Anda di halaman 1dari 9

BAHASTRA Vol. 40 No.

1 Tahun 2020 | 01 – 09

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


BAHASTRA
http://journal.uad.ac.id/index.php/BAHASTRA

Identifikasi penggunaan kata tidak baku pada merek dagang toko


dan jasa di kota bengkulu
Tri Dina Ariyantia, 1*, Triesna Fuji Hatmab, 2
a Manajemen, Ekonomi, Universitas Dehasen Bengkulu
b Informatika, Ilmu Komputer, Universitas Dehasen Bengkulu
1
tridina31@yahoo.co.id *; 2Iisfuji2015@gmail.com
*korespondensi penulis
Informasi artikel ABSTRAK
Sejarah artikel: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kata tidak baku pada
Diterima : 29 Oktober 2019 merek dagang dan toko di Kota Bengkulu. Metode yang digunakan dalam
Revisi : 10 April 2020 penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan
Dipublikasikan : 30 April 2020 untuk mendapatkan pendeskripsian penulisan kata tidak baku pada merek dagang
Kata kunci: toko dan jasa di Kota Bengkulu. Beberapa penulisan kata tidak baku yang didapat
Kata Tidak Baku, Merek Dagang oleh penulis sudah menjadi sampel dalam penelitian ini diantaranya terdapat
penulisan kata “photo copy”, “antri”, “bis”. Simpulan penelitian berdasarkan teori
tentang ketidakbakuan ditandai dengan penyimpangan diantaranya:penggunaan
kata, ejaan, dan susunan kalimat. Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh
dan dikaitkan dengan teori ketidakbakuan didapat berupa kata dan ejaan. Hal ini
dilihat dari para pemilik toko dan jasa menulis merek dagangnya tidak berdasarkan
kata baku yang sudah ditetapkan dengan standar PEUBI (Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia). Hasil dari penelitian ini didapat bahwa penulisan kata tidak baku
masih terdapat di tempat-tempat umum, sehingga berdampak kepada masyarakat
terutama pelajar, mahasiswa, para tokoh pendidik, dan lainnya adalah bahwa
penulisan kata tidak baku masih terdapat di tempat-tempat umum, sehingga
berdampak kepada masyarakat terutama pelajar, mahasiswa, para tokoh pendidik,
dan lainnya.
ABSTRACT
Key word: The purpose of this research is to describe non-standard words in trademark
Kata Tidak Baku, Merek Dagang brands and services in Bengkulu city. The method used in this research is
descriptive. Descriptive method in this study was used to get the description of
writing non-standard words in the trademark of shops and services in Bengkulu
city. Some non-standard word writing obtained by the author has become a sample
in this study including writing the words “photo copy”, “antri”, “bis”. The
discussion above found that the writing of non-standard words still exists in public
places, therefore, it impacts on the community, especially students, educators, and
others. The conclusion of the research is that the writing of non-standard words
still exists in public places, so that it impacts the community, especially students,
educative leaders, and others. The conclusions of the research based on the theory
of incompetence are marked by deviations including: use of words, spelling, and
sentence structure. Based on the results of research obtained and associated with
the theory of non-standardization obtained in the form of words and spelling.
This can be seen from the shop owners and their trademark writing services that
are not based on standard words that have been set with the PEUBI standard
(Indonesian Spelling Guidelines). The results of this study found that the writing
of non-standard words still exist in public places, so that the impact on the
community, especially students, students, educators, and others is that writing non-
standard words still exist in public places, so that the impact on society especially
students, students, educators, and others.
Copyright © 2018 Universitas Ahmad Dahlan. All Right Reserved
Pendahuluan ini merupakan salah satu kelemahan bahasa sebagai
sarana komunikais ilmiah, karena ilmu menuntut
Bahasa seringkali bersifat kabur serta persyaratan ketepatan sehingga bahasa ilmu pun
majemuk dalam bentuk dan maknanya. Kekaburan harus tepat dan repdroduktif (Akhadiah, 191:95).
dan kemajemukan itu terwuud baik dalam kalimat Kaidah tata bahasa berkaitan dengan masalah
maupun dalam kata-kata sebagai unsur dasarnya. Hal struktur kalimat, kaidah ejaan berkenaan dengan

DOI: http://dx.doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14473 email: bahastra@pbsi.uad.ac.id


Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku

tanda baca, kaidah tata bunyi berkenaan dengan ada pita kain merah putih, dan di dada atau di lengan
bunyi-bunyi fonem, kaidah komposisi berkenaan anggota pasukan tersebut ada lambang garuda, kita
dengan pemilihan kata, kaidah kemaknaan berkaitan dapat memastikan bahwa pasukan tersebut adalah
dengan kelogisan dan kenalaran dari makna kalimat pasukan Republik Indonesia. Dalam kaitan ini kita
(Rahardi, 2009: 136). Di samping tepat makna dan patut bangga kepada Presiden kita karena hamper
bentuknya. Kata-kata yang kita pergunakan dalam setiap kesempatan selalu menggunakan Bahasa
hedaknya kata-kata yang baku. Karena pembakuan Indonesia yang ternyata lebih memantapka identitas
Bahasa Indonesia dalam bidang kosakata belum bangsa adalah pegaulan internasional (Muslich,
dilaksanakan, sampai saat ini belum ada pedoman 2010: 17).
yang baku dan tidak baku. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia sebagai lambang dan
sampai batas-batas tertentu kata yang baku dan identitas nasional tidak luput dari tantangan.
bukan yang baku contoh kata gadis itu baku Meskipun bahasa Indonesia telah menjelma menjadi
sedangkan cewek bukanlah yang baku. Kata-kata dan potensi budaya bangsa Indonesia, tantangan yang
ucapan hendaknya tidak dipergunakan contoh kata: telah nyata sekarang, dan tantangan yang telah nyata
dapet, malem, bener dan sebagainya (Soedjarwo, sekarang, dan tantangan yang perlu diantisipasi harus
2007: 92-93). Untuk menghindari kata-kata tidak dihadapi dengan perencanaan, pemikiran konseptual,
baku maka perlu pengetahuan yang cukup untuk intelektual, dan penuh kearifan. Tantangan itu ada
meyimpulkan penggunaan kata yang baku. yang bersifat internal dan ada yang bersifat eksternal.
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, Tantangan yang bersifat eksternal itu, antara lain
yakni bahasa dunia pendidikan, merupakan pokok arus globalisasi. Tantangan pertama, yakni
yang sudah agak banyak ditelaah orang. Ragam ini perkemabangan bahasa Indonesia yang dinamis,
merupakan ragam yag kaidah-kaidahnya paling tetapi tidak menimbulkan pertentangan diantara
lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam masyarakat. Tantangan kedua, yakni persoalan tata
Bahasa lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan istilah dan ungkapan ilmiah. Kedua tantangan
diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Sejarah tersebut dapat dikategorikan tantangan yang bersifat
umum perkembangan bahasa menunjukan bahwa internal. Tantangan itu dapat dilihat dari kenyataan
ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tingi bahasa Indonesia itu sendiri, dan yang satu dari
karena ragam itu juga yang dipakai oleh kaum yang pemilik dan penutur bahasa Indonesia sendiri.
berpendidikan dan kemudian dapat menjadi pemuka Tantangan yang dating dari pemilik dan penutur
di berbagai bidang kehidupan yang penting. Pemuka bahasa Indonesia sebenarnya bersumber dari sikap,
masyarakat yang berpendidikan umumnya terlatih kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam
dalam ragam sekolah. Ragam itulah yang dijadikan perilaku berbahasa internasional (Muslich, 2010:
tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. 20-21).
Fungsinya sebagai tolok menghasilkan nama Bahasa Era globalisasi yang ditandai dengan arus
baku atau bahasa standar baginya (Alwi, 2003: 13). komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para
Dalam teori yang telah dikemukakan, berbanding pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih
terbalik dengan masyarakat yang menggunakan keras untuk lebih menyempurnakan dan
sebagian kata dalam pengetahuan yang diperoleh dari meningkatkan semua sektor yang berhubungan
melihat dan mendengarkan saja. dengan masalah pembinaan bahasa (Muslich, 2010:
Sosok yang menunjukan bahwa dia adalah 6).Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
Indonesia, baik sebagai negara maupun sebagai benar telah lama didengung-dengungkan oleh Pusat
bangsa, berwujud dalam dua kenyataan, yakni Bahasa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Lahirnya
Indonesia yang menampakkan diri sebagai identitas konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
fonik dan merah putih serta Garuda Pancasila dasarnya tidak terlepas dari konteks pemakaian
sebagai wujud fisik. Jika kita berada di luar negeri, bahasa yang beragam, seperti bahasa yang baik dan
lalu ada bunyi yang kita dengar, misalnya “oh benar (Putrayasa, 2007: 81).
kakiku” serta merta kita mengatakan, ia adalah orang Menciptakan suatu komunikasi yang
Indonesia, tidak peduli apakah ia orang Batak, efektif dan efisien butuh usaha keras apalagi dalam
Dayak, atau orang Saparua. Demikian pula, kalau penulisan sebuah kata agar mendapatkan
kita melihat sebuah gedung, lalu di sana berkibar pemahaman yang baik. Tanpa disadari, penulisan-
bendera merah putih, dan di depan pintunya ada penulisan yang terdapat pada tempat umum seperti
gambar garuda, kita dapat memastikan bahwa di gedung-gedung baik merek dagang dan toko jasa
gedung tersebut adalah perwakilan Republik lainnya tidak memenuhi aturan baku dalam tata
Indonesia. Hal yang sama, jika kita menyaksikan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kesadaran
pasukan multibangsa, lalu ada pasukan yang baretnya lingkungan dalam bahasa tulisan masih belum

BAHASTRA |2
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku

disadari oleh masyarakat luas terutama pada pada papan nama ruang publik menggunakan satuan
bangunan-bangunan khususnya di Kota Bengkulu. sintaksis tataran kata dan frasa sementara tataran
Ketidaktahuan dan suatu kebiasaan dalam pelafalan klausa dan kalimat tidak ditemukan. Frasa
sehari-hari dipergunakan oleh masyarakat pada merupakan satuan sintaksis yang paling banyak
umumnya merupakan dampak dari penulisan kata digunakan yaitu 152 data atau 92% data dari jumlah
tidak baku tersebut.Jika sebuah kata tidak dipahami data 165. Tidak semua kategori frasa yang
maknanya, pemakainnya pun mungkin tidak akan digunakan padapenamaan papan nama, hanya frasa
tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, nominal dan frasa adjektival saja yang digunakan
kekaburan, dan salah tafsir. Penggunaan ketepatan sementara frasa verbal, frasa numeralial, frasa
pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pronominal, frasa adverbial dan frasa preposisional
pengguna bahasa yang terkit dengan kemampuan tidak ditemukan penggunaannya. Frasa nominal
mengetahui, memahami, menguasai, dan merupakan bentuk penggunaan yang paling banyak
menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang digunakan yaitu 148 data dan frasa adjektival 4 data.
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga Satuan sintaksis kata yang digunakan untuk
mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada penamaan papan nama berjumlah 13 data atau 8%,
pembaca atau pendengarnya (Widjono, 2007: 98). dengan rincian kata sebanyak 7 data atau 4,3% dan
Kata merupakan unsur bahasa yang abreviasi sebanyak 6 data atau 3,7%. Semua kelas
diucapkan atau dituliskan, yang merupakan kata yang digunakan berkategori nomina sementara
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang kelas kata lain seperti verba, adjektiva, numeralia,
dapat digunakan dalam berbahasa. Dalam lingusitik, pronomina, adverbia dan preosisi tidak ditemukan.
kata merupakan morfem atau kombinasi morfem Dalam penggunaan abreviasi, tidak semua jenis
yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan abreviasi digunakan pada penamaan papan nama
terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang hanya abreviasi bentuk singkatan 5 data dan akronim
bebas (Sugihastuti, 2016: 188). Dalam bahasa 1 data sementara abreviasi bentuk penggalan,
manapun semua konsep dinyatakan dengan kata atau kontaksi dan lambang huruf tidak ditemukan. Dalam
rangkaian kata. Kata merupakan salah satu unsur hal ini penelitian oleh Mutia Muqri, dkk (2016)
dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata yang cakupan peneltiannya mendasari kepada
berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. penggunaan Bahasa dan wilayah yang diteliti
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan wilayahnya luas. Hal ini, membedakan tentang
gagasan, teurtama melalui tulisan merupakan penelitian yang berjudul Identifikasi Penggunaan
pekerjaan yang tidak mudah. Bahkan bisa dikatakan Kata Tidak Baku pada Merek Dagang Toko dan Jasa
hal tersulit dalam proses penulisan (Rodiyah, 2011: di Kota Bengkulu dengan obyek yang diteliti adalah
100) . merek toko dan jasa yang masih menggunakan kata
Menyimak pemakaian Bahasa Indonesia tidak baku.
baik dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan Kata yang di populerkan melalui tulisan
masyarakat maupun dalam media massa belakangan dalam penelitian ini terdapat pada papan nama
ini meyakinkan kita bahwa berbahasa dengan baik merek dagang toko dan jasa yang seringkali dibaca
dan benar belum dikuasai oleh sebagian besar dan dicerna oleh masyarakat contohnya ketika
masyarakat Indonesia. Ketika mendengar Bahasa masyarakat berhenti di lampu merah sambil melihat
Indonesia digunakan oleh masyarakat baik dalam dan membaca tulisan yang terdapat pada papan nama
percakapan sehari-hari maupun dalam situasi resmi. merek toko dan jasa. Kota Bengkulu tidak begitu luas
Bahkan tidak jarang hal ini di dengar melalui televisi cakupan wilayahnya. Dengan demikian, inormasi
dan radio. Demikian juga dalam media massa cetak tidak begitu sulit untuk didapatkan. Informasi bisa
masih terdapat penulisan yang salah. Kenyataan saja didapat dari segi lisan dan tulisan. Kedua cara ini
tersebut apabila tidak segera diusahakan cukup bagi masyarakat untuk mendapatkan
perbaikannya jelas akan berakibat, tidak saja informasi baik valid ataupun tidak. Informasi tulisan
pemakaian Bahasa Indonesia tidak terkendalikan, bisa dilihat dari papan nama bermerek seperti di
melainkan juga akan melunturkan sikap budaya dan toko-toko dan jasa. Melalui media tulisan inilah
menggerogoti identitas bangsa Indonesia pada masa masyarakat bisa menyimpulkan penulisan yang baku
yang akan datang (Danardana,2011: 43). sedangkan penulisan pada papan nama terdapat di
Pada penelitian sebelumnya dengan judul toko-toko merek dagang dan jasa khususnya di Kota
Penggunaan Bahasa pada Papan Nama di Ruang Bengkulu tidak semuanya baku.
Publik Jalan Protokol Jakarta oleh Mutia Muqri, Maka, di Kota Bengkulu perlu adanya
dkk (2016) membahas tentang Penggunaan bahasa penjelasan secara rinci agar masyarakat tidak

BAHASTRA |3
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku

menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan saja gambar tulisan kata tidak baku pada merek dagang
penulisan-penulisan pada merek dagang toko dan toko dan jasa di Kota Bengkulu: (3) Menandai dan
jasa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memilih tulisan tidak baku pada merek dagang toko
mendeskripsikan kata tidak baku pada merek dagang dan jasa di Kota Bengkulu.
dan toko di Kota Bengkulu. Rumusan masalah dalam Adapun analisis data penelitian ini sebagai
penelitian ini adalah apa saja identifikasi penulisan berikut: 1) Mengklarifikasikan penulisan kata
kata tidak baku pada merek dagang dan toko di Kota tidak baku yang telah didapat dari lapangan (2)
Bengkulu. Adapun manfaat dari peneitian ini adalah
Menggambarkan penulisan kata tidak baku dan
untuk meningkatkan kesadaran penulis dan pembaca
terutama kesalahan dalam menggunakan tulisan kata memperkirakan penyebab kesalahan penulisan
tidak baku khususnya secara tertulis. Dengan adanya (3) Mengoreksi kesalahan penulisan kata tidak
penelitian ini dapat teridentifikasi penggunaan kata baku dan memperbaiki kesalahan dalam
tidak baku pada merek dagang toko dan jasa di Kota penulisan
Bengkulu.

Metode Hasil dan Pembahasan


Metode deskriptif merupakan metode Penemuan kata tidak baku sebagian
penelitian yang berusaha menggambarkan dan banyak masih terdapat pada tempat terbuka
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya yang mudah dilihat oleh masyarakat. Penulisan
(Sukardi, 2011: 157). Metode yang digunakan kata perlu diketahui secara baik dan benar agar
dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode tidak selalu diikuti dan ditafsir salah oleh
deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk masyarakat.Dengan demikian, menjadi
mendapatkan pendeskripsian penulisan kata tidak
permasalahan bersama dalam memberikan
baku pada merek dagang toko dan jasa di Kota
Bengkulu. Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik kejelasan untuk diperbaiki ke depannya dan
yang berupa fakta ataupun angka. Data adalah segala tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk penulisan. Untuk itu, perlu diketahui secara jelas
menyusun suatu informasi (Arikunto, 2010: 161). perbedaan kata baku dan kata tidak baku yang
Data dalam penelitian ini berupa penulisan kata harus digunakan untuk dipedomani. Dalam
tidak baku pada merek dagang toko dan jasa di Kota menganalisis kata tidak baku ini melihat
Bengkulu. Sumber data dalam penelitian adalah Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia atau
subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila yang dikenal dengan Ejaan yang
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara Disempurnakan. Berikut di bawah ini
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data merupakan data didapat dari lapangan yakni
disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
penulisan kata tidak baku:
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun Tabel 1. Kata Tidak Baku pada Merek
lisan (Arikunto, 2010: 172). Sumber datanya adalah Dagang Toko dan Jasa di Kota Bengkulu
penulisan kata tidak baku yang terdapat pada No. Nama Merek Jenis Kata
penulisan merek dagang toko dan jasa di Kota Dagang
Bengkulu. 1. Praktek Tidak Baku
Metode dokumentasi yaitu mencari data 2. Jam Tidak Baku
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, 3. Jum’at Tidak Baku
transkip, buku, kamus PEUBI dan sebagainya. 4. Photo Copy Tidak Baku
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini 5. Antri Tidak Baku
agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada 6. Tehnik Tidak Baku
kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum 7. Electronic Tidak Baku
berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati 8. Bis Tidak Baku
bukan benda hidup tetapi benda mati (Arikunto, 9. Senen-Jumat Tidak Baku
2010: 274). Teknik yang digunakan untuk 10. Berkwalitas Tidak Baku
mengumpulkan data dalam penelitian ini 11. H, Sulaiman Tidak Baku
dokumentasi. Langkah-langkah pengumpulan data 12. Matrai Tidak Baku
yaitu (1) Observasi bangunan yang bertuliskan 13. Abank Rangga Tidak Baku
merek dagang toko dan jasa yang tidak baku terdapat 14. Central Poncel Tidak Baku
di Kota Bengkulu: (2) Mencatat dan mengambil 15. Tidak Baku

BAHASTRA |4
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku

Sate Ati dan Sate


Ucus

Penulisan kata tidak baku di atas “photo


copy” masih banyak yang menggunakan padahal kata
baku dari “photo copy” adalah “fotokopi”.
Penulisan kata “praktek” pada gambar di atas Penulisan kata “fotokopi” digabung sesuai dengan
terdapat pada spanduk di sebuah bangunan. Tulisan aturan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata
“praktek” merupakan kata tidak baku yang Bahasa Baku dalam Bahasa Indonesia. Di Kota
seharusnya “praktik”. Penulisan kata tidak baku ini Bengkulu sebagian besar masih menggunakan bentuk
biasanya dilafalkan dalam kehidupan sehari-hari. kata tidak baku pada penulisan fotokopi tersebut.
Dengan demikian, dari pelafalan menjadi suatu
kebiasaan dan akhirnya dalam penulisan pun dibuat
dengan tidak berpedoman Kamus Besar Bahasa
Indonesia.

Gambar di atas terdapat dua bahasa yang


digunakan. Hal ini boleh saja karena bahasa Inggris
adalah bahasa dunia dalam berkomunikasi. Dengan
demikian, jika terdapat turis atau wisatawan yang
Kata “jam” menunjukan berapa lama waktu berlibur atau keperluan lainnya dapat dipahami
perjalanan. Masyarakat terbiasa menyebutkan jam dengan baik sebaagai petunjuk. Untuk melihat dari
adalah menunjukan waktu. Hal ini secara jelas dalam kebakuan penulisan kata “antri” di atas bentuk
beberapa teori yang terdapat pada beberapa buku bakunya adalah “antre”.“Antri” adalah pelafalan
yang ditulis oleh ahli bahasa bahwa “jam” bakunya yang setiap hari digunakan masyarakat.
adalah “pukul”. Jam adalah berapa waktu yang
digunakan dalam proses misal seseorang berangkat
dari pukul 07.00 sampai pada 09.00, jarak antara
kedua pukul tersebut adalah dua jam.

Kata “TEHNIK” pada gambar di atas


terlihat jelas tidak sesuai dengan KBBI. Namun,
pemilik toko tetap saja mengggunakan tanpa
“Jum’at” pada penulisan spanduk di atas mengetahui latar belakang tulisan tersebut apakah
menunjukan penulisan tidak baku karena kata sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan atau tidak.
“juma’at di adopsi dari Bahasa Arab dan sudah Untuk itu, perlu adanya pemahaman terhadap
dibakukan menjadi “jumat” tanpa menggunakan penulisan agar terhindar dari penulisan tidak baku.
tanda baca petik tunggal namun pelafalan yang Perbaikan dari kata “TEHNIK” bentuk bakunya
berbeda dengan penulisan sedikit berbeda. adalah “Teknik”.
Pelafalannya menggunakan tanda trema agak
didengungkan.

BAHASTRA |5
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku

Jika dilihat penulisan pada gambar di atas Kata “berkwalitas” paada gambar di atas
lebih teliti lagi, maka didapat penulisan kata tidak sudah jelas menunjukan kata tidak baku tetapi tetap
baku. Terdapat tiga huruf dari ketiga kata digunakan oleh pedagangnya. Kata dasar
tersebuttampak jelas salah satunya tidak baku yaitu “berkwalitas” pada gambar di atas adalah “kwalitas”.
“Electronic”. Kata ini seharusnya ditulis Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia bentuk baku
“Elektronik”sesuai dengan kata baku yang kata kwlitas yaitu “kualiitas”. Selama ini sebagian
ditetapkan pada Pedoman Ejan Bahasa Indonesia. masyarakat umum tidak mengetahui penulisan kata
Sebagian tulisan ini terdapat di tempat-tempat tersebut sehingga dalam penggunaannya menyalahi
umum atau jalan besarsehingga banyak masyarakat aturan yang baku.
yang melewati jalan tersebut dan membacanya.
Dengan begitu, asumsi masyarakat penulisan
“Electronic” adalah baku padahal sudah dijelaskan
dalam aturan yang baku adalah “Elektronik”.

Penulisan nama pun harus mengikuti aturan


yang baku. Jika dalam penulisan nama beserta gelar
tidak menurut Pedoman Ejaan Umum Bahasa
Indonesia maka bentuk bakunya adalah nama gelar
Penulisan di atas terdapat kata “bis” secara diakhiri tanda titik dan diikuti nama orang (jika gelar
penerapan kaidah ejaan yang baik dan benar kata di depan nama orang). Gelar yang diakui adalah gelar
“bis” termasuk kata tidak baku. Kata “bis” bentuk akademik yang diperoleh melalui jalur akademik
bakunya adalah “bus”. Hal ini sudah dijelaskan ke untuk “haji” bukanlah gelar akademik. Selama ini
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penulisan kata masih terdapat penulisan “haji” ditulis dan diikuti
ini masih terdapat pada loket-loket pemberangkatan nama orang. Jika “haji” adalah gelar, pada gambar di
bus. Dengan demikian menjadi permasaahan atas adalah tidak baku. Untuk menulis gelar diakhiri
bersama jika penulisan kata ini terus menerus di tanda titik.
abaikan.

Kata “senen dan jum’at” di atas adalah kata


yang di adopsi dari bahasa Arab. Untuk penulisan
Merek dagang di atas adalah penulisan yang
yang baku atau standarnya adalah “senin” dan tidak baku terdapat kata “abank” seharusnya adalah
jumat”. Untuk pelafalan “senin” sesuai dengan
“abang”. “abang” artinya adalah kakak yang
tulisannya sedangkan “jumat” pelafalannya dituakan. Penulisan tersebut untuk membuat
menggunakan tanda trema suara pelafalan di
menarik pengunjung. Alasan tersebut sebagian
dengungkan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dikemukakan oleh penjual.
bahwa penulisan tersebut tidaklah baku. Untuk
menghindari kata tidak baku dapat berpedoman
kepada Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia.

BAHASTRA |6
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku

oleh Fatmahwati (2018) yakni tentang Fenomena


penggunaan bahasa pada ruang publik di Kota
Pekanbaru didominasi oleh penggunaan bahasa asing
dan bahasa Indonesia yang tidak sesuai kaidah.
Kesalahan penulisan bahasa Indonesia yang
ditemukan mencakup kesalahan ejaan, kata, tanda
baca, unsur serapan, pilihan kata, dan kalimat.
Faktor-faktor yang memengaruhi kedua kondisi
tersebut adalah responden tidak mengetahui adanya
Penulisan “matrai” pada gambar di atas
landasan hukum (undang-undang) penggunaan
tidaklah baku. Bentuk bakunya sesuai dengan
bahasa Indonesia di ruang publik dan tidak
Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia adalah
mengetahui kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
“materai”. Jika masyarakat sudah mengetahui
benar. Selain itu, responden bersikap positif
penulisan materai yang sebenarnya, dengan ini
terhadap bahasa asing dan cenderung bersikap
kemungkinan kecil penulisan tidak baku akan
negatif terhadap bahasa Indonesia.
terhindar.
Adapun penelitian yang sama membahas
tentang kata baku oleh Muriyani (2013) yakni
berjudul Analisis Kesalahan Kata baku dan Makna
Kata dalam Menulis Karangan Pengalaman Pribadi
pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 4 Kota Tanjungpinang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesalahan siswa dalam
penggunaan kata baku, makna denotatif dan makna
“central poncel” merupakan penulisan yang konotatif dalam Menulis Karangan Pengalaman
tidak baku di dalam aturan baku bahasa Indonesia. Pribadi paada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah
Central artinya pusat dan poncel artinya telepon Pertama Negeri 4 Kota Tanjungpinang. Metode
genggam. Dalam penulisan kata terdapat pada yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sebuah papan nama di pinggir jalan raya yang secara analisis deskripsi kualitatif. Teknik pengumpulan
umum dilihat dan dibaca sebagian masyarakat yang data yang digunakan adalah teknik observasi dan tes.
melewati jalan tersebut.Kedua kata tidak baku ini Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, penggunaan
tidak mengikuti aturan sesuai dengan Pedoman kata baku dan makna kata pada siswa kelas VII
Ejaan Umum Bahasa Indonesia. Perbaikan kata Sekolah Menengah pertama Negeri 4 Kota
“Central poncel” menjadi “Pusat Telepon Tanjungpinang dalam menulis karangan pengalaman
Genggam”. Dengan demikian, secara perlahan jika pribadi adalah 53,2 tergolong kurang.
sebagian masyarakat menggunakan kata baku sesuai Selanjutnya, penelitian oleh Supriadin
dengan aturan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (2016) dengan judul Identifikasi Penggunaan
maka akan terbiasa. Kosakata Baku dalam Wacana Bahasa Indonesia
pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Wera
Kabupaten Bima. Penelitian ini membahas tentang
penyebab terjadinya penggunaan kosakata tidak
baku yaitu adanya tukar-menukar huruf dalam kata,
pelesapan huruf, dan penambahan huruf pada kata.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa standar
dan sebagai acuan untuk digunakan sehari-hari
Jenis makanan yang disebutkan pada papan dalam masyarakat serta digunakan dalam percakapan
nama di atas masih terdapat kata tidak baku yakni resmi. Bahasa yang tidak baku, yaitu bahasa yang
“Sate ati” dan Sate Ucus”. Dalam penulisan kedua digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahasa
kata “ati” dan “ucus” seharusnya ditulis yang benar terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain
adalah “hati” dan “Usus”.Kata “ati” hamper sama kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu,
dengan pelafalan yang biasa digunakan dalam sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus
percakapan sehari-hari. dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang
Pada penelitian sebelumnya terdapat pada mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang
artikel jurnal dengan judul Penggunaan Bahasa digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
Indonesia pada Media Ruang Publik di Pekan Baru dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur

BAHASTRA |7
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku

bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang- dengan standar PEUBI (Pedoman Ejaan Bahasa
wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus Indonesia). Hasil dari penelitian ini didapat bahwa
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang penulisan kata tidak baku masih terdapat di tempat-
benar. Sudah selayaknyalah kalau semua tempat umum, sehingga berdampak kepada
orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap masyarakat terutama pelajar, mahasiswa, para tokoh
positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam pendidik, dan lainnya. Masyarakat secara luas masih
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik belum dapat membedakan dan belum memahami
tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan penulisan kata tidak baku yang sebaiknya tidak
tepat tidaknya dalam penggunaan kosakata. Kita digunakan. Akan tetapi, masyarakat berkesimpulan
sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai menetapkan penulisan kata dari kehidupan sehari-
sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus hari. Ketika penulisan kata tidak baku tersebar secara
menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. luas maka penulisan kata terancam tidak diketahui
Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, oleh pemakai bahasa. Beberapa penulisan kata tidak
bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa baku yang didapat pada lokasi yang berbeda yakni
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Praktek, Jam, Jum’at, Photo Copy, Antri, Tehnik,
Negara. Menggunakan bahasa baku terutama di Electronic, Bis, Senen-Jumat, Berkwalitas, H,
dunia pendidikan memang sudah seharusnya Sulaiman, Matrai, Abank Rangga, Central Poncel,
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan bahwa Sate Ati, dan Sate Ucus.
siswa atau generasi selajutnya tidak lupa dengan
bahasanya sendiri. Persantunan
Pada pembahasan di atas masih terdapat
penulisan-penulisan tidak sesuai dengan aturan Penelitian ini dapat terlaksana dengan baik
penulisan yang baku. Tiga dari beberapa penulisan karena dukungan dari berbagai pihak diantaranya
kata tidak baku yang didapat oleh penulis sudah pihak Yayasan Dehasen Bengkulu, Rektor
menjadi sampel dalampenelitian ini diantaranya Universitas Dehasen Bengkulu, Ketua LPPM
terdapat penulisan kata “photo copy”, “antri”, Universitas Dehasen Bengkulu, Dekan Fakultas
“bis”.Ketiga penulisan ini merupakan penulisan kata Ekonomi, Ketua Program Studi Manajemen, rekan-
tidak baku yang tidak sesuai aturan Pedoman Ejaan rekan dosen terutama di Fakultas Ekonomi.
Umum Bahasa Indonesia. Penulisan yang baku pada Kemenristek Dikti dan L2Dikti Wilayah II yang
kata “photo copy” seharusnya menjadi bentuk memberikan kesempatan kepada penulis untuk
bakunya adalah “foto kopi”. Penulisan yang baku mengembangkan potensi dalam Penelitian Dosen
pada kata“antri” seharusnya “antre” sedangkan Pemula.
Penulisan yang baku pada kata “bis” seharusnya
“bus”.Ketiga penulisan ini menjadi contohpenulisan Daftar Pustaka
kata tidak baku yang sebaiknya tidak digunakan pada
masyarakat jika akan memberikan nama merek Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
dagang toko dan jasa. Untuk menghindari penulisan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
kata tidak baku ini dengan langkah meminta arahan Akhadiah, Sabarti, dkk. 1991. Pembinaan
kepada pemerhati bahasa atau dapat dilihat pada Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.Bagi masyarakat Jakarta: Erlangga.
umum yang membaca tulisan tersebut menganggap Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
hal biasa saja karena tidak ada kepentingan yang Jakarta: Rineka Cipta.
khusus berbeda dengan pemerhati bahasa yang Danardana, Agus Sri. 2011. Anomali Bahasa.
semakin lama semakin prihatin dengan keadaan. Pekanbaru: Palagan Press.
Fatmahwati. 2018. “Penggunaan Bahasa Indonesia
pada Media Ruang Publik
Simpulan di Kota Pekanbaru”. Suar Betang. Vol. 13 No. 2 :
Berdasarkan teori tentang ketidakbakuan 131—144.
ditandai dengan penyimpangan diantaranya: Hs. Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
penggunaan kata, ejaan, dan susunan kalimat. Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh dan Tinggi.Jakarta: PT Grasindo.
dikaitkan dengan teori ketidakbakuan didapat Muriyani. 2013. “Analisis Kesalahan Kata Baku dan
berupa kata dan ejaan. Hal ini dilihat dari para Makna Kata dalam Menulis Karangan
pemilik toko dan jasa menulis merek dagangnya Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas VII
tidak berdasarkan kata baku yang sudah ditetapkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota
Tanjungpinang”. Skripsi. Tanjungpinang:

BAHASTRA |8
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era
Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat Efektif : Diksi,
Struktur, dan Logika. Bandung: Refika
Aditama.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.
---------------------. 2009. Penyuntingan Bahasa
Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta:
Erlangga.
Rodiyah, dkk. 2011. Bahasa Indonesia: untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen.
Supriadin. 2016. “Identifikasi Penggunaan Kosakata
Baku dalam Wacana Bahasa Indonesia pada
Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Wera
Kabupaten Bim”. JIME. Vol 2 No. 2: 150—
161.
Soedjarwo. 2007. Beginilah menggunakan Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sugihastuti dan Siti Saudah. 2016. Buku Ajar Bahasa
Indonesia Akademik.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

BAHASTRA |9

Anda mungkin juga menyukai