Anda di halaman 1dari 15

i

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK


(Makalah)

Disusun Oleh:

Kelompok 9:

1. Bila Anggraini 1613031004


2. Nimade Irawati 1613031046
3. Irene Vikining Astuty R 1653031002
4. Suci Hijrotul Awwaliyah 1653031004

Mata kuliah : Akuntansi Perbankan


Dosen Pengampu : Rahmah Dianti Putri, S.E., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Analisis Laporan Keuangan Bank” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Rahmah
Dianti Putri S.E., M.Pd selaku dosen mata kuliah Akuntansi Perbankan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Analisi Laporan Keuangan Bank”
yang dikeluarkan dan yang didapatkan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat untuk dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Bandarlampung, 26 November 2018

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1

1.3 Tujuan Pembelajaran ..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Bank .........................................................2

2.2 Metode Analisis Laporan Keuangan Bank ........................................................2

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................11

3.2 Saran .................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki


potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan
bagi masyarakat dan sektor usaha. Masyarakat dan sektor usaha sebagai pihak
pengguna jasa bank yang paling berperan, pada umumnya selalu memiliki respon
yang tanggap terhadap berbagai bentuk layanan yang diberikan oleh masing-
masing bank untuk menarik simpati nasabahnya. Bank sebagai lembaga yang
sangat bergantung pada kepercayaan nasabah tentunya akan terus
menyempurnakan layanannya di tengah persaingan dengan banyaknya penyedia
jasa keuangan lainnya.

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas


yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha
perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank
yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah tujuan penyajian laporan keuangan bank?


2. Bagaimana metode analisis laporan keuangan bank?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui tujuan penyajian laporan keuangan bank.


2. Mengetahui metode analisis laporan keuangan bank

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Bank

Tujuan utama penyajian laporan keuangan Bank adalah untuk memberikan


gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang
telah berlaku (past performance).

Selanjutnya laporan keuangan bank berfungsi pula sebagai alat pertanggung


jawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-
instansi lainnya yang berkepentingan

Karena itu, angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Bank perlu
diolah melalui metode analisis tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan-keputusan.

2.2 Metode Analisi Laporan Keuangan Bank

2.2.1 Laporan keuangan sebagai alat analisis

Kepentingan umum para penyususn peraturan-peraturan perbankan adalah


menjamin keamanan uang para deposan. Akibatnya mereka cenderung
menetapkan tingkat likuiditas yang tinggi dan rasio yang tinggi atas modal
terhadap aktiva. Bank yang mempunyai rasio dibawah yang ditetapkan atas modal
terhadap aktiva wajib melakukan setoran tambahan modal dan dalam keadaan
eksterm bank terpaksa menghentikan aktivitasnya.

Para pemegang saham sebaliknya mempunyai kepentingan atas maksimalisasi


penghasilan atas dana yang mereka tanamkan dan pada umumnya memilih dana
yang ditanamkan sekecil mungkin. Manajemen bank karenanya dihadapkan pada
dua kepentingan yang berbeda dan bahkan saling bertentangan, yaitu menjamin
keamanan uang para deposan, sedangkan pada saat yang bersamaan
memaksimalkan hasil penanaman dana para pemegang saham.

2
3

Dalam beberapa hal, para pemegang saham, manajemen atau keduanya dapat
memilih penundaan sementara pendapatan untuk mencapai peningkatan
pertumbuhan aktiva dengan penekanan perolehan simpanan-simpanan tanpa
menghiraukan biayanya. Keadaan seperti ini sering memperlemah posisi modal
untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Sebaliknya pertumbuhan aktiva akan
memberikan peluang yang lebih besar dalam peringkatan laba Bank.

Daftar dibawah ini merupakan ilustrasi yang menunjukkan hubungan antara


pertumnbuhan aktiva, laba yang ditahan dan modal.

Laba yang diperlukan untuk menjamin tersedianya modal pada tingkat rasio 8%
dari aktiva

Tingkat persentase Laba ditahan yang


pertumbuhan aktiva diperlukan dalam
rata-rata aktiva persentase terhadap
8% 0,62%
9% 0,69%
10% 0,76%
11% 0,83%
12% 0,91%
13% 0.98%
14% 1,05%
15% 1,12%

Dalam hal ini di inginkan rasio rata-rata atas moda terhadap aktiva
meningkat, maka perentase laba yang diperlukan untuk ditahan terhadap rata-rata
aktiva juga bertambah. Misalnya, suatu Bank dengan rasio modal terhadap aktiva
sebesar 8% dan pertumbuhan aktiva sebesar 10% memerlukan laba yang ditahan
sebanding dengan 0,76% dari rata-rata aktiva untuk dapat mempertahankan rasio
modal terhadap aktiva diatas.

Apabila rasio modal terhadap aktiva 7%, maka laba yang ditahan hanyalah
sebanding dengan 0,67% dari rata-rata aktiva untuk tetap dapat mempertahankan
rasio modal aktiva sebesar 7% diatas. Hasil keputusan-keputusan manajemen
dalam pemasaran dan deferensiasi operasional tercermin di dalam laporan
keuangan melalui analisis komposisi aktiva dan hutang serta sumber-sumbernya.

3
4

Aparat otomatis menggunakan laporan keuangan dalam memberikan peringatan


kepada Bank yang menjelang menghadapi kesulitan keuangan. Para pencipta
peraturan-peraturan perbankan telah menyediakan alat untuk sistem peringatan
dini, yang terutama didasarkan pada rasio-rasio keuangan kunci yang dihitung
dari laporan-laporan keuangan bank bulanan, triwulan, tengah-tahunan dan
tahunan.

Hasil-hasil analisis laporan keuangan bank sangat bermanfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan, bahkan mempunyai pengaruh yang lebih luas dari jenis
perusahaan-perusahaan lainnya. Bank-bank yang mengalami kegagalan umumnya
mempunyai rasio yang lebih tinggi atas pinjaman terhadap aktiva, rasio yang lebih
rendah atas modal terhadap aktiva, efisien yang lebih rendah dan rentabilitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan bank sejenis sebelum kegagalan. Walaupun
penonjolan satu atau dua rasio-rasio diatas belum memberikan indikasi positif
bahwa bank dalam keadaan bahaya, namun rasio-rasio tersebut tetap merupakan
indikator-indikator yang bermanfaat.

2.2.2 Analisis neraca

Neraca Bank memperlihatkan perubahan komposisi aktiva dan utang. Neraca


dapat diumpamakan sebagai foto yang menggambarkan posisi berhenti pada suatu
saat tertentu yang memungkinkan dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan.
Untuk jelasnya akan digunakan rasio-rasio untuk menganalisis contoh neraca
terlampir.

A. Rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga


Rasio pinjaman terhadap simpanan adalah rasio pertama dari rasio-rasio kunci
yang menjadi sorotan utama dari para analisis Bank, yaitu membandingkan
jumlah simpanan masyarakat yang telah dikaitkan kepada pinjaman oleh
manajemen Bank.
Misalkan rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga tahun 19XX adalah
76,78%, dihiyung sebagai berikut (Rp. Millions):

4
5

Pinjaman bersih Rp 3.881.648,00


1. Ditambah cadangan kerugian Rp 241.221,00
2. Ditambah penyertaan (yang diianggap
Sama sebagai aktivitas pinjaman) Rp 83.897,00
Rp 4.206.756,00
3. Total simpanan pihak ketiga Rp 5.479.221,00

Rasio: 4.206.756 = 76,78%


5.479.221
Analisis harus membandingkan rasio 76,78% diatas terhadap rasio bank lain yang
sejenis. Rasio tersebut harus diukur dengan memperhatikan kondisi perekonomian
lokal, nasional dan internasional. Apabila rasio-rasio tersebut lebih tinggi
dibandingkan rasio bank sejenis. Berarti dapat memberikan indikasi bahwa Bank
memberikan komitmen kredit terlalu besar dan penanaman simpanan itu dapat
mengakibatkan timbulnya masalah likuiditas yang membahayakan. Sebaliknya,
dalam hal rasio termasuk lebih rendah, berarti bank kurang aktif dalam penyaluran
pinjaman untuk pertumbuhan dunia usaha, karena Bank lebih mementingkan
penanaman dananya dalam surat-surat berharga. Rendahnya rasio pinjaman
terhadap simpanan masyarakat juga disebabkan karena rendahnya permintaan
kredit sebagai akibat kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan.

B. Rasio modal terhadap aktiva


Dibawah ini akan ditunjukkan tiga rasio mengenai modal terhadap aktiva. Rasio
pertama adalah rasio modal pemegang saham terhadap aktiva yang dianggap
sebagai rasio tradisional akuntansi untuk mengukur modal terhadap aktiva.
Rasio kedua adalah rasio modal pemegang saham ditambah surat utang yang
dapat dikonversi surat saham terhadap aktiva. Pada umumnya surat utang yang
dapat dikonversi surat saham merupakan surat utang subordinasi atas nama para
pemegang saham ditambah surat utang yang dapat dikonversi surat saham
ditambah cadangan kerugian pinjaman terhadap aktiva. Cadangan kerugian
pinjaman dapat dianggap sebagai modal.

5
6

Misalkan rasio-rasio tersebut diatas adalah sebagai berikut:


1. Modal pemegang saham = Rp 433.666 = 5,21%
Total aktiva Rp 8.318.173
2. Modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat
dikonversi surat saham
Total aktiva
Rp 433.666 + Rp 0 = Rp 433.666 = 5,21%
Rp 8.318.173 Rp 8.318.173
3. Modal pemegang saham ditambah surat utang yang dapat
dikonversi surat ditambah cadangan kerugian pinjaman.
Total aktiva
Rp 433.666 + Rp 0 + Rp 241.211 = Rp 674.877 = 8,12%
Rp 8.318.173 Rp 8.318.173

Kebutuhan minimal modal Bank dianggap penting baik oleh otoritas moneter,
penyelenggara Bank maupun para deposan. Misalnya ditetapkan rasio modal
modal terhadap aktiva berkisar 6%, didalamnya 5,50% harus terdiri dari modal
primer. Modal primer termasuk modal saham biasa dan modal saham preferen,
agio saham, laba ditahan, cadangan modal, utang yang dapat dikonversi surat
saham, kepentingan minoritas berdasarkan neraca konsolidasi perusahaan-
perusahaan afiliasi, hasil bersih dividen dan bunga obligasi serta cadangan
kerugian pinjaman.
Modal sekunder terdiri dari utang-utang subordinasi, obligasi dan saham preferen
yang terbatas jangka waktunya. Pada umumnya besarnya modal sekunder dibatasi
sampai jumlah 50% dari modal primer.
Pengelompokan Bank berdasarkan rasio diatas, misalnya:
1. Total modal terhadap total aktiva sebesar 7% dianggap
mempunyai modal yang mencukupi dengan syarat tersedia
modal primer sesuai dengan ketentuan.
2. 6-7% dianggap memenuhi syarat minimal dengan syarat
ditunjang faktor-faktor keuangan lainnya.

6
7

3. Di bawah 6% dianggap kurang memenuhi kebutuhan


permodalan tanpa memperhatikan faktor-faktor ekstern yang
mungkin mempengaruhinya.

C. Cadangan kerugian pinjaman


Cadangan kerugian pinjaman pada hakekatnya tergantung kepada kondisi masing-
masing Bank. Untuk demikian selalu terdapat pembatasan-pembatasan tertentu,
misalnya dari pihak pajak. Dilihat dari otoritas moneter, ukurannya tentu bersifat
minimal, artinya makin kecil persentase dinilai makin sehat portofolio perkreditan
Bank yang bersangkutan.
Pertama, rasio cadangan kerugian pinjaman terhadap penghapusan pinjaman.
Untuk mengukur kebutuhan cadangan yang diperlukan dapat dihitung sebagai
berikut:

Penghapusan piutang x Rata-rata kolektibilitas pinjaman


Pinjaman
Misalnya, rasio penghapusan piutang terhadap pinjaman adalah 4% dan rata-rata
kolektibilitas pinjaman 2,5 tahun, berarti cadangan yang diperlukan minimal 2,5 x
4% = 10%

D. Aktiva tetap
Lazimnya aktiva yang dimiliki bank relatif kecil dalam komposisi aktiva bank
secara keseluruhan. Pada umumnya analisis akan memperhatikan rasio
penanaman dana dalam aktiva tetap terhadap modal pemegang saham.

E. Surat-surat berharga
Komposisi penanaman dana Bank menggambarkan kebijakan Bank baik dalam
prioritas penanaman maupun dalam pemeliharaan likuiditas. Penyebaran jatuh
tempo dalam portofolio surat-surat berharga mencerminkan kebijakan likuiditas.

7
8

F. Keanekaragaman dana pihak ketiga


Dana pihak ketiga merupakan pos-pos pertama yang muncul dalam neraca pada
sisi utang. Keanekaragaman dana pihak ketiga sangat penting karena langsung
akan mempengaruhi pendapatan Bank. Pada saat ini terlihat kecenderungan
menurunnya dana-dana dalam bentuk giro dan sebaliknya menanjaknya simpanan
dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka lainnya.

G. Pertumbuhan dana pihak ketiga


Dana pihak ketiga merupakan sumber dana Bank untuk keperluan penyaluran
kredit dan penanaman dana dalam bentuk lainnya. Karena itu, perlu setiap kali
diperhatikan kurva perkembangan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun.

2.2.3 Analisis Laba Rugi

Perhatian terhadap pentingnya laporan laba-rugi makin meningkat karena


merupakan sumber utama tambahan modal baru. Sebagai ilustrasi rasio-rasio laba-
rugi yang utama adalah:

A. Pendapatan atas rata-rata aktiva produktif, misalnya:

Pendapatan bunga = Rp 778.090 = Rp 11,01


Aktiva produktif rata-rata Rp 7.070.130
Pengukuran pendapatan yang diperoleh dari aktiva produktif seperti contoh diatas
dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara pendapatan bunga terhadap
aktiva produktif rata-rata dalam satu periode tertentu.

B. Bunga yang dibayar atas dana-dana


Tingkat bunga yang dibayar untuk dana-dana adalah lawan dari persentase
pendapatan atas aktiva produktif. Rasio biaya-biaya bunga atas hutang yang
berbeban bunga merupakan rasio biaya rata-rata atas dana yang diterima Bank.
Perhitungannya dilakukan dengan membagi biaya bunga dengan rata-rata dana
pihak ketiga dan pinjaman yang berbeban bunga yang dimanfaatkan Bank, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:

8
9

Biaya bunga = Rp 542.982 = 8,82%


Hutang rata-rata yang berbeban bunga Rp 6.155.331

C. Analisis margin bunga


Selisih antara rata-rata bunga yang diterima dengan rata-rata bunga yang dibayar
merupakan margin bunga atau “interest spread”.
Analisis margin bunga sangat penting karena perubahan tingkat suku bunga akan
dapat mempengaruhi secara langsung tingkat profitabilitas Bank. Penurunan
margin bunga dapat merupakan indikator mengecilnya laba Bank.
Margin bunga atau “interest spread” berdasarkan contoh diatas adalah 2,19%
yaitu 11.01%-8,82%.
Margin bunga dapat dianggap menggambarkan laba kotor, namun untuk
kelengkapan hasil analisis perlu diperhatikan pula pengaruh-pengaruh dari dana-
dana yang tidak berbeban bunga, dana modal serta perubahan yang terjadi dalam
hubungan antara aktiva produktif dan hutang berbeban bunga, misalnya:

Pendapatan bunga – biaya bunga = Rp 778.090 – Rp 542.982 =3,33


Aktiva produktif rata-rata Rp 7.070.130

D. Rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva


Rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva merupakan ukuran kemampuan
manajemen untuk menciptakan laba bersih, misalnya:
Laba bersih = Rp 91.747 =1,24%
Rata-rata aktiva Rp 7.408.242
Rasio laba bersih terhadap rata-rata aktiva juga secara umum dipakai untuk
menggambarkan Bank. Rasio yang tinggi dibandingkan dengan Bank-Bank lain
dan relatif konsisten atau dari waktu ke waktu meningkat terus memberikan
indikasi bahwa Bank berkemampuan selalu menambah modal dasarnya dari laba
yang ditahan.

E. Rasio laba bersih terhadap rata-rata modal


Rasio laba bersih terhadap rata-rata modal adalah alat ukur lain untuk menilai
kemampuan manajemen menghasilkan laba bersih, misalnya:
Laba bersih = Rp 91.747,00 = 22,52%
Rata-rata modal pemegang saham Rp 407.456,50

9
10

Rasio yang tinggi dibandingkan dengan Bank sejenis lain menunjukkan Bank
bekerja lebih efisien atau modal dasar terhadap aktiva relatif lebih rendah
dibandingkan dengan Bank lain.

F. Biaya pegawai
Gaji upah, bonus tunjangan dan biaya-biaya pegawai lainnya merupakan
pengeluaran terbesar kedua. Perbandingan antara biaya pegawai terhadap
simpanan masyarakat dapat merupakan petunjuk tingkat efisiensi operasional
Bank. Bank yang mempunyai cabang-cabang umumnya lebih banyak
memperkerjakan tenaga kerja, sehingga dalam membuat perbandingan antara
bank perlu diperhatikan status masing-masing Bank.
Biaya pegawai untuk setiap Rp 1.000.000,00 simpanan masyarakat, misalnya
Rp 50.999.000 = Rp. 15.63
Rp 3.263.315
Rasio lainnya adalah menghitung perbandingan simpanan masyarakat terhadap
banyaknya pegawai.

G. Keuntungan atau kerugian non-operasional


Bank-Bank dari waktu ke waktu mengalami transaksi-transaksi yang hasilnya
diluar sumber-sumber tradisional. Misalnya penjualan gedung dan barang bekas,
keuntungan hasil penanaman modal pada perusahaan-perusahaan dan sebagainya
telah besar peranannya dalam laba Bank secara keseluruhan.

10
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan utama penyajian laporan keuangan Bank adalah untuk memberikan
gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang
telah berlaku (past performance).

Kepentingan umum para penyususn peraturan-peraturan perbankan adalah


menjamin keamanan uang para deposan. Akibatnya mereka cenderung
menetapkan tingkat likuiditas yang tinggi dan rasio yang tinggi atas modal
terhadap aktiva.

Neraca Bank memperlihatkan perubahan komposisi aktiva dan utang. Neraca


dapat diumpamakan sebagai foto yang menggambarkan posisi berhenti pada suatu
saat tertentu yang memungkinkan dilakukannya analisis terhadap posisi keuangan.
Perhatian terhadap pentingnya laporan laba-rugi makin meningkat karena
merupakan sumber utama tambahan modal baru.

3.2 Saran
Perusahaan harus menggunakan analisis laporan keuangan Bank dalam sistem
operasional perusahaannya, dan juga perusahaan terebut harus memilih seorang
analisis yang mampu menganalisis data perusahaan secara efektif dan efisien.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Kuwandi, Daniel S. 2000. Akuntansi Perbankan. Jakarta:Institut Bankir Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai