1 Tahun 2020 | 01 – 09
tanda baca, kaidah tata bunyi berkenaan dengan ada pita kain merah putih, dan di dada atau di lengan
bunyi-bunyi fonem, kaidah komposisi berkenaan anggota pasukan tersebut ada lambang garuda, kita
dengan pemilihan kata, kaidah kemaknaan berkaitan dapat memastikan bahwa pasukan tersebut adalah
dengan kelogisan dan kenalaran dari makna kalimat pasukan Republik Indonesia. Dalam kaitan ini kita
(Rahardi, 2009: 136). Di samping tepat makna dan patut bangga kepada Presiden kita karena hamper
bentuknya. Kata-kata yang kita pergunakan dalam setiap kesempatan selalu menggunakan Bahasa
hedaknya kata-kata yang baku. Karena pembakuan Indonesia yang ternyata lebih memantapka identitas
Bahasa Indonesia dalam bidang kosakata belum bangsa adalah pegaulan internasional (Muslich,
dilaksanakan, sampai saat ini belum ada pedoman 2010: 17).
yang baku dan tidak baku. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia sebagai lambang dan
sampai batas-batas tertentu kata yang baku dan identitas nasional tidak luput dari tantangan.
bukan yang baku contoh kata gadis itu baku Meskipun bahasa Indonesia telah menjelma menjadi
sedangkan cewek bukanlah yang baku. Kata-kata dan potensi budaya bangsa Indonesia, tantangan yang
ucapan hendaknya tidak dipergunakan contoh kata: telah nyata sekarang, dan tantangan yang telah nyata
dapet, malem, bener dan sebagainya (Soedjarwo, sekarang, dan tantangan yang perlu diantisipasi harus
2007: 92-93). Untuk menghindari kata-kata tidak dihadapi dengan perencanaan, pemikiran konseptual,
baku maka perlu pengetahuan yang cukup untuk intelektual, dan penuh kearifan. Tantangan itu ada
meyimpulkan penggunaan kata yang baku. yang bersifat internal dan ada yang bersifat eksternal.
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, Tantangan yang bersifat eksternal itu, antara lain
yakni bahasa dunia pendidikan, merupakan pokok arus globalisasi. Tantangan pertama, yakni
yang sudah agak banyak ditelaah orang. Ragam ini perkemabangan bahasa Indonesia yang dinamis,
merupakan ragam yag kaidah-kaidahnya paling tetapi tidak menimbulkan pertentangan diantara
lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam masyarakat. Tantangan kedua, yakni persoalan tata
Bahasa lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan istilah dan ungkapan ilmiah. Kedua tantangan
diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Sejarah tersebut dapat dikategorikan tantangan yang bersifat
umum perkembangan bahasa menunjukan bahwa internal. Tantangan itu dapat dilihat dari kenyataan
ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tingi bahasa Indonesia itu sendiri, dan yang satu dari
karena ragam itu juga yang dipakai oleh kaum yang pemilik dan penutur bahasa Indonesia sendiri.
berpendidikan dan kemudian dapat menjadi pemuka Tantangan yang dating dari pemilik dan penutur
di berbagai bidang kehidupan yang penting. Pemuka bahasa Indonesia sebenarnya bersumber dari sikap,
masyarakat yang berpendidikan umumnya terlatih kesadaran berbahasa yang kemudian tercermin dalam
dalam ragam sekolah. Ragam itulah yang dijadikan perilaku berbahasa internasional (Muslich, 2010:
tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. 20-21).
Fungsinya sebagai tolok menghasilkan nama Bahasa Era globalisasi yang ditandai dengan arus
baku atau bahasa standar baginya (Alwi, 2003: 13). komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para
Dalam teori yang telah dikemukakan, berbanding pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih
terbalik dengan masyarakat yang menggunakan keras untuk lebih menyempurnakan dan
sebagian kata dalam pengetahuan yang diperoleh dari meningkatkan semua sektor yang berhubungan
melihat dan mendengarkan saja. dengan masalah pembinaan bahasa (Muslich, 2010:
Sosok yang menunjukan bahwa dia adalah 6).Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
Indonesia, baik sebagai negara maupun sebagai benar telah lama didengung-dengungkan oleh Pusat
bangsa, berwujud dalam dua kenyataan, yakni Bahasa Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Lahirnya
Indonesia yang menampakkan diri sebagai identitas konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
fonik dan merah putih serta Garuda Pancasila dasarnya tidak terlepas dari konteks pemakaian
sebagai wujud fisik. Jika kita berada di luar negeri, bahasa yang beragam, seperti bahasa yang baik dan
lalu ada bunyi yang kita dengar, misalnya “oh benar (Putrayasa, 2007: 81).
kakiku” serta merta kita mengatakan, ia adalah orang Menciptakan suatu komunikasi yang
Indonesia, tidak peduli apakah ia orang Batak, efektif dan efisien butuh usaha keras apalagi dalam
Dayak, atau orang Saparua. Demikian pula, kalau penulisan sebuah kata agar mendapatkan
kita melihat sebuah gedung, lalu di sana berkibar pemahaman yang baik. Tanpa disadari, penulisan-
bendera merah putih, dan di depan pintunya ada penulisan yang terdapat pada tempat umum seperti
gambar garuda, kita dapat memastikan bahwa di gedung-gedung baik merek dagang dan toko jasa
gedung tersebut adalah perwakilan Republik lainnya tidak memenuhi aturan baku dalam tata
Indonesia. Hal yang sama, jika kita menyaksikan bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kesadaran
pasukan multibangsa, lalu ada pasukan yang baretnya lingkungan dalam bahasa tulisan masih belum
BAHASTRA |2
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku
disadari oleh masyarakat luas terutama pada pada papan nama ruang publik menggunakan satuan
bangunan-bangunan khususnya di Kota Bengkulu. sintaksis tataran kata dan frasa sementara tataran
Ketidaktahuan dan suatu kebiasaan dalam pelafalan klausa dan kalimat tidak ditemukan. Frasa
sehari-hari dipergunakan oleh masyarakat pada merupakan satuan sintaksis yang paling banyak
umumnya merupakan dampak dari penulisan kata digunakan yaitu 152 data atau 92% data dari jumlah
tidak baku tersebut.Jika sebuah kata tidak dipahami data 165. Tidak semua kategori frasa yang
maknanya, pemakainnya pun mungkin tidak akan digunakan padapenamaan papan nama, hanya frasa
tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, nominal dan frasa adjektival saja yang digunakan
kekaburan, dan salah tafsir. Penggunaan ketepatan sementara frasa verbal, frasa numeralial, frasa
pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pronominal, frasa adverbial dan frasa preposisional
pengguna bahasa yang terkit dengan kemampuan tidak ditemukan penggunaannya. Frasa nominal
mengetahui, memahami, menguasai, dan merupakan bentuk penggunaan yang paling banyak
menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang digunakan yaitu 148 data dan frasa adjektival 4 data.
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga Satuan sintaksis kata yang digunakan untuk
mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada penamaan papan nama berjumlah 13 data atau 8%,
pembaca atau pendengarnya (Widjono, 2007: 98). dengan rincian kata sebanyak 7 data atau 4,3% dan
Kata merupakan unsur bahasa yang abreviasi sebanyak 6 data atau 3,7%. Semua kelas
diucapkan atau dituliskan, yang merupakan kata yang digunakan berkategori nomina sementara
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang kelas kata lain seperti verba, adjektiva, numeralia,
dapat digunakan dalam berbahasa. Dalam lingusitik, pronomina, adverbia dan preosisi tidak ditemukan.
kata merupakan morfem atau kombinasi morfem Dalam penggunaan abreviasi, tidak semua jenis
yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan abreviasi digunakan pada penamaan papan nama
terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang hanya abreviasi bentuk singkatan 5 data dan akronim
bebas (Sugihastuti, 2016: 188). Dalam bahasa 1 data sementara abreviasi bentuk penggalan,
manapun semua konsep dinyatakan dengan kata atau kontaksi dan lambang huruf tidak ditemukan. Dalam
rangkaian kata. Kata merupakan salah satu unsur hal ini penelitian oleh Mutia Muqri, dkk (2016)
dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata yang cakupan peneltiannya mendasari kepada
berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan. penggunaan Bahasa dan wilayah yang diteliti
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan wilayahnya luas. Hal ini, membedakan tentang
gagasan, teurtama melalui tulisan merupakan penelitian yang berjudul Identifikasi Penggunaan
pekerjaan yang tidak mudah. Bahkan bisa dikatakan Kata Tidak Baku pada Merek Dagang Toko dan Jasa
hal tersulit dalam proses penulisan (Rodiyah, 2011: di Kota Bengkulu dengan obyek yang diteliti adalah
100) . merek toko dan jasa yang masih menggunakan kata
Menyimak pemakaian Bahasa Indonesia tidak baku.
baik dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan Kata yang di populerkan melalui tulisan
masyarakat maupun dalam media massa belakangan dalam penelitian ini terdapat pada papan nama
ini meyakinkan kita bahwa berbahasa dengan baik merek dagang toko dan jasa yang seringkali dibaca
dan benar belum dikuasai oleh sebagian besar dan dicerna oleh masyarakat contohnya ketika
masyarakat Indonesia. Ketika mendengar Bahasa masyarakat berhenti di lampu merah sambil melihat
Indonesia digunakan oleh masyarakat baik dalam dan membaca tulisan yang terdapat pada papan nama
percakapan sehari-hari maupun dalam situasi resmi. merek toko dan jasa. Kota Bengkulu tidak begitu luas
Bahkan tidak jarang hal ini di dengar melalui televisi cakupan wilayahnya. Dengan demikian, inormasi
dan radio. Demikian juga dalam media massa cetak tidak begitu sulit untuk didapatkan. Informasi bisa
masih terdapat penulisan yang salah. Kenyataan saja didapat dari segi lisan dan tulisan. Kedua cara ini
tersebut apabila tidak segera diusahakan cukup bagi masyarakat untuk mendapatkan
perbaikannya jelas akan berakibat, tidak saja informasi baik valid ataupun tidak. Informasi tulisan
pemakaian Bahasa Indonesia tidak terkendalikan, bisa dilihat dari papan nama bermerek seperti di
melainkan juga akan melunturkan sikap budaya dan toko-toko dan jasa. Melalui media tulisan inilah
menggerogoti identitas bangsa Indonesia pada masa masyarakat bisa menyimpulkan penulisan yang baku
yang akan datang (Danardana,2011: 43). sedangkan penulisan pada papan nama terdapat di
Pada penelitian sebelumnya dengan judul toko-toko merek dagang dan jasa khususnya di Kota
Penggunaan Bahasa pada Papan Nama di Ruang Bengkulu tidak semuanya baku.
Publik Jalan Protokol Jakarta oleh Mutia Muqri, Maka, di Kota Bengkulu perlu adanya
dkk (2016) membahas tentang Penggunaan bahasa penjelasan secara rinci agar masyarakat tidak
BAHASTRA |3
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku
menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan saja gambar tulisan kata tidak baku pada merek dagang
penulisan-penulisan pada merek dagang toko dan toko dan jasa di Kota Bengkulu: (3) Menandai dan
jasa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memilih tulisan tidak baku pada merek dagang toko
mendeskripsikan kata tidak baku pada merek dagang dan jasa di Kota Bengkulu.
dan toko di Kota Bengkulu. Rumusan masalah dalam Adapun analisis data penelitian ini sebagai
penelitian ini adalah apa saja identifikasi penulisan berikut: 1) Mengklarifikasikan penulisan kata
kata tidak baku pada merek dagang dan toko di Kota tidak baku yang telah didapat dari lapangan (2)
Bengkulu. Adapun manfaat dari peneitian ini adalah
Menggambarkan penulisan kata tidak baku dan
untuk meningkatkan kesadaran penulis dan pembaca
terutama kesalahan dalam menggunakan tulisan kata memperkirakan penyebab kesalahan penulisan
tidak baku khususnya secara tertulis. Dengan adanya (3) Mengoreksi kesalahan penulisan kata tidak
penelitian ini dapat teridentifikasi penggunaan kata baku dan memperbaiki kesalahan dalam
tidak baku pada merek dagang toko dan jasa di Kota penulisan
Bengkulu.
BAHASTRA |4
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku
BAHASTRA |5
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku
Jika dilihat penulisan pada gambar di atas Kata “berkwalitas” paada gambar di atas
lebih teliti lagi, maka didapat penulisan kata tidak sudah jelas menunjukan kata tidak baku tetapi tetap
baku. Terdapat tiga huruf dari ketiga kata digunakan oleh pedagangnya. Kata dasar
tersebuttampak jelas salah satunya tidak baku yaitu “berkwalitas” pada gambar di atas adalah “kwalitas”.
“Electronic”. Kata ini seharusnya ditulis Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia bentuk baku
“Elektronik”sesuai dengan kata baku yang kata kwlitas yaitu “kualiitas”. Selama ini sebagian
ditetapkan pada Pedoman Ejan Bahasa Indonesia. masyarakat umum tidak mengetahui penulisan kata
Sebagian tulisan ini terdapat di tempat-tempat tersebut sehingga dalam penggunaannya menyalahi
umum atau jalan besarsehingga banyak masyarakat aturan yang baku.
yang melewati jalan tersebut dan membacanya.
Dengan begitu, asumsi masyarakat penulisan
“Electronic” adalah baku padahal sudah dijelaskan
dalam aturan yang baku adalah “Elektronik”.
BAHASTRA |6
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku
BAHASTRA |7
Tri dina ariyanti, dkk | Identifikasi penggunaan kata tidak baku
bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang- dengan standar PEUBI (Pedoman Ejaan Bahasa
wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus Indonesia). Hasil dari penelitian ini didapat bahwa
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang penulisan kata tidak baku masih terdapat di tempat-
benar. Sudah selayaknyalah kalau semua tempat umum, sehingga berdampak kepada
orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap masyarakat terutama pelajar, mahasiswa, para tokoh
positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam pendidik, dan lainnya. Masyarakat secara luas masih
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik belum dapat membedakan dan belum memahami
tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan penulisan kata tidak baku yang sebaiknya tidak
tepat tidaknya dalam penggunaan kosakata. Kita digunakan. Akan tetapi, masyarakat berkesimpulan
sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai menetapkan penulisan kata dari kehidupan sehari-
sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus hari. Ketika penulisan kata tidak baku tersebar secara
menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. luas maka penulisan kata terancam tidak diketahui
Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, oleh pemakai bahasa. Beberapa penulisan kata tidak
bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa baku yang didapat pada lokasi yang berbeda yakni
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Praktek, Jam, Jum’at, Photo Copy, Antri, Tehnik,
Negara. Menggunakan bahasa baku terutama di Electronic, Bis, Senen-Jumat, Berkwalitas, H,
dunia pendidikan memang sudah seharusnya Sulaiman, Matrai, Abank Rangga, Central Poncel,
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan bahwa Sate Ati, dan Sate Ucus.
siswa atau generasi selajutnya tidak lupa dengan
bahasanya sendiri. Persantunan
Pada pembahasan di atas masih terdapat
penulisan-penulisan tidak sesuai dengan aturan Penelitian ini dapat terlaksana dengan baik
penulisan yang baku. Tiga dari beberapa penulisan karena dukungan dari berbagai pihak diantaranya
kata tidak baku yang didapat oleh penulis sudah pihak Yayasan Dehasen Bengkulu, Rektor
menjadi sampel dalampenelitian ini diantaranya Universitas Dehasen Bengkulu, Ketua LPPM
terdapat penulisan kata “photo copy”, “antri”, Universitas Dehasen Bengkulu, Dekan Fakultas
“bis”.Ketiga penulisan ini merupakan penulisan kata Ekonomi, Ketua Program Studi Manajemen, rekan-
tidak baku yang tidak sesuai aturan Pedoman Ejaan rekan dosen terutama di Fakultas Ekonomi.
Umum Bahasa Indonesia. Penulisan yang baku pada Kemenristek Dikti dan L2Dikti Wilayah II yang
kata “photo copy” seharusnya menjadi bentuk memberikan kesempatan kepada penulis untuk
bakunya adalah “foto kopi”. Penulisan yang baku mengembangkan potensi dalam Penelitian Dosen
pada kata“antri” seharusnya “antre” sedangkan Pemula.
Penulisan yang baku pada kata “bis” seharusnya
“bus”.Ketiga penulisan ini menjadi contohpenulisan Daftar Pustaka
kata tidak baku yang sebaiknya tidak digunakan pada
masyarakat jika akan memberikan nama merek Alwi Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
dagang toko dan jasa. Untuk menghindari penulisan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
kata tidak baku ini dengan langkah meminta arahan Akhadiah, Sabarti, dkk. 1991. Pembinaan
kepada pemerhati bahasa atau dapat dilihat pada Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.Bagi masyarakat Jakarta: Erlangga.
umum yang membaca tulisan tersebut menganggap Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
hal biasa saja karena tidak ada kepentingan yang Jakarta: Rineka Cipta.
khusus berbeda dengan pemerhati bahasa yang Danardana, Agus Sri. 2011. Anomali Bahasa.
semakin lama semakin prihatin dengan keadaan. Pekanbaru: Palagan Press.
Fatmahwati. 2018. “Penggunaan Bahasa Indonesia
pada Media Ruang Publik
Simpulan di Kota Pekanbaru”. Suar Betang. Vol. 13 No. 2 :
Berdasarkan teori tentang ketidakbakuan 131—144.
ditandai dengan penyimpangan diantaranya: Hs. Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
penggunaan kata, ejaan, dan susunan kalimat. Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh dan Tinggi.Jakarta: PT Grasindo.
dikaitkan dengan teori ketidakbakuan didapat Muriyani. 2013. “Analisis Kesalahan Kata Baku dan
berupa kata dan ejaan. Hal ini dilihat dari para Makna Kata dalam Menulis Karangan
pemilik toko dan jasa menulis merek dagangnya Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas VII
tidak berdasarkan kata baku yang sudah ditetapkan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota
Tanjungpinang”. Skripsi. Tanjungpinang:
BAHASTRA |8
Tri Dina Ariyanti, dkk | Identifikasi Penggunaan Kata Tidak Baku
BAHASTRA |9