Anda di halaman 1dari 18

TUGAS 6

PERILAKU KONSUMEN, KONSEP UTILITAS, PENDEKATAN


INDEFERENT, DAN GARIS ANGGARAN DALAM PERILAKU
KONSUMEN

Disusun Oleh:

Afani Hanifah (40011019060005)

Dosen Pengajar : Imam Prayogo, SE.,MSi.,Akt.,CA.,CPMA

Semester : 1 (Satu)

Program Studi Akuntansi

Sekolah Vokasi PSDKU Pekalongan

Universitas Diponegoro

Tahun Ajaran 2019/2020


I. PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan atau proses seseorang
melakukan pencarian, pemilihan, pembelian, pengunaan, dan
mengevaluasi suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginannya. Ketika memutuskan akan membeli suatu barang atau
produk, sebagai seorang konsumen pasti akan selalu memikirkan terlebih
dahulu barang apa saja yang akan belinya dan mempertimbangkan apakah
akan membelinya atau tidak. Yang perlu dipertimbangkan yaitu, mulai
dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan barang tersebut, dan lain
sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan, dan
mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk ke
dalam perilaku konsumen. Perilaku konsumen sangat erat kaitannya
dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa. Sebagai konsumen, pasti
tidak ingin salah dalam membeli suatu produk atau jasa, maka dari itu
perilaku konsumen sangat diperlukan. Yang termasuk ke dalam perilaku
konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi harga produk
atau jasa tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka para
konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan
dan melakukan aktivitas perilaku konsumen. Namun, jika harga suatu
barang atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi atau mahal, maka konsumen
tersebut akan memberikan upaya lebih terhadap barang tersebut. Pembeli
tersebut akan semakin lama melakukan perilaku konsumen, seperti
melihat, menanyakan, mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Berikut adalah beberapa definisi perilaku konsumen menurut para
ahli :
a. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan produk dan jasa,
termasuk didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta
mengikuti tindakan pembelian tersebut. Tindakan tersebut adalah
terlibat secara langsung dalam proses memperoleh, mengkonsumsi
bahkan membuang atau tidak jadi menggunakan suatu produk atau jasa
tersebut.
b. Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi dinamis dari
pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana seseorang
melakukan pertukaran aspek kehidupannya.
c. Menurut Mowen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas ketika seseorang
mendapatkan, mengkonsumsi atau membuang barang atau jasa pada
saat proses pembelian.
d. Menurut Schiffman dan Kanuk
Perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang
pembeli dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta
bertindak pada konsumsi produk dan jasa, maupun ide yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.
Jenis-jenis perilaku konsumen ini sendiri berbeda-beda dan
bermacam-macam. Misalnya, Andi ingin membeli buah mangga, maka
yang termasuk ke dalam perilaku konsumen sebelum membeli adalah
mencium bau mangga tersebut untuk memastikan apakah sudah matang,
kemudian meneliti dari bentuknya, apakah ada sisi yang busuk, menekan-
nekan mangga tersebut juga untuk memastikan tingkat kematangan
mangga tersebut, dan lain sebaginya. Hal ini juga dapat diterapkan pada
pembelian produk jangka panjang, misalnya peralatan elektronik, gadget,
alat-alat furniture, dan lain sebagainya.
Untuk produk jasa, misalnya jasa tour wisata, pasti konsumen akan
mengecek terlebih dahulu dari testimoni pembeli. Pada intinya, setiap
konsumen yang akan membeli suatu produk atau menggunakan sebuah
jasa, maka konsumen tersebut pasti melakukan apa yang disebut sebagai
perilaku konsumen.
Pada dasarnya, perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Rasional
Rasional adalah suatu tindakan perilaku konsumen dalam
pembelian suatu barang dan jasa yang mengedepankan aspek-aspek
konsumen secara umum, yaitu seperti tingkat kebutuhan mendesak,
kebutuhan utama atau primer, serta daya guna produk itu sendiri
terhadap konsumen pembelinya. Berikut ini beberapa ciri-ciri dari
Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional:
 Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan
 Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan yang
optimal bagi konsumen
 Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin
 Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan
kemampuan konsumen
2. Irrasional
Irasional adalah perilaku konsumen yang mudah terbujuk oleh
iming-iming diskon atau marketing dari suatu produk tanpa
mengedepankan aspek kebutuhan atau kepentingan. Beberapa ciri-ciri
yang menjadi dasar perbedaan antara perilaku konsumen yang bersifat
rasional dan perilaku konsumen yang bersifat irrasional. Beberapa ciri-
ciri Perilaku Konsumen yang bersifat Irrasional:
 Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di
media cetak maupun elektronik
 Konsumen memilih barang-barang bermerk atau branded yang
sudah dikenal luas
 Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan,
melainkan gengsi atau prestise

Proses pembentukan perilaku konsumen

Perilaku konsumen dilakukan berdasarkan suatu proses sebelum


dan sesudah seorang konsumen melakukan proses pembelian suatu barang
maupun jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut, seorang pembeli akan
melakukan penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa
tersebut. Berikut beberapa tahapan pengambilan keputusan seorang
konsumen :
1. Pengenalan Masalah.
Biasanya seorang konsumen melakukan pembelian atas dasar
kebutuhan atau untuk menyelesaikan keperluan, masalah, dan
kepentingan yang dihadapi. Jika tidak ada pengenalan masalah terlebih
dahulu, maka konsumen juga tidak akan tahu produk mana yang harus
dibeli.
2. Pencarian Informasi.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami, maka pada saat itu
seorang konsumen akan aktif mencari tahu tentang bagaimana cara
penyelesaian masalahnya tersebut. Dalam mencari sumber atau
informasi, seseorang dapat melakukannya dari diri sendiri (internal)
maupun dari orang lain (eksternal) seperti masukan, berbagai
pengalaman, dan lain sebagainya.
3. Mengevaluasi Alternatif.
Setelah konsumen mendapatkan berbagai macam informasi yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan, maka hal selanjutnya yang
dilakukan oleh konsumen tersebut adalah mengevaluasi segala
alternatif keputusan maupun informasi yang diperoleh. Hal itu lah
yang menjadi landasan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
4. Keputusan Pembelian.
Proses selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada alternatif-
alternatif keputusan yang ada adalah konsumen tersebut akan melalui
proses yang disebut dengan keputusan pembelian. Waktu yang
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini tidak sama, yaitu
tergantung dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses
pembelian atau pengambilan keputusan tersebut.
5. Evaluasi Pasca-Pembelian.
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah
melakukan proses dan keputusan pembelian adalah mengevaluasi
pembeliannya tersebut. Evaluasi yang dilakukan mencakup
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang tersebut sudah
sesuai dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan
lain sebagainya. Hal ini akan menimbulkan sikap kepuasan dan
ketidakpuasan barang oleh konsumen, mengecewakan dan tidak
mengecewakan. Hal tersebut akan berdampak pada pengulangan
pembelian barang atau tidak. Jika barang memuaskan dan tidak
mengecewakan, maka konsumen akan mengingat merk produk tersebut
sehingga akan terjadi pengulangan pembelian di masa mendatang.
Namun jika barang tidak memuaskan dan mengecewakan, maka
konsumen juga akan mengingat merk barang tersebut dengan tujuan
agar tidak mengulang kembali membeli barang tersebut di masa yang
akan datang.

Cara Mengenali Perilaku Konsumen

Dalam disiplin ilmu ekonomi terdapat 3 pendekatan untuk


mengenali perilaku konsumen, pendekatan-pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pendekatan Interpretif.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang membahas secara
mendalam hal-hal mendasar mengenai perilaku konsumen. Dalam
pendekatan ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu
menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam
dan menyeluruh. Selain wawancara, pendekatan ini juga
mengutamakan focus group discussion. Semua hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai makna suatu
produk atau jasa bagi konsumen, serta perasaan yang dialami
konsumen ketika membeli kemudian menggunakan produk
maupun jasa tersebut.
2. Pendekatan Tradisional yang didasari pada teori dan metode dari
Ilmu Psikologi Kognitif, Sosial dan Behavioral serta Ilmu
Sosiologi.
Pendekatan ini menggunakan studi lapangan berupa
eksperimen yang didukung dengan survey dengan tujuan untuk
menguji hipotesa penelitian yang berkaitan dengan teori.
Kemudian dicari sebuah pemahaman mengenai proses seorang
konsumen menganalisa beberapa informasi, membuat keputusan,
dan pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen
tersebut. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk
mengembangkan teori dan metode yang relatif. Yang mana akan
digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen serta pembuatan
keputusan konsumen.
3. Pendekatan Sains Pemasaran yang didasari pada teori dan metode
dari Ilmu Ekonomi dan Statistika.
Penelitian dalam pendekatan ini menggunakan
pengembangan teori dari Abraham Maslow yaitu Teori Hierarki
Kebutuhan Maslow. Teori tersebut berisi tentang hierarki
kebutuhan manusia yang kemudian diuji coba dengan model Ilmu
Matematika. Pendekatan ini dilakukan untuk memprediksi moving
rate analysis atau pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan
pola konsumsi.
Semua pendekatan yang dijelaskan diatas mempunyai nilai-nilai
tertentu yang dapat memberikan pemahaman mengenai perilaku
konsumen. Selain itu dapat pula diterapkan untuk strategi marketing
jika dilihat dari tingkatan maupun sudut pandang analisis yang
berbeda-beda. Ketiga pendekatan ini dapat digunakan oleh suatu
pemilik bisnis atau perusahaan, baik dengan menggunakan salah satu
dari pendekatan tersebut maupun dengan menggunakan ketiga
pendekatan sekaligus. Semuanya tergantung dari jenis-jenis masalah
yang dihadapi oleh masing-masing bisnis dan suatu perusahaan.
Mengenali Perilaku Konsumen

Pengenalan ini dapat dilakukan sebelum dan sesudah proses


pembelian oleh konsumen. Empat cara ini juga sering dilakukan oleh
para pelaku usaha di masa lalu yang kini terbukti telah sukses dalam
mengenali perilaku konsumen. Berikut ini adalah cara-cara tersebut:
 Membaca Buku.
Membaca buku seringkali dilakukan untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan spesifik mengenai suatu hal. Usahakan untuk
menjadi perpustakaan berjalan, yaitu seseorang yang mengetahui
segala hal dan segala informasi terkait passionmu.
 Menjelajahi Internet.
Internet akan semakin mempermudah seseorang untuk mendapatkan
informasi. Semakin berkembang kemajuan teknologi juga akan
semakin mempermudah seseorang untuk mendapatkan pengetahuan.
 Interaksi Langsung ke Konsumen
Tidak ada salahnya bertanya langsung kepada konsumen yang lain
ketika melakukan proses pembelian, saling berkonsultasi dan
mendapatkan masukan dari kedua belah pihak, baik dari penjual
maupun pembeli yang lain.
 Berkomunikasi dan Memperkenalkan Diri
Pelaku pasar adalah penjual dan pembeli, maka dari itu biasanya
seseorang yang akan melakukan pembelian akan lebih sering
berkomunikasi, bertanya, dan aktif untuk mencari tahu.

Mengenali Masalah Konsumen

Sebagai produsen atau penjual barang dan jasa, maka perlu


mengetahui cara-cara mengenali masalah konsumen. Hal ini
diperlukan supaya masalah yang dialami oleh konsumen tersebut dapat
diubah menjadi sebuah peluang. Jika dapat memperbaiki kekurangan
penjualan atau mengetahui hal apa yang sering menjadi masalah
konsumen, maka hal tersebut akan menjadi perbaikan bagi penjualan
dan bisnis. Berikut terdapat beberapa cara supaya dapat mengenali
masalah konsumen :
 Jadilah Pelanggan
Harus melihat sisi dari seorang pelanggan, tidak selalu menjadi sisi
seorang penjual. Misalkan, pergi ke pusat perbelanjaan, tentu secara
otomatis harus menempatkan diri sebagai konsumen. Hal apa saja
yang ditemui di pusat perbelanjaan tersebut yang dianggap
merupakan suatu kekurangan. Misalnya, tentang pelayanan pegawai
yang kurang tanggap atau kurang ramah, ketersediaan produk,
kualitas produk, dan lain sebagainya. Dari situ akan mengetahui dan
belajar tentang masalah-masalah yang sering dialami oleh
konsumen.
 Amati Sekeliling Konsumen dan Kompetitor
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengamati lingkungan dan
keadaan di sekeliling konsumen maupun kompetitor bisnis. Dengan
mengamati bisnis yang hampir mirip atau serupa dengan bisnis,
maka dapat melihat kekurangan-kekurangan yang mungkin dapat
terjadi pada sektor bisnis tersebut. Sehingga, dapat dengan cepat
melakukan tindakan pencegahan maupun perbaikan pada bisnis.
 Menambah Kenalan dan Membuka Pemikiran
Menambah kenalan dan jaringan pertemanan adalah hal yang sangat
positif untuk berbisnis. Selain menambah relasi, partner kerja, juga
dapat menambah networking atau jaringan untuk berbisnis. Dalam
memulai perkenalan yang baru, usahakan untuk tidak mengatakan
hal-hal yang negatif seperti menyinggung perasaan lawan bicara,
berbicara sombong dan egois, mengatakan hal-hal yang
menyangkut SARA, dan lain sebagainya. Pembicaraan dalam
perkenalan baru hendaknya memiliki hal-hal yang positif seperti
kalimat-kalimat yang mendukung dan tidak merendahkan lawan
bicara.
 Bertanya Langsung Masalah yang Dihadapi oleh Pelanggan
Tidak ada salahnya bertanya kepada pelanggan lain tentang
pandangannya mengenai bisnis yang sedang dijalaninya. Dengan
memulai sebuah perkenalan dengan pelanggan yang lainnya dengan
cara menanyakan hal-hal yang ringan terlebih dahulu, seperti
sapaan, kalimat basa-basi, dan lain sebagainya. Kemudian juga
dapat meminta masukan atau pendapat mengenai bisnis yang sedang
jalankan, sehingga dapat mengetahui apa saja keluhan atau masalah
yang sering dialami oleh para konsumen.
II. KONSEP UTILITAS
Utilitas adalah tingkat kepuasan yang diperoleh seorang individu
dari konsumen suatu barang atau melakukan suatu aktivitas. Utilitas dan
kurva indeferen salin utilitas yang berhubungan, karena konsumen
memilih titik pada kurva indiferen yang lebih tinggi. Suatu barang yang
ada pada kurva indiferent yang lebih tinggi memiliki utilitas yang lebih
tinggi. Karena, konsumen memperoleh kepuasan yang sama dengan semua
titik pada kurva indiferen yang sama.
Utilitas marginal setiap barang adalah peningkatan utilitas yang
diperoleh konsumen dari unit tambahan barang tersebut. Kebanyakan
barang dianggap memperlihatkan utilitas marginal yang berkurang. Lebih
banyak barang yang telah dimiliki konsumen, utilitas marginal yang
disediakan unit tambahan barang tersebut semakin rendah. Tingkat
substitusi marginal antara dua barang tergantung pada utilitas
marginalnya. Contohnya, jika utilitas marginal barang X itu dua kali
utilitas marginal barang Y maka seseorang membutuhkan unit barang y
untuk mrngkompensasi hilangnya satu unit barang X, dan tingkat
substitusi marginal sama dengan dua. Secara umum, tingkat substitusi
marginal dan kemiringan kurva indeferen sama dengan utilitas marginal
satu barang dibagi dengan utilitas marginal barang lain.
Contohnya, seorang konsumen merasa lebih puas dengan membeli
4 buah gorengan dibanding dengan membeli 1 bungkus nasi goreng, hal
ini berarti gorengan memberikan utilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan nasi goreng.
Empat tipe utilitas adalah sebagai berikut:
1. Utilitas bentuk: nilai tambah suatu produk karena perubahan
bentuknya. Contohnya, mobil minivan, dengan bentuknya dapat
dipakai sebagai mobil penumpang ataupun truk pengangkut, kapas
lebih memiliki nilai guna apabila diolah menjadi benang.
2. Utilitas tempat: nilai tambah karena barang atau jasa tersedia pada
tempat yang diinginkan konsumen. Contohnya, restoran fast-food yang
menyediakan paket layanan antar, pasir pantai lebih berguna pada saat
pasir tersebut dipindahkan ke toko material dan kemudian dibeli oleh
konsumen sebagai bahan dasar bangunan.
3. Utilitas waktu: nilai tambah barang atau jasa karena lebih cepat atau
ada ketika dibutuhkan. Contohnya, mesin ATM, karena akan lebih
cepat dibanding mengbail uang di teller bank.
4. Utility kepemilikan: nilai tambah pada produk sehingga pembeli
berhak memakai atau mengkonsumsi. Contohnya, ruang atau kamar
kosong dapat lebih berguna jika disewakan kepada orang yang
membutuhkan.
Fungsi utilitas dapat ditunjukkan dengan sekumpulan kurva
indeferensi, yang masing-masing mempunyai indikator numerik. Utilitas
digunakan oleh ekonomi dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang
berperan sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu
atau masyarakat untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas
individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat sebagai variabel tetap dari
fungsi utilitas contohnya seperti peta kurva indiferen dan fungsi
kesejahteraan sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi,
fungsi ini bisa mewakilkan efisiensi Pareto, yang digambarkan oleh kotak
Edgeworth dan kurva kontrak. Efisiensi ini merupakan konsep utama
ekonomi kesejahteraan.
III. PENDEKATAN INDEFERENT/KURVA INDIFERENT
Kurva indiferent (indifference curve) adalah kurva yang
menghubungkan titik-titik kombinasi dari sejumlah barang tertentu yang
dikonsumsi dan memberikan tingkat kepuasan yang sama atau keadaan di
mana konsumen berada dalam keadaan indiferent dalam mengkonsumsi
berbagai jenis barang.

Gambar di atas menunjukkan bahwa gambar (a) adalah kurva


indiferen konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan Y, dan gambar
(b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau sering dinamakan peta
indiferen (indifference map).
Sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Y, sumbu horizontal
menunjukkan jumlah barang X, sedang I1, I2 dan I3 menunjukkan kurva
indiferen kesatu, kedua, dan ketiga. Penggunaan diagram dua dimensi ini
adalah untuk memudahkan analisis, sedangkan untuk lebih dari dua jenis
barang dapat digunakan pada metode lain, seperti metode matematis atau
ekonometrika. Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin
memperoleh kepuasan yang maksimum, yaitu untuk mencapai kurva
indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan yang tersedia. Jadi, dalam
satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sama.
Pada gambar (a) adalah konsumsi dititik A, B, C dan D adalah
terletak pada kurva indiferen yang sama, berarti kepuasan yang diperoleh
juga sama. Pergerakan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari
titik A ke titik C dan sebagainya atau perpindahan dari satu ke titik
lainnya, berarti konsumen ingin mendapatkan lebih banyak barang X
untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan konsumen tetap
sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C, perpindahan dari
C ke titik B dan sebagainya, berarti harus ada barang X yang dikorbankan
untuk mendapatkan tambahan barang Y.
Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat
penggantian barang X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian
subsitusi marginal (Marginal rate of subsitustion), yaitu berapa suatu
barang yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang lain.
Pada gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau
dinamakan indiference map, makin jauh dari titik origin berarti makin
tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva indiferen I3 > I2 >
I1, ini berarti kepuasan pada kurva I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan
kepuasan yang diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang
diterima konsumen pada kurva indiferen I1.

Sifat-Sifat Kurva Indiferen (Indifference Curve)

1. Susunan kurva indiferen disebut peta indiferen.


2. Kurva indiferen yang letaknya lebih tinggi menunjukkan kepuasan
yang lebih tinggi.
3. Kurva indiferen mempunyai arah (slope) yang negatif. Apabila
konsumen berkeinginan untuk menambah konsumsi barang X, maka
konsumsi barang Y harus dikurangi untuk mendapatkan kepuasan
yang sama.
4. Dua kurva indiferen tidak berpotongan. Kurva indiferen yang tinggi
akan menggambarkan kepuasan yang lebih tinggi. Kalau dua kurva
indiferen saling berpotongan misalnya di titik Z maka berarti
kombinasi barang X dan Y yang sama akan memberikan kepuasan
yang lebih tinggi.
5. Sesuai dengan sifat (3), kurva indiferen mencekung terhadap titik O.
6. Kemiringan (slope) kurva indiferensi menunjukkan Laju Substitusi
Marginal (Marginal Rate of Substitution = MRS).

Ciri-Ciri Kurva Indiferen (Indifference Curve), yaitu:


 Kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively
slope), atau tidak pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Hal
ini berarti bahwa bila konsumsi suatu jenis barang ditambah, maka
konsumsi barang lain harus dikurangi. Bentuk ektrim dari kurva
indiferen adalah sejajar sumbu vertikal dan sejajar sumbu
horizontal.
 Bentuk kurva indiferen cembung ke titik origin (titik O), hal ini
menunjukkan derajat penggantian barang yang semakin menurun.
Derajat penggantian ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah
barang yang harus dikurangi untuk menambah barang lain agar
kepuasan yang diterima tetap sama.
 Kurva indiferen tidak saling berpotongan, karena apabila saling
berpotongan maka tidak konsisten dengan difinisi yang telah
dijelaskan diatas.
Penjelasan bahwa kurva indiferen tidak saling berpotongan dapat
dijelaskan dengan bantuan kurva berikut ini:

Pada kurva indiferen yang sama akan memberikan kepuasan yang


sama. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan kurva indiferen I1
berpotongan dengan kurva indiferen I2 pada titik C. Kepuasan di titik A
sama dengan kepuasan dititik C, demikian juga kepuasan dititik B sama
dengan kepuasan dititik C, sedangkan kepuasan dititik A lebih besar dari
dititik C karena kurva indiferen I2 lebih besar dari I1. Keadaan ini tidak
mungkin terjadi karena pada titik yang sama (titik C) kepuasan yang
diterima konsumen berbeda.

Contoh Analisis Kurva Indiferen (Indifference Curve)

Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen


dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia
memilihnya. Sebagai contoh, Sinta diberi kombinasi barang tertentu,
misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, Sinta diberi
beberapa alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda,
misalnya 8 unit pakaian dan 10 unit buku.
Jika Sinta menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan
2 unit buku lebih rendah daripada pengurangan 2 unit pakaian, Sinta akan
memilih kombinasi barang yang pertama. Sinta menilai kedua kombinasi
barang tersebut tidak berbeda atau indifferen.
Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Sinta
memperoleh beberapa kombinasi barang yang Sinta anggap adalah
indiferen. Dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Sinta akan
memberikan utilitas yang sama. Setiap kombinasi barang tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.

Kombinasi Barang Pakaian Baju


A 20 4
B 10 8
C 8 12
D 5 16
E 4 20

IV. GARIS ANGGARAN DALAM PERILAKU KONSUMEN


Konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan
uangnya dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Misalnya, Andi
memiliki pendapatan tetap sebagai pelajar seperti kiriman uang dari
orangtuanya sebesar Rp500.000,00 dan uang tersebut akan Andi gunakan
untuk membeli pakaian dan buku pelajaran. Adapun harga pakaian adalah
Rp20.000,00 per unit dan harga buku adalah Rp25.000,00 per unit. Andi
akan menghabiskan uang yang ada untuk membeli pakaian dan buku. Andi
dapat membelanjakan uang tersebut untuk membeli berbagai alternatif
kombinasi pakaian dan buku. Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan
untuk membeli pakaian, Andi dapat membeli 25 potong pakaian. Adapun
jika digunakan untuk membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku.

Tabel Alternatif Kombinasi Pakaian dan Buku

Pakaian Buku
25 0
20 4
15 8
10 12
5 16
0 20

Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan kurva garis


anggaran yang berbentuk garis lurus. Kurva garis anggaran menunjukkan
bahwa seluruh kombinasi dari kedua barang yang mungkin terjadi,
sehingga seluruh pendapatan konsumen habis dibelanjakan. Dengan
demikian, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-
barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan atau pendapatan
tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya.
Jika dilihat perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang
dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan
perilaku konsumen tidak rasional.

a) Perilaku Konsumen Rasional


Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal
berikut:
 Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi
konsumen
 Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
 Mutu barang terjamin
 Harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
b) Perilaku Konsumen tidak Rasional
Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional
jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegu
naannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:
 Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun
elektronik
 Memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen
 Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
 Prestise atau gengsi.
DAFTAR PUSTAKA

http://ciputrauceo.net/blog/2015/6/11/perilaku-konsumen

https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2018/04/kurva-indiferen-dan-garis-
anggaran.html

http://xerma.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-utilitas.html

Anda mungkin juga menyukai