Perilaku konsumen adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan proses pembelian suatu
barang atau jasa. Mungkin Anda sedikit bingung, perilaku seperti apa yang dimaksud atau
dikategorikan ke dalam perilaku konsumen. Melalui ulasan artikel berikut ini, akan dibahas
secara menyeluruh mengenai perilaku konsumen. Mulai dari definisi, jenis, proses, hingga cara
mengetahui masalah-masalah konsumen yang sering dihadapi ketika melakukan pembelian. Pada
dasarnya cakupan mengenai perilaku konsumen ini sangat luas, mungkin Anda melakukan
perilaku konsumen, namun tidak menyadarinya. Hal-hal seperti itu seringkali terjadi ketika
melakukan proses pembelian.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Ketika memutuskan akan membeli suatu barang atau produk, tentu Anda sebagai
konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu barang yang akan Anda beli. Mulai dari harga,
kualitas, fungsi atau kegunaan barang tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan,
mempertimbangkan, dan mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk
ke dalam perilaku konsumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perilaku konsumen
sangat erat kaitannya dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa. Tentu sebagai konsumen,
Anda tidak ingin salah membeli suatu produk atau jasa, maka dari itu perilaku konsumen
diperlukan. Untuk penjelasan lebih mendetail, mari kita simak ulasan berikut ini.
Definisi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada
saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti melakukan pencarian, penelitian, dan
pengevaluasian produk. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian.
Yang termasuk ke dalam perilaku konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi
harga produk atau jasa tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi, maka konsumen
tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku
konsumen. Namun jika harga suatu barang atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal,
maka konsumen tersebut akan memberikaneffort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli
tersebut akan semakin lama melakukan perilaku konsumen, seperti melihat, menanyakan,
mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Berikut adalah beberapa definisi perilaku konsumen menurut para ahli :
A. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan produk dan jasa, termasuk didalamnya
adalah proses keputusan yang mengawali serta mengikuti tindakan pembelian tersebut.
Tindakan tersebut adalah terlibat secara langsung dalam proses memperoleh,
mengkonsumsi bahkan membuang atau tidak jadi menggunakan suatu produk atau jasa
tersebut.
B. Menurut The American Marketing Association
Perilaku konsumen adalah proses membagai interaksi dinamis dari pengaruh dan
kesadaran, perilaku dan lingkungan dimana seseorang melakukan pertukaran aspek
kehidupannya.
C. Menurut Mowen
Perilaku konsumen merupakan aktivitas ketika seseorang mendapatkan, mengkonsumsi
atau membuang barang atau jasa pada saat proses pembelian.
D. Menurut Schiffman dan Kanuk
Perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang pembeli dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi produk dan jasa,
maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.
Jenis Perilaku Konsumen
Jenis-jenis perilaku konsumen ini sendiri berbeda-beda dan bermacam-macam. Misalkan Anda
ingin membeli buah mangga, maka yang termasuk ke dalam perilaku konsumen sebelum
membeli adalah mencium bau mangga tersebut untuk memastikan apakah sudah matang,
kemudian meneliti dari bentuknya, apakah ada sisi yang busuk, menekan-nekan mangga tersebut
juga untuk memastikan tingkat kematangan mangga tersebut, dan lain sebaginya. Hal ini juga
dapat diterapkan pada pembelian produk jangka panjang, misalnya peralatan elektronik, gadget,
alat-alat furniture, dan lain sebagainya.
Untuk produk jasa, misalkan jasa tour wisata, pasti Anda akan mengecek terlebih dahulu dari
testimoni pembeli, track record perusahaan jasa travel itu sendiri, dan lain sebaginya. Pada
intinya, setiap konsumen yang akan membeli suatu produk atau menggunakan sebuah jasa, maka
konsumen tersebut pasti melakukan apa yang disebut sebagi perilaku konsumen.
Pada dasarnya, perilaku konsumen secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perilaku konsumen yang
bersifat rasional dan irrasional. Yang dimaksudkan dengan perilaku konsumen yang bersifat
rasional adalah tindakan perilaku konsumen dalam pembelian suatu barang dan jasa yang
mengedepankan aspek-aspek konsumen secara umum, yaitu seperti tingkat kebutuhan mendesak,
kebutuhan utama/primer, serta daya guna produk itu sendiri terhadap konsumen pembelinya.
Sedangkan perilaku konsumen yang bersifat irrasional adalah perilaku konsumen yang mudah
terbujuk oleh iming-iming diskon atau marketing dari suatu produk tanpa mengedepankan aspek
kebutuhan atau kepentingan. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa ciri-ciri yang menjadi dasar
perbedaan antara perilaku konsumen yang bersifat rasional dan perilaku konsumen yang bersifat
irrasional.
Berikut ini beberapa ciri-ciri dari Perilaku Konsumen yang bersifat Rasional:
1. Konsumen memilih barang berdasarkan kebutuhan
2. Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
3. Konsumen memilih barang yang mutunya terjamin
4. Konsumen memilih barang yang harganya sesuai dengan kemampuan konsumen
Beberapa ciri-ciri Perilaku Konsumen yang bersifat Irrasional:
1. Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak maupun elektronik
2. Konsumen memilih barang-barang bermerk atau branded yang sudah dikenal luas
3. Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan gengsi atau prestise
Proses pembentukan perilaku konsumen
Perilaku konsumen dilakukan berdasarkan suatu proses sebelum dan sesudah seorang konsumen
melakukan proses pembelian suatu barang maupun jasa. Dalam perilaku konsumen tersebut,
seorang pembeli akan melakukan penilaian yang kemudian pada akhirnya akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusannya atas pembelian barang atau jasa tersebut. Berikut beberapa
tahapan pengambilan keputusan seorang konsumen :
1. Pengenalan Masalah.
Biasanya seorang konsumen melakukan pembelian atas dasar kebutuhan atau untuk
menyelesaikan keperluan, masalah dan kepentingan yang dihadapi. Jika tidak ada
pengenalan masalah terlebih dahulu, maka konsumen juga tidak akan tahu produk mana
yang harus dibeli.
2. Pencarian Informasi.
Setelah mengetahui permasalahan yang dialami, maka pada saat itu seorang konsumen
akan aktif mencari tahu tentang bagaimana cara penyelesaian masalahnya tersebut.
Dalam mencari sumber atau informasi, seseorang dapat melakukannya dari diri sendiri
(internal) maupun dari orang lain (eksternal) seperti masukan, sharingpengalaman, dan
lain sebagainya.
3. Mengevaluasi Alternatif.
Setelah konsumen mendapatkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan, maka hal selanjutnya yang dilakukan oleh konsumen tersebut
adalah mengevaluasi segala alternatif keputusan maupun informasi yang diperoleh. Hal
itu lah yang menjadi landasan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
4. Keputusan Pembelian.
Proses selanjutnya setelah melakukan evaluasi pada alternatif-alternatif keputusan yang
ada adalah konsumen tersebut akan melalui proses yang disebut dengan keputusan
pembelian. Waktu yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan ini tidak sama,
yaitu tergantung dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembelian atau
pengambilan keputusan tersebut.
5. Evaluasi Pasca-Pembelian.
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah melakukan proses
dan keputusan pembelian adalah mengevaluasi pembeliannya tersebut. Evaluasi yang
dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang tersebut
sudah sesuai dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan lain
sebagainya. Hal ini akan menimbulkan sikap kepuasan dan ketidakpuasan barang oleh
konsumen, mengecewakan dan tidak mengecewakan. Hal tersebut akan berdampak pada
pengulangan pembelian barang atau tidak. Jika barang memuaskan dan tidak
mengecewakan, maka konsumen akan mengingat merk produk tersebut sehingga akan
terjadi pengulangan pembelian di masa mendatang. Namun jika barang tidak
memuasakan dan mengecewakan, maka konsumen juga akan mengingat merk barang
tersebut dengan tujuan agar tidak mengulang kembali membeli barang tersebut di masa
yang akan datang.
Cara Mengenali Perilaku Konsumen
Dalam disiplin ilmu ekonomi terdapat 3 pendekatan untuk mengenali perilaku konsumen,
pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Interpretif.
Pendekatan ini adalah pendekatan yang membahas secara mendalam hal-hal mendasar
mengenai perilaku konsumen. Dalam pendekatan ini menggunakan teknik observasi
langsung yaitu menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam dan
menyeluruh. Selain wawancara, pendekatan ini juga mengutamakan focus group
discussion.Semua hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai
makna suatu produk atau jasa bagi konsumen, serta perasaan yang dialami konsumen
ketika membeli kemudian menggunakan produk maupun jasa tersebut.
2. Pendekatan Tradisional yang didasari pada teori dan metode dari Ilmu Psikologi
Kognitif, Sosial dan Behavioral serta Ilmu Sosiologi.
3. Pendekatan ini menggunakan studi lapangan berupa eksperimen yang didukung dengan
survey dengan tujuan untuk menguji hipotesa penelitian yang berkaitan dengan teori.
Kemudian dicari sebuah pemahaman mengenai proses seorang konsumen menganalisa
beberapa informasi, membuat keputusan, dan pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku konsumen tersebut. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk
mengembangkan teori dan metode yang relatif. Yang mana akan digunakan untuk
menjelaskan perilaku konsumen serta pembuatan keputusan konsumen.
Tips Termudah Mengenali Perilaku Konsumen
1. Jadilah Pelanggan
Anda harus melihat sisi dari seorang pelanggan, tidak selalu menjadi sisi seorang penjual.
Misalkan Anda pergi ke pusat perbelanjaan, tentu secara otomatis Anda harus menempatkan diri
sebagai konsumen. Nah, hal apa saja yang Anda temui di pusat perbelanjaan tersebut yang Anda
anggap merupakan suatu kekurangan. Misalnya tentang pelayanan pegawai yang kurang tanggap
atau kurang ramah, ketersediaan produk, kualitas produk, dan lain sebagainya. Dari situ Anda
akan dapat mengetahui dan belajar tentang masalah-masalah yang sering dialami oleh konsumen.
2. Amati Sekeliling Konsumen dan Kompetitor
Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah mengamati lingkungan dan keadaan di sekeliling
konsumen maupun kompetitor bisnis Anda. Dengan mengamati bisnis yang hampir mirip atau
serupa dengan bisnis Anda, maka Anda dapat melihat kekurangan-kekurangan yang mungkin
dapat terjadi pada sektor bisnis tersebut. Sehingga Anda dapat dengan cepat melakukan tindakan
pencegahan maupun perbaikan pada bisnis Anda.
Menambah kenalan dan jaringan pertemanan adalah hal yang sangat positif bagi Anda dan bisnis
Anda. Selain menambah relasi, partner kerja, juga dapat menambah networkingatau jaringan bagi
bisnis Anda. Dalam memulai perkenalan yang baru, usahakan untuk tidak mengatakan hal-hal
yang negatif seperti menyinggung perasaan lawan bicara, berbicara sombong dan egois,
mengatakan hal-hal yang menyangkut SARA, dan lain sebagainya. Pembicaraan dalam
perkenalan baru hendaknya memiliki hal-hal yang positif seperti kalimat-kalimat yang
mendukung dan tidak merendahkan lawan bicara.
Tidak ada salahnya bertanya kepada pelanggan lain tentang pandangannya mengenai bisnis
Anda. Anda dapat memulai sebuah perkenalan dengan pelanggan yang lainnya dengan cara
menanyakan hal-hal yang ringan terlebih dahulu, seperti sapaan, kalimat basa-basi, dan lain
sebagainya. Kemudian Anda juga dapat meminta masukan atau pendapat mengenai bisnis yang
Anda jalankan, sehingga Anda dapat mengetahui apa saja keluhan atau masalah yang sering
dialami oleh para konsumen.
Pertemuan 2
MOTIVSI YANG MEMPEMGARUHI KONSUMEN
Pengertian Motivasi
Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentangan) dalam diri sesoerang yang membangkitkan topangan dan
tindakan. Motivasi meliputi factor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga
dari pengamatan tingkah laku manusia.
Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang
menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna
mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu
perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi
adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan
kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan
konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai
peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan
tujuan yang ingin dicapai kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada
suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.
Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha
motivasi para konsumen.
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat
biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman.
Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan
menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah
kebutuhan cukup mampu mendorong seseorang bertindak dan mengambil keputusan.
Macam – macam motivasi :
Motivasi Positif , menyangkut kebutuhan (needs), keinginan (wants) atau hasrat
Contoh : diskon, hadiah, pelayanan optimum
Motivasi Negatif , misalnya : ketakutan (fears), dan keengganan (aversion)
Contoh : Standar pembelian dalam jangka/batas waktu tertentu
Keduanya mempunyai fungsi yang sama dalam mendorong dan mempertahankan prilaku
manusia.
Pertemuan 3
Dari definisi tersebut diatas, kita mengetahui bahwa seseorang termotivasi untuk
membeli adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya, sedangkan
apa yang dipersepsikan seseorang dapat cukup berbeda dari kenyataan yang objektif. Individu-
individu mungkin memandang pada satu benda yang sama tetapi mempersepsikan atau
mendeskripsikannya secara berbeda.
Salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis
persepsinya terhadap produk. Dengan persepsi konsumen, perusahaan dapat mengetahui hal-hal
apa saja yang menjadi kekuatan atau kelemahan, kesempatan ataupun ancaman bagi produk
yang dipasarkan. Hal ini karena persepsi konsumen merupakan salah satu faktor internal
konsumen yang mempengaruhinya mengambil keputusan (Foedjiawati, Hatane Semuel. 2007:
6). Persepsi timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar yang akan mempengaruhi
seseorang melalui kelima alat inderanya. Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir, dan
diinterprestasikan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing. Ada dua faktor utama dalam
persepsi, yaitu:
1. Faktor Stimulus, merupakan sifat fisik suatu obyek seperti ukuran, warna, berat, rasa,
dsb.
2. Faktor Individual, merupakan sifat-sifat individu yang tidak hanya meliputi proses
sensorik, tetapi juga pengalaman di waktu lampau pada hal yang sama.
Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian,
serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima (Pareek, 1983; Milton, 1981 dalam Desy
Arisandy. 2004 : 4). Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian
arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang
yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut
(Desy Arisandy. 2004 : 7):
1. Penerimaan rangsang - Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai
sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan
sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau
lebih menarik baginya.
2. Proses menyeleksi rangsang
3. Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian.
Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.
4. Proses pengorganisasian
5. Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk
6. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data
itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah
terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokonya memberikan arti kepada berbagai informasi yang
diterima.
1. Proses pengecekan - Setelah data ditafsir si penerima mengambil beberapa tindakan
untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakuakn
dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau
sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
2. Proses reaksi - Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan
itu biasanya tersembunyi atau terbuka.
Dalam kenyataannya, terhadap objek sama, individu dimungkinkan memiliki persepsi yang
berbeda. Oleh karena itu, Milton (dalam Kertawan, 2002: 110) mengemukakan adanya beberapa
faktor yang berpengaruh dalam persepsi. Faktor tersebut meliputi objek yang dipersepsi, situasi,
individu yang mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap oranbg lain.
Selanjutnya, Pareek (dalam Kertawan, 2002: 112) mengemukakan ada empat faktor utama yang
menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.
1. Perhatian - Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua
stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian
kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.
2. Kebutuhan - Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan
menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3. Kesediaan - Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik
apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4. Sistem nilai - Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang
Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2005: 445).
Menurut Miftah (1996: 130) faktor-faktor pembentuk persepsi ada dua yaitu: faktor dari
dalam diri dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri terdiri dari:
1. Proses belajar merupakan proses perolehan pengetahuan melalui pengalaman.
2. Motivasi merupakan fungsi dari berbagai macam variabel yang salingmempengaruhi dan
merupakan proses psikologis yang menunjukkan usaha-usaha tingkat tinggi untuk
mencapai suatu tujuan.
3. Kepribadian seseorang merupakan pola total cara berpikir perasaan dan perilaku yang
memberikan keabsahan mengenai perbedaan individu dalam kaitannya dengan
lingkungannya.
Pertemuan 5
KONSEP PEMBELAJARAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Proses Pembelajaran Konsumen
Pembelajaran konsumen merupakan proses dimana para individu memperoleh
pengetahuan dan pengalaman pembelian dan konsumsi yang mereka terapkan pada perilaku yang
berhubungan di waktu yang akan datang. Walaupun beberapa pembelajaran disengaja,
kebanyakan pembelajaran di peroleh secara kebetulan. Unsur-unsur pokok yang meyumbang
pada pemahaman terhadap pembelajaran adalah motivasi, petunjuk, tanggapan, penguatan.
MOTIVASI
Motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. Motivasi berlaku sebagai pemacu
pembelajaran. Contoh, “Sabun Lifeboy”. Seorang ibu yang sangat memperhatikan kesehatan
untuk keluarganya, akan terdorong/ termotivasi untuk mempelajari dan mencari informasi
mengenai pencegahan berbagi penyakit dan sabun apa yang cocok untuk keluarganya. Dan para
ibu cenderung akan memilih sabun yang mempunyai kandungan anti bakteri dan virus seperti
Lifeboy. Sebaliknya, seorang ibu yang tidak terlalu memperhatikan hal ini, tentu tidak akan
tertarik dan mungkin akan mengabaikan informasi yang berkaitan mengenai hal ini. Tingkat
keterkaitan, atau keterlibatan, menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari
pengetahuan atau informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menentukan motif konsumen
merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang kemudian berusaha mengajar konsumen
yang termotivasi mengapa dan bagaimana produk mereka dapat memenuhi kebutuhan para
konsumen.
ISYARAT
Isyarat (cues) merupakan stimuli yang memberikan arah berbagai motif ini. Di pasaran,
semua hal seperti harga, gaya, kemasan, iklan, dan penataan toko menjadi isyarat untuk
membantu para konsumen memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang spesifik menurut
produk. Contoh: “Toko perlengkapan bayi”. Penataan ruangan dan penataan item-item tersusun
rapih dan warna cat toko tersebut berwana cerah misal, warna pink dan biru muda yang di sertai
dengan gambar-gambar kartun yang lucu. Harga dari produk itu pun terjangkau sehingga calon
konsumen tertarik untuk membeli produk ditoko tersebut.
RESPON
Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat-bagaimana mereka
berperilaku akan membentuk respon mereka. Pembelajaran dapat terjadi bahkan ketika
tanggapan tidak jelas. Isyarat memberikan beberapa petunjuk, tetapi banyak terdapat isyarat yang
bersaing menarik perhatian konsumen. Contoh: iklan produk “Happy Call” di TV, menawarkan
produk untuk calon konsumen dan diharapkan calon konsumen tertarik, merespon produk
tersebut dan menghubungi kontak yang telah di sediakan.
PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa respon khusus akan
terjadi di masa yang mendatang karena adanya berbagai isyarat atau stimuli khusus. Misalnya,
“Restaurant”. Saat kita makan disana ternyata makanannya sangat enak dan pelayanan dari
restaurant itu sangat memuaskan. Dari situ akan terbentuk pembelajaran melalui penguatan yang
positif. Sebaliknya apabila kita makan di restaurant yang makanan nya kurang enak dan pelayan
disana tidak ramah, maka kita tidak akan mengunjungi restaurant itu kembali, karena tidak
adanya penguatan walaupun, restaurant itu memiliki penataan ruangan yang bagus.
PEMBELAJARAN ASOSIASI KOGNITIF
Pembelajaran asosiasi kognitif yaitu bukan perolehan dari refleks baru, tetapi merupakan
perolehan dari pengetahuan baru. Pengkondisian merupakan pembelajaran yang diakibatkan oleh
keterbukaan terhadap berbagai hubungan di antara berbagai peristiwa didalam lingkungan;
keterbukaan tersebut menimbulkan berbagai harapan mengenai struktur lingkungan tersebut.
Berbagai studi menemukan bahwa pengkondisian mendorong perhatian pada merk yang
diiklankan dalam promosi berikutnya. Misalnya, perusahaan yang menggunakan stimuli pada
produk itu sendiri untuk menggerakan perilaku penggantian. Contoh, “Obat nyamuk Hits
elektrik” memasang “sistem peringatan dini” yang menunjukan (jika warna biru pada obat
nyamuk telah berubah menjadi putih) tiba saatnya obat nyamuk tersebut untuk diganti.
Aplikasi Strategis Pengkondisian Klasik
Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik adalah: pengulangan,
generalisasi stimulus, dan diskriminasi stimulus. Setiap konsep ini penting bagi aplikasi perilaku
konsumen yang strategis.
Pengulangan
Pengulangan dapat meningkatkan kekuatan asosiasi antara stimulus yang dikondisikan
dan memperlambat proses melupakannya. Tetapi, riset mengemukakan bahwa ada batas
pegulangan yang akan membantu ingatan. Walaupun pembelajaran yang berlebihan, (yaitu,
pengulangan yang melebihi yang diperlukan untuk belajar) membantu ingatan, pada satu titik
orang akan merasa jemu dengan banyaknya paparan, dan perhatian maupun ingatan akan
menurun. Akibat ini, yang dikenal dengan kebosanan terhadap iklan, dapat dikurangi dengan
mengubah pesan iklan. Beberapa pemasar menghindari kebosanan dengan menghindari
kebosanan dengan memakai strategi variasi kosmetik dan variasi substansif. Variasi kosmetik
(dengan menggunakan latar belakang yang berbeda, tipe cetak yang berbeda, juru bicara iklan
yang berrbeda) sambil mengulang tema iklan yang sama. Contoh, “iklan IM3”. Sebelumnya juru
bicara iklan ini adalah ”saykoji” dengan pesan iklan “online terus pake IM3”. Sekarang juru
bicara iklan ini adalah “J-Rocks” dengan pesan iklan “Meraih mimpi” dengan IM3. Variasi
substansif adalah berbagai perubahan isi iklan yang meliputi berbagai versi iklan, dengan tidak
ada perubahan ciri-ciri produknya. Contoh, “Mie sedap” yang mengeluarkan tiga varian iklan
untuk mengiklankan produknya yaitu versi “Nusantara atau Indonesia”, versi “Band Padi” dan
versi “Anak”. Jelas disini pesan iklan, juru bicara iklan berbeda namun tema iklan tetap sama.
Generalisasi Stimulus
Menurut pakar teori pengkondisian klasik, pembelajaran tidak hanya tergantung pada
pengulangan, tetapi juga pada kemampuan para individu untuk menggenaralisasikannya. Jika
kita tidak sanggup melakukan generalisasi stimulus-yaitu, melakukan reaksi yang sama terhadap
stimuli yang agak berbeda-tidak banyak pembelajaran yang akan terjadi. Generalisasi stimulus
menjelaskan alasan berbagai produk tiruan (me too) sukses di pasaran. Para konsumen
mengacaukan produk-produk tersebut dengan produk asli yang telah mereka lihat diiklankan.
Hal ini juga menjelaskan mengapa sebuah pabrik/perusahaaan yang mempunyai merk sendiri
berusaha membuat kemasan mereka serupa betul dengan merk yang memimpin secara nasional.
Mereka mengharapkan agar para konsumen mengacaukan kemasan mereka dengan merk yang
utama dan membeli merk mereka daripada merk yang utama.
Perluasan Lini, bentuk, dan Golongan Produk.
Prinsip generalisasi stimulus diterapkan oleh para pemasar pada perluasan lini, bentuk,
dan golongan produk. Dalam memperluas lini produknya, pemasar menambahkan berbagai
produk yang berkaitan ke merk yang sudah mapan, karena mengetahui produk baru lebih
berkemungkinan untuk di terima jika dihubungkan dengan merk yang sudah dikenal dan
dipercayai. Sebaliknya, akan jauh lebih sulit mengembangkan merk yang sama sekali baru. Para
pemasar tidak hanya menawarkan perluasan lini produk yang mencakup ukuran yang berbeda,
warna yang berbeda, bahkan rasa yang berbeda (contoh: indomie yang dulu hanya mempunyai
rasa ayam bawang, kini mengeluarkan berbagai rasa seperti, rasa soto, kari ayam, soto pedas)
mereka juga menawarkan perluasan bentuk produk (contoh: Susu Bendera. Dulu produk ini
hanya susu bubuk saja. Namun sekarang, menjadi susu cair, susu kemasan, dan susu kental
manis) dan perluasan golongan produk (contoh: ). Suksesnya strategi ini tergantung pada
sejumlah faktor. Sebagai contoh, jika citra merk induk merupakan merk yang berkualitas tinggi,
para konsumen lebih berkemungkinan memberikan asosiasi yang positif kepada perluasan
golongan yang baru. Para konsumen cenderung menghubungkan perluasan merk tertentu dengan
berbagai produk lain yang tergabung dalam merk itu. Para peneliti melaporkan bahwa jumlah
produk yang berbeda dan berafiliasi pada sebuah merk benar-benar memperkuat merk, sepanjang
perusahaan dapat mempertahankan citra kualitas pada semua perluasan merk. Kegagalan
melakukan hal tersebut, dalam jangka panjang, secara negatif dapat mempengaruhi kepercayaan
dan penilaian konsumen terhadap semua yang ditawarkan merk
PENGOLAHAN INFORMASI
Pengolahan informasi Berkaitan dengan kemampuan kognitif konsumen maupun
kompleksitas informasi yang akan diolah. Para konsumen mengolah informasi tentang produk
berdasarkan sifat-sifat,merk, perbandingan antara merk, atau kombinasi dari faktor-faktor ini.
Walaupun sifat-sifat yang terkandung dalam pesan dari merk dan banyaknya pilihan yang
tersedia mempengaruhi intensitas atau tingkat pengolahan indormasi , para konsumen yang
mempunyai kemampuan kognitif lebih tinggi jelas akan memperoleh informasi yang lebh banyak
dan mampu memadukan informasi mengenai beberapa sifat produk dari pada konsumen yang
lebih rendah kemampuannya. Semakin banyak pengalaman konsumen mengenai golongan
produk tertentu, semakin besar kemampuannya memanfaatkan informasi produk. Keakraban
yang lebih besar dengan produk itu juga meningkatkan kemampuan dan pembelajaran kognitif
pada waktu pengambilan keputusan pembelian baru,terutama yang berhubungan dengan
informasi teknis. Ketika orang menggunakan usaha kognitif yang lebih besar dalam mengolah
informasi mengenai suatu pilihan, mereka mengalamio dampak negatif yang ditimbulkan oleh
pengolahan terhadap pilihan itu; karena mereka lebih cenderung memilih suatu produk yang
hanya memerlukan usaha penilaian yang lebih ringan. Tetapi dampak negatif itu tidak akan
mempengaruhi produk jika ada pilihan yang jelas lebih unggul.
PERTEMUAN 6
DEFINISI SIKAP DALAM PERILAKU KONSUMEN
Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari, ini berarti bahwa sikap yang berkaitan dengan
perilaku membeli terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi
secara lisan yang diperoleh dari orang lain atau terpapar oleh iklan di media masa, internet dan
berbagai bentuk pemasaran langsung. Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro
wijoyo(2005), Sikap adalah Mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu
obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.
Selain 3 hal diatas pemasar juga dapat mengubah Sikap setelah pembelian dengan
mempelajariDissonance Theory, Atributtion theory dan Passive learning. Selain itu ada 4 tipe
menurut Assael (1992) di dalam menguatkan dan mengubah sikap yaitu
1. Menguatkan sikap positif diantara pengguna dan merek yang telah ada, perusahaan dapat
menggunakan iklan untuk menjaga sikap positif pengguna terhadap merek yang di jual.
2. Menaraik pengguna baru dengan menggunakan merek yang sudah ada dengan menekankan
manfaat positive dari merek tersebut.
3. Memposisikan produk baru kepada pengguna yang telah ada.
Memposisikan produk baru kepada pengguna baru dan pasar yang baru muncul.
Pertemuan 7
DEFINISI KOMUNIKASI DALAM PERILAKU KONSUMEN
Komunikasi memiliki peran yang penting sebagai alat untuk tawar-menawar antara
penjual dan pembeli. Komunikasi dalam proses ini disebut dengan komunikasi pemasaran,
dimana seorang penjual berpotensi untuk menginformasikan mengenai kualitas produk dengan
konsumen.
Konsumen merupakan orang yang mengonsumsi suatu produk untuk kebutuhan dirinya
sendiri, keluarga, maupun orang lain. Pembahasan kali ini berhubungan dengan perilaku
konsumen. Menurut Kotler dan Keller, perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan menempatkan barang, jasa, ide
atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Adapun aspek komunikasi dalam perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
Hal yang pertama kali dilakukan oleh seorang konsumen adalah mencari terlebih dahulu produk
yang ingin dibeli. Produk yang dicari biasanya produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen,
namun ada juga produk yang dibeli hanya sekedar suka tanpa ada manfaatnya untuk kebutuhan
hidup.
2. Menggunakan produk secara berlebihan
Produk yang sering dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen biasanya produk-produk berkualitas.
Orang-orang lebih banyak mempercayai produk luar negeri dibandingkan dengan produk
negaranya sendiri atau produk lokal. Produk luar dinilai teruji kualitasnya, sehingga orang-orang
gengsi untuk mengonsumsi produk yang ditawarkan di pasaran lokal. Padahal harga produk lokal
lebih murah dibandingkan dengan produk luar negeri.
3. Menilai kualitas produk
Seorang konsumen ketika ingin membeli produk biasanya yang utama diperhatikan adalah
kualitas produk. Kualitas produk yang baik tidak akan mengecewakan konsumen. Jika harga
suatu produk lebih mahal dan memiliki kualitas produk yang bagus maka seorang konsumen
biasanya lebih memilih produk tersebut. Produk yang berkualitas tinggi cenderung memiliki
harga yang mahal dan merk yang terkenal di pasaran.
4. Menyukai produk yang bernilai religius dan mistis
Aspek komunikasi dalam perilaku konsumen ini sering terjadi belakangan ini. Adanya
masyarakat yang fanatik dengan agama membuat seseorang lebih sensitif ketika melihat produk-
produk yang berhubungan dengan agamanya. Perilaku konsumen ini cenderung lebih banyak
mendengarkan nasihat para pemuka agama jika ingin membeli suatu produk. Selain itu,
konsumen juga menyukai produk yang antik dan berbau mistis.
5. Mengikuti trend
Konsumen yang banyak membeli sebuah produk tanpa memiliki tujuan yang jelas ini disebut
dengan konsumen yang mengikuti trend. Seorang konsumen yang tidak ingin dunianya tertinggal
oleh trend dunia. Misalnya, dalam dunia fashion, membeli produk gadget terbaru, dan
mengonsumsi produk-produk lainnya.
6. Suka pamer
Di zaman teknologi yang canggih ini, kebanyakan konsumen memilih untuk memamerkan
produk yang dibelikan sebelum habis dikonsumsi. Konsumen sering menggunakan media sosial
untuk mem-posting produk yang dibelinya agar dilihat oleh seluruh pengguna media sosial.
Misalnya, membeli makanan yang unik dan terlihat mewah. Sebelum dimakan biasanya difoto
terlebih dahulu untuk memamerkan produk tersebut kepada pengguna media sosial lainnya.
7. Senang bersosialisasi
Kebanyakan konsumen suka berkumpul untuk bersosialisasi. Bersosialisasi tidak hanya
dilakukan melalui tatap muka saja, tetapi sosialisasi juga dapat dilakukan melalui media sosial.
Oleh karena itu, penawaran produk saat ini tidak hanya dilakukan di pusat perbelanjaan saja.
Zaman yang Mengikuti teknologi canggih ini menciptakan pemasaran produk di dunia vitual
dengan adanya berbagai macam e-commerce. Dengan demikian, konsumen dapat dengan mudah
dan cepat membeli produk yang diinginkannya.
8. Kurang peduli lingkungan
Perilaku konsumen seperti kurang peduli terhadap lingkungan ini sering terjadi di masyarakat.
Walaupun banyak orang yang telah mengkampanyekan agar seorang konsumen peduli terhadap
lingkungan, tetapi para konsumen nampaknya masih banyak yang belum menyadari bahwa
lingkungan tidak hanya digunakan oleh manusia saja. Misalnya, konsumen yang menggunakan
kantong plastik tidak dapat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan yang baik tanpa kantong
plastik.
9. Tidak terencana
Perilaku ini sering kali dialami oleh beberapa konsumen. Ketika seorang konsumen telah
memasuki pusat perbelanjaan biasanya hal dilakukan adalah berjalan menyusuri produk-produk
yang ditawarkan oleh pusat perbelanjaan tersebut. Sebelumnya seorang konsumen memiliki niat
untuk membeli suatu produk yang dicarinya, tetapi ketika melihat produk yang dirasa bagus
maka ia pun membeli produk tersebut. Ini menunjukkan bahwa perilaku konsumen tidak
terencana.
10. Mudah mengambil keputusan
Perilaku konsumen terakhir adalah mudah mengambil keputusan. Konsumen sering mengambil
keputusan dengan sangat cepat tanpa memikirkan kebutuhan apa saja yang lebih utama untuk
didahului. Seorang konsumen tidak dapat berpikir dalam jangka panjang mengenai produk yang
akan dibelinya.
Setiap orang jarang yang memikirkan kesehatan karena para konsumen lebih
mengutamakan sebuah produk trend atau fashion dibandingkan dengan produk-produk medis
yang sifatnya mencegah sakit.
Pertemuan 9
KELOMPOK RUJUKAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Pengertian Kelompok Rujukan
Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran perorangan ataupun bersama. Kadang-kadang kelompok dikelompokkan
berdasarkan status keanggotaannya. Sebuah kelompok dimana seseorang menjadi anggota atau
memenuhi syarat keanggotaan disebut keanggotaan kelompok. Kelompok yang lain disebut
sebagai kelompok simbolik dengan mengadopsi sikap dan perilaku kelompok yang lainnya.
Kelompok rujukan adalah setiap orang/kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan
(atas rujukan) bagi seseorang dalam membentuk nilai – nilai dan sikap umum/khusus, atau
pedoman khusus bagi perilaku. Konsep ini juga memberikan pandangan mengenai metode yang
kadang – kadang digunakan para pemasar untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan pada
perilaku konsumen. Tingkat pengaruh yang digunakan kelompok rujukan pada perilaku
konsumen perorangan biasanya tergantung pada sifat individu dan produk serta faktor – faktor
sosial tertentu.
Untuk dapat mempunyai pengaruh tersebut, kelompok rujukan harus melakukan hal – hal
berikut :
1. Memberitahukan agar orang menyadari adanya suatu produk/merk yang khusus.
2. Memberikan kesempatan pada individu untuk membandingkan pemikirannya sendiri
dengan sikap dan perilaku kelompok.
3. Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma –
norma kelompok.
4. Membenarkan keputusan untuk memakai produk – produk yang sama dengan kelompok.
Pemasar mempunyai sasaran yang berbeda mengenai kesesuaian konsumen. Terutama yang
bertanggung jawab untuk suatu merk baru atau merk yang tidak merupakan pemimpin pasar,
mungkin ingin memilih strategi yang meminta para konsumen untuk menyampingkan dan mau
tampil berbeda dan tidak hanya mengikuti orang banyak ketika mengambil keputusan untuk
membeli.
Pengertian Keluarga
Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih
yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya
tinggal bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah
keluarga terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan
emosional, berorientasi pada hubungan antar pribadi dan bukan pada suatu tujuan tertentu
seperti halnya organisasi.
1. Formasi terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran Formasi terbentuk oleh tugas atau pekerjaan
3. Lebih berorientasi pada hubungan interpersonal Lebih berorientasi pada tujuan yang akan
dicapai
5. Lebih mencari nilai-nilai yang hakiki Mencari nilai-nilai diluar yang hakiki
6. Lebih berorientasi pada grup (cooperative) Lebih berorientasi pada individu (competitive)
(Sumber: Park,Tansuhaj dan Kalbe, 1991). Keluarga terbagi dua yaitu keluarga inti dan keluarga
besar. Keluarga inti adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sementara
keluarga besar meliputi keluarga inti ditambah keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi,
sepupu dan kerabat karena perkawinan (Setiadi, 2003:272).
Fungsi Keluarga
Sebagian besar anak-anak mendapatkan kebutuhan kasih sayang, perhatian dan kedekatan
didalam keluarga. Keluarga merupakan suatu unit dimana anak dapat menemukan kedekatan
pengasuhan dan perasaan menyayangi dan disayangi oleh seseorang. Didalam format keluarga
merupakan hal yang masuk akal untuk mengasumsikan faktor kasih sayang (cinta, perhatian, dan
kedekatan) sangat penting dalam proses keputusan pembelian produk dalam keluarga (Park,
Tansuhaj dan Kalbe, 1991:652). Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat bagi semua
anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi utama untuk mengembangkan kualitas sumber daya
manusia bagi semua anggotanya terutama anak-anak, termasuk didalamnya adalah fungsi untuk
menjadikan anak sebagai konsumen.
Ada tiga fungsi keluarga yang erat kaitannya dengan perilaku konsumen diantaranya :
1. Kesejahteraan keluarga
Kesejahteraan keluarga adalah salah satu fungsi keluarga dengan memberikan tanggungan
ekonomi di dalam sebuah keluarga. Dewasa ini, bahkan seorang perempuan bekerja di luar
rumah sudah dianggap sebagai hal yang biasa untuk membantu suami meningkatkan taraf
ekonominya.
2. Dukungan emosional
Pemberian makanan emosianal (Cinta dan kasih sayang) merupakan fungsi keluarga yang
penting, dalam memenuhi fungsi ini, keluarga memberikan dukungan dan dorongan dalam
mengatasi pengambilan keputusan dalam berbagai persoalan pribadi dan sosial.
3. Gaya hidup keluarga yang cocok
Fungsi keluarga yang penting lainnya dari segi perilaku konsumen adalah pembentukan gaya
hidup yang cocok bagi keluarga.Pendidikan, pengalaman dan berbagai tujuan pribadi. Komitmen
terhadap gaya hidup keluarga, termasuk alokasi waktu sangat mempengaruhi pola konsumsi.
Schiffman dan Kanuk mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua
atau lebih pilihan alternative. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus
memiliki pilihan alternatif. Seorang konsumen yang ingin membeli sebuah sedan dihadapkan
kepada beberapa merek kendaraan seperti Toyota, Honda, Suzuki, atau Hyundai. Jika konsumen
tidak memiliki pilihan alternative maka keputusan tersebut disebut “Hobson’s Choice
(Sumarwan, 2004;289). Tahap-tahap yang dilewati seorang konsumen dalam mencapai
keputusan pembelian suatu barang ada lima yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 1997;171).
Sementara itu Schiffman dan Kanuk (2004;491) memberi tiga komponen utama untuk
menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan menjadi suatu keseluruhan yang
berarti mengenai kerumitan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen, yaitu:
2. Proses yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, penelitian sebelum pembelian dan penilaian
alternative.
3. Keluaran yang terdiri dari perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian.
Budaya mengaju pada nilai, gagasan, artefak dan symbol-simbol lain yang bermakna yang
membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota
masyarakat.
Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan, budaya bisa
berbentuk objek material, rumah, pakaian, kendaraan adalah contoh-contoh produk yang bisa
dianggap sebagai budaya suatu masyarakat. Undang-undang, makanan, minuman, musik,
teknologi dan bahasa adalah beberapa contoh lain dari budaya suatu masyarakat.
Dalam sudut pandang perilaku konsumen, relevansi studi tentang budaya ada dua tahap, yaitu :
Pertama, budaya suatu masyarakat selalu berkembang/berubah. Perubahan ini membawa dampak
pada perilaku anggota masyarakat tersebut dan akan membawa pengaruh pada perilaku mereka
sebagai konsumen.
Kedua, untuk produk-produk yang sudah menjangkau multinasional, masalah perbedaan budaya
pada setiap negara harus dipahami dengan seksama agar komunikasin dan pemasaran produk
dapat diadaptasi sesuai budaya setempat.
Apa yang dapat dipasarkan di negara-negara Eropa belum tentu dapat dipasarkan di negara-
negara Afrika, demikian pula sebaliknya.
Dalam suatu kelompok masyarakat, selain budaya, juga terdapat norma-norma yang lebih
spesifik dan unik yang dianut oleh kelompok-kelompok yang lebih kecil dalam masyarakat
tersebut tercermin adat istiadat dan kebiasaan khusus.
Unsur-unsur budaya
sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Kepercayaan bersama atau
norma kelompok yang telah diserap oleh individu.
Nilai-nilai umum (global values) adalah nilai-nilai abstrak yang dapat digeneralisasikan pada
berbagai konteks perilaku. Global values merupakan nilai-nilai paling dasar dan bersifat umum.
Nilai-nilai umum ini relatif sama (dimiliki) oleh setiap orang, misalnya nilai-nilai
seseorang terhadap hak-hak individu, lingkungan hidup yang baik, pada umumnya setiap
orang memiliki pandangan yang relatif sama tentang hal ini.
Nilai-nilai pada bidang tertentu (Domain specific values). Nilai-nilai pada bidang tertentu
mengarahkan kita pada perilaku tertentu dalam bidang/masalah tertentu. Untuk setiap bidang,
seseorang memiliki seperangkat nilai tertentu yang relevan untuk bidang itu, misalnya : perilaku
kita sebagai mahasiswa, perilaku keagamaan dsb.
Nilai pandang pada bidang tertentu ini akan mempengaruhi perilaku sebagai konsumen.
Misalnya yang beragama Islam akan menghindari produk makanan yang mengandung
babi.
Nilai-nilai secara kongkrit akan membentuk criteria evaluatif pada diri individu dalam
memilih produk yang akan dibelinya. Misalnya orang yang memiliki domain spesific
pada bidang ekonomi akan memperhatikan masalah efisiensi pada setiap produk yang
akan dibelinya.
Produk dan jasa memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk
mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya adalah nilai-nilai, norma-norma dan
kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik. Makna budaya akan dipindahkan ke produk
dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen.
Makna budaya dikomunikasikan kepada produk dan jasa melalui media iklan dan system
berpakaian. Produk, pusat belanja, merek, sering menggambarkan makna budaya atau makna
simbolik. Misalnya Toyota kijang adalah kendaraan untuk keluarga, Jaguar adalah kendaraan
mewah.
Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada
konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual),
pemakaian (grooming ritual) dan pembuangan (divesment ritual).
Contoh :
Pemilikan : makna budaya bisa berpindah kepada konsumen dengan cara memiliki suatu produk.
membeli rumah di Pondok Indah, telah menggambarkan bahwa pembeli rumah tersebut bisa
dianggap sebagai warga masyarakat yang mampu, kelas social atas.
Pertukaran : seseorang memberikan hadiah kepada teman adalah symbol persahabatan, atau
seorang pemuda memberikan bunga kepada seorang gadis dapat melambangkan symbol kasih
saying.
Pembuangan : seorang cowo akan membuang foto mantan pacarnya, menunjukkan kepada pacar
barunya bahwa ia telah melupakan pacar lamanya.
Sub-Budaya
Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang
lebih kecil. Inilah yang disebut dengan subbudaya. Sub-budaya bias tumbuh dari adanya
kelompok-kelompok di dalam suatu masyarakat. Pengelompokan masyarakat biasanya
berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Suatu budaya akan
terdiri dari beberapa kelompok kecil lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku
antarkelompok kecil tersebut Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan karakteristik social,
ekonomi dan demografi. Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Di
dalam varibel demografi tersebut, kita bias mendapatkan sub-budaya yang berbeda, yaitu suku
sunda, batak, padang, dsb.
Cabang budaya suatu masyarakat bisa ditunjukkan oleh kelas social yang ada dalam masyarakat.
Kelas social menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang secara umum mempunyai
perbedaan dalam hal pendapatan, gaya hidup dan kecenderungan konsumsi.
Keluarga
Pekerjaan, pekerjaan sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting
untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.
Pemilikan, adalah symbol keanggotaan kelas, tidak hanya jumlah pemilikan, tetapi sifat
pilihan yang dibuat. Keputusan pemilikan yang mencerminkan kelas social suatu
keluarga adalah pilihan dimana untuk tinggal. Pemilikan lainnya yang berfungsi sebagai
indicator status social mencakup keanggotaan dalam club, gaya perabot, jenis liburan,
busana.
Orintasi Nilai. Nilai- kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang harus berperilaku-
menunjukkan kelas social dimana seseorang termasuk di dalamnya.
Inovasi
Inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai sesuatu
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa suatu hasil invensi atau
diskoveri, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu (Ibrahim, 1988;40). Menurut Rogers
(1983), ada lima karakteristik inovasi berikut yang mempengaruhi tingkat kecepatan penerimaan
inovasi :
a. Keuntungan (advantage) : tingkat kemanfaatan/keuntungan bagi penerima inovasi.
b. Kompabilitas : tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman, dan kebutuhan penerima.
c. Kompleksitas : tingkat kesukaran dalam memahami dan menggunakan inovasi.
d. Keterujian (trialability) : dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi.
e. Keteramatan (observability) : mudah/tidaknya hasil inovasi diamati.
Tingkat Adopsi
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi
atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset
membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk
mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh kayakinan terhadap
kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut
biasanya betanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang
merasai mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mengadopsi inovasi tersebut.