Anda di halaman 1dari 61

SIKLUS AKUNTANSI, TRANSPARANSI, DAN AKUNTABILITAS ATAS

PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA

BOSDA DIKMEN DI SMK INDONESIA YOGYAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, semua informasi berupa laporan keuangan dihasilkan

melalui proses akuntansi yang panjang. Pada proses tersebut terdapat tahap-

tahap yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil laporan yang baik, valid

dan akuntabel. Tahap-tahap itulah yang kemudian disebut sebagai siklus

akuntansi.1 Dalam menjalani tahapan-tahapan tersebut, tentu saja perusahaan,

organisasi atau instansi akan mengalami banyak permasaalahan. Dan upaya-

upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut haruslah

dengan memperbaiki teknik pelaporan keuangan yang dapat dipahami, andal,

dan penyajian jujur.2 Dan yang terpenting dari semua itu adalah sistem

informasi akuntansi yang baik, yang berawal dari persamaan akuntansi

(accounting equation) dan siklus akuntansi (accounting cycle)3. Selain itu

dengan memperbaiki transparansi pengelolaan laporan keuangan, maka

semua pihak yang ikut bertanggung jawab dan merasakan pemanfaatan

keuangan tertentu akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan maksimal.

1
Nur Hidayati, Penerapan Siklus Akuntansi Untuk Meningkatkan Jumlah Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jurnal Bisnis
Darmajaya, Vol. 01. No.02, Juli 2015
2
Ikatan Akuntan Indonesia. (November 2014). Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1
Januari 2015. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
3
Martani, D., Veronica, S., Farahmita, A., Tanudjaya, E., 2014, Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK, Jakarta : Penerbit salemba Empat, Edisi 1 Jilid 1.
BAB II

KERANGKA TEORI

A. SIKLUS AKUNTANSI

Pencatatan laporan keuangan dengan baik adalah sebuah bentuk

pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana tertentu. Tidak sedikit

perusahaan baik kecil atau menengah yang mencatat keuangan hanya sebatas

mencatat jumlah pengeluaran dan pemasukan secara sederhana. Tentu hal ini

tidak dapat mengambarkan informasi yang jelas dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan operasional usaha. Karena pada dasarnya,

informasi akuntansi dapat dihasilkan m elalui siklus akuntansi.

Banyak sekali kajian terkait siklus akuntansi, namun secara definitif

siklus akuntansi adalah tahap-tahap kegiatan dalam proses pencatatan dan

pelaporan akuntansi, mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan dibuatnya

laporan keuangan4.

Mardiasmo dalam bukunya sebagaimana yang dikutip oleh Elsa Tomisa

Dan Sutrisno mengungkapakan bahwa siklus akuntansi merupakan

sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan

keuangan sebagaimana digambarkan di bawah ini:5

4
Soemarso S.R. (2014). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat
5
Muhammad Elsa Tomisa Dan Sutrisno, Analisis Sistem Akuntansi Pengelolan Dana Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (Bosda) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis Menurut
Perspektif Syariah. JAS Jurnal Akuntansi Syariah. Vol 2 No 2 (2018):
BUKU TRANSAKSI

Junal Buku pembantu

Buku Besar

 Laporan Keuangan
 Laporan surplus/Defisit
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas
Neraca
 Laporan Arus Kas

Menurut Dina Fitria pengertian siklus akuntansi adalah siklus yang

merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi pencatatan,

penggolongan, pengikhtisaran dan pelaporan yang dimulai saat terjadi sebuah

transaksi dalam sebuah perusahaan6. Sedangkan pengertian lain

mengungkapkan bahwa pengertian Siklus Akuntansi adalah serangkaian

kegiatan akuntansi yang dilakukan secara sistematika dimulai dari pencatatan

akuntansi sampai dengan penutupan pembukuan.7

Berdasarkan pada pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa siklus akuntansi merupakan serangkaian proses yang menggambarkan

6
Dina Fitria. 2014. Buku Pintar Akuntansi Untuk Orang Awam & Pemula, Jakarta Timur:
Laskar Aksara. Hal 28
7
Pura, Rahman, Pengantar Akuntansi 1 Pendekatan Siklus Akuntansi, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2013. Hal 18
tahapan aktivitas atau kegiatan akuntansi secara sistematika dengan

melakukan pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan pelaporan yang

dimulai saat terjadi sebuah transaksi dalam sebuah perusahaan.

Kemudian dalam pelaksanaan siklus akuntansi tersebut, terdapat

tahapan-tahapan yang harus dilalui, adapaun tahapan tersebut menurut

Menurut Hery8 adalah sebagai berikut:

1. Mula-mula dokumen pendukung transaksi dianalisis dan informasi yang

terkandung dalam dokumen tersebut dicatat dalam jurnal.

2. Lalu data akuntansi yang ada dalam jurnal diposting ke buku besar.

3. Seluruh saldo akhir yang terdapat pada masing- masing buku besar akun

“didaftar” (dipindahkan) ke neraca saldo untuk membuktikan kecocokan

antara keseluruhan nilai akun yang bersaldo normal debet dengan

keseluruhannilai akun yang bersaldo normal kredit.

4. Menganalisis data penyesuaian dan membuat ayat jurnal penyesuaian.

5. Memposting data jurnla penyesuaian ke masing- masing buku besar akun

yang terkait.

6. Dengan menggunakan pilihan (optional) bantuan neraca lajur sebagai

kertas kerja (Work sheet), neraca saldo setelah penyesuaian (adjusted

trial balance) dan laporan keuangan disiapkan.

7. Membuat ayat jurnal penutup (closing entries).

8. Memposting data jurnal penutup ke masing-masing buku besar akun

yang terkait.

8
Hery. 2014. Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta: Kompas Gramedia
9. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan (post closing trial balance).

10. Membuat ayat jurnal pembalik (reversing entries).

Pada prakternya untuk perusahaan, organisasi atau instansi yang telah

memiliki system komputerisasi akuntansi yaitu sebuah perangkat lunak

(software) yang memuat program pemprosesan data dan pelaporan akuntansi,

akan secara otomatis memposting jurnal ke buku besar, hingga menghasilkan

laporan keuangan dan berbagai laporan lainnya yang dibutuhklan perusahaan,

dalam kondisi ini kertas kerja yang sifatnya optional tentu tidak dipergunakan

lagi.

B. TRANSPARANSI

Transparansi keuangan telah menjadi kebutuhan warga dan telah

mendapat perhatian Pemerintah Indonesia. Sejak ditetapkannya

UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(UU17/2003), Indonesia secara formal telah berkomitmen untuk mengelola

keuangan yang mengadopsi pilar-pilar utama tata pemerintahan yang baik

(good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan

kepatuhan. Pilar-pilar ini menjadi azas dalam semua peraturan pelaksanaan

UU17/2003.9

Komitmen pemerintah untuk mendukung pelaksanaan transparansi

bahkan telah direalisir melalui penetapan Undang-Undang Nomor 14 tahun

9
Agustinus Salle, Makna Transparansi Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Kajian
Ekonomi Dan Keuangan Daerah. https://media.neliti.com/media/publications/217576-makna-
transparansi-dalam-pengelolaan-keu.pdf. Diakses pada tanggal 24 November 2019.
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU14/2008). Sejumlah

perangkat aturan pelaksanaan di tigkat kementrian dan pemerintah daerah

telah mengatur bagaimana implementasi UU14/2008 ini.

Sebuah organisasi atau instansi yang berhubungan dengan publik atau

masyarakat diperlukan adanya keterbukaan informasi yang dapat diakses oleh

masyarakat sebagai bentuk pengawasan masyarakat terhadap organisasi yang

bersangkutan. Dalam kerangka kebebasan pers dan upaya menciptakan

masyarakat informasi yang memiliki hak dalam mengawasi jalannya

pemerintahan atau jalannya pengelolaan keuangan tertentu.

Melalui UU No 14 tahun 2008 berbagai masalah transparansi informasi,

khususnya yang terkait ataupun dikuasai oleh badan-badan publik harus

dibuka untuk masyarakat sebagai pemohon atau pengguna informasi publik.10

Adapun dalam UUD 1945 Pasal 28 F, menyebutkan bahwa setiap orang

berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.11

Definisi transparansi didapatkan dalam Peraturan Pemerintah yang

mengatur Standar Akuntansi Pemerintahan.12 Bahwa informasi keuangan

yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh

10
Farid Hamid dan Heri Budianto, Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 331.
11
Ibid., 332.
12
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 71 tahun 2010.
atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang

undangan.

Hal ini mengambarkan bahwa transparansi keuangan merupakan wujud

keterbukaan informasi keuangan kepada publik. Pendapat lain

mengungkapakan bahwa Transparansi adalah kewajiban bagi para pengelola

untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan

penyampaian informasi. keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga

mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar,

dan tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan. Tidak boleh ada hal-

hal yang dirahasiakan, disembunyikan, ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda

pengungkapannya.13

Menurut Abdul Hafiz Tanjung bahwa transparansi adalah keterbukaan

dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh

atas pertanggung jawaban pemerintahan dalam sumber daya yang di

percayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan.14

Transparansi dan keterbukaan informasi pada akhirnya diharapkan akan

mampu menghadirkan kebijakan yang menguntungkan masyarakat luas.

Maka dari itu, ada dua prinsip dasar yang harus dipenuhi terkait keterbukaan

tersebut, yakni:

13
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat. Hal 104
14
Abdul Hafiz Tanjung. (2011). Akuntansi, Transparansi, dan Akuntabilitas Keuangan Publik
(Sebuah Tantangan). BPFE UGM
1. Komunikasi publik, dan

2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.

Transparansi harus seimbang, juga dengan kebutuan akan kerahasiaan

lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi data dalam jumlah

besar, maka dibutuhkan petugas profesional.

C. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas adalah kata atau diksi yang biasa kita dengan dizaman

keterbukaan hari ini. Apa itu sebenarnya akuntabilitas? Lahirnya akuntabilitas

berawal dari pemikiran bahwa, setiap kegiatan harus dipertanggungjawabkan

kepada orang atau instansi yang memberi kewenangan untuk melaksanakan

suatu program. Dan akuntabilitas merupakan kewajiban dari individu-

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya

publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang

menyangkut kebijakan fiskal, managerial dan program.

Secara teori, akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat

dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah,

lembaga legislatif parlemen dan lembaga yudikatif) yang memunyai beberapa

arti antara lain, hal ini sering digunakan secara sinonim dengan konsep-

konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responbility), yang dapat

dipertanyakan (answerbility), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness)


dan yang memunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkan salah

satu aspek dari administrasi publik atau pemerintah.15

Pandangan lain dikemukan oleh Adisasmita bahwa akuntabilitas adalah

instrumen pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan tugas pokok dan

fungsi serta misi organisasi.16 Dalam pandangan yang lebih luas, bahwa

transparansi dan akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan

pemerintahan maupun penyelenggaraan perusahaan yang baik, dinyatakan

juga bahwa dalam akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan

kepada pihak yang lebih tinggi. Akuntabilitas dapat dilaksanakan dengan

memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan, bertanya atau

menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan dan pelaksana

baik ditingkat program, daerah dan masyarakat.

Secara keseluruhan, pandangan dan definisi di atas dapat ditarik benang

merahnya bahwa akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban

seseorang atau kelompok dalam suatu unit organisasi untuk

memertanggungjawabkan setiap kegiatan dalam hal pengelolaan dan

pengendalian sumber daya dan pelaksana kebijakan yang dimandatkan

kepadanya dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun konsep akuntabilitas dalam penelitian ini adalah

pertanggungjawaban keuangan dana BOSDA Dikmen di SMK Indonesia YK,

15
Djalil, Rizal. 2014. Akuntabilitas Keuangan Daerah, Implementasi Pasca Reformasi. Edisi 1.
Jakarta: Semester Rakyat Merdeka. Hal 63
16
Adisasmita, Rahardjo. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu
dimana pengelola keuangan yang ada di sekolah berkewajiban untuk

melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan

kepada pihak yang lebih tinggi dan pertanggungjawaban baik di tingkat

program, daerah dan masyarakat.

D. DANA BOSDA DIKMEN

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta

relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan

lokal, nasional, dan global. Pada tahun 2012, pemerintah telah mencanangkan

kebijakan Pendidikan Menengah Universal yang pada hakekatnya merupakan

kebijakan penyediaan layanan pendidikan menengah yang merata, terjangkau,

bermutu dan memberikan kepastian terhadap layanan pendidikan menengah

di semua wilayah.

Ada istilah yang kita kenal dengan Program Bantuan Operasional

Sekolah, atau BOS, menyediakan dukungan anggaran untuk biaya

operasional sekolah. Bantuan untuk sekolah diberikan dengan basis per-

siswa. Dengan formula alokasi per-siswa, BOS tidak memperhitungkan

perbedaan biaya operasional karena variasi besar dan lokasi sekolah. Sekolah-

sekolah di daerah terpencil, yang melayani warga miskin, sering

membutuhkan sumber dana tambahan meskipun mereka memiliki siswa yang

lebih sedikit dibanding sekolah di perkotaan.


Beberapa pemerintah daerah berusaha menutupi kekurangan antara

dana BOS yang diterima sekolah dan kebutuhan operasional actual, dengan

memberikan bantuan operasional sekolah daerah atau BOSDA. Namun,

mengalokasikan BOSDA menggunakan formula per-siswa tidak

memperhitungkan perbedaan biaya operasional sekolah, karena perbedaan

antara penduduk yang dilayani dan lokasi mereka. Sekolah-sekolah di daerah

terpencil yang melayani warga miskin membutuhkan dana tambahan untuk

menyediakan layanan pendidikan yang sama dengan sekolah di daerah yang

lebih sejahtera. Jadi Bantuan Operasional Sekolah Daerah Pendidikan

Menengah (BOSDA DIKMEN) adalah program bantuan untuk operasional

sekolah yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada satuan pendidikan

formal jenjang pendidikan menengah swasta yang digunakan untuk

melengkapi dana yang diterima Sekolah/Madrasah dari berbagai sumber.

Pada konsepnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

bekerjasama dengan Bank Dunia mengembangkan program rintisan untuk

memperkuat upaya-upaya pemerintah daerah mengembangkan BOSDA.

Program pengembangan BOSDA, yang dimulai pada tahun 2010, juga

didukung Uni Eropa dan Pemerintah Kerajaan Belanda. Program ini telah

mengembangkan formula untuk membantu mengatasi ketidak-setaraan

keuangan antar sekolah dengan mengalokasikan beberapa hal khusus, yakni:

1. Alokasi dasar untuk semua sekolah terlepas dari jumlah siswa dan lokasi

geografis.
2. Alokasi keadilan, untuk mengatasi keterpencilan sekolah, kondisi sekolah

dan karakteristik sosial-ekonomi siswa.

3. Alokasi prestasi sekolah, memberikan insentif bagi sekolah-sekolah

untuk meningkatkan tingkat pembelajaran.

Pada parinsipnya, BOSDA dirancang untuk mendorong dan

mendukung manajemen berbasis sekolah, melalui penyediaan dana tambahan

di tingkat sekolah. Mekanisme alokasi berbasis formula yang lebih efektif

merupakan langkah awal yang penting untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas belanja pendidikan pemerintah. Hal ini memiliki potensi guna

meningkatkan kualitas pendidikan untuk semua siswa dan mempersempit

kesenjangan antar sekolah di seluruh Indonesia17

Secara umum program BOSDA DIKMEN bertujuan untuk membantu

pendanaan pendidikan dalam rangka program pendidikan menengah universal

yang bermutu. Secara khusus program BOSDA DIKMEN bertujuan sebagai

berikut:

1. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di SMA/SMK Swasta dan

MA Swasta;

2. Meringankan/membebaskan beban biaya operasional bagi siswa

miskin/tidak mampu pada SMA/SMK Swasta dan MA Swasta;

17
Enhancing Equity And Performance Through Local School Grants In Indonesia.
https://www.worldbank.org/in/news/feature/2013/07/30. diakses tanggal 24 November 2019
3. Memberikan kesempatan yang setara bagi siswa miskin/tidak mampu

pada SMA/MA dan SMK swasta untuk mendapatkan layanan pendidikan

yang terjangkau dan bermutu.

Adapun landasan dari pelaksanaan program ini adalah:18

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 tahun 2011, tentang

Pedoman Penggunaan Bantuan Operasional Sekolah;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 80 Tahun 2013

tentang Pendidikan Menengah Universal;

7. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2013

tentang Pedoman Pendanaan Pendidikan;

8. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2017

tanggal 27 Desember 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2018

9. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2016

tentang Penyelenggaraan Pendidikan Menengah;

18
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Daerah Pendidikan Menengah (Bosda Dikmen)
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinas Pendidikan, Pemuda, Dan Olahraga Daerah Istimewa
Yogyakarta 2018
10. Peraturan Gubernur No 46.1 Tahun 2012, tentang Tata Cara Hibah dan

Bantuan Sosial;

11. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 87 Tahun 2017

tanggal 27 Desember 2017 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2018;

Untuk sasaran penerima BOSDA DIKMEN meliputi:

1. SMA Swasta

2. SMK Swasta

3. MA Swasta

Alokasi persekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa. Sedangkan

Sekolah/Madrasah yang dapat menerima dana BOSDA DIKMEN adalah

sekolah/madrasah swasta yang telah mempunyai ijin operasional/pendirian

dan menyampaikan permohonan BOSDA DIKMEN kepada Gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta melalui Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan

Olahraga DIY dengan dilampiri:

1. Data jumlah siswa yang sudah di input/entry di aplikasi simbosda

(www.pendidikan-diy.go.id/simbosda);

2. Fotocopy APBS/M Tahun pelajaran 2017/2018;

3. Sisa dana BOSDA DIKMEN periode sebelumnya (saldo bank dan saldo

tunai)

4. Surat Pernyataan tidak menahan ijazah/dokumen hasil belajar siswa

lainnya dan pernyataan sanggup membebaskan/meringankan pungutan


biaya pendidikan dari siswa/orang tua siswa miskin/tidak mampu

(bermaterai 6000);

5. Untuk sekolah /madrasah baru yang belum mengirimkan rekening bank,

agar menyampaikan : foto copy rekening bank BPD DIY atas nama

sekolah/madrasah.

Dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah Pendidikan Menengah

(BOSDA DIKMEN) secara rinci sebagai berikut :

No Uraian Jumlah Siswa Nilai Bantuan/


. Siswa/Tahun
1. SMA/MA Jumlah siswa dibawah Rp600.000,00
SWASTA 200 siswa
2. SMA/MA Jumlah siswa antara 200 siswa Rp525.000,00
SWASTA sampai dengan 399 siswa
3. SMA/MA Jumlah siswa lebih besar atau Rp400.000,00
SWASTA sama dengan 400 siswa
4. SMK SWASTA Jumlah siswa dibawah 200 siswa Rp800.000,00
5. SMK SWASTA Jumlah siswa antara 200 siswa Rp650.000,00
sampai dengan 399 siswa
6. SMK SWASTA Jumlah siswa lebih besar atau Rp550.000,00
sama dengan 400 siswa
Sumber: Juknis Bosda dikmen 2018

Pertanggungjawaban penggunaan dana BOSDA DIKMEN untuk

tahun 2018 misalnya, harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Setiap pengeluaran uang harus didukung dengan bukti yang sah, disertai

tanda tangan persetujuan dari pihak-pihak yang menerima dan

berwenang mengeluarkan uang;

2. Bukti pengeluaran uang dalam jumlah tertentu harus diberi materai yang

cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


3. Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian mengenai barang/jasa yang

dibayar, tanggal dan nomor bukti. Tidak boleh ada coretan pada kuitansi

(ketikan ditindas);

4. Setiap terjadi transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran uang

dibukukan sesuai dengan tanggal terjadinya transaksi;

5. Pemungutan dan/atau pemotongan dan penyetoran pajak atas

pembayaran/pembelian/ pengadaan/penggandaan barang dalam jumlah

tertentu dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

6. Apabila terjadi penyimpangan terhadap penggunaan dana sebagaimana

diatur dalam petunjuk teknis dan lampirannya, maka penyimpangan

tersebut menjadi tanggung jawab penerima bantuan.

Penerima Dana BOSDA 2018 wajib menyampaikan laporan lengkap

pertanggungjawaban penggunaan dana paling lambat tanggal 10 Juli 2018

(untuk semester I) dan 10 Januari 2019 (untuk semester II). Laporan

pertanggungjawaban penggunaan dana memuat:

1. Uraian singkat kegiatan yang dilaksanakan dan dibiayai melalui dana

BOSDA DIKMEN yang diterima;

2. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran/penggunaan dana BOSDA

DIKMEN;

3. Pembukuan/administrasi, serta bukti dan dokumen pendukung bukti

pengeluaran ;

4. Lampiran: Fotocopy APBS/M;


5. Hambatan/kendala yang dihadapi dan cara mengatasi hambatan/kendala

jika memang ada.

Laporan pertanggungjawaban dibuat rangkap 3 (tiga), dijilid, dan

disampaikan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kepala

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan rincian sebagai berikut:

1. 2 rangkap dikirim ke Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY

melalui Seksi Data dan Teknologi Informasi;

2. 1 rangkap Laporan Asli disimpan disekolah.

Dalam pelaksanaan penggunaan nada BOSDA DIKMEN, Dinas

Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta berhak

melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan penggunaan dana

BOSDA DIKMEN 2018.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Terkait penelitian yang telah dilakukan oleh banyak peneliti

sebelumnya cukup banyak dengan keragaman objek kajian dan variabel

terkait siklus akuntansi, transparansi dan akuntabilitas ini. Diantara nya

adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yumniati Agustina, penelitian ini

berjudul “Siklus Akuntansi, Transparansi, Dan Akuntabilitas Atas


Penggunaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bos Di Sdit X Di

Depok, Jawa Barat.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dana BOS tahun

anggaran 2015 di SDIT X Depok dengan model penelitian kualitatif.

Adapun hasil pembahasan yang didapatkan bahwa semua transaksi dana

BOS sudah dilengkapi dengan bukti pendukung, yaitu: a). kwitansi yang

pre-number, nota beli, faktur (invoice) dan selalu diotorisasi oleh kepala

sekolah dan bendahara BOS; b). Pencatatan transaksi dana BOS dicatat

dalam Buku besar; C). Buku besar pembantu yang digunakan dalam

pembukuan dana BOS adalah Buku pembantu pajak dan Kartu inventaris

ruangan.

Adapun analisis mengenai transparansi dan akuntabilitas terhadap

penggunaan dan pertanggungjawaban dana BOS yaitu: a). Adanya

keterlibatan tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan komite

Sekolah dalam pengelolaan dana BOS; b). Pengumuman penggunaan

dana BOS di papan pengumuman sekolah (A4); c). Atribut-atribut:

keterlibatan Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan komite

Sekolah dalam mengisi, mengirim dan meng-update data pokok

pendidikan (Formulir BOS-01A, BOS 01B dan BOS 01C) secara lengkap

ke dalam system yang telah disediakan; d). Keterlibatan Tim Manajemen

BOS Sekolah, Dewan Guru dan komite Sekolah dalam

pertanggungjawaban secara formal dan material atas penggunaan dana

BOS yang diterima, memiliki kinerja yang berlebihan (A5).


2. Selanjutnya penelitian yang berjudul “Peran Program Bantuan

Operasional Sekolah Daerah (Bosda) Dalam Perluasan Akses Pendidikan

Di Smk Negeri 1 Bandar Lampung” yang dilakukan oleh Neillisa Regga

Syahputri.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,

dan dokumentasi sedangkan analisis data menggunakan uji kredibilitas

dengan kritik sumber dan triangulasi. Hasil Penelitian ini menunjukkan

bahwa peran program BOSDA dalam perluasan akses pendidikan di

SMK Negeri 1 Bandar Lampung telah dilaksanakan dengan baik, seperti

memberikan upaya mengenyam pendidikan bagi peserta didik tidak

mampu di SMK Negeri 1 Bandar Lampung dengan membebaskan biaya

SPP, pembelian dan penggandaan paket buku pelajaran, kegiatan

ekstraikurikuler dan program bimbel/les bagi peserta didik tidak mampu,

serta membantu operasional pembelajaran dengan melengkapi alat dan

bahan praktik. Ditunjukkan dengan ketercapaian program BOSDA

Sekolah sesuai sasaran, tujuan dan keefektifan serta efisien berjalannya

program dengan mengedepankan persamaan dan keadilan tanpa

diskriminasi dalam mengakses pendidikan terhadap peserta didik tidak

mampu di lingkungan SMK Negeri 1 Bandar Lampung

3. Penelitian dengan judul “Penerapan Prinsip Transparansi Dan

Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Desa (Suatu Studi Di Desa Tandu Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang


Mongondow) yang dilakukan oleh Adianto Asdi Sangki, Ronny Gosal,

dan Josef Kairupan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan

prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam penegelolaan APBDes di

Desa Tandu Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya keterbukaan atau

tranparansi mengenai anggaran yang dikelola pemerintah desa dalam hal

ini pelaksanaa anggaran, sehingga masyarakat pada umumnya tidak

mengetahui secara terperinci tentang APBDes. Masyarakat hanya

mengetahui jumlah keseluruhan APBDes tahun 2016 yaitu Alokasi Dana

Desa berjumlah Rp. 390.342.144 dan Dana Desa yang dari Pusat

berjumlah Rp. 557.039.956. Bahkan proses transparansi ini tidak

membawa dampak positif kepada tata pemerintahan yang ada di Desa

Tandu, serta keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan tidak diketahui oleh masyarakat. Pelaksanaan Program

APBDes di Desa Tandu tidak menerapkan prinsip akuntabilitas,

walaupun penerapan prinsip akuntabilitas pada tahap ini pertanggung

jawaban hanya diberkan kepada pemerintah daerah. Sedangkan kepada

masyarakat proses pertanggung jwaban tidak dilakukan sampai sekarang

sehingga sampai saat ini respon dari masyarakat untuk menunjang

program pemerintah kurang. Masyarakat hanya menginginkan laporan

pertanggung dari pemerintah kepada masyarakat sebelum melaksanakan

program pemerintah selanjutnya


4. Selanjutnya Studi Tentang Penggunaan Dana Bantuan Operasional

Sekolah Daerah (Bosda) Di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri Kota

Bangun Kabupaten Kutai Kartanegra yang dilakukan oleh Annisa Nur

Maidah, Daud Kondorura, dan Rita Kala Linggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mendeskripsikan

penggunaan dana BOSDA di MTs Negeri Kota Bangun Kabupaten Kutai

Kartanegara, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

penggunaan dana BOSDA di MTs Negeri Kota Bangun Kabupaten Kutai

Kartanegara. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Data-data kemudian akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif. Dengan berdasarkan data yang ada, penulis berupaya

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ada.

Hasil penelitian menunjukan bahwa MTs Negeri Kota Bangun

mengalokasikan anggarannya untuk belanja barang dan jasa, untuk

belanja ATK, untuk belanja pegawai, dan untuk belanja modal. Faktor-

faktor pendukung penggunaan Dana BOSDA di MTs Negeri Kota

Bangun yaitu: adanya petunjuk teknis penggunaan dan

pertanggungjawaban keuangan dana BOSDA, adanya transparansi

penggunaan dana BOSDA, jumlah siswa yang banyak, adanya kerja

sama yang baik antara sesama komponen sekolah. Faktor-faktor

penghambat penggunaan Dana BOSDA di MTs Negeri Kota Bangun


yaitu: keterlambatan transfer oleh Pemerintah Pusat ke daerah, lamanya

terbit Surat Pengantar Pencairan Dana oleh Tim Manajemen BOSDA

Daerah, dan mekanisme birokrasi yang begitu panjang.

F. Kerangka Pemikiran

Dalam berbagai kondisi penggunaan uang untuk peruntukan pada

masyarakat sudah seyogyanya dilakukan dengan sebaik mungkin. Baik itu

informasi rencana anggaran, pemanfaatan anggaran dan yang lebih penting

dari itu semua adalah bagaimana sistem pelaporan dari pemanfaatan anggaran

biaya tersebut.

Pelaporan dana masyarakat itu tentu menjadi tuntutan semua pihak,

baik itu pada penyelenggaraan pemerintahan, pengurus organisasi dan

perusahaan ataupun pelaksanaan di institusi-institusi yang menyelenggarakan

pendidikan seperti halnya sekolah.

Salah satu faktor penunjang keberhasilan penyelenggara pendidikan,

penyelenggara pemerintah atau organisasi dalam memberikan

tanggungjawabnya terhadap publik adalah memiliki kualitas laporan

keuangan yang baik dan akuntabel. Bagi pemerintah daerah menjadi suatu

keharusan untuk menyusun laporan keuangan yang berkualitas. Begitu juga

dengan institusi pendidikan seperti halnya sekolah, dimana laporan

penggunaan dana yang diperuntukan untuk para peserta didik seperti dana

BOS atau BOSDA harus memiliki kualitas laporan keuangan yang


mencerminkan tertib pengelolaan keuangan, yang mencakup tertib

administrasi dan taat asas.

Indikator bahwa laporan keuangan sudah berkualitas yaitu opini Wajar

Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

terhadap laporan keuangan daerah untuk peneyelenggaraan pemerintahan.19

Dan tentu saja bendahara sekolah sebagai pengelola pemanfaatan dana BOS

atau BOSDA Dikmen.

Salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan

pendidikan dalam hal pertanggungjawaban laporan penggunaan dan

pertanggungjawaban keuangan dana BOSDA Dikmen adalah meningkatkan

kualitas laporan keuangan sebagai bentuk konkrit untuk mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas publik pengelolaan keuangan, baik pemerintah,

organisasi atau perusahaan serta institusi pendidikan. Dengan adanya

penyampaian laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan adalah

bukti akuntabilitas dan transparansi penyelenggara melalui suatu media

pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Dengan demikian, salah satu tolak ukur dalam mewujudkan

akuntabilitas publik adalah dengan memiliki kualitas laporan keuangan yang

baik atau mendapatkan opini yang wajar tanpa pengecualian dari lembaga

pemeriksa laporan tersebut. Selain akuntabilitas publik, sistem akuntansi

keuangan institusi pendidikan atau dalam hal ini adalah pengurus SMK

Indonesia Yogyakarta dengan menggunakan standar akuntansi yang jelas.

19
Adhi dan Suhardjo 2013. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Kualitas
Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan (studi kasus pada Pemerintah
Kota Tual). Jurnal STIE Semarang, 3(3).
Penerapan Standar Akuntansi yang baik dan sesuai dalam pemenuhan

kewajiban pelaporan pertanggungjawaban keuangan BOSDA Dikmen

merupakan penentu atas kualitas laporan keuangan sekolah yang dihasilkan.

Standar Akuntansi yang baik merupakan salah satu aspek penting yang

diperlukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan sekolah dan

pelaporan keuangan sekolah. Standar Akuntansi yang dilakukan perlu

dikembangkan untuk memperbaiki praktik akuntansi keuangan pada

lingkungan institusi pendidikan.

Praktik akuntansi keuangan yang baik menjadi penting karena dari

banyak penelitian yang telah dilakukan bahwa penerapan sistem akuntansi

keuangan yang baik berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan

keuangan nantinya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, metode dan pendekatan yang digunakan adalah

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan juga kuantitatif.

Penelitian terdiri dari tiga analisis:

1. Analisis siklus akuntansi penggunan dan pertanggungjawaban keuangan

dana BOSDA DIKMEN

2. Analisis kesesuaian siklus akuntansi penggunan dan pertanggungjawaban

keuangan dana BOSDA DIKMEN dengan Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 161/2014; dan

3. Analisis transparansi dan akuntabilitas laporan pertanggungjawaban

keuangan dana BOSDA.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada SMK Indonesia Yogyakarta yang

berkedudukan di ......................................... Subyek penelitian adalah Tim

Manajemen BOSDA DIKMEN, Dewan Guru, dan Komite Sekolah. Data

yang digunakan adalah dana BOSDA DIKMEN yang diperoleh SMK

Indonesia Yogyakarta tahun 2018 semester pertama yaitu periode.


C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi pendahuluan,

Observasi dalam implementasinya tidak hanya berperan sebagai

teknik paling awal dan mendasar dalam penelitian, tetapi juga teknik

paling sering dipakai, seperti observasi partisipan, rancangan penelitian

eksperimental, dan wawancara.20 Morris sebagaimana yang dikutip

Hasyim mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala

dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan

ilmiah atau tujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi

merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua

kemampuan daya tangkap pancaindera manusia.21

Observasi umum dilakukan dengan mengamati kondisi umum

sekolah seperti keadaan fisik, aktifitas sekolah, dan pengenalan personal

sekolah. Observasi khusus dilakukan lebih jauh dengan mengamati

secara detail aktifitas akuntansi pengelolaan dana BOSDA.

2. Studi kepustakaan

Pada tulisan ini peneliti menggunakan jenis atau pendekatan

penelitian yang berupa studi kepustakaan (library research). Studi

kepustakaan sebagaimana pendapat Mardalis dan dikutip oleh Abdi

Mirzaqon dan Budi Purwoko bahwa adalah suatu studi yang digunakan

20
Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data
Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial) Jurnal at-Taqaddum, Volume 8, Nomor 1, Juli 2016
21
Ibit
dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai

macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku,

majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya22.

3. Teknik dokumentasi,

Teknik dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti

pencatatan dan laporan keuangan yang berkaitan dengan komponen

penggunaan dana BOSDA, pertanggungjawaban penggunaan dana

BOSDA dan bukti publikasi pengelolaan dana BOSDA sekolah.

4. Wawancara

Wawancara disusun berdasarkan kriteriakriteria komponen

pembiayaan dana BOSDA sebagai dasar implementasi dalam

penggunaan dana BOSDA dan kriteria-kriteria pertanggungjawaban

keuangan penggunaan dana BOSDA. Kriteria ini diambil dari standar

penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan yang telah ditetapkan

oleh pemerintah tahun anggaran 2018, yang merujuk kepada Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 161/2014.

Dalam wawancara mengenai siklus akuntansi, sampel diambil

secara selektif. Responden yang dipilih adalah Tim Manajemen BOSDA

yang terdiri dari 3 orang, karena mereka yang paling mengetahui seluk

beluk pengelolaan dana BOSDA secara keseluruhan.

5. Kuesioner.

22
Abdi Mirzaqon dan Budi Purwoko. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori Dan Praktik
Konseling Expressive Writing Library Research Of The Basic Theory And Practice Of Expressive
Writing Counseling. https://media.neliti.com/media/publications/253525-studi-kepustakaan-
mengenai-landasan-teor-c084d5fa.pdf diakses pada tanggal 25 November 2019
Kuesioner disusun sebagian besar dengan mengadopsi kriteria yang

berasal dari peraturan penggunaan dana BOSDA DIKMEN dan

selebihnya berasal dari data yang diolah sendiri oleh penulis. Dan dalam

penyebaran kuesioner dalam rangka analisis transparansi dan reliabilitas,

karena populasi tidak selalu hadir di sekolah, maka sampel diambil

dengan teknik Convenience Sampling/Sampling Insidental. Jumlah

sampel yang diambil adalah 30 orang.

D. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Analisis Data Siklus Akuntansi SMK Indonesia Yogyakarta

a. Menganalisis semua bukti-bukti transaksi maupun verifikasi

kebenaran setiap angka yang berkaitan dengan semua dokumen dan

bukti pendukung transaksi.

b. Menganalisis proses pencatatan transaksi mulai dari penjurnalan,

pemindahbukuan, peringkasan, penyesuaian setiap transaksi

sehingga menjadi laporan penggunaan dana BOSDA DIKMEN

c. Menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah diteliti dan

dianalisis berdasarkan siklus akuntansi di SMK Indonesia

Yogyakarta

2. Menganalisis semua bukti-bukti transaksi maupun verifikasi kebenaran

setiap angka yang berkaitan dengan semua dokumen dan bukti

pendukung transaksi.
d. Menganalisis proses pencatatan transaksi mulai dari penjurnalan,

pemindahbukuan, peringkasan, penyesuaian setiap transaksi

sehingga menjadi laporan penggunaan dana BOSDA

e. Menarik kesimpulan berdasarkan data- data yang telah diteliti dan di

analisis berdasarkan siklus akuntansi di SMK Indonesia

Yogyakarta

3. Analisis Data Transparansi dan Reliabilitas

a. Menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden yang dibagi

menjadi dua bagian besar, yaitu kuesioner tingkat kepentingan dan

kuesioner kinerja. Masing-masing terdiri dari dua aspek, yaitu aspek

transparansi yang terdiri dari 12 (dua belas) pertanyaan, dan aspek

heandalan yang terdiri dari 6 (enam) pertanyaan. Sehingga total

pertanyaan berjumlah 36 pertanyaan.

b. Menguji validitas dan reliabilitas instrumen dari data yang telah

dikumpulkan, dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan

antarskor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan

skor faktor dengan skor total.

c. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment.

Reliabilitas instrumen secara internal diuji dengan teknik belah dua

dari Spearman Brown. Suatu instrumen dinyatakan reliabel bila


koefisien reliabilitas minimal 0,6.23. Pengujian validitas dan

reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan SPSS versi 20.

d. Melakukan pengolahan data dengan cara:

1) Menghitung nilai rata-rata setiap atribut tingkat kepentingan dan

kinerja;

2) Melakukan perbandingan nilai ratarata antara setiap atribut

tingkat kepentingan dan kinerja;

3) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan tingkat kepentingan dan

kinerja.

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau

apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.24 Sedangkan menurut

Sugiyono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetatapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.25

Berdasarkan pengertian diatas dan bertolak pada judul penelitian

yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini berlaku dua

variabel yang menjadi obyek penelitian, yaitu:

a. Variable Bebas (Independen Variabel / X)

23
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
24
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 118
25
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta,2011), 3.
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

perubahannya atau timbulnya variable terikat.26 Dalam penelitian ini

variabel yang dimaksud adalah Akuntabilitas Keuangan Sekolah.

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel / Y)

Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas.27 Dalam hal ini variabel yang dimaksud

adalah partisipasi wali murid (dalam hal keuangan) di SDN

Sekarputih Bagor Nganjuk.

4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., 118.
5
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta,2011), 3.
6
Ibid., 4.

7
Opcit., 4.

Definisi Operasional

26
Ibid., 4.
27
Opcit., 4
a. Akuntabilitas Keuangan Sekolah

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Ibnu Hajar, populasi adalah kelopok besar individu yang mempunyai

kaarakteristik umum sama.17 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua

subyek, maka penelitian tersebut merupakan penelitian populasi.18

15
Kunaryo Hadikusumo, Pengertian Orang Tua.. diakses pada sabtu 10 November

2016
16
http//www.wikipedia.org.com.
17
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

1999), 133.
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 130.
Populasi dari penelitian ini adalah Tim Manajemen BOS yang terdiri dari 3 orang,

Dewan Guru yang terdiri dari 83 orang, dan Komite Sekolah yang terdiri dari 15

orang. Jadi total populasi adalah 101 orang

Dari para pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan

subyek / obyek yang mempunyai karakteristik yang sama. Adapun yang menjadi

populasi penelitian ini adalah seluruh wali murid SDN Sekarputih Bagor Nganjuk

yang berjumlah 73.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti, pendapatnya bahwa untuk ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang

dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi.19

Sedangakan menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.20

Jadi dapat disimpulkan, bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

dapat diteliti. Sampel pada teknik ini dihitung berdasarkan populasi berstrata

tetapi kurang proporsional.


2. Teknik Sampling

3.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel

penelitian, terdapat berbagai teknik. Teknik sampling pada dasarnya dibagi

menjadi dua kelompok yaitu Probability Sampling dan Nonprobability

Sampling.21

19
Ibid., 131.
20
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, 62.
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013), 119.

Dalam penelitaian ini peneliti menggunakan teknik Disproportionate Stratified

Random Sampling.
Untuk ukuran Sampel karena populasi penelitian ini adalah seluruh wali murid

SDN Sekarputih Bagor Nganjuk yang berjumlah 73 dan kurang dari 100, maka

penelitian ini disebut penelitian populasi.

Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Yaitu data yang berbentuk kalimat, data atau gambar.22 Data kualitatif yang

dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu:

Profil SDN Sekarputih Bagor Nganjuk,

Keadaan siswa, guru dan karyawan,

Data Kuantitatif

Yaitu data yang berbentuk angka. Adapun data kuantitatif yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah jumlah siswa SDN Sekarputih Bagor Nganjuk

Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.23 Sumber data yang

diperlukan untuk dihimpun dan diolah dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

22
Ibid,.23.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:

Reneka Cipta, 2006),

129.

Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung

dari sumbernya, yaitu para pihak yang dijadikan informan peneliti.Jenis data ini

meliputi informasi dan keterangan mengenai hubungan akuntabilitas keuangan

terhadap partisipasi wali murid di SDN Sekarputih Nganjuk. Informan penelitian

yang menjadi sumber data primer disini adalah Wali Murid SDN Sekarputih

Nganjuk.

b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak

langsung dari sumbernya, yaitu berbagai buku yang berisi teori akuntabilitas

keuangan, partisipasi wali murid dan juga data lainnya yang relevan dengan

kebutuan dan tujuan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan, maka metode pengumpulan data penelitian yang

digunakan pada penelitian adalah interview, angket, dan dokumentasi.

1. Metode Kuisioner (Angket)

Angket adalah instrument penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan

secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan

petunjuk pengisiannya.24 Macam-macam angket (kuesioner):

a) Kuesioner berstruktur

Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban yang

disediakan. Kuisioner ini juga disebut kuisioner tertutup.

24
Ibid.,225.
b) Kuesioner tak berstruktur

Kuesioner ini disebut juga kuesioner terbuka, dimana jawaban responden terhadap

setiap pertanyaan kuesioner bentuk ini dapat diberikan secara bebas menurut

pendapat sendiri.

c) Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur

Kuesioner ini sesuai dengan namanya, maka pertanyaan ini di satu pihak memberi

alternative jawaban yang harus dipilih, di lain pihak member kebebasan kepada

responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban sebelumnya.

d) Kuesioner semi terbuka

Kuesioner yang memberi kebebasan kemungkinan menjawab selain dari

alternative jawaban yang sudah ada.


Dalam metode ini, peneliti memberikan angket / kuisioner kepada wali murid

sebagai responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah penulis

sediakan sebelumnya.

Dengan demikian, berdasarkan jenis angket tersebut, dalam penelitian ini peneliti

menggunakan angket tertutup. Teknis ini peneliti gunakan untuk mendapatkan

data tentang hubungan akuntabilitas keuangan terhadap partisipasi wali murid di

SDN Sekarputih Bagor Nganjuk.

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode skala.

Metode skala yang digunakan penulis adalah skala likert. Skala Likert adalah

skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang tentang sosial. Angket tersebut biasanya menggunakan

kategori SS, S, TS, STS. Skala Likert meniadakan jawaban ditengah (R)

berdasarkan tiga alasan:

Kategori undencinded, yaitu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat

memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep asli bisa diartikan netral,

setuju tidak, tidak setujupun tidak atau bahkan ragu-ragu).


Tersedianya jawaban ditengah itu menimbulkan kecenderungan jawaban ke

tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu atas arah

jawabannya ke arah setuju ataukah kearah tidak setuju.

Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS adalah terutama untuk melihat

kecenderungan pendapat responden kearah setuju atau kearah tidak setuju. Oleh

karena itu peneliti menghilangkan jawaban R (ragu-ragu). Karena

dikhawatirkan responden yang belum bisa memutuskan untuk memberi jawaban

netral akan menimbulkan jawaban ketengah. Selain itu untuk melihat jawaban

kecenderungan kearah setuju atau tidak setuju.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Rentang skor skala yaitu nilai 1

– 4. Sistem penilainnya adalah SS=4, S=3, TS=2, STS=1.

Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau

file (catatan konvensional maupun elektronik).25


25
Puguh Suharso. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis (Jakarta: PT Indeks,

2009), 104.

Pada intinya, metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk

menelusuri data historis. Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk

surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya.Sifat utama

dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada

peneliti untuk hal-hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut

dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikro film,

disc, CD-Romdan hard disk.26

Jadi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan atau transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data yang diteliti dan untuk mengukur nilai variable yang
diteliti.27 Dengan demikian jumlah insrumen penelitan tergantung pada jumlah

variabelnya. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap

instrument harus mempunyai skala. Penelitian ini menggunakan dua instrument

penelitian untuk variable akuntabilitas keuangan sekolah dan partisipasi wali

murid.

26
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif(Jakarta: Prenada Media

Group, 2011), 133.


27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 133.

1. Persepsi Akuntabilitas Keuangan Sekolah

a. Definisi
Akuntabilitas keuangan sekolah adalah pertanggungjawaban terhadap

pemasukkan, pengeluaran dan penggunaan uang sekolah kepada orang tua,

masyarakat dan pemerintah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

b. Alat Ukur

Metode skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode skala. Metode

skala yang digunakan penulis adalah skala likert. Skala likert adalah skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Ada dua

bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pertanyaan

negatif untuk mengukur sikap negatif.28

Pada penelitian ini menggunakan skala menggunakan skala likert dengan empat

jawaban alternatif yang digunakan, yaitu: sangat sesuai, ragu-ragu, tidak sesuai,

dan sangat tidak sesuai.

Rentang skor pada skala ini adalah 1 – 4. Sistem penilaiannya adalah sangat setuju

= 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002), 23.


Berikut blueprint skala akuntabilitas keuangan sekolah yang

disusun oleh peneliti untuk mengetahui akuntabilitas keuangan sekolah.

Tabel 3. 1.

Blueprint Persepsi Akuntabilitas Keuangan Sekolah

Variabel

Butir Jum

Indikator

Soal Soa

Keterbukaan kebijakan anggaran 1 1

keuangan sekolah

Keterbukaan laporan pertanggung

2, 3, 4, 3

jawaban

Adanya akses informasi yang siap,


mudah dijangkau, bebas diperoleh 5 1

Akuntabilitas dan tepat waktu

Keuangan Sekolah membuat standar akuntansi

Sekolah pemerintah (SAP) dalam membuat 6 1

laporan keuangan

Pemanfaatan keuangan sekolah

9 1

Pelaporan keuangan secara periodik

7 1

Pembukuan dana

8 1

Keterlibatan pihak

10 1

Jumlah 10
Namun pernyataan angket pada blueprint diatas merupakan adopsi dan

pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M. Hidayat Dwi

Setyawan yang berjudul prinsip keadilan transparansi dan akuntabiliras

pengelolaan anggaran terhadap produktivitas sekolah (persepsi guru SMPN 3

Magelang). Ada beberapa item yang peneliti adopsi dari penelitian sebelumnya,

yaitu item nomor

1, 2, 3, 4, , 5, 6, 7, 10. Untuk penyataan nomor 8 dan 9 peneliti mengembangkan

sendiri. Angket penelitian yang sebelumnya pernah diteliti dapat dilihat pada

lampiran.

2. Persepsi partisipasi wali murid

a. Definisi

Partisipasi wali murid adalah kesadaran dan kepedulian orangtua / wali murid

dalam melakukan aktivitas-aktivitas turut serta mengambil keputusan,

melaksanakan dan mengevaluasi keputusan dalam suatu program pendidikan di

sekolah secara proporsional dilandasi kesepakatan.


b. Alat ukur

Metode skala yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode skala. Metode

skala yang digunakan penulis adalah skala likert. Skala likert adalah skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Ada dua

bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pertanyaan

negatif untuk mengukur sikap negatif.29

Pada penelitian ini menggunakan skala menggunakan skala likert dengan empat

jawaban alternatif yang digunakan, yaitu: sangat sesuai, ragu-ragu, tidak sesuai,

dan sangat tidak sesuai.

Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, 23.

Rentang skor pada skala ini adalah 1 – 4. Sistem penilainannya adalah sangat

setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.


Berikut blueprint skala partisipasi wali murid yang disusun oleh peneliti untuk

mengukur partisipasi wali murid.

Tabel 3. 2.

Blue Print Persepsi Partisipasi Wali Murid

Butir Jumlah

Variabel Indikator

Soal Soal

Menghimpun bentuk-bentuk 1, 2,

partisipasi 3, 4 4

Menghimpun macam-macam

Partisipasi

partisipasi 5, 6, 7 3

Wali

Murid Mengetahui faktor yang

mempengaruhi partisipasi 8, 9 2

Mengetahui manfaat pastisipasi

10 1

Jumlah

10
Berbeda dengan pernyataan pada variabel X yaitu Akuntabilitas, untuk pernyataan

angket pada blueprint diatas merupakan pernyataan yang dibuat oleh peneliti

sendiri, tanpa mengambi, mengadopsi maupun pengembangan pada penelitian

sebelum-sebelumnya.

H. Analisis Data

Data-data yang sudah ada (terkumpul), sebelum dianalisis, terlebih dahulu

dilakukan pengolahan data. Pengolahan data melalaui proses sebagai berikut:

Editing (penyuntingan), yaitu dengan memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang

dikembangkan responden.

Koding (pengkodean), yaitu memberi tanda (simbol) yang berupa angket pada

jawaban responden yang diterima.

Tabulating (tabulasi) yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean

untuk disajikan dalam bentuk tabel.30


Setelah pengolahan data lalu dilakukan analisa data untuk membuktikan ada atau

tidak hubungan akuntabilitas keuangan sekolah dengan partisipasi wali murid

sesuai dengan jenis data pada variabel tersebut, maka penulis menggunakan

teknik analisis data sebagai berikut:

Teknik Analisa Prosentase

Teknik ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua.

Semua data-data yang diambil dari sumber-sumber penelitian akan dibahas oleh

penulis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Yaitu menjelaskan data-

data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan prosentase atau biasa

disebut frekuensi relative. Untuk memperoleh frekuensi relative digunakan rumus:

30
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005),

87-88.

P= x 100 %
Keterangan :

F = frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of casses (jumlah frekuensi atau banyaknya indifidu)

P = Angket prosentase31

Adapun untuk memberikan nilai pada angket penulis memberikan ketentuan

sebagai berikut :

1) Untuk skor jawaban sangat setuju dinilai :4

2) Untuk skor jawaban setuju dinilai :3

3) Untuk skor jawaban tidak setuju dinilai :2

4) Untuk skor jawaban sangat tidak setuju dinilai :1

Dan untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan prosentase

penelitian sebagai berikut :

a) 65 % - 100 % = tergolong baik


b) 35 % - 65 % = tergolong cukup baik

c) 20 % - 35 % = tergolong kurang baik

d) Kurang dari 20 % = tergolong tidak baik

Sedangkan untuk menjelaskan data-data variabel akuntabili

keuangan sekolah (X) yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan mean,

peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

Anas Sudjana, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1994), 40-41.

M=

Keterangan:

= Rata-rata yang dicari

= Jumlah dari skor-skor nilai yang ada (variabel x)

= Number Of Casses32
Untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan mean, skala yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) 4 = sangat tinggi

b) 3 = tinggi

c) 2 = rendah

d) 1 = sangat rendah

Sedangkan untuk menjelaskan data-data variabel partisipasi wali murid (Y) yang

diperoleh dengan menggunakan perhitungan mean, peneliti menggunakan rumus

sebagai berikut:

M=

Keterangan:

M = Rata-rata yang dicari

= Jumlah dari skor-skor nilai yang ada (variabel y)


N= Number Of Casses33

Anas Sudjana, Pengantar Statistik, 40-41.

Ibid,.

Untuk menafsirkan hasil perhitungan dengan mean, skala yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) 4 = sangat tinggi

b) 3 = tinggi

c) 2 = rendah

d) 1 = sangat rendah
b. Teknik Analisis Product Moment

Teknik ini peneliti gunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga serta

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu Hubungan

Akuntabilitas Keuangan Sekolah (variabel X) dan Partisipasi Wali Murid

(variabel Y) dan seberapa jauh hubungannya maka penulis menggunakan “ r ”

Product Moment, yaitu:

N.XY ( x)( Y)

rxy =

[N. X 2 ( X )2 ][N. Y 2 ( Y )2 ]

Keterangan :

r : Koefisien korelasi

y : Variable terikat
x : Variable bebas

N : Jumlah sampel

Dengan rumus di atas, maka akan diperoleh nilai korelasi (rxy) nilai r ini akan

dikonsultasikan dengan nilai r dengan table r product moment, sehingga dapat

diketahui, diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis gunakan.

Untuk mengukur tinggi rendahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y,

maka peneliti menggunakan tabel interpretasi terhadap koefisien yang diperoleh,

atau nilai “ r “ sebagai berikut:

Tabel 3. 3.

Nilai r Product Moment (rxy)

Besarnya Nilai r

Interpretasi

Product Moment (rxy)


0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y tidak

terdapat korelasi karena sangat rendah /

sangat lemah.

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang sedang atau cukup.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat

korelasi yang kuat dan tinggi.

0,90 – 1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat


korelasi yang sangat kuat atau sangat

tinggi.34

c. Teknik analisis regresi linier sederhana

Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas keuangan sekolah terhadap partisipasi

wali murid digunakan analisis regresi linear sederhana. Teknik ini digunakan

untuk menjawab rumusan masalah nomer 4. Regresi linier sederhana adalah

hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel

dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen

mengalami kenaikan atau penurunan. Rumus regresi linier sederhana sebagai

berikut:
Y’ = a + bX

Keterangan:

Y’ = variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X = variabel independen

a = konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

34
Anas Sudjana, Pengantar Statistik Pendidikan, 180.

Anda mungkin juga menyukai