Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Nur Sabrina Ramadhani

NIM : 2115302019
MATKUL : Bahasa Indonesia

RESUME MELAKUKAN PRAKTIK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

KESALAHAN EJAAN

Kajian penggunaan bahasa Indonesia di media massa sekolah pernah dilakukan oleh
Balai Bahasa Kalimantan Selatan pada tahun 2018. Kajian ini dilakukan di beberapa sekolah
di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, yaitu di SMK Darussalam Martapura, SMA
Muhammadiyah Martapura, SMAN 1 Martapura, dan MAN 4 Banjar. Data diperoleh dari
brosur dan laman sekolah. Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di media massa
mencakup beberapa hal, yaitu ejaan, bentuk dan pilihan kata, serta struktur kalimat. Ejaan
berkaitan dengan tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk
penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca (Sriyanto, 2016: 6). Ejaan
mengatur penggunaan kaidah dalam bahasa tulis. Aturan ini harus dipatuhi oleh pemakai
bahasa demi keteraturan bahasa tulis. Jika tidak mengikuti ejaan yang berlaku, kejelasan
makna dapat terganggu karena tidak menyepakati aturan yang ada. Wujud kesalahan ejaan
meliputi huruf kapital, huruf miring, singkatan dan akronim, kata depan, gabungan kata,
penulisan angka dan bilangan, penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda pisah, tanda titik
dua, dan tanda titik koma.
Kesalahan penggunaan huruf kapital banyak terdapat pada persoalan nama diri. Masih
banyak pengguna bahasa yang keliru dalam menentukan nama diri atau bukan nama diri.
Dalam KBBI nama diri berarti ‘nama yang dipakai untuk menyebut diri seseorang, benda,
tempat tertentu, dan sebagainya’. Dengan kata lain, nama diri dapat dinyatakan bahwa sudah
pasti atau satu-satunya atau tidak ada yang lain (Sriyanto, 2019: 20). Contoh kesalahan nama
diri tampak pada penulisan jenjang pendidikan dengan huruf awal kapital berikut ini, Satu-
satunya Sekolah Teknologi di Kalimantan Selatan yang dikelola oleh Pondok
Pesantren dan Menyiapkan para tamatan untuk menjadi asisten tenaga medis di Rumah Sakit,
Puskesmas, Poliklinik dan Pusat Kesehatan lainnya, serta menyiapkan tamatan untuk
memasuki perguruan tinggi sesuai dengan bidangnya. Penulisan Sekolah Teknologi, Pondok
Pesantren, Rumah Sakit, Puskesmas, poliklinik, dan Pusat Kesehatan yang menggunakan
huruf awal kapital seharusnya menggunakan huruf kecil, yaitu menjadi sekolah
teknologi, pondok pesantren, rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan pusat kesehatan. Hal itu
disebabkan bukan nama diri. Kasus penggunaan huruf kapital juga terlihat pada penulisan
nama profesi, yaitu Menjadi Asisten Perawat. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia huruf kapital dipakai huruf pertama gelar akademik yang diikuti oleh nama orang.
Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama gelar profesi yang dipakai sebagai sapaan.
Dalam kasus Menjadi Asisten Perawat, gelar profesi itu tidak digunaan sebagai sapaan
sehingga menggunakan hurud kecil sehingga menjadi asisten perawat.
Kasus ejaan yang juga sering muncul adalah penulisan singkatan dan akronim. Pada
contoh kalimat berikut Terwujudnya manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, sehat, mandiri, menguasai IPTEK yang memiliki etos kerja tinggi dan
berdisiplin terdapat kesalahan penulisan akronim, yaitu IPTEK. Menurut Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Akronim IPTEK seharusnya ditulis
dengan huruf kecil sehingga menjadi iptek. Penulisan singkatan yang sering salah adalah
singkatan nama dan gelar. Singkatan gelar diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur
singkatan itu. Pada Arifin Syafi’ie, S.Pd seharusnya diganti dengan Arifin Syafi’ie, S.Pd.
Penulisan kata depan juga masih menjadi kendala karena masih banyak kesalahan
yang muncul. Hal itu tampak pada contoh kata depan di disekolah dan dibidang dalam
kalimat Disekolah ini selain mendidik siswa dibidang Teknologi dan Keperawatan juga
mendidik siswa mendalami ajaran Agama Islam. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia kata depan di ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Oleh karena itu,
penulisan kata depan tersebut dapat diubah menjadi di sekolah dan di bidang.
Kesalahan penulisan angka dan bilangan tampak pada penulisan berikut Jurusan
Teknologi Rp. 1.500.000,- (Satu Juta lima ratus Ribu Rupiah) dapat dicicil s.d Juni 2014.
Penulisan angka rupiah Rp. 1.500.000,- kurang tepat seharusnya singkatan rupiah tidak
diikuti tanda titik, tidak ada spasi antara singkatan rupiah dan angka, dan tidak dibubuhkan
tanda hubung di akhir sehingga menjadi Rp1.500.000,00. Menurut Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Oleh karena itu, dalam informasi biaya
sekolah sebaiknya bilangan ditulis dalam angka saja.

KESALAHAN BENTUK DAN PILIHAN KATA


Kesalahan bentuk dan pilihan kata juga banyak ditemui pada penggunaan bahasa Indonesia di
media massa sekolah. Bentuk dan pilihan kata merupakan cara seseorang dalam memilih kata
yang tepat dan cermat sesuai konteks yang dibicarakan. Pemilihan kata yang cermat akan (1)
mempercepat pengungkapan gagasan, (2) menjadikan bahasa Indonesia menjadi hidup, (3)
menarik dan tidak membosankan, serta (4) menghindari salah informasi (Sasangka,
2012:99—100). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kata adalah ketepatan,
kecermatan, kebenaran, kelaziman, dan kelayakan. Adapun, kesalahan penggunaan bentuk
dan pilihan kata di media massa sekolah meliputi kesalahan penggunaan bentuk baku dan
tidak baku, penulisan bentuk terikat, dan ungkapan idiomatis.

PENGGUNAAN DIKSI
Diksi berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. a) Denotasi
A. A.) Denotasi merupakan kata dengan maksud sebenarnya. Kosasih (dalam Amri 2015:52)
menyatakan bahwa, denotasi merupakan makna lugas, yang tidak mengalami perubahan
makna, sesuai dengan konsep dan apa adanya.
Dapat diartikan bahwa denotasi merupakan makna sebenarnya yang sesuai dengan konsep.
Misalnya:
Ibu guru : perempuan yang pekerjaannya mengajar
Ibu Anisa : perempuan yang melahirkan Anisa.

“Konon di pantai itu tidak boleh memakai baju berwarna hijau, karena akan keseret
ombak/jin yang ada di pantai itu”.
Penggunaan pilihan kata/diksi dalam kalimat pada karangan adalah kata konon dan keseret.
Penggunaan kata konon merupakan kata yang tidak tepat dalam kalimat tersebut, karena
biasanya kata konon digunakan dalam dialekdialek daerah tertentu, agar lebih mudah
dimengerti kata konon bisa diganti dengan kata yang mempunyai kesamaan maknanya.
Penggunaan kata keseret merupakan bentuk penggunaan bahasa yang masih dipengaruhi oleh
bahasa percakapan sehari-hari. Kata yang tepat dalam kalimat adalah ceritanya dan terbawa.
Kata yang benar “Ceritanya di pantai itu tidak boleh memakai baju berwarna hijau, karena
akan terbawa ombak/jin yang ada di pantai itu”.

PENGGUNAAN KALIMAT KALIMAT EFEKTIF

Contoh kesalahan atau kalimat yang tidak efektif dalam teks pidato adalah sebagai berikut.
Kalimat tidak efektif: “Sebetulnya banyak orang-orang yang masih peduli terhadap
kebersihan lingkungan di desa Sukamaju ini.”
Kalimat di atas tidak efektif karena kata banyak sudah menunjukkan arti jamak, sehingga
tidak perlu menjamakkan kata orang. Kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat efektif
seperti berikut ini: “Sebetulnya banyak orang yang masih peduli terhadap kebersihan
lingkungan di desa Sukamaju ini.”
Contoh pada teks monolog
Monolog adalah suatu ilmu seni peran yang hanya dibutuhkan seorang dalam lakon tersebut.
Ekspresi dan penghayatan si aktor adalah suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pentas
monolog. Namun, tanpa adanya penggunaan kalimat yang efektif, monolog tersebut akan
kehilangan makna dalam pengucapan kata-katanya.
Kalimat tidak efektif: “Ketika ayah meninggalkan rumah ini, hanya kulihat punggungnya
yang setengah membungkuk.”
Kalimat pada monolog di atas masih kurang tepat atau tidak efektif, apabila kalimat di atas
diubah menjadi kalimat efektif maka akan jadi seperti berikut; “Kulihat punggung ayah
setengah membungkuk, saat meninggalkan rumah ini.”

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA BAKU


Hasil Penelitian Bentuk Kesalahan Penggunaan Kata Baku pada Teks Laporan Hasil
Observasi Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Berdasarkan analisis penggunaan kata baku
pada teks laporan hasil observasi terhadap 43 teks siswa kelas X MAN 2 Model Medan ,maka
kesalahan penggunaan kata baku yang terdapat pada teks laporan hasil observasi siswa adalah
sebagai berikut.

1. Sebanyak 43 karangan siswa terdapat 223 (60%) kesalahan penggunaan baku pada ejaan,
25 teks dikategorikan sangat baik, 14 teks dikategorikan baik, 3 teks dikategorikan cukup,
dan 1 teks dikategorikan kurang. 60 5. Sebanyak 43 karangan siswa terdapat 14 (3.7%)
2. Sebanyak 43 karangan siswa terdapat 14 (3.7%)kesalahan penggunaan kata baku pada
pilihan kata, 33 teks dikategorikan sangat baik, 8 teks dikategorikan kurang, dan 2 teks
dikategorikan sangat kurang.
Pembahasan
1. Kesalahan Ejaan pada Teks Laporan Hasil Observasi Kesalahan ejaan yang ditemukan
dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas X MAN 2ModelMedan berjumlah 223
kesalahan . Kesalahan ejaan huruf yang dominan 61 adalah pada pemisah dan penyatuan kata
di.Hal itu terjadi karena siswa belum paham akan penempatan kata ejaan yang baik.
2. Kesalahan Pilihan Kata pada Teks Laporan Hasil Observasi Kesalahan pilihan kata yang
ditemukan dalam teks laporan hasil observasi siswa kelas X MAN 2Model Medan berjumlah
14 kesalahan . Kesalahan pilihan kata yang dominan adalah pengunaan kata kayak. Hal itu
terjadi karena siswa belum paham akan penempatan pilihan kata yang tepat. Berdasarkan
pembahasan penelitian di atas, kesalahan penggunaan kata baku pada teks laporan hasil
observasi dibedakan menjadi lima bagian, yaitu kesalahan penggantian huruf, penghilangan
huruf, penyederhaaan huruf, ejaan, dan pilihan kata. Adapun jumlah kesalahan penggantian
huruf sebesar 18,6%, kesalahan penghilangan huruf sebesar 12, 2%, kesalahan
penyederhanaan huruf sebesar 6.1%, kesalahan ejaan sebesar 60 %, dan kesalahan pilihan
kata sebesar 3.7%.

Anda mungkin juga menyukai