Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan bahasa yang baik dan benar sudah lama menjadi harapan pencinta dan
pembina bahasa di Inonesia. Dalam tuntutan akademis tentu saja bahasa yang tidak
mengalami kesalahan kaidah. Muslich (2010:9) mengatakan bahwa pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku akan melahirkan bahasa yang
benar (Tribana,2012:19).
Bahasa baku tidak selalu sama dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku
berkaitan dengan penggunaan bahasa sesuai kaidah, sedangkan bahasa yang baik dan benar
adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaian bahasa seperti tempat,
suasana, waktu, siapa dan kepada siapa berkomunikasai (Tribana,2012:2). Bahasa yang baik
adalah penggunaan bahasa Indonesia yang lebih mengutamakan fungsi komunikatifnya.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan
bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran bahasa (Moeliono, 1988:19-20). Salah satu
wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah pembentukan kata
bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah morfologinya.
Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor dan bentuknya pun
bermacammacam. Taylor dalam Anang (2006:68) membedakan lima golongan kesalahan
berbahasa, yaitu (1) generalisasi berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang tidak
tepat, (2) transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, (3)
terjemahan, kesalahan yang mengubah jawaban yang dikehendaki, (4) kesalahan yang tidak
diketahui sebabnya, dan (5) kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan.
Pada masa kebangkitan kembali minat terhadap anakes mulailah terjadi perubahan drastis
terhadap landasan teori dan daerah cakupannya. Kalau dahulu kesalahan itu dipandang dari
kacamata guru yang mengukur penampilan siswa dengan norma bahasa yang dipelajari, kini
hal itu dipandang dari kesamaan strategi yang digunakan anak-anak belajar bahasa ibunya
dan cara siswa mempelajari B2. Di samping perubahan konsep terebut, para pakar anakes
1
membuka lapangan penelitian baru yang menarik untuk diteliti. Lapangan baru atau cakupan
baru itu dikenal dengan istilah interlanguage (Tarigan, 1988:75).

1.2. Tujuan & Manfaat


Untuk memperoleh gambaran bagaimana penerapan kaidah kata baku
Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata baku
Untuk mengetahui penggunaan bahasa yang baik dan benar sehingga diperlukan
penggunaan bahasa yang baik dalam berbahasa
Agar penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dengan rasa bangga
makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat, memerkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, dan memantapkan kepribadian bangsa.

1.3. Rumusan Masalah


Bagaimana cara menggunakan bahasa baku yang baik dan benar?
Apakah yang mendasari penerapan kata baku dalam bahasa?
Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan struktur kata dan kesalahan karena
penggunaan istilah asing?
Apakah yang melandasi faktor-faktor penyebab kesalahan pada penggunaan ejaan dan
diksi?

2
BAB II

ISI RINGKASAN JURNAL

JURNAL 1

MENUJU PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR PADA


LULUSAN SMA ( SEBUAH ANALISIS KESALAHAN PENERAPAN KATA BAKU
DALAM KARYA ESAI SISWA SMAN 8 DENPASAR)

I GUSTI KETUT TRIBANA

SMAN 8 Denpasar Jalan Antasura Peguyangan Kaja Denpasar Utara

Telsel 0361-7423732

paktribana@yahoo.com

ABSTRAK

Kata baku menjadi salah satu materi esensial dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk
menuju penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu wujud penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah penerapan kata baku pada ragam bahasa resmi.
Kenyatannya, penerapan bentuk kata baku masih masih menjadi kesulitan para siswa. Untuk
itulah perlu diadakan penelitian agar memeroleh data yang akurat. Permasalahannya adalah: (1)
Bagaimana gambaran kesalahan penerapan kata baku dalam karya tulis esai para siswa pada
ujian praktik tahun 2011 di SMAN 8 Denpasar? (2) Jenis kesalahan apa yang banyak dialami
para siswa? (3) Faktor apa yang memangaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata baku dalam
karya tulis esai siswa? Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

3
untuk: (1) memeroleh data gambaran kesalahan penerapan kata baku; (2) mengetahui jenis
kesalahan apa yang dialami para siswa; (3) mengetahui faktor apa yang memengaruhi terjadinya
kesalahan penerapan kata baku pada karya tulis esai para siswa.

Untuk memeroleh data digunakan metode pendekatan kualitatif pencatatan dokumen


dengan sampel sebanyak 25% (107) naskah karya tulis siswa dari populasi sebanyak 427. Untuk
memeroleh data digunakan istrumen pedoman pencatatan teknik catat. Setelah data terkumpul
data dianalisis dengan metode agih, yakni berdasarkan ciri-ciri kata baku dalam bahasa
Indonesia. Hasil analisis disajikan dengan perumusan kata-kata biasa.

Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut. (1) Gambaran kesalahan yang dialami
siswa meliputi kesalahan ejaan (EYD) dalam penulisan kata dasar sebanyak 72 orang (67,29 %);
kesalahan dalam pilihan kata sebanyak 38 orang (35,51%); kesalahan dalam penulisan imbuhan
sebanyak 93 orang (86,91%); kesalahan dalam penulisan kata ulang sebanyak 32 orang siswa
(29.91%); dan kesalahan penggunaan/penulisan kata majemuk sebanyak 11 orang siswa
(10,24%). (2) Jenis kesalahan yang paling bayak terdapat pada penerapan kata berimbuhan. (3)
Faktor-faktor yang memengaruhi kesalahan siswa adalah kebiasaan, ketidaktahuan, dan kurang
aktivitas membaca dan menulis di kalangan siswa sebagai ajang penerapan kaidah kata buku.
Kata kunci: analisis kesalahan, kata baku.

ABSTRACT

The standard form of words became one of the essential materials in a language teaching,
in order to achieve the good and appropriate of Indonesian standard form. One of the examples
of the usage of Indonesian standard form is the application of standard words in formal language.
In fact, the application of Indonesian standard form is still difficult to be mastered by the
students. Hence, it is necessary to gain an accurate data. The problems are: (1) How was the
description of mistakes in applying the Indonesian standard form made by the students essay of
SMAN 8 Denpasar the year of 2011?; (2) What types of mistake that were mostly made by those
students in their essay?; (3) What factors that had influenced those students to make mistakes in
their essay?. Therefore, the purpose of this study, such as (1) to gain a data of the mistakes in the
application of Indonesian standard form words; (2) to find out types of mistake faced by the
students; (3) to identify those factors that influenced to the mistakes found in the students essay.

4
In order to gain the data of mistakes in using the standard form words, qualitative
approach method was applied by taking over 427 samples of population. Besides, to gain the
data, guidance from note-taking technique was also implemented. After all of the data were
collected and analyzed using (agih) technique, that is a technique that was oriented to the
characteristics of the standard form of Indonesian words, the result was then presented in the
formulation of simple words.

Based on this research, it was found that (1) the description of mistakes made by the
students consist of misspelling (EYD) and writing basic words that was gained by over 72 people
(67,29); mistakes in words selection were made by 38 students (35,51%); mistakes in the
affixation were made by 93 students (86,91%); mistakes in the repetition were made by 32
students (29,91%); and mistakes in the compound words were made by 11 students (10,24%). (2)
The most type of mistakes found was in the use of words affixes. (3) The factors that influenced
the students in making those mistakes were behaviour, unknown, and lack of reading and writing
by the students, as an activity to apply conventions in the standard form of words.

Key word: error analysis, standard form of words.

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa pada dasarnya adalah proses mempelajari bahasa yang tidak luput
dari perbuatan kesalahan. Ardiana dan Yonohudiyono(1997:2.3) mengutip apa yang dikatakan
oleh Corder bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari berbuat kesalahan.
Kesalahan itu menjadi sumber inspirasi untuk menjadi benar. Dengan demikian, siswa belajar
menerapkan bahasa baku tidak akan terlepas dari kesalahan (Tribana, 2012: ...)

Di masyarakat penggunaan bahasa baku itu lazim disebut bahasa yang baik dan benar.

Penggunaan bahasa yang baik dan benar sudah lama menjadi harapan pencinta dan
pembina bahasa di Inonesia. Dalam tuntutan akademis tentu saja bahasa yang tidak mengalami
kesalahan kaidah. Muslich (2010:9) mengatakan bahwa pemakaian bahasa yang mengikuti
kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku akan melahirkan bahasa yang benar
(Tribana,2012:19).

5
Bahasa baku tidak selalu sama dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku
berkaitan dengan penggunaan bahasa sesuai kaidah, sedangkan bahasa yang baik dan benar
adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaian bahasa seperti tempat,
suasana, waktu, siapa dan kepada siapa berkomunikasai (Tribana,2012:2). Bahasa yang baik
adalah penggunaan bahasa Indonesia yang lebih mengutamakan fungsi komunikatifnya.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan
bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran bahasa (Moeliono, 1988:19-20). Salah satu wujud bahasa
baku adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia sesuai
dengan kaidah morfologinya.

Pada ujian nasional (UN) tahun 2011 dari lima puluh butir soal terdapat tiga butir soal
berupa kata baku, yakni soal nomor 25, 26, dan 27 (Paket 93 IPA/IPS). Tahun sebelumnya, pada
UN tahun 2010 terdapat tiga butir soal juga berupa kata baku, yakni soal nomor 46, 48, dan 49
(Paket 60). Kenyataan itu menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan bentuk kata baku
begitu penting dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Tribana,2012:4).

Sehubungan dengan pembelajaran bahasa Indonesia, salah satu aspek ranah kognitif
dalam Teori Taksonomi Bloom (Alwasilah,2010:132) dalam tujuan-tujuan pendidikan bahasa
Indonesia adalah penerapan kaidah bahasa (C-3). C-3 dalam konteks pembelajaran bahasa
Indonesia adalah penerapan bentuk kata baku pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

Penelitian dan analisis kesalahan penerapan bahasa baku sangat penting dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan mengadakan analisis
kesalahan, guru dapat mengetahui dan meramalkan kesalahan yang dialami para siswa dalam
menggunakan kata baku untuk mengadakan perencanaan pembelajaran selanjutan sehingga
kesalahan yang sama tidak terulang lagi (Tribana:2012:7).

Permasalahan dalam penelitian adalah berikut: (1) Bagaimana gambaran kesalahan


penerapan kata baku dalam karya tulis esai para siswa pada ujian praktik tahun 2011 di SMAN 8
Denpasar? (2) Jenis kesalahan apa yang banyak dialami oleh para siswa dalam karya esai? (3)

6
Faktor apa yang memangaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata baku dalam karya tulis esai
siswa?

Penelitian bertujuan, yakni: (1) memperoleh gambaran bagaimana penerapan kaidah kata
baku dalam karya tulis esai para siswa pada ujian praktik untuk dianalisis. (2) menjadi contoh
untukmelihat jenis kesalahan apa yang paling banyak dialami para siswa dalam karya tulis
esainya. (3) untuk mengetahui faktor yang memengaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata
baku.

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pada pengembangan teori


pembelajaran bahasa sehingga mutu pembelajaran bahasa Indonesia meningkat. Selain itu,
penelitian ini dapat dijadikan refleksi tentang keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5)
dalam Muhammad (2011:30) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 8 Denpasar dengan
teknik sampling pada naskah karya tulis esai siswa dalam Ujian Praktik bahasa Indonesia Tahun
Pelajaran 2010/2011. Populasi sebanyak 427 karya siswa diwakili oleh sampel sebanyak 107
karya siswa.

Menurut Arikunto (2002:135) metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan: (1)


pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya; (2)
Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Diperlukan juga data tambahan
berupa faktor-faktor yang memengaruhi kesalahan siswa dengan memberikan angket kepada
responden. Metode dokumentasi dan teknik pencarian data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan kesalahan penerapan kata baku pada karya tulis esai siswa. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini digunakan teknik catat.

Sudaryanto (1993:13) membagi analisis data menjadi dua, yakni metode pandan dan
metode agih. Dalam analisis kesalahan bentuk kata baku dalam karya tulis esai pada siswa SMA
Negeri 8 Denpasar berdasarkan motode agih. Dengan menggunakan instrumen penelitian,

7
diadakan klasifikasi data kesalahan penerapan kaidah pembentukan kata yang meliputi:
penulisan kata, pengimbuhan, pengulangan, pilihan kata, dan pemajemukan. Setelah
diklasifikasikan jenis kesalahan yang dialami para siswa kemudian dijumlahkan.

Mahsun (2005:116) dan Sudaryanto (1993:145) memberikan penjelasan bahwa hasil


analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu: (a) perumusan dengan menggunakan kata-kata
biasa (metode informal) dan (b) perumusan dengan tanda-tanda atau lambang-lambang (metode
formal). Hal itu akan sangat baik untuk keperluan pedagogis dalam rangka pendidikan
(Sudaryanto,1993:155).

PEMBAHASAN

Gambaran Kesalahan Penerapan Kaidah Kata Baku

Kesalahan dalam Penulisan Kata Dasar

Kesalahan dalam penulisan kata dasar dialami oleh 72 siswa (67,29%) yang meliputi:

a) Kesalahan penulisan kata dasar yang tidak menunjukkan nama bangsa, nama negara, dan
nama jabatan. Penulisan kata seharusnya menggunakan huruf kecil seperti pada contoh berikut.

(1) Cerpen yang berjudul Peradilan Rakyat ini menceritakan Proses Hukum di sebuah Negara.

b) Penulisan singkatan tidak umum, seperti yg (yang) dan dgn (dengan) termasuk singkatan kata
yang bersifat pribadi atau tidak umum sesuai EYD. Dalam penggunaan bahasa resmi singkatan
yang bersifat pribadi itu tidak dapat diterapkan seperti pada contoh berikut.

(2) Pengadilan menjalankan keputusan yg seadil-adilnya.

c) Ada kesulitan pada siswa membedakan kata ayah dan anak yang menyatakan hubungan
perkerabatan dengan kata ayah dan anak yang dipakai sebagai sapaan sehingga siswa mengalami
kesalahan dalam penulisan yakni memakai huruf kapital seharusnya huruf kecil.

(3) Permasalahan politik dan hukum menjadi topik pembicaraan seorang Ayah dan Anak yang
menjadi pengacara.

8
d) Kesalahan penulisan judul karangan seperti contoh berikut menunjukkan bahwa siswa tidak
tahu penulisan judul karangan menurut kaidah EYD.

(4) Pengacara yang bimbang (5) Meja Hijau Di Masyarakat (6) Kebenaran dan keadilan Diatas
Segalanya

e) Ragam bahasa lisan dituangkan ke dalam ragam bahasa tulis.

(7) Keluarga(nya) datang ke tumahku.

(8) Jangan hanya karna uang berlimpah.

(9) Pengacara muda itu sudah tau bahwa itu hanya sandiwara saja.

Penulisan yang benar adalah keluarga,karena, dan tahu. Selain itu, ada pula kesalahan penulisan
kata serapan dalam penggunaan huruf yang tidak sesuai dengan ketentuan KBBI.

(10) Pengacara muda itu minta nasehat kepada ayahnya.

(11) Hakekat(nya) keadilan itu harus murni dan bersih.

(12) Jadilah pengacara walau penuh resiko.

(13) Pada jaman sekarang penegak hukum di Indonesia bermain belakang.

(14) Ia (ber)fikir bahwa negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah sandiwara.

Penulisan kata yang benar menurut KBBI (2010) adalah nasihat, hakikat, risiko, zaman dan pikir.
Kesalahan penulisan unsur serapan tidak semata kesalahan siswa sebagai proses belajar, tetapi
ketentuan kamus yang berubah. Misalnya, kata zaman (KBBI) dan jaman (Poerwadarminta) ada
perbedaan kata yang ditunjukkan penulisan kata.

f) Kesimpangsiuran penulisan kata serapan yang sering ditemukan pada siswa dalam berbagai
bacaan baik pada buku-buku maupun media cetak. Hal itu mengakibatkan terjadinya kesalahan
pada siswa seperti pada contoh berikut ini.

(15) Kejahatan terus menggerogoti sistim hukum.

(16) Cerpen ini menarik untuk (di)analisa.

9
(17) Banyak ada praktek mafia hukum.

Penulisan yang benar dari ketiga kesalahan unsur serapan di atas adalah sistem, analisis, dan
praktik. Kesalahan penulisan pada ketiga kata itu akibat dari bentuk yang biasa ditemukan oleh
siswa. Penggunaan kata seperti itu tidak diketahui oleh siswa sebagai penerapan kata yang salah.

g) Penulisan lambang bilangan menggunakan angka seharusnya menggunakan huruf. Penulisan


lambang bilangan yang benar seharusnya menggunakan huruf /dua/, bukan dengan angka /2/.

Jika lebih dari dua kata, penulisan lambang bilangan menggunakan lambang bilangan.

(18) Cerpen ini menceritakan 2 orang pengacara.

h) Penulisan morfem terikat atau salah satu unsur gabungan kata yang hanya dipakai dalam
kombinasi, misalnya pada contoh berikut ini.

(19) Dalam cerpen ini terdapat dialog antar tokoh sentral.

Siswa sering mengalami kebingungan dalam penulisan bentuk kata seperti antarsiswa
(penulisannya disambung) dan bentuk kata antar pelajar (penulisannya terpisah).

Kesalahan Diksi

Kesalahan penerapan diksi dialimi oleh 21 siswa (19,63%) yang meliputi:

a) Penerapan kata ragam percakapan dalam bahasa tulis, seperti pada contoh:

(20) Cerpen ini menarik dikarenakan banyaknya persoalan yang dibicarakan.

(21) Apa yang dibilang pengacara itu sangat benar.

(22) Pengacara muda mendahulukan penyelesaian kasusnya ketimbang balas jasa.

Menurut KBBI kata dikarenakan, dibilang, dan ketimbang termasuk ragam bahasa percakapan.
Kebiasaan siswa menggunakan ragam percakapan terbawa dalam penerapan ragam bahasa baku.

b) Kata mubazir dalam kalimat seperti pada contoh:

(23) Karena yang dibela adalah pejabat besar, maka rakyat pun marah.

10
(24) Pengarang menceritakan tentang seorang pengacara tua.

(25) Hal ini disebabkan karena masyarakat.

(26) Masalah sikap dimana kita bisa membedakan mana yang salah, mana yang benar.

(27) Putra dari pengacara senior beranggapan bahwa seorang pengacara profesional akan
menegakkan hukum seadil-adilnya.

Kata maka tidak diperlukan karena klausa rakyat pun marah adalah induk kalimat.

Kesalahan penerapan kata depan tentang berkaitan juga dengan kaidah sintaksis, yakni objek
didahului oleh kata depan. Penerapan kata karena tidak tepat berkaitan juga dengan fungsi
sintaksis yang seharusnya dipakai adalah kata oleh.

Pemakaian kata di mana menurut Badudu (1978:114), adalah pengaruh bahasa asing. Sejauh
mana kebenaran itu perlu diteliti sebab banyak pemakai bahasa Indonesia, seperti halnya siswa,
yang kurang menguasai asing juga menggunakan kata di mana. Pemakaian kata di mana
hanyalah kebiasaan meniru, yang sesungguhnya tidak diperlukan.

Pemakaian kata dari yang sesungguhnya tidak diperlukan karena tidak berfungsi.

Kehadiran kata depan dari dalam kalimat di atas tidak berfungsi secara gramatika baik untuk
menunjukkan tempat maupun menyatakan asal. Dari segi diksi, kata-kata dari dalam kalimat itu
sangat mengganggu efektivitas kalimat.

c) Kesalahan penerapan kata depan dalam kalimat, seperti pada contoh berikut.

(28) Di suatu ketika ada seorang pengecara muda mendatangi ayahnya yang juga berprofesi
sama. Pemakian kata depan di di atas tidak menunjukkan tempat, tetapi menunjukkan waktu.

Penerapan kata depan di, ke, dari yang tepat adalah menyatakan tempat (Badudu,1978:118).

Kata depan yang menyatakan waktu adalah pada. Kata depan yang tepat digunakan adalah

pada.

d) Penerapan makna kata yang salah seperti contoh kalimat berikut.

11
(29) Dalam cerpen ini juga dideskripsikan kata yang mudah diucapkan. (30) Memiliki jabatan
dan banyak uang akan berbuat semena-mena.

Sesuai KBBI kata deskripsi berarti penggambaran. Makna kata yang dekat dengan konteks
kalimat itu adalah kata digunakan. Penggunaan kata semena-mena berarti tidak berat sebelah
(KBBI). Sesuai dengan konsteksnya, mestinya kata yang dipakai tak semena-mena.

Kesalahan Penerapan Kata Berimbuhan Kesalahan penerapan kata berimbuhan dialmi oleh 93
siswa (86,91%) yang meliputi:

a) Kesalahan penulisan awalan {di-}, imbuhan gabung {di-kan}, dan imbuhan gabung {di-i}

(31) Pengadilan di negara kita harus di rubah agar menjadi lebih baik. (32) Keadilan sedapat
mungkin di tegakan. (33) Keadilan itu bisa di bayar dan di dasari oleh uang. (34) Pengacara itu
ingin profesional pada bidang yang di gelutinya. (35) Keadilan sering di pertanyakan oleh
masyarakat. (36) Keadilan diperlakukan sebagai barang dagangan yang bisa di perjual
belikan.

Penulisan awalan {di-} seharusnya dirangkaikan dengan kata yang dilekati. Kesalahan
penerapan {di-} pada contoh di atas dimulai dari penulisan kata di rubah karena KBBI merujuk
kepada kata ubah sebagai bentuk kata baku, seharusnya diubah. Demikian pula kesalahan pada
penulisan kata di bayar, di dasari dan di gelutinya seharusnya ditulis dibayar, didasari, dan
digelutinya.

Huruf /k/ pada kata tegak tidak dapat dihilangkan dan huruf /k/ pada akhiran {-kan} juga tidak
dapat dihilangkan. Penulisan kata yang benar adalah ditegakkan.

Kesalahan penulisan imbuhan {diper-kan} bentuknya sama dengan penulisan awalan {di-} yakni
penulisannya dipisahkan.

b) Kesalahan penerapan awalan {meng-} dan {meng-kan}

(37) Zaman globalisasi telah merubah pola pikir masyarakat.

(38) Ia berusaha menegakan disiplin.

(39) Penegak hukum telah menyalah gunakan dengan tindakan tidak terpuji.

12
Dalam KBBI kata rubah berarti jenis binatang sejenis anjing, bermuncong panjang,
makanannya daging dan ikan. Makna kata rubah seperti itu tidak sesuai dengan konteks
pemakaian kalimat. Dalam konteks kalimat itu kata rubah yang dimaksud adalah kata ubah
sesuai bentuk kata rujukan KBBI sehingga bentuk kata yang benar adalah mengubah

Kesalahan penulisan imbuhan gabung {meng-kan} dialami oleh siswa pada kata yang berakhir
dengan /k/. Ada kesalahan penerapan awalan {meng-kan} yang diakhiri oleh huruf /k/.

Kesalahan penulisan itu terjadi karena pemakaan satu huruf /k/ yang semestinya dua huruf /k/.

Kesalahan {meng-kan} juga dialami pada bentuk dasar yang terdiri atas dua kata yang
seharusnya dirangkaikan, seperti pada contoh menyalah gunakan seharusnya ditulis tidak
terpisah, yakni menyalahgunakan.

c) Kesalahan penulisan konfiks {peng-an} dan {per-an}

(40) Dia harus memperjuangkan penegakkan keadilan. (41) Peradilan itu sepertinya sebuah
pertunjukkan teater.

Terdapat kesalahan penulisan konfiks {peng-an} dan {per-an} pada contoh kalimat yang ditulis
oleh siswa. Kesalahan penulisan konfiks {peng-an} dan {per-an} pada contoh kalimat yang
dibuat oleh siswa adalah menggunakan dua huruf /k/ seharusnya hanya menggunakan satu huruf
/k/. Penulisan kata yang benar adalah penegakan dan pertunjukan.

d) Kesalahan penulisan konfiks {ke-an}

(42) Pengarang juga mampu memberikan gambaran tentang ketidak adilan.

Dalam penulisan dua kata yang diberikan imbuhan gabung atau konfiks seharusnya ditulis
serangkai. Penulisan bentuk kata yang benar adalah ketidakadilan.

e) Kesalahan penulisan akhiran {-an}

(43) Berkat didikkan ayahnya, ia menjadi pengacara kelas satu.

13
Pada contoh itu tampak kesalahan penggunaan dua huruf /k/ karena kata yang ditulis didikkan
menduduki posisi nomina yang secara semantis bermakna hasil mendidik, salah satu makna
akhiran {-an}. Penulisan kata yang benar adalah menggunakan satu huruf /k/ .

Kesalahan Penerapan Kata Ulang

Kesalahan penerapan kata ulang dialami oleh 32 siswa (29,91%) yang meliputi:

a) Pengulangan disertai kata yang menyatakan makna jamak

(44) Semakin banyak orang-orang melakukan kejahatan. (45) Pengacara senior mengungkap
korupsi di kalangan pejabat-pejabat negara.

Dari segi diksi lebih tepat digunakan kata yang menyatakan jamak daripada digunakan

dalam bentuk kata ulang. Hal itu disebabkan oleh makna jamak tidak mencakup semuanya. Pada
contoh berikut dapat dipakai dalam bentuk kata ulang dan dapat juga dengan menambahkan kata
yang bermkna jamak dan tidak diulang. Secara gramatika, salah satu fungsi pengulangan pada
kata benda (nomina) adalah menyatakan makna jamak. Kata-kata yang menyatakan jamak tidak
perlu ditambahkan pada kata ulang.

b) Pemisahan awalan {di-}pada pengulangan

(46) Keadilan di negeri ini di cabik-cabik oleh koruptor.

Bentuk dasar kata ulang yang berawalan {di} seharusnya ditulis serangkai atau disambung.

Setelah kata yang berawalan {di-} diulang, kaidah penulisannya tetap disambung sehingga
menjadi bentuk diburu-buru dan dicabik-cabik .

c) Penulisan kata ulang dengan menggunakan angka dua

(47) Banyaknya kata menarik dalam cerpen.

Kata ulang harus ditulis secara lengkap dengan tanda hubung (-). Siswa SMA yang berumur
belasan tahun saat ini tidak tahu Ejaan Soewandi. Siswa menggunakannya semata-semata
melalui peniruan.

14
d) Pengulangan verba didahului kata saling

(48) Masyarakat harus saling bahu-membahu menghapuskan permainan peradilan.

Penambahan kata saling pada kata yang sudah diulang merupakan hal biasa pada siswa. Dari segi
makna, penambahan kata saling tidak perlu. Salah satu makna kata ulang pada verba adalah
menyatakan makna saling. Jika ditambahkan kata saling, bentuk kata ulang menjadi mubazir.

Kesalahan dalam Penerapan Kata Majemuk

Kesalahan dalam penerapan kata majemuk dialmi oleh 11 (sebelas) siswa (10,24%)yang

meliputi:

a) Kesalahan penulisan kata majemuk

(49) Pengacara sekarang lebih mementingkan uang dari pada kebenaran.

Kata majemuk tersebut seharusnya ditulis daripada .

b) Kesalahan pasangan kata majemuk

(50) Cerpen itu sangat menarik karena menceritakan keadilan yang carut marut.

(51) Cerpen itu terdiri dari beberapa paragraf.

Dalam KBBI kata carut-marut bermakna bermacam perkataan yang keji. Kata carutmarut
bermakna segala coreng-moreng, goresan yang tidak keruan arahnya. Berdasarkan konteks
kalimat, makna kata carut-marut kurang tepat. Penggunaan kata carut marut dikacaukan dengan
kata majemuk karut marut yang memiliki makna 1 kusut (kacau) tidak keruan; rusuh dan
bingung; banyak bohong dan dustanya; 2 berkerut-kerut tidak keruan. Kata majemuk carut-
marut dalam kalimat siswa lebih dekat maknanya pada bentuk kata karut-marut, keadilan kacau
tidak keruan. Kata kajemuk terdiri dari pada kalimat itu perlu ditelusuri ketepatan pasangan.
Menurut Badudu (1977:126) kata terdiri dari adalah pasangan kata yang tidak baku karena
bertukar pasangan dengan terjadi dari. Pasangan yang tepat adalah terdiri atas dan terjadi dari.

Jenis Kesalahan Kata Baku yang Banyak Dialami oleh Para Siswa

15
Jenis kesalahan yang banyak dialami oleh para siswa adalah penerapan kata berimbuhan, yakni
mencapai 86,92%. Kesalahan penerapan kata berawalan {di-} dan penerapan akhiran {-kan}
mendominasi pada karya tulis para siswa. Para siswa masih sulit membedakan awalan {di-} dan
kata depan /di/. Pada penerapan akhiran {-kan} pada penulisan kata yang berakhir yang berakhir
dengan huruf /k/, siswa masih banyak menuliskan dengan satu huruf /k/.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Kesalahan

Ada dua faktor yang memengaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata baku pada karya tulis
esai para siswa, yakni ketidaktahuan dan kebiasaan. Ketidaktahuan siswa dalam penerapan kata
baku tampak pada : (1) penulisan judul; (2) pilihan kata ragam tidak baku, misalnya
dikarenakan, dibilang ketimbang; (3) penulisan kata berimbuhan, misalnya di tegakan, merubah,
mengambing hitamkan, penunjukkan; (4) penerapan kata ulang seperti: beberapa hakim-hakim,
tidak sedikit oknum-oknum, banyak para pejabat-pejabat; dan (4) penerapan kata majemuk,
seperti: terdiri dari, carut-marut.

Kesalahan penerapan kata baku akibat kebiasaan terdapat pada penulisan kata berimbuhan dan
kata ulang. Kebiasaan menuliskan awalan {di-} yang terpisah dengan kata dibentuknya sangat
mendominasi kesalahan. Penulisan kata ulang dengan angka dua /... / juga menunjukkan
kesalahan akibat faktor kebiasaan. Kesalahan itu tentu bersumber dari interaksi siswa dengan
pemakai bahasa

Indonesia di masyarakat. Hasil angket juga menunjukkan bahwa bentuk kata tidak baku pada
karya tulis esai siswa disebabkan oleh kebiasaan.

SIMPULAN

Dari analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Gambaran kesalahan siswa pada penerapan kata baku dapat disimpulkan: (1) kesalahan EYD
dalam penulisan kata dasar sebanyak 67,29%; (2) kesalahan dalam diksi sebanyak 35,51%; (3)
kesalahan dalam penerapan imbuhan sebanyak 86,91%; (4) kesalahan dalam penerapan kata
ulang sebanyak 29,91%; (5) kesalahan dalam penerapan kata majemuk sebanyak 10,24%.

16
2) Kesalahan penerapan kata baku pada karya tulis esai para siswa paling banyak terdapat pada
penerapan kata berimbuhan.

3) Faktor yang memengaruhi kesalahan siswa dalam penerapan kata baku adalah: (1)
ketidaktahuan siswa akan kaidah bentuk kata baku; (2) kebiasaan siswa menggunakan bentuk

yang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiana,L.I. dan Yonohudiyono. 1997. Materi Pokok Analisis Kesalahan Bahasa EPNA 3302/2
SKS/Modul 1-6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. 2002. Presedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada

Moeliono, A. (penyunting penyelia) dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka

Tribana, IG.K.2012. Analisis Kesalahan Penerapan Kata Baku dalam Karya Tulis Ujian Praktik
Bahasa Indonesia pada SMA Negeri 8 Denpasar (Tesis). Denpasar: tanpa penerbit.

17
JURNAL 2

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA INFORMASI LAYANAN UMUM DAN


LAYANAN NIAGA DI KOTA KENDARI

The Use of Indonesian Language in Public Service and Commercial Service Information In
Kendari City

Sukmawati, Nurhayati, Ery Iswary

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan dan faktor-faktor


penyebab kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada informasi layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan kajian analisis
kesalahan berbahasa. Populasi penelitian meliputi semua pemakaian bahasa pada informasi
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari. Dari populasi tersebut sampel dipilih secara
purposif. Data dikumpulkan dengan teknik simak, dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan: 1) bentuk-bentuk kesalahan pada informasi layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari, meliputi kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur kata, dan
kesalahan karena penggunaan istilah asing, 2) faktor-faktor penyebab kesalahan pada
penggunaan ejaan dan diksi, yaitu: pihak yang terkait tidak mengetahui kaidah bahasa Indonesia,
menganggap tulisan mereka sudah benar, kesalahan pada pihak kedua (percetakan), mengikuti
konsep lama, belum sempat mengubah bentuk yang salah, dan lebih umum dipakai. Faktor-
faktor penyebab kesalahan struktur kata dan kesalahan karena penggunaan istilah asing, yaitu:
supaya menarik perhatian pelanggan, penggunaan bahasa asing lebih bergengsi, tidak
mengetahui padanan kata dalam bahasa Indonesia, belum menerima edaran tentang penggunaan
bahasa Indonesia di tempat umum, dan lebih umum dipakai.

Kata kunci: bahasa Indonesia, layanan umum dan layanan niaga

18
ABSTRACT

This study aims to describe the forms and causes of errors in the use of language in public
service and commercial service information in Kendari City. The method use in the research was
monitoring method with documentation, observation, and questionnaire techniques. The study
was conducted as a qualitative descriptive research with language errors analysis. The population
includes all language application in public service and commercial service information in
Kendary City. The sampling technique used was the purposive sampling technique. The result
reveals that the forms of errors in public service and commercial service information in Kendary
City are: (1) spelling error, (2) diction error, (3) grammatical error, and (4) errors due to the use
of foreign terms. The factors causing the errors are as follows: (1) the causes of spelling and
diction errors: (a) related-parties do not know the rules in the Indonesian language, (b) the
related-parties consider that what they have written is already correct, (c) the second-party error
(printing company), (d) the related-parties refer to old concepts, (e) the related-parties have not
changed the errors, (f) the language items are more common; (2) the factors that result in
grammatical errors and errors due to the use of foreign terms: (a) an intention to attract
customers, (b) a consideration that the use of foreign languages is more prestigious, (c) the
related parties do not know the equivalent words in Indonesian language, (d) some people are
more familiar with specified foreign terms than Indonesian terms, (e) the related parties have not
received information about the use of Indonesian language in public places, and (f) the language
items are more common.

Keywords: Indonesian language, public service and commercial service

1. Pendahuluan

Masalah kebahasaan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan masyarakat


pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan, baik
sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, maupun sebagai dampak
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Kondisi itu telah memengaruhi prilaku
masyarakat Indonesia. Gerakan reformasi yang telah bergulir sejak tahun 1998 telah mengubah
paradigma tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tatanan kehidupan yang

19
serba sentralistik telah berubah ke desentralistik, masyarakat bawah yang menjadi sasaran kini
didorong untuk menjadi pelaku dalam proses pembangunan bangsa.

Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, presiden telah mencanangkan
Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei 2002 disertai dengan
gerakan Pengembangan Perpustakaan oleh Menteri Pendidikan Nasional, serta disambut oleh
Ikatan Penerbit Indonesia dengan Hari Buku Nasional pada tanggal 17 Mei 2002. Sebagai
upaya untuk menindaklanjuti kebijakan tersebut, perlu diupayakan pengembangan bahasa dalam
rangka peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia.

Melalui peningkatan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia diupayakan agar


penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dengan rasa bangga makin menjangkau
seluruh lapisan masyarakat, memerkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dan memantapkan
kepribadian bangsa. Strategisnya kedudukan bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia tercermin
dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda tahun 1928 yang berbunyi Kami putera-puteri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang
menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Kota Kendari merupakan salah satu kota yang masuk dalam lima besar kota pengguna
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada tahun 2006 yang diseleksi oleh Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional. Pada tahun 2008 Kota Kendari berhasil meraih juara I kota
pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk kategori kota kecil.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,


Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, telah diatur tentang penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di tempat umum. Namun, fakta yang ada, penggunaan bahasa
Indonesia pada layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari menunjukkan banyak
kesalahan, bahkan terlihat pengaruh bahasa asing sangat dominan. Hal itu menjadi salah satu
alasan mengapa penulis memilih Kota Kendari sebagai objek dalam penelitian ini. Berikut ini
akan dituliskan beberapa contoh kesalahan yang terdapat pada informasi layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari, yaitu (1) Kesalahan ejaan yang terdapat pada papan nama
lembaga/instansi, seperti kesalahan penulisan kata provinsi yang seharusnya adalah propinsi, (2)
Kesalahan diksi yang terdapat pada papan informasi, seperti kesalahan penggunaan kata jam

20
yang seharusnya adalah pukul, (3) kesalahan struktur frasa yang terdapat pada papan nama badan
usaha, yaitu penamaan salon, seperti pada Yoppie Salon yang seharusnya adalah Salon Yoppie,
(4) kesalahan karena penggunaan istilah asing, seperti pada nama badan usaha, yaitu Arzetty
Rental Car yang seharusnya adalah Penyewaan Mobil Arzetty.

Ada beberapa pertimbangan hukum yang menjadi landasan untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Landasan hukum yang dimaksud sebagai berikut (Sugono dkk
2008: 3).

1. Undang-Undang Dasar 1945, bab XV, pasal 36 tentang Bahasa Negara.

2. Ketetapan MPR No. II, tahun 1993, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.

3. Undang-Undang No. 5, tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.

4. Keputusan Presiden Nomor 57, tahun 1972, tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

5. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991,
tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa.

6. Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Wali Kotamadya Nomor
434/1021/SJ, tanggal 16 Maret 1965, tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing.

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24, tahun 2009, tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.

Di samping pertimbangan hukum yang telah diuraikan, terdapat pula ketentuan yang
dapat menjadi landasan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat
umum sebagai berikut (Sugono, dkk 2008:4).

1. Bahasa yang digunakan di tempat umum, seperti pada papan nama, papan petunjuk, kain
rentang, dan papan iklan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Nama badan usaha, kawasan, gedung, yang memerlukan pengesahan dari instansi pemerintah
menggunakan bahasa Indonesia.

21
3. Nama asing badan usaha yang merupakan cabang badan usaha luar negeri dan nama asing
merek dagang yang terdaftar dan memunyai hak paten tetap dapat dipakai.

4. Pada setiap papan nama, papan petunjuk, kain rentang, dan papan iklan digunakan
tulisan/huruf latin.

5. Pada papan nama, papan petunjuk, kain rentang, dan papan iklan jika dianggap perlu, dapat
digunakan bahasa asing dan dituliskan di bagian bawah bahasa Indonesia dengan huruf latin
yang lebih kecil.

6. Penggunaan tulisan/huruf di luar tulisan/huruf latin, jika dianggap perlu, dapat dibenarkan
sepanjang untuk nama/lambang produk yang telah mendapat izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

7. Organisasi internasional yang bernaung di bawah PBB dan perwakilan diplomatik negara
asing dapat tetap menggunakan tulisan/huruf bahasa asing yang ditulis di bawah nama dalam
bahasa Indonesianya.

2. Kajian Teori

A. Teori Kesalahan Berbahasa

Penutur asli ataupun orang yang sedang dalam proses belajar bahasa dapat membuat
kesalahan dalam berbahasa. Akan tetapi, kesalahan tersebut tidak sama sifat dan penyebabnya.
Corder dalam Anang (2006:68) membedakan atas tiga macam kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh penutur asli, yaitu (1) lapse, (2) error, (3) mistake. Yang dimaksud dengan lapse
adalah suatu jenis kesalahan bahasa yang terjadi karena seorang pembicara berganti cara
mengatakan suatu kalimat diucapkan selengkapnya dan kesalahan karena tidak disengaja (slip of
the tongue atau slip of the pen). Yang dimaksud dengan error adalah suatu jenis kesalahan yang
disebabkan oleh pelanggaran terhadap aturan tata bahasa karena seorang pembicara mungkin
memiliki aturan tata bahasa yang berbeda. Sementara, yang dimaksud dengan mistake adalah
suatu jenis kesalahan yang terjadi karena pembicara/penulis tidak tepat menggunakan kata atau
ungkapan pada situasi yang cocok. Kesalahan berbahasa yang dibuat seseorang yang sedang
dalam proses belajar bahasa kedua disebut juga error.

22
Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor dan bentuknya pun
bermacammacam. Taylor dalam Anang (2006:68) membedakan lima golongan kesalahan
berbahasa, yaitu (1) generalisasi berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang tidak tepat,
(2) transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, (3) terjemahan,
kesalahan yang mengubah jawaban yang dikehendaki, (4) kesalahan yang tidak diketahui
sebabnya, dan (5) kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan.

Pada masa kebangkitan kembali minat terhadap anakes mulailah terjadi perubahan drastis
terhadap landasan teori dan daerah cakupannya. Kalau dahulu kesalahan itu dipandang dari
kacamata guru yang mengukur penampilan siswa dengan norma bahasa yang dipelajari, kini hal
itu dipandang dari kesamaan strategi yang digunakan anak-anak belajar bahasa ibunya dan cara
siswa mempelajari B2. Di samping perubahan konsep terebut, para pakar anakes membuka
lapangan penelitian baru yang menarik untuk diteliti. Lapangan baru atau cakupan baru itu
dikenal dengan istilah interlanguage (Tarigan, 1988:75).

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah kesalahan dan kekeliruan. Istilah
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni
penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya
siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi
secara konsisten, secara sistematis. Sebaliknya, kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh
faktor performansi. Kekeliruan itu bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran
linguistik (Tarigan, 1988:75).

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis memandang bahwa


kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya suatu aturan atau kaidah bahasa yang
diabaikan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh pemakai bahasa dalam pemakaian suatu
bahasa.

B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,


dan lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang
diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang

23
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Hal tersebut tercantum dalam pasal 25
ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut berfungsi sebagai jati diri
bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi
antardaerah dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,
komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi
niaga, serta sarana pengembangan dan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
bahasa media massa.

Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan mengatur bahwa bahasa
Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau
permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga
pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia. Selanjutnya, pada pasal 37 ayat (1) diatur bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia, ayat (2) diatur bahwa informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.

Pasal 38 ayat (1) dalam undang-undang tersebut diatur bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi
lainnya yang merupakan pelayanan umum. Selanjutnya, pada ayat (2) pasal tersebut diatur
bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai bahasa
daerah atau bahasa asing jika dipandang perlu. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
bahasa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang diatur dalam Peraturan
Presiden.

C. Ejaan

24
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ejaan ibarat merupakan rambu lalu lintas yang harus dipatuhi
oleh setiap pengemudi. Jika pengemudi mematuhi rambu lalu lintas itu, terciptalah lalu lintas
yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah bentuk hubungan antara pemakai bahasa
dan ejaan (Finoza, 2001:13).

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD yang
resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 merupakan upaya penyempurnaan ejaan
yang sudah dipakai selama 25 tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi. Sebelum Ejaan Soewandi, telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama
bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Van Ophuysen.

Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD) mencakup lima aspek, yaitu (1)
pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5)
pemakaian tanda baca (Finoza, 2001:15). 1) Pemakain huruf membicarakan bagian-bagian dasar
dari suatu bahasa, yaitu abjad, vokal, konsonan, pemenggalan, dan nama diri. 2) Pemakaian
huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan yang sebelumnya, meliputi huruf
kapital dan huruf miring. 3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala
bentuk dan jenisnya, yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti kau,
ku, mu, dan nya, kata depan di, ke, dan dari, kata sandang si dan sang, pertikel, singkatan dan
akronim, angka dan lambing bilangan. 4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara
penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing. 5) Pemakaian tanda
baca membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan
kaidahnya masing-masing.

D. Diksi (Pilihan Kata)

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau

25
pembicara. Setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-kata
untuk mencapai maksud tertentu. Kata yang dipakai oleh penulis atau pembicara dikatakan sudah
tepat apabila ada reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun nonverbal dari pembaca
atau pendengar. Selain itu, ketepatan juga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman antara
kedua pihak yang sedang berkomunikasi. Secara umum, persyaratan pilihan kata, meliputi (1)
ketepatan, (2) kelaziman, (3) kecermatan (Keraf, 2002:88). Beberapa butir perhatian dan
persoalan berikut ini hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan
kata, yaitu: 1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi 2) Membedakan secara cermat
kata-kata yang hampir bersinonim 3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya 4)
Menghindari kata-kata ciptaan sendiri 5) Waspada terhadap penggunaan akhiran asing 6)
Membedakan kata umum dan kata khusus

E. Unsur Asing dalam Bahasa Indonesia

Penggunaan unsur-unsur asing dalam bahasa Indonesia, baik dalam wacana atau kalimat sangat
berkaitan dengan sikap bahasa. Sikap bahasa seperti itu merupakan sikap bahasa yang kurang
positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, dan sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebagai
bangsa Indonesia, kita harus bangga terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena itu, agar tidak
mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia yang digunakan, unsur-unsur bahasa asing tidak
perlu digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Langkah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi persoalan itu ialah dengan mencarikan padanannya dalam bahasa Indonesia atau
menyerap unsur asing itu sesuai dengan kaidah yang berlaku, seperti yang diatur dalam buku
Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Kata-kata dalam bahasa Inggris yang telah memiliki padanan dalam bahasa
Indonesia tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Sebagai contoh, dapat
dilihat pada kata-kata berikut ini. workshop sanggar kerja upgrading penataran approach
pendekatan misunderstanding salah pengertian problem solving pemecahan masalah job-
description uraian tugas .

Unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia harus memertajam daya
ungkap bahasa Indonesia dan harus memungkinkan orang menyatakan makna konsep atau
gagasan secara tepat. Penyerapan unsur bahasa asing itu harus dilakukan dengan selektif, yaitu
kata serapan yang dapat mengisi kerumpangan konsep dalam khazanah bahasa Indonesia. Di

26
samping itu, kata tersebut memang diperlukan dalam bahasa Indonesia untuk kepentingan
pemerkayaan daya ungkap bahasa Indonesia mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Indonesia modern. Berikut ini beberapa contoh kata tentang hal itu, seperti kata
condominium diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian ejaan menjadi
kondominium. Demikian pula dengan penyerapan kata konsesi, staf, golf, manajemen, dan
dokumen. Kata-kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui penyesuaian ejaan.

F. Penggunaan Nama Indonesia Pada Badan Usaha, Kawasan, dan Bangunan

1. Nama badan usaha, kawasan, dan bangunan dapat diambil dari nama diri, seperti Wijaya,
Jayakarta, Gunung Muria atau kata umum Indah Abadi, Taman Jelita, Sumber Agung atau
gabungan keduanya, misalnya Sanjaya Cemerlang, Mataram Elok, Semarang Sakti (Sugono dkk.
2008:6).

2. Istilah juga dapat menjadi bagian nama badan usaha, kawasan, dan bangunan untuk
memerjelas identitas. Contoh: Bank Devisa Bali Kawasan Industri Mitra Usaha
Penerbit Gerak Maju Bank Devisa, Kawasan Industri, dan Penerbit merupakan istilah,
sedangkan Bank Devisa Bali, Kawasan Industri Mitra Usaha, dan Penerbit Gerak Maju
merupakan nama badan usaha, kawasan, dan bangunan.

3. Jika badan usaha, kawasan, dan bangunan menggunakan nama, baik nama Indonesia maupun
nama asing, nama Indonesia ditempatkan di atas nama asing itu. Contoh:

Balai Sidang Jakarta


Jakarta Convention Center

4. Nama asing yang digunakan untuk badan usaha, kawasan, dan bangunan perlu dilengkapi
dengan padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh

Tepian Danau Bogor


Bogor Lakaside

27
5. Nama asing badan usaha yang merupakan cabang luar negeri dan nama asing merek dagang
yang terdaftar dan memiliki hak paten tetap dapat dipakai Contoh: Citibank Kentucky Fried
Chicken Gucci Mitsubishi

G. Sumber Nama Badan Usaha, Kawasan, dan Bangunan

1. Sumber pertama untuk nama badan usaha, kawasan dan bangunan ialah bahasa Indonesia
(Sugono, dkk. 2008:7). Contoh: Gedung Serbaguna Mokodompit Kawasan Industri Makasar
Menara Telkomsel Perumahan Kendari Permai Taman Bunga Mekarsari

2. Sumber kedua untuk nama badan usaha, kawasan, dan bangunan ialah bahasa daerah. Contoh:
Pondok Indah Asri Bantaran Ciliwung

3. Sumber ketiga untuk nama badan usaha, kawasan, dan bangunan ialah bahasa asing yang sulit
dicari padanannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah atau yang lebih ringkas daripada
terjemahannya. Contoh: Apartemen Cempaka Putih Hotel Shangrila Mal Cempaka Indah
Plaza Arion

H. Struktur Frasa Pola

penyusunan frasa ada dua jenis, yaitu (1) inti atau induk terletak di kiri pewatas, yaitu kata yang
di depan adalah kata yang diterangkan (D) dan kata yang menyertainya adalah kata yang
menerangkan (M), (2) inti atau induk terletak di kanan pewatas, yaitu kata yang di depan adalah
kata yang menerangkan (M) dan kata yang menyertainya adalah kata yang diterangkan (D)
(Sugono, 1999). Pola penyusunan frasa dalam bahasa Indonesia mengikuti pola diterangkan-
menerangkan (D-M), kecuali pada nama yang menjadi satu kata, seperti adikarya, artagraha,
swakarsa, dan sebagainya. Hukum D-M memunyai pengecualian antara lain, kata depan, kata
bilangan, kata keterangan, kata kerja bantu, kata majemuk dari bahasa asing.

3. Metode Penelitian Metode

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik deskriptif. Metode simak
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa.
Istilah menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:90). Teknik analisis yang digunakan dalam

28
penelitian ini adalah teknik yang bersifat deskriptif kualitatif-preskriptif, yaitu dengan
mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di lapangan dan memberi solusi atau pemecahan
atas masalah yang terdapat dalam pemakaian bahasa Indonesia pada layanan umum dan layanan
niaga di Kota Kendari.

4. Pembahasan

4.1 Bentuk-Bentuk Kesalahan pada Informasi Layanan Umum di Kota Kendari

a. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan

Dalam pembahasan berikut akan dijelaskan beberapa bentuk kesalahan ejaan yang terdapat pada
informasi layanan umum di Kota Kendari. Kesalahan ejaan yang ditemukan pada data berupa
kesalahan penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penggunaan huruf kapital. Berikut ini
akan diuraikan bentukbentuk kesalahan yang dimaksud.

1) Kesalahan Bentuk Penulisan Kata

(1) Musolah Ar Rahman Komp. BPKP Membuka Pendaftaran Taman Pendidikan Baca Al-
Quran Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan penulisan kata
musolah dan Ar Rahman. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata
musolah adalah musala. Sementara, dalam kaidah ejaan diatur bahwa bentuk terikat yang diikuti
oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda
hubung (-) sehingga penulisan untuk kata Ar Rahman adalah Ar-Rahman. Dengan demikian,
informasi tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut.

(1a) Musala Ar- Rahman Komp. BPKP Membuka Pendaftaran Taman Pendidikan Baca Al-
Quran

(2) BUKIT LEPO LEPO INDAH Kesalahan yang terdapat pada papan nama perumahan
tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata LEPO LEPO. Dalam kaidah bahasa
Indonesia diatur bahwa bentuk penulisan untuk satu kata ditulis secara serangkai, tidak terpisah.
Begitu pula halnya dengan kata LEPOLEPO, jika seandainya kata itu merupakan bentuk satu
kata, penulisannya harus ditulis serangkai. Akan tetapi, jika kata itu dianggap sebagai kata

29
ulang, penulisannya harus disertai dengan tanda hubung (-). Dengan demikian, bentuk penulisan
yang benar untuk papan nama tersebut adalah sebagai berikut.

(2a) BUKIT LEPOLEPO INDAH

(2b) BUKIT LEPO-LEPO INDAH

(3)PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI TENGGARA BADAN PENGAWASAN


PROPINSI SULAWESI TENGGARA Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi
tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata PROPINSI. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata propinsi adalah provinsi. Oleh karena itu, penulisan
yang benar untuk informasi tersebut adalah sebagai berikut.

(3a) PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BADAN PENGAWASAN

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

(4) PEMERINTAH KOTA KENDARI

INSPEKTORAT KOTA KENDARI

JL. BALAIKOTA III NO 40 TELP 0401 323013

Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut adalah kesalahan dalam penulisan
kata balaikota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk penulisan yang tepat
untuk kata balaikota adalah ditulis terpisah, tidak dirangkaikan. Dengan demikian, penulisan
yang benar untuk informasi di atas adalah sebagai berikut.

(4a) PEMERINTAH KOTA KENDARI

INSPEKTORAT KOTA KENDARI

JL. BALAI KOTA III NO. 40 TELP. 0401 323013

(5) PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

TURUT MENSUKSESKAN

30
MUSYAWARAH WILAYAH III

PARTAI AMANAT NASIONAL

Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata
mensukseskan. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa semua bentuk
kata dasar yang diawali dengan huruf /s/ apabila mendapat awalan meng-, fonem /s/ di awal kata
tersebut luluh, awalan meng- berubah menjadi meny-. Oleh karena itu, bentuk yang tepat untuk
penulisan kata mensukseskan adalah menyukseskan. Dengan demikian, penulisan yang benar
untuk baliho tersebut adalah sebagai berikut.

(5a) PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

TURUT MENYUKSESKAN

MUSYAWARAH WILAYAH III

PARTAI AMANAT NASIONAL

(6) Selamat Datang Saudaraku

Hatta Radjasa

di Arena

MUSWIL

KE III

DPW PAN

Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan KE III.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa penulisan lambang bilangan
tingkat yang menggunakan angka Romawi tidak perlu didahului kata depan ke. Kata depan ke
ditulis di depan lambang bilangan tingkat disertai dengan tanda hubung apabila lambang
bilangan yang digunakan adalah angka Arab. Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk baliho
tersebut adalah sebagai berikut.

31
(6a) Selamat Datang Saudaraku

Hatta Radjasa

di Arena

MUSWIL III

DPW PAN

(6b) Selamat Datang Saudaraku

Hatta Radjasa

di Arena

MUSWIL ke- 3

DPW PAN

(7) Dr. DIDIN ROHIDIN

PRAKTEK UMUM

JAM 17.00-21.00

HARI LIBUR TUTUP

Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan
singkatan kata dokter dan bentuk penulisan kata praktek. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan diatur bahwa bentuk singkatan yang tepat dari kata dokter adalah dr. Di samping
itu, bentuk baku dari kata praktek adalah praktik. Dengan demikian, penulisan yang benar pada
papan nama tersebut adalah

(7a) dr. DIDIN ROHIDIN

PRAKTIK UMUM

JAM 17.00-21.00

32
HARI LIBUR TUTUP

2) Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

(8) KANTOR BERSAMA URUSAN STNK. BBNKB. PKB DAN SWDKLLJ PROPINSI
SULAWESI TENGGARA

JL. BALAIKOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242

Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut adalah kesalahan penggunaan tanda
titik. Tanda titik pada informasi di atas sebaiknya diganti dengan tanda koma. Dengan demikian,
penulisan yang benar pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.

(8a) KANTOR BERSAMA URUSAN STNK, BBNKB, PKB, DAN SWDKLLJ PROVINSI
SULAWESI TENGGARA JL. BALAI KOTA NO. 7 KENDARI TELP. 321242

(9) ALHAMDULILLAH

TELAH BEROPERASI

PT. BANK MUAMALAT INDONESIA

KANTOR KAS WUA-WUA

Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan penulisan singkatan PT.
Dalam kaidah ejaan diatur bahwa singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan usaha atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Dengan demikian, penulisan yang
benar pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.

(9a) ALHAMDULILLAH

TELAH BEROPERASI

PT BANK MUAMALAT INDONESIA

KANTOR KAS WUA-WUA

33
3) Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

(10) Berantas Sarang Nyamuk agar Bebas Jentik Dengan 3M Plus

Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata
Dengan. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa semua bentuk
konjungsi dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf kecil di awal kata tersebut, kecuali semua
kata yang ditulis sebelum dan sesudahnya menggunakan huruf kapital, konjungsi itu juga ditulis
dengan menggunakan huruf kapital semua. Oleh karena itu, bentuk yang tepat untuk penulisan
informasi pada baliho tersebut adalah sebagai berikut.

(10a) Berantas Sarang Nyamuk agar Bebas Jentik dengan 3M Plus

(10b) BERANTAS SARANG NYAMUK AGAR BEBAS JENTIK DENGAN 3M PLUS

b. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi

Kesalahan diksi juga terdapat pada informasi layanan umum di Kota Kendari. Berikut ini akan
ditunjukkan bentuk kesalahan diksi yang terdapat pada informasi layanan umum di Kota
Kendari.

(11) MUSYAWARAH WILAYAH III

PARTAI AMANAT NASIONAL

SULAWESI TENGGARA

Menelorkan

Pemimpin

Masa Depan

Kesalahan yang terdapat pada baliho tersebut adalah kesalahan pada penggunaan kata
menelorkan. Salah satu syarat ketepatan dalam penggunaan diksi adalah syarat kelaziman. Kata
menelorkan pada informasi di atas dianggap kurang lazim digunakan dalam masyarakat karena
kata itu bisa saja pengaruh dari salah satu dialek yang ada di negara kita. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari kata menelorkan adalah menelurkan karena berasal

34
dari kata dasar telur, bukan telor. Selain kesalahan dari segi bentukan kata, informasi di atas
sebaiknya memilih kata yang lebih lazim atau lebih tepat digunakan pada informasi tersebut,
seperti kata menghasilkan. Dengan demikian, penulisan yang benar pada baliho tersebut adalah
sebagai berikut.

(11a) MUSYAWARAH WILAYAH III

PARTAI AMANAT NASIONAL

SULAWESI TENGGARA

Menghasilkan

Pemimpin

Masa Depan

(12)Dr. DIDIN ROHIDIN

PRAKTEK UMUM

JAM 17.00-21.00

HARI LIBUR TUTUP

Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah penggunaan kata jam. Kata jam dan
pukul merupakan dua bentuk kata yang hampir tidak dapat dibedakan artinya oleh sebagian besar
masyarakat sehingga penggunaannya sering kali tidak tepat. Kata jam dan pukul masing-masing
memunyai makna sendiri yang berbeda satu sama lain. Hanya saja, sering kali pemakai bahasa
kurang cermat dalam menggunakan kedua kata itu sehingga tidak jarang kedua kata itu
digunakan dengan maksud yang sama. Kata jam menunjukkan makna masa atau jangka waktu,
sedangkan kata pukul mengandung pengertian saat atau waktu. Dengan demikian, jika
maksud yang ingin diungkapkan adalah waktu atau saat, kata yang tepat digunakan adalah kata
pukul. Sebaliknya, jika yang ingin diungkapkan adalah masa atau jangka waktu, kata yang
tepat digunakan adalah kata jam. Selain untuk menyatakan arti masa atau jangka waktu, kata
jam juga berarti benda penunjuk waktu atau arloji, seperti pada kata jam dinding atau jam

35
tangan. Oleh karena itu, penulisan informasi yang benar pada papan nama tersebut adalah
sebagai berikut.

(12a) dr. DIDIN ROHIDIN

PRAKTIK UMUM

PUKUL 17.00-21.00

HARI LIBUR TUTUP

4.2 Bentuk-Bentuk Kesalahan pada Informasi Layanan Niaga di Kota Kendari

Informasi pada layanan niaga di Kota Kendari juga memperlihatkan berbagai bentuk kesalahan,
baik kesalahan penggunaan bahasa Indonesia maupun kesalahan karena penggunaan istilah
asing. Berikut ini akan ditunjukkan bentuk-bentuk kesalahan yang terdapat pada informasi
layanan niaga di Kota Kendari.

a. Bentuk-Bentuk Kesalahan Ejaan

1) Kesalahan Bentuk Penulisan Kata

(13)Triple-F Gorden

Cash & Kredit

Lengkap, murah, & berkwalitas

Menerima pesanan:

Kain gorden, hotel, perkantoran

Vertikal, blind, vitrase, rel gorden & accesories

Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut adalah kesalahan pada bentuk
penulisan kata berkwalitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk baku dari
kata tersebut adalah berkualitas. Oleh karena itu, penulisan yang benar untuk informasi pada
papan nama tersebut adalah sebagai berikut. (13a) Triple-F Gorden Cash & Credit Lengkap,

36
murah, & berkualitas Menerima pesanan: Kain gorden untuk hotel dan perkantoran Vertikal,
blind, vitrase, rel gorden & accessories

(14) Sentral Listrik & Tehnik

PUSAT PERLENGKAPAN LISTRIK, TEHNIK & LAMPU HIAS

Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut adalah kesalahan pada bentuk
penulisan kata tehnik dan penulisan simbol &. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
bentuk baku dari kata tersebut adalah teknik, bukan tehnik atau pun tekhnik seperti yang sering
kita temukan dalam beberapa tulisan lain. Sementara, untuk bentuk simbol & sebaiknya
digunakan kata hubung yang sebenarnya, yaitu dan. Oleh karena itu, bentuk yang tepat untuk
penulisan informasi pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.

(14a) Sentral Listrik & Teknik

PUSAT PERLENGKAPAN LISTRIK, TEKNIK, DAN LAMPU HIAS

2) Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

(15) UD. RAHMA MOTOR

Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan singkatan Usaha Dagang
(UD.). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kaidah ejaan diatur bahwa singkatan
nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan usaha atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik. Dengan demikian, penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut
adalah sebagai berikut.

(15a) UD RAHMA MOTOR

(16) BURGER

ONLY RP. 10.000,-

Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan dalam pada bentuk
penulisan RP. 10.000,-. Dalam ejaan bahasa Indonesia diatur bahwa penulisan singkatan rupiah

37
tidak diikuti tanda titik dan jumlah angka yang mengikutinya ditulis serangkai dengan lambing
(Rp) tanpa spasi. Di samping itu, pada akhir angka bilangan tidak diberi tanda (,-), tetapi harus
dengan angka (00). Oleh karena itu, penulisan informasi yang benar pada kain rentang tersebut
adalah sebagai berikut.

(16a) BURGER

Only Rp10.000,00

(17) Toko. KEMBAR JAYA

Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut adalah kesalahan penulisan kata
toko yang diikuti oleh tanda titik. Selain itu, kata toko sebaiknya juga ditulis dengan
menggunakan huruf kapital semua. Dengan demikian, bentuk penulisan yang benar untuk
informasi pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.

(17a) TOKO KEMBAR JAYA

3) Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital

(18) RAJA MURAH Sendal, Sepatu, Tas Dan Koper dll..

Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan pada bentuk penulisan kata
Dan. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diatur bahwa semua kata hubung
(konjungsi) dalam sebuah kalimat atau pun judul ditulis dengan huruf kecil pada awal kata.
Konjungsi dapat saja ditulis dengan huruf kapital apabila semua kata dalam kalimat atau judul itu
ditulis dalam huruf kapital semua. Dengan demikian, penulisan yang benar untuk informasi pada
kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.

(18a) RAJA MURAH Sendal, Sepatu, Tas, Koper, dll.

(18b) RAJA MURAH Sendal, Sepatu, Tas, dan Koper

b. Bentuk-Bentuk Kesalahan Diksi

(19) DISKON GEDE

Sampe Abisss

38
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan pada penggunaan kata gede
dan sampe abis. Kata yang sebaiknya digunakan untuk menggantikan kata-kata tersebut adalah
kata besar, sampai, dan habis. Pemakaian bentuk kata gede, sampe, dan abis dianggap sebagai
pengaruh dari bahasa daerah atau dialek daerah tertentu. Dengan demikian, penulisan yang benar
untuk informasi pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.

(19a) DISKON BESAR Sampai habis.

c. Bentuk-Bentuk Kesalahan Struktur Kata

Kesalahan pola struktur kata terdapat pada informasi layanan niaga di Kota Kendari. Berikut ini
adalah contoh kesalahan penggunaan struktur kata yang terdapat pada informasi yang dimaksud.

(20) Anawai Hotel

Jl. Pasar Baruga

(21) Kubra Hotel Kesalahan yang terdapat pada papan nama hotel tersebut adalah penggunaan
struktur bahasa asing (MD) dalam bahasa Indonesia (DM). Bentuk yang tepat untuk penulisan
pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.

(20a) Hotel Anawai

Jl. Pasar Baruga

(21a) Hotel Kubra

(22) DARMA JAYA MOTOR

Kedai Suku Cadang dan Variasi Sepeda Motor

Kesalahan yang terdapat pada papan nama badan usaha tersebut adalah penggunaan struktur
bahasa asing (MD) dalam bahasa Indonesia (DM). Bentuk yang tepat untuk penulisan papan
nama tersebut adalah sebagai berikut.

(22a) MOTOR DARMA JAYA

d. Bentuk-Bentuk Kesalahan karena Penggunaan Istilah Asing

39
Berikut ini akan diuraikan beberapa bentuk kesalahan yang terdapat pada informasi layanan
niaga di Kota Kendari karena menggunakan istilah asing yang sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia.

(23)Srikandi

HOTEL

TOURS &

TRAVEL

GUEST ROOM

MEETING ROOM

MINI MARKET

COFFEE SHOP

Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan bahasa asing seperti yang terdapat
pada papan nama hotel tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena kata-
kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanan kata tours dalam bahasa
Indonesia adalah wisata, travel adalah perjalan; perlawatan, guest room adalah kamar tamu;
ruang tamu, meeting room adalah ruang rapat; ruang pertemuan, mini market adalah pasar
mini, dan coffee shop adalah kedai kopi. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap
dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya dan bentuk penulisannya harus mengikuti struktur dalam bahasa Indonesia. Dengan
demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan,
yaitu:

(23a) Hotel dan Jasa Wisata serta Perjalanan Srikandi

Kamar tamu; ruang tamu

Ruang pertemuan; ruang rapat

Pasar mini

40
Kedai kopi

(23b) Hotel dan Jasa Wisata perjalanan Srikandi Srikandi

Hotel Tours & Travel

kamar tamu; ruang tamu (guest room)

ruang pertemuan; ruang rapat (meeting room)

pasar mini (mini market)

Kedai kopi (coffee Shop)

(24)COLUMBIA

CASH & CREDIT

Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan bahasa asing seperti yang terdapat
pada papan nama badan usaha tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena
kata-kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanan kata cash dalam bahasa
Indonesia adalah tunai dan credit adalah kredit. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap
dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk
asingnya. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk
yang dianjurkan, yaitu:

(24a) Columbia Tunai dan Kredit

(24b) Columbia Tunai dan Kredit

Columbia Cash & Credit

(25) Arzetty

Rental Car

Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan bahasa asing seperti yang terdapat
pada papan nama badan usaha tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena
kata-kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti struktur penulisan

41
dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata rental dalam bahasa Indonesia adalah
penyewaan dan car adalah mobil. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan,
sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya. Dengan
demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan,
yaitu:

(25a) Penyewaan mobil arzetty

(25b) Penyewaan mobil

Arzetty Arzetty Rental Car

(26) Pritasona

TOURS & TRAVEL

ON LINE SERVICE

Apabila kita merujuk pada aturan yang berlaku, penggunaan bahasa asing seperti yang terdapat
pada papan nama badan usaha tersebut seharusnya ditulis dalam dalam bahasa Indonesia karena
kata-kata itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan mengikuti struktur penulisan
dalam bahasa Indonesia. Bentuk padanan dari kata tours dalam bahasa Indonesia adalah wisata
dan travel adalah perjalanan, sedangkan on line service bentuk padanannya dalam bahasa
Indonesia adalah layanan terpasang. Akan tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan,
sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya. Dengan
demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti seperti bentuk yang dianjurkan,
yaitu: (26a) Jasa Wisata dan Perjalanan Pritasona Layanan terpasang

(26b) Jasa Wisata dan Perjalanan Pritasona

Pritasona Tours & Travel

Layanan terpasang (on line service)

(27)Yoppie Salon

Rias Pengantin & Dekorasi

42
Gunting, treatment, smoothing, bonding warna, keriting bulu mata, sanggul, make up,

pelurusan system ion, keriting rambut, pewarnaan rambut, hair extention.

Informasi pada kain rentang tersebut ditulis dengan menggunakan dua unsur bahasa, yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris
pada informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata treatment dalam
bahasa Indonesia padanannya adalah pengobatan, smoothing padanannya adalah pelembutan,
make up adalah tata rias, hair extention padanannya adalah sambung rambut. Akan tetapi,
apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa Indonesia
tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti struktur penulisan
dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya diganti
seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:

(27a) Salon Yoppie

Rias Pengantin & Dekorasi

Gunting, pengobatan, pelembutan, bonding warna, keriting bulu mata, sanggul, tata rias,

pelurusan system ion, keriting rambut, pewarnaan rambut, sambung rambut.

(27b) Salon Yoppie

Rias Pengantin & Dekorasi

Gunting, pengobatan (treatment), pelembutan (smoothing), bonding warna, keriting bulu mata,
sanggul, tata rias (make up),

pelurusan sistem ion, keriting rambut, pewarnaan rambut,

sambung rambut (hair extention).

(28) Kreasi Net

Warnet &

Game centre

43
Informasi papan nama badan usaha tersebut ditulis dengan menggunakan dua unsur bahasa, yaitu
bahasa Indonesia dan bahasa asing (bahasa Inggris). Kata yang merupakan unsur bahasa Inggris
pada informasi di atas sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata game dalam bahasa
Indonesia padanannya adalah permainan, sedangkan centre padanannya adalah pusat. Akan
tetapi, apabila bentuk asingnya tetap dipertahankan, sebaiknya padanannya dalam bahasa
Indonesia tetap ditulis sebelum bentuk asingnya dan bentuk penulisannya mengikuti struktur
penulisan dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, bentuk penulisan kata tersebut seharusnya
diganti seperti bentuk yang dianjurkan, yaitu:

(28a) Kreasi Net

Warnet

Pusat Permainan

(28b) Kreasi Net

Warnet

Pusat permainan (game centre)

4.3 Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan pada Informasi Layanan Umum dan Layanan
Niaga di Kota Kendari

a. Kesalahan Ejaan

Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner tentang penyebab kesalahan
ejaan pada informasi yang dimaksud, diperoleh informasi tentang beberapa penyebab kesalahan
tersebut, yaitu dari 44 responden, 21 responden (47,7%) menjawab karena tidak mengetahui
kaidah, 12 responden (27,27%) menjawab karena mereka menganggap bahwa apa yang ditulis
itu sudah benar, 6 responden (13,63%) menjawab karena kesalahan pihak percetakan, 3
responden (6,8%) menjawab karena mengikuti konsep lama, dan 2 responden (4,45%) menjawab
sudah mengetahui bahwa itu salah tetapi belum sempat mengubahnya.

b. Kesalahan Diksi

44
Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner tentang penyebab kesalahan
diksi pada informasi yang dimaksud, diperoleh informasi tentang beberapa penyebab kesalahan
tersebut, yaitu dari 5 responden, 1 responden (20%) menjawab karena tidak mengetahui kaidah,
3 responden (60%) menjawab karena mereka mengikuti konsep lama, 1 responden (20%)
menjawab karena kata itu lebih umum dipakai. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
faktor penyebab yang paling tinggi terhadap kesalahan diksi pada informasi layanan umum dan
layanan niaga di Kota Kendari adalah karena mengikuti konsep lama.

c. Kesalahan Struktur Kata

Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner tentang penyebab kesalahan
struktur kata pada informasi yang dimaksud, penulis memeroleh informasi tentang beberapa
penyebab kesalahan tersebut, yaitu dari 7 responden, 1 responden (14,28%) menjawab karena
untuk menarik perhatian masyarakat, 4 responden (57,14%) menjawab karena lebih bergengsi, 2
responden (28,57%) menjawab karena bentuk seperti itu lebih umum dipakai. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang paling tinggi terhadap kesalahan struktur kata
pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari adalah karena lebih bergengsi.

d. Kesalahan karena Penggunaan Istilah Asing

Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner tentang penyebab penggunaan
istilah asing pada informasi yang dimaksud, penulis memeroleh informasi tentang beberapa
penyebab kesalahan tersebut, yaitu dari 19 responden, 5 responden (26,31%) menjawab karena
untuk menarik perhatian masyarakat, 4 responden (21,05%) menjawab karena menggunakan
istilah asing lebih bergengsi, 3 responden (15,78%) menjawab karena tidak mengetahui padanan
kata tersebut dalam bahasa Indonesia, 2 responden (10,5%) menjawab karena masyarakat lebih
akrab dengan istilah asing, 1 responden (5,26%) menjawab karena tidak menerima edaran
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat umum, 4 responden (21,05)
menjawab karena istilah asing lebih umum dipakai.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

45
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan rumusan masalah
dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk
kesalahan yang ditemukan pada informasi layanan umum di Kota Kendari, meliputi (1)
kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda baca, dan
kesalahan penggunaan huru capital, (2) kesalahan diksi. 2. Bentuk-bentuk kesalahan yang
ditemukan pada informasi layanan niaga di Kota Kendari, meliputi (1) kesalahan ejaan, yaitu
kesalahan penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda baca, dan kesalahan penggunaan huruf
capital, (2) kesalahan diksi, (3) kesalahan struktur kata, dan (4) kesalahan Karena penggunaan
istilah asing. 3. Faktor-faktor penyebab kesalahan yang terdapat pada informasi layanan umum
dan layanan niaga di Kota Kendari dapat diuraikan sebagai berikut. a. Faktor-faktor penyebab
kesalahan ejaan, meliputi (1) pihak yang terkait tidak mengetahui kaidah dalam bahasa
Indonesia, (2) kesalahan pihak kedua (percetakan), (4) karena mengikuti konsep lama, (5) tidak
peduli terhadap penggunaan bahasa Indonesia b. Faktor-faktor penyebab kesalahan diksi,
meliputi (1) karena tidak mengetahui kaidah bahasa Indonesia, (2) karena mengikuti konsep
lama, (3) karena lebih umum dipakai. c. Faktor-faktor penyebab kesalahan struktur kata, meliputi
(1) karena untuk menarik perhatian masyarakat, (2) karena dianggap lebih bergengsi, (3) karena
lebih umum dipakai. d. Faktor-faktor penyebab kesalahan karena penggunaan istilah asing,
meliputi (1) karena untuk menarik perhatian masyarakat, (2) karena dianggap lebih bergengsi,
(3) karena tidak mengetahui padanan kata dalam bahasa Indonesia, (4) karena masyarakat
dianggap lebih akrab dengan istilah asing, (5) karena belum ada surat edaran penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di tempat umum, (6) karena istilah asing lebih umum dipakai.

5.2 Saran

Penulis berharap agar Pemerintah Kota Kendari melakukan sosialisasi Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan
Lagu Kebangsaan, yang di dalamnya memuat aturan atau ketentuan tentang penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di tempat umum. Selain itu, pemerintah Kota Kendari diharapkan
untuk melakukan upaya penertiban penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum dan membuat
Peraturan Daerah tentang penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum serta memberi sanksi
administrasi kepada pihak yang tidak menaati aturan yang berlaku

46
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah
Madah University Pres.

Asri. 2008. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama dan Reklame di Kota Palu.
Multilingual Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan. Vol. 2:53-70.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Depdiknas. 2000. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______ . 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah.

______ . 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Pusat Bahasa. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:
Pusat Bahasa.

Santosa, Anang. 2006. Medan Bahasa. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

47
Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi Revisi. Jakarta: Puspa swara.

______. 2008a. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.

______.2008b. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.

______. 2008c. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia.

______. 2008d. Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional.

Sumarsono, 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.

Tri Winiasih. 2006. Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Nama Perumahan di
Kabupaten Sidoarjo. Medan Bahasa Jurnal Kajian Bahasa Indonesia dan Daerah. 1:63-79.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Wijana, Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

48
BAB III

KEUNGGULAN JURNAL

A. KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN


Saling berhubungan dimana teori-teori pada bagian jurnal pertama dapat dibahas pada
jurnal yang kedua, seperti:
Membahasa tentang penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam kehidupan.
Jurnal 1:
Pada jurnal 1 lebih dominan membahas bahasa yang baku yang baik dan benar yang
mudah dipahami dengan kata perkatanya.
Jurnal 2:
Pada jurnal 2 lebih dominan kepada penulisan kata bahasa indonesia yang baik dan benar
contohnya pada pembuatan plang atau pamlet dalam kehidupan sehari-hari yangbanyak
keliriuan dalam penulisan bahasanya.

B. ORIGINALITAS TEMUAN
Jurnal 1:
Pada jurnal 1 orginalitasnya dapat ditemukan dalam Pendekatan yang diterapkan
adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Muhammad (2011:30)
mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di SMAN 8 Denpasar dengan teknik sampling
pada naskah karya tulis esai siswa dalam Ujian Praktik bahasa Indonesia Tahun Pelajaran
2010/2011. Populasi sebanyak 427 karya siswa diwakili oleh sampel sebanyak 107 karya
siswa.
Menurut Arikunto (2002:135) metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan: (1)
pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya; (2) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Diperlukan
juga data tambahan berupa faktor-faktor yang memengaruhi kesalahan siswa dengan
memberikan angket kepada responden. Metode dokumentasi dan teknik pencarian data
mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan kesalahan penerapan kata baku pada karya
tulis esai siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini digunakan teknik catat.
49
Jurnal 2:
Pada jurnal ke-2 keorginalitasnya terdapat dalam Metode simak adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah
menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:90). Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik yang bersifat deskriptif kualitatif-preskriptif, yaitu
dengan mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di lapangan dan memberi solusi
atau pemecahan atas masalah yang terdapat dalam pemakaian bahasa Indonesia pada
layanan umum dan layanan niaga di Kota Kendari.

C. KEMUTAHIRAN MASALAH
Jurnal 1:
Pada jurnal 1 kemutahiran masalah terdapat dalam : (1) memperoleh gambaran
bagaimana penerapan kaidah kata baku dalam karya tulis esai para siswa pada ujian
praktik untuk dianalisis. (2) menjadi contoh untukmelihat jenis kesalahan apa yang paling
banyak dialami para siswa dalam karya tulis esainya. (3) untuk mengetahui faktor yang
memengaruhi terjadinya kesalahan penerapan kata baku.
Jurnal 2:
Pada jurnal ke-2 ini kemutahiran masalah terdapat dalam kehidupan sehari-hari, kita
mengenal istilah kesalahan dan kekeliruan. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan
(mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian
bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa belum memahami
sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten,
secara sistematis. Sebaliknya, kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor
performansi.

D. KOHENSI DAN KOHERENSI PENELITIAN


Jurnal 1:
Kohensi dan koherensi pada penelitian itu terdapat dalam memeroleh data
digunakan metode pendekatan kualitatif pencatatan dokumen dengan sampel sebanyak
25% (107) naskah karya tulis siswa dari populasi sebanyak 427. Untuk memeroleh data

50
digunakan istrumen pedoman pencatatan teknik catat. Setelah data terkumpul data
dianalisis dengan metode agih, yakni berdasarkan 51irri-ciri kata baku dalam bahasa
Indonesia. Hasil analisis disajikan dengan perumusan kata-kata biasa penelitian diperoleh
hasil sebagai berikut. (1) Gambaran kesalahan yang dialami siswa meliputi kesalahan
ejaan (EYD) dalam penulisan kata dasar sebanyak 72 orang (67,29 %); kesalahan dalam
pilihan kata sebanyak 38 orang (35,51%); kesalahan dalam penulisan imbuhan sebanyak
93 orang (86,91%); kesalahan dalam penulisan kata ulang sebanyak 32 orang siswa
(29.91%); dan kesalahan penggunaan/penulisan kata majemuk sebanyak 11 orang siswa
(10,24%). (2) Jenis kesalahan yang paling bayak terdapat pada penerapan kata
berimbuhan. (3) Faktor-faktor yang memengaruhi kesalahan siswa adalah kebiasaan,
ketidaktahuan, dan kurang aktivitas membaca dan menulis di kalangan siswa sebagai
ajang penerapan kaidah kata buku.

Jurnal ke-2:
Dari populasi tersebut sampel dipilih secara purposif. Data dikumpulkan dengan
teknik simak, dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan: 1)
bentuk-bentuk kesalahan pada informasi layanan umum dan layanan niaga di Kota
Kendari, meliputi kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan struktur kata, dan
kesalahan karena penggunaan istilah asing, 2) faktor-faktor penyebab kesalahan pada
penggunaan ejaan dan diksi, yaitu: pihak yang terkait tidak mengetahui kaidah bahasa
Indonesia, menganggap tulisan mereka sudah benar, kesalahan pada pihak kedua
(percetakan), mengikuti konsep lama, belum sempat mengubah bentuk yang salah, dan
lebih umum dipakai. Faktor-faktor penyebab kesalahan struktur kata dan kesalahan
karena penggunaan istilah asing, yaitu: supaya menarik perhatian pelanggan, penggunaan
bahasa asing lebih bergengsi, tidak mengetahui padanan kata dalam bahasa Indonesia,
belum menerima edaran tentang penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum, dan
lebih umum dipakai.

51
BAB IV

KELEMAHAN JURNAL

A. KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN


Kurang saling berhubungan karena ada yang tidak terdapat dalam jurnalnya, seperti:

Jurnal 1:
Didalam jurnal 1 kurang ada ejaan dan diksi seperti terdapat pada jurnal ke-2
Tidak ada penulisan kata baku didalam jurnal 1
Pengumpulan datanya kurang lengkap

Jurnal 2:
Didalam jurnal 2 Tidak memperjelas bahasa persen data yang terdapat didalamnya
sehingga sulit dipahami
Didalam jurnal 2 terlalu ribet penggunaan katanya sehingga pembaca kurang
mengerti

B. ORIGINALITAS TEMUAN

Jurnal 1:
Didalam penelitian pertama dan kedua memiliki temuan yang originalitas. Dibagian
penelitian kedua tidak banyak memperincin keterangan tentang ejan dan diksi hujannya dan
kurang data untuk meperakurat data persen yang seperti jurnal ke-2.

Jurnal 2:
Didalam penelitian ini kelemahan origanilitas temuan tidak ditemukan karena dalam
penelitian ini sudah dibuatnya metode penelitian yang membantu dalam menyelesaikan
masalah yang ada.

52
C. KEMUTAHIRAN MASALAH
Jurnal 1:
Pada penelitian kedua kurang lengkap perincian tentang data yang ada. Karena tidak banyak
pengertian yang dibuat didalamnya serta tidak memaparkan persen dan penulisan kata baku
itu.
Jurnal 2:
Didalam penelitian ini kelemahan kemuhtahiran masalah tidak ditemukan. karena dalam
penelitian ini masalah yang ditemukan dapat diselesaikan dengan baik sesuai metode yang
ada serta model yang digunakan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam penelitian.

D. KOHESI DAN KOHERENSI ISI PENELITIAN


Jurnal 1:
Pada jurnal 1 Kohensi dan Koherensi adalah pengunaan kata baku yang meliputi :
1) Gambaran kesalahan siswa pada penerapan kata baku dapat disimpulkan: (1) kesalahan
EYD dalam penulisan kata dasar sebanyak 67,29%; (2) kesalahan dalam diksi sebanyak
35,51%; (3) kesalahan dalam penerapan imbuhan sebanyak 86,91%; (4) kesalahan dalam
penerapan kata ulang sebanyak 29,91%; (5) kesalahan dalam penerapan kata majemuk
sebanyak 10,24%.
2) Kesalahan penerapan kata baku pada karya tulis esai para siswa paling banyak terdapat
pada penerapan kata berimbuhan.
3) Faktor yang memengaruhi kesalahan siswa dalam penerapan kata baku adalah: (1)
ketidaktahuan siswa akan kaidah bentuk kata baku; (2) kebiasaan siswa menggunakan bentuk
yang salah
Jurnal 2:
Pada jurnal ke-2 Kohensi dan Koherensi adalah bahasa baku yang digunakan dengan
meliputi (1) kesalahan ejaan, yaitu kesalahan penulisan kata, kesalahan penggunaan tanda
baca, dan kesalahan penggunaan huruf capital, (2) kesalahan diksi, (3) kesalahan struktur
kata, dan (4) kesalahan Karena penggunaan istilah asing. 3. Faktor-faktor penyebab
kesalahan yang terdapat pada informasi layanan umum dan layanan niaga.

53
BAB V

IMPLIKASI

A. TEORI
JURNAL 1:
Pada jurnal 1 teorinya yaitu Kata baku menjadi salah satu materi esensial dalam
pembelajaran bahasa Indonesia untuk menuju penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Salah satu wujud penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
penerapan kata baku pada ragam bahasa resmi. Kenyatannya, penerapan bentuk kata
baku masih menjadi kesulitan.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar sudah lama menjadi harapan pencinta dan
pembina bahasa di Inonesia. Dalam tuntutan akademis tentu saja bahasa yang tidak
mengalami kesalahan kaidah. Muslich (2010:9) mengatakan bahwa pemakaian bahasa
yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku akan melahirkan bahasa
yang benar (Tribana,2012:19).
Bahasa baku tidak selalu sama dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku
berkaitan dengan penggunaan bahasa sesuai kaidah, sedangkan bahasa yang baik dan
benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaian bahasa seperti
tempat, suasana, waktu, siapa dan kepada siapa berkomunikasai (Tribana,2012:2). Bahasa
yang baik adalah penggunaan bahasa Indonesia yang lebih mengutamakan fungsi
komunikatifnya.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakian ragam bahasa
yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul.
Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran bahasa (Moeliono, 1988:19-
20). Salah satu wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti kaidah
pembentukan kata bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah morfologinya.

JURNAL 2:
Pada Jurnal ke-2 teorinya yaitu Penutur asli ataupun orang yang sedang dalam
proses belajar bahasa dapat membuat kesalahan dalam berbahasa. Akan tetapi, kesalahan
54
tersebut tidak sama sifat dan penyebabnya. Corder dalam Anang (2006:68) membedakan
atas tiga macam kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur asli, yaitu (1) lapse,
(2) error, (3) mistake. Yang dimaksud dengan lapse adalah suatu jenis kesalahan bahasa
yang terjadi karena seorang pembicara berganti cara mengatakan suatu kalimat diucapkan
selengkapnya dan kesalahan karena tidak disengaja (slip of the tongue atau slip of the
pen). Yang dimaksud dengan error adalah suatu jenis kesalahan yang disebabkan oleh
pelanggaran terhadap aturan tata bahasa karena seorang pembicara mungkin memiliki
aturan tata bahasa yang berbeda. Sementara, yang dimaksud dengan mistake adalah suatu
jenis kesalahan yang terjadi karena pembicara/penulis tidak tepat menggunakan kata atau
ungkapan pada situasi yang cocok. Kesalahan berbahasa yang dibuat seseorang yang
sedang dalam proses belajar bahasa kedua disebut juga error.
Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor dan bentuknya pun
bermacammacam. Taylor dalam Anang (2006:68) membedakan lima golongan kesalahan
berbahasa, yaitu (1) generalisasi berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang
tidak tepat, (2) transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua,
(3) terjemahan, kesalahan yang mengubah jawaban yang dikehendaki, (4) kesalahan yang
tidak diketahui sebabnya, dan (5) kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan.
Pada masa kebangkitan kembali minat terhadap anakes mulailah terjadi perubahan drastis
terhadap landasan teori dan daerah cakupannya. Kalau dahulu kesalahan itu dipandang
dari kacamata guru yang mengukur penampilan siswa dengan norma bahasa yang
dipelajari, kini hal itu dipandang dari kesamaan strategi yang digunakan anak-anak
belajar bahasa ibunya dan cara siswa mempelajari B2. Di samping perubahan konsep
terebut, para pakar anakes membuka lapangan penelitian baru yang menarik untuk
diteliti. Lapangan baru atau cakupan baru itu dikenal dengan istilah interlanguage
(Tarigan, 1988:75).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah kesalahan dan kekeliruan.
Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan
yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor
kompetensi, artinya siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan.
Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, secara sistematis. Sebaliknya, kekeliruan

55
pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Kekeliruan itu bersifat acak, artinya
dapat terjadi pada setiap tataran linguistik (Tarigan, 1988:75).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis memandang
bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya suatu aturan atau kaidah bahasa
yang diabaikan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh pemakai bahasa dalam
pemakaian suatu bahasa.

A. PROGRAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA


Negara Indonesia adalah Negara yang masih berkembang, baik itu dibidang
ekonomi, dibidang teknologi, dibidang pendidikan dan sebagainya. Terutama dibidang
Pendidikan.
Negara Indonesia termasuk Negara yang berpendudukan tinggi diantara Negara-
negara lain. Negara Indonesia juga Negara yang memiliki kapasitas masyarakat yang
miskin dan memiliki banyak pengangguran. Dengan itu semua karna Negara Indonesia
masih kurang akan lapangan pekerjaan yang luas, sehingga menyebabkan suatu
kemiskinan dan banyak orang tidak dapat pekerjaan.
Negara Indonesia termasuk juga Negara yang kaya akan SDA(Sumber Daya
Alam dan SDM(Sumber Daya Manusia) dengan berbagai masyarakat yang sering
menggunakan bahasa yang menyeleweng, sehingga terkadang masyarakat indonesia
menghiraukan berbahasa yang digunakannya, mereka tidak perduli dengan bahasa yang
ia gunakan walaupun bahasa itu terkadang tidak baik dan benar atau biasa dibilang
bahasa baku. Maka dari situ kita harus menggunakan bahasa indonesia yang baik dan
yang benar atau bahasa baku yang baik dan yang benar dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam menjalankan aktivitas. Perlu berbahasa baku yang baik dan benar supaya tidak
memalukan bahasa yang sejak lahir kita bawak.
B. ANALISIS MAHASISWA

Agar Mahasiswa mampu menerapkan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar
atau bahasa yang baku dalam penggunaan berbahasa ataupun penulisan kata bahasa yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya dan memudahkan suatu aktivitas dengan
berbahasa yang baik dan benar atau biasa disebut bahasa baku, yang berkaitan dengan
Mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan berpikir visual,Menyeimbangkan fungsi

56
kerja otak kiri dan kanan,Kemampuan mengolah emosi, dalam hal meningkatkan daya
tahan(kesabaran dan ketekunan) kesungguhan dalam menyelesaikan karya/pekerjaan.

57
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat saya simpulkan bahwa dari jurnal diatas adalah Kata baku menjadi salah satu
materi esensial dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk menuju penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Salah satu wujud penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah penerapan kata baku pada ragam bahasa resmi. Melalui peningkatan
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia diupayakan agar penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar serta dengan rasa bangga makin menjangkau seluruh
lapisan masyarakat, memerkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dan memantapkan
kepribadian bangsa.

B. SARAN
Saran saya dari jurnal diatas adalah bahwa jurnal 1 seharusnya menggunakan bahasa
baku yang efektif dan pada jurnal ke-2 seharusnya penulisan katanya mudah dipahami
dan tidak perlu bertele-tele sehingga susah dipahami pembaca dan didalam jurnal ke-2 ini
menyatakan persen tetapi tidak dibuat grafik ataupun tabel sehingga sulit dipahami

58
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal 1:

Http://9698-1-17663-1-10-20140814.pdf

Ardiana,L.I. dan Yonohudiyono. 1997. Materi Pokok Analisis Kesalahan Bahasa EPNA 3302/2
SKS/Modul 1-6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. 2002. Presedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa, Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada

Moeliono, A. (penyunting penyelia) dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka

Tribana, IG.K.2012. Analisis Kesalahan Penerapan Kata Baku dalam Karya Tulis Ujian Praktik
Bahasa Indonesia pada SMA Negeri 8 Denpasar (Tesis). Denpasar: tanpa penerbit

Jurnal 2:

Http://f737c8c692bea92a4f3e461d289819cf.pdf

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah
Madah University Pres.

Asri. 2008. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Nama dan Reklame di Kota Palu.
Multilingual Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan. Vol. 2:53-70.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

59
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Depdiknas. 2000. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______ . 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende: Nusa Indah.

______ . 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

______. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Pusat Bahasa. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:
Pusat Bahasa.

Santosa, Anang. 2006. Medan Bahasa. Sidoarjo: Balai Bahasa Surabaya.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Edisi Revisi. Jakarta: Puspa swara.

______. 2008a. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.

______.2008b. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Nasional.

______. 2008c. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia.

______. 2008d. Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional.

60

Anda mungkin juga menyukai