuaian pembukuan adalah sebagai
berikut :
Apabila nilai wajar diatas nilai yang tercatat misalnya Rp1.010.000.000 maka dilakukan
jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-Efek surat berharga 10.000.000
Kredit 303-050--00-0002 Selisih atas penilaian efek -Ekuitas 10.000.000
Apabila nilai wajar di bawah nilai yang tercatat misalnya Rp990.000.000 maka dilakukan
jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Debit 303-050-00-0002 Selisih atas penilaian efek- ekuitas 10.000.000
efek-efek
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek – Efek 10.000.000

Pada saat dilakukan penjualan surat berharga, baik nilai jual diatas nilai yang
tercatat maupun nilai wajar dibawah nilai yang tercatat harus dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut:
Apabila nilai jual diatas nilai yang tercatat misalnya Rp1.010.000.000 maka
dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas - Kliring Masuk 1.010.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek - Efek 1.000.000.000
Kredit 406-xxx-xx-xxxx Keuntungan Penjualan Efek 10.000.000
Menihilkan saldo selisih atas penilaian efek -ekuitas jika saldo kredit akan
menambah keuntungan penjualan efek
Debit 303-050-00-0002 Selisih Atas Penilaian Efek - Ekuitas 10.000.000
Kredit 406-xxx-xx-xxxx Keuntungan Penjualan Efek 10.000.000
Apabila nilai jual dibawah nilai yang tercatat misalnya Rp990.000.000 maka
dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas - Kliring Masuk 990.000.000
Debit 509-xxx-xx-xxxx Kerugian Penjualan Efek 10.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek - Efek 1.000.000

7
Menihilkan saldo selisih atas penilaian efek -ekuitas jika saldo kredit akan
menambah kerugian penjualan efek
Debit 509-xxx-xx- Kerugian Penjualan Efek 10.000.000
xxxx
Kredit 303-050-00- Selisih Atas Penilaian Efek - 10.000.000
0002 Ekuitas

Pada saat jatuh tempo,apabila efek yang dimiliki belum dijual, dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring-Masuk 1.000.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000

Sedangkan jika ada saldo kredit selisih atas penilaian efek-ekuitas, dilakukan
penihilan dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Debit 303-050-00- Selisih atas penilaian Efek- Sesuai nilai
0002 Ekuitas selisih
Kredit 406-xxx-xx- Keuntungan penjualan efek Atas penilaian
xxxx efek

Sedangkan jika ada saldo debit selisih atas penilaian efek-ekuitas, dilakukan
penihilan dengan jurnal pembukuan sebagai berikut:
Debit 509-xxx-xx- Kerugian Penjualan Efek Sesuai nilai
xxxx selisih
Kredit 303-050-00- Selisih atas penilaian efek- Atas penilaian
0002 ekuitas efek

7.4 Surat Berharga yang Diperdagangkan (Trading)


Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga dengan nominal Rp1.000.000.000
berjangka waktu 3 bulan dengan bunga sebesar 10% per tahun. Pada saat
pembelian, diperoleh harga sebesar Rp1.000.000.000 (tidak ada biaya lain-
lain). Jumlah bunga selama 3 bulan sebesar (Rp1.000.000.000 x 10% x 90/360)
= Rp25.000.000 atau Rp8.333.333 per bukan atau Rp277.778 per hari..Jurnal

8
pembukunya adalah sebagai berikut :
Pada saat pembelian dilakukan jurnal pembukuan
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek sebesar harga 1.000.000.000
perolehan
Kredit 157-070-00- Kas Kliring-Keluar 1.000.000.000
0004
Pada saat perhitungan bunga akrual yang dilakukan secara otomatis oleh system
pembukuan pada proses akhir hri akan dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut
:
Debit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang masih akan diterima- 277.778
efek
Kredit 400-02x-xx-xxxx Pendapatan bunga efek 277.778
Pada saat realisasi penerimaan bunga yang diterima setiap bulan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00- Kas Kliring Masuk 8.333.333
0005
Kredit 157-022-xx- Pendapatan yang masih akan diterima- 8.333.333
xxxx efek
Pada tanggal laporan harus dilakukan penyesuaian nilai wajar surat berharga,
Baik yang nilai pasar wajar di atas nilai yang tercatat maupun nilai wajar yang
di bawah nilai yang tercatat. Jurnal penyesuaian pembukuan adalah sebagai
berikut:
Apabila nilai wajar diatas nilai yang tercatat misalnya Rp1.010.000.000 maka
dilakukan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 10.000.000
Kredit 418-010-00-0019 Pendapatan beban penilaian 10.000.000
kembali-efek
Apabila nilai wajar dibawah nilai yang tercatat misalnya Rp990.000.000 maka
dilakukan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Debit 418-010-00-0019 Pendapatan beban penilaian kembali- 10.000.000
efek

9
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 10.000.000

Pada saaat dilakukan penjualan surat berharga, baik nilai jual di atas nilai yang
tercatat maupun nilai jual di bawah nilai yang tercatat harus dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut
Apabila nilai jual diatas nilai yang tercatat misalnya Rp1.010.000.000 maka dilakukan
jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring-Masuk 1.010.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000
Kredit 406-xxx-xx-xxxx Keuntungan penjualan efek 10.000.000
Apabila nilai jual dibawah nilai yang tercatat misalnya Rp990.000.000 maka
dilakukan
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring -Masuk 990.000.000
Debit 509-xxx-xx-xxxx Kerugian Penjualan Efek 10.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000

Pada saat jatuh tempo misalkan harga efek mencapai Rp1.015.000.000, apabila
efek yang dimiliki belum dijual, dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 157-070-00-0005 Kas Kliring-Masuk 1.015.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek 1.000.000.000
Kredit 157-022-xx-xxxx Pendapatan yang Masih 15.000.000
akan Diterima

7.5 Pemindahan Antar Kelompok Efek


a. Efek yang tersedia untuk dijual (available for sale – AFS) dipindahlan ke
Kelompok efek yang di perdagangkan (trading).
Misalkan nilai wajarnya sebesar Rp1.010.000.000 dilakukan pembukuan :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (trading) 1.010.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (AFS) 1.010.000.000
Jika ada saldo kredit selisih atas penilaian efek-ekuitas, dilakukan penilaian
dengan jurnal

10
Debit 303-050-00- Selisih atas Penilaian Efek- Sesuai nilai
0002 ekuitas
Kredit 418-010-00- Pendapatan beban penilaian Selisih penilaian efek
0019 kembali-efek
Sedangkan jika ada saldo debit selisih atas penilaian efek-ekuitas, dilakukan
penilaian
Debit 418-010-00- Pendapatan beban Sesuai nilai
0019 penilaian kembali-efek
Kredit 303-050-00- Selisih atas Penilaian Efek- Selisih penilaian efek
0002 Ekuitas

b. Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity – HTM) dipindahlan
ke kelompok efek yang diperdagangkan (trading).Bila efek HTM dicatat
dengan system bunga dibayar dimuka (diskonto), Misalkan Bank BRI
memiliki surat berharga dengan nominal Rp1.000.000.000 berjangka waktu
3 bulan dengan bunga diskonto sebesar 10% dan sudah dimiliki selama satu
bulan. Pada saat pemindahan dilakukan pembukuan dengan jurnal :

Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (trading) 1.000.000.000


Kredit 227-112-xx-xxxx Pendapatan bunga 8.333.333
yang ditangguhkan
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (HTM) 991.666.667

Bila efek HTM divatat dengan system bunga dibayar di belakang (secara
periodik) dilakukan jurnal pembukuan :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (trading) 1.010.000.000
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek HTM 1.000.000.000
Kredit 418-010-00-0019 Pendapatan penilaian 10.000.000
kembali efek

c. Efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity – HTM dipindahkan
ke kelompok efek yang tersedia umtuk dijual (AFS).

Bila efek HTM dicatat dengan system bunga dibayar dimuka (diskonto),
Misalkan Bank BRI memiliki surat berharga dengan nominal
Rp1.000.000.000 berjangka waktu 3 bulan dengan bunga diskonto sebesar

11
10% dan sudah dimiliki selama satu bulan. Pada saat pemindahan dilakukan
pembukuan dengan jurnal :
Debit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (AFS) 1.000.000.000
Kredit 227-112-xx-xxxx Pendapatan bunga yang 8.333.333
ditangguhkan
Kredit 115-xxx-xx-xxxx Efek-efek (HTM) 991.666.667

Bila efek HTM dicatat dengan system bunga dibayar di belakang (secara
periodik) dilakukan jurnal pembukuan :
Debit 115-xxx-xx- Efek-efek (trading) 1.010.000.000
xxxx
Kredit 115-xxx-xx- Efek-efek HTM 1.000.000.000
xxxx
Kredit 303-050-00- Selisih atas penilaian efek- 10.000.000
0002 ekuitas

1.6 Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali (Reverse
Repo)

Reverse Repo adalah penanaman dana dalam bentuk pembelian efek dengan
janji untuk dijual kembali kepada penjual semula dengan harga telah
disepakati. Pada saat pembelian efek reverse repo dicatat sebagai tagihan
sebesar harga jual kembali, yaitu harga beli ditambah bunga yang disepakati.
Sedangkan selisih antara harga beli dengan harga jual kembali dicatat
sebagai pendapatan bunga yang ditangguhkan.. Pendapatan ini akan
diamortisasi sejak dibeli hingga dijual kembali.Transaksi pembukuan
berkaitan dengan efek reverse repo antara lain transaksi pembelian,
amortisasi bunga yang ditangguhkan, dan transaksi penjualan kembali.
Misalkan Bank BRI membeli surat berharga dengan janji akan dijual kembali
dengan harga perolehan sebesar Rp1.000.000.000 berjangka waktu 3 bulan
dengan bunga selama 3 bulan sebesar Rp25.000.000, Jurnal pembukuan
sebagai berikut :
Pada saat pembelian efek dicatat sebesar harga beli ditambah dengan sejumlah
bunga tertentu yang telah disepakati
Debit 121-xxx-xx-xxxx Efek - Reverse Repo 1.025.000.000
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring-Keluar 1.000.000.000

12
Kredit 227-112-xx-xxxx Pendapatan bunga 25.000.000
ditangguhkan-Reverse Repo
Pada saat melakukan amortisasi pendapatan bunga yang ditangguhkan yang
dilakukan oleh sistem pembukuan secara otomatis pada proses akhir hari akan
dilakukan jurnal pembukuan sebagai berikut :
Debit 227-112-xx-xxxx Pendapatan bunga ditangguhkan- 277.778
Reverse Repo
Kredit 400-03x-xx-xxxx Pendapatan bunga - Reverse Repo 277.778
Pada saat penjualan kembali Reverse Repo dilakukan pembukuan dengan jurnal
Debit 157-070-00- Kas Kliring-Masuk 1.025.000.000
0005
Kredit 121-xxx-xx-xxxx Efek-Reverse Repo 1.025.000.000
Dan jika ada saldo pendapatan bunga yang ditangguhkan harus dinihilkan dengan
Jurnal pembukuan
Debit 227-111-XX- Pendapatan bunga yang Sebesar sisa
XXXX ditangguhkan-Reverse Repo saldo
Kredit 400-03X-XX- Pendapatan bunga-Reverse Repo Pendapatan
XXXX bunga yang
ditangguhkan

1.7 Surat Berharga yang Dijual dengan Janji Dibeli Kembali (Repo)
Repo adalah perolehan dana dalam bentuk penjualan efek dengan janji untuk
dibeli kembali dari pembeli semula dengan harga yang telah disepakati. Pada
saat penjualan efek repo dicatat sebagai kewajiban sebesar harga pembelian
kembali, yaitu harga jual ditambah bunga yang telah disepakati. Sedangkan
selisih antara harga jual dengan harga beli kembali dicatat sebagai beban bunga
yang diabayar di muka. Transaksi efek repo kebalikan dengan transaksi reverse
repo. Dari contoh di atas pembukuan yang dilakukan oleh bank lawan adalah
sebagai transaksi repo, yaitu dibukukan dengan jurnal pembukuan
Pada saat penjualan efek dicatat sebesar harga jual ditambah dengan sejumlah bunga
tertentu yang telah disepakati dan dicatat dengan jurnal pembukuan
Debit 157-070-00-0005 Efek Kliring Masuk 1.000.000.000
Kredit 157-040-xx-xxxx Beban Bunga yang 25.000.000
Ditangguhkan-efek repo
Kredit 209-0xx-xx-xxxx Efek-Repo 1.025.000.000
Pada saat melakukan amortisasi beban bunga yang dibayar dimuka yang dilakukan
oleh sistem pembukuan secara otomatis pada proses akhir hari akan dilakukan jurnal
pembukuan sebagai berikut :
Debit 500-03x-xx-xxxx Beban Bunga - Efek Repo 277.778
Kredit 157-040-xx-xxxx Beban Bunga yang Ditangguhkan- 277.778
efek repo
Pada saat pembelian kembali Reverse Repo dilakukan pembukuan dengan jurnal

13
Debit 209-0xx-xx-xxxx Efek-Repo 1.025.000.000
Kredit 157-070-00-0004 Kas Kliring-Keluar 1.025.000.000
Dan jika ada saldo beban bunga yang dibayar dimuka harus dinihilkan dengan jurnal
pembukuan
Debit 500-03x-xx- Beban Bunga Efek Repo Sebesar sisa
xxxx saldo
Kredit 157-040-xx- Beban Bunga yang Ditangguhkan-efek beban yang
xxxx repo ditangguhkan

1.8 Pembentukan PPAP atas Surat Berharga


Pembelian surat berharga (efek) milik bank lain mengandung risiko tidak
kembalinya dana yang ditempatkan. Sesuai SK BI No.31/148/KEP/DIR Tanggal
12 November 1998, Pembentukan PPAP minimal sebesar sebagai berikut :
1. Cadangan umum sebesar 1% x Aktiva Produktif Lancar x Risiko Bank (%)
2. Cadangan Khusus sebesar :
- 5% x Aktiva Produktif dalam Perhatian Khusus (DPK) x Risiko Bank
- 15% x (Aktiva Produktif Lancar – Nilai Agunan) x Risiko Bank
- 50% x (Aktiva Produktif Diragukan – Nilai Agunan) x Risiko Bank
- 100% x (Aktiva Produktif Macet – Nilai Agunan) x Risiko Bank

Atas pembelian surat berharga (efek) tersebut, bank yang bersangkutan harus
membentuk cadangan PPAP menurut kolektibilitas masing-masing surat
berharga. Misalkan diperoleh data surat berharga bank sebagai berikut :

Aktiva Produktif Rupiah Agunan Valas Agunan


Rupiah Valas
Surat berharga (SB) 80.000.000 0
SB tidak direstrukturisasi 70.000.000 0
Lancar 50.000.000 0
Macet 20.000.000 0
SB direstrukturisasi 10.000.000 0
Lancar 10.000.000 0
Macet 0 0
Sedangkan PPAP yang tersedia di neraca per 31 Mei 200X adalah sebagai berikut :
PPAP Aktiva Produktif Rupiah Valuta Asing
PPAP Umum Surat Berharga 500.000.000 0
PPAP Khusus Surat Berharga 18.000.000 0

14
Dengan demikian PPAP dalam rupiah yang harus tesedia pada akhir bulan Mei 20XX adalah
:
Cadangan Umum 1% x AP Lancar :
- SB yang tidak direstrukturisasi = 1% X Rp 50.000.000.000 =Rp 500.000.000
- SB yang direstrukturisasi = 1% X Rp 10.000.000.000 =Rp 100.000.000
Jumlah =Rp 600.000.000
Cadangan Khusus
- SB yang tidak direstrukturisasi =100%XRp20.000.000.000 =Rp20.000.000.000
- SB yang direstrukturisasi =100% X Rp0 =Rp 0
Jumlah =Rp20.000.000.000

Sedangkan PPAP dalam valuta asing yang harus tersedia pada akhir bulan Mei 200X
adalah :
Cadangan Umum: nihil dan Cadangan Khusu: Nihil
Selanjutnya pada akhir Mei 200X harus membukukan kekurangan jumlah PPAP
sebagai berikut:

PPAP Aktiva Produktif Rupiah Valuta Asing


Surat berharga tidak Direstrukturisasi
Cadangan Umum
 PPAP Umum yang harus tersedia 500.000.000
 Saldo PPAP Umum yang Telah Tersedia 500.000.000
 PPAP yang Harus Dibukukan 0
Cadangan Khusus
 PPAP Khusus yang Harus Tersedia 20.000.000.000
 Saldo PPAP Khusus yang Telah Tersedia 18.000.000.000
 PPAP yang Harus Dibukukan 2.000.000.000
Cadangan Umum
 PPAP Umum yang Harus Tersedia 100.000.000
 Saldo PPAP Umum yang Telah Tersedia 0
 PPAP yang Harus Dibukukan 100.000.000

Jurnal pembukuan pembentukan PPAP surat berharga yang tidak direstrukturisasi:

15
Debit 118-010-00- PPAP Umum Surat Berharga 0
Kredit 0000 Biaya PPAP Umum Surat Berharga 0
518-010-00-
0003
Debit 518-020-00- Biaya PPAP Khusus Surat Berharga 2.000.000.000
Kredit 0003 PPAP Khusus Surat Berharga 2.000.000.000
118-020-00-
0000
Jurnal pembukuan pembentukan PPAP surat berharga yang direstrukturisasi :
Debit 518-010-00- Biaya PPAP Umum Surat Berharga 100.000.000
Kredit 0003 PPAP Umum Surat Berharga 100.000.000
118-010-00-
0000

Ringkasan
Surat berharga disebut juga sekuritas atau efek merupakan bentuk penanaman
sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan, mempunyai
pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan segera, dimaksudkan untuk dijual dalam
jangka waktu dekat bila terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan usaha bank, dan
tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. Surat berharga yang biasa
diperjualbelikan oleh bank terdiri atas surat pengakuan utang wesel, sertifikat Bank
Indonesia, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivative dari surat berharga atau
kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar uang. Transaksi surat berharga dengan tujuan untuk
diperdagangkan dinilai sebesar harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum
direalisasi akibat kenaikan atau penurunan harga pasar dicatat sebagai keuntungan
atau kerugian investasi surat berharga pada periode tahun berjalan.

Latihan Soal
1. Untuk apakah Bank memiliki surat berharga ?
2. Surat berharga yang dimiliki bank dapat digolongkan menjadi menjadi aset
keuangan dan kewajiban keuangan, jelaskan apakah perbedaannya?

16
3. Bagaimana perlakuan akuntansinya dari surat berharga yang dijual dengan janji
dibeli kembali dan surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali?
4. Bagaimana perlakuan pembukuan tagihan reverse repo dan tagihan repo
dilakukan menurut pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia?
5. Pada tanggal 1 Januari 20XX Bank BRI dijakarta melakukan transaksi penjualan
surat berharga dengan janji dibeli kembali dari Bank BCA sebesar 1 Milyar
dengan jangka waktu 45 hari dan tingkat suku bunga sebesar 8,50%. Untuk
menjual surat berharga dimaksud, Bank BRI membayar Brokerage fee sebesar
Rp.5.000.000. Penyelesaian transaksi dilakukan seluruhnya pada tanggal 1
Januari 20XX.
Diminta :
Buatlah jurnal yang dilakukan oleh Bank BRI (Penjual) yang berhubungan
dengan transaksi tersebut jika diasumsikan
a. Tingkat materialitas untuk biaya transaksi yang dapat didistribusikan
secara langsung di Bank BRI adalah sebesar Rp 20.000.000
b. Jumlah hari perhitungan bunga dalam satu tahun aktual / 365 hari.
c. Semua kewajiban dapat dipenuhi dengan lancar.

17
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 8
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan dapat menyelesaikan soal UTS

Sub Pokok Bahasan : UTS


Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 9
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajariAkuntansi Pinjaman yang diberikan

Sub Pokok Bahasan 1.1 Jenis Kredit Yang Diberikan


:
1.2 Pembungaan Kredit
1.3 Sliding Rate
1.4 Flate Rate
1.5 Akuntansi Perkreditan
1.6 Perlakuan Akuntansi Bunga Kredit
1.7 Kredit Sindikasi
1.8 Restrukturisasi Kredit

Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
2
AKUNTANSI KREDIT YANG DIBERIKAN

Bank merupakan lembaga perantara yang menghimpun dana dan menempatkannya


dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit
akan memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank. Selain memberikan
kontribusi pendapatan bunga tertinggi bagi pendapatan bank, resiko yang
ditimbulkan oleh perkreditan juga sangat tinggi. Oleh karena itu, penyajian secara
akurat dan berkala tentang perkreditan menjadi sangat penting bagi bank untuk
memantau setiap kualitas kredit yangdiberikan.

Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Termasuk kredit yang
diberikan adalah kredit dalam kerangka pembiayaan bersama atau kredit dalam
prosespenyelamatan.

Bank dapat memberikan kredit apabila memiliki dana, atau tagihan yang sama
dengan itu, bank terlibat kesepakatan dengan calon debitur baik volume, tingkat
bunga, jangka waktu maupun agunan. Kesepakatan itu dituangkan dalam perjanjian
kredit. Dengan ditandatangani perjanjian kredit berarti bank dan debitur telah terikat
untuk melaksanakan. Bagi bank persetujuan kredit merupakan komitmen yang tidak
bisa dibatalkan, begitu juga bagi debitur. Setelah kredit dikucurkan, bank selalu
harus memantau kualitas kredit. Semakin lama jangka waktu kredit umumnya
semakin besarresikonya.

9.1 Jenis Kredit Yang Diberikan


1. Jenis Kredit Menurut Bentuknya
a. Kredit Rekening Koran
Debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening korannya sampai
dengan sebesar plafond yang ditetapkan bank. Pelunasan pokok kredit
dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit secara
umumdihitung secara harian berdasarkan baki debet (outstanding credit)

3
atau dengan nilai rata-rata baki debet setiapbulannya.

b. Installment Loan

Kredit ini adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan
secara teratur menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank
dengan debitur, dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa
kredit tersebut. Pada kredit Installment angsuran pokok meningkat dan
angsuran bunga menurun, sehingga total angsuran menjadi konstan
sepanjang masa kredit.
2. Jenis Kredit Menurut JangkaWaktunya
a. Kredit JangkaPendek
Kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun.
b. Kredit JangkaMenengah
Kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun.
c. Kredit JangkaPanjang
Kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Misalnya kredit
perumahan, kredit kendaraan.
3. Jenis Kredit MenurutKegunaannya
a. Kredit ModalKerja
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja
usaha, misalnya untuk pembelian barang dagangan.
b. KreditInvestasi
Kredit yang diberikan untk membiayai investasi suatu usaha misalnya
kredit untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin dan penyiapan
infranstruktur lainnya.
c. KreditKonsumsi
Kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut
dengan personal loan. Contoh : Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit
Pemilikan Mobil (KPM).

9.2 Pembungaan Kredit


9.2.1 Efective Rate atau PembayaranAnuitas
Sistem pembayaran yang dilakukan pada setiap selang waktu yang teratur

4
dalam jumlah yang sama atau tetap. Nominal angsuran bunga setiap periode
atau bulan akan menurun, sedangkan angsuran pokok akan meningkat.
Angsuran pokok dan bunga bila dijumlah setiap periode adalah sama
besarnya. Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut:
TotalAng
suran
Angsuran Pokok

Angsuran Bunga

0 JangkaWaktu

Gambar 3. Angsuran Total dengan Bunga Efektif

9.2.2 Anuitas pembayaran pada setiap akhir periode angsuran


(Postnumerando)
Kredit dengan angsuran postnumerando umumnya untuk kredit tunai (kredit
yang direalisasikan dalam bentuk uang tunai). Contoh: kredit modal kerja,
kredit investasi, kredit pegawai.

Rumus Anuitas :
Mxi
A=
1 – (1 + i)-n

Keterangan :
A = Anuitas
M = Nilai Kredit
i = Tingkat suku bunga
n = Jangka waktu kredit (bulan)

5
Rumus Angsuran / cicilan pokok pertama:

a1 = A / (1 + i)n

Rumus untuk menghitung angsuran pokok ke-n atau an:

an = a1 (1 + i)n-1

Rumus untuk menentukan angsuran bunga pertama:

b=Mxi

Rumus untuk menentukan angsuran bunga ke-n atau bn:

bn = A - an

Rumus untuk menghitung saldo pokok:

Pokok pinjaman – cicilan pokok

Contoh:
Plafon kredit disetujui dan dicairkan sebasar Rp200.000.000 pada tanggal 1 Mei
2018 dengan suku bunga 18% pa, dan dengan jangka waktu 1 tahun atau 12
bulan. Berapa besar angsuran yang harus dibayar debitur setiapbulan?

Rumus Anuitas:

M xi
A=
1 – (1 + i)-n

6
Keterangan:
A = Anuitas
M =Nilaikredit M = Rp 200.000.000
i = Tingkatsuku bunga i = 18%/12 =0,015
n = Jangkawaktukredit n =12

 Menghitung angsuran kredit per bulan(Anuitas)

A = 200.000.000 x0,015
1 – (1 + 0,015)-12
= 3.000.000
1 – 0,836387421
= 3.000.000
0,163612578
= Rp 18.335.998,59

 Menghitung angsuran pokokpertama

a1 = A / (1 + i)n

a1 =18.335.998,59
(1 +0,015)12
=18.335.998,59
1,195618171
= Rp 15.335.998,59

 Menghitung angsuran pokok ke-n atauan

an = a1 (1 +i)n-1

a2 = a1 (1 + i)2-1
=15.335.998,59 (1 + 0,015)2-1
= Rp 15.566.038,57 a3 = a1 (1 + i)3-1
= 15.335.998,59 (1 + 0,015)3-1
= Rp 15.799.529,15
 Menghitung angsuran bunga ke-n ataubn

7
bn = A - an

b1 = A – a1
= 18.335.998,59 - 15.335.998,59
= Rp 3.000.000 b2 = A – a2
=18.335.998,59 - 15.566.038,57
= Rp 2.769.960,02
 Menghitung sisa pinjaman pada akhir tahunke-n

Sn = bn+1/i

S1 = b1+1/0,015
= 2.769.960,02/0,015
= Rp 184.664.001,4

Daftar Angsuran dengan Metode Postnumerando

Ang Bulan Pokok Cicilan Pokok Cicilan Bunga Angsuran Per Saldo Pokok
s Pinjaman Bulan
ke
1 1 Juni 18 200.000.000 15.335.998,59 3.000.000 18.335.998,59 184.664.001,40
2 1 Juli 18 184.664.001,4 15.566.038,57 2.769.960,02 18.335.998,59 169.097.962,80
3 1 Agst 18 169.097.962,80 15.799.529,15 2.536.469,44 18.335.998,59 153.298.433,70
4 1 Sept 18 153.298.433,70 16.036.522,08 2.299.476,51 18.335.998,59 137.261.911,60
5 1 Okt 18 137.261.911,60 16.277.069,91 2.058.928,68 18.335.998,59 120.984.841,70
6 1 Nop 18 120.984.841,70 16.521.225,96 1.814.772,63 18.335.998,59 104.463.615.7
7 1 Des 18 104.463.615.7 16.769.044,35 1.566.954,24 18.335.998,59 87.694.571,38
8 1 Jan 19 87.694.571,38 17.020.580,02 1.315.418,57 18.335.998,59 70.673.991,36
9 1 Feb 19 70.673.991,36 17.275.888,72 1.060.109,87 18.335.998,59 53.398.102,64
10 1 Mar ‘19 53.398.102,64 17.535.027,05 800.097,54 18.335.998,59 35.863.075,59
11 1 Apr 19 35.863.075,59 17.798.052,46 537.946,13 18.335.998,59 18.065.023,24
12 1 Mei 19 18.065.023,24 18.065.023,24 270.975,35 18.335.998,59 0,00
220.031.983,10

9.2.3 Angsuran kredit diterima setiap awal bulan(Prenumerando)


Kredit ini biasanya untuk kredit nontunai seperti Kredit Pemilikan Rumah
(KPR), Kredit Pemilikan Mobil (KPM). Untuk kredit-kredit semacam ini,
nasabah biasanya akan dibebani uang muka (down payment) dan angsuran
perdana pada saat akad kredit ditandatangani. Pola pembayaran ini

8
sebenarnya nasabah membayar angsuran di awal bulan.
Rumus untuk mencari Anuitas:

M
A=
[ 1 – (1+i)-n+1 ] +1
i
Keterangan :
A = Anuitas
M = Nilai kredit
i = Tingkat suku bunga
n = Jangka waktu kredit (bulan)

Rumus untuk mencari cicilan pokok dan cicilan bunga serta saldo pokok sama
dengan metode Postnumerando.
Contoh:

Nasabah pada tanggal I Mei 2018 melakukan pembelian mobil dengan fasilitas
KPM BNI. Harga mobil Rp230.000.000, biaya balik nama dan lain-lain
Rp5.000.000. Nasabah diwajibkan membayar uang muka Rp30.000.000.
Berapa angsuran per bulan bila nasabah mengambil jangka waktu KPM selama
1 tahun atau 12 bulan dengan bunga 18%.
 Menghitung angsuran kredit per bulan(Anuitas)

M
A =
{ 1 – (1 + i)-n+1} + 1
i

A= 200.000.000
{ 1 – (1 + 0,015)-12+1} +1
0,015
= 200.000.000

9
{ 0,151066766 } + 1
0,015
= 200.000.000
11,07111778
= Rp 18.065.023,24
 Menghitung angsuran pokokpertama

a1 = A / (1 + i)n

a1 =18.065.023,24

(1 +0,015)12
=18.335.998,59
1,195618171
= Rp 15.109.358,21

 Menghitung angsuran pokok ke-n atauan

an = a1 (1 +i)n-1

a2 = a1 (1 + i)2-1
= 15.109.358,21 (1 + 0,015)2-1
= Rp 15.335.998,58

a3 = a1 (1 + i)3-1
= 15.109.358,21(1 + 0,015)3-1
= Rp 15.566.038,56

 Menghitung angsuran bunga ke-n ataubn

bn = A - an

b1 = A – a1

10
= 18.065.023,24 - 15.109.358,21
= Rp 2.955.665,03

b2 = A – a2
=18.065.023,24 - 15.335.998,58
= Rp 2.729.024,66

 Menghitung sisa pinjaman pada akhir tahunke-n

Sn = bn+1/i

S1 = b1+1/0,015
= 2.729.024,66/0,015
= Rp 181.934.977,3

Daftar Angsuran dengan Metode Prenumerando

Angs Bulan Pokok Cicilan Pokok Cicilan Bunga Angsuran Per Bulan Saldo Pokok
ke Pinjaman
1 1 Mei ‘18 200.000.000 15.109.358,21 2.955.665,03 18.065.023,24 184.890.641,80
2 1 Juni ‘18 184.890.641,80 15.335.998,58 2.729.024,66 18.065.023,24 169.554.643,20
3 1 Juli ‘18 169.554.643,20 15.566.038,56 2.498.984,68 18.065.023,24 153.755.114,10
4 1 Agst ‘18 153.755.114,10 15.799.529,14 2.265.494,10 18.065.023,24 137.718.592
5 1 Sept ‘18 137.718.592 16.036.522,07 2.028.501,70 18.065.023,24 121.441.522,10
6 1 Okt ‘18 121.441.522,10 16.277.069,91 1.787.953,33 18.065.023,24 104.920.296,10
7 1 Nop ‘18 104.920.296,10 16.521.225,96 1.543.797,28 18.065.023,24 88.151.251,77
8 1 Des ‘18 88.151.251,77 16.769.044,35 1.295.978,89 18.065.023,24 71.130.671,76
9 1 Jan ‘19 71.130.671,76 17.020.580,01 1.044.443,23 18.065.023,24 53.854.783,05
10 1 Feb ‘19 53.854.783,05 17.275.888,71 789.134,53 18.065.023,24 36.319.756,01
11 1 Mar ‘19 36.319.756,01 17.535.027,04 529.996,20 18.065.023,24 18.521.703,56
12 1 Apr ‘19 18.521.703,56 17.798.052,45 266.970,79 18.065.023,24 726.651,11
216.780.278,90

9.3 SlidingRate
Angsuran pokok diperhitungkan tetap atau sama pada setiap angsuran,
sedangkan bunga diperhitungkan menurun sejalan dengan berkurangnya sisa
kredit.

11
Rumus untuk menentukan angsuran/cicilan pokok:

M
a=
n

Keterangan :
a = angsuran / cicilan pokok

M =Plafon Kredit
n = Periode kredit (bulan)

Rumus untuk menentukan angsuran bunga:

b1 = M x i
b2 = (M – a) x i
b3 = (M – (a x 2)) xi
b4 = (M – (a x 3)) xi

sehingga :

bn = (M – (a x (n – 1))) x i

Contoh:
Berdasarkan contoh diatas, perhitungan bunga dengan metode Sliding Rate
sebagai berikut:
 Menghitung besarnya angsuran angsuranpokok:

M
a=
n

a = 200.000.000 = Rp 16.666.666,67
12
 Menghitung angsuranbunga:

12
b1 = M x i

bn = (M – (a x (n-1) x i
b2 = (M – a) x i

b1 = 200.000.000 x 0,015 = Rp 3.000.000


b2 = (200.000.000 – 16.666.666,67) x 0,015 = 2.750.000

Daftar Angsuran dengan Metode Sliding Rate

Ang Bulan Pokok Cicilan Pokok Cicilan Angsuran Saldo Pokok


s Pinjaman Bunga Per
ke Bulan
1 1 Mei’ 18 200.000.000 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 183.333.333,33
2 1 Juni’ 18 183.333.333,33 16.666.666,67 2.750.000 19.416.666,67 166.666.666,67
3 1 Juli’ 18 166.666.666,67 16.666.666,67 2.500.000 19.166.666,67 150.000.000
4 1 Agst ‘18 150.000.000 16.666.666,67 2.250.000 18.916.666,67 133.333.333,33
5 1 Sep’ 18 133.333.333,33 16.666.666,67 2.000.000 18.666.666,67 116.666.666,67
6 1 Okt’ 18 116.666.666,67 16.666.666,67 1.750.000 18.416.666,67 100.000.000
7 1 Nop ‘18 100.000.000 16.666.666,67 1.500.000 18.166.666,67 83.333.333,33
8 1 Des ‘18 83.333.333,33 16.666.666,67 1.250.000 17.916.666,67 66.666.666,67
9 1 Jan’ 66.666.666,67 16.666.666,67 1.000.000 17.666.666,67 50.000.000
19
10 1 Feb’19 50.000.000 16.666.666,67 750.000 17.416.666,67 33.333.333,33
11 1 Mar’ 19 33.333.333,33 16.666.666,67 500.000 17.166.666,67 16.666.666,67
12 1 Apr’ 19 16.666.666,67 16.666.666,67 250.000 16.916.666,67 0
219.500.000

9.4 FlatRate
Perhitungan bunga dengan flat rate didasarkan pada perhitungan bunga secara
prorata sesuai dengan jangka waktu kredit dan nominal kredit. Apabila
menggunakan flat rate umumnya akan mennentukan tingkat suku bunga yang
lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan effective rate atau sliding
rate.

13
Rumus untuk menentukan angsuran pokok dan bunga:

M + (M x i x t)
Angsuran pokok dan bunga =
N

Keterangan :
M = Plafon kredit
i = Tingkat suku bunga (dalam persen)

t = Jangka waktu kredit(tahun)


n = Jumlah bulan angsuran selama masa kredit
Contoh:
Berdasarkan contoh diatas, perhitungan bunga dengan metode Flat Rate
sebagai berikut:

Angsuran pokok dan bunga = 200.000.000 + (200.000.000 x 18% x 1)


12
= Rp19.666.666,67
Angsuranpokok/bln = 200.000.000/12 = Rp 16.666.666,67

Angsuranbunga/bln = (200.000.000 x 18% x 1)/12

= Rp3.000.000
Daftar Angsuran dengan Metode Flat Rate

Ang Bulan Pokok Cicilan Pokok Cicilan Angsuran Per Saldo Pokok
s Pinjaman Bunga Bulan
ke
1 1 Mei’ 18 200.000.000 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 183.333.333,33
2 1 Juni’ 18 183.333.333,33 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 166.666.666,67
3 1 Juli’ 18 166.666.666,67 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 150.000.000
4 1 Agst ‘18 150.000.000 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 133.333.333,33
5 1 Sep’ 18 133.333.333,33 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 116.666.666,67
6 1 Okt’ 18 116.666.666,67 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 100.000.000
7 1 Nop ‘18 100.000.000 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 83.333.333,33
8 1 Des ‘18 83.333.333,33 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 66.666.666,67
9 1 Jan’ 19 66.666.666,67 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 50.000.000
10 1 Feb’ 19 50.000.000 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 33.333.333,33
11 1 Mar’ 19 33.333.333,33 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 16.666.666,67
12 1 Apr’ 19 16.666.666,67 16.666.666,67 3.000.000 19.666.666,67 0
236.000.000

14
9.5 Akuntansi Perkreditan
Sesuai dengan pengertian kredit yaitu penyediaan uang berdasarkan
kesepakatan pinjam meminjam, ini berarti perlu adanya akad atau perjanjian
kredit. Perjanjian kredit ini akan mengikat bank dan debitur. Pengikatan
tersebut tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak selama syarat-syarat
dipenuhi oleh kedua belah pihak. Bagi bank, pengikatan diri dalam perjanjian
kredit berarti sebuah komitmen untuk memberikan kredit kepadadebitur.

Pada realisasi kredit, bank akan memungut beban terhadap debitur (yang
berarti pendapatan bagi bank). Pendapatan tersebut berasal dari biaya provisi,
biaya administrasi, biaya taksasi jaminan, biaya asuransi, dan sebagainya.
Biaya-biaya ini akan dibebankan kepada debitur melalui perkreditan terhadap
kredit yang direalisasikan. Pengucuran kredit dicatat sebesar nilai realisasi kredit

Contoh:

Tanggal 15 Maret 2018 Nugroho mengajukan permohonan kredit kepada Bank


Mandiri Yogya sebesar Rp150.000.000. Aplikasi kredit disetujui pada tanggal 1
April 2018 dengan jangka waktu 1 tahun, tingkat suku bunga 24%. Debitur
dibebani biaya provisi dan komisi 0,5%, bea materai Rp12.000, biaya
penggantian barang cetakan Rp20.000, biaya administrasi Rp150.000, biaya
notaris dan PPAT Rp300.000, biaya asuransi kredit Rp250.000. Bank
memperhitungkan bunga dengan Sliding Rate. Pada tanggal tersebut, Nugroho
langsung mencairkan kredit sebesar Rp150.000.000 dengan perincian di
transfer ke cabang Solo Rp80.000.000, dikreditkan ke rekening Giro Nugroho
Rp30.000.000, dan sisanya tunai. Buatlah perhitungan angsuran kreditnya
besertajurnalnya!
 Menghitung besarnya angsuran angsuranpokok

M
a=
n

M = Rp 150.000.000
n = 12 bulan
i = 24% : 12 = 0,02

15
a = 150.000.000 = Rp 12.500.000
12
 Menghitung angsuranbunga:

b1 = M x i

bn = (M – (a x (n-1) x i
b2 = (M – a) x i

b1 = 150.000.000 x 0,02 = Rp 3.000.000


b2 = (150.000.000 – 12.500.000) x 0,02 = 2.750.000
b3 = (150.000.000 - (12.500.000 x 2) x 0,02 = 2.500.000

Daftar Angsuran dengan Metode Sliding Rate

Ang Bulan Pokok Pinjaman Cicilan Pokok Cicilan Angsuran Saldo Pokok
s Bung Per
ke a Bulan
1 1 Mei’ 18 150.000.000 12.500.000 3.000.000 15.500.000 137.500.000
2 1 Juni’ 18 137.500.000 12.500.000 2.750.000 15.250.000 125.000.000
3 1 Juli’ 18 125.000.000 12.500.000 2.500.000 15.000.000 112.500.000
4 1 Agst ‘18 112.500.000 12.500.000 2.250.000 14.750.000 100.000.000
5 1 Sep’ 18 100.000.000 12.500.000 2.000.000 14.500.000 87.500.000
6 1 Okt’ 18 87.500.000 12.500.000 1.750.000 14.250.000 75.000.000
7 1 Nop ‘18 75.000.000 12.500.000 1.500.000 14.000.000 62.500.000
8 1 Des ‘18 62.500.000 12.500.000 1.250.000 13.750.000 50.000.000
9 1 Jan’19 50.000.000 12.500.000 1.000.000 13.500.000 37.500.000
10 1 Feb’ 19 37.500.000 12.500.000 750.000 13.250.000 25.000.000
11 1 Mar’ 19 25.000.000 12.500.000 500.000 13.000.000 12.500.000
12 1 Apr’ 19 12.500.000 12.500.000 250.000 12.750.000 0
169.500.000

Jurnal :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


1/4-18 Dr.Kredit Yang Diberikan 150.000.000
Cr.RAK Cabang Solo 80.000.000
Cr.Giro Nugroho 30.000.000
Cr.Provisi dan Komisi 1.000.000
Cr.Persediaan Bea Materai 12.000
Cr.Biaya Notaris dan PPAT 300.000
Cr.Pendapatan Administrasi 150.000
Cr.Persediaan Barang Cetakan 20.000
Cr.Premi Asuransi Kredit 250.000

16
Cr.Kas 38.268.000

1/5-18 Dr.Giro Nugroho 15.500.000


Cr.Kredit Yang Diberikan 12.500.000
Cr.Pendapatan Bunga Kredit 3.000.000

1/6-18 Dr.Giro Nugroho 15.250.000


Cr.Kredit Yang Diberikan 12.500.000
Cr.Pendapatan Bunga Kredit 2.750.000

9.6 Perlakuan Akuntansi BungaKredit


Bunga kredit dibukukukan tersendiri (terpisah dengan angsuran pokok kredit).
Perlakuan bunga kredit akan dilihat dari kualitas kredit yang memberikan
bunga. Bila kredit tergolong lancar, maka bank bisa menerapkan Accrual Basis.
Bank bisa melakukan pencatatan pendapatan bunga setiap saat pelaporan.
Bank bisa melakukan pencatatan pendapatan bunga setiap saat pelaporan.
Dengan demikian bunga yang belum jatuh tempo, bisa saja dicatat sebagai
piutang bunga ketika pelaporan keuangan dilakukan. Namun bagi kredit
bermasalah (misalnya dalam pengawasan khusus, kurang lancar, diragukan,
macet) maka bank akan memperlakukan pendapatan bunga berdasarkan Cash
Basis.
Contoh:
Aplikasi kredit Rudiyanto disetujui Bank Bahana Jakarta tanggal 1 Juni 2006
dengan plafon kredit Rp300.000.000, suku bunga 18%, jangka waktu 1 tahun.
Dalam transaksi ini, Bank Bahana Jakarta membebani biaya provisi dan komisi
1%, biaya administrasi Rp300.000, biaya notaris Rp3.000.000, biaya materai
Rp60.000, biaya asuransi kredit Rp2.500.000. Bank memperhitungkan bunga
dengan Postnumerando. Pada tanggal 15 Juni 2006 Rudiyanto datang ke Bank
untuk menarik dananya dan dikreditkan ke rekening Gironya Rp150.000.000,
ditransfer ke Bank Bahana Cabang Bandung sebesar Rp80.000.000 dan sisanya
ditarik tunai. Buatlah perhitungan angsuran kreditnya beserta denganjurnalnya!
M = 300.000.000
i=
18%/12 =
0,015 n =

17
12
Untuk mencari Anuitas :
A=M x i

1 – (1 + i)-n
300.000.000 x 0,015
A=
1 – (1 + 0,015)-12
=27.503.997,88

Untuk mencari angsuran pokok pertama :


a1 = A / (1 + i)n

a1 = 27.503.997,88 / (1 + 0,015)12
= 23.003.997,88
Untuk mencari angsuran pokok ke-n :
an = a1 (1 + i)n-1
a2 = 23.003.997,88 (1 + 0,015)2-1
= 23.349.057,85
Untuk mencari angsuran bunga pertama :
b=Mxi
= 300.000.000 x 0,015 = 4.500.000
Untuk mencari angsuran bunga ke-n :
b n = A - an
b2 = 27.503.997,88 – 23.349.057,85
=4.154.940,03
Tabel angsuran pokok dan bunga dengan metode Postnumerando :

Angsk Bulan Pokok Cicilan Pokok Cicilan Angsuran Per Saldo


e Pinjaman (Rp) (Rp) Bunga (Rp) Bulan (Rp) Pokok (Rp)
1 15 Juli’18 300.000.000 23.003.997,88 4.500.000 27.503.997,88 276.996.002,1
2 15 Agst’18 276.996.002,1 23.349.057,85 4.154.940,03 27.503.997,88 253.646.944,3
3 15 Sept’18 253.646.944,3 23.699.293,72 3.804.704,16 27.503.997,88 229.947.650,6
4 15 Okt’18 229.947.650,6 24.054.783,12 3.449.214,76 27.503.997,88 205.892.867,4

18
5 15 Nop’18 205.892.867,4 24.415.604,85 3.088.393,03 27.503.997,88 181.477.262,6
6 15 Des’18 181.477.262,6 24.781.838,94 2.722.158,94 27.503.997,88 156.695.423,6
7 15 Jan’19 156.695.423,6 25.153.566,52 2.350.431,36 27.503.997,88 131.541.857,1
8 15 Feb’19 131.541.857,1 25.530.870,02 1.973.127,86 27.503.997,88 106.010.987,1
9 15 Mar’19 106.010.987,1 25.913.833,07 1.590.164,81 27.503.997,88 80.097.154,03
10 15 Apr’19 80.097.154,03 26.302.540,57 1.201.457,31 27.503.997,88 53.784.613,46
11 15 Mei ’19 53.784.613,46 26.697.078,68 806.919,2 27.503.997,88 27.097.534,88
12 15 Juni ’19 27.097.534,88 27.097.534,88 496.463,02 27.503.997,88 0
330.047.974,6

Jurnal :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


1/6-18 Cr. RAR Fasilitas KreditKepada 300.000.000
Nasabah Yang BelumDitarik

15/6-18 Dr. RAR Fasilitas KreditKepada 300.000.000


Nasabah Yang BelumDitarik

19
Dr. Kredit Yang Diberikan 300.000.000
Cr. RAK Cabang Bandung 80.000.000
Cr. Giro Rudiyanto 150.000.000
Cr. Provisi dan Komisi 5.000.000
Cr. Persediaan Bea Meterai 60.000
Cr. Giro Notaris 3.000.000
Cr. Premi Asuransi Kredit 2.500.000
Cr. Pendapatan Administrasi 300.000
Cr. Kas 59.140.000

15/7-18 Dr. Giro Rudiyanto 27.503.997,88


Cr. Kredit Yang Diberikan 23.003.997,88
Cr. Pendapatan Bunga Kredit 4.500.000

15/8-18 Dr. Giro Rudiyanto 27.503.997,88


Cr. Kredit Yang Diberikan 23.349.057,85
Cr. Pendapatan Bunga Kredit 4.154.940,03

Pada tanggal 15 Desember 2018 Rudiyanto tidak membayar angsuran kredit.


Kredit tersebut sudah masuk kolektibilitas kurang lancar, maka pada tanggal 31
Desember 2018 ketika menyusun laporan keuangan perlu mencatat terlebih
dahulu tunggakan angsuran sampai dengan 31 Desember 2018 dengan Cash
Basis. Pada tanggal 15 Januari 2019 Rudiyanto melunasi tunggakan angsuran
15 Desember 2018 dan membayar angsuran 15 Januari 2019. Denda
keterlambatan angsuran Rp300.000.
Bila kredit tersebut masih tergolong lancar, maka bank menggunakan Accrual
Basis. Maka pencatatan selengkapnya adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
31/12-18 Dr. RAR Tunggakan Bunga‫ ٭‬Dalam 3.897.374,62
Penyelesaian
15/1-19 Cr. RAR Tunggakan Bunga 3.897.374,62
Dalam Penyelesaian
Dr.Kas‫٭٭‬ 55.307.985,76
Cr. Kredit Yang Diberikan 49.935.405,46
Cr. Pendapatan Bunga 5.072.580,30
Cr. Pendapatan Lain-Lain Penalty 300.000

20
* Tunggakan bunga 1,5 bulan yaitu 16 Nop’18 s/d 31 Des’19 :
2.722.158,94 + (2.350.431.36/2) = 3.897.374,62

‫ ٭٭‬Angsuran pokok kredit dan bunga untuk 2 bulan (16 Nop’18 s/d 15 Jan’19) :
Cicilan pokok = 24.781.838,94+25.153.566,52 =49.935.405,46
Bunga =2.722.158,94 + 2.350.431,36=5.072.580,30
55.007.985,76
Bila kredit tersebut tergolong lancar atau dalam perhatian khusus, maka bank
menggunakan accrual basis yaitu:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
31/12-18 Dr. Piutang Bunga 3.897.374,62
Cr. Pendapatan Bunga 3.897.374,62

15/1-19 Dr. Kas 55.307.985,76


Cr. Kredit Yang Diberikan 49.935.405,46
Cr. Pendapatan Bunga‫٭٭٭‬ 1.175.215,68
Cr. Piutang Bunga 3.897.364,62
Cr. Pendapatan Lain-lain-Penalty 300.000

‫ ٭٭٭‬Angsuran bunga 15 Januari 2019 = Rp 2.350.431.36/2 = Rp 1.175.215,68

9.7 KreditSindikasi
Kredit sindikasi sering disebut dengan pembiayaan bersama. Kerja sama
pembiayaan ini melibatkan beberapa bank yang mempunyai komitmen bersama
untuk membiayai proyek tertentu. Hubungan kerja sama yang horizontal ini
ditunjukkan melalui penyertaan pembiayaan tiap-tiap bank pada proyek
tersebut. Contoh pembiayaan bersama : konsorsium, co-financing, dan kredit
sindikasi.
Konsorsium adalah kerja sama pembiayaan diantara bank-bank pemerintah
dalam pemberian kredit investasi dan eksploitasi, yang diatur oleh sebuah bank
induk dan terdiri dari beberapa bank pemerintah sebagai anggota. Sedangkan
co-financing adalah antara lembaga keuangan dengan bank-bank komersial.
Kredit sindikasi adalah kerja sama pembiayaan yang secara teoritis tidak
dibatasi baik dalam jumlah kredit, sektor pembiayaan maupun lembaga
keuangan yangterlibat.

21
Ciri-ciri kredit sindikasi sebagai berikut :
1). Melibatkan lebih dari satu lembaga keuangan atau bank
2). Mempunyai syarat-syarat dan ketentuan yang sama bagi masing-
masing peserta
3). Hanya ada satu dokumentasi kredit yang menjadi pegangan bagi bank
peserta
4). Kerja sama ini diadministrasikan oleh satu agen yang sama bagi semua
bank peserta
Dalam kaitannya dengan akuntansi, pembiayaaan bersama ini dibawah
koordinasi satu bank (koordinator/agen). Sebagai koordinator, maka akan
menerima arus dana masuk dari beberapa bank peserta yang dicatat sebagai
pinjaman diterima untuk pembiayaan bersama. Rekening ini tetap outstanding
hingga proyek yang dibiayai selesai dan kredit lunas.

BankPeserta BankKoordinator Debitur

Bank A

Bank B Bank C PT. XX

Bank D

Gambar 4.
Hubungan Bank Peserta dengan
Bank Koordinator dalam Kredit Sindikasi

Dalam pembiayaan bersama, seluruh pendapatan bunga, pendapatan provisi


dan administrasi, jumlah angsuran yang diterima, dan resiko kredit dibagi
menurut share masing-masing bank peserta. Khusus masalah bunga digunakan
weighted average interest rate calculation method.

22
Contoh:
Untuk membiayai proyek PT.SATYA, Bank A menjalin kerja sama dengan Bank
B, Bank C, dan Bank D. Bank A ditunjuk selaku bank koordinator. Nilai
pembiayaan Rp3.000.000.000, jangka waktu 1 tahun. Untuk merealisasikan
kredit sindikasi ini, bank peserta harus melimpahkan dananya terlebih dahulu ke
bank koordinator (Bank A). Share dan suku bunga kredit sindikasi sebagai
berikut :
Bank Share Tingkat Suku
Peserta Bunga
A 1.200.000.000 18%
B 300.000.000 20%
C 600.000.000 21%
D 900.000.000 19%
Total Dana 3.000.000.000

Pada saat pelimpahan dana tanggal 30 Maret 2018 dari bank peserta ke bank
koordinator (Bank A), maka pencatatan oleh Bank A sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
30/3-18 Dr. Giro BI 1.800.000.000
Cr. Giro Bank Lain-Bank B 300.000.000
Cr. Giro Bank Lain-Bank C 600.000.000
Cr. Giro Bank Lain-Bank D 900.000.000

Untuk menentukan tingkat suku bunga yang dibebankan kepada debitur dapat
dihitung sebagai berikut:
Bank Share Bobot Suku Bunga Suku Bunga
Peserta Individual Tertimbang
A 1.200.000.000 0,4 18% 7,2%
B 300.000.000 0,1 20% 2,0%
C 600.000.000 0,2 21% 4,2%
D 900.000.000 0,3 19% 5,7%
Jumlah 3.000.000.000 1,00 19,1%

Dengan memperhatikan perhitungan tersebut, suku bunga kredit yang


dibebankan kepada debitur adalah 19,1%. Tingkat suku bunga ini kemudian
menjadi dasar untuk

23
menentukan nilai angsuran pokok dan bunga serta distribusinya bagi masing-
masing bank peserta.
Tanggal 31 Maret 2018 bank mengenakan biaya provisi dan administrasi
Rp5.000.000, biaya asuransi Rp12.000.000, bunga Sliding Rate untuk jangka
waktu 1 tahun diangsur setiap akhir bulan. maka pencatatan di Bank A pada
tanggal 31 Maret 2018 sebagaiberikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
31/3-18 Dr. Kredit Yang Diberikan 3.000.000.000
Cr. Giro PT.SATYA 2.983.000.000
Cr.Pendapatan Provisi dan 5.000.000
Administrasi
Cr. Premi Asuransi Kredit 12.000.000

Jika tanggal 1 April 2018 dilimpahkan ke perusahaan asuransi (PT. Askrindo),


maka perhitungan alokasi pokok kredit dan angsuran bunganya sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1/4-18 Dr. Pendapatan Provisi&Adm-Bank B 500.000
(5.000.000 x 0,1)
Dr. Pendapatan Provisi&Adm-Bank C 1.000.000
Dr. Pendapatan Provisi&Adm-Bank D 1.500.000
Dr. Premi Asuransi Kredit 12.000.000
Cr. Giro BI 3.000.000
Cr. Giro PT.Askrindo 12.000.000

Perhitungan bunga kredit sindikasi dengan metode Sliding Rate:


M = 3.000.000.000
i = 19,1% : 12 = 0,015916666
n = 12
Untuk menghitung angsuran pokok :
a = 3.000.000.000 =250.000.000
12

Untuk menghitung angsuran bunga pertama :


b=Mxi
= 3.000.000.000 x 0,015916666
=47.750.000

24
Untuk menghitung angsuran bunga berikutnya :
b2 = (M – a) x i
= (3.000.000.000 – 250.000.000) x 0,015916666
= 43.770.831,5
b3 = M – (a x 2) x i
= 3.000.000.000 – (250.000.000 x 2) x 0,015916666
= 39.791.665
Daftar Angsuran pokok dan bunga kredit sindikasi dengan metode Sliding Rate :

Angs Bulan Outstanding Cicilan Cicilan Angsuran Saldo Pokok


ke Credit (Rp) Pokok (Rp) Bunga (Rp) Total (Rp) (Rp)
1 30 Apr’17 3.000.000.000 250.000.000 47.750.000 297.750.000 2.750.000.000
2 31 Mei ’17 2.750.000.000 250.000.000 43.770.831,5 293.770.831,5 2.500.000.000
3 30 Juni ’17 2.500.000.000 250.000.000 39.791.665 289.791.665 2.250.000.000
4 31 Juli ’17 2.250.000.000 250.000.000 35.812.500 285.812.500 2.000.000.000
5 31 Ags ’17 2.000.000.000 250.000.000 31.833.333,33 281.833.333,3 1.750.000.000
6 30 Sept ’17 1.750.000.000 250.000.000 27.854.166,67 277.854.166,7 1.500.000.000
7 31 Okt’17 1.500.000.000 250.000.000 23.875.000 273.875.000 1.250.000.000
8 30 Nop’17 1.250.000.000 250.000.000 19.895.833,33 269.895.833,3 1.000.000.000
9 31 Des ’17 1.000.000.000 250.000.000 15.916.666,67 265.916.666,7 750.000.000
10 31 Jan ’18 750.000.000 250.000.000 11.937.500 261.937.500 500.000.000
11 28 Feb ’18 500.000.000 250.000.000 7.958.333,33 257.958.333,3 250.000.000
12 31 Mar’18 250.000.000 250.000.000 3.979.166,67 253.979.166,7 0
3.309.874.997

Perhitungan alokasi pokok kredit dan bunga untuk bulan ke-1/cicilan 1 :

Bank Bobot Cicilan Suku OSC Alokasi Angsuran


Peserta Pokok (Rp) Bunga Bulan ke-1 (Rp) Bunga (Rp) Total (Rp)
A 0,4 100.000.000# 18% 1.200.000.000 19.100.000## 119.100.000
B 0,1 25.000.000 20% 300.000.000 4.775.000 29.775.000
C 0,2 50.000.000 21% 600.000.000 9.550.000 59.550.000
D 0,3 75.000.000 19% 900.000.000 14.325.000 89.325.000
250.000.000 3.000.000.000 47.750.000 297.750.000

#
250.000.000 x 0,4 =100.000.000
##
1.200.000.000 x (19,1% : 12) = 19.100.000 atau 47.750.000 x 0,4 = 19.100.000

300.000.000 x (19,1% : 12) = 4.775.000 atau 47.750.000 x 0,1 = 4.775.000


Pencatatan alokasi angsuran bunga dan pokok kredit sindikasi bulan ke-1 di
Bank A :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


30/4-18 Dr. Giro PT.SATYA 297.750.000
Cr. Kredit Yang Diberikan 250.000.000
Cr. Pendapatan Bunga Kredit Sindikasi 47.750.000

Pelimpahan Dr. Kredit Yang Diberikan 150.000.000


(250.000.000 x 60%)

25
Dr. Pendapatan Bunga Kredit Sindikasi 28.650.000
(47.750.000 x 60%)
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank B 29.775.000
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank C 59.550.000
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank D 89.325.000

Perhitungan alokasi pokok kredit dan bunga bulan ke-2 :

Bank Bobot Cicilan Suku OSC Alokasi Angsuran


Peserta Pokok (Rp) Bunga Bulan ke-1(Rp) Bunga (Rp) Total (Rp)
A 0,4 100.000.000# 18% 1.100.000.000 17.508.332,6 117.508.332,6
(2.750.000.000 x (43.770.831,5 x
0,4) 0,4)
B 0,1 25.000.000 20% 275.000.000 4.377.083,15 29.377.083,15
C 0,2 50.000.000 21% 550.000.000 8.754.166,3 58.754.166,3
D 0,3 75.000.000 19% 825.000.000 13.131.249,45 88.131.249,45
250.000.000 2.750.000.000 43.770.831,5 293.770.831,5
Pencatatan alokasi angsuran bunga dan pokok kredit sindikasi bulan ke-2 di
Bank A :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31/5-18 Dr. Giro PT.SATYA 293.770.831,5
Cr. Kredit Yang Diberikan 250.000.000
Cr.Pendapatan Bunga Kredit 43.770.831,5
Sindikasi

Pelimpahan Dr. Kredit Yang Diberikan 150.000.000


(250.000.000 x 60%)
Dr.Pendapatan Bunga Kredit Sindikasi 26.262.498,9
(43.770.831,5 x 60%)
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank B 29.377.083,15
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank C 58.754.166,3
Cr. Giro Bank-Bank Lain-Bank D 88.131.249,45

9.8 RestrukturisasiKredit
Restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha
perkreditan agar supaya debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dapat
dilakukan antara lain melalui penurunan suku bunga, pengurangan tunggakan
bunga kredit, pengurangan pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit,
penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan konversi kredit menjadi penyertaan modal
sementara pada perusahaan debitur. Penyertaan modal adalah penyertaan
sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat kegagalan kredit.

Tidak semua debitur yang bermasalah dapat direstrukturisasi kreditnya. Bank


harus melihat prospek usaha debitur. Bank dapat melakukan restrukturisasi

26
kredit bila debitur memiliki prospek baik dan telah atau diperkirakan akan
mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit. Untuk debiur
yang tidak memiliki prospek yang baik dapat sajadilikuidasi.

Ringkasan

Kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Termasuk kredit yang
diberikan adalah kredit dalam kerangka pembiayaan bersama atau kredit dalam
prosespenyelamatan.
Bank dapat memberikan kredit apabila memiliki dana, atau tagihan yang sama
dengan itu, bank terlibat kesepakatan dengan calon debitur baik volume, tingkat
bunga, jangka waktu maupun agunan.Bagi bank persetujuan kredit merupakan
komitmen yang tidak bisa dibatalkan, begitu juga bagi debitur. Setelah kredit
dikucurkan, bank selalu harus memantau kualitas kredit. Semakin lama jangka waktu
kredit umumnya semakin besarresikonya.

Latihan Soal
1. Aplikasi kredit Faustine disetujui Bank MandiriCabang Semarang pada tanggal 5
Juni 20xx dengan plafon kredit Rp 600.000.000, suku bunga 18%, jangka waktu
1 tahun. Dalam transaksi ini Bank MandiriCabang Semarang membebani biaya
provisi dan komisi 1%, biaya administrasi Rp 1.000.000, biaya notaris Rp
3.000.000, biaya materai Rp 120.000, biaya asuransi kredit Rp 5.000.000. Bank
memperhitungkan bunga dengan Sliding Rate. Pada tanggal 20 Juni 2006
Faustine datang ke Bank untuk menarik dananya dan dikreditkan ke rekening
giro Rp 300.000.000, ditransfer ke Bank Mandiri Cabang Jakarta sebesar Rp
150.000.000 dan sisanya ditarik tunai. Pada tanggal 20 November 20xxFaustine
tidak dapat membayar angsuran kredit dan kredit tersebut sudah masuk dalam
kategori kurang lancar. Pencatatan tunggakan dengan Cash Basis. Pada tanggal

27
20 Januari 20xx Anwar melunasi tunggakan dan membayar angsuran 20 Januari
20xx. Denda keterlambatan angsuran Rp 800.000.

Diminta: Buat perhitungan angsuran kredit selama 12 bulan beserta dengan


pencatatan yang diperlukan sampai dengan bulan ke-3!

2. Untuk membiayai proyek PT. Faustine, Bank Mandiri menjalin kerja sama dengan
BankBNI, Bank BRI dan Bank BTN. Bank Mandiri ditunjuk sebagai bank
koordinator. Nilai pembiayaan Rp5.000.000.000, jangka waktu 1 tahun. Untuk
merealisasikan kredit sindikasi ini, bank peserta harus melimpahkan dananya
terlebih dahulu ke bank koordinator. Share dan tingkat suku bunga kredit
sindikasi sebagaiberikut:
Bank Peserta Share Tingkat Suku Bunga

Bank Mandiri 750.000.000 18%


Bank BRI 1.250.000.000 20%
Bank BNI 1.000.000.000 20%
Bank BTN 2.000.000.000 22%
Jumlah 5.000.000.000

Tanggal 30 Agustus 20xx merupakan saat pelimpahan dana dari bank peserta
kebank koordinator. Tanggal 31 Agustus 20xx kredit direalisasikan dan bank
mengenakan biaya provisi dan administrasi Rp20.000.000, biaya asuransi
Rp50.000.000. Perhitungan bunga dengan metode Postnumerando untuk jangka
waktu 1 tahun dan diangsur setiap akhir bulan. Pada tanggal 1 September 20xx
pendapatan provisi kredit didistribusikan ke bank peserta dan biaya asuransi
dilimpahkan ke PT.Jiwasraya.
Diminta:
a. Buat pencatatan yang diperlukan
b. Buat perhitungan dan tabel angsuran pokok dan bunga kredit dengan metode
Postnumerando selama 12bulan.
c. Buat perhitungan alokasi pokok kredit dan bunga untuk angsuran pertama
dankedua

28
29
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 10
JUDUL POKOK BAHASAN
Capaian Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
:
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajariAkuntansi Komitmen

Sub Pokok Bahasan : 1.1 Pengertian Komitmen


1.2 Jenis Jenis Komitmen
1.3 Komitmen menurut Transaksi
1.4 Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan
1.5 Laporan Komitmen
1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
Daftar Pustaka :
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
Akuntansi Komitmen

10.1 Pengertian Komitmen

Komitmen adalah suatu perikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat
dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang
disepakati oleh bersama. Pencatatan komitmen dalam laporan keuangan
transakasi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun
pendapatan dan biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen harus di catat oleh
bank diluar pos-pos neraca. Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah
rekening administratif. Pos administratif komitimen ini pada tanggal jatuh
waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan merubah neraca dan pos
pendapatan dan biaya.

Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif yang


berisikan seluruh transaksi komitmen suatu bank. Pos komitmen administratif
ini pada tanggal jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan
mengubah neraca, pos pendapatan dan biaya.

10.2 Jenis-Jenis Komitmen


Ada 2 jenis komitmen yaitu :
1. Komitmen Tagihan, yaitu komitmen yang akan diterima oleh suatu
bank dari pihak lainnya.
2. Komitmen Kewajiban, yaitu komitmen yang diberikan oleh suatu
bank kepada nasabah atau pihak lain.

10.3 Komitmen Menurut Jenis Transaksi


a. Fasilitas pinjaman yang diterima
Meliputi fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank
lain dan atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal
penyusunan laporan keuangan. Nilai komitmen yang disajikan adalah
sejumlah nilai nominal penarikan atau pelunasan atas fasilitas
tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian

2
pemberian fasilitas kredit tersebut.
b. Fasilitas Kredit Yang Diberikan
Adalah fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberika kepada
nasabah dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas kredit yang
diberikan disajikan sebesar komitmen yang belum ditarik.
c. Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva Bank Yang Dijual Dengan Syarat Repo.
Adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu
tertentu yang sesuai dengan perjanjian seperti transaksi dalam valuta asing
(swap)
d. Letter of Credit Yang Tidak Dapat Dibatalkan
Adalah L/C berdokumen yang dibuka dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
e. Akseptasi Wesel Impor Atas Dasar L/C Berjangka
Adalah komitmen bank untuk melakukan pembayaran kepada pihak terkait,
yang diberikan dalam bentuk penandatanganan terhadap wesel-wesel import
yang ditarik atas dasar L/C berjangka yang diterbitkan bank.
f. Transakasi Valuta Asing Tunai (SPOT) Yang Belum Diselesaikan
Adalah komitmen bank yang bersifat tagihan atau kewajiban yang timbul
karena transaksi valas tunai
g. Transakasi Berjangka Valuta Asing (Forward/Future) Yang Masih Berjalan
Tagihan atau kewajiban yang timbul dari transaksi berjangka valas dicatat dan
disajikan sebesar tagihan atau kewajiban bank. Saldo tagihan atau kewajiban
berjangka dalam valas dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah
tanggal laporan.

10.4 Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan


Transaksi komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun
pendapatan dan biaya, oleh sebab itu transaksi komitmen harus dicatat
oleh bank diluar pos-pos neraca.Tempat pencatatan transaksi seperti ini
adalah rekening administratif. Pos administratif komitmen ini pada tanggal
jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan merubah
neraca dan pos pendapatan dan biaya.Standar Keuangan Akuntansi
Perbankan Indonesia (SKAPI) mewajibkan bank untuk mencatat transaksi

3
komitmen ini secara single entry,karena pada tanggal laporan keuangan
harus terlihat jelas komitmen bersih dari suatu bank.
Transaksi-transaksi yang termasuk Komitmen
a) Fasilitas pinjaman yang diterima,
Meliputi fasilitas pinjaman yang akan diterima oleh bank dari bank
lain dan atau pihak lain dan belum dipergunakan pada tanggal
penyusunan laporan keuangan. Nilai komitmen yang disajikan adalah
sejumlah nilai nominal penarikan atau pelunasan atas fasilitas
tersebut, sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian
pemberian fasilitas kredit tersebut.

Contoh :

Apabila bank Mandiri menyetujui perjanjian pinjaman yang akan


diterima dari bank BCA sebesar Rp. 300 milyar, oleh bank Mandiri
transaksi ini harus dicatat pada sisi rekening administratif dengan
jurnal sbb. :

D:RAR – Fasilitas Pinjaman Yang DiterimaRp. 300.000.000.000,-

Rekening ini akan tetap outstanding hingga tanggal realisasi


pinjaman, dimana akan berubah menjadi aktiva dan pasiva.

Apabila pada tanggal jatuh tempo diterima pinjaman sebesar Rp. 175
milyar dari bank BCA, dan dimasukkan ke rekening giro bank
Mandiri pada bank BCA, maka bank Mandiri akan membukukan
dengan jurnal sbb:

D: Giro – Bank BCA Rp. 175.000.000.000,-


K:Pinjaman yang diterima Rp. 175.000.000.000,-

Dengan demikian jurnal single entry diperlukan untuk menghapus


rekening administratif seperti dibawah ini :
K: RAR.–Fasilitas Pinjaman Yang DiterimaRAR.–
Fasilitas Pinjaman Yang DiterimaRp. 175.000.000.000,-

4
b) Fasilitas Kredit Yang Diberikan
Adalah fasilitas kredit yang telah disetujui oleh bank untuk diberika
kepada nasabah dan masih berlaku untuk digunakan nasabah. Fasilitas
kredit yang diberikan disajikan sebesar komitmen yang belum ditarik.
Contoh :
Apabila seorang nasabah telah disetujui untuk menerima fasilitas kredit
sebesar Rp.120.000.000,- maka transaksi akan dicatat sebagai komitmen
kewajiban dengan ayat jurnal sebagai berikut :

K:RAR – Fasilitas Kredit Yang diberikan Rp.120.000.000,-

Apabila nasabah tersebut melakukan penarikan cek sebesar Rp.


35.000.000,- dan disetorkan ke nasabah bank BCA melalui kliring, akan
dibukukan sebagai berikut :

D:Debitur Rp.35.000.000,-
K:Bank Indonesia-Giro Rp.35.000.000,-

Ayat jurnal (komitmen) rekening administrasinya sebagai berikut :

D:Rekening Administratif Rupiah Rp.35.000.000,-

c) Kewajiban Pembelian Kembali Aktiva Bank Yang Dijual Dengan


Syarat Repo
Adalah kewajiban bank untuk membeli kembali aktiva bank pada waktu
tertentu yang sesuai dengan perjanjian seperti transaksi dalam valuta asing
(swap).
d) Letter of Credit Yang Tidak Dapat Dibatalkan
Adalah L/C berdokumen yang dibuka dengan syarat tidak dapat dibatalkan.
Contoh
Bank Mandiri menerbitkan L/C irrevocable senilai Rp.300.000.000,- untuk
nasabahnya , PT Nugroho yang setoran jaminannya sebesar 30 %, maka
jurnalnya adalah :

K:Rekening Administratif Rupiah – Irrevocable L/C


Dalam Negri RepoRp.300.000.000,-
5
e) Akseptasi Wesel Impor Atas Dasar L/C Berjangka
Adalah komitmen bank untuk melakukan pembayaran kepada pihak terkait,
yang diberikan dalam bentuk penandatanganan terhadap wesel-wesel import
yang ditarik atas dasar L/C berjangka yang diterbitkan bank.

Contoh :

Apabila bank koresponden bank BCA yang merupakan bank pembayar atas
L/C DN yang telah diterbitkan bank Mandiri cabang Jakarta menerbitkan
wesel berjangka senilai Rp.400.000.000,- dan meminta agar bank Mandiri
mengaksepnya, maka oleh bank Mandiri cabang Jakarta akan diaksep
dengan jurnal sebagai berikut :

K:RAR – Wesel Berjangka Usance L/C DN yang diaksepRp.400.000.000,-

f) Transakasi Valuta Asing Tunai (SPOT) Yang Belum


DiselesaikanAdalah komitmen bank yang bersifat tagihan atau kewajiban
yang timbul karena transaksi valas tunai
Contoh :
Bank Mandiri menjual valuta US$ 20.000 kepada seorang nasabah giro
rupiah dengan kurs Rp.2050,-. Penjualan valas (bank note) ini akan
menciptakan kewajiban dalam valuta asing yang dijual (US$) dan tagihan
dalam valuta Rp sebesar nilai lawannya, maka jurnal yang dibuat oleh bank
Mandiri sebagai berikut :

D:RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT)


Yang Belum DiselesaikanRp.41.000.000,-

Bank Mandiri membeli valas sebesar DM 10.000.000 dari bank BCA dengan
kurs Rp. 1.290,- per DM. Pada waktu menutup transaksi tersebut dan belum
ada penyerahan valuta, oleh bank Mandiri akan dianggap sebagai komitmen
tagihan dalam valuta asing dan komitmen kewajiban dalam Rupiah, maka
jurnal yang dibuat oleh bank Mandiri :
K:RAR – Transaksi Penjualan Valas Tunai (SPOT)
Yang Belum DiselesaikanRp.12.900.000,-

6
g) Transakasi Berjangka Valuta Asing (Forward/Future) Yang Masih
Berjalan.
Tagihan atau kewajiban yang timbul dari transaksi berjangka valas dicatat dan
disajikan sebesar tagihan atau kewajiban bank. Saldo tagihan atau kewajiban
berjangka dalam valas dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs tengah
tanggal laporan.

Contoh :
BankMandiri menutup kontrak pembelian berjangka dengan bankBCA untuk
membeli valas US$ 20.000 dengan kurs Rp.2070,- yang akan direalisasikan
sebulan kemudian. Pada saat menutup kontrak ini akan dibukukan sebagai
komitmen tagihan dalam valas dan kewajiban dalam Rupiah, maka jurnal
yang dibuat oleh bank Mandiri sebagai berikut :

K:Rekening Administratif Rupiah –Transaksi Pembelian


Forward Valas Yang Belum DirealisirRp.41.400.000,-

Apabila bank Mandiri menutup transaksi penjualan sebesar US$ 15.000


kepada bank BCA dengan kurs Rp.2075,- per US$ yang akan jatuh tempo
sebulan kemudian, maka akan dicatat oleh bank Mandiri sebagai berikut :

D:Rekening Administratif Rupiah – Transaksi


Penjualan Forward Valas Yang Belum Direalisir Rp.31.125.000,-

10.5 Laporan Komitmen


Laporan Komitmen adalah laporan suatu kewajiban bagi bank untuk
melaporkan besarnya tagihan atau kewajiban bersih atas seluruh transaksi
komitmen yang telah dilakukan.
 Tujuan
Untuk alat kontrol bagi bank yang bersangkutan dalam mengelola
aktiva dan kewajibannya termasuk didalamnya pengelolaan alat
likuid untuk memenuhi kewajiban yang diperkirakan akan terjadi
beberapa hari atau bulan yang akan datang yang akan dikaitkan
dengan tagihan yang akan diterima.

7
 Waktu
Laporan komitmen dibuat setiap tanggal laporan bersamaan dengan
pembuatan neraca dan laporan laba rugi.
 Isi
Memerinci seluruh kewajiban dan tagihan komitmen yang dimiliki
oleh suatu bank.
 Manfaat
Dapat diketahui apakah bank memiliki suatu kewajiban atau tagihan
bersih dari sejumlah komitmen yang telah ada.

Komitmen ini akan mempengaruhi perhitungan aktiva tertimbang menurut


resiko (ATMR) dalam rangka perhitungan rasio kecukupan modal (CAR).
LAPORAN KOMITMEN
Per 31 Januari 20XX
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tagihan Kewajiban
Fasilitas PYD………..............Rp.125.000,- Fasilitas KYD…………….........Rp. 85,-
Penj. Spot Valas……...........Rp. 41,- Irrevocable L/C DN Repo ...Rp. 300,-
Penj. Forward Valas…........Rp. 31,125,- Wesel Berjangka yg DiaksepRp. 400,-
Pemb. Spot Valas…………......Rp. 12,9
Pemb. Forward Valas…….......Rp. 41,4
Jumlah tagihan…………Rp. 125.072,125 Jumlah kewajiban………….Rp. 839,3
Jml tagihan bersih Rp. 124.232,825 Juta

Ringkasan
Komitmen adalah suatu perikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat
dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang
disepakati oleh bersama. Pencatatan komitmen dalam laporan keuangan transakasi
komitmen belum mempengaruhi posisi di neraca maupun pendapatan dan biaya,
oleh sebab itu transaksi komitmen harus di catat oleh bank diluar pos-pos neraca.
Tempat pencatatan transaksi seperti ini adalah rekening administratif yang berisikan
seluruh transaksi komitmen suatu bank. Pos komitmen administratif ini pada tanggal
jatuh waktunya akan berubah menjadi transaksi yang akan mengubah neraca, pos
pendapatan dan biaya.

8
Soal Latihan

1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan komitmet

2.Jelaskan bagaimana pencatatan komitment dalam laporan keuangan

3.Jelaskan jenis jenis komitment

4.Buatkan format laporan komitmentkasus

Soal Kasus 1

1. Faustine memperoleh fasilitas pinjaman dari Bank Mandiri senilai Rp


600.000.000. Buatlah jurnal ketika terjadi komitmen dan pinjaman tersebut
ditarik !
2. Bank Mandiri menerbitkan L/C irrevocable senilai Rp 1 Milyar untuk PT.
Nugraha yang mempunyai jaminan sebesar 50%.
3. Bank BNI menjual Valas senilai US $40.000 kepada nasabah dengan kurs Rp
14.000. Buatlah jurnal saat komitmen disepakati dan diselesaikan!
4. Bank BNI menutup kontrak pembelian berjangka dengan Bank Danamon
untuk membeli Valas senilai US $ 12.000 dengan kurs Rp 14.000!
5. Bank Mandiri cabang Jakarta menerbitkan Garansi Bank kepada PT. Nugraha
untuk membayar pada PT. Faustine di Tangerang senilai Rp 700.000.000,
setoran jaminan dari PT. Nugraha sebesar 40%.
6. Saat jatuh tempo PT. Nugraha melunasi kewajibannya melalui rekening giro.

Dari ke 6 transaksi diatas bagaimana cara pencatatannya

9
10
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 11
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Akuntansi Kontijensi

Sub Pokok Bahasan : 1.1 Pengertian Kontijensi


1.2 Penyajian dalam Laporan Keuangan
1.3 Azas Konservatif Dalam Kontijensi
1.4 Jenis Transaksi Kontijensi
1.5 Laporan Kontijensi
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
AKUNTANSI KONTIJENSI

11.1 Pengertian Kontijensi


Kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian mengenai
kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru
akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa
dimasa yang akan datang.

11.2 Penyajian Dalam Laporan Keuangan


Transaksi kontijensi belum mempengaruhi posisi dalam neraca dan laba-rugi
perusahaan. PSAK No.31 mengatur masalah Kontijensi ini. Kontijensi harus
disajikan sedemikian rupa sehingga bila dikaitkan dengan pos-pos aktiva dan
pasiva dapat menggambarkan posisi keuangan bank secara wajar. Kontijensi
merupakan transaksi yang belum mengubah posisi aktiva dan pasiva bank pada
tanggal laporan, tetapi harus dilaksanakan oleh bank apabila persyaratan yang
disepakati dengan nasabah terpenuhi. Kontijensi tersebut dapat bersifat
tagihan atau kewajiban baik dalam Rupiah maupun Valas.
Sistematika penyajian laporan komitmen dan kontijen disusun berdasarkan
urutan tingkat kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi keuangan dan hasil
usaha bank. Selanjutnya, komitmen dan kontijen, baik yang bersifat sebagai
tagihan maupun kewajiban, masing-masing disajikan secara tersendiri tanpa
pos lawan, sehingga pengungkapan dalam laporan dilakukan single entry
melalui rekening administratif yang merupakan pos filuar neraca (off balance-
sheet).

11.3 Azas Konservatif Dalam Kontijensi

Penyisihan suatu rugi kontijensi dapat dilakukan pada perhitungan rugi-laba bila
kedua kondisi berikut dipenuhi :
 Terdapat petunjuk kuat bahwa telah terjadi penurunan nilai suatu aktiva
atau telah timbul kewajiban pada tanggal neraca
 Jumlah kerugian yang dapat ditaksir secara wajar.

2
11.4 Jenis Transaksi Kontijensi

Jenis transaksi kontijensi adalah : garansi bank, letter of credit yang dapat
dibatalkan (revocable) yang masih berjalan, transaksi opsi valuta asing,
pendapatan bunga dalam penyelesaian. Transaksi tersebut wajib dilaporkan
dalam laporan keuangan melalui rekening administratif, yang dapat berupa
tagihan maupun kewajiban.
11.4.1 Garansi Bank
Garansi Bank Adalah semua bentuk garansi atau jaminan yang diterima atau
diberikan oleh bank yang mengakibatkan pembayaran kepada pihak yang
menerima jaminan apabila pihak yang dijamin bank wanprestasi atau cedera
janji. Diterbitkan dengan maksud memberikan bantuan fasilitas kepada
nasabah yang bersangkutan agar dapat memperlancar transaksi ayng
sedang dijalankannya. Jenis Garansi bank dapat berupa; penerimaan atau
penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik dalam rangka pemberian
kredit, risk sharing, standby L/C maupun dalam rangka pelakasaan proyek
seperti big bonds, performance bonds dan advanced payment bonds, bisa
juga berupa akseptasi atau endosemen surat berharga.

a) Kegunaan Garansi bank

Garansi bank dapat dipergunakan untuk transaksi-transaksi :


 Tender Dalam Negeri.
 Perdagangan
 Tender Luar Negeri
 Uang Muka Kerja
 Penanggungan Bea Masuk
 Cukai Rokok
 Pelaksanaan Pembelian Aktiva Tetap.

b) Akuntasi Untuk Garansi Bank


Meliputi saat penerbitan dan jatuh waktu. Dalam jatuh waktu bank
dihadapkan pada dua situasi :

3
a. Apabila nasabah mampu melunasi sisa kewajibannya
Contoh :
Apabila bank Mandiri cabang Jakarta menerbitkan Garansi Bank atas
permintaan PT. DSM yang ditujukan kepada PT. Nugroho di Surabaya
senilai RP 500.000.000,-. Setoran jaminan dibayarkan oleh PT. DSM
sebesar 60 persen atas beban rekening gironya, maka ayat jurnalnya :

D : Giro – PT.DSM Rp. 300.000.000,-


K : Setoran Jaminan Garansi Bank Rp. 300.000.000,-

Ayat jurnal untuk mencatat kontijensi Garansi Bank adalah sebesar


kewajiban penuh atau 100 % yaitu :

K : Rekening Administratif Rupiah – Garansi Bank


Yang Belum Jatuh Waktu Rp. 500.000.000,-

Pada saat jatuh waktu, apabila PT DSM melunasi seluruh sisa


kewajibannya atas beban rekening giro, pada saat itu pula bank Mandiri
cabang Jakarta akan mengkredit rekening antar kantor cabang Surabaya
dengan memerintahkan untuk membayar kepada PT. Nugroho ayat
jurnalnya adalah sebabagi berikut :

D : Giro – PT. DSM Rp. 200.000.000,-


D : Setoran Jaminan Garansi Bank Rp. 300.000.000,-
K : RAK-Cabang Surabaya Rp. 500.000.000,-

Cabang Surabaya akan mencatat :


D : RAK – cabang Jakarta Rp. 500.000.000,-
K : Giro – PT. Nugroho Rp. 500.000.000,-

Untuk menghapus pos kontijensi Garansi bank dan mencatat penerimaan


kekurangan setoran jaminan adalah :

D : Rekening Administratif Rupiah – Garansi bank


Yang Belum Jatuh Waktu Rp. 500.000.000,-

4
b. Apabila terjadi Wanprestasi
Wanprestasi akan mengakibatkan bank penerbit garansi bank harus
mengkonversi menjadi debitur umum dengan membebankan nasabah
sejumlah biaya tertentu.
Contoh :
PT. Faustine membuka garansi bank pada bank Mandiri cabang Jakarta
senilai Rp. 350.000.000,- dengan setoran jaminan sebesar 60 persen
yang dibayar atas beban rekening gironya. Garansi bank ditujukan
kepada nasabah cabang Bandung PT. Nugroho, maka jurnalnya :

D : Giro – PT Nugroho Rp. 210.000.000,-


K : Setoran Jaminan Garansi Bank Rp. 210.000.000,-

Ayat jurnal administratifnya :


K : Rekening Administratif Rupiah – Garansi Bank
Yang Belum Jatuh Waktu Rp. 350.000.000,-

Pada saat jatuh waktu nasabah PT. Nugroho belum datang untuk
melunasi sisa kewajibannya, bank Mandiri cabang Jakarta terlebih dahulu
membukukan rekening administratif atas garansi bank yang belum jatuh
tempo dan menggantinya dengan garansi bank yang telah jatuh tempo,
dengan ayat jurnalnya :
D : RAR – Garansi Bank Yang Belum Jatuh Waktu Rp. 350.000.000,-
K : RAR – Garansi Bank Yang Sudah Jatuh Waktu Rp. 350.000.000,-

Apabila paling lambat dalam waktu 2 minggu nasabah tidak sanggup


melunasi sisa kewajibannya, maka akan dibebankan kepada nasabah
tesebut biaya provisi kredit sebesar Rp. 350.000,- dengan ayat jurnalnya
:

D : Debitur Rp. 140.350.000,-


D : Setoran Jaminan Garansi Bank Rp. 210.000.000,-
K : RAK – cabang Bandung Rp. 350.000.000,-
Pada
K : saat rekening
Pendapatan administratif
Provisi Kredit atas garansi bank
Rp.jatuh350.000,-
waktu maka

5
jurnalnya :

D : Rekening Administratif Rupiah – Garansi Bank


Yang Sudah Jatuh Waktu Rp. 350.000.000,-

11.4.2 Letter Of Credit


Letter of Credit Yang Dapat Dibatalkan (Revocable) Yang Masih Berjalan :
adalah jaminan dalam bentuk L/C yang dapat dibatalkan dalam rangka impor
dan ekspor atau lalu lintas perdagangan dan disajikan sebesar sisa jumlah L/C
yang belum direalisasi
Contoh :
Apabila bank Mandiri cabang Jakarta menerbitkan L/C Dalam Negeri revocable
atas permintaan PT. Nugroho sebesar Rp.300.000.000,- dan ditujukan kepada
seorang nasabah di cabang Surabaya. Setoran jaminan dilakukan sebesar 40
% dan dibayarkan oleh PT. Nugroho atas ebban rekening gironya, maka jurnal
pada saat penerbitan :

D : Giro – PT. Nugroho Rp. 120.000.000,-


K : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable Rp. 120.000.000,-

Jurnal administratif untuk mencatat transaksi kontijensi ini adalah :

K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan Rp. 120.000.000,-

Apabila terjadi pembatalan L/C atas permintaan nasabah PT. Nugroho, maka
bank Mandiri akan mencatat jurnal :
D : Setoran Jaminan L/C Dalam Negeri Revocable Rp. 120.000.000,-
K : Giro – PT. Nugroho Rp. 120.000.000,-
K : RAR - L/C Dalam Negeri Revocable Yang Diterbitkan Rp. 300.000.000,-

11.4.3 Valuta Asing dan Pendapatan Bunga


Transaksi Opsi Valuta Asing adalah transaksi yang melibatkan pembelian ( call
option) dan penjualan (put option) atas opsi yang telah diterbitkan oleh bank.
Opsi (option) adalah perjananjian memberikan hak opsi (pilihan) kepada
pembeli opsi untuk merealisasikan kontrak jual beli valas, yang tidak diikuti
pergerakan dana dan dilakukan pada atau sebelum waktu yang ditentukan

6
dalam kontrak, dengan kurs opsi yang dijanjikan. Pembeli opsi tidak
berkewajiban untuk melaksanakan haknya apabila yang bersangkutan merasa
pengunaan hak tersebut tidak bermanfaat.

11.4.4 Pendapatan Bunga Dalam Penyelesaian


adalah perhitungan bunga dari aktiva produktif non-performing (kurang
lancar) yang belum dapat diakui sebagai pendapatan bunga dalam periode
berjalan. Jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian ini akan
dikelompokkan sebagai tunggakann bunga sejak perhitungan bunga atas
kredit atau aktiva produktif non-performing dilakukan sampai dengan tanggal
laporan.
Contoh :
Apabila semenjak tanggal 1 Juli 20XX nasabah debitur bank Mandiri cabang
Jakarta, PT. Nugroho, yang bersaldo Rp. 400.000.000,- dan suku bunga 18%,
tidak sanggup membayar bunga semenjk bulan Mei 20XX, dan oleh bank
Mandiri digolongkan sebagai debitur yang kurang lancar. Pada pembuatan
laporan keuangan tanggal 31 Juli 20XX diadakan perhitungan tunggakan
bunga sebagai berikut :
Tunggakan bunga = 3 bulan (Mei-Juli)
Besarnya Bunga = 3/12 * 18% * Rp.400.000.000,- = Rp. 18.000.000,-
D : Rekening Administratif Rupiah – Tunggakan Rp 18.000.000,-
Bunga

11.5 Laporan Kontinjen


Dibuat setiap tanggal laporan yang akan mejabarkan posisi kontinjen bank,
apakah terjadi short atau long position. Berikut contoh Laporan Kontinjen dari
beberapa transaksi

Tagihan Tunggakan
1)Tunggakan Bunga ...... Rp. 18 ji 1.Bank Garansi Yang-
Belum Jatuh Waktu …… Rp 500 jt
2.Bank Garansi Yang-

7
Sudah Jatuh Waktu …... Rp. 350 jt
3. L/C DN Revocable …... Rp. 300 jt
Jumlah tagihan……………. Rp. 18 jt Jumlah Kewajiban ..…. Rp 1.150 jt

Saldo kewajiban Bersih Kontijensi ………………….. Rp. 1. 132 Juta

Ringkasan
Kontijensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat
merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan Bank sehari-hari.
Kontijensi yang dimiliki suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank
yang bersangkutan.
Kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai
kemungkinan diperolehnya laba atau rugi pada suatu perusahaan, yang baru akan
terselasaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa
yang akan datang. Transaksi yang bersifat kontijensi (bersyarat) ini belum mengikat
bank untuk melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara
antisipatif kontijensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak sangat tergantung
terjadi atau tidak terjadinya yang berkaitan dengan kontijensi ini.

Latihan Soal

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kontinjensi


2. Jelaskan bagaimana transaksi kontinjensi disajikan dalam laporan keuangan
3. Jelaskan jenis jenis transaksi kontinjensi
4. Buatkan format laporan kontinjensi
5. Berikan contoh laporan komitment dan kontinjensi untuk perbankan di indonesia
(cukup 1 bank)

Soal Kasus

1. PT. Delta Buana Putra di Jakarta yang bergerak dalam bidang Jasa
Kontraktor adalah pemilik Rekening Giro rupiah Bank Mandiri Cabang Jakarta
Kota, Pada tanggal 5 Mei 2020 mendapat fasilitas Bank Garansi sebesar
Rp.50.000.000.000,- selama 3 bulan atau sampai dengan tanggal 5 Agustus

8
2020 dengan setoran jaminan sebesar 20 %. Prorisi yang dipungut oleh
Bank atas pembukaan Bank Garansi tersebut sebesar 0,25%.
Diminta Buatlah jurnal transaksi yang berhubungan dengan kontinjensi
terdiri dari :
a. Jurnal transaksi pada saat penerbitan Bank Garansi
b. Jurnal transaksi ketika bank garansi Jatuh Tempo

2. Pada tanggal 15 Mei 2020 Bank BRI Cabang Jakarta Kota menerbitkan LC
Revocable atas permintaan PT. Pembangunan Jaya di Jakarta sebesar USD.
50.000,- dengan setoran jaminan sebesar 10 %. Komisi yang di pungut oleh Bank
atas pembukaan LC tersebut sebesar 0,25%.
Pada tanggal 29 Mei 2020 BRI Cabang Jakarta Kota menerima dokumen dari
negotiating bank dan Importir menebus barang dengan akseptasi promes/wesel.
Tanggal 15 Juni 2020 LC jatuh tempo dan dilakukan penyelesaian oleh BRI kepada
bank koresponden. Biaya yang timbul terdiri dari
a. Biaya atas PIB (bea masuk, PPN & PPNBM. PPh) sebesar Rp.
10.000.000,-
b. Komisi akseptasi sebesar USD. 50
c. Komisi PIB sebesar Rp.500.000.
Diminta : Buatlah jurnal akuntansi dari transaksi import tersebut diatas yang
berhubungan dengan transaksi ekstra kompatibel rekening kontijensi bank yang
terdiri dari:
a) Jurnal Transaksi pada waktu pembukaan LC import
b) Jurnal transaksi pada waktu dilunasinya kewajiban importir

9
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 12
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Akuntansi Pendapatan

Sub Pokok Bahasan : 12.1 Pengertian Pendapatan


12.2 Karakteristik Akuntansi Pendapatan
12.3 Jenis Jenis Pendapatan Bank
12.4 Pengakuan Pendapatan
12.5 Akuntansi Pendapatan Bank
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
AKUNTANSI PENDAPATAN
12.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan bank lazimnya dicatat berdasarkan metode accrual, dimana akan
dibukukan sebagai pendapatan pada saat jatuh waktu bukannya pada saat uang
diterima.
Pos pendapatan dalam suatu laporan laba rugi bank terdiri dari beberapa
komponen seperti
 Pendapatan bunga
 Pendapatan provisi dan komisi
 Pendapatan operasional lainnya.
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia tahun 2008; Pendapatan
(revenues) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus masuk atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaiakan ekuitas yang berasal dari kontribusi penanam
modal.
Menurut PSAK No.31 (2007,2); pedapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.
Sedangkan Beban merupakan biaya yang tidak dapat memberikan manfaat
dimasa yang akan datang atau identik dengan biaya atau harga perolehan yang
sudah habis masa manfaatnya.
Pada garis besarnya, komponen pendapatan dalam suatu bank antara lain terdiri
dari :
1. Pendapatan Operasional yaitu
a. Pendapan bunga pinjman yang diberikan
b. Pendapatan Provisi dan Komisi
c. Pendapatan Provisi dan Komisi Lainnya
d. Dan lain-lain.
2. Pendapatan Operasional Lainnya yaitu
a. Efek-efek diperdagangkan
b. Laba penjualan surat berharga.

2
c. Fee
d. Pendapatan denda kredit diberikan
e. Dan lain-lain
3. Pendapatan Non Operasional yaitu
a. Hasil sewa SDB
b. Hasil Sewa Gedung
c. Penjualan aset tetap/inventaris
d. Selisih Kurs penjabaran
e. Pendapatan bunga tagihan akseptasi.

12.2 Karakteristik Akuntansi Pendapatan


a. Pendapatan bunga dari aset produktif performing yaitu kredit dalam
ketegori “Lancar” dan “Dalam Perhatian Khusus” diakui secara accrual
basis dan aset produktif non performing berupa kredit “Kurang
Lancar”,”Diragukan” dan “Kredit Macet” diakui secara cash basis dan
dibukukan dalam rekening administratif sebagai “Bunga yang masih harus
diterima”.
b. Jika fasilitas kredit performing berubah menjadi non performing, maka
tunggakan pendapatan bunganya harus dilakukan koreksi dengan
melakukan jurnal balik dari akun pendapatan dan jumlahnya ditampung
di rekening administratif (off balance sheet).
c. Penerimaan pendapatan dari provisi kredit apabila jumlahnya material,
akan diposting dalam akun “Pendapatan diterima dimuka-provisi kredit”
dan diamortisasi setiap bulan sesuai dengan jangka waktu fasilitas
kreditnya. Namun apabila jumlahnya dianggap tidak material akan
langsung diposting dalam akun “Pendapatan Provisi dan Komisi – Provisi
Kredit”

12.3 Jenis-Jenis Pendapatan Bank


12.3.1 Pendapatan Operasional

a) Pendapatan Bunga Debitur

3
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman
dana bank pada aktiva produktif. Pendapatan Bunga Debitur dari aktiva
produktif non performing tidak diakui sebagai pendapatan periode
berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan non performing. Dan akan
dicatat ke dalam rek administrative karena merupakan peristiwa
kontijensi.

b) Komisi dan Provisi

Komisi adalah imbalan atau jasa perantara yang diterima atau dibayar
atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Provisi adalah
imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang
diberikan atau diterima. Provisi kredit merupakan sumber pendapatan
bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit
disetujui oleh bank. Komisi merupakan beban yang diperhitungkan
kepada nasabah bank yang mempergunakan jasa bank.

c) Pendapatan Atas Transaksi Valuta Asing

Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing lazimnya berasal dari
selisih kurs. Selisih kurs ini akan dimasukkan ke dalam pos pendapatan
dalam laporan laba rugi. Laba rugi yang timbul dari transaksi valuta asing
harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam perhitungan laba
rugi periode berjalan.

Seringkali suatu bank memiliki aktiva atau kewajiban dalam valuta asing
dalam jumlah yang besar berupaya untuk menghindari adanya kerugian
akibat sellih kurs. Upaya ini biasanya disebut sebagai Hedging. Contoh
hedging diantaranya: forward dan swap.

d) Transaksi Berjangka Valuta Asing

Untuk transaksi berjangka valuta asing dalam rangka trading, selisih


antara kurs yang diperjanjikan (Contracted Forward Rate) dengan kurs

4
tunai pada tanggal jatuh waktu (Spot Rate) diakui sebagai laba atau rugi
transaksi valuta asing pada akhir masa kontrak.

e) Swap Suku Bunga

Salah satu jenis hedging dan upaya untuk meraih keuntungan dalam
mekanisme pasar uang adalah dengan melakukan gadai valuta asing
atau dikenal dengan istilah swap. Dalam kenyataannya ada dua jenis
transaksi swap, yakni transaksi swap suku bunga dalam rangka
pendanaan dan dalam rangka trading.

f) Pendapatan Operasional Lainnya

Contoh dari pendapatan operasioanal lainnya adalah penerimaan


deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi
penjualan surat berharga pasar modal, dan lainnya. Pengakuan
pendapatan dari deviden erat kaitannya dengan metode pencatatan dari
penyertaan, apakah secara cost atau equity method.

g) Pendapatan Non-Operasional

Yang termasuk kedalam pendapatan Non-operasional adalah rupa-rupa


pendapatan yang berasal dari aktivitas diluar usaha utama bank.
Contohnya adalah pendapatan dari penjualan aktiva tetap, penyewaan
fasilitas gedung yang dimiliki oleh bank, dan lainnya. Pendapatan ini
harus diakui pada pendapatan periode berjalan.

h) Pendapatan Luar Biasa

Pendapatan laur biasa merupakan pendapatan yang memenuhi kriteria


bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi. Pendapatan luar biasa
harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan ditujukan secara
terpisah dalam perhitungan laba rugi disertai pengungkapan mengenai
sifat dan jumlahnya. Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah pos
yang memenuhi kedua kriteria sebagai berikut:

5
 Bersifat tidak normal (tidak biasa)

Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat


abnormalitas yang tinggi dan tidak berhubungan dengan aktifitas
perusahaan sehari-hari.

 Tidak sering terjadi.

Kejadian dan transaksi yang bersangkutan tidak dihubungkan akan


terulan lagi di masa yang akan datang.

12.4 Pengakuan Pendapatan


Pendapatan bunga diakui secara akrual (Accrual basis), kecuali pendapatan
bunga dari aktiva produktif non-performing. Pendapatan dari aktiva yang non
performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut benar-benar telah
diterima (Cash Basis).

12.5 Akuntansi Pendapatan Bank


Pengakuan pendapatan secara accrual mengakibatkan pertambahan
pendapatan bank pada saat jatuh waktu bunga. Sedangkan pengakuan
pendapatan secara cash basis menyebabkan bertambahnya rekening
administrative tunggakan bunga pada saat jatuh waktu pembayaran bunga dan
pendapatan akan bertambah pada saat uang benar-benar telah diterima oleh
bank dari nasabah non performing tersebut.

Secara skematis kedua pengakuan pendapatan dapat dijabarkan dalam bagan


akuntansi berikut ini :

6
Gambar 12.1
Pengakuan Pendapatan Secara Accrual Basis

Gambar 12.2
Pengakuan Pendapatan Secara Cash Basis
a. Pendapatan Bunga Debitur
Pendapatan bunga dari aktiva produktif non performing, tidak diakui
sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan non
performing.

Bunga dari aktiva non performing yang tidak diakui sebagai pendapatan
akan dicatat dalam rekening administrative karena merupakan peristiwa
kontinjensi.

Contoh:
Apabila pendapatan bunga debitur performing selama bulan Juli dihitung

7
sebesar Rp. 100 juta, sedangkan debitur non performing sebesar Rp. 23
juta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Accrual basis

D: Pendpt. Debitur YMH. Diterima Rp. 100.000.000


K: Pendpt. Bunga Debitur Rp. 100.000.000

Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut
ini :

D: Kas …………………………………………Rp. 100.000.000


K: Bunga Debitur YMH Diterima ………................Rp. 100.000.000

Cash Basis
D: Re. Adm. Rp-Tunggakan Bunga ……… Rp. 23.000.000

Pada saat menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut
ini:
D: Kas …………………………………………Rp. 23.000.000
K: Pendpt. Bunga Debitur ……………………… Rp. 23.000.000

b. Komisi dan Provisi


Komisi merupakan pendapatan bank yang sedang digiatkan belakangan ini.
Komisi ini merupakan beban yang diperhitungkan kepada para nasabah bank
yang mempergunakan jasa bank. Komisi juga lazimnya dibukukan langsung
sebagai pendapatan pada saat bank menjual jasa kepada para nasabahnya.
Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan
diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Biasanya
provisi kredit langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan.
Contoh:

8
Bank Omega menyetujui kredit untuk PT.CVD sebesar Rp. 200juta selama
jangka waktu 5 tahun. Provisi kredit ditetapkan sebesar 0,6% dari pagu
kredit. Ayat Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sbb:

D: Kas …………………………………………… Rp. 1.200.000


K: Provisi Kredit Diterima Dimuka ……….……….….. Rp. 1.200.000

Transaksi ini berkaitan dengan keg. Perkreditan dan terikat dengan jangka
waktu. Oleh sebab itu perlu dialokasikan setiap bulan selama lima tahun
mendatang. Provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi pendapatan dan
akan disajikan dalam laporan laba rugi bulanan.
Alokasi pada bulan pertama dilakukan dengan cara sbb:

Alokasi bln pertama = 1/60 * Rp. 1.200.000 = Rp. 20.000

(5th*12bln)

Ayat jurnal yang dibuat adalah sbb:

D: Provisi Kredit Diterima Dimuka …………..Rp. 20.000


K: Pendpt. Provisi Kredit ………………………….......….Rp. 20.000

Contoh lain:
Bila Bank Mandiri membebankan komisi kepada nasabah giro atas jasa ATM
yang dipergunakannya sebesar Rp. 20.000. Transaksi ini tidak terikat dengan
jangka waktu. Oleh Bank Mandiri akan dibukukan kedalam pendapatan
dengan ayat jurnal sbb:

D: Giro ……………………………………………………………. Rp. 20.000


K: Pendapatan Komisi ATM ………………………… Rp. 20.000

c. Pendapatan Atas transaksi Valuta Asing


Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing lazimnya berasal dari
selisih kurs. Selisih kurs ini akan dimasukkan kedalam pos pendapatan dalam

9
laporan laba rugi. Laba atau rugi yang timbul dari transaksi valuta asing
harus diakui sebagai pendapatan atau beban dalam perhitungan laba rugi
periode berjalan.

d. Transaksi Berjangka Valuta Asing


Seringkali suatu bank devisa yang memiliki aktiva atau kewajiban dalam
valuta asing dalam jumlah yang besar berupaya untuk menghindar adanya
kerugian akibat selisih kurs. Upaya ini dikenal dengan hedging dalam hutang
ataupun piutang.
Didalam melakukan hedging ini bank akan melaksanakan pembelian atau
penjualan valuta asing secara berjangka, atau dikenal dengan forward.
Dalam transaksi forward, piutang atau hutang valuta asing dicatat sebesar
kurs tunai yang berlaku pada saat itu (spot rate), sedangkan hutang atau
piutang Rupiah dicatat sebesar kurs masa depan (forward rate), yaitu kurs
pertukaran mata uang asing di hari kemudian yang ditentukan berdasarkan
perjanjian.

e. Swap Suku Bunga


Salah satu jenis hedging dan upaya untuk meraih keuntungan dalam
mekanisme pasar uang adalah dengan melakukan gadai valuta asing atau
dikenal dengan istilah SWAP.
Ada 2 jenis transaksi SWAP:
 Untuk transaksi Swap pendanaan:
Selisih antara suku bunga yg dipertukarkan (original interest rate) dgn
suku bunga yg diperjanjikan (contracted interst rate) disajikan sbg
penambah atau pengurang beban dana dan diamortisasikan scr
proporsional selama jangka waktu kontrak.

 Untuk transaksi Swap trading:


Selisih antara suku bunga yang dipertukarkan dgn suku bunga yg
diperjanjikan diakui sbg laba atau rugi pada akhir masa kontrak.

10
f. Pendapatan Operasional Lainnya
Contoh dari pendapatan operasional lainnya:
Penerimaan deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi
penjualan surat berharga pasar modal dan lainnya.

Contoh Pendapatan lain yang timbul dari penjualan surat berharga.

Apabila Bank Omega memiliki 100 lembar saham PT. BBC sebesar nominal
Rp. 100.000/lbr dan telah dibeli sebesar Rp. 9.800.000 untuk seluruh saham
tersebut. Kemudian saham tersebut dijual Rp. 98.500/lbr secara tunai.
Perhitungan keuntungan dari penjualan saham dan ayat jurnal untuk
membukukan transaksi tersebut dijabarkan sbb:

Harga perolehan saham ……………………………. Rp. 9.800.000


Harga Jual :
Rp. 98.500*100 …………………………………. Rp. 9.850.000
Keuntungan ………………………………………………….. Rp. 50.000

Keuntungan sebesar Rp. 50.000 harus disajikan dalam pendapatan


operasional lainnya dalam tubuh laba rugi bank.

D: Kas ………………………………………… Rp. 9.800.000


K: Keuntungan dari Penjualan SB ……....……… Rp. 50.000
K: Surat Berharga (SB) ………………………...…… Rp. 9.850.000

Capital gain penjualan surat berharga pasar modal harus diakui sebagai
pendapatan bank.

g. Pendapatan Non Operasional


Yang termasuk dalam kelompok ini adalah rupa-rupa pendapatan yang
berasal dari aktivitas diluar usaha utama bank. Contohnya adalah
pendapatan dari penjualan aktiva tetap, penyewaan fasilitas gedung yang
dimiliki oleh bank dan lainnya. Pendapatan ini harus diakui sebagai

11
pendapatan pada periode berjalan.
Contoh:
Apabila Bank Mandiri memiliki sebuah mobil dengan harga perolehan
sebesar Rp. 35 juta dan telah disusutkan sebesar Rp. 30 juta dijual tunai
seharga Rp. 7 juta. Perhitungan keuntungan ini akan dibukukan dengan ayat
jurnal sbb:

D: Kas ……………………………………Rp. 7.000.000


D: Ak. Peny. Kendaraan …………. Rp. 30.000.000
K: Kendaraan …………………………......…………. Rp. 35.000.000
K: Keuntungan dari Penj. Ak.tetap ..............Rp. 2.000.000

h. Pendapatan Luar Biasa


Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah pos yang memenuhi kedua
kriteria sbb:
 Bersifat tidak normal (tidak biasa)
Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memilih tingkat
abnormalitas yang tinggi dan tidak berhubungan dengan aktifitas
perusahaan sehari-hari.
 Tidak sering terjadi
Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak dihubungkan akan
terulang lagi di masa yang akan datang.

Jadi yang dalam menerapkan kedua kriteria tersebut, harus dipertimbangkan


faktor lingkungan dari perusahaan yang bersangkutan, faktor geografis
perusahaan, dan faktor lainnya seperti politis dan lain sebagainya.
Pengakuan pendapatan yang bersifat luar biasa ini akan mengacu kepada
prinsio Akuntansi Indonesia.

Kejadian yang selalu menjadi pertimbangan bank adalah perubahan kurs


valuta asing terhadap mata uang Rupiah. Kenaikan atau penurunan selisih
kurs valuta asing tidak dapat dijadikan sebangai keuntungan atau kerugian
luar biasabagi Bank Indonesia karena faham yang diterapkan dalam kurs
valuta asing adalah gambangtekendali (floating rate).

12
Akan tetapi, apabila terjadi selisih kurs yang naik secara tiba-tiba, atau naik
dengan jumlah yang cukup besar seperti adanya devaluasi Rupiah terhadap
valuta asing, maka kejadian ini dapatdigolongkan kedalam pos luar biasa
(extraordinary item). Keuntungan yang timbul dari kenaikan selisih kurs
akibat dari devaluasi merupakan keuntungan atau pendapatan yang timbul
dari transaksi yang luar biasa. Disebut luar biasa karena peristiwa devaluasi
bukan merupakan yang biasa.

Akan tetapi, bila kenaikan atau penurunan yang sagat tajam terjadi di negeri
America selatan, yang terkenal dengan seringa adanyadevaluasi dan tingkat
inflasi yang hipper tinggi, maka peristiwa ini tidak dapat dianggap sebagai
peristiwa luar biasa.

i. Koreksi masa lalu

Tidak semua pos dala laba-rugi periode lalu harus dikoreksi. Pos-pos yang
harus dilaporkan sebagai koreksi masa lalu dan tidak dapat diperhitungkan
sebagai unsur laba periode bejalan adalah koreksi terhadap laporan
keuangan periode yang laluyang berasal dari kesalahan perhitungan atau
kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi yang tidak dapat diterima,
kelalaian mencatat suatu transaksi atau kejadian yan telah terjadi, dan
kesalahan yang bersifat matematis.

Koreksi masa lalu yang dilakukan harus diungkapkan dalam laporan


keuangan pada periode yang dimana koreksi tersebut dilakukan.

j. Pengaruh Komulatif Perubahan Prinsip Akuntansi

Adakalanya terjadi perubahan penerapan prinsip akuntasi dalam suatu


periode tertentu karena alasan manajemen. Perubahan penerapan prinsip
akuntansi ini dapat saja brpengaruh pada pendapatan bank sehingga harus
dikoreksi dan diungkapkan dalam laporan keuangan. PAI mengatur
mengenai pengaruh komulatif perubahan prinsip akuntansi sebagai berikut:

13
 Pengaruh komulatif akibat perubahan dari suatu prinsip akuntansi
yang lazim ke prinsip lainnya yang juga sesuai dengan PAI harus
dilaporkan dalam perhitungan laba-rugi periode terjadinya perubahan,
dan disajikan diatara pos luar biasa dan laba bersih.
 Jumlah pengaruh komulatif dari perubahan keprinsip akuntansi yang
baru merupakan selisih antara jumlah laba yang ditahan pada awal
periode perubahan dengan jumlah laba yang ditahan yang seharusnya
dilaporkan bila prinsip akuntasi yang baru tersebut telah ditetapkan
secara retroaktif untuk seluruh periode yang dipengaruhi.

Contoh 1
Pada tanggal 1 Juni 2012 Bank ABC Cabang Jakarta Kota memberikan Fasilitas
Kredit Modal Kerja KUR kepada PT Sejahtera di Jakarat dengan data sesuai
perjanjian kredit sebagai berikut :
Tujuan Kepemilikan : dimiliki hingga jatuh tempo.
Jenis Kredit : Kredit Modal Kerja KUR.
Sifat : Kredit rekening koran.
Plafond Kredit : Rp.200.000.000,-
Jangka Waktu : 1 tahun atau 12 bulan
Suku Bunga : 16 % tahun efektif atau 1,333% / bulan
Provisi : 0,5 % atau Rp.750.000,-
Berdasrkan data tersebut diatas buatlah jurnal yang berhubungan dengan
fasilitas kredit tersebut, apabila diasumsikan :
 Fasilitas kredit lancar dari bulan Juni s/d September 2012 (selama 4
bulan)
 Pada akhir bulan September 2012 terdapat kelonggaran tarik dan bunga
sebesar Rp.2.000.000,-
 Pada akhir bulan Oktober 2012 fasilitas kredit sebesar Rp.200.000.000,-
telah ditarik semua oleh debitur dan debitur menunggak bunga buan
Oktober,November dan Desember 2012 selama 3 bulan sebesar
Rp.8.000.000,-
Pertanyaan

14
Buat jurnal akuntansi yang berhubungan dengan akuntansi pendapatan yang
terdiri dari :
1. Fasilitas kredit performing (lancar)
a. Jurnal transaksi pembebanan bunga ke rekening KMK-KUR pada
akhir buan September dengan mendebit rekening KMK-KUR dan
mengkredit akun pendapatan bunga.
b. Jurnal transaksi pembebanan bunga pada akhir bulan Oktober 2012.
c. Jurnal transaksi perubahan kolektibilitas fasilitas kredit dari
performing menjadi non performing.
2. Fasilitas kredit Non Performing (KL,D,M)
a. Jurnal transaksi pendapatan bunga sehubungan perubahan
kolektibiltas dari Dakam Perhatian Khusus menajdi Kurang Lancar.
b. Jurnal transasi pendapatan bunga setelah fasilitas kredit menjadi
kurang lancar.
Jawaban :
a. Fasilitas Kredit Lancar
 Jurnal transaksi pembebanan bunga akhir bulan
Pembebanan bunga kredit (bulan Juni s/d September) dilakukan dengan
pendebitan ke rekening KMK KUR debtur. Pada akhir bulan September 2012
diasumsikan sebesar Rp.2.000.000,- dengan jurnal sebagai berikut :
30 September 2012
D. Rekening KMK-KUR PT Sejahtera Rp.2.000.000,-
K.Pendapata Bunga – KMK KUR Rp.2.000.000,-

 Jurnal transaksi pembukuan kewajiban komitmen fasilitas kredit


30 September 2012

D. Kewajiban Komitmen – Fas. Kredit yg blm digunakan Rp.2.000.000,-


K. Rekening Lawan-
Fas Kredit yg blm digunakan Rp.2.000.000,-

b. Fasilitas Kredit Dalam Perhatian Khusus


 Jurnal transaksi pendapatan bunga
Pada akhir bulan Oktober 2012 rekening KMK KUR tidak ada kelonggaran

15
tarik, dengan demikian debitur menunggak bunga 1 bulan dan secara
otomatis kolektibilitas kredit menjadi “Dalam Perhatian Khusus” dan
pendapatan buga pinjaman bulan Oktober 2012 sebesar 16 % x
Rp.200.000.000,- :12 = Rp.2.666.667,- dengan jurnal sebagai berikut :
31 Oktober 2012

D. Bunga YMH Diterima – KMK KUR PT Sejahtera Rp.2.666.667,-


K.Pendapata Bunga – KMK KUR Rp.2.666.667,-

30 November 2012

D. Bunga YMH Diterima – KMK KUR PT Sejahtera Rp.2.666.667,-


K.Pendapata Bunga – KMK KUR Rp.2.666.667,-

c. Fasilitas Kredit Kurang Lancar


 Jurnal transaksi pendapatan bunga
Pada akhir bulan Desember 2012 rekening KMK KUR tidak ada kelonggaran
tarik, dengan(bulan ketiga) debitur belum mengasngsur tunggakan bunga
yang menjadi kewajibannya sebesar 16 % x Rp.200.000.000,- :12 =
Rp.2.666.667,- dengan demikian pada akhir bulan akan menjurnal sebagai
berikut :
31 Desember 2012

D. Bunga YMH Diterima – KMK KUR PT Sejahtera Rp.2.666.667,-


K. Pendapata Bunga – KMK KUR Rp.2.666.667,-

 Jurnal transaksi mengoreksi pendapatan bunga


Pada akhir bulan Desember 2012 tunggakan bunga menjadi 3 bulan, maka
kolektibilitas dasilitas kredit dari Performing (DPK) berubah menjadi Non
Performing (KL) dan sistem akan melakukan koreksi terhadap pendapatan
bunga yang selama dikredit selama 3 bulan sebesar 16 % x 3 x
Rp.200.000.000,- :12 = Rp.8.000.000,- dikoreksi dengan jurnal sbb :
31 Desember 2012

D. Pendapatan Bunga – KMK-KUR Rp.8.000.000,-


K.Bunga YMH diterima – KMK KUR PT Sejahtera Rp.8.000.000,-

16
31 Desember 2012 (Rekening Administratif)

D. Tagihan Kontijensi –
Pendapatan Bunga Dlm Penyelesaian Rp.8.000.000
K. Rekening Lawan –
Pendapatan Bunga Dlm Penyelesaian Rp.8.000.000

Ringkasan
Pendapatan pada dasarnya diakui secara accrual basis, kecuali untuk pendapatan yang
berasal dari kredit atau debitur yang diklasifikasikan sebagai non performing loan yaitu
yang digolongkan sebagai debitur kurang lancar, diragukan dan macet. Pendapatan
yang diterima dan dikeluarkan harus dipertimbangkan apakah memang harus
dimasukkan dalam pendapatan pada periode berjalan atau tidak. Bila pendapatan
diterima dimuka untuk beberapa periode, maka akan ditangguhkan dan dibukukan
sebagai pos kewajiban yang akan diamortisasikan atau dialokasikan secara
proporsional ke dalam pos pendapatan setiap periode.

Soal Latihan

17
18
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 13
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Akuntansi Beban Bank

Sub Pokok Bahasan : 13.1 Pengertian Beban Bank


13.2 Jenis Jenis Beban Bank
13.3 Perlakuan Akuntansi Beban Bank
13.4 Akuntansi Beban Bank
Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta
:
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan. Jakarta:
Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
13.1 Pengertian Beban
Menurut PAPI 2008; Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan
aset atau kenaikan kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban yang ditangguhkan (defered charges) yaitu pengeluaran atau biaya yang
memiliki manfaat dalam jangka panjang atau akan dibebankan dalam periode
berikutnya.

13.2 Jenis – Jenis Beban Bank

a. Beban Operasional, terdiri dari :

 Biaya Bunga

Biaya ini paling besar porsinya terhadap biaya bank keseluruhan. Biaya
ini harus diantisipasikan oleh bank pada penutupan tahun buku atau
pada tanggal laporan.

 Biaya Valuta Asing

Biaya dalam transaksi valuta asing biasanya muncul dari selisih kurs yang
merugi. Munculnya kerugian selisih kurs baik dari transaksi spot,
forward, maupun swap akan dibebankan ke dalam laporan laba rugi.

 Biaya Overhead

Dalam operasi bank sehari-hari diperlukan biaya untuk mengolah


transaksi. Biaya ini berhubungan langsung dengan periode terjadinya
sehingga harus dicatat dan diakui sebagai beban periode berjalan.

Biaya overhead yang terjadi di bank memiliki ciri-ciri :

 Tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan jasa yang

dihasilkan karena biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan bank


 Menjadi biaya pada periode terjadinya

2
 Tidak memberikan manfaat untuk masa yang akan datang

Contoh biaya overhead : biaya gaji pegawai, tunjangan-tunjangan, biaya


penyusutan aktiva tetap, biaya kegiatan kantor dll.

b. Biaya Non Operasional

Yaitu biaya–biaya yang yang dikeluarkan yang tidak berkaitan dengan


kegiatan utama bank misalnya kerugian dari penjualan aktiva tetap.

 Pos Luar Biasa

Biaya ini harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari


dan ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan laba rugi disertai
pengungkapan atas sifat dan jumlahnya. Biaya luar biasa kejadiannya
tidak normal dan tidak sering terjadi atau tidak terulang lagi di masa
yang akan datang. Peristiwa seperti gempa bumi dan apabila
merugikan bank dapat digolongkan sebagai kerugian atau pos luar
biasa. Tetapi apabila di satu Negara, seperti Jepang misalnya,
peristiwa ini sangat sering terjadi. Dengan demikian kerugian akibat
ini tidak bias digolongkan sebagai peristeiwa luar biasa.

 Koreksi Masa Lalu

Koreksi masa lalu yang berkaitan dengan unsur laba-rugi dapat


dilakukan apabila telah terjadi kesalahan dalam perhitungan atau
kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang tidak tepat waktu atau
tidak dapat diterima, kelalaian mencatat suatu transaksi atau kejadian
yang telah terjadi, dan kesalahan matematis. Koreksi yang dilakukan
terhadap laba-rugi periode lalu harus tetap diungkapkan.

 Pajak Penghasilan.

Pos biaya paling akhir dalam tubuh laporan laba-rugi adalah pajak
penghasilan. Pajak penghasilan dihitung berdasarkan laba menurut

3
akuntansi atau laba kena pajak (taxable income) untuk diperhitungkan
dengan tariff pajak penghasilan.

13.3 Perlakuan Akuntansi


Perlakuan akuntansi untuk pendapatan dan biaya bank adalah :
1. Pendapatan bunga dari aset keuangan yang tidak mengalami penurunan
nilai diakui secara akrual (kollectibility lancar dan dalam perhatian khusus),
sedangkan untuk kredit dengan kollektiility kurang lancar, diragukan dan
macet) dihitung atas dasar nilai kredit setelah memperhitungkan penurunan
nilai dan menggunakan suku bunga untuk mendiskonto arus kan masa
datang dalam pengukuran kerugian penurunan nilai.
2. Beban bunga diakui secara akrual dan dinilai sebesar jumlah yang menjadi
kewajiban bank, termasuk beban lain yang dikeluarkan dalam rangka
penghimpunan dana, seperti hadiah.
3. Beban bunga dalam rangka penghimpunan danayang dibayar dimuka
seperti, bunga sertifikat deposito dan pinjaman antar bank, diakui sebesar
amortisasi dari beban tersebut.
4. Provisi yang bukan merupakan biaya transaksi yang dapat diatribusikan
secara langsung pada perolehan, namun berkaitan dengan jangka waktu,
diakui sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasi
secara sistematis selama jangka waktu transaksi yang bersangutan.
Penangguhan dan amortisasi dilakukan berdasarkan atas materialitas yang
ditetapkan oleh masing-masing bank.
13.4 Akuntansi Beban Bank.
Biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam
rangka menciptakan atau memperoleh pendapatan. Maksud dari biaya disini
adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan
untuk menciptakan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Biaya yang
dikeluarkan tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan periode
berikutnya.
Biaya diakui secara accrual basis, selalu diakui dan dibebankan kedalam
perhitungan laba-rugi pada saatjatuh waktu tanpa tedebih dahulu menunggu

4
pembayaran. Pembayaran biaya dimuka harus dialokasikan kedalam
rekening biaya secara proporsional.
Biaya yang terdapat dalam laporan laba-rugi bank terdiri dari biaya operasianal
seperti biaya bunga, biaya komisi, biaya overhead dan biaya non-operasional.
Biaya-biaya ini merupakan beban periode berjalan.

a. Biaya Bunga.
Jenis biaya yang paling besar porsinya terhadap biaya bank keseluruhan
adalah biaya bunga. Biaya bunga terdiri dari biaya bunga dana yang
dimiliki oleh bank. Biaya ini harus diantisipasikan oleh bank pada
penutupan tahun buku atau pada tanggal laporan. Biaya bunga ini telah
dibahas pada waktu mengupas akuntansi penanaman dana.
b. Biaya Valuta Asing.
Biaya dalam transaksi valuta asing lazimnya muncul dari selisih kurs
yang merugi. Dalam hal munculnya kerugian selisih kurs baik dalam
transaksi spot, tonvard, maupun swap akan dibebankan kedalam laporan
laba-rugi.
Khusus untuk transaksi forward, kerugian selisih kurs antara tanggal
penutupan kontrak dan tanggal relisasi akan diamortisasikan
selama jangka waktu kontrak tersebut. Perbedaan kurs antara tanggal
neraca dan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi valuta berjangka
akan diakui sebagai biaya periode berjalan dalam transaksi. Mekanisme
transaksi dalam valuta asing ini akan dibahas akuntansi dalam valuta
asing.
c. Biaya Bunga.
Biaya bunga pada dasarnya diakui secara accrual basis, kecuali
pendapatan bunga dalam aktiva produktif non-performing.
d. Biaya Overhead.
Dalam operasi bank sehari-harinya dipedukan biaya untuk mengolah
transaksi. Biaya atau beban ini berhubungan tangsung dengan periode
terjadinya, oleh sebab itu harus dicatat dan diakui-sebagai beban
periode berjalan. Biaya yang dikeluarkan oleh bank ini tidak memiliki

5
manfaat untuk masa-masa mendatang.
Biaya overhead yang tedadi di bank mempunyai beberapa ciri sebagai
berikut.
a. Tidak dapat diidentifikasiakn secara langsung dengan jasa
dihasilkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk semua kegiatan
bank.
b. Menjadi beban atau biaya pada periode terjadinya. Tidak ada
biaya overhead untuk beberapa periode.
c. Biaya overhead yang dikeluarkan tidak memberikan manfaat untuk
masa yang akan datang.
Ada berbagai jenis biaya overhead yang harus terjadi dan diakui dalam
laporan laba – rugi bank. Jenis-jenis biaya tersebut antara lain biaya-
biaya yang berkaitan dengan pegawai seperti gaji, tunjangan-tunjangan,
biaya penyusutan dari aktiva tetap, biaya operasional kantor yang bukan
biaya pegawai atau penyusutan, dan jenis biaya-biaya lain yang
dikeluarkan atau berkaitan dengan periode pelaporan keuangan.
d. Biaya Pegawai.
Sebagai contoh, apabila Bank Mandiri cabang Jakarta membayar gaji
pegawai sebesar Rp. 200 juta untuk periode bulan Desember 20XX, dan
membayar tunjangan kesehatan Rp. 50juta secara tunai. oleh Bank
Mandiri akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.

D : Gaji Pegawai Rp. 200.000.000


D : Tunjangan Kesehatan Rp. 50.000.000
K : Kas Rp. 250.000.000

e. Biaya Kegiatan Kantor.


Contoh lain adalah biaya yang berkenaan dengan kegiatan kantor.
Apabila Bank Mandiri Cabang Jakarta mengeluarkan biaya
pengurusan tamu sebesar Rp. 20 juta selama bulan Desember 20XX,
biaya listrik dan air sebesar Rp. 45 juta, biaya riset untuk kegiatan
marketing periode berjalan Rp. 43 juta, biaya alai tulis kantor Rp. 23
juta. Semua dibayarkan secara tunai.

D : Biaya Entertainment Rp. 20.000.000


D : Biaya Listrik dan Air 6 Rp. 45.000.000
D : Biaya Riset Rp. 43.000.000
D : Biaya Alat Tulis Kantor Rp. 23.000.000
K : Kas Rp.131.000.000
Khusus untuk biaya riset dapat ditangguhkan dan dialokasikan secara
berkala apabila manfaatnya dirasakan lebih dan satu tahun.
f. Biaya Penyusutan.
Penyusutan merupakan alokasi biaya yang dibebankan kedalam laporan
laba-rugi menurut kriteria atau berdasarkan waktu dengan beberapa
pilihan atau metode penyusutan sebagai bedkut.
 Metode garis lurus, dimana besarnya penyusutan dilakukan
dengan jumlah yang sama setiap periode.
 Metode pembebanan yang menurun, yang terdiri dari
 Metode Sum-of-the-year digits method, dimana besamya penyusutan
akan menurun setiap periodenya dibanding dengan periode
sebelumnya.
 Metode Declining balance method, dimana besarnya penyusutan
akan semakin kecil setiap periodenya dan tarip yang
dipergunakan adalah dua kali tarip semula.
Untuk aktiva tetap tak berwujud umumnya diamortisasikan berdasarkan
metode garis lurus dan penyusutannya langsung mengkredit rekening
aktiva yang bersangkutan.
g. Biaya Non-Operasional.
Selain biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan utama
bank, juga ada biaya-biaya yang terjadi atau dikeluarkan tidak
berkaitan dengan kegiatan utama bank. Kerugian dari penjualan
aktiva tetap merupakan salah sate contoh dari biaya non-operasional.
Sebagai contoh apabila Bank Omega cabang Jakarta menjual inventaris
kantor secara lelang karena sudah habis umur ekonomisnya dengan
harga Rp. 400.000 secara tunai dimana harga perolehannya sebesar Rp
3.000.000 dan telah habis disusutkan. Ayat jumal untuk mencatat
transaksi ini adalah sebagai berikut :

D : Kas Rp. 400.000


D : Akumulasi Penyusutan — Inventaris Kantor Rp.3.000.000
K : Inventaris Kantor Rp.3.000.000
K : Keuntungan Dan Penjualan Aktiva Tetap Rp. 400.000

7
h. Pos Luar Biasa.
Biaya atau kerugian yang timbul digolongkan sebagai pos luar biasa
harus dipisahkan dan hasil usaha sehari-hari dan ditunjukan secara
terpisah dalam perhitungan laba-trugi disertai pengungkapan atas sifat
dan jumlahnya.
Seperti halnya pendapatan luar biasa, biaya luar biasa kejadianya tidak
normal atau tidak berhubungan dengan kegiatan perusahaan,
sehari-hari serta tidak sering terjadi atau tidak terulang lagi dimasa yang
akan datang.
Peristiwa seperti gempa bumi dan apabila merugikan bank dapat
digolongkan sebagai kerugian atau pos luar biasa. Tetapi apabila di
satu negara, seperti Jepang misalnya, peristiwa ini sangat sering terjadi.
Dengan demikian kerugian akibat peristiwa ini tidak bisa
digolongkan sebagai peristiwa luar biasa.
i. Koreksi Masa Lalu.
Koreksi masa lalu yang berkaitan dengan unsur laba-rugi dapat dilakukan
apabila telah terjadi kesalahan dalam penghitungan atau
kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang tidak tepat waklu atau
tidak dapat diterima, kelalaian mencatat suatu transaksi atau kejadian
yang telah terjadi, dan kesalahan matematis.
Koreksi yang dilakukan terhadap laba-rugi periode lalu harus tetap
dlungkapkan.
j. Pajak Penghasilan.
Pos biaya paling akhir dalam tubuh laporan laba-rugi adalah pajak
penghasilan. Pajak penghasilan dihitung berdasarkan laba
menurut akuntansi atau laba kena pajak (taxable income) untuk
diperhitungkan dengan tarip pajak penghasilan.
Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih
perhilungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba
kena pajak), yang disebabkan perbedaan waktu (timing difference)
pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan

8
tujuan pajak, ditampung dalam pos 'Pajak Penghasilan' yang
ditangguhkan dan dialokasikan pada beban pajak penghasilan tahun-
lahun mendatang.
Ringkasan
Secara Umum“Beban atau biaya adalah pengorbanan yang terjadi dalam rangka
memperoleh pendapatan.”Biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam rangka menciptakan atau memperoleh pendapatan. Maksud dari
biaya disini adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan
untuk menciptakan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Biaya yang dikeluarkan
tidak memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan periode berikutnya.
Dalam Bank Biaya diakui secara accrual basis, selalu diakui dan dibebankan kedalam
perhitungan laba-rugipada saatjatuh waktu tanpa tedebih dahulu menunggu
pembayaran. Pembayaran biaya dimuka harus dialokasikan kedalam rekening biaya
secara proporsional.
Biaya yang terdapat dalam laporan laba-rugi bank terdiri dari biaya operasianal seperti
biaya bunga, biaya komisi, biaya overhead dan biaya non-operasional. Biaya-biaya ini
merupakan beban periode berjalan.

Soal Latihan
Pada tanggal 1 Oktober 2012 Bank BRI Cabang Jakarta Kota memberikan Fasilitas
Kredit Modal Kerja KUR kepada PT Sukses dengan data sesuai perjanjian kredit
sebagai berikut :
Tujuan Kepemilikan : dimiliki hingga jatuh tempo.
Jenis Kredit : Kredit Modal Kerja KUR.
Sifat : Kredit rekening koran.
Plafond Kredit : Rp.250.000.000,-
Jangka Waktu : 1 tahun atau 12 bulan
Suku Bunga : 14 % tahun efektif
Provisi : 0,5 % atau Rp.1.250.000,-
Berdasarkan data tersebut diatas buatlah jurnal yang berhubungan dengan fasilitas
kredit tersebut, apabila diasumsikan :
 Selama 5 bulan fasilitas kredit dalam kondisi lancar

9
 Pada akhir bulan Maret 2013 kelonggaran tarik nihil dan terdapat tunggakan
bunga.
 Bulan April s/d jatuh tempo jangka waktu kredit, debitur menunggak bunga.

10
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 14
JUDUL POKOK BAHASAN
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
Capaian :
Pembelajaran diharapkan pentingnya mempelajari Laporan Keuangan Bank

Sub Pokok Bahasan Neraca


:
Laporan Laba Rugi Bank
Laporan Kualitas Aktiva Produktif Bank
Laporan Komitmen dan Kontingensi

Daftar Pustaka 1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan


:
Valuta Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan,
2012

1
LAPORAN KEUANGAN BANK

14.1 Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan


dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998


Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.

Menurut pasal 1 Undang - Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan, Bank
adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

14.2 Laporan Keuangan Bank

Pengertian Laporan Keuangan Bank adalah laporan keuangan yang disusun


sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kinerja keuangan bank yang dicapai selama periode
tertentu.

Oleh karena itu laporan keuangan bank harus memenuhi syarat mutu dan
kualitatif akuntansi perbankan.

14.3 Jenis Laporan Keuangan Bank

Bank komersial, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
diwajibkan memberikan laporan keuangan setiap periode tertentu.

Jenis laporan keuangan bank

2
Ada 3 jenis laporan keuangan bank, yaitu:
 Laporan Keuangan Bulanan
 Laporan Keuangan Triwulanan
 Laporan Keuangan Tahunan

14.4 Format Laporan Keuangan Bank

a. Format Neraca

Komponen-komponen neraca disajikan sebagai berikut:

 Penempatan pada Bank Indonesia:

Dalam format neraca pos-pos yang dianggap sensitif seperti


penempatan pada Bank Indonesia disajikan secara
terperinci.Tujuannya adalah untuk memberikan informasi posisi giro
BI dan SBI yang dimiliki bank yang bersangkutan sebagai sumber
likuiditas.

 Giro

Giro pada bank lain dan penempatan pada bank lain disajikan dalam
mata uang asing dan rupiah secara terpisah.Tujuannya adalah
memudahkan user untuk mendeteksi Net Open Position (NOP).

 Surat Berharga dan Obligasi

Ini penting untuk mendeteksi jumlah yang difokuskan untuk mencari


pendapatan dan jumlah yang menjadi sumber likuiditas melalui
perdagangan obligasi.Surat berharga juga disajikan secara terpisah
menurut valuta asing dan rupiah agar mudah dideteksi net open
position.

 Kredit

3
Aktiva yang paling sensitif yaitu kredit yang diberikan disajikan secara
terpisah menurut terkait dan tidak terkait dengan bank.Pemisahan
tersebut menunjukkan bahwa bank harus lebih transparan. Artinya
deteksi dini adanya bank yang memberi kredit untuk anak
perusahaannya sendiri.Atau untuk perusahaan lain yang satu
kelompok dengan bank, atau untuk pihak lain yang terafiliasi. Bank
harus menunjukkan secara transparan kemungkinan adanya
pelanggaran.

 Pos Deposito

Pos deposito berjangka disajikan dengan memisahkan antara deposito


untuk pihak-pihak terkait dengan bank dan pihak lainnya.Pemisahan
ini bertujuan untuk mendeteksi apakah terjadi penghimpunan dana
yang berasal dari kelompok perusahaan sendiri. Deposito yang besar
menunjukkan kepercayaan masyarakat yang tinggi, akan tetapi bila
berasal dari kelompok perusahaan itu sendiri akan mengandung
bahaya, bila suatu saat dana tersebut ditarik.Khusus untuk sertifikat
deposito disajikan berdasarkan jenis valuta.Begitu juga pada rekening
surat berharga yang diterbitkan dari pinjaman diterima, disajikan
secara terpisah menurut jenis valutanya.

 Penyisihan penghapusan aktiva

Penyajian penyisihan penghapusan aktiva produktif yang terpisah


menurut jenis aktiva produktif.Pemisahan ini bertujuan untuk
mendeteksi kualitas aktiva produktif dari masing-masing jenis aktiva
produktif.Alasanya adalah karena besarnya penyisihan aktiva produktif
akan mencerminkan kualitas aktiva produktif.

b. Format Laporan Laba Rugi

Format laporan laba rugi biasanya menggunakan bentuk multiple step


atau berjenjang.Pendapatan bunga bersih bisa dideteksi setelah

4
memperhitungkan pendapatan bunga dan biaya bunga.Jumlah
pendapatan bunga bersih akan mengindikasikan tingkat spread yang
terjadi di bank yang bersangkutan.Laba bersih harus menghitung laba
kotornya terlebih dahulu, baru kemudian memperhitungkan laba bersih
dengan menghitung pendapatan dan biaya di luar bunga.Dengan
memperhitungkan pendapatan dan beban operasional maka selanjutnya
dapat ditentukan pendapatan operasional bank.Penyajian biaya
operasional dan beban operasional secara berjenjang akan memudahkan
user dalam menentukan rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional.Untuk fee base income terlihat pada pendapatan non bunga.
Seperti penerbitan bank garansi.Semakin besar jasa perbankan yang
diberikan kepada masyrakat, akan semakin besar pendapatan non
operasional atau berupa fee base income.

c. Format Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan ini dikenal juga dengan rekening administratif. Laporan ini


disajikan secara terpisah antara komitmen dengan kontinjensi.Bahkan
komitmen dan kontinjensi ini dirinci menurut tagihan dan kewajiban secara
urut dengan memperhatikan kemungkinan pengaruhnya terhadap neraca
atau laba (rugi) bank.Hal ini akan mempermudah deteksi transaksi off
balanced dan posisinya.Dalam laporan keuangan bank juga harus disajikan
para pengurus dan pemilik bank tersebut.Masyarakat penguna laporan ini
akan mengetahui para penggurus bank, kemudian sejauh mana integritas
para pengurus dan pemilik bank tersebut.Informasi ini juga akan
memberikan informasi apakah bank tersebut telah go public atau
belum.Tuntutan transparasi laporan keuangan bank, mulai tahun 2001
laporan keuangan bank harus dilengkapi laporan kualitas aktiva produktif
dan informasi lainnya.

5
Kualitas aktiva produktif akan terindikasi dari tingkat kolektibilitasnya.
Tingkat kolektibilitas adalah:

 Lancar (L)
 Dalam Perhatian Khusus (DPK)
 Kurang Lancar (KL)
 Diragukan (D)
 Macet (M)

Semakin rendah tingkat kolektibilitasnya menunjukkan semakin banyak


aktiva produktif yang bermasalah.Aktiva produktif bermasalah bila masuk
kelompok kurang lancar, diragukan, bahkan macet.Bila ini yang terjadi
mengindikasikan aktiva produktif semakin sehat.Format laporan keuangan
bank seperti ini berlaku bagi laporan keuangan bulanan, triwulanan, dan
tahunan.Perbedaan pada jumlah periode yang disajikan.

14.5 Jenis Laporan Keuangan Bulanan Bank

Laporan keuangan bank bulanan adalah laporan keuangan bank secara individu
yang merupakan gabungan antara kantor pusat bank dengan seluruh kantor
bank.Laporan keuangan bulanan disajikan satu periode pada setiap akhir bulan
dari Januari hingga bulan Desember.

Berikut format yang digunakan untuk laporan keuangan publikasi bulanan:

a) Format Neraca Bulanan

Berikut ini contoh format neraca bulanan bank:

PT BANK XXX
Neraca Bulanan
Per ……

Aktiva:

 Kas

6
 Penempatan pada Bank Indonesia
o Giro Bank Indonesia
o Sertifikat Bank Indonesia
o Lainnya
 Giro pada bank lain
o Rupiah
o Valuta asing
 Penempatan pada bank lain
o Rupiah
o Valuta asing
 Surat berharga yang dimiliki
o Rupiah
 Diperdagangkan
 Tersedia untuk dijual
 Dimiliki hingga jatuh tempo
o Valuta asing
 Diperdagangkan
 Tersedia untuk dijual
 Obligasi pemerintah
o Diperdagangkan
o Tersedia untuk dijual
o Dimiliki jatuh tempo
 Surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo)
o Rupiah
o Valuta asing
 Tagihan derivatif
 Kredit yang diberikan
o Rupiah
 Pihak terkait dengan bank
 Pihak lain
o Valuta asing
 Pihak terkait dengan bank

7
 Pihak lain
 Tagihan akseptasi
 Penyertaan
 Pendapatan yang masih akan diterima
 Biaya dibayar di muka
 Uang muka pajak
 Aktiva pajak tangguhan
 Aktiva tetap bersih
 Agunan yang diambil alih
 Aktiva lain-lain

Pasiva:

 Giro
o Rupiah
o Valuta asing
 Kewajiban segera lainnya
 Tabungan
 Simpanan Berjangka
o Rupiah
 Pihak terkait dengan bank
 Pihak lain
o Valuta asing
 Pihak terkait dengan bank
 Pihak lain
 Sertifikat deposito
o Rupiah
o Valuta asing
 Simpanan dari bank lain
 Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo)
 Kewajiban derivatif
 Kewajiban akseptasi
 Surat berharga yang diterbitkan: Rupiah dan valuta asing

8
 Pinjaman yang diterima: Rupiah dan valuta asing
 Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
 Kewajiban sewa guna usaha
 Beban yang masih harus dibayar
 Taksiran pajak penghasilan
 Kewajiban pajak tangguhan
 Kewajiban lain-lain
 Pinjaman subordinasi
 Modal pinjaman
 Hak minoritas
 Ekuitas
o Modal disetor
o Agio (disagio)
o Modal sumbangan
o Selisih penjabaran laporan keuangan
o Selisih penilaian kembali aktiva tetap
o Saldo laba rugi

b) Format Laporan Laba Rugi Bulanan

Berikut ini contoh format laporan laba rugi bulanan:

PT BANK XXX
Laporan Laba Rugi
Untuk periode yang berakhir pada ……

Pendapatan Dan Beban Operasional

 Pendapatan bunga
o Hasil bunga: rupiah dan valuta asing
o Provisi dan komisi: rupiah dan valuta asing
 Beban bunga
o Beban bunga: rupiah dan valuta asing
o Komisi dan provisi

9
 Pendapatan operasional lainnya
o Pendapatan provisi, komisi, fee
o Pendapatan transaksi valuta asing
o Pendapatan kenaikan nilai surat berharga
o Pendapatan lainnya
 Beban (pendapatan) penghapusan aktiva produktif
 Beban estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi
 Beban operasional lainnya:
 Beban administrasi dan umum
 Beban personalia
 Beban penurunan nilai surat berharga
 Beban transaksi valas
 Beban lainnya

Laba (Rugi) Operasional

 Pendapatan Non-operasional
 Beban Non-operasional
 Pendapatan/beban luar biasa
 Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan
 Taksiran Pajak Penghasilan

Laba (Rugi) Periode Berjalan

c) Format Laporan Komitmen dan Kontinjensi Bulanan

Berikut ini contoh format laporan komitmen dan kontinjensi bulanan bank:

PT BANK XXX
Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Per …..

Komitment

 Tagihan Komitmen

10
o Fasilitas pinjaman yang diterima dan belum digunakan
 Rupiah
 Valas
o Lainnya
 Kewajiban Komitmen
o Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik
 Rupiah
 Valas
o Irrevocable L/C yang masih berjalan dalam rangka ekspor dan
impor
o Lainnya
 Jumlah komitmen bersih

Kontinjensi

 Tagihan Kontinjensi
o Garansi yang diterima: rupiah dan valas
o Pendapatan bunga dalam penyelesaian: rupiah dan valas
o Lainnya
 Kewajiban Kontinjensi
o Garansi yang diberikan
 Bank garansi: dalam valas dan Rp
o Revocable L/C yang masih berjalan dalam rangka ekspor dan impor

Jumlah Kontinjensi Bersih

d) Format Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya


bulanan

Berikut ini contoh format laporan kualitas aktiva produktif dan informasi
lainnya bulanan:

11
PT BANK XXX
Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya
Per …

 Penempatan pada bank lain


 Surat-surat berharga kepada pihak ketiga dan BI
 Kredit kepada pihak ketiga
o KUK
o Kredit yang distrukturisasi
o Lainnya
 Penyertaan pada pihak ketiga
o Pada perusahaan keuangan non bank
o Dalam rangka restrukturisasi kredit
 Tagihan lain pihak ketiga
 Komitmen dan kontinjensi kepada pihak ketiga
 PPAP yang wajib dibentuk
 PPAP yang telah dibentuk
 Persentase KUK terhadap total kredit

14.6 Jenis Laporan Keuangan Triwulanan

Laporan keuangan triwulanan adalah laporan keuangan bank yang disajikan


dua periode sekaligus yaitu posisi tanggal laporan dan posisi sebelumnya baik
untuk bank yang bersangkutan maupun laporan konsolidasinya.Laporan
keuangan bank triwulanan yang wajib disajikan adalah laporankeuangan
bankuntuk posisi akhir Maret, Juni, September, dan Desember.

Laporan keuangan bank triwulanan ini disusun antara lain untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, atau hasil usaha bank.Serta
informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan
dengan perkembangan usaha bank.

Agar laporan keuangan bank dapat diperbandingkan, maka perlu ditetapkan


bentuk dan cakupan penyajian yang didasarkan pada Pernyataan Standar

12
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk industri perbankan.Kemudian
juga Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia serta ketentuan dan pedoman
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

a. Laporan Keuangan Bank Triwulanan Posisi Akhir Maret dan


September

Laporan keuangan triwulanan yang disajikan terdiri dari laporan keuangan


bank secara individu dan laporan keuangan bank secara konsolidasi dengan
anak perusahaan.

Laporan yang wajib disajikan dalam laporan keuangan publikasi triwulanan


sekurang-kurangnya terdiri dari:

 Neraca
 Perhitungan laba rugi dan saldo laba
 Daftar komitmen dan kontinjensi
 Transaksi valas dan derivatif
 Kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
 Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum
 Rasio keuangan

b. Laporan Keuangan Bank Triwulanan Posisi Juni

Format dan cakupan laporan keuangan triwulanan untuk posisi Juni adalah
sama dengan format dan cakupan laporan keuangan bank triwulanan untuk
posisi Maret dan September dengan beberapa tambahan yang ditetapkan
sebagai berikut:

 Tambahan pertama:

Bagi bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain
menyajikan laporan keuangan bank secara individu dan laporan
keuangan bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan, bank wajib

13
menyajikan laporan perusahaan induk di bidang keuangan yang
meliputi:

 Neraca
 Laporan laba rugi
 Laporan perubahan ekuitas, dan
 Daftar komitmen dan kontinjensi

Empat laporan tersebut merupakan hasil konsolidasi dari seluruh


perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku.

Dalam hal kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang


keuangan, bank wajib menyajikan neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan daftar komitmen dan kontinjensi perusahaan
induk.

Di mana 4 laporan tersebut merupakan hasil konsolidasi dari seluruh


perusahaan di dalam kelompok usaha sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.

 Tambahan kedua:

Neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang keuangan atau
perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan dengan
posisi yang sama pada tahun sebelumnya.

c. Laporan Keuangan Bank Triwulanan Posisi Akhir Desember

Format dan ruang lingkup laporan keuangan publikasi triwulanan untuk


posisi Desember adalah sama dengan format dan ruang lingkup laporan
keuangan triwulanan untuk posisi Maret, Juni, dan September dengan
beberapa tambahan sebagai berikut:

14
 Bagi bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha, selain
menyajikan laporan keuangan bank secara individu dan laporan
keuangan bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan, bank
wajib menyajikan:
o Neraca
o Laporan laba rugi
o Laporan perubahan ekuitas, dan
o Daftar komitmen dan kontinjensi

Perusahaan induk di bidang keuangan yang merupakan hasil konsolidasi dari


seluruh perusahaan di dalam kelompok bidang keuangan sesuai dengan
standar akuntansi keuangan (SAK) yang berlaku.

 Laporan keuangan bank yang sudah diaudit oleh Akuntan Publik.


Dalam penyajian laporan keuangan triwulanan wajib dicantumkan
nama akuntan publik yang bertanggung jawab (partner in charge),
nama kantor akuntan publik, dan opini yang diberikan.
 Format neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang
keuangan atau perusahaan induk disesuaikan dengan neraca dan
laporan laba rugi yang disajikan dalam laporan audit (audit report).
 Neraca dan laporan laba rugi perusahaan induk di bidang keuangan
atau perusahaan induk wajib disajikan dalam bentuk perbandingan
dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya.

Dan berikut ini format laporan keuangan triwulanan bank:

 Format Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal


Minimum

PT BANK XXX
Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Per …..

 Komponen Modal

15
o Modal Inti
 Modal Disetor
 Cadangan Tambahan Modal (Disclosed Reserve)
 Goodwill
 Modal Pelengkap
o Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
o Cadangan Umum PPAP
o Modal Pinjaman
o Pinjaman subordinasi
o Peningkatan harga saham pada portofolio tersedia untuk
dijual
 Total Modal Inti dan Modal Pelengkap
 Penyertaan
 Total Modal
 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Tersedia
 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang Diwajibkan

 Format Tabel Perhitungan Rasio Keuangan

PT BANK XXX
Perhitungan Rasio Keuangan
Per …..

 Permodalan
o CAR
o Aktiva Tetap Terhaap Modal
 Aktiva Produktif
o Aktiva Produktif bermasalah
o NPL
o PPAP terhadap Aktiva Produktif
o Pemenuhan PPAP
 Rentabilitas

16
o ROA
o ROE
o NIM
o BOPO
 Likuiditas
o LDR
 Kepatuhan (compliance)
o Persentasi pelanggaran BMPK
o GWM Rupiah
o PDN

14.7 Jenis Laporan Keuangan Tahunan

Laporan keuangan bank tahunan adalah laporan keuangan bank tahunan untuk
memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh,
termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank.Seluruh informasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada
publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

Selain disampaikan kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, laporan


tahunan bank wajib pula disampaikan kepada lembaga lain yang
berkepentingan terhadap perkembangan usaha bank, seperti:

 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)


 Lembaga pemeringkat di Indonesia
 Asosiasi perbankan di Indonesia
 Institut Bankir Indonesia
 Lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan

a) Cakupan Laporan Keuangan Tahunan Bank

Laporan tahunan sekurang-kurangnya berisi:

17
 Informasi umum

 Kepengurusan: susunan dewan komisaris, direksi dan pejabat


eksekutif
 Rincian kepemilikan saham
 Perkembangan usaha bank dan kelompok usaha bank:
o Ikhtisar data keuangan penting sekurang-kurangnya
mencakup:
 pendapatan bunga bersih,
 laba operasi,
 laba sebelum pajak,
 laba bersih,
 laba bersih per saham,
 aktiva produktif,
 dana pihak ketiga,
 pinjaman diterima,
 total biaya dana (cost of fund),
 modal sendiri,
 jumlah lembar saham yang ditempatkan dan disetor.
o Rasio keuangan yang wajib disajikan sekurang-kurangnya
mencakup rasio keuangan sebagaimana diarur dalam
ketentuan Bank Indonesia tentang transparansi kondisi
keuangan bank, khususnya bab tentang laporan keuangan
publikasi bank umum.
 Sasaran, strategi, dan kebijakan manajemen yang
digunakan dalam pengembangan usaha bank
 Laporan manajemen yang menyajikan informasi
mengenai pengelolaan bank oleh pengurus atau
manajemen dalam rangka good cororate governance,
dan sekurang-kurangnya mencakup:
 Struktur organisasi
 Aktivitas utama

18
 Teknologi informasi
 Jenis produk dan jasa yang ditawarkan,
termasuk penyaluran KUK
 Tingkat suku bunga
 Perkembangan perekonomian dan target pasar
 Jaringan kerja dan mitra usaha baik di dalam dan
atau di luar negeri
 Jumlah, jenis, dan lokasi kantor
 Kepemilikan direksi, komisaris, dan pemegang
saham dalam kelompok usaha bank
 Perubahan-perubahan penting yang terjadi di
bank dan kelompok usaha bank dalam tahun
yang bersangkutan.
 Hal-hal penting yang diperkirakan terjadi di masa
mendatang
 Sumber daya manusia (SDM), meliputi jumlah,
struktur pendidikan, pelatihan dan
pengembangan SDM.

Laporan keuangan bank tahunan sekurang-kurangnya mencakup hal-hal


sebagai berikut:

 Laporan keuanga bank yang terdiri dari:


o Neraca
o Laporan laba rugi
o Laporan perubahan ekuitas
o Laporan arus kas
o Catatan atas laporan keuangan
 Laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan ini dilengkapi
dengan opini dari akuntan publik.
 Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik, terdiri dari:

19
o Laporan keuangan perusahaan induk di bidang keuangan
merupakan hasil konsolidasi dari seluruh perusahaan dalam
kelompok bidang keuangan sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku.
o Bila kelompok usaha tidak memiliki perusahaan induk di bidang
keuangan, maka laporan keuangan yang disampaikan adalah
laporan keuangan perusahaan induk.

14.8 Opini Akuntan Publik

Opini dari akuntan publik antara lain memuat pendapat akuntan publk atas
laporan keuangan konsolidasi.

 Aspek Transparansi yang terkait dengan kelompok usaha

Untuk transparansi laporan keuangan, bank wajib pula memuat informasi


yang terkait dengan kegiatan di dalam kelompok usaha, yang terdiri dari:

a. Struktur kelompok usaha bank

Struktur kelompok usaha bank disajikan sampai dengan pemilik


terakhir (ultimate shareholder), serta struktur keterkaitan
kepengurusan dan pemegang saham yang bertindak atas nama
pemegang saham lain (shareholders acting in concert). Pengertian
pemegang saham yang bertindak nama pemegang saham lain adalah
pemegang saham perorangan.Atau perusahaan /badan hukum yang
memiliki tujuan bersama, yaitu mengendalikan bank, berdasarkan atau
tidak berdasarkan suatu perjanjian.

20
b. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa

Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa


(related party transaction) dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (related party transaction) dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

 Informasi transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai


hubungan istimewa disajikan baik yang dilakukan bank maupun
yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau badan hukumdi
dalam kelompokusaha bank yang bergerak di bidang keuangan.
 Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-
pihak sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang berlaku.
 Jenis transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
yang istimewa antara lain meliputi:
o Kepemilikan silang (cross share holding)
o Transaksi dari suatu kelompok usaha yang bertindak
untuk kepentingan kelompok usaha yang lain
o Pengelolaan likuiditas jangka pendek yang dipusatkan
dalam kelompok usaha
o Penyediaan dana yang diberikan atau diterima oleh
perusahaan lain dalam satu kelompok usaha
o Eksposur kepada pemegang saham mayoritas antara lain
dalam bentuk pinjaman, komitmen, dan garansi.
o Pembelian atau penjualan aset dengan perusahaan lain
dalam suatu kelompok usaha, termasuk yang dilakukan
dengan re-purchase agreement.
 Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun
fasilitas lain yang dapat dipersamakan dengan itu
dari setiap perusahaan atau badan hukum yang
berada dalam satu kelompok usaha dengan bank

21
kepada debitur yang telah memperoleh
penyediaan dana dari bank.

 Aspek Transparasi sesuai Standar Akuntansi Keuangan

Laporan keuangan tahunan wajib memenuhi seluruh aspek pengungkapan


(disclosure) sebagaimana ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku.

Pengungkapan tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari:

 Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan


laporan perubahan ekuitas.
 Komitmen dan kontinjensi
 Jumlah penyediaan dana kepada pihak terkait
 Kualitas aktiva produktif, kredit properti, dan kredit yang
direstrukturisasi
 Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk
dibandingkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang
wajib dibentuk.
 Persentase pelanggaran dan pelampauan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK)
 Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy
Ratio)
 Transaksi spot dan transaksi derivatif
 Rasio posisi devisa neto
 Beberapa rasio keuangan bank
 Aktiva bank yang dijaminkan
 Kredit usaha kecil (KUK)

 Eksposur dan Manajemen Risiko

Informasi mengenai eksposur dan manajemen risiko sekurang-kurangnya


mencakup informasi mengenai identifikasi risiko (risk identification) dan

22
pengukuran terhadap risk exposure yang dihadapi bank (risk
measurement).Serta praktek menajemen risiko lainnya, yaitu pemantauan
(risk monitoring) dan pengendalian risiko (risk controlling).

 Informasi Lain

Cakupan dalam informasi lain terdiri dari:

 Langkah-langkah dan rencana dalam mengantisipasi risiko pasar atas


transaksi mata uang asing, baik karena perubahan kurs maupun
fluktuasi suku bunga, termasuk penjelasan mengenai semua pinjaman
dan ikatan tanpa proteksi, serta hutang yang suku bunganya
berfluktuasi atau yang tidak ditentukan terlebih dahulu.
 Transaksi-transaksi penting lainnya dalam jumlah yang signifikan, dan
 Informasi kejadian penting setelah tanggal laporan akuntan publik
(subsequent event)

RINGKASAN

Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan


perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya pihak pihak
luar perusahaan yaitu; pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi
pajak), kreditor (bank atau lembaga keuangan) dan pihak lainnya yang
berkepentingan.

1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Latihan Soal
Bank Mandiri Cabang Tangerang akan membuat Laporan Keuangan Bank bulan Agustus
2019. Diasumsikan bahwa transaksi selama bulan Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
Transaksi Tanggal 1/8/2019:

23
Diterima setoran giro dari Viany sebesar Rp 800.000.000 terdiri dari uang tunai Rp
500.000.000 dan cek yang ditarik oleh Anita, nasabah bank tersebut Rp 300.000.000.
Cek efektif hari ini.
Transaksi Tanggal 2/8/2019:
Isabella nasabah giro Bank Mandiri yang mempunyai saldo sebesar Rp 550.000.000 hari ini
menyerahkan warkat-warkat bank lain sebagai berikut:
2 lembar cek Bank BNI tanggal penarikannya 29/7/2019, nominal Rp 35.000.000 dan Rp
15.000.000
3 lembar cek Bank BRI, tanggal penarikannya 25 Juli 2019 nominal masing-masing Rp
25.000.000; Rp 20.000.000; Rp 30.000.000
Transaksi Tanggal 4/8/2019:
Bank Mandiri menempatkan dananya pada Bank BNI sebesar Rp 200.000.000 atas beban
rekening giro BI.
Penempatan tersebut berupa deposito berjangka 3 bulan dengan suku bunga 14%.
Transaksi Tanggal 5/8/2019:
Faustine nasabah giro, hari ini menyerahkan bilyet giro yang ditarik oleh Martinus nasabah
Bank Mandiri sebesar Rp 700.000.00.
Transaksi Tanggal 8/8/2019:
Dita membuka deposito berjangka dengan nominal Rp 120.000.000, jangka waktu 3 bulan,
bunga 12%. Pembayarannya dilakukan dengan cek Bank Syariah Mandiri Rp 100.000.000
dan sisanya secara tunai. Kliring dinyatakan berhasil.
Transaksi Tanggal 10/8/2019:
Desy membeli sertifikat deposito dengan nominal Rp 300.000.000 dengan bunga 12%.
Jangka waktu 6 bulan dan pembayarannya dengan beban giro Rp 100.000.000,cek Bank
BTN Rp 100.000.000.
Dan hasil transfer yang masuk hari ini dari Bank Mandiri Bandung. Kliring berhasil.
Transaksi Tanggal 13/8/2019:
Arya telah menyerahkan cek yang ditarik oleh Dwi Rahayu, nasabah Bank Mandiri sebesar
Rp 100.000.000 untuk digunakan membeli sertifikat deposito jangka waktu 6 bulan, bunga
12% pa.

24
Transaksi Tanggal 17/8/2019:

Disetujui pemohon kredit dari PT Karindo Jaya sebesar Rp 500.000.000 bunga 18%, jangka
waktu 5 tahun. Nilai taksasi jaminan Rp 600.000.000. Kredit tersebut belum dicairkan.

Transaksi Tanggal 19/8/2019:


Diterima untuk setoran tabungan haji ( ONH) sebesar Rp 25.000.000 atas nama Fadilah.
Setoran tersebut tunai Rp 10.000.000 dan berupa transfer masuk dari cabang Bandung RP
15.000.000.
Transaksi Tanggal 20/8/2019:
Sastro membuka sight SKBDN senilai Rp 150.000.000 yang ditujukan kepada Sdr. Akira P
nasabah Bank BNI cabang Bandung. Setoran jaminan 100%. Pembayarannya dilakukan
dengan cek Bank DEF Cabang Bandung sebesar Rp 100.000.000, sisanya atas beban
rekening gironya. Kliring dinyatakan berhasil. Ongkos kawat Rp 25.000 dan komisi
penerbitan SKBDN sebesar Rp 75.000 telah diterima secara tunai.
Transaksi Tanggal 21/8/2019:
Nasabah giro Sdr. Rizal menerima transfer masuk dari Bank Mandiri Cabang Bandung
sebesar Rp 100.000.000. Dan telah meminta kepada bank agar hasil transfer dimasukkan ke
rekening gironya Rp 50.000.000 digunakan untuk melunasi tunggakan bunga Rp 10.000.000
digunakan untuk membeli deposito berjangka Rp 30.000.000. Jangka waktu deposito 3
bulan, bunga 18% pa. Sisa dana transfer masuk diminta tunai oleh Rizal.
Transaksi Tanggal 24/8/2019:
Rahman Hakim menerima fasilitas kredit yang disetujui hari ini dengan pagu kredit Rp
200.000.000
Transaksi Tanggal 25/8/2019:
Rahman Hakim menarik dana seluruh fasilitas kredit di cabang Bandung. Provisi kredit 1%.
Dan biaya administrasi Rp 500.000 yang semuanya dipotong dari pagu kredit yang disetujui.
Transaksi Tanggal 27/8/2019:
Bank Mandiri menerima tagihan dari Toserba ONOMART atas penggunaan kartu kredit dari
nasabah Bank Mandiri sebesar Rp 800.000. Komisi 3%.
Transaksi Tanggal 28/8/2019:
Seorang nasabah kartu kredit bernama Kardiman melunasi kewajibannya sebesar Rp
750.000 dengan cek Bank BNI. Bunga diperhitungkan Rp 26.000 tunai.

25
Transaksi Tanggal 31/8/2019:
Nasabah giro sdr. Hari Subagya membuka bank garansi Rp 50.000.000. Setoran jaminan
50% yang dibayar olehnya atas beban giro. Komisi penerbitan Rp 35.000 diterima tunai oleh
bank.
Transaksi Tanggal 31/8/2019:
Hasil audit intern, menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif seperti tampak pada laporan
kualitas aktiva produktif, baik untuk pihak terkait maupun pihak lain. Dalam hal
pembentukan PPAP aktiva produktif diperoleh informasi:
PPAP untuk pihak terkait telah dibentuk Rp 550.000.000. Sedangkan yang wajib dibentuk Rp
600.000.000 (hasil perhitungan auditor). Untuk PPAP pihak lain, khususnya penempatan
pada bank lain telah diperhitungkan bahwa PPAP yang wajib dibentuk Rp 900.000.00.
Sedangkan yang telah terbentuk adalah Rp 800.000.000
PPAP untuk kredit yang diberikan bagi pihak lain yang telah dibentuk adalah Rp
1.200.000.000.
Transaksi Tanggal 31/8/2019:
Penyusutan aktiva tetap yang harus diperhitungkan pada bulan Agustus 2019 adalah Rp
75.000.000
Diminta
Susunlah Laporan Keuangan Bank yaitu
 Neraca Saldo
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Komitmen dan Kontijensi

26
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 15
JUDUL POKOK BAHASAN
Capaian Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat memahami,
:
Pembelajaran diharapkan dapat mengerjakan Praktikum yang diberikan oleh pengajar,

Sub Pokok Bahasan : Praktikum

1. Syamsu Iskandar, Akuntansi Perbankan – Dalam Rupiah dan Valuta


Daftar Pustaka :
Asing, Edisi Pertama, 2013, In Media
2. Lapoliwa, N dan Kuswandi, Daniel.2000.Akuntansi Perbankan.
Jakarta: Institut Bankir Indonesia
3. Mintardjo, Praktek Akuntansi Bank, Edisi Pertama, 2010, Erlangga
4. Bank Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008
5. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan, 2012
6. Sukandar, Entjep, Drs, BcAN. 2002. Modul Kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan. ITB: Bogor.

1
Latihan Soal Pertemuan 15

Soal Kasus 1
Pada tanggal 1 Mei 2020 Bank ABC mendapat pinjaman dari BRI dengan data sesuai
dengan perjanjian kredit sebagai berikut :
Tujuan kepemilikan : Dimiliki hingga jatuh tempo
Jenis Kredit : Kredit Modal Kerja
Sifat : Rekening Koran
Limit kredit : Rp.25.000.000.000,-
Jangka Waktu : 3 Bulan
Suku Bunga efektif : 12%/tahun
Provisi : 0.5 %

Diminta : Berdasarkan data tersebut diatas buatlah jurnal yang berhubungan


dengan transaksi tagihan komitmen bank ?

Soal Kasus 2
Sehubungan dengan rencana Tn. Nugrahapergi keluar negeri, pada tanggal
15 Mei 2020dia menyewa SDB (Safe Deposit Box) di Bank BRI Cabang
Jakarta Kota selama 2 tahun dengan setoran jaminan sebesar
Rp.10.000.000,-. Biaya sewa yang dipungut oleh Bank sebesar Rp.5.000.000,-
untuk 2 tahun.
Diminta : Buatlah jurnal akuntansi yang berhubungan dengan akuntansi
komitmen daripemberian sewa SDB tersebut.

Soal Kasus 3
Pada tanggal 15 Mei 2020 Bank BRI Cabang Jakarta Kota menerbitkan LC Revocable
atas permintaan PT. Pembangunan Jaya di Jakarta sebesar USD. 50.000,- dengan
setoran jaminan sebesar 10 %. Komisi yang di pungut oleh Bank atas pembukaan LC
tersebut sebesar 0,25%.
Pada tanggal 29 Mei 2020 BRI Cabang Jakarta Kota menerima dokumen dari
negotiating bank dan Importir menebus barang dengan akseptasi promes/wesel.
Tanggal 15 Juni 2020 LC jatuh tempo dan dilakukan penyelesaian oleh BRI kepada

2
bank koresponden. Biaya yang timbul terdiri dari
a. Biaya atas PIB (bea masuk, PPN & PPNBM. PPh) sebesar Rp. 10.000.000,-
b. Komisi akseptasi sebesar USD. 50
c. Komisi PIB sebesar Rp.500.000.
Diminta : Buatlah jurnal akuntansi dari transaksi import tersebut diatas yang
berhubungan dengan transaksi ekstra kompatibel rekening kontijensi bank yang
terdiri dari:
a) Jurnal Transaksi pada waktu pembukaan LC import
b) Jurnal transaksi pada waktu dilunasinya kewajiban importir

Soal Kasus 4

PT Faustine Jaya menyimpan dananya di bank Mandiri. Pada awal bulan Februari
2020, saat menerima rekening koran dari bank Mandiri, akuntan PT Faustine Jaya
melihat perbedaan antara saldo kas di bank menurut catatannya dengan saldo kas
menurut rekening koran.

Menurut catatannya, saldo kas pada akhir Januari 2020 adalah sebesar Rp
45.500.00, sedangkan menurut rekening koran bank Mandiri adalah sebesar Rp
54.400.000.

Setelah di periksa kembali, akuntan perusahaan tersebut menemukan beberapa


informasi tambahan yang terkait dengan perbedaan saldo tersebut, yaitu:

 Setoran kas ke bank tanggal 31 Januari 2020 sebesar Rp 15.200.000 belum


dicatat oleh bank.
 Tagihan PT Faustine Jaya kepada PT Nugraha sebesar Rp 9.600.000 yang
dilakukan bank Mandiri telah berhasil dan PT Faustine Jaya belum
mengetahui.
 Pendapatan bunga bank sebesar Rp 1.200.000 belum dicatat PT Faustine
Jaya.
 Beban administrasi bank sebesar Rp 300.000 belum dicatat PT Faustine Jaya.
 Cek yang diterima PT Faustine Jaya pada tanggal 25 Januari yang lalu dari PT
Budi Jaya sebesar Rp 4.000.000 ternyata tidak ada dananya.

3
 Cek yang telah dikeluarkan PT Faustine Jaya pada akhir bulan Januari yang
lalu sebesar Rp 13.600.000 ternyata oleh pemegangnya belum dicairkan.
 Cek sebesar Rp 7.500.000 yang diterima PT Faustine Jaya dari PT Madu Jaya
sebagai pembayaran piutang pada bulan Januari yang lalu, dicatat oleh
akuntan PT Faustine Jaya sebesar Rp 2.500.000.
 Cek sebesar Rp 3.500.000 yang dikeluarkan oleh PT Faustine Jaya pada
pertengahan bulan Januari yang lalu untuk membayar beban perbaikan
kendaraan, oleh akuntan perusahaan dicatat sebesar Rp 2.500.000.

Diminta: buatlah rekonsiliasi bank PT Faustine Jaya!

4
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUDI LUHUR
Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Pesanggrahan
Jakarta Selatan, 12260
Telp: 021-5853753 Fax : 021-5853752
http://fe.budiluhur.ac.id

Anda mungkin juga menyukai