Oleh:
MPUL
1.3 Tujuan
Menurut definisi diatas terdapat tiga komponen dasar dari attitude model yang
saling berkaitan yaitu, komponen kognitif, afektif dan komponen perilaku tertentu.
menggunakan sumber daya yang dimiliki (waktu, uang, upaya) untuk mengonsumsi
barang atau jasa terkait. Dalam hal ini yang menjadi pokok bahasan utama ialah apa
yang mereka beli, mengapa mereka beli, kapan mereka beli, mengapa mereka beli,
Struktural: Pengetahuan
-Pendidikan -Tentang Aksesbilitas:
-Pengalaman manfaat dari -Sosio
Perilaku X ekonomi
Psikososial: Sikap pada
-jarak
-Kepribadian perilaku X
-Motivasi Niat Perilaku X
-Kelas Sosial perilaku X
-Norma Masyarakat Norma Subjektif:
Demografi: -Kebutuhan
-Umur, Sex -Harapan
-Suku -Keyakinan
-Besar kel Individu
Gambar 2.1. : Konsep Perilaku Pemasaran Bidang Kesehatan
Praktik teori ini di bidang kesehatan pada Gambar 2.1. berdasarkan asumsi berpikir
rasional. Misalnya, pada program imunisasi Hepatitis B. Orang imunisasi jika dia:
(1) Tahap kognitif: Percaya bahwa ada ririko terkena Hepatitis lebih besar dan
(2) Tahap afektif : Evaluasia bahwa imunisasi adalah cara paling murah dan
diimunisasi.
(3) Tahap konasi: Karena tidak ditemukan hambatan serius baik harga maupun
akses untuk imunisasi, suatu hari dia datang ke posyandu untuk imunisasi.
(4) Tahap evaluasi pasca imunisasi : Bersedia merujuk ibu bayi yang lain untuk
tanggapan afektif. Emosi seperti suka, senang, atau setuju terhadap suatu
Dari studinya tersebut, Singh melihat bahwa bentuk ketidakpuasan pelanggan itu
dapat dimungkinkan untuk terjadi:
1. Respon suara misalnya meminta ganti rugi dari penjual
2. Respon pribadi misalnya komunikasi ligan yang negatif
3. Respon pihak ketiga misalnya mengambil tindakan hukum
Jadi dari gambar tersebut bahwa pelanggan mempunyai dua pilihan antara mengambil
tindakan atau tidak melakukan apa-apa. Jika melakukan yang kedua maka tidak ada
masalah bagi pelanggan. Namun jika yang dipilih adalah yang pertama, pelanggan
mungkin akan mengambil tindakan umum atau tindakan pribadi. Tindakan umum itu
meliputi pengaduan kepada perusahaan, pergi ke seorang penasehat hukum, atau
mengadu kepada kelompok-kelompok lain yang mungkin membantu pembeli untuk
mendapatkan kepuasan, seperti badan usaha swasta atau pernerintah. Sedangkan
tindakan pribadi itu dapat berupa memutuskan untuk berhenti membeli produk atau
memperingatkan teman-teman.
Untuk mengatasi hal tersebut para pemasar harus mengambil langkah-langkah
untuk mengurangi jumlah ketidakpuasan pelanggan setelah pembelian. Misalnya
dengan melakukan komunikasi dengan pembeli pasca pembelian karena hal ini dapat
menyebabkan jumlah barang yang dikembalikan dan pembatalan pesanan menjadi
lebih rendah. Komunikasi ini memberikan saluran yang baik untuk mengetahui
keluhan pelanggan dan menanggapi keluhan tersebut dengan cepat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perusahaan yang baik adalah perusahaan yang senang menerima
umpan balik dari pelanggannya.
Ketidaksesuaian Setelah Pembelian Setelah pembelian tersebut, pelanggan
mungkin mengalami ketidaksesuaian yang disebabkan oleh adanya hal-hal tertentu
yang mengganggu. Oleh karena itu Louden mengungkapkan bahwa teori Dissonance
diturunkan dilandasi oleh dua dasar yaitu:
• Dissonance adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan hal ini akan memotivasi
pelanggan untuk mengurangi produk tersebut.
• Pengalaman seseorang akan dissonance akan menjauhkan dirinya dari situasi yang
akan menghasilkan dissonance.
Terjadinya kondisi dissonance tersebut, maka oleh Louden mengungkapkan akan
terjadi hal-hal berikut:
1. Batas toleran dissonansi dilewati
2. Aksi tidak dapat dibatalkan
3. Tidak menyeleksi alternatif yang diperlukan
4. Ada beberapa alternatif yang diperlukan
5. Alternatif yang ada dibedakan kualitasnya
6. Pembeli menjalankan keputusannya, karena hal itu secara psikologis significant
7. Tidak ada tekanan kepada pelanggan untuk memutuskan
Cara mengamati dan mengukur kepuasan pelanggan
Untuk mengukur dan mengamati kepuasan pelanggan ada beberapa cara yang dapat
dilakukan diantaranya adalah:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Cara sistem keluhan dan saran ini banyak digunakan oleh rumah makan (restoran)
dan hotel yaitu dengan cara memberikan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan
kesukaandan keluhan mereka. Namun cara ini banyak memiliki kelemahan.
2. Survey Kepuasan Pelanggan
Perusahaan yang responsif akan mengukur kepuasan pelanggan atau pelanggan
mereka dengan mengadakan survey berkala. Cara ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan daftar pertanyaan (questioner) atau menelepon suatu kelompok atau
pelanggan mereka untuk mengetahui perasaan mereka terhadap kinerja perusahaan.
Wahyono, Budi. “Tahap-Tahap Keputusan Pembelian”.
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/tahap-tahap-keputusan-
pembelian.html/ diakses pada tanggal 13 Januari 2023 Pukul 16.52 2013.
“Jenis-Jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian”.
https://contohdanfungsi.blogspot.com/2013/02/jenis-jenis-tingkah-laku-
keputusan.html/ diakses pada tanggal 13 Januari 2023 Pukul 17.20 Ahmad.
“Pengertian Kepuasan Pelanggan: Faktor, Indikator dan Optimalisasinya”.
https://www.gramedia.com/literasi/kepuasan-pelanggan/ diakses pada tanggal 13
Januari 2023 Pukul 17.50 2022.
“Elemen Kepuasan Pelanggan Menurut Ahli”. https://creatormedia.my.id/elemen-
kepuasan-pelanggan-menurut-ahli/ diakses pada tanggal 13 Januari 2023 Pukul 18.45
2021.
“Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan”.
https://creatormedia.my.id/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kepuasan-pelanggan-
menurut-para-ahli/ diakses pada tanggal 13 Januari 2023 Pukul 19.10
Pujangkoro, Sugih Arto. Prilaku Pelanggan Setelah Pembelian. Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.