Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan penelitian ini kami buat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Dengan dibuatnya laporan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari
pembaca.

Sekarang ini, banyak sekali pelajar bahkan masyarakat yang masih rancu
menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali
tidak tepat dalam penggunaan. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan
masyarakat dalam penggunaan bahasa baku. Pelajar atau masyarakat sering kali tidak
memperhatikan apakah tulisannya sesuai aturan atau tidak. Yang penting tujuan dan
maksud mereka tersampaikan. Selain itu ketidakpahaman penggunaan tanda baca,
menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran, dan mading
tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga
ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Hal itulah yang menyebabkan dalam tulisan
kerap tidak sesuai dengan PUEBI ataupun bahasa baku.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) belum lama ini diperbaiki menjadi Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Perubahan ini dilakukan sebagai dampak
meluasnya penggunaan bahasa melalui teknologi, pengetahuan, dan seni. Ada tiga hal
perubahan yang terjadi pada PUEBI. Penggantian menggunakan huruf diftong,
penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital.

Pertama, makalah ini membahas tentang adanya penelitian dibeberapa sampel


poster, beberapa iklan dan juga papan nama toko untuk melihat dan menganalisis apakah
ada kesalahan pengguna PUEBI didalam pembuatan kata-kata Poster, iklan dan papan
nama toko-toko di jalan yang telah ditugaskan oleh pembimbing makalah ini.

1
Kedua, penelitian ini dilakukan karena terbatas. Terbatas di sini, berarti bahan
yang dikaji tidak terlalu banyak, hanya EYD dan diksi saja Kesalahan yang terjadi pada
papan nama di Darussalam banyak terjadi kesalahan pada EYD dan diksi. penelitian ini
dilakukan pada saat yang sama. Dengan Membagi anggota tim untuk mengambil gambar
di handphone dan mulai mensurvei dibeberapa tempat dan sebagian tim mencek
kesalahan-kesalahan dalam penggunaan EYD dan diksi, sehingga adapun kekurangan-
kekurangan itu kami diskusikan kembali oleh semua anggota tim, kami akan
memaparkan beberapa permasalahan, sampel gambar, dan juga paparan tabel hasil
analisis.

Hasil penelitian yang membuktikan papan nama di Jalan Teuku Chik Ditiro,
belum disetujui dan sesuai dengan aturan dan kaidah tata bahasa Indonesia. Sesuai
untuk menulis di papan nama, bebas-mata untuk golongan, berbakat, menulis, dapat
diterima oleh orang lain, dengan persyaratan harus sesuai dengan kaidah bahasa yang
baku. Masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan yang dianggap masyarakat tidak
terlalu penting, sehingga hampir disetiap Iklan maupun papan nama toko Itu hampir
ditemukan kesalahan, pentingnya bagi pemilik toko secara langsung mungkin tidak ada,
tetapi bagi para pembaca baik yang menyadari adanya kesalahan penulisan itu maupun
tidak dikhawatirkan menjadi suatu kebiasaan masyarakat, disamping melestarikan
budaya berbahasa Indonesia juga penting untuk mengembalikan kepedulian masyarakat
dalam berbahasa yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, penelitian ini membantu untuk memahami
bahasa Indonesia yang benar pada papan nama di Jalan Teuku Chik Ditiro, Aceh Besar.

1.2.1 Apa yang dimaksud PUEBI?

1.2.2 Berapa macam sampel yang diambil untuk dijadikan bahan analisis?

1.2.3 Apa saja yang hal yang dianalisis dalam Iklan dan papan nama toko?

2
1.2.4 Apa saja yang menjadi masalah dan apa yang sesuai dengan kaidah PUEBI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan


kesalahan-kesalahan pada bahasa Indonesia di papan nama di Jalan Teuku Chik Ditiro,
Aceh Besar. Untuk itulah dalam penelitian yang berskala kecil ini kami jadikan sebagai
landasan pembuatan makalah ini disamping arahan dari Bapak pembimbing yang telah
mengarahkan kami, sehingga nantinya bisa bermanfaat untuk yang membaca makalah
ini terkhusus kami yang membuatnya agar menjadi suatu kesadaran dan bisa memulai
perubahan akan kesadaran dalam penulisan suatu bahan bacaan atau tugas-tugas lainnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca lainnya:

1.Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang


telah didapat dari mata kuliah bahasa Indonesia yang telah diterima kedalam
penelitian yang sebenarnya.
2.Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan sistem Implementasi
berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan PUEBI yang berjalan saat ini.
3.Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab
masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian ejaan PUEBI dan
diksi yang sedang berjalan. Dengan demikian akan memudahkan pencarian
alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
4.Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun strategi
pengembangan pengetahuan mahasiswa akan ejaan yang dipakai saat ini yaitu
PUEBI.

3
1.5 Definisi Oprasional

Definisi Variabel Penelitian:

menjelaskan mengenai pengertian dari variabel yaitu :“Variabel penelitian adalah suatu
hal mengenai penulisan iklan, papan toko atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam
penelitian ini penulis melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan
menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu penulis akan melanjutkan analisis untuk
mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain. Berdasarkan hubungan antara satu
variabel dengan variabel lain, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predicator, antecedent. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas (independent variable) adalah Iklan dan papan nama toko juga spanduk.

2) Variabel Terikat ( Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas sesuai dengan masalah yang akan diteliti
maka yang akan menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah penulisan kata-kata
yang akan dikoreksi.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para
pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau bagian dari
komposisi yang “menyimpang” dari norma baku atau norma terpilih dari performansi
bahasa orang dewasa. Para guru dan orang tua yang telah bersabar terhadap kesalahan
berbahasa yang dilakukan siswa atau anak-anaknya tiba pada suatu simpulan bahwa
“berbuat kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan”. Dengan
kata lain, guru dan orang tua tidak perlu menghindar dari kesalahan, tetapi justru harus
menghadapi serta memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh murid atau anak
mereka. Kita hendaklah benar- benar menyadari bahwa orang tidak dapat belajar
bahasa tanpa sama sekali berbuat kesalahan-kesalahan secara sistematis.

Istilah kesalahan berasal dari bahasa Inggris “errors” yang selanjutnya


bersinonim dengan “mistake” dan “goofs”, yang di dalam bahasa Indonesia kita
mengenal kata “kekeliruan” dan “kegalatan.” Kesemua kata di atas tidak asing bagi
mereka yang mempelajari bahasa, baik bahasa pertama (B1), maupun bahasa kedua
(B2), yang selanjutnya dikenal sebagai istilah “kesalahan berbahasa”.

Kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang


tidak bisa kita hindari. Kesalahan seseorang dalam berbahasa dapat menjadi masalah
jika orang tersebut mengerti tentang konsep kesalahan itu sendiri, namun sebaliknya
bisa menjadi hal sederhana jika orang tersebut tidak menyadari akan kesalahannya di
dalam bertindak tutur atau berbahasa. Menurut Tarigan bahwa kesalahan berbahasa

5
tidak hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari bahasa kedua (B2), tetapi juga oleh
siswa yang mempelajari bahasa pertamanya (B1). Hal ini menunjukkan bahwa
kesalahan berbahasa itu erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa, baik pembelajaran
bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2). Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan
yang terjadi itu perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, sebab kesalahan tersebut
merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Dengan mengkaji kesalahan-
kesalahan tersebut, setidaknya ada tiga informasi yang diperoleh, yaitu: (1) sebagai
umpan balik bagi guru, sampai sejauh mana kemajuan telah dicapai siswa, sehingga
materi-materi apa sajakah yang masih tersisa dan harus dipelajari, (2) sebagai bukti
bagi peneliti tentang bagaimana seseorang memperoleh dan belajar bahasa, dan (3)
sebagai masukan bahwa kesalahan itu merupakan salah satu strategi yang digunakan
siswa dalam memperoleh bahasanya.

Beberapa konsep atau teori tentang kesalahan berbahasa yang dikemukakan


oleh para ahli, di antaranya Corder yang menggunakan istilah errors dan mistakes
untuk membatasi kesalahan berbahasa. Secara khusus Corder menjelaskan bahwa
errors dan mistakes masuk dalam ranah kesalahan berbahasa, dengan rincian sebagai
berikut.

1) Errors adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah
memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain,
sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur.
Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa
akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

2) Mistakes adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih
kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu
kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang
diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2)

6
Errors (kesalahan) dan mistakes (kekeliruan) yang oleh Corder (dalam
Rusminto: 2011) dinyatakan sebagai dua hal yang berbeda. Ditambahkan bahwa
errors (kesalahan) sebagai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi secara sistematis
dan konsisten, dan disebabkan oleh belum dipahaminya sistem linguistik bahasa yang
digunakan. Sementara itu, mistakes (kekeliruan) adalah penyimpangan yang tidak
sistematis dan konsisten. Meskipun begitu, dalam uraian selanjutnya dinyatakan bahwa
untuk menentukan apakah suatu penyimpangan yang dibuat oleh siswa itu sebagai
suatu kesalahan (errors) atau kekeliruan (mistakes) merupakan permasalahan yang sulit
dan memerlukan pengkajian lebih lanjut.

Kesalahan yang sistematis dilakukan seseorang di dalam berbahasa jika tidak


segera diidentifikasi dan dibetulkan, akan mengakibatkan kesalahan yang berkelanjutan
sehingga mengakibatkan kesalahan berbahasa yang dapat berpengaruh pada hal-hal
lain, seperti guru, lingkungan sekolah, perangkat pengajaran, hingga bahan ajar itu
sendiri. Kesemuanya memberi kontribusi terhadap kegagalan siswa di dalam
pembelajaran bahasa (sebagai akibat dari kesalahan berbahasa yang mereka lakukan.

Identifikasi dan pembetulan yang sistematis terhadap kesalahan berbahasa yang


dilakukan siswa perlu segera dilakukan agar pemilihan strategi pembelajaran bahasa
dapat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran bahasa
tersebut.

Namun, Kachru menggunakan istilah yang sedikit berbeda dengan pakar lain. Dia
menggunakan istilah “deviations” (penyimpangan) dan ”mistakes” (kesalahan). Kedua
istilah ini digunakannya pada pembelajaran yang dilakuan pelajar India di dalam
mempelajari bahasa Inggris. Diungkapkan bahwa keduanya dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya dan faktor kebahasaan yang dalam praktik penggunaan bahasa
Inggrisnya dipengaruhi oleh dialek lokal (bahasa India). Di dalam bahasa Indonesia,
pengaruh bahasa Ibu (bahasa daerah) juga sering dijumpai dalam bahasa lisan ataupun
bahasa tulis, sebagaimana contoh berikut.

7
1) Dia bisa ngomong seharusnya Dia bisa berbicara
2) Dia pergi ngantor seharusnya Dia pergi ke kantor

Demikian juga pengaruh bahasa Inggris sebagai bahasa ketiga (B3) yang
dipelajari siswa di sekolah juga memberi kontribusi terhadap kesalahan berbahasa
Indonesia. Berikut contoh kesalahan tersebut.

Saya berterima kasih kepada Amir, selaku kepala sekolah yang mana telah
sudi menerima kami sebagai guru di sekolah ini.

seharusnya

Saya berterima kasih kepada Amir, selaku kepala sekolah yang telah sudi
menerima kami sebagai guru di sekolah ini.

Selanjutnya, menurut temuan kajian dalam bidang psikologi kognitif, setiap


anak yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua (B2) selalu
membangun bahasa melalui proses kreativitas. Jadi, kekhilafan adalah hasil atau
implikasi dari kreativitas, bukan suatu kesalahan berbahasa. Kekhilafan adalah suatu
hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan
pembelajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan implikasi logis dari proses
pembentukan kreatif siswa (anak).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa


adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam
suatu bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan
bahasa Indonesia, secara lisan maupun tulis, yang berada di luar atau menyimpang dari
faktor-faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia.

2.2 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

8
Kesalahan dan kekeliruan sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang
memiliki makna kurang lebih sama. Istilah kesalahan (errors) dan kekeliruan
(mistakes) dalam pengajaran bahasa dibedakan, yakni di dalam penyimpangan dalam
pemakaian bahasa.

“Kekeliruan” pada umumnya disebabkan oleh faktor “performansi”. Keterbatasan


di dalam mengingat sesuatu yang menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi
bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini
bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan
biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih
mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah
mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya, namun karena sesuatu hal dia
lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini biasanya tidak lama, oleh karena itu kekeliruan
itu sendiri tidak bersifat lama.

Sebaliknya, “kesalahan” disebabkan oleh faktor ” kompetensi”. Dalam hal ini,


siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang dipelajari atau
digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, yang berarti kesalahan
tersebut dilakukan secara sistematis. Kesalahan ini dapat berlangsung lama jika tidak
segera diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui
pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa
kesalahan merupakan gambaran tentang pemahaman siswa terhadap sistem bahasa yang
sedang dipelajarinya. Bila tahap pemahaman siswa terhadap sistem bahasa yang sedang
dipelajarinya ternyata kurang, maka kesalahan sering terjadi. Kesalahan tersebut akan
berkurang apabila tahap pemahamannya semakin meningkat.

Ditambahkan dasar perbandingannya didasarkan pada enam sudut pandang,


yakni sumber, sifat, durasi, sistem linguistik, hasil, dan cara perbaikan. Sebagaimana
digambarkan dalam tabel perbedaan kesalahan dan kekeliruan berikut ini.

Tabel perbedaan kesalahan dan kekeliruan

9
Kategori Kesalahan Kekeliruan

Sudut Pandang
1. Sumber Kompetensi Performansi

2. Sifat Sistematis Tidak sistematis


Agak lama Sementara
3. Durasi
Belum dikuasai Sudah dikuasai
4. Sistem Linguistik Penyimpangan Penyimpangan
Siswa sendiri:

10
2.3 Sumber Kesalahan Berbahasa

Pangkal penyebab kesalahan bahasa ada pada orang yang menggunakan


bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Penggunaan
bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Penyebab kesalahan berbahasa ada pada orang yang menggunakan bahasa yang
bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Berikut tiga kemungkinan
penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa.

1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat


berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi
bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang
sedang dipelajari si pembelajar. Dengan kata lain, sumber kesalahan
terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik
B2.

2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang


dipakainya dapat menjadi sumber kesalahan dalam berbahasa.

3) Selain itu, pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang


sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang
dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran
menyangkut masalah sumber bahan, pemilihan bahan, penyusunan
bahan, pengurutan bahan, dan penekanan bahan. Cara pengajaran
menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah
dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran dan
alat-alat bantu dalam pengajaran.

2.4 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan yang berlaku di dalam penggunaan bahasa Indonesia saat ini adalah
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang mulai berlaku pada tanggal 17

11
Agustus 1971dan direvisi berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September1987.
Adapun hal-hal pokok yang diatur dalam “Ejaan Yang Disempurnakan”
adalah sebagai berikut.

1) Pemakaian huruf dan pemenggalan kata.

2) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring.

3) Penulisan kata.

4) Penulisan unsur serapan.

5) Pemakaian tanda baca.

Berkaitan dengan Ejaan Yang Disempurkan (EYD) di atas, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan di dalam menganalisis kesalahan berbahasa siswa,
sebagaimana berikut ini.

2.5 Penggunaan Huruf Kapital

1) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal


kalimat.
2) Huruf pertama petikan langsung.
3) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4) Huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
5) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
6) Huruf pertama unsur-unsur nama orang.
7) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan Bahasa.
8) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa
sejarah.

12
9) Huruf pertama nama geografi.
10) Huruf pertama unsur nama negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
11) Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
12) Huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna,) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak apada posisi awal Huruf pertama unsur
singkatan nama, gelar, pangkat, dan sapaan.
13) Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan.
14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.

2.6 Pemakaian Tanda Baca

1) Tanda Titik (.)

i. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan


atau seruan.
ii. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
iii. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
iv. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
v. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.

13
vi. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
vii. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan
tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.

2) Tanda Koma (,)

i. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian


atau pembilangan.
ii. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi
atau melainkan.
iii. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-
bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.
iv. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
v. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
vi. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
vii. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
viii. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
ix. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
x. Tanda koma dipakai – untuk menghindari salah baca – di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

14
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.

2.7 Penulisan Kata

1) Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan

2) Kata Turunan

i. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis sebagai satu kesatuan.


ii. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
iii. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu.
iv. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

3) Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda


hubung.

4) Kata Ganti

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;

-ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya

5) Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

15
2.8 Penulisan Partikel

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata


yang mendahuluinya.

2.9 Penulisan Angka dan Bilangan

1) Lambang bilangan dapat dinyataka dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
2) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

2.10 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Dalam pendidikan di Indonesia, sekolah dasar merupakan lembaga


pendidikan yang penting karena di lembaga sekolah dasar itulah anak-anak
diberi berbagai macam pelajaran yang merupakan dasar untuk pendidikan yang
lebih tinggi, baik formal maupun informal. Sebutan Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun yang merupakan program pemerintah untuk mencerdaskan bangsa
mencakupi pula pendidikan di sekolah dasar.

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan


mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat
terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain.
Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Menurut Sagala bahwa pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid.

16
Dimyati dan Mujiono mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun
2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Adapun ciri-ciri pembelajaran
adalah sebagai berikut.

1) Merupakan upaya sadar dan disengaja.

2) Pembelajaran harus membuat siswa belajar.

3) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses


dilaksanakan.

4) Pelaksanaannya terkendali, baik isi, waktu, proses, maupun hasilnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan


yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya
perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Adapun pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu materi


pelajaran yang sangat penting di sekolah. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah
belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis. Di dalam Kurikulum 1994, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
dimaksudkan sebagai program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Dengan demikian, peran bahasa dan
sastra Indonesia sangat tinggi dalam pemberdayaan bangsa.

17
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Astuti (2010)
bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan
potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar
kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa.

Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah bahasa adalah memiliki peran
sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran Bahasa memungkinkan manusia
untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang
lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesasteraan sebagai
salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti
dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi
pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan gambaran
rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang
harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa data-data
tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.

3.1 Lokasi Penelitian


Adapun lokasi penelitian ialah Jalan Teuku Chik Ditiro, Banda Aceh.

3.2 Waktu Penelitian


Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan penelitian ini berlangsung
selama kurang lebih tiga minggu dengan anggota kelompok berjumlah 13
orang.

3.3 Bentuk Penulisan


Dalam proses penyelesainnya penulisan karya tulis ini, penulis
mengembangkan dengan sifat penulisan secara deskriptif kualitatif.
Pendekatan deskriptif di mana penyusunan berdasarkan data dan keadaan
lapangan yang ada.

3.4 Metode Penelitian

19
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif.
Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran kesalahan penulisan pada
Jalan Teuku Chik Ditiro.Pelaksanaan metode ini dapat mengikuti langkah-
langkah kerja seperti menyusun instrumen penelitian,mengumpulkan
data,mengklasifikasi data,menganalisis data,menarik kesimpulan,serta menulis
laporan penelitian.Dalam hal ini Sudaryanto mengemukakan bahwa metode
deskriptif merupakan metode yang menyarankan bahwa penelitian yang
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang
ada sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perincian seperti potret
paparan sebagaimana adanya.Selain itu, penelitian ini juga bermasud
memberikan gejala yang ada secara objektif, tanpa ada perlakuan yang
disengaja yang di rekayasa oleh peneliti. Keberhasilan penelitian ini sebagian
besar ditentukan oleh ketersediaan instrumen yang memiliki validitas dan
reliabelitas yang tinggi.Untuk mencapai kategori itu, ditetapkan langkah-
langkah kerja secara sistematis.Langkah-langkah kerja tersebut adalah sebagai
berikut:

i. Teknik Pengumpulan Data

ii. Keseluruhan data yang diperlukan dijaring dengan menggunakan


instrumen yang berupa observasi langsung kelapangan yaitu Jalan
Teuku Chik Ditiro, Banda Aceh dan menfoto baliho,spanduk dan poster
yang ada dijalan tersebut.

iii. Teknik Mengklasifikasi Data

iv. Pada teknik ini peneliti mengelompokkan data yang benar sesuai
kaidah bahasa Indonesia dan data yang tidak sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.Setelah itu,peneliti memuat alternatif pembetulan
data jika ada data yang salah atau tidak sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia .

v. Teknik Penganalisisan Data


20
vi. Analisi data merupakan proses mengatur urutan
data,mengorganisasikannya kedalam suatu pola,ketegori ,dan satuan
uraian dasar. Penafsiran data merupakan pemberian makna yang
signifikan terhadap analisis,penjelasan pola uraian, dan pencarian
hubungan antardimensi- dimensi uraian.

vii. Sejalan dengan metode yang digunakan , data penelitian ini diperoleh
melalui terjun langsung kelapangan.Selanjutnya, data tersebut
dideskripsikan utuk memudahkan penarikam simpulan.Langkah-
langkah yang ditempuh dalam penganalisisan data penelitian ini
adalah sebagai berikut:

a. Menyusun ketegorisasi data


b. Mendeskripsikan dan menafsirkan data
c. Memaknai
d. Menarik simpulan

viii. Teknik Menyusun Laporan Penelitian


Pada teknik ini ,setelah semua tahap dikerjakan barulah peneliti
menyusun laporan penelitian nya yang berisi tentang analisis Jalan
Teuku Chik Ditiro, Banda aceh.

21
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah pengumpulan data untuk menganalisis penggunaan Bahasa Indonesia


yang baik dan benar pada spanduk, papan nama, baliho, dll. Kami pun mendapat
sampel sebagai berikut:

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
4.2 Pembahasan

1) Kesalahan pada penulisan kata serapan pada gambar di atas harusnya kata
"servece” di ganti dengan kata “Servis” karna kata yang tertulis di gambar
itu belum menggunakan kata serapan.
2) Penulisan kata “accesories” dalam gambar tersebut belum menggunakan
kata serapan yang benar yaitu yang seharusnya menggunakan “aksesoris”.
3) Kata “shoes” pada spanduk itu bukanlah kata serapan dan tidak efektif
untuk digunakan. Sebaiknya kata “shoes” di ganti dengan “sepatu” yang
lebih efektif.
4) Penulisan tanda baca yang tidak tepat dan penempatan huruf kapital
(MUKHSIN PUTRA HASPY , SH , Spn) yang seharusnya ditulis (Mukhis
Putra Haspy, S.H., Spn.)
5) Penulisan kata “mesjid” pada gambar di atas adalah salah karna seharusnya
kata “mesjid” di ubah menjadi kata yang lebih baku yaitu “masjid” dengan
menggunakan huruf ‘a’ dan bukannya menggunakan huruf ‘e’.
6) Penulisan pada kata “photocopy” pada gambar merupakan kata asal
“fotokopi” yang di serap dari bahasa Inggris jadi, penulisan yang benar
adalah “fotokopi”
7) Kata “gybsum” yang harusnya di ganti menjadi “gipsum” dengan
menggunakan huruf ‘i’ dan huruf ‘p’. Jadi, jika menggunkan huruf ‘y’ dan
‘b’ kata tersebut dianggap.
8) Penulisan olahraga yang benar adalah "olahraga", bukan "olah raga"
9) Kata olahraga merupakan gabungan kata benda yang sudah padu ditulis
serangkai. Jadi, apabila ditulis terpisah akan berbeda artinya.
Olahraga = gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh
Olah, dapat berarti laku; ulah; akal (daya upaya, tipu daya)
perbuatan tingkah; canda
Raga, dapat berarti keranjang yang kasar terbuat dari rotan
bola yang terbuat dari anyaman rotan
badan; tubuh
potong (untuk daging dalam ukuran besar)

32
Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai lainnya yaitu
i. acapkali
ii. adakalanya
iii. apalagi
iv. bagaimana
v. barangkali
vi. beasiswa
10) Penulisan singkatan ( KUA ) harusnya (KUA) karena pada dasarnya salah
satu aturan penggunaan spasi adalah
Spasi digunakan sebelum dan sesudah:
i. Tanda petik dan kurung. Spasi sebelum tanda pembuka dan setelah
tanda penutup. Bagian yang diapit tidak dipisahkan dengan spasi
dengan tanda pengapitnya. Contoh: "Kalimat", SIM (surat izin
mengemudi).
ii. Tanda elipsis (...). Tanda elipsis yang berada di akhir kalimat
ditambahkan satu titik tanpa spasi di antara kedua tanda tersebut.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
(ada empat titik; tiga elipsis, dan satu titik penutup kalimat).
11) Kata Jln. Peniti harusnya tetap di tulis peuniti, karna peuniti adalah nama
sebyah tempat atau kampung, sedangkan menurut KBBI peniti memiliki arti
peniti /pe·ni·ti/ n jarum penyemat (pengelat) walaupun hanya berbeda satu
huruf, jelas terdapat perbedaan makna.
12) Penulisan nama Tgk syikditiro harusnya di tulis Teuku Chik Ditiro karena
penulisan nama tokoh yang bersangkutan harus sesuai sebagaimana
mestinya.
13) Penulisan kata Body Massage kurang tepat digunakan karena Body
Massage merupakan bahasa asing yang tidak dipahami oleh semua kalangan
oleh karena itu lebih baik menggantinya dengan kata Pijat Tubuh.
14) Penulisan kata "Praktek" harusnya "praktik" . Karena kata praktik diserap
dari bahasa inggris yaitu (practice).
Berdasarkan KBBI penulisan yang tepat dari kata serapan praktik adalah
prak·tik n 1 pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori: teorinya
33
mudah, tetapi -- nya sukar; 2 pelaksanaan pekerjaan (tentang dokter,
pengacara, dan sebagainya): -- dokter dibuka mulai pukul 15.00; 3
perbuatan menerapkan teori (keyakinan dan sebagainya); pelaksanaan:
aturan itu menemui kesukaran dalam -- nya;
-- kandang kerja praktik yang dilakukan di perusahaan peternakan
(mencakup pengelolaan, perkandangan, pemberian makan, dan sebagainya);
i. ber·prak·tik v melakukan (melaksanakan) pekerjaan (tentang dokter,
pengacara, dan sebagainya): mereka ~ selama dua minggu; ia ~ sebagai
seorang astrolog;
ii. mem·prak·tik·kan v melakukan (apa yang tersebut dalam teori,
pelajaran, dan sebagainya); melaksanakan; menunaikan: ~ teori yang
telah dipelajarinya; ~ ajaran Budha
15) Penggunaan preposisi "disini" harusnya di tulis terpisah yaitu "di sini"
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(PUEBI), penulisan kata depan di, ke, dan dari yang benar ialah terpisah
dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia
tidak mengenal bentuk “di mana” (padanan dalam bahasa Inggris adalah
“who”, “whom”, “which”, atau “where”) atau variasinya (“dalam mana”,
“dengan mana”, “yang mana”, dan kata yang sejenis dengan itu).
Penggunaan kata “di mana”, “yang mana”, dll. sebagai kata
penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-
bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia.
Cara yang paling mudah untuk membedakan di sebagai kata depan dan di-
sebagai pasif adalah : bila di belakang di ada kata yang menyatakan tempat,
di ditulis terpisah, sedangkan bila belakangnya ada kata kerja ditulis
disambung.

KATA DEPAN PASIF


di sini dijual
34
di depan dipasang
di atas diangkat
di pasar dibelikan
di rumah sakit diperiksa
16) Penggunaan tanda baca petik dua
Tanda petik dua yang digunakan salah penempatan dengan begitu unuk
penulisan “Olahraga Yess”Narkoba No”yang benar adalah “Olahraga
Yes,Narkoba No”. karena penggunaan tanda baca petik dua yang telah
diresmikan di gunakan pada awal dan akhir kata.
17) Penulisan kata yess
Terjadi kesalahan pada penggunaan kata serapan. Dengan begitu unuk
penulisan kata ”yess” pada gambar diatas harus diganti menjadi kata “ya”.
Karena kata yess diserap dari Bahasa Inggris yes.
18) Penggunaan spasi setelah tanda baca titik dua
Terjadi kesalahan pada penggunaan spasi pada kata “Nomor :”pada gambar
diatas harus diganti menjadi “Nomor:”.karena penggunaan spasi tidak perlu
digunakan untuk penulisan tanda baca setelah kata.
19) Penulisan singkatan
Terjadi kesalahan pada penulisan singkatan. Dengan begitu untuk penulisan
kata “Jl.”pada gambar diatas harus diganti menjadi kata”Jln.”. karena
singkatan JL bukan merupakan akronim yang telah diresmikan dalam
Bahasa Indonesia.
20) Penulisan kata AL iSLAM
Terjadi kesalahan pada penggunaan kata. Dengan begitu untuk penulisan
kata “AL iSLAM” pada gambar diatas harus diganti menjadi “AL ISLAM”.
Karena terdapat huruf kecil pada kata tersebut.
21) Penulisan nama orang
Terjadi kesalahan pada peulisan nama orang. Denagan begitu untuk
penulisan “NURDHANI” pada gambar diatas harus diganti menjadi kata
“Nurdhani”. Karena penggunaan huruf kapital untuk nama orang cukup
digunakan pada awal kata saja.
22) Penulisan kata di panggil
35
Terjadi kesalahan pada penulisan kata “di panggil”pada gambar diatas harus
diganti dengan “dipanggil”. Karena penambahan di untuk penulisan kata
tersebut tidak perlu di pisah karena tidak menunjukan tempat.
23) Kata 1juta seharusnya ditulis 1 juta. karena di dalam kamus bahasa
Indonesia penulisan kata 1 juta tidak digabung.
24) Kata SpeedMaster seharusnya Speedmaster karena di dalam peraturan
bahasa Indonesia huruf besar hanya di awal penulisan.
25) Kata ( PPAT ) seharusnya (PPAT) tidak memakai spasi di dalam nya.
karena pada dasarnya salah satu aturan penggunaan spasi adalah
Spasi digunakan sebelum dan sesudah:
Tanda petik dan kurung. Spasi sebelum tanda pembuka dan setelah tanda
penutup. Bagian yang diapit tidak dipisahkan dengan spasi dengan tanda
pengapitnya. Contoh: "Kalimat", SIM (surat izin mengemudi).

26) Tanda elipsis (...). Tanda elipsis yang berada di akhir kalimat ditambahkan
satu titik tanpa spasi di antara kedua tanda tersebut. Contoh: Dalam tulisan,
tanda baca harus digunakan dengan cermat .... (ada empat titik; tiga elipsis,
dan satu titik penutup kalimat).
27) Simpang surabaya,Banda Aceh. Pada kata Surabaya tidak dengan diawali
huruf kapital karena jika memakai huruf kapital akan menyatakan tempat
atau daerah sebenarnya.
28) Kata sticker harusnya ditulis stiker karena di serap dari bahasa asing,
sebagaimana kita ketahui kata serapan merupakan suatu kata di dalam
bahasa Indonesia yang di dalamnya merupakan serapan atau bersumber dari
suatu bahasa asing yang di pergunakan utnuk mencari padanan kata yang di
anggapnya tepat. Cara mengucapkannya serta penulisannya pun dapat di
sesuaikan dengan kaidah-kaidah standar atau juga yang telah baku di dalam
EYD.
Semua proses penyerapannya dapat di lakukan dengan atau juga tanpa
adanya suatu perubahan, akan tetapi dapat berupa penyesuaian yang di berikan
berupa lafal atau juga ejaan.
Menurut KBBI stiker adalah sti·ker n lembaran kecil kertas atau plastik
36
yang ditempelkan; etiket.

4.3 Alternatif Pembetulan

Dengan banyaknya kesalahan yang telah di tampilkan atas hasil penelitian


maka kami menyajikan alternatif pembahasannya ebagai berikut:

No. Data Salah Alternatif


Pembetulan
1. Kata accessories Penulisan yang tepat aksesoris

2. Kata service Penulisan yang tepat servis

3. Kata shoes Bukan kata serapan dan tidak


efektif bila digunakan dalam
4. Penulisan tanda baca yang tidak tepat Penulisan yang tepatPenulisan
penulisan spanduk. adalah
dan penempatan huruf kapital Mukhsin Putra Haspy, SH, SpN.
5. Kata Mesjid Cut
(MUKHSIN Meutia
PUTRA HASPY , SH , Penulisan yang tepat Masjid Cut

6. Kata Photocopy Meutia


Penulisan yang tepat Fotokopi

7. Kata Plafon gybsum Penulisan yang tepat Plafon gips


8. Kata Olah Raga Penulisan yang tepat Olahraga
9. Kata ( KUA ) Penulisan yang tepat (KUA)

10. Kata Jln. Peniti Penulisan yang tepat Jln. Peuniti

11. Kata Tgk Syikditiro Penulisan yang tepat Teuku Chik

12. Kata Body massage Ditiro


Penulisan yang tepat Tempat urut

13. Kata praktek Penulisan yang tepat Praktik

37
14. Kata disini Penulisan yang tepat di sini

15. Penggunaan tanda baca (“Olah Raga Penulisan yang tepat “Olahraga
Yess”Narkoba No”) Yes, Narkoba No”
16. Penulisan kata Yess Penulisan yang tepat Ya
17. Penggunaan spasi setelah tanda baca Penulisan yang tepat adalah
titik dua (Nomor :) Nomor:
18. Penulisan singkatan jalan (Jl.) Penulisan yang tepat adalah Jln.
19. Kata AL iSLAM Penulisan yang tepat adalah AL
ISLAM
20. Kata NURDHANI Penulisan yang tepat adalah
Nurdhani
21. Kata di panggil Penulisan yang tepat adalah
dipanggil
22. Kata 1juta Penulisan yang tepat adalah 1
juta
23. Kata SpeedMaster Penulisan yang tepat adalah
Speedmaster
24. Kata ( PPAT ) Penulisan yang tepat adalah
(PPAT)
25. Penulisan tanda baca Simpang Surabaya Penulisan yang benar adalah
-Banda aceh Simpang Surabaya, Banda Aceh
26. Penulisan kata sticker Penulisan yang tepat adalah
stiker

38
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap
positif terhadap Bahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia baik tulisan maupun lisan, haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya
ragam bahasa yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus
mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang menghargai Bahasa Indonesia
selain warga negara Indonesia. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita
sebagai bangsa Indonesia.

5.2 Saran
Penggunaan Bahasa Indonesia yang sesuai kaidah memang seharusnya kita
terapkan. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah
penulisan. Untuk itu sebaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati
tersebut. Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis ada baiknya
pembaca memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah satunya yaitu penggunaan
kata yang baku dan penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah
penulisan yang sudah disepakati pengguna kata dan tanda bacanya.

39
40

Anda mungkin juga menyukai